Anda di halaman 1dari 58

iii

BIODATA MAHASISWA

A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Nisa Ratnasari Matondang
2. NIM : 16 01 032
3. NIK : 1213014303980002
4. Tempat, Tanggal Lahir : Kayu Jati, 03 Maret 1998
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Agama : Islam
7. Jumlah Saudara :3
8. Golongan Darah : AB
9. Kewarganegaraan : Indonesia
10. Program Studi : Teknik Kimia
11. E-mail : nisaratnasarimatondang@gmail.com
12. No.HP : 082165013623
13. Alamat : Jl. Bukit Barisan, Kel Kayu Jati
Panyabungan Kota, Kab Mandailing Natal

B. DATA ORANG TUA/WALI


1. Orang Tua
a. Nama Ayah : Alm. Nasaruddin Matondang
b. Nama Ibu : Almh. Masrohannum Lubis
2. Wali
a. Nama : Nila Wahyuni Matondang
b. TTL : Kayu Jati, 16 Juni 1991
c. Status : Kakak Kandung
d. Pekerjaan : Karyawan Bank BTPN Syariah

Judul Karya Akhir:

“PERHITUNGAN KEBUTUHAN JUMLAH CANGKANG DAN SERAT


SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER PADA PROSES PENGOLAHAN
TANDAN BUAH SEGAR (TBS) MENJADI CRUDE PALM OIL (CPO)
DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN II PAGAR MERBAU”
Pembimbing I : Donda, ST, M.Si
Pembimbing II : Maulidna, ST, M.Si

iv
ABSTRAK
Boiler (ketel uap) adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan
ke air sampai terbentuk steam. Ketel Uap berfungsi sebagai tempat memproduksi
uap hasil pemanasan air pada suhu tertentu. Jenis ketel uap yang digunakan pada
PKS Pagar Merbau adalah Water Tube Boiler dengan kapasitas uap 16.5 ton/jam
dengan tekanan kerja 19 Kg/cm2 serta bahan bakar yang digunakan berupa
cangkang dan serat. Perbandingan cangkang dan serat adalah sebesar 1: 3 yakni
25% cangkang dan 75% serabut. Hasil perhitungan metode secara langsung adalah
jumlah bahan bakar yang dibutuhkan 11395,4088 Kg/Jam serat dan 3798,4696
Kg/Jam cangkang. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan cangkang dan
serat sebagai bahan bakar boiler selalu terpenuhi. Hasil dari analisa dan perhitungan
dari nilai kalor bahan bakar cangkang dan serabut dengan perbandingan 1 : 3 untuk
nilai kalor bawah yaitu Lower Heating Value (LHV)Campuran sebesar 820,5824
Kkal/Kg dan Nilai kalor atas yaitu Higher Heating Value (HHV)Campuran sebesar
1153,2355 Kkal/Kg. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bahan bakar
cangkang dan serat maka diketahui jumlah panas pada boiler untuk mengubah air
menjadi steam adalah 9974271,438 Kkal/Jam dan jumlah panas yang dihasilkan
dari pembakaran cangkang dan serat adalah 12467829,3 Kkal/Jam.
Kata kunci : Boiler, Cangkang, Serat, Water Tube Boiler, Nilai kalor, Lower
Heating Value, Higher Heating Value

v
KATA PENGANTAR
`
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya
Akhir ini.

Karya akhir ini disusun sebagai tugas untuk memenuhi syarat kelulusan ahli
madya di Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan. Dalam penelitian ini
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada:

1. Bapak Ir. H. Mansyur, M.Si selaku Direktur Politeknik Teknologi Kimia


Industri Medan.

2. Pembantu Direktur I, II, dan III Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.

3. Ibu Mahyana, SE selaku Kasubbang Administrasi Akademik Kemahasiswaan


dan Kerjasama Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.

4. Ibu Maulidna, S.T, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Teknologi Kimia Industri Medan dan Sekaligus Selaku Pembimbing II penulis

5. Ibu Ratna Kristina Taringan, S.T, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.

6. Ibu Donda, S.T, M.Si selaku Pembimbing I yang telah membantu penulis
dalam memberikan arahan dan dukungan sehingga penulisan Karya Akhir ini
dapat diselesaikan.

7. Ibu Meriani Sebayang, M.Si selaku Dosen Wali.

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Pegawai pada Politeknik Teknologi Kimia


Industri Medan.

vi
9. Kepada kedua Orang Tua Penulis Alm Nasaruddin Matondang dan Alm
Masrohannum Lubis, Serta Kakak Penulis NilaWahyuni Matondang dan Adik
Penulis Nanda Wahyudi Matondang yang selalu memberikan dukungan baik
berupa materi maupun moral kepada penulis dan senantiasa memberikan kasih
sayang, doa, semangat, nasehat dan motivasi khususnya dalam masa
pembuatan Karya Akhir ini

10. Untuk seluruh Keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi
kepada penulis

11. Pihak Industri PTP Nusantra II PKS Pagar Merbau yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis sehingga Karya Akhir ini dapat selesai dengan
baik.

12. Indriani Siregar, Siti Syarifah, Nur Asyiqin , Laila Aldani, dan Rasulta Depari
telah banyak memberikan motivasi dan ilmu pengetahuan tentang Karya Akhir
penulis.

13. Teman-teman seperjuangan stambuk 16 di kelas TK A yang sudah memberi


dukungan kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

14. Untuk rekan-rekan Team PKS yang selalu memberikan support kepada penulis

15. Untuk rekana-rekan Team Wrokshop yang selalu memberikan support kepada
penulis

16. Serta kepada seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu
yang tampa pamrih telah membantu penulis untuk menyelesaikan laporan ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan baik itu dari segi bahasanya maupun penulisannya, oleh sebab itu
dengan kerendahan hati penulis masih mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan karya akhir ini.

Semoga Karya Akhir ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

vii
Medan , Juli 2019

Penulis

(Nisa Ratnasari Matondang)


NIM: 16 01 032

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

PERNYATAAN ................................................................................... iii

BIODATA ............................................................................................ iv

ABSTRAK............................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................... iv

DAFTAR ISI ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv

BAB I. PTARENDAHULUAN ............................................................ 1

1.1. Latar Belakang Masalah....................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 2

1.3.1. Tujuan Penelitian ....................................................... 2


1.3.2. Manfaat Penelitian ..................................................... 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 4

2.1. Landasan Teori .................................................................. 4

2.1.1. Kelapa Sawit............................................................ 4


2.1.2. Minyak Kelapa Sawit ............................................... 6
2.1.3. Boiler....................................................................... 8

ix
2.1.4. Water Tube Boiler ................................................... 10
2.1.5. Prinsip Kerja Boiler Pipa Air ................................... 12
2.1.6. Pengolahan Air Umpan Boiler ................................. 13

2.1.7. Nilai Pembakaran Bahan Bakar................................ 16

2.1.8. Besarnya Kebutuhan Bahan Bakar ........................... 21

2.1.9. Steam ....................................................................... 23

2.1.10. Neraca Panas ......................................................... 26

2.1.11. Alat Pengaman Pada Boiler.................................... 26

2.1.12. Rugi - Rugi Pada Boiler ......................................... 29

2.2. Kajian Penelitian yang Relavan ......................................... 31

2.3. Kerangka Konseptual ........................................................ 33

BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................... 34

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 34

3.2. Pengumpulan Data .......................................................... 34

3.2.1. Metode Tinjauan Pustaka..................................... 34

3.2.2. Metode Studi Lapangan ....................................... 34


3.2.3. Spesifikasi Alat ................................................... 35
3.3. Analisa Data.................................................................... 35

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ............................ 37

4.1. Data Pengamatan ............................................................ 37

4.2. Analisa Data.................................................................... 38

4.2.1. Nilai Panas Bahan Bakar ....................................... 38

4.2.2. Panas Yang Dibutuhkan Untuk Mengubah Air


Menjadi Superheated steam ................................... 39
4.2.3. Menghitung Kebutuhan Bahan Bakar Boiler .......... 40

x
4.3. Pembahasan .................................................................... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 43

5.1. Kesimpulan ....................................................................... 43

5.2. Saran ................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Diagram Dasar Ketel ...................................................... 9

Gambar 2.2. Bolier (Ketel Uap) .......................................................... 10

