Anda di halaman 1dari 22

Pemanfaatan Serabut Kelapa, Sekam Padi dan Pelepah Pisang sebagai

Elemen Dinding Peredam Suara berupa Batako Ringan Ramah Lingkungan


dengan Biaya Rendah

Subtema : Elemen Dinding

Diajukan untuk mengikuti kompetisi


The 2ND LKTI LivINnovation Universitas Kristen Petra

Diusulkan oleh :
I Dewa Agung Wasthu Devasya Dewantara / 205060501111025

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Adapun judul dari karya tulis ini yaitu “Pemanfaatan Serabut Kelapa, Sekam
Padi dan Pelepah Pisang sebagai Elemen Dinding Peredam Suara berupa
Batako Ringan Ramah Lingkungan dengan Biaya Rendah” yang dibuat untuk
mengikuti The 2ND LKTI LivINnovation 2021 yang diselenggarakan oleh
Universitas Kristen Petra.
Selama pembuatan karya tulis ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada rekan-rekan dan pihak-pihak lain yang telah memberikan
motivasi dan dukungan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan, maka dari itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari segala
pihak. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 18 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................iv
ABSTRAK ................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................2
1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................2
1.4.2 Manfaat Praktis ..............................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................3
2.1 Serabut Kelapa ...........................................................................................3
2.2 Sekam Padi ................................................................................................3
2.3 Pelepah Pisang ...........................................................................................3
2.4 Batako ........................................................................................................4
2.5 Sampel .......................................................................................................4
2.6 Desain Produk ...........................................................................................4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................5
3.1 Hasil Penelitian ..........................................................................................5
3.2 Pembahasan ...............................................................................................6
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................10
5.1 Kesimpulan ................................................................................................10
5.2 Saran ..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11
LAMPIRAN....................................................................................................................... 13

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kuat Tekan Bahan Uji menurut Tri Wahyudi ........................................... 8

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelompok Eksperimen (KE) ........................................................................... 4


Tabel 3.1 Komposisi Bahan Untuk Setiap (KE) ............................................................ 5

iv
Pemanfaatan Serabut Kelapa, Sekam Padi dan Pelepah Pisang sebagai
Elemen Dinding Kedap Suara berupa Batako Ringan Ramah Lingkungan
dengan Biaya Rendah

I Dewa Agung Wasthu Devasya Dewantara


Universitas Brawijaya, Malang
agungwasthu_24@student.ub.ac.id

ABSTRAK
Serabut kelapa, pelepah pisang dan sekam padi adalah salah satu contoh
limbah organik yang pemanfaatan kegunaannya jarang dilakukan secara
maksimal. Pada umumnya, limbah serabut kelapa dimanfaatkan menjadi bahan
bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam. Sedangkan,
pelepah pisang dan sekam padi biasanya dijadikan sebagai pengangat hewan
ternak, pakan ternak, media bercocok tanam atau hanya terbuang secara
percuma. Namun ternyata, limbah serabut kelapa, pelepah pisang dan sekam
padi dapat dimanfaatkan sebagai batako. Batako merupakan bahan bangunan
berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata merah. Berdasarkan hasil
tinjauan pustaka yang telah dilakukan, dirumuskan hipotesis bahwa limbah
serabut kelapa, pelepah pisang dan sekam padi dapat diolah menjadi batako
ramah lingkungan; dan pemanfaatan ketiga limbah tersebut menjadi batako
dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan limbah yang semakin
menumpuk. Metode penelitian yang dipergunakan adalah eksperimen,
penelitian kepustakaan, dan observasi. Sampel benda uji (batako pejal)
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok eksperimen (KE) berdasarkan
perbandingan bahan yang digunakan. Benda uji yang dibuat berbentuk balok
dengan dimensi 40 cm × 20 cm × 10 cm. Bahan yang dipergunakan adalah
serabut kelapa, sekam padi, pelepah pisang, semen Portland, pasir, dan air.
Metode analisis data yang dipergunakan adalah metode kualitatif dan
kuantitatif. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa serabut kelapa mengandung
selulosa sehingga dapat dimanfaatkan sebagai batako dan memiliki kemampuan
meredam suara sesuai dengan standar ISO 11654. Sedangkan pelepah pisang

