Anda di halaman 1dari 38

BOOK CHAPTER

Pengolahan Limbab Berbasis Logam dengan Teknologi Elektroplating Sebagai


Penerapan dalam Konsep IPA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPA Terapan


Yang Dibina Oleh Ibu Isnanik Juni Fitriyah, S.Pd., M.Si

Disusun oleh :
1. Indrasta Wahyu Bagus Prasojo (190351620513)
2. Muhammad Nurul (190351620512)
3. Rayhan Osla Auditia (190351620496)
4. Wan Eka Yusi Saputri (190351620470)
Offering C-2019/Kelompok B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
Oktober 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia yang telah diberikan-Nya karena penulis dapat menyelesaikan Book
Chapter ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa pula, terima kasih disampaikan oleh
penulis kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian pembuatan Book
Chapter ini.
Book Chapter ini disusun oleh penulis yang bertujuan untuk memenuhi tugas
matakuliah IPA Terapan yang dibina oleh Ibu Isnanik Juni Fitriyah, S.Pd., M.Si. Selain
itu, Book Chapter ini dapat pula sebagai salah satu sumber belajar mengenai IPA
Terapan dalam perindustrian.
Penulis sadar, masih banyak kekurangan dalam proses maupun hasil dari Book
Chapter ini. Oleh sebab itu, penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun, agar dapat dijadikan sebuah pembelajaran
dalam penulisan selanjutnya.
Penulis berharap, semoga Book Chapter ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan yang baru bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 13 Oktober 2021

Penulis
PRAKATA

Pembuatan book chapter ini tidak serta merta selalu berjalan lancar. Banyak
tantangan dan hambatan yang telah dilalui agar terselesaikannya tepat waktu. Tak lupa
ucapan terimakasih disampaikan kepada:
1. Ibu Isnanik Juni Fitriyah, S.Pd., M.Si selaku pembina matakuliah IPA Terapan
yang telah memberikan tugas ini sebagai bentuk menambah wawasan.
2. Para penulis Wan Eka Yusi Saputri, Indrasta Wahyu Bagus Prasojo, Muhammad
Nurul, serta Rayhan Osla yang telah memberikan waktunya untuk
menyelesaikan tepat waktu.
3. Para penulis referensi-referensi yang digunakan dalam penulisan book chpater,
sehingga menjadi modal untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan book
chapter ini
Penulisan book chapter ini tak luput dari segala kekurangan dan kelebihan.
Akhir kata semoga book chapter ini bermanfaat bagi pembaca sebagai salah satu media
dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan.

Malang, 13 Oktober 2021

Editor
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
PRAKATA........................................................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
ISI......................................................................................................................................6
PENUTUP.......................................................................................................................37
REFERENSI....................................................................................................................38
PENDAHULUAN

Di Indonesia saat ini, industry merupakan sector yang berperan penting dalam
menunjang perekonomian. Tetapi disisi lain, sector industry ini kerap kali dianggap
sebagai salah satu sector yang menyumbang kerusakan pada alam yang tinggi berkat
adanya pembuangan limbah yang tidak diolah terlebih dahulu. Sedangkan air adalah
suatu unsur yang penting bagi kehidupan. Lingkungan dapat dikata baik jika unsur yang
menyusun lingkungan tetap terpelihara. Industri yang mengalirkan buangan limbah
cairnya ke aliran air semakin bertambah banyak, sehingga akan menyebabkan hal-hal
seperti aliran air yang tercemar, merusak tatanan kehidupan air, merusak ketersediaan
air dan umum, serta mengakibatkan tidak layaknya sebagai sumber persediaan air
bersih. Dengan ini maka perlu adanya inovasi berupa pengolahan limbah yang inovatif
dan mampu mengurangi pencemaran limbah akibat limbah industry.[1] Salah satu
Teknik yang diangga efisien, aman dan ramah lingkungan adalah dengan menerapkan
metode elektrokoagulasi yang dimana memanfaatkan proses elektrokimia.
Elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi suspensi, emulsi, atau kontaminan terlarut
dalam media air dengan bantuan arus listrik. Dalam bentuk yang paling sederhana,
sebuah reaktor elektrokoagulasi dapat terdiri dari sel elektrolit dengan satu anoda dan
satu katoda. Melalui elektrokoagulasi ini diharapkan mampu menurunkan kadar COD,
BOD dan senyawa lainnya yang terkandung didalam limbah. Pada sel elektrolisis
elektroda yang berfungsi penghantar listrik adalah anoda sehingga terjadi suatu
pelarutan material anoda menghasilkan kation logam (M+). Elektrolisis air merupakan
reaksi samping yang menghasilkan gas hydrogen pada katoda dan gas oksigen pada
anoda. Hidroksi mengflokulasi dan mengkoagulasi partikel tersuspensi sehingga terjadi
proses pemisahan zat padat dari air limbah. hanya anoda yang digunakan adalah besi
dan digunakan untuk mengolah air sungai [2]. Elektrokoagulasi merupakan salah satu
cara pengolahan limbah elektroplating hasil industri. Elektroplating merupakan proses
yang didalamnya melibatkan arus listrik, larutan elektrolit, serta elektroda yang
digunakan untuk pelapisan sebuah logam agar terhindar dari perkaratan.
ISI

BAB I INDUSTRI DAN PERINDUTRIAN....................................................................7


BAB II JENIS-JENIS LIMBAH....................................................................................13
BAB III ELEKTROPLATING........................................................................................17
BAB IV ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH....................26
BAB I
INDUSTRI DAN PERINDUTRIAN
Muhammad Nurul

Abstrak
Segala sesuatu atau urusan yang berkaitan (bertalian) dengan industri merupakan makna
perindustrian dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Industri merupakan suatu
kegiatan untuk mengolah suatu bahan menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi
dan bermanfaat nantinya bagi kehidupan sehari-hari.Kebutuhan masyarakat akan hasil
olahan industry sangat bermacam-macam, dari hasil industry kecil hingga industry
besar. Barang-barang yang diolah dalam industry juga sangat bergagam. Untuk
memenuhi beragamnya kebutuhan masyarakat akan hasil barang industry, terdapat
beragam jenis industry juga untuk memproduksi barang kebutuhan masyarakat. Di
Indonesia bahkan di dunia terdapat berbagai jenis industry. Industri yang tersebar
diantaranya didasarkan atas bahan baku, klasifikasi, hasil produksi, bahkan
produktivitasnya.
Kata kunci: industri, perindustrian, jenis-jenis industri