Gambar 2.3. Water Tube Boiler...................................................... ....... 11

Gambar 2.4. Cangkang Kelapa Sawit…….…………………………… 20

Gambar 2.5. Fiber Kelapa Sawit.....…………………………………… 21

Gambar 2.6. Grafik T-s Pembentukan Uap……………………………. 24

Gambar 2.7. Diagram Neraca Massa...................................................... 26

Gambar 2.8. Safety Valve …………………………………………….. 27

Gambar 2.9. Blowdwon………………………………………………. . 28

Gambar 2.10. Diagram Rugi – Rugi Pada Boiler…………………… .. 30

Gambar 2.11. Kerangka Konseptual................................................... ... 33

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Karakteristik Tipe Kelapa Sawit...................................... 4


Tabel 2.2. Spesifikasi Fraksi TBS………......................................... 5
Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit……….. 6
Tabel 2.4. Komponen Dalam Minyak Sawit………………………. 8
Tabel 2.5. Persyaratan Air Umpan Boiler......................................... 16
Tabel 2.6. Komposisi Cangkang dan Serat......................................... 19
Tabel 2.7. Proses ABCDEF Dalam Pembentukan Uap..................... 25
Tabel 4.1. Komposisi cangkang dan serat......................................... 37
Tabel 4.2. Data Kebutuan Steam Pada Proses Pengolahan................ 38
Tabel 4.3. Tabulasi Data………………............................................ 41

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Komposisi Cangkang dan Serat ...................................... 44

Lampiran 2. Liquid Heat Capacities.................................................... 45

Lampiran 3. Properties Of Superheated Steam……………………….. 46

Lampiran 4. Flow Sheet Pabrik Kelapa Sawit………………………… 47

Lampiran 5. Lembar Responsi Karya Akhir…………………………... 48

Lampiran 6. Surat Selesai PKL……………………………………….. 49

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman agro-industri yang


dapat menghasilkan minyak dengan cara diekstraksi dari daging buah
kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit/Crude Palm Oil (CPO) dan dari
inti kelapa sawit menjadi Crude Palm Kernel Oil (CPKO).

PT Perkebunan Nusantara II Pagar Merbau merupakan salah satu


industri pengolah kelapa sawit yang memproduksi Crude Palm Oil (CPO).
Minyak kelapa sawit merupakan hasil olahan daging buah kelapa sawit
melalui proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), penebahan (thressing)
dan pengebresan. Pada pabrik pengolahan kelapa sawit sangat diperlukan
steam/uap. Steam yang dihasilkan dimanfaatkan untuk kebutuhan pada
pusat pembangkit yang memutar sudu-sudu turbin dan digunakan sebagai
pemanas untuk proses awal (perebusan) sampai proses akhir (klarifikasi).

Boiler meruakan suatu pesawat uap yang mampu menghasilkan uap


dengan cara memberikan kalor hasil pembakaran pada sejumlah air
sehingga berubah menjadi uap. Boiler sering juga sebut sebagai pesawat
koversi yang mengkonversi energi kimia dari bahan bakar menjadi energi
panas. Untuk mendapatkan steam yang sesuai degan kebutuhan, boiler
sangat dipengaruhi oleh sistem-sistem penunjangnya. Misalnya sistem
pembakaran, sistem pengontrolan, dan sistem uampan air lainnya. Kurang
sempurnanya operasi pendukung dapat mengakibatkan kerusakan pada
komponen-komponen boiler dan peralatan yang menggunakan steam dari
boiler. Jenis ketel uap yang digunakan di pabrik kelapa sawit Pagar Merbau
adalah Boiler pipa air vertikal, jenis TAKUMA type N-600 SA dengan
kapasitas 20 ton/jam.

1
2

Dasar dari terjadinya api (proses pembakaran) pada boiler


merupakan pertemuan dari 3 unsur yaitu bahan bakar (Fuel), panas (Heat)
dan udara (Oxygen). Hal ini disebut juga tiga elemen dasar api. Bahan bakar
yang digunakan di pabrik kelapa sawit Pagar Merbau adalah cangkang dan
serat. Cangkang dan serat merupakan produk samping dari proses
pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO)
memiliki komposisi C, H, O, dan N merupakan senyawa yang memiliki nilai
kalor yang tinggi jika dibakar.

Mengingat ketersediaan cangkang dan serat buah kelapa sawit cukup


melimpah sebagai produk samping dari proses pengolahan minyak kelapa
sawit sehingga penulis tertarik mengambil judul tugas Karya Akhir tentang
:

“PERHITUNGAN KEBUTUHAN JUMLAH CANGKANG DAN SERAT


SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER PADA PROSES PENGOLAHAN
TANDAN BUAH SEGAR (TBS) MENJADI CRUDE PALM OIL (CPO)
DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN II PAGAR MERBAU”

1.2. Rumusan Masalah

1. Berapakah jumlah panas yang dibutuhkan untuk mengubah air menjadi


superheated steam ?

2
3

2. Berapakah jumlah bahan bakar cangkang dan serat yang dibutuhkan


boiler?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui nilai panas pembakaran dari bahan bakar


cangkang dan serat .

2. Untuk mengetahui jumlah bahan bakar boiler pada pengolahan


TBS menjadi Crude Palm Oil.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Dapat mempelajari dan mengetahui nilai kalor pembakaran dari


bahan bakar cangkang dan serat.

2. Dapat mengetahui jumlah bahan bakar yang digunakan untuk


boiler untuk menghasilkan steam yang sempurna.

3
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Quineensis Jacq) merupakan
tanaman tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan dan
habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Kelapa sawit yang sudah
dibudidayakan terdiri dari 2 jenis yaitu E. guineensis dan E. oleifera.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis pada 15° LU -
15° LS dan tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari permukaan
laut dengan kelembapan 80 – 90%. Kelapa sawit yang dikenal
berdasarkan ketebalan cangkang ada tiga jenis yakni Dura, Pisifera, dan
Tenera.

Table 2.1. Karakteristik Tipe Kelapa sawit

Cangkang Mesokarp/Buah
Tipe Inti/Buah (%)
(mm) (%)

Dura 2-5 20-65 4-20

Tenera 1-2,5 60-90 3-15

Pisifera Tidak Ada 92-97 3-8

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal,


sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolahan namun
biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per
tandannya berkisar 18%. Pisifera memiliki buah tapi tidak memiliki
cangkang, namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk dura dan
5

jantan pisifera. Sifat buah cangkang tipis namun bunga betinanya tetap
fertile. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging perbuah
yang bias mencapai 90% dan kandungan minyak per tandan yang dapat
mencapai 20%. (Posman Sibuea, 2014)

Tandan buah sawit yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi


persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam
proses ekstraksi minyak dan inti sawit. Sebelum buah diolah perlu
dilakukan penimbangan dan sortasi. Penilaian terhadap mutu tandan
buah segar didasarkan pada standar fraksi tandan. (Ponten M. Naibaho,
2016)

Tabel.2.2. Spesifikasi Fraksi TBS

Fraksi Istilah Kriteria

00 Mentah Sekali Brondolan 0

0 Mentah Brondolan 1-12,5% buah luar

Kurang Brondolan 12,5-25% permukaan


1
Matang luar

Brondolan 25-50% permukaan


2 Matang I
luar

Brondolan 50-75% permukaan


3 Matang II
luar

Brondolan 75-100% permukaan


4 Lewat Matang
luar

Ranum Buah dalam ikut membrondol

Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit,2016

2.1.2. Minyak Kelapa Sawit


6

Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) adalah minyak nabati edible
yang yang didapatkan dari mesocarp buah kelapa sawit. Komposisi
dan sifat minyak kelapa sawit:

a. Trigliserida
Minyak dan lemak terdiri dari gliserida campuran yang
merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang.
Minyak dan lemak dalam bentuk umum tidak berbeda
trigliseridanya, hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut
minyak jika bentuknya cair dan lemak jika bentuknya padatan.
Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol
dengan 3 molekul asam lemak.
Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam – asam
lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida. Perbedaan
asam – asam lemak ini tergantung pada panjang rantai dan
kejenuhannya.
Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit
yaitu asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh).
Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

No. Nama Asam Kadar (%)

