Disusun oleh :
1. Indrasta Wahyu Bagus Prasojo (190351620513)
2. Muhammad Nurul (190351620512)
3. Rayhan Osla Auditia (190351620496)
4. Wan Eka Yusi Saputri (190351620470)
Offering C-2019/Kelompok B
Penulis
PRAKATA
Pembuatan book chapter ini tidak serta merta selalu berjalan lancar. Banyak
tantangan dan hambatan yang telah dilalui agar terselesaikannya tepat waktu. Tak lupa
ucapan terimakasih disampaikan kepada:
1. Ibu Isnanik Juni Fitriyah, S.Pd., M.Si selaku pembina matakuliah IPA Terapan
yang telah memberikan tugas ini sebagai bentuk menambah wawasan.
2. Para penulis Wan Eka Yusi Saputri, Indrasta Wahyu Bagus Prasojo, Muhammad
Nurul, serta Rayhan Osla yang telah memberikan waktunya untuk
menyelesaikan tepat waktu.
3. Para penulis referensi-referensi yang digunakan dalam penulisan book chpater,
sehingga menjadi modal untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan book
chapter ini
Penulisan book chapter ini tak luput dari segala kekurangan dan kelebihan.
Akhir kata semoga book chapter ini bermanfaat bagi pembaca sebagai salah satu media
dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Editor
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
PRAKATA........................................................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
ISI......................................................................................................................................6
PENUTUP.......................................................................................................................37
REFERENSI....................................................................................................................38
PENDAHULUAN
Di Indonesia saat ini, industry merupakan sector yang berperan penting dalam
menunjang perekonomian. Tetapi disisi lain, sector industry ini kerap kali dianggap
sebagai salah satu sector yang menyumbang kerusakan pada alam yang tinggi berkat
adanya pembuangan limbah yang tidak diolah terlebih dahulu. Sedangkan air adalah
suatu unsur yang penting bagi kehidupan. Lingkungan dapat dikata baik jika unsur yang
menyusun lingkungan tetap terpelihara. Industri yang mengalirkan buangan limbah
cairnya ke aliran air semakin bertambah banyak, sehingga akan menyebabkan hal-hal
seperti aliran air yang tercemar, merusak tatanan kehidupan air, merusak ketersediaan
air dan umum, serta mengakibatkan tidak layaknya sebagai sumber persediaan air
bersih. Dengan ini maka perlu adanya inovasi berupa pengolahan limbah yang inovatif
dan mampu mengurangi pencemaran limbah akibat limbah industry.[1] Salah satu
Teknik yang diangga efisien, aman dan ramah lingkungan adalah dengan menerapkan
metode elektrokoagulasi yang dimana memanfaatkan proses elektrokimia.
Elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi suspensi, emulsi, atau kontaminan terlarut
dalam media air dengan bantuan arus listrik. Dalam bentuk yang paling sederhana,
sebuah reaktor elektrokoagulasi dapat terdiri dari sel elektrolit dengan satu anoda dan
satu katoda. Melalui elektrokoagulasi ini diharapkan mampu menurunkan kadar COD,
BOD dan senyawa lainnya yang terkandung didalam limbah. Pada sel elektrolisis
elektroda yang berfungsi penghantar listrik adalah anoda sehingga terjadi suatu
pelarutan material anoda menghasilkan kation logam (M+). Elektrolisis air merupakan
reaksi samping yang menghasilkan gas hydrogen pada katoda dan gas oksigen pada
anoda. Hidroksi mengflokulasi dan mengkoagulasi partikel tersuspensi sehingga terjadi
proses pemisahan zat padat dari air limbah. hanya anoda yang digunakan adalah besi
dan digunakan untuk mengolah air sungai [2]. Elektrokoagulasi merupakan salah satu
cara pengolahan limbah elektroplating hasil industri. Elektroplating merupakan proses
yang didalamnya melibatkan arus listrik, larutan elektrolit, serta elektroda yang
digunakan untuk pelapisan sebuah logam agar terhindar dari perkaratan.
ISI
Abstrak
Segala sesuatu atau urusan yang berkaitan (bertalian) dengan industri merupakan makna
perindustrian dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Industri merupakan suatu
kegiatan untuk mengolah suatu bahan menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi
dan bermanfaat nantinya bagi kehidupan sehari-hari.Kebutuhan masyarakat akan hasil
olahan industry sangat bermacam-macam, dari hasil industry kecil hingga industry
besar. Barang-barang yang diolah dalam industry juga sangat bergagam. Untuk
memenuhi beragamnya kebutuhan masyarakat akan hasil barang industry, terdapat
beragam jenis industry juga untuk memproduksi barang kebutuhan masyarakat. Di
Indonesia bahkan di dunia terdapat berbagai jenis industry. Industri yang tersebar
diantaranya didasarkan atas bahan baku, klasifikasi, hasil produksi, bahkan
produktivitasnya.
Kata kunci: industri, perindustrian, jenis-jenis industri
Pendahuluan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan perindustrian adalah
suatu sesuatu atau suatu urusan yang berikatan dengan industri. Sedangkan, industri
sendiri adalah bagian dari perindustrian. Industri dalam KBBI dijelaskan sebagai suatu
kegiatan yang mengolah atau memproses suatu barang dengan menggunakan suatu
sarana maupun peralatan yang tersedia. Di Indonesia sendiri, pembangunan ekonomi
nasional menjadikan sektor perindustrian menjadi suatu komponen yang utama. Banyak
yang telah dikontribusikan oleh sektor perindustrian ini kepada ekonomi di Indonesia.
