Diusulkan oleh :
PANGKALPINANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN LKTI DIES NATALIS FT UBB
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan segala rahmat-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “PENGOLAHAN
LIMBAH TEMPURUNG KELAPA MENJADI BRIKET KUALITAS EKSPOR” dengan
baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini bertujuan menyampaikan informasi yang telah didapat oleh
penulis selama penelitian berlangsung, serta memberikan fokus pada kegiatan penelitian dan
pengolahan limbah tempurung kelapa menjadi briket dengan tak lupa memberikan dasar teori yang
terkait.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, banyak mendapatkan bimbingan,
kritik, serta saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Guskarnali, S.T.,M.T., sebagai dosen pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah (KTI).
2. Orang tua, yang telah memberi dukungan dan doa.
3. Teman-teman yang sudah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari dalam penulisan banyak terjadi kekurangan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah (KTI) ini. Dengan demikian kritik dan saran yang sangat membantu untuk
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua.
(Penulis)
iII
DAFTAR ISI
iv
BAB V PENUTUP ...........................................................................................11
5.1 Simpulan ......................................................................................................11
5.2 Saran............................................................................................................11
Daftar Pustaka .................................................................................................12
Lampiran..........................................................................................................13
v
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Luas areal
pertanaman kelapa di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 3,29 juta ha dengan jumlah
tanaman produktif mencapai 73,6%. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan
salah satu daerah yang berpotensi akan SDA bidang perkebunan, khususnya tanaman
kelapa. Melimpahnya tanaman kelapa ini menggerakkan rasa inisiatif masyarakat
untuk mengelola dan memanfaatkan tanaman tersebut menjadi barang layak pakai guna
memenuhi kebutuhan dasar. Dalam tulisan ini akan ditelusuri lebih jauh mengenai
bagian tempurung kelapa. Mulai dari proses pengolahannya hingga menjadi briket
arang yang ekonomis dan berkualitas ekspor. Tempurung kelapa adalah bagian dari
buah kelapa yang berupa endokrap, bersifat keras, dan di selimuti oleh sabut kelapa
biasanya tempurung kelapa di gunakan sebagai bahan kerajinan, bahan bakar, dan
briket. Pada bagian pangkal tempurung kelapa terdapat 3 titik lubang tumbuh (ovule)
yang menunjukkan bahwa bakal buah asalnya berlubang 3 dan yang tumbuh biasanya
1 buah saja. Tempurung kelapa memiliki komposisi kimia mirip dengan kayu,
mengandung lignin, pentosa, dan selulosa. Tempurung kelapa dalam penggunaan
biasanya digunakan sebagai bahan pokok pembuatan arang dan arang aktif. Hal
tersebut dikarenakan tempurung kelapa merupakan bahan yang dapat menghasilkan
nilai kalor sekitar 6.500 – 7.600 Kkal/g. Urutan proses dari tempurung kelapa sebagai
bahan baku menjadi briket arang, yaitu persiapan, pengarangan, penghalusan,
pengayakan, pengeleman, serta percetakan. Pada dasarnya briket bioarang adalah
merupakan inovasi energi alternatif sebagai pengganti arang konvensional yang berasal
dari kayu. Briket arang ini dapat dibuat dari limbah tempurung kelapa yang dicampur
dengan bahan perekat seperti perekat tepung tapioka, perekat tumbuh-tumbuhan dan
sebagainya.
Kata Kunci : Kelapa, Tempurung, Briket, Arang
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sebagai Negara yang terletak pada wilayah tropis, Indonesia merupakan salah satu
penghasil kelapa terbesar di dunia. Luas areal pertanaman kelapa di Indonesia pada
tahun 2005 mencapai 3,29 juta ha dengan jumlah tanaman produktif mencapai 73,6%
(Departemen Pertanian, 2007). Data Asia Pasific Coconut Comunity (APCC, 2001)
menunjukkan bahwa produksi buah kelapa nasional adalah sebanyak 15,5 miliar butir/
tahun.
Limbah batok kelapa banyak di jumpai di tempat penjual kelapa di pasar tradisional
dan di perkebunan kelapa itu sendiri.Limbah batok kelapa biasasanya di manfaatkan
oleh masyarakat untuk sebagai wadah getah dalam petanian karet dan di bakar ntuk
keperluan sebagai arang biasa. Kurangnya daya serap limbah ini mengakibatkan
penumpkan limbah yang tidak tidak jarang menyebabkan pencemaran lingkungan,
yang selama ini belum didapatkan cara untuk mengatasi dengan baik. Pada masa
pandemi yang menjadi permasalahan Negara Indonesia selain kesehatan faktor
perekonomian juga sangat menurun. Dengan adanya pemanfaatan limbah tempurung
kelapa menjadi briket yang nantinya dapat meningkatkan nilai jual dari briket tersebut,
karena briket yang berkualitas bagus sangat laris di luar negeri sebagai bahan bakar
untuk tabung shisha rokok maupun memanggang makanan atau daging.
