KARYA AKHIR
Oleh :
A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Endry Kurnia Nata
2. NIK : 1213161608980001
3. NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) : 9987832012
4. Tempat, Tanggal Lahir : Patiluban Mudik, 16 Agustus 1998
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Agama : Islam
7. Program Studi : Agribisnis Kelapa Sawit
8. Jalur Pendaftaran : SBMPTN
9. Kewarganegaraan : Indonesia
10. Jenis Pendaftaran : Reguler
11. Mulai Semester : I (Satu)
12. Alamat : Patiluban Mudik, Kecamatan Natal
13. No.Telepon : 082211035706
14. Email : endrynata@gmail.com
15. Jenis Tinggal : Kos
16. Alat Transportasi : Angkutan Pribadi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah limbah padat yang dihasilkan
dari proses pengolahan tandan buah segar sebagai ketersediaan bahan bakar serta
mengetahui nilai kalor dari limbah padat kelapa sawit yang digunakan sebagai
bahan bakar. Metode penelitian ini menggunakan alat bom kalorimeter. Penelitian
ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil
observasi langsung di lapangan untuk mengamati proses pengolahan limbah padat
kelapa sawit serta penelitian nilai kalor dari bahan bakar fiber bunch press, fiber
press, dan cangkang yang dilakukan uji di laboratorium. Data sekunder berupa
informasi persentase limbah padat kelapa sawit yang diperoleh, pembanding nilai
kalor yang dimiliki oleh fiber bunch press, fiber press, cangkang, serta informasi
penelitian yang relevan atau yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
penulis. Hasil penelitian diperoleh jumlah limbah padat kelapa sawit yang tersedia
sebagai bahan bakar dari persentase terendah yaitu untuk fiber bunch press
sebanyak 9.000 kg/jam, fiber press 4.500 kg/jam, dan cangkang 3.150 kg/jam, dan
untuk persentase tertinggi diperoleh untuk fiber bunch press sebesar 10.350
kg/jam, fiber press sebesar 5.400 kg/jam, dan untuk cangkang sebesar 4.050
kg/jam. Sedangkan untuk nilai kalor dari limbah padat kelapa sawit yang
digunakan sebagai bahan bakar diperoleh nilai kalor berupa fiber bunch press
sebesar 3974,38 cal/g, fiber press sebesar 3963,44 cal/g, dan untuk cangkang
sebesar 4333,49 cal/g. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk hasil jumlah limbah
padat terbesar yang diperoleh dalam 1 jam pengolahan tandan buah segar dimiliki
oleh fiber bunch press, sedangkan nilai kalor tertinggi dimiliki oleh cangkang.
Kata Kunci: Identifikasi, bahan bakar boiler, nilai kalor (CV), bom kalorimeter,
limbah padat.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya akhir yang berjudul
“Perhitungan Nilai Kalor pada Limbah Padat Kelapa Sawit sebagai
Ketersediaan Bahan Bakar di PT. Tri Bahtera Srikandi”.
Karya akhir ini disusun atas dasar hasil kerja praktek yang telah dilaksanakan
di PT. Tri Bahtera Srikandi, Patiluban Mudik, Kecamatan Natal, Kabupaten
Mandailing Natal. Selama penulisan karya akhir ini, banyak kendala yang penulis
hadapi, namun berkat bantuan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Poltak Evencus Hutajulu, M.T selaku Direktur Politeknik Teknologi
Industri.
2. Pembantu Direktur I, II, dan III Politeknik Teknologi Kimia Industri.
3. Ibu Mahyana, SE selaku Ka. Sub Bag. Administrasi Akademik
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
4. Ibu Tengku Rachmi Hidayani, M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis Kelapa
Sawit.
5. Ibu Meutia Mirnandaulia, M.T. selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis Kelapa
Sawit dan dosen pembimbing I yang selalu memberi semangat, motivasi, dan
serta memabantu penulis memberikan arahan dan dukungan sehingga
penulisan karya akhir ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Trisna Yuniarti, M.T selaku dosen pembimbing II yang telah membantu
penulis dalam memberikan arahan dan dukungan sehingga penulisan karya
akhir ini dapat diselesaikan.
7. Bapak Emil Salim P. Siregar, M.Sc.Eng selaku dosen wali penulis yang
selalu mendukung dan memotivasi penulis.
8. Bapak/Ibu selaku tim penguji yang memberikan saran dan kritikan demi
kesempurnaan karya akhir ini.
vi
9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan yang
telah memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan serta
seluruh staf dan pegawai PTKI Medan.
10. Pihak Industri Tri. Bahtera Srikandi yang telah memberi kesempatan kepada
penulis sehingga karya akhir ini dapat selesai.
11. Seluruh teman-teman kelas AKS B stambuk 2017 Medan, dan teman-teman
terbaik penulis terutama Sintia Maya Riska yang telah memberikan semangat
perjuangan dalam menyelesaikan karya akhir ini.
12. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dan
saudara yang telah memberi semangat dan dukungan baik dalam bentuk
moral maupun material sehingga karya akhir ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa karya akhir ini masih jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan karya akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga karya akhir ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR RUMUS...............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................4
1.1.1.Tujuan Penelitian.........................................................................4
1.3.2. Manfaat Penelitian......................................................................4
viii
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Buah Kelapa Sawit..............................................................................8
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.2. Kajian Relevan.....................................................................................24
Tabel 4.1. Persentase Limbah Padat Kelapa Sawit...............................................33
Tabel 4.2. Data Sampel Limbah Padat Kelapa Sawit...........................................34
Tabel 4.3. Hasil Uji Nilai Kalor Bahan Bakar Limbah Padat dengan Mengguna-
kan Alat Bom Kalorimeter................................................................36
Tabel 4.4. Pembanding Uji Nilai Kalor Limbah Padat Kelapa Sawit sebagai
Bahan Bakar ........................................................................................37
xi
DAFTAR RUMUS
Halaman
Rumus 3.1 Perhitungan Jumlah Limbah Padat Kelapa Sawit yang Tersedia pada
Pabrik sebagai Ketersediaan Bahan Bakar.......................................31
Rumus 3.2 Perhitungan Persentase Limbah Padat Kelapa Sawit yang Dihasilkan
sebagai Ketersediaan Bahan Bakar...................................................31
Rumus 3.3 Perhitungan Nilai Kalor dari Setiap Limbah Padat Kelapa Sawit
yang tersedia Sebagai Bahan Bakar..................................................32
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Industri pengolahan kelapa sawit dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu
industri pengolahan bahan mentah kelapa sawit menjadi bahan setengah jadi,
dan industri pengolahan material setengah jadi menjadi produk akhir.
Pengolahan kelapa sawit menjadi bahan setengah jadi melewati enam bagian
proses/stasiun yang terdiri dari stasiun penerimaan buah, stasiun sterilizer,
stasiun thresser (bantingan), stasiun digester and press, stasiun nut and
kernel, serta stasiun clarification. Hasil pengolahan kelapa sawit
menghasilkan produk utama berupa minyak mentah (CPO) dan produk
samping serta limbah kelapa sawit berupa tandan kosong, fiber, cangkang dan
limbah cair (POME). Dan hasil pengolahan kelapa sawit tersebut akan
dilakukan analisis di laboratorium. Laboratorium berfungsi sebagai pusat
pengendalian terhadap proses dan kualitas selama dan setelah proses produksi
berlangsung. Hasil-hasil analisis laboratorium digunakan sebagai umpan balik
bagi perbaikan dan peningkatan proses produksi (Pahan, 2016).
Meningkatnya perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia, akan
meningkatkan produktivitas pengolahan produk utama kelapa sawit, yang
juga berdampak pada tingginya produk samping dan limbah yang dihasilkan.
Kelapa sawit menghasilkan biomassa sawit berupa cangkang, serat buah,
POME (Palm Oil Mill Effluent) atau lebih dikenal dengan limbah cair kelapa
sawit dan tandan kosong kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit
merupakan limbah terbesar yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit.
Namun hingga saat ini, pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit
belum digunakan secara optimal (Hambali dkk, 2007; Erivianto, 2018).
Padahal tandan buah segar yang diolah pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS),
menghasilkan limbah tandan kosong kelapa sawit sebanyak 23% (Ohimain
dkk, 2013; Prayoga dan Dalimi, 2018). Melihat perkembangan areal
1
2
6
7
khususnya sebagai salah satu bahan pembuat makanan ayam dan itik
(Firman, 2009).
Taksonomi kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Tracheophyta
Subdevisi : pteropsida
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Mono cotyledone
Ordo : Cocoideae
Family : Palmae
Sub family : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guinensis Jacq
6. Klarifikasi
Minyak kasar hasil ekstraksi akan memiliki komposisi 60%
minyak, 24% air, dan 10% padatan bukan minyak (NOS). Karena
kandungan padatannya cukup tinggi, maka harus dilarutkan dengan
air untuk mendapatkan pengendapan yang diinginkan. Setelah
dilarutkan, minyak kasar disaring untuk memisahkan bahan
berserat. Produk kemudian diendapkan untuk pemisahan minyak
dan endapan. Minyak pada bagian atas diambil dan dilewatkan
pada pemurnian sentrifugal yang diikuti oleh pemurnian vakum.
Selanjutnya didinginkan sebelum disimpan dalam tangki
penyimpanan (Ayustaningwarno, 2012).
minyak sawit mentah (crude pal oil) dan minyak inti sawit (palm
kernel oil), sedangkan limbah yang dihasilkan dari pengolahan tandan
buah segar adalah sebagai berikut:
b. Fiber (serat)
Fiber adalah limbah sawit yang dihasilkan dari hasil
pengolahan pemerasan buah sawit pada saat proses kempa (press)
yang berbentuk pendek seperti benang dan berwarna kuning
kecoklatan. Setiap pengolahan 1 ton TBS menghasilkan 120 kg
atau 12 % dari hasil pengolahan per ton. Fiber biasanya digunakan
sebagai sumber bahan bakar dan mempunyai kalor sekitar 2.637
kkal/kg – 3.998 kkal/kg (Dinata dkk, 2015). Pada Gambar 2.3 dapat
dilihat bentuk dari fiber kelapa sawit.