v
dan sekam padi mengandung selulosa dan lignin sehingga dapat digunakan
sebagai batako ringan. Batako yang dihasilkan lebih ramah lingkungan, dengan
memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan dengan batako konvensional.
Biaya produksi untuk setiap buah batako ini sekitar Rp 2.000,00, dibandingkan
dengan batako konvesional, yakni sekitar Rp 2.500,00. Saran yang dapat
disampaikan adalah untuk mengadakan penelitian lanjutan mengenai topik ini,
serta mengaplikasikan pemanfaatan limbah serabut kelapa dalam kegiatan
produksi batako bagi para produsen batako.

Kata Kunci: batako, serabut kelapa, pelepah pisang, sekam padi

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan berada di
daerah tropis menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kelapa yang
utama di dunia. Pada tahun 2000, total produksi kelapa di Indonesia
diperkirakan sebanyak 14 milyar buah kelapa (Direktorat Kredit, BPR dan
UMKM, 2008). Selain itu, pada tahun 2004, produksi pisang di Indonesia
mencapai 2.758.708 ton (Asparani, 2013). Disisi lain, Indonesia yang
terkenal sebagai negara agraris, berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), pada tahun 2014 menunjukkan produksi padi di Indonesia sebanyak
70,85 ton gabah kering giling (GKG).
Dalam kondisi normalnya buah kelapa menghasilkan sekitar 35
persen serabut kelapa. Pelepah batang pisang merupakan salah satu bagian
dari pohon pisang yang sering dibuang dan belum banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat. Sekam padi merupakan limbah dari proses penggilingan
padi yang memiliki berat 20-22% dari bobot padi (Linda Trivana, Sri
Sugiarti, dan Eti Rohaeti, 2015).
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka ketiga limbah tersebut
perlu dimanfaatkan dengan baik. Salah satu alternatifnya ialah batako ringan
yang memiliki keunggulan diantaranya tahan lama, tahan terhadap air,
peredam bunyi, dan sebagai penghangat karena memanfaatkan limbah
serabut kelapa, pelepah pisang, dan sekam padi. Batako merupakan bahan
bangunan yang berupa bata cetak alternatif yang biasa dimanfaatkan sebagai
bahan pengisi dinding bangunan non-struktural.
Dengan demikian, dalam karya yang berjudul “Pemanfaatan Serabut
Kelapa, Sekam Padi dan Pelepah Pisang sebagai Elemen Dinding Peredam
Suara berupa Batako Ringan Ramah Lingkungan dengan Biaya Rendah“ ini
penulis memutuskan untuk meneliti pemanfaatan limbah serabut kelapa,
pelepah pisang dan sekam padi sebagai batako ramah lingkungan, dan
pengaruhnya dalam mengurangi limbah yang ada.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Apa saja kandungan dari serabut kelapa, pelepah pisang dan sekam
padi sehingga dapat dijadikan sebagai batako ramah lingkungan?
2. Bagaimana karakteristik yang dimiliki batako dari serabut kelapa,
pelepah pisang dan sekam padi sehingga dapat diunggulkan daripada
batako konvensional?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang mendasari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis kandungan serabut kelapa, pelepah pisang dan sekam
padi sehingga dapat dijadikan sebagai batako ramah lingkungan.
2. Menyimpulkan karakteristik yang dimiliki batako serabut kelapa,
pelepah pisang dan sekam padi sehingga dapat diunggulkan
daripada batako konvensional.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
1. Menambah wawasan masyarakat mengenai pengelolaan
limbah serabut kelapa yang sangat minim dimanfaatkan oleh
masyarakat.
2. Mendukung proses pengolahan limbah serabut kelapa
menjadi komoditas/produk yang lebih mengedepankan fungsi
pakai dibandingkan estetika.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Menawarkan produk batako ramah lingkungan sebagai
substitusi batako konvensional di bidang konstruksi sebagai
solusi terhadap masalah pengelolaan limbah serabut kelapa.
2. Mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari pemanfaatan
limbah serabut kelapa sebagai bahan baku batako ramah
lingkungan dalam mengatasi persoalan limbah serabut kelapa
yang semakin menggunung.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Serabut Kelapa


Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang
memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Serabut kelapa adalah salah satu biomassa yang mudah didapatkan
dan merupakan hasil samping dari pertanian kelapa. Komposisi sabut dalam
buah kelapa sekitar 35% dari berat keseluruhan buah kelapa. Sabut kelapa
terdiri dari serat (fiber) dan gabus (pitch) yang menghubungkan satu serat
dengan serat yang lainnya. Sabut kelapa terdiri dari 75% serat dan 25%
gabus. Serat sabut kelapa mengandung selulosa yang di dalam struktur
molekulnya mengandung gugus karboksil serta lignin yang mengandung
asam phenolat yang ikut ambil bagian dalam pengikatan logam.
2.2 Pelepah pisang
Pisang tergolong tanaman buah berupa herbal tidak asing lagi bagi
sebagian besar masyarakat. Batang pelepah pisang merupakan limbah
pertanian yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan
produk yang bernilai ekonomi tinggi. Sifat mekanik dari serat pelepah pisang
mempunyai densitas 1,35 gr/cm3, kandungan selulosanya 63-64%,
hemiselulosa (20%), kandungan lignin 5%, kekuatan tarik rata-rata 600 Mpa,
modulus tarik rata-rata 17,85 Gpa dan pertambahan panjang 3,36 %
(Lokantara, 2007). Diameter serat pelepah pisang adalah 5,8 μm, sedangkan
panjang seratnya sekitar 30,92- 40,92 cm.
2.3 Sekam padi
Padi merupakan salah satu hasil utama pertanian, disamping mampu
mencukupi kebutuhan pangan, produksi padi juga menghasilkan limbah
berupa sekam padi. Ketika bulir padi digiling, 78% dari beratnya akan
menjadi beras dan akan menghasilkan 22% berat kulit sekam. Komposisi
utama sekam padi terdiri atas selulosa 33 – 34 % berat, lignin 19 – 47 %
berat, jika dibakar dengan oksigen akan menghasilkan abu sekam 13- 29 %

3
berat, sekam padi yang mengandung silika cukup tinggi yaitu 87 – 97 % berat
abu sekam padi (Harsono, 2002).
2.4 Batako
Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif
pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen
Portland dan air dengan perbandingan sesuai dengan kelas kuat yang akan
diperoleh. Batako kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga
menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan proses
pengerasannya tanpa melalui pembakaran.
2.5 Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah batako konvensial. Sedangkan
sampel dalam penelitian ini adalah sampel benda uji berupa batako dengan
substitusi serabut kelapa, pelepah pisang, dan sekam padi untuk analisis
karakteristik benda uji.
Untuk sampel benda uji, dikelompokkan ke dalam 3 kelompok
eksperimen (KE). Ketiga kelompok eksperimen tersebut termuat dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Kelompok Eksperimen (KE).
Perbandingan Bahan
Kelompok
PB
Eksperimen
(KE) PS PP Serabut Pelepah Sekam
Kelapa Pisang padi
KE-0 1 1 3 0 0
KE-1 1 1 1 1 1
KE-2 1 1 3 2 1
Keterangan
PS : Perbandingan Semen
PP : Perbandingan Pasir
PB : Perbandingan Bahan Campuran
2.6 Desain Produk
Dalam penelitian ini, dibuat batako pejal berupa balok dengan dimensi
40 × 20 × 10 cm sebagai benda uji. Ukuran benda uji disesuaikan dengan
ukuran batako pada umumnya untuk mempermudah pengaplikasian,
sekaligus untuk menyesuaikan dengan cetakan yang tersedia. Untuk setiap
kelompok eksperimen, dibuat 1 buah benda uji.