Pendahuluan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan perindustrian adalah
suatu sesuatu atau suatu urusan yang berikatan dengan industri. Sedangkan, industri
sendiri adalah bagian dari perindustrian. Industri dalam KBBI dijelaskan sebagai suatu
kegiatan yang mengolah atau memproses suatu barang dengan menggunakan suatu
sarana maupun peralatan yang tersedia. Di Indonesia sendiri, pembangunan ekonomi
nasional menjadikan sektor perindustrian menjadi suatu komponen yang utama. Banyak
yang telah dikontribusikan oleh sektor perindustrian ini kepada ekonomi di Indonesia.
Indonesia dapat dikatakan salah satu negara dengan industri yang terbilang cukup
banyak. Sektor perindustrian di Indonesia diantaranya tersebar dalam sektor pertanian,
mineral, migas, dan transportasi. Sektor-sektor tersebut tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Industri yang tersebar diantaranya didasarkan atas bahan baku, klasifikasi,
hasil produksi, bahkan produktivitasnya.
Pembahasan
Pengertian Industri dan Perindustrian
Segala sesuatu atau urusan yang berkaitan (bertalian) dengan industri merupakan
makna perindustrian dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Industri sendiri
dalam KBBI bermakna suatu kegiatan guna memproses atau mengolah suatu barang
dengan menggunakan peralatan maupun sarana yang tersedia [1].
Industri menurut Islam adalah tempat untuk melakukan aktifitas proses
pengolahan dari produksi, biasanya berkaitan dengan apa yang diproduksinya [2].
Menurut Maghfur Wachid, industri dilihat dari segi industri itu sendiri merupakan hak
milik pribadi. Sebab, industri merupakan barang yang bisa dimiliki secara pribadi [3].
Menurut Ahmad Ifham Sholihin yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan
ekonomi yang menghasilkan barang atau jasa (industri) [4].
Menurut Hadi Sasrawan yang mengutip pendapat para ahli, diantaranya Teguh
S. Pambudi mengatakan industri adalah sekelompok perusahaan yang bisa
menghasilkan sebuah produk yang dapat saling menggantikan antara yang satu dengan
yang lainnya. Menurut Hinsa Sahaan, industri adalah bagian dari sebuah proses yang
mengolah barang mentah menjadi barang jadi sehingga menjadi sebuah barang baru
yang memiliki nilai lebih bagi kebutuhan masyarakat.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan barang
jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunanya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industry[5]. Menurut Kamus Ilmiah
Populer, industri adalah kerajinan atau usaha produk barang suatu perusahaan [6].
Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa industri merupakan bagian dari
perindustrian dan merupakan suatu kegiatan untuk mengolah suatu bahan menjadi
barang yang memiliki nilai jual tinggi dan bermanfaat nantinya bagi kehidupan sehari-
hari.

Jenis-jenis Industri di Indonesia


Industri yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan dunia terbagi menjadi
berbagai jenis industri. Industri yang tersebar diantaranya didasarkan atas bahan baku,
klasifikasi, hasil produksi, bahkan produktivitasnya [7].
1. Berdasarkan Bahan Baku
a. Industri ekstraktif
Industry ini merupakan industry yang bahan baku utamanya berasal dari alam.
Pertanian, pertambangan, perikanan, dan kehutanan merupakan contoh indutri
ekstraktif dengan bahan baku utamanya diambil langsung dari alam.
b. Industri nonekstraktif
Industry ini berkebalikan dengan industri ekstraktif, industri nonekstraktif
merupakan industry yang bahan baku utamanya bukan dari alam. Industri ini
terbagi menjadi 3 bagian, diantaranya sebagai berikut.
1) Industri reproduksi, merupakan industri yang melakukan pemulihan kembali
setelah mengambil bahan baku yang berasal dari hasil alam.
2) Industri fasilitas, nama lain dari industri ini adalah jasa yang produk utama
industri ini adalah jasa yang dijual pada konsumen. Contohnya adalah jasa
yang bergerak di bidang perbankan, transportasim pendidikan, dan
sebagainya.

Gambar 1: Contoh Industri Jasa


Sumber: smkbelajar.com

3) Industri manufaktur, secara sederhana industri ini dimaknai sebagai proses


pembuatan produk menggunakan tangan. Namun, saat ini dimaknai sebagai
memproduksi suatu produk dengan mesin tetapi masu dalam pengawasan
secara manual. Obat-obatan, pakaian, tekstil, barang-barang rumah tangga
merupakan contoh industri manufaktur.
Gambar 2: Contoh Industri Manufaktur
Sumber: pelajaran.co.id

2. Berdasarkan Klasifikasi
Klasfisikasi ini didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia
No. 19/M/I/1986. Dalam SK Menteri Perindustrian tersebut jenis-jenis industry
dibagi menjadi berikut.
a. Industri kimia dasar, seperti industri obat-obatan (farmasi), industri pupuk,
industri ban, industri kertas.
b. Indusri mesin dan logam dasar, seperti industri pesawat terbang, industri mesin,
industri alat komunikasi.
c. Industri kecil, seperti industri makanan ringan, industri minyak goreng, industri
roti.
d. Aneka industri, semua industri yang tidak termasuk dalam 3 jenis industri diata,
seperti industri pakaian.
3. Berdasarkan Hasil Produksi
a. Industri berat, industri ini menghasilkan mesin dan/ alat produksi, seperti alat
trasportasi dan alat berat (kontruksi).
b. Industri ringan, industri ini menghasilkan barang jadi langsung pakai, seperti
makanan dan minuman serta obat-obatan (farmasi).
4. Berdasarkan Produktivitas Perorangan
a. Industri primer, merupakan industry yang barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Industry ini terbagi menjadi dua
industri yaitu industry ekstraktif dan industry genetik. Kedua industry tersebut
termasuk industry primer karena barang produksinya tidak diolah terlebuh
dahulu.
1) Industri ekstraktif, menggunakan SDA (Sumber Daya Alam) seperti air, tanah
udara. Contohnya penebangan, pertambangan.
2) Industri genetik, berhubungan dengan tumbuh dan kembang hewan maupun
tumbuhan. Contohnya pembibitan tanaman.
b. Industri sekunder, merupakan industry yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan yang dapat diolah kembali. Industry ini melalui dua proses pengolahan
untuk memperoleh barang jadi, yang diawali dengan pengolahan bahan mentah
akan menjadi bahan setengah jadi akan diolah lagi menjadi bahan jadi.
Contohnya industry pemiintalan benang sutra, komponen elektronik dan
sebagainya.
c. Industri tersier, hasil industri berupa layanan yang bergerak dalam bidang jasa.
Contohnya seperti telekomunikasi, transportasi, perbankan, perawatan kesehatan
dan sebagainya.
d. Industri kuarter, merupakan industri yang melibatkan penelitian (riset) dan
pengembangannya, seperti infornasi teknologi atau TI.

Penutup
Industri merupakan bagian dari perindustrian dan merupakan suatu kegiatan
untuk mengolah suatu bahan menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi dan
bermanfaat nantinya bagi kehidupan sehari-hari. Industri yang tersebar di seluruh
Indonesia, bahkan dunia terbagi menjadi berbagai jenis industri. Industri yang tersebar
diantaranya didasarkan atas bahan baku, klasifikasi, hasil produksi, bahkan
produktivitasnya.

Referensi
[1] “Arti kata industri - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,”
https//kbbi.web.id/industri (accessed Sep. 08, 2021).
[2] M. Hidayat, The Sharia Economic. Jakarta Timur: PT Bestari Buana Murni,
2010.
[3] M. Wachid, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam. Surabaya:
Risalah Gusti, 1999.
[4] A. I. Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Islam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2010.
[5] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Pasal 1 Tahun 1984 tentang
Perindustrian. 1984.
[6] M. D. Bahri, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arloka Offset, 2010.
[7] “Industri Olahraga - Google Books,”
https//www.google.co.id/books/edition/Industri_Olahraga/RiAPEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=Nugroho,+Sigit.+2020.+Industri+Olahraga.
+Yogyakarta+UNY+Press&pg=PR4&printsec=frontcover (accessed Sep. 08,
2021).
BAB II
JENIS-JENIS LIMBAH
Rayhan Osla

Abstrak
Limbah adalah bahan sisa dari proses produksi, baik pada skala rumah tangga,
industri, dan sebagainya. Limbah yang menumpuk memiliki dampak negatif terhadap
keseimbangan lingkungan maupun terhadap kesehatan makhluk hidup terutama
manusia. Limbah terdiri dari beberapa jenis, contohnya limbah padat, limbah cair,
limbah gas. Limbah juga memiliki karakter yang berbeda di tiap jenisnya. Namun
karakteristik limbah secara umum adalah berukuran mikro, dinamis, penyebarannya
berdampak luas, berdampak jangka panjang (antargenerasi).
Kata kunci: Limbah, Jenis Limbah, Karakteristik Limbah

Pendahuluan
Limbah merupakan sisa-sisa bahan produksi yang dapat menimbulkan polusi dan
mengganggu kesehatan karena mengandung bahan berbahaya. Limbah tersebut dapat
berupa limbah padat, cair, gas yang harus dikelola dengan bijaksana, yang artinya
bahwa pengelolaan limbah tersebut mampu mengoptimalkan tuntutan kepentingan dari
berbagai pihak terkait, terutama kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup.