c. Shell (Cangkang)
Shell merupakan limbah dihasilkan dari proses pemisahan
kernel inti sawit dengan bentuk seperti tempurung kelapa namun
berbentuk kecil. Cangkang hasil pengolahan kelapa sawit yang
merupakan limbah kelapa sawit biasanya digunakan oleh pabrik
pengolahan kelapa sawit sebagai bahan bakar. Setiap pengolahan 1
ton TBS mengahasilkan 50 kg atau 5 % dari hasil pengolahan per
ton adalah cangkang, dan shell (cangkang) mempunyai nilai kalor
atau nilai energi 3.500 kkal/kg – 4.100 kkal/kg. Nilai kalor dari
cangkang cukup besar dan sangat baik untuk digunakan sebagai
bahan bakar (Dinata dkk, 2015). Pada Gambar 2.4 dapat dilihat
bentuk dari cangkang.
dapat dikutif kembali dan tidak terbuang dengan sia-sia. Pada Gambar
2.5 dapat dilihat bentuk dari alat bunch press.
dan cangkang. Setiap bahan bakar memiliki nilai calorific value atau
nilai kalor bahan bakar.
1.1.7. Nilai Kalor Bahan Bakar
Nilai kalor bahan bakar atau calorific value merupakan
kandungan energi suatu bahan per satuan massa yang dilepas saat
bahan tersebut total terbakar. Semakian tinggi calorific value suatu
bahan bakar, maka energi yang dihasilkan pun akan semakin efisien,
karena menghasilkan panas yang lebih besar dengan massa yang
sedikit (Tjokrowisastro, 1990; Almu dkk, 2014).
Nilai kalor merupakan salah satu parameter yang digunakan
sebagai indikator kandungan energi yang dimiliki setiap bahan bakar.
Besarnya nilai kalor menujukkan besarnya kandungan energi yang
terdapat pada suatu bahan bakar. Analisis nilai kalor dilakukan untuk
mengetahui besarnya kalor per satuan massa yang dihasilkan oleh
bahan bakar padat setelah dilakukan pembakaran (Basu, 2012;
Sanjaya, 2020). Terdapat 2 jenis nilai kalor pembakaran Higher
Heating Value (HHV) dan LHV (Lowest Heating Value).
1. Nilai Kalor Atas
Nilai kalor atas atau highest heating value (HHV) atau disebut
juga dengan nilai kalor bruto adalah nilai kalor yang diperoleh dari
pembakaran 1 kg bahan bakar dengan memperhitungkan panas
kondensasi uap (air yang dihasilkan dari pembakaran berada dalam
wujud cair).
2. Nilai Kalor Bawah
Nilai kalor bawah lowest heating value (LHV), adalah nilai
kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg bahan bakar tanpa
memperhitungkan panas kondensasi uap (air yang dihasilkan dari
pembakaran berada dalam wujud gas/ uap). Nilai kalor (heating
value) suatu bahan bakar diperoleh dengan menggunakan bom
kalorimeter.
17
b. Kandungan Abu
Residu yang tersisa setelah pembakaran bahan bakar
disebut dengan abu (ash). Semakin tinggi kandungan abu pada
bahan bakar maka nilai kalor dari bahan bakar tersebut juga
akan semakin rendah. Begitu juga sebaliknya semakin rendah
kandungan abu pada pada bahan bakar maka nilai kalor bahan
bakar tersebut juga akan semakin tinggi. Abu terbentuk daripada
bahan-bahan mineral yang terikat dalam struktur karbon
biomassa selama pembakarannya. Disamping itu abu juga
merupakan pengotor-pengotor dari bahan bakar. Abu merupakan
bahan yang tidak mudah terbakar. Kadar abu yang tinggi akan
menyebabkan polusi yang parah. Stuart (1994); Sukarta dan
Ayuni (2015) mendefinisakan abu sebagai residu yang tersisa
setelah pengapian atau pembakaran suatu zat dalam tungku pada
suhu tertentu. Semakin banyak komposisi lumpur pada bahan
bakar maka maka kadar abunya juga akan semakin tinggi. Hal
ini terjadi karena pada lumpur lebih banyak mengandung zat-zat
yang sulit untuk dibakar dan sulit diuapkan seperti mineral yang
terikat dalam struktur karbon pada lumpur sehingga residu
pembakaran lebih banyak, akibatnya abu yang terbentuk juga
semakin banyak.
c. Valatil Matter
Bahan-bahan yang mudah menguap (volatil matter) adalah
zat-zat yang ditemukan di dalam bahan bakar seperti methana,
hidrokarbon, hidrogen, karbon monogsida, nitrogen, dan gas-gas
yang tidak terbakar. Bahan volatil matter menetukan
kemampuan pembakaran dari suatu bahan bakar. Bahan bakar
dengan volatil matter tinggi berarti sebagian besar nilai kalor
19
141 kJ/Kg. Dan untuk penentuan nilai kalor minyak bakar dengan
menggunakan Rumus Dulong dan Petit yang dicari berdasarkan komposisi
minyak bakar residu diperoleh nilai HHV sebesar 44.703,15 kJ/Kg dan untuk
LHV sebesar 38.669,196 kJ/Kg. Dari analisis dapat disimpulkan penentuan
nilai kalor dari satu jenis bahan bakar memiliki 3 nilai kalor yang berbeda,
dan akan mengakibatkan volume ruang bakar yang berbeda pula.