Saat ini, jika kesadaran masyarakat ditingkatkan akan potensi arang briket di pasar
internasional dapat kita bayangkan tidak hanya masalah lingkungan yang dapat kita
atasi namun kita dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang tentunya
dapat memperkuat Indonesia dalam mengatasi masalah pada masa pandemi saat ini.
2
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari tulisan kali ini adalah sebagai berikut:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komponen Persentase ( % )
Lignin 29,4
Air 8,0
Abu 0,6
Komponen Ekstraktif 4,2
Selulosa 26,6
Uronat Anhidrat 3,5
Nitrogen 0,1
4
Hemiselulosa 27,7
( Sumber: Suhardiyono, 1988 dalam Anonim )
Pada dasarnya limbah biomassa dari tempurung kelapa sangat melimpah dan dalam
pemanfaatannya belum begitu optimal. Biasanya pemanfaatan limbah tempurung
kelapa digunakan sebagai bahan bakar sekali pakai. Oleh karena itu limbah tempurung
kelapa ini akan dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu sebagai bahan bakar yang
ramah lingkungan.
4. Kuat
Tempurung kelapa memiliki kekuatan yang sangat baik sehingga tidak mudah pecah
apabila terjatuh.
5. Tahan air
Tempurung kelapa memiliki pori-pori dengan tingkat kerapatan yang tinggi. Sifat
ini mengakibatkan tempurung kelapa dapat menahan atau menampung air.
2.3. Biomassa
Biomassa merupakan bahan-bahan organik yang berumur relatif muda dan berasal
dari tumbuhan, hewan, produk dan sisa limbah industri budidaya ( pertanian,
peternakan, kehutanan, perkebunan, perikanan ). Unsur utama dari biomassa adalah
bermacam-macam zat kimia (molekul) yang sebagian besar mengandung atom karbon
(C). Biomassa secara garis besar tersusun dari selulosa dan lignin (sering disebut lignin
selulosa). Komposisi elementer dari biomassa bebas abu dan bebas air kira-kira 53%
massa karbon, 6% hidrgen dan 42% oksigen, serta sedikit nitrogen, fosfor dan belerang
(biasanya masingmasing kurang dari 1%). Kadar abu kayu biasanya kurang dari 1%(
Supriyanto dan Merry, 2010).
Menurut Bossel (1994), limbah biomassa yang di jadikan bahan bakar terlebih
dahulu dibuat briket untuk memudahkan penanganannya, bahan biomassa yang dapat
dibuat biobriket terdiri atas:
1. Limbah pengolahan kayu seperti: logging residues, bark, saw dusk, shavinos, waste
timber.
2. Limbah pertanian seperti: jerami, sekam, ampas tebu, daun kering.
3. Limbah bahan berserat seperti: serat kapas, goni, sabut kelapa.
4. Limbah pengolahan pangan seperti: kulit kacang-kacangan, biji buahbuahan, kulit
buah-buahan.
5. Selulosa seperti, limbah kertas, karton.
6
Dari gambaran di atas maka tempurung kelapa merupakan salah satu limbah pertanian
yang memiliki visibility untuk dapat dijadikan briket dengan terlebih dahulu di
arangkan.
Menurut Sinurat (2011), biomassa adalah suatu limbah benda padat yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Energi biomassa dapat menjadi sumber
energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (minak bumi) karena sifatnya yang dapat
diperbaharui dan relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan
polusi udara. Di indonesi sangat banyak potensi limbah biomassa yang dapat di
manfaatkan, dapat di lihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Potensi Energi Biomassa Di Indonesia
Sumber Energi Produksi Energi ( 109/th ) Pangsa ( % )
( 106 ton/th )
Kayu 25.000 100 72.0
Sekam Padi 7.55 27.0 19.4
Jenggal Jagung 1.52 6.8 4.9
Tempurung 1.25 5.1 3.4
Kelapa
Potensi Total 35.32 138.9 100
( Sumber : Abdul Kadir, 1995 )
atau diameter kecil (ranting, serbuk, serpih, sebetan, tempurung kelapa, tempurung
kemiri dan lainlain). Limbah dari pengarangan yang berupa bongkah arang yang
berukuran kecil atau serbuk dapat diubah menjadi bentuk briket arang yang akan dapat
memperbaiki sifat fisiknya terutama pada kerapatan, kebersihan dan ketahanan tekan
serta memperlambat kecepatan pembakaran (Pari, dkk, 2012).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Tempurung kelapa merupakan salah satu limbah organik yang berasal dari
tumbuhan kelapa, pemanfaatan tempurung kelapa secara tradisional biasanya dibuat
menjadi gayung, asbak serta bahan aksesoris. Selain itu, tempurung kelapa dapat diolah
lebih lanjut menjadi arang, briket arang bahkan menjadi karbon aktif.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi yang kaya akan
hasil perkebunannya yang melimpah, khususnya tanaman kelapa. Kelapa yang
biasanya disebut sebagai tanaman berjuta manfaat karena bagian – bagiannya dapat
diolah menjadi barang layak pakai ( sandang, pangan, dan papan ) dalam pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. Namun masyarakat belum menemukan inovasi terkait cara
pemanfaatan tempurung kelapa menjadi produk yang lebih baik dan bernilai ekonomis.