Pembahasan
A. Pengertian Limbah
Limbah didefinisikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang akibat
kegiatan manusia yang tidak atau belum memiliki nilai ekonomi dan nilai positif
bahkan dapat memiliki nilai ekonomi negatif (Murtadho, 1988). Sedangkan
pengertian Limbah menurut WHO yaitu sesuatu yang tidak berguna, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Pengertian lain yang berasal dari keputusan
Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 tentang prosedur impor limbah,
menyatakan bahwa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan
atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang dapat
dimakan oleh manusia dan hewan. Sedangkan menurut Suharto (2011), limbah
merupakan zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia.
Pengertian limbah secara umum ialah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
pertambangan dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,
cair, maupun padat. Diantara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun
atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
( Limbah B3 ). Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) adalah
setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan
corrositivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan serta dapah
membahayakan kesehatan manusia. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas,
sisa kotoran hewan, tanaman atau sayuran. Keseimbangan lingkungan menjadi
terganggu jika jumlah hasil buangan tersebut melebihi ambang batas toleransi
lingkungan. Apabila konsentrasi dan kuantitas melebihi ambang batas, keberadaan
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.
B. Macam Limbah
Berdasarkan bentuk atau wujud, limbah dapat dibedakan menjadi empat
jenis, yaitu:
1. Limbah Cair
Limbah cair merupakan limbah yang memiliki wujud cair. Limbah cair
memiliki sifat terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam.
2. Limbah Padat
Limbah padat merupakan limbah yang memiliki wujud padat. Limbah
padat bersifat tidak dapat pindah dengan sendirinya dan kering. Limbah padat
juga sulit diuraian dan tidak mudah larut. Sampah merupakan limbah yang
terbanyak di lingkungan. Istilah sampah diberikan kepada barang–barang atau
bahan–bahan buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi
atau tidak terpakai dalam bentuk padat. Limbah padat terdiri dari limbah padat
yang mudah tebakar, limbah padat sukar terbakar, limbah padat yang mudah
membusuk, limbah yang dapat didaur ulang, limbah radioaktif, bongkaran
bangunan, lumpur.
3. Limbah Gas
Limbah gas merupakan zat buangan yang berwujud gas. Limbah gas dapat
dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas memiliki sifat selalu bergerak sehingga
penyebarannya sangat luas.

C. Karakteristik Limbah
Secara umum karakteristik limbah yaitu berukuran mikro, dinamis,
penyebarannya berdampak luas, berdampak jangka panjang (antargenerasi). Kualitas
limbah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
seperti volume limbah (banyak sedikitnya limbah mempengaruhi kualitas limbah),
kandungan limbah (kualitas limbah dipengaruhi oleh kandungan bahan pencemar),
Frekuensi pembuangan limbah (pembuangan limbah dengan frekuensi yang sering akan
menimbulkan masalah).

Penutup
Limbah merupakan bahan sisa produksi yang memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan maupun terhadap kesehatan manusia. Bentuk limbah tersebut dapat berupa
gas atau debu, cair, maupun padat. Diantara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat
beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3). Limbah secara umum memiliki karakteristik yaitu memiliki ukuran yang
sangat kecil (mikro), dinamis, penyebarannya memiliki dampak yang luas, dan juga
memiliki dampak jangka panjang (antargenerasi). Oleh karena itu kita sebagai manusia
harusnya meminimalisir hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan akibat
limbah agar generasi selanjutnya masih dapat menikmati lingkungan yang asri, indah,
dan bersih.

Referensi
Bapedal. (1995). Keputusan Kepala Bapedal No.3. Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: ANDI.
Murtadho, D dan Said, E.G. (1988). Penanganan Pemanfaatan Limbah Padat. Jakarta:
Sarana Perkasan
BAB III
ELEKTROPLATING
Wan Eka Yusi Saputri

Abstrak
Elektroplating merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk membuat
perlindungan pada logam dari perkaratan yang memanfaatkan arus listrik serta prinsip
elektrokimia. Elektroplating sudah banyak dimanfaatkan dalam industri, diantaranya
industri manufaktur. Tujuan utama dari proses ini adalah perlindungan dari perkaratan
serta memberikan efek yang mengkilap. Secara umum proses terbagi menjadi 3 tahapan
yaitu persiapan pengerjaan, proses lapis lilin, dan proses pengerjaan akhir. Dampak
yang ditimbulkan oleh elektroplating adalah hasil limbah yang cukup berbahaya bagi
kehidupan. Pada pelaksanaannya elektroplating memililiki kelebihan dibandingkan
metode lainnya. Walaupun tidak dapat dipungkiri pula ada kekurangan dari adanya
elektroplating ini.
Kata kunci: elektroplating, arus listrik, anoda, katoda.

Pendahuluan
Elektroplating merupakan proses yang didalamnya melibatkan arus listrik,
larutan elektrolit, serta elektroda yang digunakan untuk pelapisan sebuah logam agar
terhindar dari perkaratan. Perkembangan dibidang industri khususnya pada otomotif,
serta peralatan rumah tangga mengharuskan adanya proses pelapisan untuk melapisi
produk yang dihasilkan agar terhindar dari perkaratan. Elektroplating yang dinilai
memiliki keunggulan dibandingan proses pelapisan logam lainnya membuatnya
berkembang pesat saat ini. Untuk mengetahui definis serta tujuan elektroplating secara
khusus, komponen dalam elektroplating, proses yang terjadi, dampak yang ditimbulkan,
kekurangan, dan kelebihan dari elektroplating pada disusunlah book chapter bagian 3
dengan judul “Elektroplating” ini guna memberikan informasi tersebut.
Pembahasan
A. Definisi dan Tujuan Elektroplating
Elektroplating bermakna sebagai suatu proses yang dilakukan yang
diupayakan sebagai pelindung dari proses reduksi-oksidasi atau redoks, dalam
konteks ini adalah perkaratan pada baja maupun besi sehingga memberikan yang
ditimbulkan adalah kilapan [1]. Lain halnya dengan yang disampaikan oleh
Susanto, dkk (2017) elektroplating disebut juga sebagai lapis listrik yang berarti
suatu proses yang dilakukan untuk pelapisan bahan padat sengan lapisan logam
yang menggunakan arus listrik dengan media suatu larutan elektrolit [2]. Effendi
(2009) mengutarakan bahwa penempatan ion logam yang ditambahkan elektron
pada logam yang akan dilapisi, yang ion-ion tersebut berasal dari anoda dan
elektrolit yang digunakan dalam prosesnya disebut sebagai elektroplating [3]. Dari
ketiga pendapat mengenai elektroplating, maka dapat diambil sebuah kesimpulan
mengenai elektroplating. Elektroplating merupakan proses yang didalamnya
melibatkan arus listrik, larutan elektrolit, serta elektroda yang digunakan untuk
pelapisan sebuah logam agar terhindar dari perkaratan.
Kegiatan elektroplating dari sebuah industri manufaktur ini dilakukan atas
tujuan-tujuan tertentu. Tujuan atau fungsi utama dari pelapisan logam dengan
elelektroplating ini sebagai perbaikan penampilan atau dekoratif, memperbaiki
tekstur permukaan, melindungi logam dasar dari korosi atau perkaratan misalnya
baja, serta meningkatkan ketahanan suatu produk terhadap gesekan atau abrasi [4]
[3].
Industri ini banyak terdapat di seluruh bagian Indonesia. Teknik
elektroplating yang berkembang pesat di Indonesia, sering diaplikasikan pada
beberapa industri, layaknya industri kontruksi pabrik, industri peralatan rumah
tangga, bahkan industri otomotif[5]. Penelitian yang dilakukan oleh Anisa, dkk
pada tahun 2020 memberikan suatu contoh daerah yang dalam industrinya
menggunakan teknik atau teknologi elektroplating. Salah satunya berada di
Kotagede tepatnya di Kota Yogyakarta, yaitu kerajian yang terbuat dari perak
dengan nama sehari-harinya penyepuhan [6]. Paridawati (2013) mengatakan bahwa
teknik ini sangat berkembang pesat dikalangan idnustrik kecil maupun menengah di
berbagai negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Lambat laun, proses
ini akan menjadi sebuah kebutuhan dalam bidang industri dan menjadi pilihan
utama dibandingkan dengan metode pelapisan atau penyepuhan logam lainnya.[4].