1. Asam Laurat 0,2%

2. Asam Meristat 1,1%

3. Asam Palmitat 44,0%

4. Asam Stearat 4,5%

5. Asam Oleat 39,2%

6. Asam Linoleat 10,1%

Sumber : Iyung Pahan, 2008


7

b. Non Trigliserida
Minyak juga mengandung komponen non trigliserida dalam
jumlah kecil, tetapi komponen ini juga harus dipisahkan karena
menyebabkan rasa, bau, dan warna minyak yang kurang
menyenangkan. Komponen non trigliserida dan kotoran yang
dikandung oleh minyak dapat dibedakan atas :
1. Komponen terlarut dalam minyak
Misalnya : asam lemak bebas, karoten, lender (gum), tocopherol,
sterol dan alkohol
2. Komponen yang tersuspensi dan tidak larut
Misalnya : karbohidrat
Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semipadat.
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung.
Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang
merupakan bahan vitamin A.
Tabel 2.4. Komponen Dalam Minyak Kelapa Sawit
No. Komponen Kuantitas

1. Asam lemak bebas (%) 3,0 – 4,0

2. Karoten (ppm) 500 – 700

3. Fosfolipid (ppm) 500 – 1000

4. Dipalmito stearin (%) 1,2

5. Tripalmitin (%) 5,0

6. Dipalmitolein (%) 37,2

7. Palmito stearin olein (%) 10,7

8. Palmito olein (%) 42,8


8

9. Triolein linole (%) 3,1

Sumber : Iyung Pahan, 2008

2.1.3. Boiler
Boiler (ketel uap) adalah alat yang berfungsi untuk memproduksi
uap dari air. Mekanisme produksi uap adalah sebagai berikut: Bahan
bakar yang merupakan bahan yang akan memberikan panas apabila
dibakar udara diperlukan untuk mendukung proses pembakaran. Produk
pembakaran berupa gas asap panas (Hot Flue Gas) yang membawa panas
melalui ketel yang kontak dengan permukaan hantaran panas dan abu
(abu hanya ada bila bahan bakar mengandung abu).
(Djokosetyardjo.1987)

Di dalam ketel uap, luaran dari panas yang berguna dibawa oleh uap.
Blowdown merupakan luaran tak bermanfaat tetapi diperlukan. Didalam
ketel air panas, luaran panas yang berguna dibawa oleh aliran air panas.
Sehingga luaran ketel yang berupa uap air atau air panas, hendaknya
dipandang hanya sebagai ketel itu, panas ditransfer kepembawa panas ini
dari gas hasil penbakaran (flue gas) melalui permukaan hantaran panas
antara gas hasil pembakaran dan pembawa panas atau fluida kerja.
(Loekman Satibi,2013)

Bejana bertekanan pada boiler umumnya menggunakan bahan baja


dengan spesifikasi tertentu yang telah ditentukan dalam standart ASME
(The ASME Code Boiler), terutama untuk penggunaan boiler pada
industri-industri besar. Dalam sejarah tercatat berbagai macam jenis
material digunakan sebagai bahan pembuatan boiler seperti tembaga,
kuningan dan besi cor. Namun bahan-bahan tersebut sudah lama
ditinggalkan karna alasan ekonomis dan juga ketahanan material yang
sudah tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Panas yang diberikan
kepada fluida didalam boiler berasal dari proses pembakaran dengan
berbagai macam jenis bahan bakar yang dapat digunakan, seperti kayu,
9

batubara, solar/minyak bumi dan gas. Dengan adanya kemajuan


teknologi, energi nuklir pun juga digunakan sebagai sumber panas pada
boiler. (Djokosetyardjo.1987)

Ketel uap berfungsi sebagai pesawat konversi energi yang


mengkonversikan energi kimia (potensial) dari bahan bakar menjadi
energi panas. Ketel uap pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu pertama adalah suatu sistem uap-air dan kedua adalah sistem
pembakaran atau sistem pembakaran atau sistem udara-bahan bakar.
(Djokosetyardjo.1987)

Gambar 2.1. Diagram Dasar Ketel


Sumber: Loekman Satibi (2013)

Uap yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk:

1. Mesin pembakaran luar seperti: mesin uap dan turbin.

2. Suplai tekanan rendah bagi kerja proses di industri seperti industry


pemintalan, pabrik gula dsb.

3. Menghasilkan air panas, dimana bisa digunakan untuk instalasi.


10

Gambar 2.2. Boiler (Ketel Uap)


Sumber: Loekman Satibi (2013)
2.1.4. Water Tube Boiler

Pada ketel pipa air fluida yang mengalir dalam pipa adalah air,
energi panas di transfer dari luar pipa (yaitu ruang dapur) ke air ketel.
(Syamsir.1988).

Seperti namanya, menunjukkan bahwa air bersikulasi didalam


buluh-buluh suatu ketel buluh air. Buluh – buluh ini biasanya
dihubungkan dengan dua atau lebih drum berbentuk silinder. Drum atas
disebut drum uap atau steam drum dan biasanya dijaga kira-kira berisi
setengah oleh air. Drum bawah sepenuhnya berisi oleh air dan berada
di titik bawah dari ketel. Lumpur yang mungkin terbentuk dalam ketel
11

akan mengendap pada titik bawah dan dapat dibuang dari dasar drum
bawah ini dan biasanya disebut drum lumpur.

Gambar 2.3. Water Tube Boiler.


Sumber: M.J.Djokosetyardjo (1987)

Cara kerja water tube sendiri ialah Proses pengapian terjadi diluar
pipa, kemudian panas yang dihasilkan memanaskan pipa yang berisi air
dan sebelumnya air tersebut dikondisikan terlebih dahulu melalui
economizer, kemudian steam yang dihasilkan terlebih dahulu
dikumpulkan di dalam sebuah steam-drum.
Sampai tekanan dan temperatur sesuai, melalui tahap secondary
superheater dan primary superheater baru steam dilepaskan ke pipa
utama distribusi. Didalam pipa air, air yang mengalir harus
dikondisikan terhadap mineral atau kandungan lainnya yang larut di
dalam air tesebut. Hal ini merupakan faktor utama yang harus
diperhatikan terhadap tipe ini. Pada ketel pipa air, air dimasukkan ke
dalam pipa dimana pipa dikelilingi oleh nyala api dan gas panas dari
luar.
12

Contoh ketel jenis ini : ketel Babcock dan Wilcox, ketel Stirling,
ketel La-Mont, ketel Benson, ketel Yarrow dan ketel Loeffler.
(M.J.Djokosetyardjo.1987).

2.1.5. Prinsip Kerja Boiler Pipa Air


Air umpan dialirkan dari deartor ke drum dengan bantuan pompa
Donki (pompa tenanga steam). Sebelum pemompaan dilakukan proses
Internal Boiler Treatmen dilakukan untuk mendapatkan kondisi air
umpan yang sesuai. Air umpan di alam drum atas berada diabagian
bawah dari drum dan selanjutnya dialirkan kebawah header melalui
pipa-pipa turun, dari header ini akan didistribusikan masuk ke pipa-
pipa pendidih karena pipa-pipa pendidih mendapatkan pemanasan baik
secara radiasi maupun secara konveksi melalui pembakaran bahan
bakar maka di dalam pipa-pipa pendidih terjadi perubahan fase air
menjadi steam atau gas.

Dari pipa pendidih masuk ke drum atas, oleh steam separator


yang terdapat di dalam drum atas dipisahkan antara steam dan air, steam
terkumpul dibagian atas drum dan air berada dibagian bawah drum dan
bercampur dengan air masukan yang baru. Selanjutnya air mengalami
sirkulasi sperti diatas, sedangkan steam yang terbentuk merupakan
steam basah yang mengalir kepipa-pipa superheater untuk dipanaskan
lagi menjadi steam kering dengan suhu 2600C.

Gas asap sisa pembakaran yag tidak dimanfaatkan panasnya


dibuang melalui corong asap dengan bantuan blower IDF. Proses
pembakaran dalam ruang bakar berlangsung kontiniu. Bahan bakar
yang masuk ke ruang bakar dihembus udara dengan bantuan blower
FDF untuk mendapatkan proses pembakaran yang sempurna, maka
pengaturan hembusan udara perlu diperhatikan.