Indonesia dapat dikatakan salah satu negara dengan industri yang terbilang cukup
banyak. Sektor perindustrian di Indonesia diantaranya tersebar dalam sektor pertanian,
mineral, migas, dan transportasi. Sektor-sektor tersebut tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Industri yang tersebar diantaranya didasarkan atas bahan baku, klasifikasi,
hasil produksi, bahkan produktivitasnya.
Pembahasan
Pengertian Industri dan Perindustrian
Segala sesuatu atau urusan yang berkaitan (bertalian) dengan industri merupakan
makna perindustrian dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Industri sendiri
dalam KBBI bermakna suatu kegiatan guna memproses atau mengolah suatu barang
dengan menggunakan peralatan maupun sarana yang tersedia [1].
Industri menurut Islam adalah tempat untuk melakukan aktifitas proses
pengolahan dari produksi, biasanya berkaitan dengan apa yang diproduksinya [2].
Menurut Maghfur Wachid, industri dilihat dari segi industri itu sendiri merupakan hak
milik pribadi. Sebab, industri merupakan barang yang bisa dimiliki secara pribadi [3].
Menurut Ahmad Ifham Sholihin yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan
ekonomi yang menghasilkan barang atau jasa (industri) [4].
Menurut Hadi Sasrawan yang mengutip pendapat para ahli, diantaranya Teguh
S. Pambudi mengatakan industri adalah sekelompok perusahaan yang bisa
menghasilkan sebuah produk yang dapat saling menggantikan antara yang satu dengan
yang lainnya. Menurut Hinsa Sahaan, industri adalah bagian dari sebuah proses yang
mengolah barang mentah menjadi barang jadi sehingga menjadi sebuah barang baru
yang memiliki nilai lebih bagi kebutuhan masyarakat.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan barang
jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunanya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industry[5]. Menurut Kamus Ilmiah
Populer, industri adalah kerajinan atau usaha produk barang suatu perusahaan [6].
Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa industri merupakan bagian dari
perindustrian dan merupakan suatu kegiatan untuk mengolah suatu bahan menjadi
barang yang memiliki nilai jual tinggi dan bermanfaat nantinya bagi kehidupan sehari-
hari.
2. Berdasarkan Klasifikasi
Klasfisikasi ini didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia
No. 19/M/I/1986. Dalam SK Menteri Perindustrian tersebut jenis-jenis industry
dibagi menjadi berikut.
a. Industri kimia dasar, seperti industri obat-obatan (farmasi), industri pupuk,
industri ban, industri kertas.
b. Indusri mesin dan logam dasar, seperti industri pesawat terbang, industri mesin,
industri alat komunikasi.
c. Industri kecil, seperti industri makanan ringan, industri minyak goreng, industri
roti.
d. Aneka industri, semua industri yang tidak termasuk dalam 3 jenis industri diata,
seperti industri pakaian.
3. Berdasarkan Hasil Produksi
a. Industri berat, industri ini menghasilkan mesin dan/ alat produksi, seperti alat
trasportasi dan alat berat (kontruksi).
b. Industri ringan, industri ini menghasilkan barang jadi langsung pakai, seperti
makanan dan minuman serta obat-obatan (farmasi).
4. Berdasarkan Produktivitas Perorangan
a. Industri primer, merupakan industry yang barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Industry ini terbagi menjadi dua
industri yaitu industry ekstraktif dan industry genetik. Kedua industry tersebut
termasuk industry primer karena barang produksinya tidak diolah terlebuh
dahulu.
1) Industri ekstraktif, menggunakan SDA (Sumber Daya Alam) seperti air, tanah
udara. Contohnya penebangan, pertambangan.
2) Industri genetik, berhubungan dengan tumbuh dan kembang hewan maupun
tumbuhan. Contohnya pembibitan tanaman.
b. Industri sekunder, merupakan industry yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan yang dapat diolah kembali. Industry ini melalui dua proses pengolahan
untuk memperoleh barang jadi, yang diawali dengan pengolahan bahan mentah
akan menjadi bahan setengah jadi akan diolah lagi menjadi bahan jadi.
Contohnya industry pemiintalan benang sutra, komponen elektronik dan
sebagainya.
c. Industri tersier, hasil industri berupa layanan yang bergerak dalam bidang jasa.
Contohnya seperti telekomunikasi, transportasi, perbankan, perawatan kesehatan
dan sebagainya.
d. Industri kuarter, merupakan industri yang melibatkan penelitian (riset) dan
pengembangannya, seperti infornasi teknologi atau TI.
Penutup
Industri merupakan bagian dari perindustrian dan merupakan suatu kegiatan
untuk mengolah suatu bahan menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi dan
bermanfaat nantinya bagi kehidupan sehari-hari. Industri yang tersebar di seluruh
Indonesia, bahkan dunia terbagi menjadi berbagai jenis industri. Industri yang tersebar
diantaranya didasarkan atas bahan baku, klasifikasi, hasil produksi, bahkan
produktivitasnya.
Referensi
[1] “Arti kata industri - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,”
https//kbbi.web.id/industri (accessed Sep. 08, 2021).