B. Komponen dalam Proses Elektroplating


Dalam Manurung (2014) dijelaskan bahwa terdapat komponen dalam proses
elektroplating, diantaranya adalah sebagai berikut[7].
1. Rectifier
Arus listrik dalam proses ini berfungsi sebagai sumber daya penghantar listrik
untuk memindahkan, menarik ion positif yang berasal dari anoda. Arus listrik
yang digunakan adalah arus searah/DC (direct current). Rectifier yang
digunakan harus dapat mengeluarkan arus searah dengan tegangan konstan serta
besar arus yang mengalir dapat divariasikan.
2. Larutan elektrolit
Suatu campuran yang homogen dan mengandung dua zat atau lebih disebut
sebagai larutan. Sedangkan elektrolit merupakan suatu zat yang akan terurai
menjadi ion-ion positif atau negatif apabila dilarutkan didalam air dan bersifat
sebagai penghantar listrik. Penggunaan zat-zat yang digunakan sebagai
elektrolit dilarutkan ke dalam air dan akan terurai menjadi ion-ion, hasilnya
dapat menghantarkan arus listrik. Ion bermuatan positif akan tertarik menuju
katoda (elektroda negatif), dan ion bermuatan negatif akan tertarik menuju
anoda (elektroda positif).
3. Anoda
Anoda dapat dikatakan sebagai sisi positif dari larutan elektrolit. Anoda
berfungsi sebagai sumber bahan baku yang akan dibawa melalui elelktrolit ke
permukaan anoda. Biasanya anoda dipilih dari logam murni, untuk menjamin
kebersihan elektrolit pada saat elektroplating. Arus DC yang mengalir akan
mengakibatkan anoda melepaskan ion dan oksigen atau mengelami reduksi,
sehingga ion akan diendapkan di katoda. Dalam proses elektrolpating,
akumulasi perubahan kimia dengan jumlah arus yang mengalir adalah
sebanding, hal ini sesuai dengan Hukum Faraday.
4. Katoda
Katoda dapat dikatan sebagai sisi negatif dari katoda dalam larutan elektolit.
Dalam katoda ini terjadi penempelan ion-ion yang mengalami reduksi dari
anoda. Katoda dalam elektroplating bertindak sebagai logam yang akan dilapisi.
Katoda sendiri dihubungkan ke kutub negatif arus listrik. Katoda sendiri
haruslah konduktor akan logam pelapis dapat menempel atau melapisi katoda.

C. Proses Elektroplating

Gambar 3: Rangkaian elektroplating


Sumber: Paridawati, 2013

Tahapan pelapisan logam dengan teknik elektroplating terbagi menjadi 3 tahapan


secara umum. Hal ini disampaikan oleh Paridawati (2013) yaitu proses persiapan,
proses lapis listrik, proses pengerjaan akhir [4].
1. Proses persiapan pengerjaan (Pre treathment)
Proses persiapan meliputi pembersihan-pembersihan pada objek yang akan
dikerjakan (benda kerja), meliputi:
a. Pembersihan mekanik
Dilakukan dengan tujuan menghaluskan permukaan dan menghilangkan
goresang serta geram-geram yang masih menempel pada benda kerja. Hal
ini dapat dilakukan dengan mesin gerinda serta penghalusan dapat
dilakukand engan proses buffing atau polishing.
b. Pembersihan dengan pelarut atau solvent
Hal ini dilakkan agar spesimen yang digunakan bersih dari debu, minyak,
garam, lemak, atau udara. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara:
1) Membersihkan dengan vapour degreasing
2) Memberikan dengan cara alkali
3) Membersihkan dengan cara elektro
4) Membersihkan dengan asam
2. Proses lapis listrik

Gambar 4: Skema Rangkaian Lapis Listrik


Sumber: Paridawati, 2013

Kondisi yang perlu diperhatikan dalam proses lapis listrik ini adalah sebagi
berikut.
a. Tegangan listrik
Hukum Faraday kaitannya dengan efisiensi pada pelapisan listrik. Hukum
Faraday menyatakan:
1) Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang terbentuk dan terbebas pada elektroda
selama elektrolisa sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir
dalam larutan elektrolit.
2) Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang dihasilkan oleh arus listrik yang sama
selama elektrolisa adalah sebanding dengan berat ekivalen masin-
masing zat tersebut.
b. pH larutan
pH larutan digunakan untuk menentukan kemampuan dari larutan dalam
menghasilkan larutan yang baik.
3. Proses pengerjaan akhir (Post treatment)
Tahapan akhir dari proses elektroplating adalah mencuci dengan air , kemudian
dikeringkan. Air yang dapat digunakan adalah air ledengan sebagai pembilasan
dan pendinginan serta aquades sebagai pembuatan larutan, analisa.

Komponen utama dari elektroplating adalah arus listrik yang searah atau DC
(dirrect current) dan larutan kimia elektrolit [8]. Pertama-tama, disiapkan sebuah
bejana atau wadah yang diisi dengan larutan kimia yang digunakan, bahan kimia ini
disesuaikan dengan apa yang akan dilapiskan. Selanjutnya, arus listrik dialirkan
melalui kutub positifnya menuju kutub negatifnya. Bagian kutub positif ini disebut
sebagai anoda yang berisikan logam yang digunakan untuk melapisi seperti perak,
tembaga, maupun krom. Sedangkan pada bagian negatifnya atau disebut katodanya
berupa benda atau logam yang ada dilapisi oleh pelapisnya. Hasilnya, logam yang
sudah terlapisi [6]. Kedua elektrode tersebut, dicelupkan (dimasukkan) dan
merendamnya dalamm larutan elektrolit tersebut. Sesaat setelah arus DC dialirkan,
pada bagian katodanya, akan dihasilkan endapan yang disebut sebagai pelapisan
logam. Aliran arus DC itu, menyebabkan adanya elektron mengalir menuju katoda,
ion logam akan didapat dari elektrolit, hal itulah yang menjadikan perpindahan
logam yang akan melapisi logam lainnya[8].

D. Dampak Elektroplating
Elektroplating merupakan sebuah proses dari pengolahan logam untuk
melapisi logam lainnya. Tidak dapat dipungkiri dari proses elektroplating ini
memberikan kontribusi yang cukup buruk bagi kehidupan ini. Salah satunya adalah
elektroplating dapat menyumbang limbah berbahaya dan tergolong dalam limbah
B3. Logam berat limbah hasil elektroplating ini diantaranya cromium total (Cr
total), ion kromium dengan valensi VI (Cr6+), tembaga (Cu), nikel (Ni), seng (Zn),
timbal (Pb), dan kadmium (Cd) yang beracun [2].
Limbah-limbah tersebut biasanya akan hadir dalam air dan akan
menyebabkan sebuah masalah lingkungan, masalah kesehatanpun tidak luput
karena kelrutannya dalam air yang serius. Walaupun kontaminan organik dapat
menjadi biodegradable, namun polutan yang anorganik tidak demikian dan dapat
masuk ke dalam rantai makanan dan terakumulasi dalam organisme hidup. Salah
satu contohnya adalah nikel, yang akan berakibat pada masalah serius paru-paru,
ginjal bahkan masalah kulit[5]. Senada dengan yang dikatakan Nofitasari, dkk
(2012) menyebutkan bahwa Ni dan Cu memiliki daya racun yang sangat tinggi dan
dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh [9].

