Tidak lupa penyusun juga mengucapkan terima kasih atas bantuan ibu
Endang Supraptiah,S.T.,M.T. Selaku dosen yang telah membimbing penyusun,
bapak dan ibu penyusun tercinta atas semua do’a, dukungan, perhatian dan kasih
sayang yang telah diberikan selama menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
Daftar Tabel .......................................................................................................... iv
Daftar Gambar ..........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Tujuan ..........................................................................................................2
1.3 Manfaat ........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari Biopellet Kayu Karet ..........................................................3
2.2 Bahan Pembuat Biopellet ............................................................................3
2.3 Proses Pembuatan Biopellet ........................................................................4
2.4 Pelet Kayu Karet (Hevea brasiliensis) Hasil Torefaksi dengan
Menggunakan Reaktor Counter-Flow Multi Baffle (COMB) .......................7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................12
Daftar Pustaka ............................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.1. Komponen Kayu Karet ........................................................................4
Tabel 2.4.1.1. Komposisi kimia pelet kayu karet .....................................................9
iv
DAFTAR GAMBAR
v
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi memegang peranan yang sangat vital dalam berbagai kegiatan yang
yang menyangkut hajat hidup manusia. Sebab jika tidak ada sumber energi maka
bisa dipastikan seluruh kegiatan manusia akan sulit dilaksanakan. Sumber energi
yang dikenal dan dipakai saat ini digolongkan secara garis besar yaitu energi
terbarukan dan tak-terbarukan. Sumber energi terbarukan meliputi panas bumi,
matahari, angina, air, biomassa dan yang lainnya. Sedangkan sumber energi tak
terbarukan meliputi minyak bumi, gas dan batubara. Sebagaimana kita ketahui
saat ini jumlah energi fosil terus berkurang dan kadang mengalami kelangkaan.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ini adalah
dengan memanfaatkan energi terbarukan seperti biomassa yang jumlahnya
melimpah.
Dalam hal ini sumber energi terbarukan yang cukup memiliki nilai
keekonomian yang tinggi adalah biomassa, beberapa contoh jenis biomassa
tersebut seperti serbuk kayu, bongol jagung, sekam padi, dan tandan kelapa sawit.
Tanaman karet merupakan komoditi tanaman perkebunan yang banyak
diusahakan oleh masyarakat Riau setelah perkebunan kelapa sawit. Pohon karet
hanya produktif menghasilkan getah hingga berumur 20 - 25 tahun dan setelah itu
produktifitas getah akan menurun (Sukaton dan Wardhani, 1996 dalam Setiawan,
2014). Selain getah produk lain dari tamanan karet adalah kayu karet yang dapat
digunakan sebagai kayu bakar, bahan baku perabotan rumah tangga, particle
board, parquet, MDF (Medium Density Fibreboard), kayu lapis, papan partikel
dan lain sebagainya (Towaha dkk, 2013).
Hasil pemanenan kayu karet akan menghasilkan limbah yang disebut
limbah pemanenan seperti daun, ranting, akar serta kayu karet yang tidak
termasuk kedalam layak jual (Matangaran, 2012). Selain itu Industri
penggergajian kayu menghasilkan limbah berupa serbuk gergaji 10,6%, sebetan
25,9% dan potongan 14,3% dengan total limbah sebesar 50,8% dari bahan baku
yang digunakan (Setyawati, 2003 dalam Sutrisno, 2013). Limbah industri
penggergajian dilapangan ada yang ditumpuk, dibuang kealiaran sungai bahkan
ada yang dibakar secara langsung sehingga ikut menambah. emisi gas karbon di
atmosfir (Pari, 2001 dalam Yakin, 2014). Untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan diperlukan adanya suatu pengolahan lanjut dengan teknologi aplikatif
sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah dan ramah
lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan limbah kayu karet menjadi wood
pellet (pelet kayu).