2.1.6. Pengolahan Air Umpan Boiler


13

Memperoduksi steam yang berkualitas tergantung pada


pengolahan air yang benar untuk mengendalikan kemurnian steam,
endapan dan korosi. Sebuah boiler merupakan bagian dari sistem
boiler, yang menerima semua bahan pencemar dari sistem
kedepannya. Kinerja boiler, efisiensi, dan umur layanan
merupakan hasil langsung dari Pemilihan dan pengendalian air
umpan yang diguanakan dalam boiler. (UNEP, 2006)
Jika air umpan masuk ke boiler, kenaikan suhu dan tekanan
menyebabkan komponen air memiliki sifat yang berbeda. Hampir
semua komponen dalam air umpan dalam keadaan terlarut. Walau
demikian dibawah kondisi panas dan tekanan hampir seluruh
komponen terlarut keluar dari larutan sebagai padatan yang kuat,
kadang-kadang dalam bentuk kristal dan pada waktu yang lain
sebagai bentuk amorph. Jika kelarutan komponen spesifik dalam
air terlewati, maka akan terjadi pembentukan kerak dan endapan.
Air boiler harus cukup bebas dari pembentukan endapan padat
supaya terjadi perpindahan panas yang cepat dan efisien dan harus
tidak korosif terhadap logam boiler.
1. Pembentukan Endapan
Endapan dalam boiler dapat diakibatkan dari kesadahan
air umpan dan hasil korosif dari sistem kondensat dan air
umpan. Kesadahan air umpan dapat terjadi kurangnya sistem
pelunakan. Endapan dan korosi menyebabkan kehilangan
efisiensi yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pipa
boiler ketidakmampuan memproduksi steam. Endapan
bertindak sebagai isolator dan memperlambat perpindahan
panas. Sejumlah besar endapan diseluruh boiler dapat
mengurangi perpindahan panas yang secara signifikan dapat
menurunkan efisiensi boile. Berbagai jenis endapan akan
mempengaruhi efisiensi boiler secara berbeda- beda,
14

sehingga sangat penting untuk menganalisis karakteristik


endapan. (UNEP, 2006)
2. Silika
Keberadaan silika dalam air boiler dapat meningkatkan
pembentukan kerak silika yang keras. Silika dapat juga
berinteraksi dengan garam kalsium dan magnesium,
membentuk silikat kalsium dan magnesium dengan daya
konduktivitas panas yang rendah. Silika dapat meningkatkan
endapan pada sirip turbin, setelah terbawa dalam bentuk
tetesan air dalam steam, atau dalam bentuk yang mudah
menguap dalam steam pada tekanan tinggi.
3. pH (Pouvoir Hydrogen)
pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH
ini digunakan untuk mengetahui tingkat kebasaan dn
keasaman air. Pemahaman konsep dasar mengenai pH erat
hubungannya dengan upaya memahami kimia air.
Konsentrasi ion hidrogen bisa ditentukan dengan pH meter.
Kadar pH yang dipakai pada boiler di PTPN II PKS Pagar
Merbau adalah 5-8. (Pesta Hutagol, 2018).
4. Anion Kation Terlarut
Distribusi konsentarsi masing-masing jenis anion dan
kation sangat tergantung pada sumber airnya. Anion dan
kation terlarut tersebut berasal dari batu-batuan dan tanah
yang larut karena kontak dengan air. Bahan-bahan yang
dapat terkandung dalam air kaena kontaknya dengan batu-
batuan, antara lain: CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl,
Na2SO4, dan sebagainya. Kandungan dari anion dan kation
terlarut ini mempunyai pengaruh langsung terhadap
kesadahan dan alkalinitas air. Kandungan anion kation yang
tinggi akan mempengaruhi kandungan laogam yang tinggi
15

di dalam air, hal ini akan menyebabkan terjadinya karatan


terhadap alat khusunya pada boiler. (Pesta Hutagol, 2018)
5. Kesadahan dan Alkalinitas
Kesadahan dalam air disebabkan oleh adanya
kandungan garam-garam kalsium dan magnesium, kadang-
kadang besi dan mangan. Di dalam analisa air, kandungan
kesadahan dinyatakan sebagai mg/l sebagai contoh CaCO3.
Dipilih kalsium karbonat sebagai anlisa karena senyawa ini
mempunyai berat molekul 100 dan berta ekuivalen 50
sehingga mudah untuk dikonversi baik masing-masing ion
yang ada didalam air.
Pada alkalinitas kemampuan menetralkan asam ini
sehubungan dengan kehadiran ion bikarbonat (HCO3-),
karbonat (CO3-), dan hidroksil (OH-) serta kadang-kadang
kehadiran ion borat, silika, dan fosfat dalam air. Karena
alkanlinitas yang terutama disebabkan oleh ion bikarbonat
(HCO3-), karbonat (CO3-), dan hidroksil (OH-), maka
alkalinitas juga sering dikelmpokkan dalam 3 macam yaitu
alkalinitas (OH-alcalinity), alkalinitas karbonat (CO-
alcalinity) dan alkalinitas bikarbonat. Dengan adanya
kation-kation penyebab kesafahan dan logam berat tertentu,
alkalinitas mempunyai andil dalam pembentukan kerak.
Oleh sebab itu dalam parameter kesadahan dan alkalinitas
dalam syarat air umpan boiler tidak pernah ada karena kalau
ada akan menyebabkan pembentukan kerak pada Boiler.
(Pesta Hutagol, 2018)
16

Tabel.2.5. Persyaratan Air Umpan Boiler

Parameter Satuan Pengendalian Batas


Ph Unit 10.5– 11.5
Conductivity µmhos/cm 5000,max
TDS Ppm 3500,max
P– Alkalinity Ppm -
M– Alkalinity Ppm 800,max
O– Alkalinity Ppm 2.5xSiO2,min
T.Hardness Ppm -
Silica Ppm 150,max
Besi Ppm 2,max
Phosphat Ppm 20– 50
residual
Sulfite residual Ppm 20– 50
pHcondensate Unit 8.0– 9.0
Sumber: PT.Nalco Indonesia
2.1.7. Nilai Pembakaran Bahan Bakar

Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan dengan


oksigen (O) akan menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat
berwujud gas, cair, maupun padat. Selain itu, bahan bakar merupakan
suatu senyawa yang tersusun atas beberapa unsur seperti karbon (C),
hydrogen (H), belerang (S), dan nitrogen (N). Kualitas bahan bakar
ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi.
Kemampuan bahan bakar yang didefenisikan sebagai jumlah energi
yang dihasilkan pada proses pembakaran per satuan massa atau
persatuan volume bahan bakar. (Syamsir:1986)
Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara bahan bakar
dan oksigen dalam perbandingan tertentu degan melepaskan sejumlah
17

panas. Pembakaran yang dihasilkan sebagai sumber utama dari bahan


bakar. Bahan bakar adalah produksi energi termal dari energi kimia
yang merupakan suatu reaksi eksothermis yang penting dalam produksi
energi.(Astu Pudjanarsa.2013)
Dalam proses pembakaran yang terjadi adalah reaksi oksidasi
dengan reaksi sebagai berikut:
1. Karbon + Oksigen Karbon Dioksida + Panas
C + O2 CO2 + Panas
2. Hidrogen + Oksigen Uap Air + Panas
H + O2 H2O + Panas
3. Sulfur + Oksigen Sulfur Dioksida + Panas
S + O2 SO2 + Panas
Pembakaran dikatakan sempurna jika campuran bahan bakar dan
oksigen mempunyai perbandingan yang tepat sehingga tidak akan
diperoleh sisa. Pembakaran bila oksigen terlalu banyak, maka
pembakaran ini akan menghasilkan api oksidasi. Sebaliknya bila
oksigen tidak cukup maka pembakaran akan menghasilkan api reduksi.
Api reduksi ditandai dengan adanya lidah api panjang dan kadang –
kadang sampai terlihat berasap
Pada Pabrik Kelapa Sawit kebutuhan energi dipasok dari dua
sumber energi untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan lain
yang memerlukan tenaga dalam jumlah besar, yaitu boiler
menghasilkan tenaga steam dimana dalam pengoperasian menggunkan
bahan bakar cangkang dengan serat
1. Cangkang dan Serat
Cangkang adalah sejenis bahan bakar padat yang berwarna
hitam berbentuk seperti batok kelapa dan agak bulat, terdapat pada
bagian dalam pada buah kelapa sawit yang diselubungi serabut.
Bahan
bakar cangkang setelah mengalami proses pembakaran akan
menjadi arang, kemudian arang tersebut dengan adanya udara pada
18