Penelitian yang lain dilakukan Sukarta dan Ayuni (2015) dengan judul
Analisis proksimat dan nilai kalor pada pellet biosolid yang dikombinasikan
dengan biomassa limbah kayu. Penelitian ini menjelaskan tentang
penyelidikan hubungan antara penambahan biosolid dalam pembutan pellet
dari biomassa dengan kulitas pellet, pengujian dilakukan dengan pengujian
proksimat yang meliputi pengujian kadar air, kadar abu, dan bahan yang
mudah menguap, lalu menggunakan pengujian nilai kalor dengan
menggunakan bom kalorimeter yang dapat dihitung panas yang diserap air
dalam bom kalorimeter dan energi yang setara dengan HHV dan LHV.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan pellet bahan bakar
kombinasi biosolid dengan limbah kayu dan menilai kelayakan teknis
pemanfaatan biosolid sebagai subsitusi parsial dari pellet kayu. Analisis
proksimat dilakukan pada pellet yang dihasilkan untuk mengetahui potensi
pemanfaatan pellet ini sebagai alternatif bahan bakar. Untuk mengetahui
perbedaan kualitas pellet yang dihasilkan dengan penambahan biosolid maka
dilakukan pencampuran biomassa yaitu limbah kayu dengan biosolid.
Adapun hasil yang diperoleh kadar air menentukan kualitas pellet sebagai
bahan bakar, kadar air kan menyerap panas untuk proses penguapan, sehingga
akan mengurangi nilai kalor dari pellet secara signifikan, semakin banyak
komposisi lumpur pada pellet biosolid maka kadar abunya semakin tinggi
pula. Secara nilai kalor diperoleh nilai kalor tertinggi sebesar 3,822 cal/g
sedangkan nilai kalor terendah sebesar 2,650 cal/g. Nilai kalor adalah ukuran
kandungan energi standar dari bahan bakar.
Nilai kalor yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang dihasilkan bila
suatu massa bahan bakar terbakar secara sempurna. Nilai kalor disebut nilai
23
kalor bruto atau nilai kalor lebih tinggi (HHV) ketika panas laten kondensasi
uap air diperhitungkan dalam nilai kalor ini, namun dalam pembakaran kadar
air yang terkandung dalam bahan bakar dan terbentuk dalam proses
pembakaran terbawa sebagai uap air sehingga panas tidak tersedia. Hal ini
sangat berguna, karena untuk mengurangkan panas kondensasi air tersebut
dari nilai kalor bruto. Hasilnya dikenal sebagai nilai kalor bersih (NCV) atau
nilai kalor yang lebih rendah. Dalam bom kalorimeter uap air terkondensasi,
maka nilai kalor yang dihasilkan dengan menggunakan alat tersebut adalah
kalor bruto.
Penelitian yang dilakukan oleh Puspawan (2016) dengan judul Analysis
of Fuel Heating Value of Fiber and Shell Palm Oil (Elaeis Guineensis Jacq)
on Fire Tube Boiler “Takuma Brands. Penelitian ini menjelaskan tentang
boiler Takuma tipe N & NS yang memiliki keefisienan yang tinggi dan
sangat fleksibel terhadap fluktuasi beban. Hal itu dapat dilihat dari salah satu
faktornya yang berkaitan dengan desain boiler yang memiliki tipe dengan
konstruksi dinding dapur didinginkan dengan air, dapat menyerap panas
radiasi secara efektif dalam dapur pembakaran sehingga dikatakan efisien
tinggi dan sangat fleksibel terhadap fluktuasi beban. Hal itu dapat diperoleh
dari bahan bakar yang digunakan boiler serta komposisi kimia dari bahan
bakar, sehingga dapat diperoleh nilai kalor masing masing bahan bakar
sawit. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat secara lebih ringkas kajian relevan yang
mendukung penelitian.
Tabel 2.2. Kajian Relevan
Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Permasalahan :
PT. Tri Bahtera Srikandi memperoleh limbah padat kelapa sawit hasil
pengolahan yang melimpah, serta limbah padat tersebut digunakan sebagai
bahan bakar.
Dampak :
Menyebabkan : Jumlah limbah kelapa sawit
Tidak diketahui jumlah limbah padat yang melimpah bertambah,
kelapa sawit yang tersedia serta tidak serta nilai kalor dari seluruh
diketahui kandungan energi setiap limbah yang dihasilkan
bahan bakar. tidak dapat diperhitungkan.
Solusi : Prosedur :
Dilakukan perhitungan Perhitungan ketersediaan bahan bakar
jumlah limbah padat yang yang dihasilkan dihitung dengan
dihasilkan untuk ketersedia menggunakan literatur yang ada.
an bahan bakar serta Pengujian nilai kalor bahan bakar
pengujian nilai kalor. dilakukan dengan cara pengujian
dengan alat bom kalorimeter.