2
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari biopellet kayu karet
2.. Mengetahui proses pembuatan biopellet kayu karet
3. Mengetahui karakteristik biopelet Kayu Karet (Hevea brasiliensis) Hasil
Torefaksi dengan Menggunakan Reaktor Counter-Flow Multi Baffle (COMB)
1.3 Manfaat
1. Memahami pengertian dari biopellet kayu karet
2.. Memahami proses pembuatan biopellet kayu karet
3. Memahami dan menganalisa biopelet Kayu Karet (Hevea brasiliensis) Hasil
Torefaksi dengan Menggunakan Reaktor Counter-Flow Multi Baffle (COMB)
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari biopelet kayu karet
Salah satu bentuk bahan bakar padat berbasis limba biomasa dengan
ukuran yang kecil dan lebih kecil dari briket. Biopelet mempunyai densitas dan
keseragaman ukuran yang lebih baik dibandingkan bio briket. Proses yang
digunakan adalah pengempaan dengan suhu dan tekanan tinggi, sehingga
membentuk produk yang seragam dengan kapasitas produksi yang tinggi
dibandingkan biobriket. Dibeberapa negara maju seperti jerman kanada dan
austria biopelet dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif yang berasal dari
kepingan kayu.
Energi dibuat untuk bahan bakar yang didapatkan dari sumber alami yang
dapat diperbarui. Jadi, energi biomassa ini bisa menjadi jalan keluar dari bahan
bakar yang selama ini tidak dapat diperbaharui dan mencemari lingkungan
hidup.Selain itu, digunakan juga bahan-bahan energi biomassa dari tumbuhan
seperti tanaman sisa pengolahan ataupun hasil panen secara langsung. Energi
biomassa ini muncul berdasarkan adanya siklus carbon di bumi. Dimana, hampir
semua unsur kehidupan, mulai dari tumbuhan, hewan hingga manusia memiliki
unsur karbon yang pada dasarnya terus berputar. Karena itulah, biomassa sendiri
bisa dibuat bahan bakar karena juga mengandung unsur carbon.
2.2 Bahan pembuatan biopelet
Biomasa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik,
baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomasa antara lain adalah
tanaman,pepohonan, rumput, ubi, maupun limbah buangan. Salin digunakan
untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan
bangunan dan sebagainya. Biomasa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan
bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomasa yang nilai
ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primerya.
Sumber energi biomasa mempunyai kelebihan antara lain merupakan sumber
energi yang dapat diperbarui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber
energi secara berkesinambungan (suistainable).
Salah satu trobosan tersebut adalah banahn baku terbarukan dari pohon,
berupak kayu energi dari tanaman kaliandra yang dapat menghasilkan bahan baku
energi secara cepat dan berkualitas terutama untuk produksi pellet. Wood pellet
merupakan sumber energi masa depan dalam penerapan sumber pembangkit
tenaga lisktrik merupaakan salah satu jalan umtuk pemecahan krisis
listrik.(Winaya, 2008). Pellet biomasa umumnya merupakan bahan bakar unggul
bila dibandingkan untuk bahan baku mentah (misalnya serbuk gergaji) pellet lebih
padat dan memiliki energi yang besar, mudah menangani, tidak perlu ruang
4
pengering digunakan untuk mengatur kadar air sampai tingkat yang diinginkan.
Apabila cipper tersebut kadar airnya berkisar 20% sampai 25% serpihan kayu bisa
langsung masuk menuju mesin penggiling kayu atau grinding diharapkan kadar
airnya bisa mencapai 7% sampai 10% untuk menghasilkan wood pellet.grinding
adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan dari bentuk kasar menjadi
ukuran yang lebih halus untuk menyempurnakan proses mixing hasil
pencampuran yang merata dan menghindaru segregasi partikel-partikel bahan.
Tujuannya yakni meningkatkan efisiensi pelleting dan kualitas pellet karena
presentase tepung bisa dikurangi dan mengurangi pekerjaan ulang dari proses
pelleting akibat banyaknya tepung yang kembali ke system pellet. Cipper yang
sudah digiling dan berupa serbuk kayu untuk di cek kembali kadar airnya sesuai
prosedurnya 10% sampai 12%. Cipper yang telah menjadi serbuk selanjutnya
dipindahkan ketempat wadah penampungan untuk mengkondisikan serbuk kayu
langsung bisa dicetak menjadi wood pellet dan melelehkan kadar lignin sebagai
zat alami perekat kayu.
Untuk melakukan suatu proses pengeringan yang dapat megnghasilkan
produk dengan mutu dan kualitas yang baik dan efisien, maka dibutuhkan suatu
teknologi pengering dengan kinerja yang baik, efisien, serta kondisi proses
pengeringan seperti suhu, kelembapan udara, serta waktu pengeringan dapa
dikendalikan (Mujumdar, 2001).