dapur akan terbang sebagai ukuran partikel kecil yang dinamakan


partikel pijar.
Serat adalah bahan bakar padat yang berbentuk seperti rambut.
Serat lebih cepat habis menjadi abu apabila dibakar, pemakaian serat
yang berlebihan akan berdampak buruk pada proses pembakaran
karena dapat menghambat proses perambatan panas pada pipa water
wall. Disamping mempersulit pembuangan dari pintu ekpansi (pintu
keluar untuk abu dan arang) akibat terjadinya penumpukan yang
berlebihan

a) Komposisi Cangkang dan Serat


Serat dan cangkang kelapa sawit merupakan limbah padat
yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit dan abu hasil
pembakaran bahan bakar adalah hasil sampingan dari limbah
padat lainnya. Pada saat ini pemanfaatan limbah. Pemanfaat
cangkang dan serat buah kelapa sawit sebagai bahan bakar
boiler disebut sebagai Solid Palm Oil Fuel (SPOF). Cangkang
diperoleh dari stasium pemisahan biji dan kernel sedangkan
serat diperoleh dari stasiun pengempaan (presser). Berdasarkan
kompisi yang terkandung didal cangkang dan serat yaitu C, H,
O, N, dan Abu. Cangkang memiliki nilai kalor pembakaran
yang lebih besar dari serat.

Tabel 2.6. Komposisi Cangkang dan Serat


19

Unsur Cangkang (%) Fiber (%)

Carbon ( C ) 47,26 31,40

Hidrogen ( H) 5,60 3,86

Sulfur ( S ) 0,07 0,66

Oksigen ( O ) 31,20 21,56

Nitrogen ( N) 0,67 1,06

Abu ( Ash ) 2,80 3,36

Air ( W ) 12,40 38,10

Jumlah 100 100

Sumber: PKS PTPN II Pagar Merbau


b) Beberapa alasan penggunaan bahan bakar cangkang dan serat:

Pada Pabrik Kelapa Sawit PTPN II Pagar Merbau dengan


kapasitas pengolahan 30 ton/jam menggunakan bahan bakar
cangkang dan serat yang merupakaan produk sampingan dari
pengolahan bahan kelapa sawit. Hal ini didasarkan pada:

1. Nilai kalor cangkang dan serat dapat menghasilkan panas


yang diperlukan untuk mengubah air menjadi steam.

2. Cangkang dan serat mudah diproleh pada jumlahnya cukup


melimpah dan terbarukan

3. Cangkang dan serat dapat menimbulkan masalah lingkungan


jika tidak dimafaatkan

4. Sisa bahan bakar dapat digunakan sebagai pupuk.


20

Gambar 2.4. Cangkang Kelapa Sawit


(Sumber : PTPN II Pagar Merbau)

c) Beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk menentukan


perbandingan antara jumlah cangkang dan serat yang digunakan
sebagai bahan bakar boiler:
1. Cangkang
a. Jika digunakan tersendiri maka ruang antara sesama
bahan bakar menjadi kecil sehingga pembakaran
menjadi kurang sempurna.
b. Arang atau sisa pembakaran cangkang lama habis
sehingga mengalami masuknya udara
2. Serat
a) Jika digunkan tersendiri akan mengakibatkan banyak
abu yang terikut dengan gas asap, sehingga menutupi
permukaan bidang pemanas dan penyerapan panas tidak
efektif
21

b) Bahan bakar akan cepat habis terbakar dan nilai kalor


relatif rendah, sehingga membutuhkan bahan bakar yang
banyak.

Gambar 2.5. Serat Kelapa Sawit


(Sumber : PTPN II Pagar Merbau)

Untuk mengatasi hal tersebut maka bahan bakar cangkang dan


serat harus dicampur dengan perbandingan 1:3 yaitu cangkang 25%
dan serat 75% (diperoleh dari PKS PTPN II Pagar Merbau)

2.1.8. Besarnya Kebutuhan Bahan Bakar

a. Nilai Kalor Bahan Bakar


Nilai panas (kalor) didefenisikan sebagai energi panas
yang dilepas pada waktu terjadi oksidasi unsur-unsur kimia
yang terdapat dalam bahan bakar.
Nilai kalor (Heating Value) terbagi dua yaitu:
1. Nilai pembakaran tinggi atau Higher Heating Value (HHV)
Nilai pembakaran tertinggi adalah banyaknya energi
panas yang dihasilkan pada proses pembakaran sempurna,
dimana setelah proses pembakaran berlangsung maka air
22

yang terkandung pada hasil pembakaran adalah berbentuk


uap setelah dicairkan dahulu. (Ponten M.2016)
Rumus untuk menghitung nilai pembakaran tinggi
Higher Heating Value (HHV) memakai rumus Dulong &
petit yaitu:

𝑂
HHV = 33950.C + 144200 (H - ) + 9400.S
8

2. Nilai Pembakaran Rendah atau Lower Heating Value


Nilai pembakaran rendah adalah banyaknya energi
panas yang dihasilkan pada proses pembakaran sempurna,
dimana sesudah proses pembakaran berlangsung maka yang
tergantung hasil pembakaran tidak dicairkan dahulu sehingga
panas pengembunannya tidak diperhitungkan. (Ponten
M.2016)
Rumus untuk menghitung Nilai Pembakaran Rendah
atau Lower Heating Value (LHV) memakai rumus Dulong &
Petit yaitu :
LHV = HHV - 2400 (M + 9H)
b. Kebutuhan Bahan Bakar

Bahan bakar yang di suplay/diberikan keruang bakar


sangat berpengaruh terhadap kondisi uap yang dihasilkan, agar
kondisi uap yang dihasilkan ketel sesuai dengan kondisi uap
yang diharapkan, maka suplay/pemberian bahan bakar harus
diperhitungkan dengan baik. Banyaknya bahan bakar yang
diperlukan ketel untuk menghasilkan uap degan kondisi yang
diinginkan dapat dihitung dengan rumus:

Mu (Hsh−Ha)
Wbb =
ηk x LHV
23

2.1.9. Steam

Steam adalah sejenis fluida yang diproleh dari air yang telah
mengalami pemanasan sampai temperatur didih dibawah tekanan
tertentu. Uap air tidak berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam
keadaan murni kering. Uap air dipakai pertama sekali sebagai fluida
kerja adalah oleh James Watt yang terkenal sebagai penemu Mesin
Uap Tarok. Steam tidak mengikuti hukum gas sempurna sampai dia
benar – benar kering (kadar 100%). Bila steam kering dipanaskan
lebih lanjut maka ia menjadi uap, jadi panas (panas lanjut) dan
selanjutnya dapat dianggap sebagai gas sempurna.
Steam merupakan bagian penting dan tidak dapat dipisahkan
dari teknologi modern. Tanpa steam maka industri makanan, tekstil,
bahan kimia, bahan kedokteran, daya, pemansan dan tarnsportasi
tidak akan ada atau muncul seperti sekarang ini.
Alasan dari penggunaan steam adalah:
1. Steam dapat dengan mudah dan murah untuk didistribusikan
ketitik pengguna
2. Steam mudah dikendalikan
3. Energinya mudah ditransferkan ke proses
4. Plant steam yang modern mudah untuk dikendalikan
5. Steam bersifat fleksibel
A. Produksi Steam
Misalkan kita ambil 1 kg pada temperatur -10 °C, kemudian
kita panaskan dibawah tekanan standar. Dapat dicatat bahwa
temperatur es akan mulai naik sampai mendakati 0 °C.
24

T (°C)

F
Superheater (EF)

Panas Laten (DE)


D
E

Temperatur naik dibawah


tekanan standart (CD)
Panas Lebur (BC)
B
C

S(kj/kg°C)
A
Gambar 2.6. Grafik T-s pembentukan uap
Sumber: Andi Haryanti (2014)