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Serabut Pelepah Sekam


Semen Pasir Air
Bahan Kelapa Pisang Padi
(gram) (gram) (ml)
(gram) (gram) (gram)

KE-0 2250 0 0 750 750 ±1000

KE-1 750 750 750 750 750 ±1000

KE-2 2250 1500 750 750 750 ±1000

Tabel 3.1 Komposisi Bahan Untuk Setiap (KE)

Batako yang dihasilkan dengan substitusi serabut kelapa, pelepah


pisang dan sekam padi memiliki tampilan luar yang serupa dengan batako
konvensional. Selain itu, batako ringan ini dapat bersifat sebagai peredam
suara (noise reduction) dan memiliki massa yang lebih ringan dari batako
konvensional. Kuat tekan batako yang memperoleh substitusi serabut kelapa,
pelepah pisang dan sekam padi akan meningkat hingga menyentuh titik
puncak (optimum) pada komposisi tertentu. Setelah titik puncak terlewati
maka kuat tekan akan kembali menurun.
Berdasarkan hasil kalkulasi yang dilakukan, diperoleh biaya variabel
terendah untuk batako serabut kelapa sebesar Rp1.032,- dan untuk batako
tanpa serabut kelapa sebesar Rp1.159,-. Sementara itu, biaya tetap total untuk
kedua jenis batako sebesar Rp20.167.500,-. Serta biaya tetap satuan yang
ditanggung untuk setiap batako sebesar Rp13,56,-.
Sehingga, diperoleh biaya produksi satuan sebesar Rp1.173,- untuk
batako tanpa penambahan serabut kelapa dan Rp1.046,- untuk batako dengan
penambahan serabut kelapa terbanyak. Jika dijual seharga Rp2.000,-per buah,
diperlukan memproduksi 20.834 unit batako untuk mendapatkan kondisi
seimbang antara biaya dengan keuntungan atau zero profit.

5
3.2 Pembahasan
3.2.1 Kandungan Serabut Kelapa, Sekam Padi dan Pelepaah Pisang.
Serabut kelapa secara proporsional mengandung unsur selulosa
dan lignin sehingga dapat dimanfaatkan sebagai batako (Agustini,
2014). Selulosa adalah salah satu komponen utama dari lignoselulosa
yang terdiri dari unit monomer D-glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-
glikosidik. Selulosa cenderung membentuk mikrofibril melalui ikatan
inter dan intra molekuler sehingga memberikan struktur yang larut.
Sedangkan, lignin merupakan polimer aromatik yang berasosiasi
dengan polisakarida pada dinding sel sekunder tanaman dan memiliki
kadar sekitar 20-40% (Anindyawati, 2009). Selain itu, serabut kelapa
juga mengandung 75% serat dan 25% gabus (Agustini, 2014).
Kemudian, adapun ssifat mekanik dari serat pelepah pisang mempunyai
densitas 1,35 gr/cm3, kandungan selulosanya 63-64%, hemiselulosa
(20%), kandungan lignin 5%, kekuatan tarik rata-rata 600 Mpa,
modulus tarik rata-rata 17,85 Gpa dan pertambahan panjang 3,36 %.
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang
terdiri dari dua belahan yang disebut lemme dan palea yang saling
bertautan. Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg/m3,
dengan nilai kalori 3.300 kkal/kg sekam. Proses penggilingan gabah
akan menghasilkan 16-28% sekam (Nugraha, 2006). Komponen utama
sekam ialah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Sebagai sumber energi
panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup
tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil (Nugraha.
S dan Setiawati. J, 2006). Masalah yang sering dihadapi sekam padi
untuk menjadi pengisi yang baik ialah penyerapannya terhadap
kelembapan akibat dari suhu udara.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa serabut kelapa
dan pelepah pisang mengandung selulosa dan lignin sehingga dapat
dimanfaatkan menjadi batako ramah lingkungan serta sekam padi
memiliki kandungan yang sama disertai tingkat kerapatan yang tinggi