[2] M. Hidayat, The Sharia Economic. Jakarta Timur: PT Bestari Buana Murni,
2010.
[3] M. Wachid, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam. Surabaya:
Risalah Gusti, 1999.
[4] A. I. Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Islam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2010.
[5] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Pasal 1 Tahun 1984 tentang
Perindustrian. 1984.
[6] M. D. Bahri, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arloka Offset, 2010.
[7] “Industri Olahraga - Google Books,”
https//www.google.co.id/books/edition/Industri_Olahraga/RiAPEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=Nugroho,+Sigit.+2020.+Industri+Olahraga.
+Yogyakarta+UNY+Press&pg=PR4&printsec=frontcover (accessed Sep. 08,
2021).
BAB II
JENIS-JENIS LIMBAH
Rayhan Osla
Abstrak
Limbah adalah bahan sisa dari proses produksi, baik pada skala rumah tangga,
industri, dan sebagainya. Limbah yang menumpuk memiliki dampak negatif terhadap
keseimbangan lingkungan maupun terhadap kesehatan makhluk hidup terutama
manusia. Limbah terdiri dari beberapa jenis, contohnya limbah padat, limbah cair,
limbah gas. Limbah juga memiliki karakter yang berbeda di tiap jenisnya. Namun
karakteristik limbah secara umum adalah berukuran mikro, dinamis, penyebarannya
berdampak luas, berdampak jangka panjang (antargenerasi).
Kata kunci: Limbah, Jenis Limbah, Karakteristik Limbah
Pendahuluan
Limbah merupakan sisa-sisa bahan produksi yang dapat menimbulkan polusi dan
mengganggu kesehatan karena mengandung bahan berbahaya. Limbah tersebut dapat
berupa limbah padat, cair, gas yang harus dikelola dengan bijaksana, yang artinya
bahwa pengelolaan limbah tersebut mampu mengoptimalkan tuntutan kepentingan dari
berbagai pihak terkait, terutama kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup.
Pembahasan
A. Pengertian Limbah
Limbah didefinisikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang akibat
kegiatan manusia yang tidak atau belum memiliki nilai ekonomi dan nilai positif
bahkan dapat memiliki nilai ekonomi negatif (Murtadho, 1988). Sedangkan
pengertian Limbah menurut WHO yaitu sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Pengertian lain yang berasal dari keputusan
Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 tentang prosedur impor limbah,
menyatakan bahwa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan
atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang dapat
dimakan oleh manusia dan hewan. Sedangkan menurut Suharto (2011), limbah
merupakan zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia.
Pengertian limbah secara umum ialah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
pertambangan dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,
cair, maupun padat. Diantara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun
atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
( Limbah B3 ). Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) adalah
setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan
corrositivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan serta dapah
membahayakan kesehatan manusia. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas,
sisa kotoran hewan, tanaman atau sayuran. Keseimbangan lingkungan menjadi
terganggu jika jumlah hasil buangan tersebut melebihi ambang batas toleransi
lingkungan. Apabila konsentrasi dan kuantitas melebihi ambang batas, keberadaan
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.
B. Macam Limbah
Berdasarkan bentuk atau wujud, limbah dapat dibedakan menjadi empat
jenis, yaitu:
1. Limbah Cair
Limbah cair merupakan limbah yang memiliki wujud cair. Limbah cair
memiliki sifat terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam.
2. Limbah Padat
Limbah padat merupakan limbah yang memiliki wujud padat. Limbah
padat bersifat tidak dapat pindah dengan sendirinya dan kering. Limbah padat
juga sulit diuraian dan tidak mudah larut. Sampah merupakan limbah yang
terbanyak di lingkungan. Istilah sampah diberikan kepada barang–barang atau
bahan–bahan buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi
atau tidak terpakai dalam bentuk padat. Limbah padat terdiri dari limbah padat
yang mudah tebakar, limbah padat sukar terbakar, limbah padat yang mudah
membusuk, limbah yang dapat didaur ulang, limbah radioaktif, bongkaran
bangunan, lumpur.
3. Limbah Gas
Limbah gas merupakan zat buangan yang berwujud gas. Limbah gas dapat
dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas memiliki sifat selalu bergerak sehingga
penyebarannya sangat luas.
C. Karakteristik Limbah
Secara umum karakteristik limbah yaitu berukuran mikro, dinamis,
penyebarannya berdampak luas, berdampak jangka panjang (antargenerasi). Kualitas
limbah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
seperti volume limbah (banyak sedikitnya limbah mempengaruhi kualitas limbah),
kandungan limbah (kualitas limbah dipengaruhi oleh kandungan bahan pencemar),
Frekuensi pembuangan limbah (pembuangan limbah dengan frekuensi yang sering akan
menimbulkan masalah).
Penutup
Limbah merupakan bahan sisa produksi yang memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan maupun terhadap kesehatan manusia. Bentuk limbah tersebut dapat berupa
gas atau debu, cair, maupun padat. Diantara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat
beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3). Limbah secara umum memiliki karakteristik yaitu memiliki ukuran yang
sangat kecil (mikro), dinamis, penyebarannya memiliki dampak yang luas, dan juga
memiliki dampak jangka panjang (antargenerasi). Oleh karena itu kita sebagai manusia
harusnya meminimalisir hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan akibat
limbah agar generasi selanjutnya masih dapat menikmati lingkungan yang asri, indah,
dan bersih.