Hasil Penelitian :
1. Diperolehnya jumlah limbah padat kelapa sawit yang dihasilkan
dari pengolahan tandan buah segar sebagai ketersediaan bahan
Sumber : Diolah pribadi
bakar.
2. Diperolehnya nilai kalor yang dihasilkan dari limbah padat kelapa
sawit sebagai bahan bakar.
27
27
28
Alat :
a. Keterpasangan computer
1. CPU : Berfungsi sebagai sebagai alat memproses dan mengolah
semua kalkulasi.
2. Monitor komputer: Berfungsi sebagai output dari memori
komputer atau central processing unit berupa biner.
3. Keyboard : Berfungsi untuk menginput data berupa angka,
hurup, maupun simbol yang ditekan penggunaannya.
4. Mouse : Berfungsi sebagai pengatur pergerakan kursor secara
cepat, dan memberikan perintah.
d. Alat-alat lainnya
1. Neraca analitik : Berfungsi sebagai alat untuk penimbangan
sampel.
2. Thermometer : Berfungsi sebagai alat untuk mengukur suhu.
3. Beaker glass : Berfungsi sebagai alat tempat larutan/sampel.
4. Pengait : Berfungsi sebagai alat pengait antara satu benda
dengan benda lainnya
5. Spatula : Berfungsi sebagai alat pengambil sampel.
Bahan:
1. Fiber bunch press : Berfungsi sebagai bahan yang akan diuji.
2. Fiber press : Berfungsi sebagai bahan yang akan diuji.
3. Cangkang : Berfungsi sebagai bahan yang akan diuji.
4. Aqudest : Berfungsi sebagai bahan waterpamp untuk injeksi air ke
bucket.
5. Gas oksigen : Berfungsi sebagai senyawa peningkatan pembakaran.
6. Wire tuse : Berfungsi sebagai kawat penyala untuk membakar.
30
b. Preparasi Sampel
1. Sampel ditimbang 1 gram menggunakan neraca analitik didalam
crussible.
2. Crussible digantung pada combustion vessel closure.
3. Wire puse disambung pada combution vessel closure membentuk
1 ½ gelombang dimana jarak wire fuse dan sampel 0,5 cm.
4. Combustion vessel closure dimasukkan ke dalam combution
vessel chamber dan ditutup rapat, kemudian dikunci dengan
combution vessel cup.
5. Katup aliran gas dipastikan keadaan tertutup rapat.
6. Gas O2 sebesar 420 psi diinjeksikan ke dalam combution vessel
chamber (ditunggu hingga penuh).
7. Combustion vessel chamber dimasukkan ke dalam bucket sampai
terendam.
8. Elektroda dipasang pada combustion vessel closure.
9. Pastikan agitator dan termocouple tidak terkena pada
combustion vessel dan dinding bucket, lalu tutup.
31
c. Menganalisa Sampel
1. Tulis nama sampel, berat sampel dan nama operator pada
komputer tepat pada soft ware AC 500.
2. Klik ok, lalu klik analize. Alat akan berqualibrasi selama 3 menit
dan menganalisa selama 5 menit.
3. Nilai kalor tercatat.
d. Mematikan Alat
1. Alat bom kalorimeter dibuka dan elektroda dicabut.
2. Combustion vessel chamber diangkut dan dikeringkan. Bucket
diangkat dan air dikembalikan lagi ditangki penampungan.
3. Tutup aliran gas dibuka dan ditunggu sampai gas habis.
4. Combustion vessel cup dibuka, lalu combustion vessel closure
dibuka.
5. Crussible dibersihkan dan bekas wire tuse dibersihkan.
6. Combustion vessel closure dan combustion chamber dikeringkan.
1. Perhitungan jumlah limbah padat kelapa sawit yang tersedia pada pabrik
sebagai ketersediaan bahan bakar dengan menggunakan rumus yang telah
ditetapkan oleh PT. Tri Bahtera Srikandi sebagai berikut:
Jumlah bahan bakar : Persen limbah padat x Kapasitas olah per jam.....3.1
2. Perhitungan persentase limbah padat kelapa sawit yang dihasilkan
sebagai ketersediaan bahan bakar dengan menggunakan rumus yang telah
ditetapkan oleh PT. Tri Bahtera Srikandi sebagai berikut:
3. Pengujian nilai kalor limbah padat kelapa sawit sebagai bahan bakar
menggunakan metode pengujian dengan alat bom kalorimeter.
4. Perhitungan nilai kalor dari setiap limbah padat kelapa sawit yang
tersedia sebagai bahan bakar menggunakan rumus yang telah ditetapkan
di PT. Tri Bahtera Srikandi sebagai berikut:
Nilai kalor = Jumlah limbah padat kelapa sawit x Nilai kalor bersih (CV)
...........................................................................................3.3
5. Perhitungan persen error alat bom kalorimeter dan persen ketelitian alat
bom kalorimeter dihitung dengan menggunakan rumus yang dipakai oleh
laboratorium Kimia Fisika PTKI sebagai berikut:
4.1.1. Data limbah padat kelapa sawit yang dihasilkan sebagai ketersediaan
bahan bakar.