Tempurung kelapa biasanya dijual di rumah makan atau tempat penjualan sate saja
dengan harga kisaran Rp 10.000 saja. Jumlah arang tempurung kelapa yang terjual
cenderung lebih kecil dari pada jumlah limbah tempurung kelapa yang dihasilkan oleh
kegiatan masyarakat. Akibat hal ini, limbah tempurung kelapa mengalami penumpukan
karena kurangnya daya serap dari penjualan arang tempurung kelapa di lingkungan
masyarakat sehingga menjadi sebuah permasalahan yang setiap hari makin memburuk.
Untuk mengatasi permasalahan ini, salah satu produk yang dibuat dari tempurung
kelapa adalah pembuatan arang tempurung yang merupakan bahan baku untuk
pembuatan arang briket yang pada proses selanjutnya akan dapat diolah menjadi arang
aktif. Jadi arang briket merupakan bahan baku untuk industri arang aktif. Pembuatan
arang briket ini belum banyak yang menggunakannya, padahal potensi bahan baku dan
potensi pasar cukup besar. Dari aspek teknologi, pengolahan arang briket relatif masih
sederhana dan dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha skala kecil dan menengah.
10
Keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar, pasar yang terbatas, serta kualitas
yang belum memenuhi persyaratan, merupakan kendala dan masalah dalam
pengembangan usaha industri pengolahan arang briket.
Ternyata arang biasa dan briket memiliki perbedaan mendasar pada aspek tertentu.
Perbedaan tersebut yaitu briket sangat keras dan mempunyai tenaga panas yang jauh
lebih tinggi dari arang biasa. Arang biasa kalau dipegang ada angusnya (tangan yang
memegang kena kotoran berwarna hitam), sedangkan briket tidak membekas di tangan.
Ini luar biasa signifikan bagi pengguna briket karena tidak perlu merasa geli atau setiap
kali harus sedia lap, untuk membersihkan jika menggunakan bahan bakar dari briket.
11
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
5.2. Saran
Meninjau potensi tempurung kelapa yang sangat bervariasi manfaatnya, maka dari
itu dibutuhkan kepekaan masyarakat sekitar agar menciptakan inovasi baru untuk
lingkungan asri dengan memanfaatkan tempurung kelapa secara maksimal guna
mengurangi penumpukan serta menunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Defianti, Linda, Analisis Briket Limbah Tempurung Kelapa dan Minyak Tanah
Ditinjau dari Nilai Kalori dan Keekonomisan di Kecamatan Sipora Utara
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Yayasan Muhammad Yamin STTIND
Padang, (2016).
Hendra, D, Bahan Baku Pembuatan Arang dan Briket Arang, Litbang Hutan Gunung
Batu, (1999).
Khuluk, R.H., Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa
(Cocous Nucifera) sebagai Adsorben Zat Warna Metilen Biru, FMIPA
Universitas Lampung, (2016).
Nustini, Yuni, dan Allwar, Pemanfaatan Limbah Tempurung Kelapa menjadi Arang
Tempurung Kelapa dan Granular Karbon Aktif Guna Meningkatkan
Kesejahteraan Desa Watuduwur, Bruno, Kabupaten Purworejo, AJIE, Vol 4,
(2019).
Salin, N.,dkk., Komposisi Efektif Batok Kelapa sebagai Karbon Aktif untuk
Meningkatkan Kualitas Air Tanah di Kawasan Perkotaan, Media Komunikasi
Teknik Sipil, Vol 24 : 87-90, (2018).
Sulistyanto, Amin, Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara dan
Sabut Kelapa, Universitas Muhammadiyah, (2006).
13
LAMPIRAN
A. Ketua Tim
Karya-Karya Ilmiah :-
Penghargaan :-
B. Anggota 1
Karya-Karya Ilmiah :-
Penghargaan :-
14
C. Anggota 2
Karya-Karya Ilmiah :-
Penghargaan :-