Referensi
Bapedal. (1995). Keputusan Kepala Bapedal No.3. Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: ANDI.
Murtadho, D dan Said, E.G. (1988). Penanganan Pemanfaatan Limbah Padat. Jakarta:
Sarana Perkasan
BAB III
ELEKTROPLATING
Wan Eka Yusi Saputri
Abstrak
Elektroplating merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk membuat
perlindungan pada logam dari perkaratan yang memanfaatkan arus listrik serta prinsip
elektrokimia. Elektroplating sudah banyak dimanfaatkan dalam industri, diantaranya
industri manufaktur. Tujuan utama dari proses ini adalah perlindungan dari perkaratan
serta memberikan efek yang mengkilap. Secara umum proses terbagi menjadi 3 tahapan
yaitu persiapan pengerjaan, proses lapis lilin, dan proses pengerjaan akhir. Dampak
yang ditimbulkan oleh elektroplating adalah hasil limbah yang cukup berbahaya bagi
kehidupan. Pada pelaksanaannya elektroplating memililiki kelebihan dibandingkan
metode lainnya. Walaupun tidak dapat dipungkiri pula ada kekurangan dari adanya
elektroplating ini.
Kata kunci: elektroplating, arus listrik, anoda, katoda.
Pendahuluan
Elektroplating merupakan proses yang didalamnya melibatkan arus listrik,
larutan elektrolit, serta elektroda yang digunakan untuk pelapisan sebuah logam agar
terhindar dari perkaratan. Perkembangan dibidang industri khususnya pada otomotif,
serta peralatan rumah tangga mengharuskan adanya proses pelapisan untuk melapisi
produk yang dihasilkan agar terhindar dari perkaratan. Elektroplating yang dinilai
memiliki keunggulan dibandingan proses pelapisan logam lainnya membuatnya
berkembang pesat saat ini. Untuk mengetahui definis serta tujuan elektroplating secara
khusus, komponen dalam elektroplating, proses yang terjadi, dampak yang ditimbulkan,
kekurangan, dan kelebihan dari elektroplating pada disusunlah book chapter bagian 3
dengan judul “Elektroplating” ini guna memberikan informasi tersebut.
Pembahasan
A. Definisi dan Tujuan Elektroplating
Elektroplating bermakna sebagai suatu proses yang dilakukan yang
diupayakan sebagai pelindung dari proses reduksi-oksidasi atau redoks, dalam
konteks ini adalah perkaratan pada baja maupun besi sehingga memberikan yang
ditimbulkan adalah kilapan [1]. Lain halnya dengan yang disampaikan oleh
Susanto, dkk (2017) elektroplating disebut juga sebagai lapis listrik yang berarti
suatu proses yang dilakukan untuk pelapisan bahan padat sengan lapisan logam
yang menggunakan arus listrik dengan media suatu larutan elektrolit [2]. Effendi
(2009) mengutarakan bahwa penempatan ion logam yang ditambahkan elektron
pada logam yang akan dilapisi, yang ion-ion tersebut berasal dari anoda dan
elektrolit yang digunakan dalam prosesnya disebut sebagai elektroplating [3]. Dari
ketiga pendapat mengenai elektroplating, maka dapat diambil sebuah kesimpulan
mengenai elektroplating. Elektroplating merupakan proses yang didalamnya
melibatkan arus listrik, larutan elektrolit, serta elektroda yang digunakan untuk
pelapisan sebuah logam agar terhindar dari perkaratan.
Kegiatan elektroplating dari sebuah industri manufaktur ini dilakukan atas
tujuan-tujuan tertentu. Tujuan atau fungsi utama dari pelapisan logam dengan
elelektroplating ini sebagai perbaikan penampilan atau dekoratif, memperbaiki
tekstur permukaan, melindungi logam dasar dari korosi atau perkaratan misalnya
baja, serta meningkatkan ketahanan suatu produk terhadap gesekan atau abrasi [4]
[3].
Industri ini banyak terdapat di seluruh bagian Indonesia. Teknik
elektroplating yang berkembang pesat di Indonesia, sering diaplikasikan pada
beberapa industri, layaknya industri kontruksi pabrik, industri peralatan rumah
tangga, bahkan industri otomotif[5]. Penelitian yang dilakukan oleh Anisa, dkk
pada tahun 2020 memberikan suatu contoh daerah yang dalam industrinya
menggunakan teknik atau teknologi elektroplating. Salah satunya berada di
Kotagede tepatnya di Kota Yogyakarta, yaitu kerajian yang terbuat dari perak
dengan nama sehari-harinya penyepuhan [6]. Paridawati (2013) mengatakan bahwa
teknik ini sangat berkembang pesat dikalangan idnustrik kecil maupun menengah di
berbagai negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Lambat laun, proses
ini akan menjadi sebuah kebutuhan dalam bidang industri dan menjadi pilihan
utama dibandingkan dengan metode pelapisan atau penyepuhan logam lainnya.[4].
C. Proses Elektroplating
Kondisi yang perlu diperhatikan dalam proses lapis listrik ini adalah sebagi
berikut.
a. Tegangan listrik
Hukum Faraday kaitannya dengan efisiensi pada pelapisan listrik. Hukum
Faraday menyatakan:
1) Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang terbentuk dan terbebas pada elektroda
selama elektrolisa sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir
dalam larutan elektrolit.
2) Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang dihasilkan oleh arus listrik yang sama
selama elektrolisa adalah sebanding dengan berat ekivalen masin-
masing zat tersebut.
b. pH larutan
pH larutan digunakan untuk menentukan kemampuan dari larutan dalam
menghasilkan larutan yang baik.
3. Proses pengerjaan akhir (Post treatment)
Tahapan akhir dari proses elektroplating adalah mencuci dengan air , kemudian
dikeringkan. Air yang dapat digunakan adalah air ledengan sebagai pembilasan
dan pendinginan serta aquades sebagai pembuatan larutan, analisa.
Komponen utama dari elektroplating adalah arus listrik yang searah atau DC
(dirrect current) dan larutan kimia elektrolit [8]. Pertama-tama, disiapkan sebuah
bejana atau wadah yang diisi dengan larutan kimia yang digunakan, bahan kimia ini
disesuaikan dengan apa yang akan dilapiskan. Selanjutnya, arus listrik dialirkan
melalui kutub positifnya menuju kutub negatifnya. Bagian kutub positif ini disebut
sebagai anoda yang berisikan logam yang digunakan untuk melapisi seperti perak,
tembaga, maupun krom. Sedangkan pada bagian negatifnya atau disebut katodanya
berupa benda atau logam yang ada dilapisi oleh pelapisnya. Hasilnya, logam yang
sudah terlapisi [6]. Kedua elektrode tersebut, dicelupkan (dimasukkan) dan
merendamnya dalamm larutan elektrolit tersebut. Sesaat setelah arus DC dialirkan,
pada bagian katodanya, akan dihasilkan endapan yang disebut sebagai pelapisan
logam. Aliran arus DC itu, menyebabkan adanya elektron mengalir menuju katoda,
ion logam akan didapat dari elektrolit, hal itulah yang menjadikan perpindahan
logam yang akan melapisi logam lainnya[8].
D. Dampak Elektroplating
Elektroplating merupakan sebuah proses dari pengolahan logam untuk
melapisi logam lainnya. Tidak dapat dipungkiri dari proses elektroplating ini
memberikan kontribusi yang cukup buruk bagi kehidupan ini. Salah satunya adalah
elektroplating dapat menyumbang limbah berbahaya dan tergolong dalam limbah
B3. Logam berat limbah hasil elektroplating ini diantaranya cromium total (Cr
total), ion kromium dengan valensi VI (Cr6+), tembaga (Cu), nikel (Ni), seng (Zn),
timbal (Pb), dan kadmium (Cd) yang beracun [2].
Limbah-limbah tersebut biasanya akan hadir dalam air dan akan
menyebabkan sebuah masalah lingkungan, masalah kesehatanpun tidak luput
karena kelrutannya dalam air yang serius. Walaupun kontaminan organik dapat
menjadi biodegradable, namun polutan yang anorganik tidak demikian dan dapat
masuk ke dalam rantai makanan dan terakumulasi dalam organisme hidup. Salah
satu contohnya adalah nikel, yang akan berakibat pada masalah serius paru-paru,
ginjal bahkan masalah kulit[5]. Senada dengan yang dikatakan Nofitasari, dkk
(2012) menyebutkan bahwa Ni dan Cu memiliki daya racun yang sangat tinggi dan
dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh [9].
Penutup
Dari pemaparan yang bersumber dari studi literatur diatas maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Elektroplating merupakan proses yang didalamnya melibatkan arus listrik, larutan
elektrolit, serta elektroda yang digunakan untuk pelapisan sebuah logam agar
terhindar dari perkaratan. Tujuan atau fungsi utama dari pelapisan logam dengan
elelektroplating ini sebagai perbaikan penampilan atau dekoratif, memperbaiki
tekstur permukaan, melindungi logam dasar dari korosi atau perkaratan misalnya
baja, serta meningkatkan ketahanan suatu produk terhadap gesekan atau abrasi
2. Komponen dalam elektroplating adalah rectifier, larutan elektrolit, anoda, dan
katoda.
3. Proses elektroplating terbagi menjadi 3 yaitu tahapan pre treatment, tahapan lapis
listrik, tahapan post treatment.
4. Dampak yang timbulkan dari elektroplating ini dapat berbahaya bagi kehidupan
karena meninggalkan limbah berbahaya, diantaranya cromium total (Cr total), ion
kromium dengan valensi VI (Cr6+), tembaga (Cu), nikel (Ni), seng (Zn), timbal
(Pb), dan kadmium (Cd).
5. Tidak dapat dipungkiri elektroplating memiliki kelebihan seperti lapisan logam
lebih merata, serta kekurangan seperti menurunkan adhesifitas.
Referensi
[1] N. Nurhasni, Z. Salimin, and I. Nurfitriyani, “Pengolahan Limbah Industri
Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi,” J. Kim. Val., vol. 3, no. 1,
pp. 305–314, 2013, doi: 10.15408/jkv.v3i1.328.
[2] T. N. Novriyani Susanto, A. A. Atmono, and N. N. Natalina, “PEMANFAATAN
LIMBAH CANGKANG TELUR AYAM SEBAGAI MEDIA ADSORBEN
DALAM PENURUNAN KADAR LOGAM KROMIUM HEKSAVALEN
(Cr6+) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI ELEKTROPLATING,” J. Ecolab,
vol. 11, no. 1, pp. 27–31, 2017, doi: 10.20886/jklh.2017.11.1.27-31.