E. Kelebihan dan Kekurangan Elektroplating


Elektroplating yang dilakukan oleh industri pada dasarnya disukai karena
beberapa kelebihannya. Kelebihan dari proses elektroplating ini diantaranya lapisan
pada logam dinilai lebih merata. Selain itu juga memiliki daya rekat yang baik,
serta menghasilkan permukaan yang baik pula seperti mengkilap [10].
Namun, tidak dapat dipungkiri pula dalam proses elektroplating dapat
menimbulkan beberapa kecacatan yang menyebabkan kekurangan dari proses yang
berlangsung. Diantara kekurangan tersebut adalah blister (porositas tertutup yang
ukurannya besar), serta peeling (porositas tertutup yang ukurannya kecil) akan
menurunkan adhesifitas. Blister dan peeling disebabkan oleh rapat arus yang
terlampau tinggi, adanya impurities (pengotor), konsentrasi larutan elektrolit yang
terlalu tinggi, perlakuan permukaan sebelum proses pelapisan, dan kondisi substrat
(logam induk) itu sendiri [4].

Penutup
Dari pemaparan yang bersumber dari studi literatur diatas maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Elektroplating merupakan proses yang didalamnya melibatkan arus listrik, larutan
elektrolit, serta elektroda yang digunakan untuk pelapisan sebuah logam agar
terhindar dari perkaratan. Tujuan atau fungsi utama dari pelapisan logam dengan
elelektroplating ini sebagai perbaikan penampilan atau dekoratif, memperbaiki
tekstur permukaan, melindungi logam dasar dari korosi atau perkaratan misalnya
baja, serta meningkatkan ketahanan suatu produk terhadap gesekan atau abrasi
2. Komponen dalam elektroplating adalah rectifier, larutan elektrolit, anoda, dan
katoda.
3. Proses elektroplating terbagi menjadi 3 yaitu tahapan pre treatment, tahapan lapis
listrik, tahapan post treatment.
4. Dampak yang timbulkan dari elektroplating ini dapat berbahaya bagi kehidupan
karena meninggalkan limbah berbahaya, diantaranya cromium total (Cr total), ion
kromium dengan valensi VI (Cr6+), tembaga (Cu), nikel (Ni), seng (Zn), timbal
(Pb), dan kadmium (Cd).
5. Tidak dapat dipungkiri elektroplating memiliki kelebihan seperti lapisan logam
lebih merata, serta kekurangan seperti menurunkan adhesifitas.

Referensi
[1] N. Nurhasni, Z. Salimin, and I. Nurfitriyani, “Pengolahan Limbah Industri
Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi,” J. Kim. Val., vol. 3, no. 1,
pp. 305–314, 2013, doi: 10.15408/jkv.v3i1.328.
[2] T. N. Novriyani Susanto, A. A. Atmono, and N. N. Natalina, “PEMANFAATAN
LIMBAH CANGKANG TELUR AYAM SEBAGAI MEDIA ADSORBEN
DALAM PENURUNAN KADAR LOGAM KROMIUM HEKSAVALEN
(Cr6+) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI ELEKTROPLATING,” J. Ecolab,
vol. 11, no. 1, pp. 27–31, 2017, doi: 10.20886/jklh.2017.11.1.27-31.
[3] N. Effendi, “Pengaruh Variasi Rapat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan
Elektroplating Seng Pada Baja Karbon Rendah,” Traksi, vol. 9, no. 1, pp. 18–24,
2009.
[4] Paridawati, “Analisa Besar pengaruh Tegangan Listrik terhadap Ketebalan
Pelapisan Chrome pada Pelat Baja dengan Proses Electroplating,” J. Imiah Tek.
Mesin, vol. 1, no. 1, pp. 36–44, 2013, [Online]. Available:
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=418419&val=8945&title=Analisa pengaruh Besar Tegangan Listrik
Terhadap Ketebalan Pelapisan Chrome pada Pelat Baja dengan Proses
Electroplating.
[5] G. Murdikaningrum, D. Djaenudin, K. Kencanawati, and W. Hermawan, “Sistem
Pengolahan Air Limbah Elektroplating Berbasis Nikel,” Sainteks J. Sains dan
Tek., vol. 1, no. 2, pp. 57–68, 2019, doi: 10.37577/sainteks.v1i2.126.
[6] A. H. Jauharoh, A. Nurmiyanto, and A. Yulianto, “Perencanaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada Kegiatan Pelapisan Logam (Elektroplating)
Skala Kecil Dan Menengah (IKM X) di Daerah Istimewa Yogyakarta,” J. Sains
dan Teknol. Lingkung., vol. 12, no. 1, pp. 25–44, 2020, [Online]. Available:
https://journal.uii.ac.id/JSTL/article/view/14427.
[7] M. Charles Manurung, ST., “Pengaruh Kuat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan
Dan Laju Korosi (Mpy) Hasil Elektroplating Baja Karbon Rendah Dengan
Pelapis Nikel,” VISI, vol. 21, no. 2, pp. 1857–1869, 2014, [Online]. Available:
Pengaruh Kuat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan Dan Laju Korosi (Mpy)
%0AHasil Elektroplating Baja Karbon Rendah Dengan Pelapis Nikel
%0ACharles Manurung, ST.,MT.
[8] A. Prasetyaningrum and Y. Dharmawan, “Aplikasi Teknologi Elektrokoagulasi
pada Pengolahan Limbah Industri Elektroplating sebagai Upaya Menghasilkan
Produksi Kerajinan Logam Berbasis Green Technology,” vol. 12, no. 1, pp. 37–
44, 2018.
[9] R. Nofitasari, G. Samudro, J. T. Lingkungan, F. Teknik, and U. Diponegoro,
“Studi Penurunan Konsentrasi Nikel Dan Tembaga Pada Limbah Cair
Elektroplating Dengan Metode Elektrokoagulasi,” Tek. Lingkung., vol. 9, no. 2,
pp. 96–106, 2012, doi: 10.14710/presipitasi.v9i2.96-106.
[10] V. M. Pratiwi, Sulistijono, M. I. P. Hidayat, and H. Zuniandra, “Pengaruh Variasi
Waktu dan Temperatur Elektroplating Seng terhadap Ketebalan, Kekuatan Lekat
dan Ketahanan Korosi pada Baja,” J. Tek. Its, vol. 8, no. 2, pp. 218–223, 2019.
BAB IV
ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH
Indrasta Wahyu Bagus Prasojo

Abstrak
Pada dasarnya, perindustrian di Indonesia khususnya industry dalam
electroplating (industri elektronik, industri kontruksi pabrik, industri rumah tangga,
industri otomotif).saat ini masih tidak memiliki system pengolahan limbah yang baik
dengan mempertimbangkan dari sisi kebermanfaatan, biaya pemrosesan, keramahan
lingkungan serta tidak adanya penggunaan senyawa kimia dalam memproses limbah.
Hal ini membuat perlu adanya sebuah terobosan serta inovasi dalam mengatasi limbah
tersebut. Munculah Elektrokoagulasi yang merupakan proses destabilisasi suspensi,
emulsi dan larutan yang mengandung kontaminan dengan cara mengalirkan arus listrik
melalui air, menyebabkan terbentuknya gumpalan yang mudah dipisahkan.
Elektrokoagulasi merupakan inovasi yang ramah lingkungan tanpa campur tangan
senyawa kimia, tetapi menggunakan reaksi oksidasi-reduksi dengan memanfaatkan
elektroda yang dialiri oleh arus listrik searah.
Kata kunci :Elektrokoagulasi, Pengolahan Limbah, Redoks