Sesudah itu akan terlihat dua macam fasa yang tercampur


yaity fasa padat (es) dan fasa cair (air), seperti diperlihatkan oleh
garis BC, tidak ada kenaikan temperatur pada fasa campuran
hingga seluruh es mencair (terbentuk air). Jumlah energi panas
yang diberikan selama proses transformasi BC yang
berlangsung tanpa kenaikan suhu disebut panas lebur. Titik 0 °C
disebut titik beku es. Bila pemanasan diteruskan terhadap 1 kg
air pada 0 °C maka temperature air akan naik sampai 100 °C
dibawah tekanan standar, seperti diperlihatkan garis CD.
Bila proses pemanasan (penambahan energy panas)
dilanjutkan sesuai garis DE dibaawah tekanan standar, akan
25

terlihat bahwa temperatur tidak berubah. Sebagian dari air


berubah menjadi uap, jadi selama berlangsungnya penambahan
energi panas pada fasa campuran ini, temperature tidak naik
tetapi energy terserap kedalam proses. Akhir dari proses fasa
campuran ini ialah terbentuknya uap air secara keseluruhan
(disebut air mendidih) pada titik E. Titik E ditandai oleh suhu
100 °C dan tekanan 1 atm (1,033 kg/cm2 ). Jumlah energy
terserap selama proses transfortasi DE disebut panas penguapan
(panas laten). Uap yang terbentuk pada suhu dan tekanan
saturasi disebut uap kenyang. Bila pemanasan dilanjutkan
dibawah tekanan standar yang konstan maka suhu uap akan naik
sesuai dengan garis proses EF, uap yang dihasilkan pada kondisi
F disebut uap panas lanjut (Superheat).
Tabel 2.7. Proses ABCDEF dalam pembentukan uap

Proses Energi Masuk

C1 [0-(-10)]
Pemanasan es A-B

Panas Lebur
Peleburan es B-C

C2 (100-0)
Penguapan air C-D

Panas Laten
Penguapan D-E

C3 (tsup – tsat)
Pemanasan Lanjut E-F

Sumber: Andi Haryanti (2014)


2.1.10. Neraca Panas
26

Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam


bentuk diagram alir energi. Diagram ini menggambarkan secara
grafis tentang bagaimana energy masuk dari bahan bakar diubah
menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan dan menjadi aliran
kehilangan panas dan energi.

Gambar 2.7. Diagram Neraca Energi Boiler

Neraca panas merupakan keseimbangan energy total yang


masuk boiler terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang
berbeda. Gambar berikut memberikan gambaran berbagai
kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan steam.
2.1.11. Alat Pengaman Boiler
Alat pengaman boiler atau apendages adalah peralatan ketel
yang digunakan untuk menjamin keselamatan ketel pada waktu
beroperasi. Apendagas ketel sudah ditetapkan oleh undang-undang
keselematan kerja dimana berbagai apendagas yang bersinggungaan
dengan uap tidak boleh menggunkan bahan dari besi tuang karena
terlalu rapuh (britle). Adapun alat penggunaan ketel meliputi:
1. Katup pengaman (Safety Valve)
Katup pengaman berfungsi mengamankan ketel dari
kelebihan tekanan/tekanan maksimum yang ditentukan, katup
pengaman ini pada satu ketel dipasang lebih dari satu. Menurut
27

ketentuan, suatu ketel uap sekurang-kurangnya dilengkapi


dengan 2 katup pengaman. Katup pengaman ini dipasang
dibagian atas dari drum ketel (upper drum) dan pada super heater
header.

Gambar 2.8. Safety Valve


Sumber: Syamsir A (1988)

2. Gelas Penduga
Gelas penduga berfungsi untuk mengetahui batas permukaan
air didalam ketel. Didalam undang-undang atau peraturan-
peraturan uap menyebutkan bahwa ketel uap sekurang-kurangnya
dipasang 2 (dua) buah gelas penduga. Gelas penduga harus
dipasang sesuai, sehingga pembacaan paling bawahnya harus
menunjukkan ketinggian air 50 mm diatas titik dimana pemansan
lanjut akan terjadi.
3. Manometer (Pressure Gauge)
Manometer berfungsi untuk mengetahui/mengukur tekanan
uap dari drum ataupun pada super heater header. Manometer
yang digunakan umumnya adalah jenis Bourdon Tube yang
dilengkapi dengan shipon tube tipe ring untuk
mengkondensasikan uap sehingga mekanisme ideal pada
pressure geug dapat terlindungi dari temperatur yang tinggi.
28

4. Katup Pembuang/ Blowdown


Alat ini mengeluarkan air atau kotoran, berupa endapan
lumpur yang ada didasar ketel uap. Serta berguna pula untuk
mengeluarkan atau mengosongkan seluruh air, bila ketel uap
dibersihkan.

Gambar 2.9. Blowdown


Sumber: Syamsir A (1988)

5. Katup Induk
Katup induk berfungsi untuk mengatur bukaan pada saat uap
dari ketel akan dialirkan ke steam distributor header
(proses/plant).
- Stop Valve
 Stop Valve yang digunakan untuk mengisolasi uap boiler
dan tekanan dari proses.
 Stop Valve tidak dirancang untuk mengatur aliran uap,
maka posisi katup harus terbuka penuh
 Stop Valve harus dibuka secara perlahan-lahan, untuk
menghindari adanya water hammer dan mencegah
terjadinya penurunan tekanan boiler yang terlalu besar.
- Alat Pengisi Air
Suatu alat yang berfungsi sebagai penyuplai air pada
ketel uap biasanya berupa pompa dilengkapi dengan katup-
katup penyuplai.
6. Peluit bahaya
29

Peluit bahaya berfungsi untuk memberikan tanda apabila


ketel kekurangan air (level atau permukaan air pada batasan
minimum yang telah ditentukan.
7. Lubang Lalu Orang (Manhole)
Lubang lalu orang berfungsi untuk keluar masuknya orang
pada saat ketel mengalami perbaikan, pembersihan dan
pemeriksaan.
8. Plat cap (Nameplate)
Menurut ketentuan, setiap ketel harus mempunyai plat cap
sesi empat dengan ukuran 80 x 140 mm. Pada plate cap tersebut
harus tertera dengan jelas:
 Nama pabrik pembuat ketek
 Tahun pembutan
 Tekanan kerja yg diinginkan
 Seri nomor
 Negara tempat pabrik pembuat ketel
9. Katup Pengisi Ketel
Katup pengisi ketel berfungsi untuk mengatur level air
didalam ketel. Dalam beberapa aplikasi, katup ini dirangkai
dengan chek valve untuk mencengah lairan balek. Katup ini
dipasang diantara boiler dan pompa pengumpan air ketel.
2.1.12. Rugi-rugi pada Boiler
Kerak yang terdapat pada metal dalam boiler dapat
mengakibatkan persoalan yang serius. Lapisan tipis kerak diatas
permukaan metal bahkan dapat menghambat perpindahan panas
sehingga menurunkan efesiensi boiler. Pembentukan kerak daapat
dihindari dengan mengontrol kualitas air umpan boiler
mengaplikasikan internal treatment.
Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak
dapat dihindarkan dan kehilangan yang dapat dihindarkan. Tujuan
dari pengkajian energi adalah agar rugi-rugi dapat dihindari,
30

sehingga dapat meningkatkan efesiensi energi. Rugi-rugi yang dapat


diminimalisasi antara lain:
1. Kehilangan gas cerobong:
- Udara berlebih (diturunkan hingga kenilai minimum yang
tergantung dari teknologi burner, opersai (kontrol), dan
pemeliharaan)
- Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan
perawatan dan pembersihan)
2. Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam
cerobong dan debu (mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan
teknologi burner yang lebih baik)
3. Kehilangaan blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang
kondensat)
4. Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin
kondensat)
5. Kehilangan konduksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi
boiler yang lebih baik).