[3] N. Effendi, “Pengaruh Variasi Rapat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan
Elektroplating Seng Pada Baja Karbon Rendah,” Traksi, vol. 9, no. 1, pp. 18–24,
2009.
[4] Paridawati, “Analisa Besar pengaruh Tegangan Listrik terhadap Ketebalan
Pelapisan Chrome pada Pelat Baja dengan Proses Electroplating,” J. Imiah Tek.
Mesin, vol. 1, no. 1, pp. 36–44, 2013, [Online]. Available:
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=418419&val=8945&title=Analisa pengaruh Besar Tegangan Listrik
Terhadap Ketebalan Pelapisan Chrome pada Pelat Baja dengan Proses
Electroplating.
[5] G. Murdikaningrum, D. Djaenudin, K. Kencanawati, and W. Hermawan, “Sistem
Pengolahan Air Limbah Elektroplating Berbasis Nikel,” Sainteks J. Sains dan
Tek., vol. 1, no. 2, pp. 57–68, 2019, doi: 10.37577/sainteks.v1i2.126.
[6] A. H. Jauharoh, A. Nurmiyanto, and A. Yulianto, “Perencanaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada Kegiatan Pelapisan Logam (Elektroplating)
Skala Kecil Dan Menengah (IKM X) di Daerah Istimewa Yogyakarta,” J. Sains
dan Teknol. Lingkung., vol. 12, no. 1, pp. 25–44, 2020, [Online]. Available:
https://journal.uii.ac.id/JSTL/article/view/14427.
[7] M. Charles Manurung, ST., “Pengaruh Kuat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan
Dan Laju Korosi (Mpy) Hasil Elektroplating Baja Karbon Rendah Dengan
Pelapis Nikel,” VISI, vol. 21, no. 2, pp. 1857–1869, 2014, [Online]. Available:
Pengaruh Kuat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan Dan Laju Korosi (Mpy)
%0AHasil Elektroplating Baja Karbon Rendah Dengan Pelapis Nikel
%0ACharles Manurung, ST.,MT.
[8] A. Prasetyaningrum and Y. Dharmawan, “Aplikasi Teknologi Elektrokoagulasi
pada Pengolahan Limbah Industri Elektroplating sebagai Upaya Menghasilkan
Produksi Kerajinan Logam Berbasis Green Technology,” vol. 12, no. 1, pp. 37–
44, 2018.
[9] R. Nofitasari, G. Samudro, J. T. Lingkungan, F. Teknik, and U. Diponegoro,
“Studi Penurunan Konsentrasi Nikel Dan Tembaga Pada Limbah Cair
Elektroplating Dengan Metode Elektrokoagulasi,” Tek. Lingkung., vol. 9, no. 2,
pp. 96–106, 2012, doi: 10.14710/presipitasi.v9i2.96-106.
[10] V. M. Pratiwi, Sulistijono, M. I. P. Hidayat, and H. Zuniandra, “Pengaruh Variasi
Waktu dan Temperatur Elektroplating Seng terhadap Ketebalan, Kekuatan Lekat
dan Ketahanan Korosi pada Baja,” J. Tek. Its, vol. 8, no. 2, pp. 218–223, 2019.
BAB IV
ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH
Indrasta Wahyu Bagus Prasojo
Abstrak
Pada dasarnya, perindustrian di Indonesia khususnya industry dalam
electroplating (industri elektronik, industri kontruksi pabrik, industri rumah tangga,
industri otomotif).saat ini masih tidak memiliki system pengolahan limbah yang baik
dengan mempertimbangkan dari sisi kebermanfaatan, biaya pemrosesan, keramahan
lingkungan serta tidak adanya penggunaan senyawa kimia dalam memproses limbah.
Hal ini membuat perlu adanya sebuah terobosan serta inovasi dalam mengatasi limbah
tersebut. Munculah Elektrokoagulasi yang merupakan proses destabilisasi suspensi,
emulsi dan larutan yang mengandung kontaminan dengan cara mengalirkan arus listrik
melalui air, menyebabkan terbentuknya gumpalan yang mudah dipisahkan.
Elektrokoagulasi merupakan inovasi yang ramah lingkungan tanpa campur tangan
senyawa kimia, tetapi menggunakan reaksi oksidasi-reduksi dengan memanfaatkan
elektroda yang dialiri oleh arus listrik searah.
Kata kunci :Elektrokoagulasi, Pengolahan Limbah, Redoks
Pendahuluan
Marak sekali sekarang bahwa banyak para pelaku di bidang industry membawa
sebuah limbah yang berdampak pada pencemaran lingkungan yang mengotori
permukiman warga khususnya limbah industry di sector industri elektronik, industri
kontruksi pabrik, industri rumah tangga, industri otomotif yang membawa limbah
logam berat yang terkandung di dalamnya limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).