Pendahuluan
Marak sekali sekarang bahwa banyak para pelaku di bidang industry membawa
sebuah limbah yang berdampak pada pencemaran lingkungan yang mengotori
permukiman warga khususnya limbah industry di sector industri elektronik, industri
kontruksi pabrik, industri rumah tangga, industri otomotif yang membawa limbah
logam berat yang terkandung di dalamnya limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).
Selain itu dengan adanya pembuangan limbah hasil industry ini dapat mengakibatkan
adanya pengurangan kualitas air yang secara tidak langsung menganggu ekosistem
akuatik serta kesehatan manusia yang berada di wilayah tersebut. Dengan ini maka
perlu adanya inovasi dalam pengelolaan limbah sebagai suatu terobosan yang mampu
memberikan impact pada lingkungan, salah satunya adalah dengan adanya
Elektrokoagulasi. Proses elektrokoagulasi berprinsip pada proses sel elektrolisis. Sel
elektrolisis merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi listrik DC (direct current)
untuk menghasilkan reaksi elektrolik. Setiap sel elektrolisis mempunyai dua elektroda,
katoda dan anoda. Anoda berfungsi sebagai koagulan dalam proses koagulasi-flokulasi
yang terjadi di dalam sel tersebut. Sedangkan di katoda terjadi reaksi katodik dengan
membentuk gelembung -gelem-bung gas hidrogen yang berfungsi untuk menaikkan
flok-flok tersuspensi yang tidak dapat mengendap di dalam sel.

Pembahasan
Elektrokoagulasi
Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan
proses koagulasi – flokulasi dan elektrokimia. Proses ini diduga dapat menjadi pilihan
metode pengolahan limbah radioaktif dan limbah B3 cair fase air alternatif mendamping
metode pengolahan yang lain. Elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi suspensi,
emulsi dan larutan yang mengandung kontaminan dengan cara mengalirkan arus listrik
melalui air, menyebabkan terbentuknya gumpalan yang mudah dipisahkan [1]. Limbah
hasil elektroplating kebanyakan terdapat pada industri elektronik, industri kontruksi
pabrik, industri rumah tangga, industri otomotif. Elektroplating merupakan suatu proses
yang memiliki tujuan sebagai perlindungan dari perkaratan dan pada baja dan besi akan
terlihat efek mengkilapnya. Limbah ini termasuk dalam limbah logam berat yang
terdapat dalam limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Besi, nikel, tembaga,
mangan, dan krom merupakan beberapa unsur logam yang terkandung dalam limbah
industri cair. Salah satu logam yang memiki tingkat toksik adalah krom (VI) harus
direduksi dahulu menjadi krom (III) guna mengurangi kadar toksisitas dalam limbah
yang dihasilkan [2]. Dengan adanya endapan ini karena adanya ion yang bermuatan
listrik berpindah terus menerus dari suatu elektroda melalui larutan elektrolit. Prinsip
dasar dari pelapisan logam secara listrik ini adalah penempatan ion-ion logam ditambah
elektron pada logam yang dilapisi. Ion logam tersebut didapat dari anoda dan elektrolit
yang digunakan anoda dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus listrik.
Katoda dihubungkan dengan kutub negatif dari sumber arus listrik. Anoda dan katoda di
rendam dalam larutan elektrolit. Jika arus listrk dialirkan, pada katoda bakal terjadi
endapan (pelapisan logam). Dengan adanya arus listrik yang mengalir dari sumber ini
maka memungkinkan elektron dialirkan melalui elektrode positif (anoda) menuju
elektrode negatif (katoda) dan dengan adanya ion logam yang di dapat dari elektrolit
yang menghasilkan perpindahan logam yang melapisi permukaan logam lainnya [3].

Gambar 5: Skema Proses Elektroplating


Sumber: [3]

Pengolahan secara kimiawi dapat dilakukan untuk menghilangkan kandungan


logam berat dalam limbah, misalnya pengendapan (presipitasi), penyaringan (filtrasi),
penyerapan (adsorpsi), serta pengumpalan (koagulasi). Secara sederhana salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan presipitasi yang membuat proses koagulasiflokulasi
menggunakan koagulen yang beragam. Koagulen yang digunakan pada umumnya yaitu
kapur, garam alumunium (alumunium sulfat), garam besi (feeri sulfat), dan PAC atau
polyaluniunum chloride. Metode ini efektif digunakan karena akan terjadi proses
pemisahan antara endapan dan beningan dari logam berat. Salah satu proses pengolahan
yang dapat dilakukan dari dengan natrium fosfat (Na3PO4) yang didasarkan pada reaksi
koagulasi kation logam. Senyawa yang tidak larut atau disebut endapan akan terbentuk
apabila natrium fosfat ditambahkan pada limbah.
Kandungan logam seng, besi, krom, nikel, tembaga, maupun mangan dari hasil
limbah elektroplating dapat langsung disisihkan dengan natrium fosfat. Proses
pengendapan juga dapat terjadi akibat adanya gaya tarik inti flok dari FePO 4 maupun
CrPO4 yang mengendap. Kedua endapan fosfat tersebut merupakan inti flok dan bersifat
elektropositif. Akibatnya ion OH- akan tertarik dan ion PO43- yang berlebih akan
bermuatan negatif sehingga dapat menarik logam lainnya yang masih ada dalam limbah.
Zn, Ni, Mn, maupun Cu akan tertarik untuk membentuk flok yang lebih besar dan
akhirnya mengendap [2].

Mekanisme Elektrokoagulasi
Reaksi kimia yang terjadi pada proses elektrokoagulasi yaitu reaksi oksidasi-
reduksi. Aplikasi proses ini dilakukan dengan menginjeksikan oksigen ke dalam air,
sedangkan pada proses reduksi dilakukan dengan penambahan reduktor. Proses ini
timbul karena adanya reaksi pada elektroda, reaksi yang timbul diakibatkan oleh
masuknya aliran arus listrik searah dengan tegangan tertentu. Apabila dalam suatu
elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka akan terjadi
peristiwa elektrokimia, yaitu dekomposisi elektrolit berat ion positif (kation) bergerak
ke katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke
anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Pada intinya mekanisme proses
oksidasi-reduksi yaitu untuk melakukan destabilisasi ion sehingga mudah untuk
dilakukan proses pengendapan serta dapat mengurangi sifat racun dari ion tersebut. [1]
Proses ini berdasar pada penggunaan elektroda yang terbuat dari besi atau
alumunium atau logam lain. Dalam proses elektrokoagulasi, elektroda besi atau
alumunium akan membentuk koagulan yang digunakan untuk memisahkan kontaminan
dalam limbah Untuk menghasilkan ion logam yang berfungsi sebagai koagulan
diperlukan beda potensial diantara elektroda. Perbedaan potensial ini diperlukan untuk
menimbulkan reaksi elektrokimia pada masing-masing elektroda. Proses ini
menggunakan reaksi reduksi dan oksidasi dimana ion positif (kation) bergerak ke
katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negative (anion) bergerak ke
anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Ketika hal ini diterapkan, ion logam
yang dihasilkan bereaksi dengan hidroksida primer dan menghasilkan polihidroksida
dan flok logam polihidroksida [4]
Terdapat tiga tahapan proses ini, (1) proses ekualisasi, (2) proses elektrokimia,
dan (3) proses pengendapan (koagulasi). Pada proses ekualisasi, tidak ada reaksi kimia
namun akan disamakan kondisi pH limbah dalam bentuk cair. Pada proses elektrokimia
akan terbentuk flok Al(OH)3 yang dapat mengikat partikel berkontaminasi dari partikel
dalam limbah dari pelepasan Al3+ dari anoda.
Gambar 6: Proses Elektrokoagulasi
Sumber: [5]
Jika pada suatu larutan elektrolit diberi 2 buah elektrode dan dialiri dengan
listrik searah seperti pada gambar, peristiwa yang akan terjadi adalah dekomposisi
elektrolit. Dekomposisi elektrolit merupkan suatu kejadian dengan kation atau ion
positif bergerak menuju katoda dan elektron yang direduksi akan diterima. Sedangkan,
anion atau ion negatif akan bergerak menuju anoda dan elektron yang dioksidasi akan
diserahkan.
 Ion H+ asam yang ada pada katoda akan direduksi menjadi gas hidrogen sebagai
gelembung gas.
+¿+ 2e → H 2 ¿
2H
 Air akan mengalami peristiwa reduksi dan terbentuk hidrogen dalam bentuk gas
pada sisi katodanya.
2 H 2 O+2 e → 2OH −¿¿
 Berkebalikan dengan katoda, oksidasi akan dialami oleh anoda (logam
alumiunium-umumnya).
Alo+3 H 2 O → Al ¿
 Ion OH- yang berasal dari basa akan membentuk gas O 2 (Oksigen) dari proses
oksidasi.
4 OH −¿→2 H O +O + 4 e ¿
2 2

