Anda di halaman 1dari 56

“PERHITUNGAN KEHILANGAN MINYAK PADA PROSES

PENGUTIPAN MINYAK DI UNIT RECOVERY TANK PTPN II


PKS PAGAR MERBAU”

KARYA AKHIR

Oleh:
REIVEN HARDICHO SITUMEANG
NIM. 19 01 123

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan


Gelar Ahlimadya Politeknik Teknologi Kimia Industri

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
2022
ii
ii
BIODATA MAHASISWA

A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Reiven Hardicho Situmeang
2. NIM : 1901123
3. NIK : 1212043103980002
4. NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) : 9987615930
5. Tempat, Tanggal Lahir : Parsoburan,31 Maret 1998
6. Jenis Kelamin : Laki-Laki
7. Agama : Katholik
8. Program Studi : Teknik Kimia
9. Jalur Pendaftaran : Testing
10. Kewarganegaraan : Indonesia
11. Jenis pendaftaran : Regular
12. Mulai Semester : I (Satu)
13. Alamat : Jl. Menteng VII Gg. Sentosa,
Kecamatan Medan Tenggara
14. No. Telepon : 081275996119
15. Email : reivenhardicho1998@gmail.com

B. DATA ORANG TUA/WALI


1. AYAH
a. Nama : Robinner Situmeang
b. NIK : 1212041011610001
c. Tempat/ Tanggal Lahir : Pagar Sinondi, 10 November 1961
d. Pendidikan : SLTA
e. Pekerjaan : Wiraswasta
2. IBU
a. Nama : Tiobunga Sihaloho
b. NIK : 1212047006630002
c. Tempat/ Tanggal Lahir : Lintong, 20 Juni 1963
d. Pendidikan : DIPLOMA IV/STRATA I
e. Pekerjaan : PNS
3. WALI
a. Nama :-
b. NIK :-
c. Tempat/ Tanggal Lahir :-
d. Pendidikan :-
e. Pekerjaan :-

iii
ABSTRAK

Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi
Crude Palm Oil (CPO) dan inti kelapa sawit (kernel), pengolahan tersebut
melewati beberapa tahapan mulai dari perebusan, pemipilan, pengepresan, hingga
pemurnian. Dalam proses tersebut terdapat kehilangan minyak (oil losses) salah
satunya pada recovery tank. Recovery tank adalah unit yang digunakan untuk
memisahkan limbah cair hasil pengolahannya yang masih mengandung minyak
untuk dikutip kembali minyak pada limbah cair tersebut. Penelitian ini dilakukan
di PTPN II PKS Pagar Merbau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui oil
losses pada recovery tank. Dari hasil penelitian didapat nilai rata-rata oil losses
pada recovery tank sebesar 1,54 %, kadar air 96,84%, dan kadar lumpur sebesar
1,29%. Dari data tersebut, telah melebihi standard oil losses yang telah ditetapkan
pada unit recovery tank sehingga menimbulkan kerugian.

Kata Kunci: Oil losses, Recovery Tank, kadar minyak.

iv
ABSTRACT

Pagar Merbau Palm Oil Mill processes Fresh Fruit Bunches (FFB) into Crude
Palm Oil (CPO) and palm kernel (kernel), the processing goes through several
stages ranging from boiling, shelling, pressing, to purification. In this process
there is oil loss,oneof which is in the recovery tank. Recovery tank is a unit that is
used to separate the liquid waste from its processing which still contains oil for re-
quoting the oil in the liquid waste. This research was conducted at PTPN II PKS
Pagar Merbau. This study aims to determine oil losses in the recovery tank. From
the research results, the average value of oil losses in the recovery tank is 1.54%,
water content is 96.84%, and mud content is 1.29%. From these data, it has
exceeded the standard oil losses that have been set on the recovery tank, causing
losses.