Gambar 2.10. Diagram rugi – rugi pada boiler


31

2.2. Kajian Penelitian yang Relevan


1. KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT
BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI
BANGKA BELITUNG
Dengan peneliti : Yudi Setiawan, Jurusan Teknik Mesin, Universitas
Bangka Belitung Jl.Merdeka no. 04 Pangkalpinang

penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh campuran bahan


bakar terhadap nilai kalor. Komposisi pengujian dalam penelitian ini
adalah campuran cangkang dan serabut buah kelapa sawit dengan
komposisi 80% serabut 20% cangkang, 75% serabut 25% cangkang,
50% serabut 50% cangkang, 25% serabut 75% cangkang, 20% serabut
80% cangkang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
komposisi campuran yang memiliki nilai kalor tertinggi adalah
campuran 80% serabut 20% cangkang dengan nilai kalor
16.584,233Kj/Kg, kadar air 14,099%, kadar abu 7,776%, kadar
volatillematter 69,872%, karbon tetap 7,478%. dari penelitian ini juga
disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar volatilematter dan kadar
karbon tetap semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan dan sebaliknya
semakin tinggi kadar air dan kadar abu maka nilai kalor yang dihasilkan
semakin rendah pada bahan bakar cangkang, serabut buah kelapa sawit.
2. OPTIMASI BAHAN BAKAR UNTUK MENGETAHUI KINERJA
BOILER.
Dengan penelitian : Nazaruddin, Dosen Jurusan Teknik Mesin Sekolah
Tinggi Teknologi Pekanbaru.

Optimasi bahan bakar boiler adalah suatu proses untuk mencapai


hasil yang baik/ideal. Penelitan ini bertujuan menganalisa kinerja di
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). Analisa dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui optimasi bahan bakar boiler sesuai kondisi
setting dan mengetahui kinerja boiler. Metode yang digunakkan adalah
32

observasi langsung terhadap produksi shell dan fiber serta unit boiler.
Boiler dioperasikan untuk memproduksi uap hingga 18 ton/jam,
produksi yang dihasilkan oleh bahan bakar shell 950,40 kg/hr dan
produksi fibre 2604,60 kg/hr. Kebutuhan bahan bakar boiler adalah
5888,05 kg/hr, dimana 83% kebutuhan fibre untuk bahan bakar boiler
4887,09 kg/hr dan 17% kebutuhan shell untuk bahan bakar boiler
1000,96kg/hr. Kekurangan fibre untuk bahan bakar boiler adalah
2282,48 kg/hr. Untuk mengentisipasi kekurangan tersebut digunakan
bahan bakar shell adalah 1426,57 kg/hr. Nilai panas campuran bahan
bakar boiler fibre dan shell adalah 11513,698 kJ/kg dan energy yang
dibutuhkan untuk menghasilkan steam 67793209,05 kJ/hr. Efesiensi
yang dapat dicapai boiler 67,59%. Efesiensi yang dihasilkan masih
dibawah standart ( untuk boiler Fraser rata-rata 75-80%). Hal tersebut
bisa disebabkan oleh kandungan air dalam shell dan fiber yang tidak
konstan setiap harinya dan sistem pengadukan dan pengorekkan bahan
bakar serta kontrol feeding bahan bakar dalam dapur boiler yang masih
perlu diperbaiki lagi.
33

2.3. Kerangka konseptual


Dalam pengolahan kebutuhan jumlah cangkang dan serat sebagai bahan
bakar boiler dimana dapat digambarkan sebagai berikut:
Persiapan
1.

Observasi
Lapangan

Pengamatan ke
Unit

Pengumpulan Data

Bahan Bakar:
1. Cangkang

2. Serat Menghitung Total Steam


Menghitung
Jumlah Bahan yang Dihasilkan dari Bahan
Bakar Bakar Boiler
Analisa
Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.11. Kerangka Konseptual Pada Perhitungan Kebutuhan Jumlah


Cangkang dan Serat Sebagai Bahan Bakar Boiler
34

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Praktek kerja ini dilaksanakan di PT.Perkebunan Nusantara II Pabrik


Kelapa Sawit, Tj.Garbus, Kec Pagar Merbau, Kab Deli Serdang, Sumatera
Utara. Praktek kerja ini dilaksanakan mulai tanggal 02 Juli 2018 S/d 02
Agustus 2018.

3.2. Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data maupun pada waktu penganalisa dari


tahap pertama sampai selesai, maka digunakan dua metode kerja yaitu:

3.2.1. Metode Tinjauan Pustaka


Merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan buku-buku literature sebagai pertimbangan dalam
mempelajari hubuangan atau keterkaitan tempat kerja praktek atau
objek yang dibahas.
3.2.2. Metode Studi Lapangan
Metode ini merupakan suatu metode penelitian yang
dilakukan di tempat penelitian / melakukan kegiatan penelitian
dilapangan.
Cara pengumpulan data ini ada dua yaitu :
A. Metode Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan
wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan karyawan
atau mandor lapangan tentang parameter dari boiler serta kinerja
dari pada boiler.

B. Metode Observasi
35

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara


pengamatan langsung dilapangan terhadap objek yang akan
diteliti.
3.2.3. Spesifikasi Alat
Ketel uap yang digunakan pada PTP.Nusantara II Pagar
Merbau adalah ketel uap jenis pipa air dengan spesifikasi sebagai
berikut :
1. Data Spesifikasi Ketel Uap
Merek : Takuma Water Tube Boiler
Tipe : N-600 SA
Tekanan Maksimal : 23 Kg/cm2
Tekanan Kerja : 19 Kg/cm2
Kapasitas Uap : 20.000 Kg/jam
Temperatur Steam : 260 0C
Temperatur Feed Water : 95 0C
Temperatur udara : 35 0C
Bahan Bakar :
- Cangkang : 25 %
- Serat : 75 %
Serial No. : 1078
Year Built : 1995

3.3. Analisa Data

1. Perhitungan nilai panas pembakaran Cangkang dan Serat

a. Higher Heating Value (HHV)


𝑂
HHV = 33950 C + 144200 (H - ) + 9400 S
8

b. Lower Heating Value (LHV)


LHV = HHV – 2400 (W + 9H)

2. Panas yang dibutuhkan untuk mengubah air menajadi superheated steam


36

368ʃ
473
- cp H2O dT = aT + b/2 T2 + c/3 T3 + d/4 T4

- Qpakai = M (368ʃ473 cp H2O dT + L + (H260°C + H200°C )


𝑄𝑃𝑎𝑘𝑎𝑖
- QSuplay = X 100%
Ƞ𝑘

3. Kebutuhan bahan bakar boiler

𝑄𝑠𝑢𝑝𝑙𝑎𝑦
Bb = 𝐿𝐻𝑉
37

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan

Kebutuhanuap PKS = 16500 tonuap/jam

Temperatur air umpan= 95 °C

Temperatur steam satured (Sa) = 200 °C

Temperatur steam superheated (Sh) = 260 °C

Tekanan steam = 19 Kg/cm2

Tabel 4.1. Komposisicangkangdanserat

Unsur Cangkang (%) Fiber (%)

Carbon ( C ) 52,20 42,6

Hidrogen ( H) 5,53 5,20

Sulfur ( S ) 0,20 0,66

Oksigen ( O ) 33 32,2

Nitrogen ( N) 0,63 1,06

Abu ( Ash ) 2,80 6,28

Air ( W ) 6 12

Jumlah 100 100

Sumber: PKS PTPN II PagarMerbau


38

Tabel 4.2. Data kebutuhansteam pada proses pengolahan


No Stasiun KebutuhanUap (Kguap/ton TBS)

1 Perebusan 260

2 Digester 60

3 Kernel Plant 130

4 Klarifikasi + Storage 100

Sumber: PKS PTPN II PagarMerbau


4.2. Analisa Data
4.2.1. Nilaipanasbahanbakar
1. Cangkang
a. Higher Heating Value (HHV)
𝑂
HHV = 33950 C + 144200 ( H - 8 ) + 9400 S
33%
= 33950 (52,20 %) + 144200 (5,53% - ) + 9400 (0,20%)
8

= 17721,9 + 2026,01 + 18,8


= 9766,71Kj/Kg x 0,2388 Kkal/Kj
= 2332,2903Kkal/Kg
b. Lower Heating Value (LHV)
LHV = HHV – 2400 (W + 9 H)
= 9766,71Kj/Kg – 2400 (6% + 9 (5,53%))
= 9766,71Kj/Kg – 1338,48 Kj/Kg
= 8428,23Kj/Kg x 0,2388 Kkal/Kj
39

= 2012,6613Kkal/Kg

2. Serat
a. Higher Heating Value (HHV)
𝑂
HHV = 33950 C + 144200 ( H - 8 ) + 9400 S
32,2%
= 33950 (42,6 %) + 144200 (5,20% - ) + 9400(0,66%)
8