Hasil pengumpulan data yang didapatkan kemudian dikelola untuk
mencari jumlah limbah padat kelapa sawit yang dihasilkan sebagai
ketersediaan bahan bakar.
1. Data limbah padat kelapa sawit.
Data limbah padat kelapa sawit diperoleh dari data pabrik. Pada
Tabel 4.1 memperlihatkan jenis limbah padat kelapa sawit yang
digunakan sebagai bahan bakar serta persentase jumlah limbah padat
kelapa sawit yang dihasilkan sebagai ketersedian bahan bakar.
2. Data pengujian nilai kalor limbah padat kelapa sawit sebagai bahan
bakar dengan menggunakan alat bom kalorimeter.
33
34
3.2.1. Hasil nilai kalor limbah padat kelapa sawit sebagai bahan bakar.
Pada Tabel 4.3 memperlihatkan jenis sampel yang digunakan
untuk penelitian, banyaknya O2 yang dinjeksikan, banyaknya waktu
yang dibutuhkan untuk equity braintyng (kalibrasi kelengkapan
persiapan alat), banyaknya waktu analisa sampel serta nilai kalor yang
diperoleh masing-masing jenis limbah padat kelapa sawit sebagai
bahan bakar.
36
Tabel 4.3. Hasil Uji Nilai Kalor Bahan Bakar Limbah Padat dengan
Menggunakan Alat Bom Kalorimeter
Berat O2 Equity
Analizing CV Q
No Sampel Sampel Injection Braintyg
(secon) (cal/g) (cal/g)
(g) (PSI) (secon)
Fiber
1. bunch 1 420 180 300 3974,38 4019,37
press
Fiber
2. 1 420 180 300 3963,44 3986,25
Press
3 Cangkang 1 420 180 300 4333,49 4410,41
Sumber : Diolah Pribadi
3.2.2. Perhitungan nilai kalor dari setiap limbah padat kelapa sawit yang
tersedia sebagai bahan bakar.
a. Persentase terendah limbah padat kelapa sawit
1. Fiber bunch press
Nilai kalor = 9000 kg/jam x 3974,38 kkal/kg
= 35.769.420 kkal/jam.
2. Fiber press
Nilai kalor = 4500 kg/jam x 3963,44 kkal/kg
= 17.835.480 kkal/jam.
2. Fiber press
Nilai kalor = 5.400 kg/jam x 3963,44 kkal/kg
= 21.402.576 kkal/jam.
3. Cangkang
Nilai kalor = 4.050 kg/jam x 4333,49 kkal/kg
= 17.550.634,5 kkal/jam.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan maka diperoleh
nilai kalor dari masing-masing limbah padat kelapa sawit yang
tersedia sebagai bahan bakar dengan persentase terendah dan tertinggi.
3.2.3. Perhitungan Persen Error Alat serta Persen Ketelitian Alat Bom
Kalorimeter.
Untuk mengetahui persen error dan persen ketelitian dari alat bom
kalorimeter maka digunakan pembanding nilai kalor yang diperoleh
dengan alat bom kalorimeter dengan nilai kalor dari literatur lain.
Pada Tabel 4.4 memperlihatkan nilai kalor yang diperoleh pada saat
penelitian dan dibandingkan dengan nilai kalor dari literatur lain.
Tabel 4.4. Pembanding Uji Nilai Kalor Limbah Padat Kelapa Sawit
sebagai Bahan Bakar.
Hasil Nilai Kalor
Sumber
No. Sampel Uji Alat Pembanding
Pembanding
(cal/g) (cal/g)
1. Fiber 3.973,38 4.179,80 Jurnal Nasrin Abu
Bunch Bakar, dkk (2010)
Press tentang “Briquiting of
Empty Bunch Fiber
and Palm Shell Using
Piston Press
Technology”.
38
Berikut perhitungan persen error alat serta persen ketelitian alat bom
kalorimeter.
1. Fiber Bunch Press
% ErrorFBP = x 100%
= x 100%
= 4,91 %
% Ketelitian = 100 % - % Error
= 100 % - 4,91 %
= 95,09%
39
2. Fiber Press
% ErrorFP = x 100%
= x 100%
= 12,12 %
% Ketelitian = 100 % - % Error
= 100 % - 12,12 %
= 87,88%
3. Cangkang
% Errorc = x 100%
= x 100%
= 7,39 %
% Ketelitian = 100 % - % Error
= 100 % - 7,39 %
= 92,61 %
Dari hasil perhitungan tersebut di peroleh rata–rata persen
ketelitian alat sebagai berikut:
3.3. Pembahasan
Dalam proses pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa
sawit selalu menghasilkan produk dan limbah. Adapun produk yang
dihasilkan dari proses pengolahan tandan buah segar yaitu minyak sawit
mentah (crude palm oil) dan minyak inti sawit (palm kernel oil), sedangkan
limbah yang dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar berupa limbah
cair dan limbah padat. Limbah cair didapatkan dari 3 sumber yaitu air
kondensat dari proses sterilisasi, sludge dari kotoran, serta air cucian
hydocyclone, sedangkan limbah padat yang dihasilkan meliputi cangkang
40
dari proses pemisahan inti dan cangkang pada stasiun pengolahan biji, serat
dari stasiun pengolahan biji, dan tandan kosong dari stasiun perontokan buah
atau thresher (Ponten, 2016).