Keywords: Oil losses, Recovery Tank, oil content.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kasih karunia dan penyertaan-Nya, sehingga penyusunan Karya Akhir ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan penulisan Karya Akhir ini merupakan salah satu
persyaratan untuk mencapai derajat Ahli Madya Diploma Tiga (D-III) program
studi teknik kimia di Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan.
Dalam penulisan Karya Akhir ini dapat penulis selesaikan atas bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih banyak atas
bimbingan, arahan serta dorongan yang diberikan selama penyusunan Karya
Akhir ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Donda, ST, M.Si, selaku Pembimbing I dan Ibu Novia Nelza, S.Si.,
M.Si selaku Pembimbing II yang telah membantu penulis dalam
memberikan arahan dan dukungan dalam Penulisan Karya Akhir ini.
2. Ibu Ratna Kristina Tarigan, ST., M.Si, Bapak Koko Pratama Saragih, MT.,
Ibu Ir. Rosmiati, M.Si, selaku tim penguji dalam Karya Akhir ini.
3. Bapak Koko Pratama Saragih, MT selaku dosen wali yang telah membantu
saya selama ini dalam perkuliahan yang saya jalani dan arahan positif
hingga saya bisa mencapai titik ini serta dukungan dalam Penulisan Karya
Akhir ini.
4. Ibu Yenny Sitanggang, ST., MT selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia
dan Ibu Harmileni, S.Si, M.Si, selaku Sekretaris program Studi Teknik
Kimia.
5. Ibu Mahyana, SE. selaku Kepala Sub bagian Administrasi Akademik
Kemahasiswaan dan kerjasama Politeknik Teknologi Kimia Industri
Medan.
6. Pembantu Direktur I, II dan III Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
7. Bapak Poltak Evencus Hutajulu, ST., MT selaku Direktur Politeknik
Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan.
8. Keluarga Tercinta, Ayah saya Robinner Situmeang, Ibu saya Tiobunga Br
Sihaloho, Abang saya Rivael Hillarius Situmeang, Kakak saya Evi Solina

vi
Situmeang, dan Adik saya Rovaldi Hanzelius Situmeang yang selalu dan
senatiasa memberikan masukan dan nasehat, serta semangat dalam
menyelesaikan perkuliahan penulis. Teman-teman seperjuangan di PTKI
Stambuk 2019 terkhususnya Teknik Kimia-C, Keluarga IM-NAIPOSPOS
PTKI Medan, Teman-teman IMKA St. Stefanus PTKI Medan, Keluarga
IMPRSS PTKI Medan, Teman-teman HIMATEKIM PTKI Medan dan
terkhusus kepada Teman saya Jodi Sihombing yang selalu memberikan
motivasi dan semangat. Bapak/ Ibu Pegawai perpustakaan PTKI Medan
yang telah membantu saya dalam pengarjaan karya akhir saya. Dan pihak
yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang secara tidak
langsung turut membantu penulisan Karya Akhir ini.

Penulis berharap semoga Karya Akhir ini dapat bermanfaat untuk


kemajuan ilmu pengetahuan ke depan.

Medan, Desember 2022

Penulis

(Reiven Hardicho Situmeang)


NIM: 19 01 123

vii
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBARAN PENGESEHAN ........................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. ii
BIODATA MAHASISWA............................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 3
1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Kelapa Sawit ................................................................................. 4
2.1.1 Varietas Kelapa Sawit ........................................................... 5
2.1.2 Minyak Kelapa Sawit ............................................................ 6
2.1.3 Standar Mutu Kelapa Sawit .................................................. 8
2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit ................................................ 8
2.2.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reseption) ......................... 9
2.2.2 Stasiun Perebusan (Sterillizer) .............................................. 11
2.2.3 Stasiun Penebahan................................................................. 12
2.2.4 Stasiun Pencacahan dan Kempa (Digester and Press) ......... 12
2.2.5 Stasiun Pemurnian Minyak ................................................... 14
2.2.6 Pengolahan Sludge ................................................................ 18
2.2.7 Pemisahan Minyak ................................................................ 19
2.2.8 Stasiun Pengolahan Air Limbah ........................................... 22
2.3 Standar Kehilangan Minyak/ Oil Losses ..................................... 22
2.4 Ekstraksi Soxhletasi ...................................................................... 24
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Oil losses
pada unit Recovery Tank.............................................................. 25