Selain itu dengan adanya pembuangan limbah hasil industry ini dapat mengakibatkan
adanya pengurangan kualitas air yang secara tidak langsung menganggu ekosistem
akuatik serta kesehatan manusia yang berada di wilayah tersebut. Dengan ini maka
perlu adanya inovasi dalam pengelolaan limbah sebagai suatu terobosan yang mampu
memberikan impact pada lingkungan, salah satunya adalah dengan adanya
Elektrokoagulasi. Proses elektrokoagulasi berprinsip pada proses sel elektrolisis. Sel
elektrolisis merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi listrik DC (direct current)
untuk menghasilkan reaksi elektrolik. Setiap sel elektrolisis mempunyai dua elektroda,
katoda dan anoda. Anoda berfungsi sebagai koagulan dalam proses koagulasi-flokulasi
yang terjadi di dalam sel tersebut. Sedangkan di katoda terjadi reaksi katodik dengan
membentuk gelembung -gelem-bung gas hidrogen yang berfungsi untuk menaikkan
flok-flok tersuspensi yang tidak dapat mengendap di dalam sel.
Pembahasan
Elektrokoagulasi
Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan
proses koagulasi – flokulasi dan elektrokimia. Proses ini diduga dapat menjadi pilihan
metode pengolahan limbah radioaktif dan limbah B3 cair fase air alternatif mendamping
metode pengolahan yang lain. Elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi suspensi,
emulsi dan larutan yang mengandung kontaminan dengan cara mengalirkan arus listrik
melalui air, menyebabkan terbentuknya gumpalan yang mudah dipisahkan [1]. Limbah
hasil elektroplating kebanyakan terdapat pada industri elektronik, industri kontruksi
pabrik, industri rumah tangga, industri otomotif. Elektroplating merupakan suatu proses
yang memiliki tujuan sebagai perlindungan dari perkaratan dan pada baja dan besi akan
terlihat efek mengkilapnya. Limbah ini termasuk dalam limbah logam berat yang
terdapat dalam limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Besi, nikel, tembaga,
mangan, dan krom merupakan beberapa unsur logam yang terkandung dalam limbah
industri cair. Salah satu logam yang memiki tingkat toksik adalah krom (VI) harus
direduksi dahulu menjadi krom (III) guna mengurangi kadar toksisitas dalam limbah
yang dihasilkan [2]. Dengan adanya endapan ini karena adanya ion yang bermuatan
listrik berpindah terus menerus dari suatu elektroda melalui larutan elektrolit. Prinsip
dasar dari pelapisan logam secara listrik ini adalah penempatan ion-ion logam ditambah
elektron pada logam yang dilapisi. Ion logam tersebut didapat dari anoda dan elektrolit
yang digunakan anoda dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus listrik.
Katoda dihubungkan dengan kutub negatif dari sumber arus listrik. Anoda dan katoda di
rendam dalam larutan elektrolit. Jika arus listrk dialirkan, pada katoda bakal terjadi
endapan (pelapisan logam). Dengan adanya arus listrik yang mengalir dari sumber ini
maka memungkinkan elektron dialirkan melalui elektrode positif (anoda) menuju
elektrode negatif (katoda) dan dengan adanya ion logam yang di dapat dari elektrolit
yang menghasilkan perpindahan logam yang melapisi permukaan logam lainnya [3].
Mekanisme Elektrokoagulasi
Reaksi kimia yang terjadi pada proses elektrokoagulasi yaitu reaksi oksidasi-
reduksi. Aplikasi proses ini dilakukan dengan menginjeksikan oksigen ke dalam air,
sedangkan pada proses reduksi dilakukan dengan penambahan reduktor. Proses ini
timbul karena adanya reaksi pada elektroda, reaksi yang timbul diakibatkan oleh
masuknya aliran arus listrik searah dengan tegangan tertentu. Apabila dalam suatu
elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka akan terjadi
peristiwa elektrokimia, yaitu dekomposisi elektrolit berat ion positif (kation) bergerak
ke katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke
anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Pada intinya mekanisme proses
oksidasi-reduksi yaitu untuk melakukan destabilisasi ion sehingga mudah untuk
dilakukan proses pengendapan serta dapat mengurangi sifat racun dari ion tersebut. [1]
Proses ini berdasar pada penggunaan elektroda yang terbuat dari besi atau
alumunium atau logam lain. Dalam proses elektrokoagulasi, elektroda besi atau
alumunium akan membentuk koagulan yang digunakan untuk memisahkan kontaminan
dalam limbah Untuk menghasilkan ion logam yang berfungsi sebagai koagulan
diperlukan beda potensial diantara elektroda. Perbedaan potensial ini diperlukan untuk
menimbulkan reaksi elektrokimia pada masing-masing elektroda. Proses ini
menggunakan reaksi reduksi dan oksidasi dimana ion positif (kation) bergerak ke
katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negative (anion) bergerak ke
anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Ketika hal ini diterapkan, ion logam
yang dihasilkan bereaksi dengan hidroksida primer dan menghasilkan polihidroksida
dan flok logam polihidroksida [4]
Terdapat tiga tahapan proses ini, (1) proses ekualisasi, (2) proses elektrokimia,
dan (3) proses pengendapan (koagulasi). Pada proses ekualisasi, tidak ada reaksi kimia
namun akan disamakan kondisi pH limbah dalam bentuk cair. Pada proses elektrokimia
akan terbentuk flok Al(OH)3 yang dapat mengikat partikel berkontaminasi dari partikel
dalam limbah dari pelepasan Al3+ dari anoda.