 Apabila dalam limbah terdapat ion-ion logam lainnya akan direduksi menjadi
sama dengan logamnya yang akan terletak pada batang katoda.
L+¿+e→ Lo¿
Misalnya Pb
Pb2+¿+2 e → Pbo¿
Jika dilihat dari reaksi-reaksi diatas, anoda akan menghasilkan gas, gelembung
(buih), dan flok Al(OH)3. Logam Pb pada limbah akan terikat oleh flok yang terbentuk.
Ketika ada ikatan antara flok dan logam Pb akan menimbulkan kecenderungan
membentuk endapan (mengendap). Endapan hasil ikatan flok terhadap logam Pb akan
diletakkan pada bak sedimentasi (mengalami proses sedimentasi) dan sisa-sisa buih
akan terpisah pada bagian filtrasi (penyaringan) [5]. Dari reaksi tersebut, pada anoda
akan dihasilkan gas, buih dan flok Cu(OH)2 yang akan menggumpalkan padatan
tersuspensi sehingga air menjadi jernih. Sedangkan gelembung gas O2 dan H2 yang
terjadi selama proses akan membantu mendorong polutan sehingga mengapung ke
permukaan. Pengapungan gumpalan polutan karena gelembung gas yang terbentuk pada
proses elektrolisis disebut dengan elektroflotasi.

Parameter Proses Elektrokoagulasi


1. Jenis Plat Elektroda
Jenis plat elektroda berpengaruh secara signifikan terhadap hasil proses
pengolahan. Untuk pengolahan air minum, jenis plat elektroda harus non toksik,
biaya rendah dan mudah didapatkan
2. Kuat Tegangan
Semakin besar tegangan maka besar penyisihan semakin besar. Kuat tegangan
berbanding lurus dengan besarnya arus listrik yang mengalir pada elektroda.
Arus listrik yang menyebabkan terjadinya transfer elektron dari elektroda ke
larutan elektrolit. Adanya aliran listrik ini menyebabkan terjadinya reaksi kimia
dalam larutan yaitu semakin banyaknya logam hidroksida maupun gelembung
(gas) yang terbentuk. Saat kuat tegangan tinggi, hidroksil yang larut dan
kecepatan pembentukan logam hidroksida meningkat sehingga endapan yang
dihasilkan lebih banyak dan meningkatkan penurunan polutan di dalam air
(Kurniasih et al., 2016). Tidak hanya pembentukan logam hidroksida, menurut
Bazrafshan et al. (2012) kuat tegangan juga berpengaruh pada ukuran
gelembung dan pembentukan flok. Kerapatan gelembung akan meningkat dan
ukurannya akan menurun dengan bertambahnya kuat tegangan.
3. Kuat Arus
Arus listrik yang menyebabkan terjadinya transfer elektron dari elektroda ke
larutan elektrolit. Adanya arus listrik ini menyebabkan terjadinya reaksi kimia
dalam larutan yaitu semakin banyaknya logam hidroksida maupun gelembung
(gas) yang terbentuk. Semakin besar kuat arus maka kerapatan gelembung
semakin meningkat dan ukuran akan menurun, sehingga mempercepat
penurunan polutan dan flotasi sludge. Namun jika kuat arus semakin menurun
maka waktu reaksi yang dibutuhkan akan semakin lama pula
4. Waktu Kontak
Dalam teori, semakin lama waktu proses elektrokoagulasi maka pembentukan
gas H2 dan OH- semakin banyak sehingga semakin banyak pula jumlah
kompleks yang mengikat polutan dan jumlah gas hidrogen
5. Konduktivitas
Konduktivitas elektrik effluent merupakan variabel yang berpengaruh terhadap
efisiensi kuat arus, voltasi sel dan konsumsi energi. Konduktivitas elektrik
effluent juga penting ketika optimisasi parameter sistem, mulai dari
konduktivitas tinggi dengan jarak antar elektroda yang kecil meminimalkan
konsumsi energi, tapi tidak efektif terhadap efisiensi penurunan kontaminan.
Konduktivitas effluent, yang disebut juga kapasitas untuk menghantarkan kuat
arus listrik, sesuai untuk ion dalam cairan konduktif. Ion-ion tersebut berfungsi
untuk menghantarkan kuat arus listrik. Maka, semakin tinggi konsentrasi ion
dalam effluent, maka kemampuan untuk menghantarkan kuat arus listrik
semakin besar dan kemungkinan terjadinya reaksi antar senyawa dalam effluent
semakin besar. Konsumsi energi akan menurun dengan meningkatnya
konduktivitas larutan
6. Kondisi PH
Berdasar Lekhlif et al. (2014) proses elektrokoagulasi sangat bergantung pada
pH larutan. Dalam proses elektrokoagulasi terdapat tiga mekanisme utama
yaitupresipitasi, adsorpsi dan koagulasi. Pada pH rendah spesies logam
umumnya pada anoda akan bergerak ke spesies anionik, dan akan terjadi
penetralan muatan dan pengurangan kelarutan, proses ini disebut presipitasi.
Sementara pada pH lebih dari 6,5 akan terjadi adsorpsi dan koagulasi. Umumnya
ion logam akan terhidrolisis pada pH 7-9 untuk menghasilkan variasi kompleks
logam hidroksida dan M(OH)3 netral.
7. Jarak Antar Elektroda
Jarak elektroda antar elektroda juga menjadi variabel penting untuk optimisasi
operasi proses elektrokoagulasi. Berdasar Cerqueira & Marques (2012) saat
konduktivitas effluent relatif tinggi, maka digunakan jarak antar elektroda yang
lebih lebar. Namun sebaliknya, dalam elektrokoagulasi disarankan untuk
menggunakan jarak yang kecil, untuk mengurangi konsumsi energi. Ketika
dilakukan pengujian sistem dibawah kuat arus yang sama, berdasarkan
penelitian Den dalam Cerqueria & Marques (2012) bahwa terdapat perbedaan
efisiensi penurunan polutan untuk setiap jarak antar elektroda yang berbeda,
sehingga jarak antar elektroda termasuk salah satu faktor untuk optimisasi biaya.
Dalam hal ini, semakin besar jarak antar elektroda, maka interaksi ion dalam
larutan dengan koagulan semakin sedikit terjadi.
8. Susunan Elektroda
Bahan elektroda dan mode hubungan antar elektroda berperan secara signifikan
dalam biaya analisis proses elektrokoagulasi. Elektroda monopolar dalam
hubungan secara paralel (MP-P), anoda dan katoda dihubungkan secara paralel
yang mana kuat arus dibagi pada seluruh elektroda yang bertolakan satu sama
lain. Hubungan secara paralel ini membutuhkan beda potensial yang rendah
dibandingkan dengan hubungan secara seri; Elektroda monopolar dalam
hubungan secara seri (MP-S), dalam elektroda monopolar yang disusun secara
seri. Setiap pasangan elektroda (sacrificial electrode) yang mana didalamnya
dihubungkan satu sama lain. Penambahan tegangan sel timah untuk
meningkatkan beda potensial; serta elektroda bipolar dalam hubungan secara
seri (BP-S), dalam mode hubungan ini, elektroda terluar dihubungkan pada
power supply dan tidak ada hubungan listrik antara elektroda inner
9. Suhu
Efek suhu hanya berpengaruh kecil dalam proses elektrokoagulasi. Beberapa
penelitian menjelaskan proses elektrokoagulasi dengan elektroda alumunium
semakin meningkat pada suhu mencapai 60oC, namun lebih dari suhu tersebut
efisiensi menurun. Tetapi, konduktivitas semakin meningkat dengan
meningkatnya suhu dan menurunkan konsumsi energi. Meningkatnya suhu pada
larutan dapat meningkatkan efisiensi penurunan, karena meningkatkan
perpindahan ion yang menyediakan terbentuknya koagulan
10. Pasivitas Elektroda
Pasivitas elektroda merupakan akumulasi dari lapisan yang menghambat
(biasanya pada anoda) dalam permukaan elektroda. Pasivitas tidak diperlukan
dalam anoda dan sistem elektrokoagulasi. Pengendali utama pasivitas
merupakan operasi dari mode galvanostatik. Kuat arus dan tegangan bergantung
pada hambatan sistem secara keseluruhan. Setiap hambatan dari lapisan pasivitas
meningkatkan potensial sel tapi tidak dapat mempengaruhi koagulan atau laju
produksi gas secara keseluruhan. [4]