6
yang menyebabkan sekam padi bisa dimanfaatkan sebagai penghambat
udara dingin yang masuk melalui celah.
3.2.2 Karakteristik yang Dimiliki oleh Benda Uji
Karakteristik yang dimiliki oleh benda uji dikelompokkan
kedalam aspek-aspek berikut.
1. Tampilan luar
Batako serabut kelapa, sekam padi dan pelepah pisang ini
memiliki tampilan luar yang serupa dengan batako konvensional :
• Bentuk yang padat dan keras
• Berwarna abu-abu gelap
• Permukaan halus
• Bersifat kering
2. Kualitas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh
bahwa kuat tekan batako yang memperoleh substitusi serabut kelapa,
pelepah pisang dan sekam padi akan meningkat hingga menyentuh
titik puncak (optimum) pada komposisi tertentu. Setelah titik puncak
terlewati maka kuat tekan akan kembali menurun hingga ke titik
tertentu. Untuk memastikan hal ini, penulis membandingkan
sejumlah penelitian terdahulu yang menyinggung mengenai
pemanfaatan serabut kelapa sebagai campuran beton secara umum.
Data pertama berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Tri
Wahyudi. Penelitian ini meneliti mengenai kuat tekan pada balok K-
100 yang telah mendapat substitusi berupa sabut kelapa dan ijuk.
2
Untuk usia 28 hari, diperoleh kuat tekan sebesar 101.9077 kg/cm
2
untuk 0% substitusi, 104.4154 kg/cm untuk 0,25% substitusi,
2 2
108.2462 kg/cm untuk 0,5% substitusi, 109.4 kg/cm untuk 0,75%
2
substitusi, 116.2462 kg/cm untuk 1% substitusi, dan 107.1385
2
kg/cm untuk 1,25% substitusi. Dari penelitian ini, diperoleh bahwa

kuat tekan batako yang memperoleh substitusi memiliki kuat tekan


yang lebih besar jika dibandingkan dengan batako konvensional.

7
Grafik kuat tekan mengalami anomali dengan titik puncak di benda
uji berupa batako dengan kandungan sabut kelapa dan ijuk 1%
(Wahyudi, 2013).

Gambar 3.1 Kuat Tekan Bahan Uji menurut Tri Wahyudi


Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dianalisis bahwa kuat
tekan beton dengan serabut kelapa mengalami anomali. Hal ini juga
dapat dispesifikasi untuk pembuatan batako yang memanfaatkan
substitusi serabut kelapa, pelepah pisang dan sekam padi. Anomali
ini mungkin disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Terjadi kesalahan di luar kesengajaan, baik saat pembuatan
maupun pengujian;
2) Penambahan serabut kelapa ke dalam campuran benda uji
awalnya meningkatkan kuat tekan benda uji, namun seiring
dengan meningkatnya kandungan serabut kelapa dalam
campuran, kuat tekan menjadi semakin menurun; atau
3) Benda uji dengan tingkat serabut kelapa yang rendah memang
memiliki kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan benda
uji yang memiliki tingkat serabut kelapa yang tinggi, sehingga
memiliki kuat tekan yang lebih tinggi. Hal ini bisa terjadi jika
serabut kelapa tidak ditambahkan dengan sempurna atau dalam
keadaan utuh.
Kemudian, menurut Khuriati, Komaruddin, dan Nur (2006),
serabut kelapa dapat dijadikan sebagai bahan peredam suara.