Penegringan merupakan salah satu tahap yang sangat penting untuk
menghasilkan kualitas bahan bakar bimasa yang baik, pengeringan tersebut
dimaksudkan untuk mengurangi tersebut dimaksudkan untuk mengurangi
kandungan air yang terdapat di dalam biomasa serta dapat mengikatkan nilai kalor
dari bahan baku biomasa tersebut.
d) Pendingin / Colling
Wood pellet yang telah jadi kemudian di packing dan di lakukan quality
control untuk menjaga kualitas dari pellet yang dihasilkan.
6
Pemotongan Bahan
Pendinginan / colling
Disaring / Sleving
WOODPELLET
pelet. Hasil penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan penelitian Hidayat et
al. (2018a) yang menyatakan bahwa kerapatan kayu gmelina menurun dari 0,46
g/cm3 menjadi 0,41 g/cm3 setelah diberi perlakuan panas pada suhu 210°C.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kadar air pelet kayu karet
menurun setelah torefaksi. Sampel pelet kontrol memiliki kadar air sebesar
12,25% dan setelah torefaksi kadar air menurun hingga kadar air sampel torefaksi
suhu tinggi sebesar 3,54% . Torefaksi dengan menggunakan suhu yang semakin
tinggi menyebabkan kandungan air dalam pelet biomassa mengalami penguapan
sehingga kandungan air bergerak keluar dalam bentuk gas dan kandungan kadar
air semakin menurun (Widarti 2017). Kandungan kadar air biomassa yang rendah
sangat penting untuk mendukung kegiatan pengangkutannya.
c. Komposisi Kimia Pelet Kayu Karet
Hasil analisis kandungan komposisi kimia pelet kayu karet disajikan pada
Tabel 3. Kandungan abu pelet kontrol meningkat seiring dengan peningkatan suhu
torefaksi. Hidayat et al. (2017b) melaporkan peningkatan kandungan abu kayu
mindi (Melia azedarach) dari 0,57% menjadi 0,80% setelah pirolisis pada suhu
400°C. Peningkatan kadar abu pada produk hasil torefaksi dapat disebabkan
karena terjadi pengurangan massa saat proses torefaksi berlangsung, namun tidak
diiringi dengan degradasi komponen anorganik pembentuk abu (Maryenti et al.
2017). Menurut Azhar dan Rustamaji (2009), kandungan abu pada biomassa
sebelum ditorefaksi sebesar 2,5% dan setelah torefaksi meningkat menjadi 5%
dan arang bambu menjadi berwarna keabu-abuan. Hal tersebut terjadi karena suhu
yang tinggi menyebabkan kandungan karbon dan hidrogen semakin meningkat
dan kandungan oksigen menurun sehingga terjadi penurunan rasio O/C.
21
20,8
20
Nilai Kalor (MJ/kg)
19
18,97
18
17,88
17 17,58
16
15
Kontrol 200°C 250°C 300°C
Perlakuan
BAB III
KESIMPULAN
Biopellet kayu karet adalah Salah satu bentuk bahan bakar padat berbasis
limbah biomasa( bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik
berupa produk maupun buangan). dengan ukuran yang kecil dan lebih kecil dari
briket. Torefaksi bertujuan untuk meningkatkan kualitas biopellet menggunakan
reaktor COMB merubah warna pelet kayu karet menjadi pelet hitam (black
pellet). Kadar air pelet menurun dari 12,25% menjadi 3,54% setelah torefaksi.
Pelet yang ditorefaksi lebih tahan terhadap air, sehingga akan sangat
menguntungkan ketika pelet disimpan pada kondisi lembab. Torefaksi juga
menyebabkan penurunan kerapatan pelet, penurunan kandungan selulosa dan
hemiselulosa, peningkatan kandungan lignin, serta peningkatan nilai kalor antara
1,71−18,32% seiring dengan peningkatan suhu torefaksi. Torefaksi dengan
reaktor COMB dapat meningkatkan kualitas pelet kayu karet untuk meningkatkan
nilai tambah produk.
13
DAFTAR PUSTAKA
3. Mirza, F., Karimah, F., Elisa,S.N., Putri,A.I., & P,E.D,. Makalah Biopellet
(online)(https://id.scribd.com/document/359230137/Makalah-Biopellet,
diakses 12 oktober 2019).