Kelebihan dan Kelemahan


Dalam penggunaan proses elektrokoagulasi harus diberikan gambaran tentang
kelebihan dan kerugian dalam mengolah limbah. Adapun kelebihan dalam proses
elektrokoagulasi yaitu =
1. Elektrokoagulasi butuh peralatan sederhana dan mudah untuk dioperasikan
2. Air limbah yang diolah dengan elektrokoagulasi menghasilkan Effluent yang
jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
3. Flok yang terbentuk pada elektrokoagulasi memiliki kesamaan dengan flok yang
berasal dari koagulasi kimia. Perbedaannya adalah flok dari elektrokoagulasi ini
berukuran lebih besar dengan kandungan air yang sedikit, lebih stabil dan mudah
dipisahkan secara cepat dengan filtrasi.
4. Keuntungan dari elektrokoagulasi ini lebih cepat mereduksi kandungan koloid
yang paling kecil, hal ini disebabkan menggunakan medan listrik dalam air
sehingga mempercepat pergerakan yang demikian rupa agar memudahkan
proses koagulasi.
5. Elektrokoagulasi menghasilkan effluent yang mengandung Total Dissolved Solid
(TDS) dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pengolahan
kimiawi. TDS yang rendah akan mengurangi biayan recovery.
6. Proses elektrokoagulasi tidak memerlukan penggunaan bahan imia sehingga
tidak bermasalah dengan netralisasi.
7. Gelembung gas yang dihasilkan pada prose elektrokoagulasi ini dapat membawa
polutan ke permukaan air sehingga mudah dibersihkan.
8. Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi
dikarenakan tidak dipengaruhi temperatur.
9. Pemeliharaan lebih mudah karena menggunakan sel elektrolisis yang tidak
bergerak

Sedangkan kelemahan dalam proses elekrokoagulasi ialah :


1. Tidak dapat digunakan untk mengolah limbah cair yang mempunyai sifat
elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar
elektroda.
2. Besarnya reduksi logam berat dalam limbah cair dipengaruhi oleh besar kecilnya
arus voltase listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak
elektroda dan jarak antar elektroda.
3. Elektroda yang digunakan dalam proses elektrokoagulasi harus diganti secara
teratur.
4. Terbentuknya lapisan di elektroda dapat mengurangi efisiensi pengolahan. [1]

Penutup
Dengan ini, Teknologi elektrokoagulasi merupakan salah satu teknologi
alternative dalam memproses limbah dengan mengurangi kandungan organic serta
menurunkan kandungan totoal suspended solid (TSS) yang terkandung pada limbah
industry.

Referensi
[1] D. Irawan, Z. Arifin, and E. Maulidya, “Proses Penurunan Zat Warna dalam
Limbah Cair Industri Sarung Samarinda dengan Metode Elektrokoagulasi,” J.
Ris. Teknol. Ind., vol. 6, no. 11, p. 31, 2016, doi: 10.26578/jrti.v6i11.1505.
[2] N. Nurhasni, Z. Salimin, and I. Nurfitriyani, “Pengolahan Limbah Industri
Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi,” J. Kim. Val., vol. 3, no. 1,
pp. 41–48, 2013, doi: 10.15408/jkv.v3i1.328.
[3] A. Prasetyaningrum and Y. Dharmawan, “Aplikasi Teknologi Elektrokoagulasi
pada Pengolahan Limbah Industri Elektroplating sebagai Upaya Menghasilkan
Produksi Kerajinan Logam Berbasis Green Technology,” vol. 12, no. 1, pp. 37–
44, 2018.
[4] I. M. Mulyani, Prayitno, F. W. Mahatmanti, and E. Kusumastuti1, “Pengaruh
Jenis Plat Elektroda Pada Proses Elektrokoagulasi Untuk Menurunkan Kadar
Thorium Dalam Limbah Hasil Pengolahan Logam Tanah Jarang,” Issn 0216-
3128, no. November, pp. 401–412, 2017.
[5] T. Hernaningsih, “Tinjauan Teknologi Pengolahan Air Limbah Industri Dengan
Reviews of Electrocoagulation Process on Waste Water Treatment,” J. Rekayasa
Lingkung., vol. 9, no. 1, pp. 31–46, 2016.
PENUTUP

Dari adanya book chapter ini dapat simpulkan bahwa terdaat 4 bab yang
tersusun dalam book chapter ini, yaitu
BAB I : Industri dan Perindutrian
BAB II : Jenis-jenis Limbah
BAB III : Elektroplating
BAB IV : Elektrokoagulasi dalam Pengolahan Limbah
Dengan masing-masing pembahasan yang ada didalamnya.
Book chapter ini merupakan salah satu sumber belajar yang dapat digunakan.
Masih banyak kekurangan dalam sumber yang digunakan untuk memberikan penjelasan
lebih rinci mengenai materi yang berada dalam book chapter ini. Oleh karena itu, tidak
hanya menggunakan book chapter ini, melainkan juga dapat menggunakan sumber-
sumber relevan lainnya untuk melengkapi materi yang terdapat didalamnya.
REFERENSI

[1] A. Prabowo, “Pengolahan Limbah Cair yang Mengandung Minyak dengan


Proses Elektrokoagulasi dengan Elektroda Besi,” J. Teknol. Kim. dan Ind., vol. 1,
no. 1, p. 355, 2012.
[2] M. Wirdah, “Proses pengolahan air bersih dengan metode elektrokoagulasi,”
Pelayanan Kesehat., vol. 2016, no. 2014, pp. 1–6, 2010, [Online]. Available:
http://library.oum.edu.my/repository/725/2/Chapter_1.pdf.

Anda mungkin juga menyukai