Gambar 6: Proses Elektrokoagulasi
Sumber: [5]
Jika pada suatu larutan elektrolit diberi 2 buah elektrode dan dialiri dengan
listrik searah seperti pada gambar, peristiwa yang akan terjadi adalah dekomposisi
elektrolit. Dekomposisi elektrolit merupkan suatu kejadian dengan kation atau ion
positif bergerak menuju katoda dan elektron yang direduksi akan diterima. Sedangkan,
anion atau ion negatif akan bergerak menuju anoda dan elektron yang dioksidasi akan
diserahkan.
Ion H+ asam yang ada pada katoda akan direduksi menjadi gas hidrogen sebagai
gelembung gas.
+¿+ 2e → H 2 ¿
2H
Air akan mengalami peristiwa reduksi dan terbentuk hidrogen dalam bentuk gas
pada sisi katodanya.
2 H 2 O+2 e → 2OH −¿¿
Berkebalikan dengan katoda, oksidasi akan dialami oleh anoda (logam
alumiunium-umumnya).
Alo+3 H 2 O → Al ¿
Ion OH- yang berasal dari basa akan membentuk gas O 2 (Oksigen) dari proses
oksidasi.
4 OH −¿→2 H O +O + 4 e ¿
2 2
Apabila dalam limbah terdapat ion-ion logam lainnya akan direduksi menjadi
sama dengan logamnya yang akan terletak pada batang katoda.
L+¿+e→ Lo¿
Misalnya Pb
Pb2+¿+2 e → Pbo¿
Jika dilihat dari reaksi-reaksi diatas, anoda akan menghasilkan gas, gelembung
(buih), dan flok Al(OH)3. Logam Pb pada limbah akan terikat oleh flok yang terbentuk.
Ketika ada ikatan antara flok dan logam Pb akan menimbulkan kecenderungan
membentuk endapan (mengendap). Endapan hasil ikatan flok terhadap logam Pb akan
diletakkan pada bak sedimentasi (mengalami proses sedimentasi) dan sisa-sisa buih
akan terpisah pada bagian filtrasi (penyaringan) [5]. Dari reaksi tersebut, pada anoda
akan dihasilkan gas, buih dan flok Cu(OH)2 yang akan menggumpalkan padatan
tersuspensi sehingga air menjadi jernih. Sedangkan gelembung gas O2 dan H2 yang
terjadi selama proses akan membantu mendorong polutan sehingga mengapung ke
permukaan. Pengapungan gumpalan polutan karena gelembung gas yang terbentuk pada
proses elektrolisis disebut dengan elektroflotasi.
Penutup
Dengan ini, Teknologi elektrokoagulasi merupakan salah satu teknologi
alternative dalam memproses limbah dengan mengurangi kandungan organic serta
menurunkan kandungan totoal suspended solid (TSS) yang terkandung pada limbah
industry.
Referensi
[1] D. Irawan, Z. Arifin, and E. Maulidya, “Proses Penurunan Zat Warna dalam
Limbah Cair Industri Sarung Samarinda dengan Metode Elektrokoagulasi,” J.
Ris. Teknol. Ind., vol. 6, no. 11, p. 31, 2016, doi: 10.26578/jrti.v6i11.1505.
[2] N. Nurhasni, Z. Salimin, and I. Nurfitriyani, “Pengolahan Limbah Industri
Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi,” J. Kim. Val., vol. 3, no. 1,
pp. 41–48, 2013, doi: 10.15408/jkv.v3i1.328.
[3] A. Prasetyaningrum and Y. Dharmawan, “Aplikasi Teknologi Elektrokoagulasi
pada Pengolahan Limbah Industri Elektroplating sebagai Upaya Menghasilkan
Produksi Kerajinan Logam Berbasis Green Technology,” vol. 12, no. 1, pp. 37–
44, 2018.
[4] I. M. Mulyani, Prayitno, F. W. Mahatmanti, and E. Kusumastuti1, “Pengaruh
Jenis Plat Elektroda Pada Proses Elektrokoagulasi Untuk Menurunkan Kadar
Thorium Dalam Limbah Hasil Pengolahan Logam Tanah Jarang,” Issn 0216-
3128, no. November, pp. 401–412, 2017.
[5] T. Hernaningsih, “Tinjauan Teknologi Pengolahan Air Limbah Industri Dengan
Reviews of Electrocoagulation Process on Waste Water Treatment,” J. Rekayasa
Lingkung., vol. 9, no. 1, pp. 31–46, 2016.
PENUTUP
Dari adanya book chapter ini dapat simpulkan bahwa terdaat 4 bab yang
tersusun dalam book chapter ini, yaitu
BAB I : Industri dan Perindutrian
BAB II : Jenis-jenis Limbah
BAB III : Elektroplating
BAB IV : Elektrokoagulasi dalam Pengolahan Limbah
Dengan masing-masing pembahasan yang ada didalamnya.
Book chapter ini merupakan salah satu sumber belajar yang dapat digunakan.
Masih banyak kekurangan dalam sumber yang digunakan untuk memberikan penjelasan
lebih rinci mengenai materi yang berada dalam book chapter ini. Oleh karena itu, tidak
hanya menggunakan book chapter ini, melainkan juga dapat menggunakan sumber-
sumber relevan lainnya untuk melengkapi materi yang terdapat didalamnya.
REFERENSI