= 14462,7 + 1694,35 + 62,04


= 3183,49Kj/Kg x 0,2388 Kkal/Kj
= 760,2174Kkal/Kg
b. Lower Heating Value (LHV)
LHV = HHV – 2400 (W + 9 H)
= 3183,49Kj/Kg – 2400 (12% + 9 (5,20%))
= 3183,49Kj/Kg – 1411,2Kj/Kg
= 1772,29Kj/Kg x 0,2388 Kkal/Kj
= 423,2228Kkal/Kg
3. NilaiPanasCampuranCangkangdanSerat
a. Higher Heating Value (HHV)
HHVcampuran=25% (HHVCangkang) + 75 % (HHV Serat)

= 25% (2332,2903Kkal/Kg)+75% (760,2174 Kkal/Kg)


= ( 583,0725 + 570,1630) Kkal/Kg
= 1153,2355Kkal/Kg
b. Lower Heating Value (LHV)
LHVCampuran =LHVCangkang + LHV Serat
= 25% (2012,6613Kkal/Kg) + 75% (423,2228 Kkal/Kg)
= (503, 1653 + 317,4171) Kkal/Kg
= 820,5824Kkal/Kg
4.2.2. Panas yang dibutuhkanuntukmengubah air
menjadisuperheated steam
40

368ʃ
473
cp H2O dT = aT + b/2 T2 + c/3 T3 + d/4 T4
0,472118
= 18,2964 (473-368) + (4732 – 3682 ) -
2
1,33878 𝑋 10−3 1,31424 𝑋 10−6
(4733 – 3683) +
3 4
(4734 -3684)
= 1921,122 + 20845,19 – 24985,0893 +
10402,5286
8183,74456 𝐽/𝑚𝑜𝑙
= 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

= 454,6524756 J/gr
= 454,6524756Kj/Kg

Qpakai= M (368ʃ473 cp H2O dT + L + (H260°C + H200°C )


= 16500 Kg/Jam (454,6524756 + 1940,6 + (2929,16 –
2793))
= 16500 Kg/Jam (2531,412476Kj/Kg)
= 41768305,85Kj/Jam x 0,2388 Kkal/Kj
= 9974271,438Kkal/Jam

𝑄𝑃𝑎𝑘𝑎𝑖
QSuplay= X 100%
Ƞ𝑘

9974271,438 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝐽𝑎𝑚
= x 100%
80%

= 12467829,3Kkal/Jam

4.2.3. Menghitungkebutuhanbahanbakar boiler

𝑄
Bb = 𝐿𝐻𝑉 𝑠𝑢𝑝𝑙𝑎𝑦
𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛

12467829,3 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝐽𝑎𝑚
= 820,5824 𝐾𝑘𝑎𝑙/𝐾𝑔

= 15193,8785Kg/Jam

Pemakainbahanbakarcangkang =25% x 15193,8785Kg/Jam


41

= 3798,4696Kg/Jam

Pemakaianbahanbakarserat = 75% x 15193,8785Kg/Jam

= 11395,4088 Kg/Jam

Tabel 4.3. Tabulasi data

No Stasiun Massa QPakai QSuplay BahanBakar BahanBakarS


Steam (kkal/jam) (kkal/jam) Cangkang erat (kg/jam)
(Kg/Jam) (kg/jam)

1 Boiler 16500 9974271,43 12467829,3 3798,4696 11395,4088

2 Perebusan 7800 4715110,134 5893887,66 1795,6416 5386,9248


3 Digester 1800 1088102,306 1360127,88 414,3788 1243,1364
4 Kernel Plant 3900 2357555,067 2946943,83 897,8208 2693,4624

5 Klarifikasi + 3000 1813503,898 2266879,87 690,6313 2071,8941


Storage

4.3. Pembahasan

Boiler (keteluap) adalah alat yang berfungsi untuk memproduksi uap dari
air. Ketel uap berfungsi sebagai tempat memproduksi uap hasil pemanasan air
pada suhu tertentu. Jenis ketel uap yang digunakan pada PKS Pagar Merbau
adalah Water Tube Boiler dengan kapasitas uap 16,5 ton/jam dengan tekanan
kerja 19 kg/cm2 dan dapat beroperasi lebih dari 20 jam setaip harinya, dan
steam yang dihasilkan diperoleh dari pemanasan air di dalam pipa – pipa
pemanas yang berjumlah ratusan dengan memanfaatkan panas pembakaran
cangkang dan serat. Cangkang dan serat memiliki nilai kalor yang cukup tunggi
berdasarkan komposisinya yang memanaskan air menjadi steam pada
temperatur tertentu. Oleh karena itu perbandingan komposisi antara cangkang
42

dan serat sangat menetukan jumlah panas yang dihasilkan. Pada PTPN II PKS
Pagar Merbau jumlah perbandingan cangkang dan serat adalah 1 : 3.
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bahan bakar cangkang dan serat
maka diketahui jumlah panas pada boiler untuk mengubah air menjadi steam
adalah 9974271,438 Kkal/Jam, dan jumlah panas yang dihasilkan dari
pembakaran cangkang dan serat adalah 12467829,3 Kkal/Jam. Dengan
kapasitas uap boiler sebesar 16500 Kg/Jam maka massa steam dibagi – bagi
pada setiap unit sebesar 7800 Kg/Jam pada sterilizer dengan jumlah panas yang
dibutuhkan sekitar 4715110,134 Kkal/Jam, 1800 Kg/Jam pada digester dengan
jumlah panas yang dibutuhkan sekitar 1088102,306 Kkal/Jam, 3900 Kg/Jam
pada kernel plant dengan jumlah panas yang dibutuhkan sekitar 2357555,067
Kkal/Jam dan 3000 Kg/Jam pada klarifikasi + storage dengan jumlah panas
yang dibutuhkan sekitar 1813503,898Kkal/Jam. Kerak yang terdapat pada
metal dalam boiler dapat mengakibatkan persoalan yang serius. Lapisan tipis
kerak diatas permukaan metal bahkan dapat menghambat perpindahan panas
sehingga menurunkan efesiensi boiler. Pembentukan kerak dapat dihindari
dengan mengontrol kualitas air umpan boiler mengaplikasikan internal
treatment.
43

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:

1. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk mengubah air menjadi steam adalah
9974271,438 Kkal/Jam.

2. Jumlah bahan bakar yang butuhkan dengan kapsitas uap 16,5 Ton/Jam
adalah 3798,4696 Kg/Jam cangkang dan 11395,4088Kg/Jam serat.

5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil pembakaran yang optimal diperlukan perhatian
dalam menyediakan bahan bakar ke dalam boiler dan juga pemeliharan
terhadap peralatan – peralatan boiler dengan demikian dapat
mempertahankan efesiensi boiler dalam menghasilkan steam.
44

DAFTAR PUSTAKA

Daya, Budi. Dkk. 2012. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya: Bogor.


Djokosetyarjo, M.J. 1987. Ketel Uap. Pradya Paramitri: Jakarta.
Haryanti, Andi, dkk. 2014. Studi Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit.
Universitas Mulawarman Samarinda: Kalimantan Timur
Holman J.P. 1993. Perpindahan kalor edisi enam. Erlangga: Jakarta.

Muin, Syamsir A. 1988. Pesawat – Pesawat Konversi Energi I (Ketel Uap).


Rajawali Pers: Jakarta.
Naibaho, Ponten M. 2016. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit: Medan.
Nazaruddin. 2017. Optimasi Bahan Bakar Untuk Mengetahui Kinerja Boiler.
Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru: Riau
Pudjanarsa, Astu. Djati Nursuhud. 2013. Mesin Konversi Energi. C. V. Andi:
Yogyakarta.
Satibi, Loekman. Dkk. 2013. Mesin Penggerak Utama ( Prime Mover). Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Setiawan, Yudi.2016. Karakteristik Campuran Cangkang dan Serabut Buah
Kelapa Sawit Terhadap Nilai Kalor di Provinsi Bangka Belitung.
Universitas Bangka Belitung: Bangka Belitung.
Sudarjo, dkk. 2007. Pengolahan Limbah Industri Sawit Sebagai Bahan Bakar
Akternatif. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta
Tambunan, Diman Reymond. 2010. Ketel Uap. PTKI: Medan

Anda mungkin juga menyukai