PT. Tri Bahtera Srikandi memanfaatkan limbah padat berupa cangkang,
fiber press, dan tandan kosong yang berbentuk fiber atau lebih dikenal
sebagai fiber bunch press sebagai bahan bakar. Hal tersebut dianggap
sebagai alternatif tepat guna dalam pemanfaatan limbah padat kelapa sawit.
Jumlah limbah padat kelapa sawit yang dihasilkan dari proses pengolahan
tandan buah segar di PT. Tri Bahtera Srikandi dapat dihitung dari jumlah
limbah padat yang dihasilkan dengan persentase yang telah ditetapkan
seperti pada Tabel 4.1 di PT. Tri Bahtera Srikandi dikalikan dengan
kapasitas olah per jam.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh jumlah limbah
padat kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar berdasarkan persentase
terendah dan tertinggi. Dari persentase terendah diperoleh jumlah limbah
padat kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar yaitu untuk fiber
bunch press sebesar 9.000 kg/jam, untuk fiber press sebesar 4.500 kg/jam,
dan untuk cangkang sebesar 3.150 kg/jam, dengan total keseluruhan limbah
padat kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar yaitu sebesar 16.650
kg/ jam. Sedangkan dari persentase tertinggi diperoleh jumlah limbah padat
kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar yaitu untuk fiber bunch
press sebesar 10.350 kg/jam, untuk fiber press sebesar 5.400 kg/jam, dan
untuk cangkang sebesar 4.050 kg/jam, dengan total keseluruhan limbah
padat kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar dari persentase
tertinggi yaitu sebesar 19.800 kg/jam.
Selanjutnya dari hasil perhitungan jumlah keseluruhan limbah padat
kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar, maka dapat dihitung
persentase dari seluruh limbah padat kelapa sawit yang tersedia sebagai
bahan bakar dari jumlah masing-masing limbah padat kelapa sawit yang
tersedia sebagai bahan bakar dibagi dengan total keseluruhan limbah padat
kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar, kemudian hasilnya
41
bersih (CV) dan nilai kalor kotor (Q) untuk masing-masing limbah padat
kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan bakar. Dari nilai kalor bersih
(CV) diperoleh nilai kalor yaitu untuk fiber bunch press sebesar 3.974,38
cal/g, untuk fiber press sebesar 3.963,44 cal/g, dan untuk cangkang sebesar
4.333, 49 cal/g. Sedangkan dari nilai kalor kotor (Q) diperoleh nilai kalor
yaitu untuk fiber bunch press sebesar 4.019,37 cal/gr, untuk fiber press
sebesar 3.986,25 cal/g, dan untuk cangkang sebesar 4.410,41 cal/g.
Perbedaan besar nilai kalor hasil uji dari masing-masing limbah padat
kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar dapat dilihat pada Gambar
4.1 di bawah ini:
Dari Gambar di atas dapat dilihat nilai kalor (CV) tertinggi dimiliki
oleh cangkang sebesar 4333,49 cal/g, dan nilai kalor terendah dimiliki oleh
fiber press yaitu sebesar 3963,44 cal/g. Sedangkan untuk nilai kalor (Q)
yang tertinggi dimiliki oleh cangkang sebesar 4410,41 cal/g, dan untuk fiber
press sebesar 3986,25 cal/g. Maka dapat diketahui bahwa nilai kalor
tertinggi dimiliki oleh cangkang.
43
terlihat pada Tabel 4.4. Persen error alat bom kalorimeter dapat dihitung dari
nilai yang diterima (harga teori) dikurang dengan nilai eksperimental (harga
praktek) dibagi dengan nilai yang diterima (harga teori), kemudian hasilnya
dikalikan dengan 100%. Sedangkan persen ketelitian alat bom kalorimeter
dapat dihitung dari 100% dikurangkan dengan persen error alat bom
kalorimeter.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh persen error alat
bom kalorimeter dan persen ketelitian alat bom kalorimeter dari setiap
sampel yang diuji. Dari pengujian sampel untuk fiber bunch press persen
error alat bom kalorimeter sebesar 4,91%, dengan persen ketelitian alat bom
kalorimeter sebesar 95,05%, untuk fiber press persen error alat bom
kalorimeter sebesar 12,12%, dengan persen ketelitian alat bom kalorimeter
sebesar 87,88%, untuk cangkang persen error alat bom kalorimeter sebesar
7,39%, dengan persen ketelitian alat bom kalorimeter sebesar 92,61%.
Kemudian dapat diperoleh rata-rata ketelitian alat bom kalorimeter untuk
seluruh sampel yaitu sebesar 91.86%, hal ini menunjukkan keakurasian alat
bom kalorimeter yang masih tinggi.