8
Komposisi yang paling ideal sebagai peredam suara adalah
campuran serat dan daging sabut kelapa, dengan αw (koefisien
penyerapan bunyi) sebesar 0,51. Artinya, dari semua gelombang
bunyi yang masuk, sekitar 51% bunyi yang datang diserap oleh
bahan. Penambahan jumlah serat pada campuran serat dan daging
sabut dapat meningkatkan nilai koefisien penyerapan bunyi yang
dimiliki (Khuriati, Komaruddin, & Nur, 2006).
Menurut, Nugraha S. Dan Setiawati S. (2006), sekam padi
merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari
dua belahan yang disebut lemme dan palea yang saling bertautan.
Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras
dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam
dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, dan
energi atau bahan bakar. Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk
density) 125 kg/m3, dengan nilai kalori 3.300 kkal/kg sekam. Proses
penggilingan gabah akan menghasilkan 16-28% sekam (Nugraha,
2006). Sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
diantaranya: (a) sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama
kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan
baku dalam berbagai industri kimia, (b) sebagai bahan baku pada
industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2) yang
dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland,
bahan isolasi, huskboard, dan campuran pada industri bata merah, (c)
sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia,
kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran
yang merata dan stabil (Nugraha. S dan Setiawati. J, 2006).
Komponen utama sekam ialah selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Masalah yang sering dihadapi sekam padi untuk menjadi pengisi
yang baik ialah penyerapannya terhadap kelembapan.

9
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Limbah serabut kelapa dan pelepah pisang mengandung lignin
dan selulosa sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
dalam pembuatan batako.
2. Batako dari serabut kelapa memiliki tampilan luar yang serupa
dengan batako konvensional, serta biaya produksi yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan batako konvensional. Kuat
tekan batako yang memperoleh substitusi serabut kelapa akan
meningkat hingga menyentuh titik puncak (optimum) pada
komposisi tertentu, lalu kembali menurun hingga ke titik
tertentu.
5.2 Saran
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai pemanfaatan limbah serabut kelapa menjadi
batako ramah lingkungan. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah
sebagai berikut.
1. Melakukan penelitian lanjutan untuk melengkapi sekaligus
menyempurnakan penelitian ini serta penelitian-penelitian
sebelumnya.
2. Kepada para produsen batako, untuk mengaplikasikan
pemanfaatan limbah serabut kelapa dalam kegiatan produksi
batako. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengurangi biaya
produksi, sekaligus sebagai upaya mengurangi limbah serabut
kelapa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, W. (2014). Pengaruh Konsentrasi Aktivator H2SO4 untuk


Meningkatkan Daya Serap Arang Aktif Sabut Kelapa dan Serbuk sebagai
Media Adsorben. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Anindyawati, T. (2009). Prospek Enzim dan Limbah Lignoselulosa Untuk Produksi
Bioetanol. Jurnal Selulosa, 44(1), 49-56.
Biaya Produksi dan Cara Menghitung Biaya Produksi. (2017). Diakses pada 28
Maret 2018, dari Entrepeneurship Education Without Boundaries:
http://ciputrauceo.net
Dadang, W. I. (2010). Potensi Produksi Sabut Kelapa Meningkatkan Nilai
Tambah. Bogor:Institut Pertanian Bogor.
Fauzan, A. (2009). Petunjuk Praktek Asisten Teknisi Laboratorium Pengujian
Bahan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Harsono, H. (2002). Pembuatan Silika Amorf dari Limbah Sekam Padi. Jurnal
Ilmu Dasar. Vol. 3(2), hal 98-103.
Khuriati, A., Komaruddin, E., & Nur, M. (2006). Desain Peredam Suara Berbahan
Dasar Sabut Kelapa dan Pengukuran Koefisien Penyerapan Bunyinya. Berkala
Fisika, 9(1), 43-53.
Lokantara, P. (2007). Analisis Arah Dan Arah Perlakuan Serat pelepah pisang.
Serta Rasio Epoxy Hardener Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Komposit
Serat Epoxy, Jurnal Volume 2 Nomor 1 , (Juni 2009), 15-21.
Nurmawati, I. (2006). Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian Kayu sebagai
Bahan Subtitusi Pembuatan Paving Block. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Samsul, Herwani, & Supriyadi, A. (2015). Pengujian Sifat Mekanis Batako Pejal
dengan Serat Kelapa dengan Variasi 1,5 Cm, 2 Cm dan 2,5 Cm. Jurnal
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Tanjungpura, 1-9.
Syahbani, M. (2014). Rancang Bangun Alat Bantu Pengupas Sabut Kelapa
Secara Mekanik (Proses Pembuatan). Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit Teknik
SIpil Universitas Gajah Mada.