viii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan .................................................. 26
2.7 Kerangka Konseptual ................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 29
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 29
3.1.1 Tempat Penelitian.................................................................. 29
3.1.2 Waktu Penelitian ................................................................... 29
3.2 Pengumpulan Data ....................................................................... 29
3.3 Metode Pengujian......................................................................... 29
3.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel.............................................. 29
3.3.2 Prosedur Analisis Kadar Minyak, Kadar Air, dan
Kadar NOS pada recovery tank............................................. 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 31
4.1 Hasil dan Kerja Praktek ............................................................. 31
4.2 Analisa Data ................................................................................. 31
4.2.1 Mencari Laju Massa pada F1 (Sludge), F2 (Produk) .............. 31
4.2.2 Neraca Massa pada Recovery Tank ....................................... 32
4.3 Tabulasi Data ............................................................................... 35
4.4 Pembahasan ................................................................................. 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 36
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 36
5.2 Saran ............................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Sawit .................................. 7
2.2 Sifat Fisika-Kimia dari Minyak Kelapa Sawit ................................. 7
2.3 Standar Mutu Minyak Sawit ............................................................ 8
2.4 Standar Kehilangan Minyak ............................................................. 24
4.5 Data Pengamatan Laju Massa Recovery Tank .................................. 31
4.6 Data Kadar Minyak, Kadar Air, dan Kadar NOS pada Recovery
Tank ................................................................................................... 31
4.7 Spesifikasi alat recovery tank............................................................ 31
4.8 Perhitungan Neraca Massa Recovery Tank ....................................... 34
4.9 Tabulasi Data .................................................................................... 34

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Buah Kelapa Sawit ........................................................................ 5
2.2 Varietas Kelapa Sawit ................................................................... 6
2.3 Diagram Alir Proses Pengutipan Minyak ..................................... 20
2.4 Recovery Tank ............................................................................... 21
2.5 Kerangka Konseptual .................................................................... 28
4.6 Alur Neraca Massa pada Recovery Tank ....................................... 32

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Flow Sheet PTPN II PKS Pagar Merbau ..................................... 39
2 Surat Selesai PKL ........................................................................ 40
3 Lembar Nilai Praktek Kerja Lapangan ........................................ 41
4 Form Kusioner PKL ...................................................................... 42
5 Mass Balance PTPN II PKS Pagar Merbau ................................. 43
6 Gambar Alat Foss NIR DA 1650 .................................................. 44

xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis quineensis jacq) merupakan tumbuhan tropis
golongan palma yang termasuk tanaman tahunan dan habitat aslinya adalah
daerah semak belukar. Varietas tanaman kelapa sawit cukup banyak yang sudah
dikenal. Jenis varietasnya dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan
daging buah, atau berdasarkan warna kulit buahnya. Kelapa sawit yang yang
dikenal berdasarkan ketebalan cangkang ada tiga jenis yakni dura, pisifera, tenera.
Salah satu hasil produksi dari kelapa sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO) (Posman
Sibuea, 2011).
Pengolahan tandan buah segara dipabrik kelapa sawit dimaksudkan untuk
memperoleh minyak sawit dari daging buah (mesocarp) dan inti sawit (kernel)
dari biji (nut). Untuk mendapatkan mutu minyak yang baik yaitu bermula dari
lapangan, sedangkan proses pengolahan hanya dapat meningkatkan kualitas dan
menekan sekecil mungkin (losses) selama proses serta tidak dapat memproduksi
minyak lebih dari apa yang terkandung TBS (Fauzi, 2014).
Salah karakteristik TBS adalah mudah rusak. Pascapanen, dalam 48 jam
TBS harus diolah untuk mengurangi kerusakan berupa kehilangan kandungan
minyak. Produktivitas yang tinggi menjadikan kelapa sawit kompetitif sebagai
alternatif minyak yang dapat digunakan oleh industri makanan, kosmetik, produk
kesehatan, biofuel dan biodiesel (Stephanie et al., 2018). Selain menghasilkan
crude palm oil (CPO) juga menghasilkan limbah yang sangat banyak berupa
limbah padat dan cair. Limbah padat berupa tandan kosong, cangkang dan fiber
(Haryanti et al., 2014).
Losses atau kehilangan produksi umumnya merupakan hal yang wajar dalam
proses pengolahan kelapa sawit. Oil losses merupakan kehilangan jumlah minyak
yang seharusnya diperoleh dari hasil suatu proses namun minyak tersebut tidak
dapat diperoleh atau hilang. Angka kehilangan/kerugian minyak sawit merupakan
banyaknya minyak yang tidak terambil pada proses pengolahan. Minyak yang
tidak terambil ini sebagian terbuang ke boiler sebagai bahan bakar (minyak dari
fibre). Oil losses merupakan kehilangan jumlah minyak yang seharusnya