45
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil perhitungan dan pengujian mengenai limbah padat kelapa sawit
yang digunakan sebagai bahan bakar adalah sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh jumlah limbah padat
kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar dengan persentase
terendah dan tertinggi. Berdasarkan persentase terendah diperoleh jumlah
limbah padat kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan bakar untuk fiber
bunch press sebesar 9.000 kg/jam, untuk fiber press sebesar 4.500 kg/jam,
dan untuk cangkang sebesar 3.150 kg/jam. Sedangkan berdasarkan
persentase tertinggi diperoleh jumlah limbah padat kelapa sawit yang
tersedia sebagai bahan bakar untuk fiber bunch press sebesar 10.350
kg/jam, untuk fiber press sebesar 5.400 kg/jam, dan untuk cangkang
sebesar 4.050 kg/jam.
2. Dari hasil pengujian nilai kalor dengan menggunakan alat bom kalorimeter
diperoleh nilai kalor bersih (CV) dan nilai kalor kotor (Q) limbah padat
kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan bakar. Berdasarkan nilai kalor
bersih (CV) diperoleh nilai kalor untuk fiber bunch press sebesar 3.974,38
cal/g, untuk fiber press sebesar 3.963,44 cal/g, dan untuk cangkang sebesar
4.333, 49 cal/g. Sedangkan berdasarkan nilai kalor kotor (Q) diperoleh
nilai kalor untuk fiber bunch press sebesar 4.019,37 cal/gr, untuk fiber
press sebesar 3.986,25 cal/g, dan untuk cangkang sebesar 4.410,41 cal/g.
5.2. Saran
Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran untuk penelitian
selanjutnya agar dilakukan penelitian nilai kalor bahan baku lainnya yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk boiler, atau dapat melakukan
pengujian nilai kalor dengan metode lainnya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Almu, M, Afif., Syahrul. Padang., dan Yesung, allo. 2014. “Analisis Nilai kalor
dan Laju Pembakaran Pada Briket Campuran Biji Nyamplung dan Abu
Sekam Padi”. NTB: Fakultas Teknik Mesin Universitas Mataram.
Bakar, Nasrin, Abu., Ngan, Ma, Ah., Mungkin Choo Yuen., Wahid, Mohd, Basri.
Lim, Yosep., Sew. Michael., Segera, Weng Lim., Sulong, Mohammad.,
Halim, Rohaya, Mohammed., dan Aziz, Astimar, Abdul. 2010. “Briquting
of Empty Bunch Fiber and Palm shell Using Piston Press Tecnologi”.
Kuala Lumpur: Malaysia
Dinata, Theofil, Alvin., Junaidi., dan Kurniawan Eddy. 2015. “Studi Pemanfaatan
Biomassa Limbah Padat Pabbrik Kelapa Sawit (PKS) untuk Pembangkit
Energi Listrik”. Pontianak: Fakultas Teknik Mesin Universitas
Tanjungpura.
Endry., Alfaridzi., Raka., Wahyu., dan Ahmad. 2019. “Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL). PT. Tri Bahtera Srikandi”. Tidak diterbitkan. Patiluban
Mudik: Mandailing Natal.
Napitupulu, Farel, H. 2006. “Pengaruh Nilai Kalor suatu Bahan Bakar Terhadap
Perencanaan Volume Ruang Bakar Ketel Uap Berdasarkan Metode
Penentuan Nilai Kalor Bahan Bakar yang Dipergunakan”. Medan: Fakutas
Teknik Mesin USU.
Prayoga, Moch, Eka, ZulFikar., dan Dalimi, Rinaldy. “Disain dan Analisa
Pembangkitan Listrik Berbahan Bakar Tandan Kosong Kelapa Sawit”.
Jawa Barat: Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia.
Puspawan Angky., Supardi Nurul Iman., dan Suandi, Agus. “Analysis of Fuel
Heating Value of Fiber and Shell Palm Oil (Elaeis Guineensis Jacq) on
Fire Tube Boiler Takuma Brands”. Bengkulu: Fakutas Teknik Mesin
Universitas Bengkulu.
Rahmawaty., Ibrahim, Husin., dan Sebayang, A.H. 2018. “Kinerja Mesin dan
Emisi Gas Buang Mesin Menggunakan Bahan Bakar Campuran Pertalite-
Bioetanol Tandan Kosong Kelapa Sawit”. Medan: Fakultas Teknik Mesin
Polmed.
Sanjaya, Ika. 2020. ”Karakteristik Bahan Bakar Padat Produksi Torefaksi Limbah
Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Reaktor Torefaksi Kontinu
Tipe Tubular”. tidak diterbitkan. Bandar Lampung: Fakultas Teknik Mesin
Universitas Lampung.
Sukarta, I, Nyoman dan Ayuni, Putu, Sri. 2015. “Analisis Proksimat dan Nilai
Kalor pada Pellet biosolid yang Dikombinasikan dengan Biomassa limbah
Kayu”. Bali: Analisis Kimia Ganesha.