11
Wahyudi, T. (2013). Penggunaan Ijuk dan Sabut Kelapa Terhadap Kuat Tekan
pada Beton K, Jurnal Mahasiswa Fakultas Teknik, 1(1), 1-11.

12
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya Tetap

Komponen Kapasitas Harga Satuan Jumlah Harga total Biaya per batako

Bangunan 3000000 Rp 5,000,000 1 Rp 5,000,000 Rp 167


Mesin Cetak 1500000 Rp 14,500,000 1 Rp 14,500,000 Rp 967
Ember 300000 Rp 10,000 5 Rp 50,000 Rp 017
Sendok Semen 300000 Rp 17,500 1 Rp 17,500 Rp 006

Cangkul 300000 Rp 50,000 1 Rp 50,000 Rp 017

Sekop 300000 Rp 45,000 1 Rp 45,000 Rp 015


Kayu Landasan (1 m2) 300000 Rp 40,000 1 Rp 40,000 Rp 013

Total Rp 19,702,500 Rp 1,201

*) untuk bangunan dan mesin, dengan asumsi bahwa waktu pakai selama 10 tahun, hari kerja dalam
setahun sebanyak 300 hari, dan kapasitas harian sebanyak 1000 buah batako, kapasitas diperoleh dengan
cara sebagai berikut
*) untuk komponen lainnya, kapasitas diperoleh dengan mengalikan waktu pakai, yakni sekitar 1 tahun,
kapasitas produksi harian sebanyak 1000 batako. hari kerja dalam setahun sebanyak 300 hari, dan
Penghitungannya adalah sebagai berikut.

Biaya Variabel
Biaya dihitung untuk setiap 100 buah batako
Biaya dihitung dengan asumsi bahwa setiap batako umumnya memiliki berat sekitar 4 kg

Jumlah per KE Biaya


Komponen Satuan
0 1 2 KE-0 KE-1 KE-2

Semen Portland kg 50 50 50 Rp 50,000 Rp 50,000 Rp 50,000

Pasir kg 50 50 50 Rp 2,198 Rp 2,198 Rp 2,198

Air L 140 140 140 Rp 1,050 Rp 1,050 Rp 1,050


Bahan Campuran kg 150 450 900 Rp - Rp - Rp -

Listrik Rp 10,000 Rp 10,000 Rp 10,000


Pemeliharaan Mesin* Rp 5,000 Rp 5,000 Rp 5,000

Upah tenaga Kerja Rp 35,000 Rp 35,000 Rp 35,000

Total Rp 103,248 Rp 103,248 Rp 103,248

Biaya Satuan Rp 1,032 Rp 1,032 Rp 1,032

*) Biaya pemelihaaan mesin: Pemeliharaan dilakukan setiap tahun dengan biaya sekitar
Rp 1.500.000,-. Harga yang tercantum adalah kalkulasi biaya harian yang diperlukan

13
Lampiran 2. Foto-Foto Penelitian
Foto Bahan

Foto Proses Pencetakan

14
Foto Hasil Batako

Ke-0 Ke-1

Ke-2

15

Anda mungkin juga menyukai