1
diperoleh dari hasil suatu proses namun minyak tersebut tidak dapat diperoleh
atau hilang. Pada pengujian oil losses menggunakan metode ekstraksi soklet
(Ethica, 2020).
Recovery Tank adalah untuk meminimalkan Oil Losses di Final Effluent
hingga tinggal 0,5% – 0,6% dari rata-rata sekitar 0,7% yang terbuang dari Fatfit
dan memperlambat pendangkalan kolam limbah akibat endapan pasir dari effluent.
Proses pengolahan minyak kelapa sawit di PTPN II PKS Pagar Merbau di
mulai dari penyediaan bahan baku sampai menjadi produk. Dimana bahan baku
disini adalah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan produk yang dihasil kan
berupa crude palm oil (CPO) dan kernel. Proses pengolahan Tandan Buah Segar
(TBS) di pabrik pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit
yang berkualitas baik. Proses tersebut melalui banyak perlakuan dan tahapan yaitu
mulai dari penangkutan TBS, pensortiran buah, perebusan, pencacahan,
pengempaan, pemurnian sampai dihasilkan minyak kelapa sawit mentah atau
Crude Palm Oil (CPO). Proses pengolahan sebisa mungkin menekan losses salah
satunya oil losses (kehilangan minyak), maka dari itu dilakukan proses pengutipan
minyak di recovery tank. Recovery tank dipergunakan sebagai pengutipan minyak
yang berasal dari cairan hasil proses pengolahan yang masih mengandung minyak.
Cairan hasil proses pengolahan tersebut berasal dari stasiun rebusan dan stasiun
kalrifikasi dan air cucian pabrik kelapa sawit. Proses pengolahan di unit recovery
tank memisahkan minyak dengan lumpur dengan perbedaan berat jenis, proses
pengutipan minyak pada recovery tank tidak terlepas dari kehilangan minyak,
maka penulis tertarik mengambil judul

“PERHITUNGAN KEHILANGAN MINYAK PADA PROSES PENGUTIPAN


MINYAK DI UNIT RECOVERY TANK
PTPN II PKS PAGAR MERBAU”

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam Karya Akhir ini yaitu :
1. Berapa persen kadar minyak yang terdapat pada unit recovery tank?
2. Berapa persen kadar air dan kadar lumpur yang terdapat pada unit
recovery tank?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaaat dalam Karya Akhir ini yaitu :
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk menentukan kadar minyak yang terdapat pada unit recovery
tank
2. Untuk menentukan kadar air dan kadar lumpur yang terdapat pada
unit recovery tank
1.3.2 Manfaat Penelitian
Memahami cara menentukan persen kehilangan minyak pada unit
recovery tank dalam proses pemisahan minyak dengan lumpur serta
menambah wawasan dan pengalaman penulis terhadap pengolahan
sludge pada unit recovery tank.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis quineensis jacq) merupakan tumbuhan tropis
golongan palma yang termasuk tanaman tahunan dan habitat aslinya adalah
daerah semak belukar. Varietas tanaman kelapa sawit cukup banyak yang sudah
dikenal. Jenis varietasnya dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan
daging buah, atau berdasarkan warna kulit buahnya. Kelapa sawit yang yang
dikenal berdasarkan ketebalan cangkang ada tiga jenis yakni dura, pisifera, tenera.
Salah satu hasil produksi dari kelapa sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO) (Posman
Sibuea, 2014).
Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang memiliki bagian- bagian sebagai
berikut :
1. Eksokarp
Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika masih muda,
warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah
menjadi oranye merah atau kuning oranye.
2. Meksokarp
Meksokarp atau sabut. Diantara jaringan-jaringan sel ada pengisi seperti
spons atau karet busa yang sangat banyak megandung minyak (CPO), jika
buah sudah masak.
3. Endokarp
Endokarp atau tempurung. Tempurung cangkang dapat digunakan sebagai
bahan bakar. Ketika buah masih muda, endokarp memiliki tekstur lunak
dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi
keras dan berwarna hitam. Ketebalan endokarp tergantung pada
varietasnya.
4. Kernel
Kernel atau biji atau inti. Inti (kernel, endosperm) yang mula-mula cair,
kemudian lunak dan akhirnya padat serta agak keras. Inti dapat disamakan
dengan daging buah dalam kelapa sayur, tetapi bentuknya lebih padat dan
tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak (CPKO) sebesar 3 %

4
5

dari berat tandan, berwarna putih, dan dengan kandungan minyak inti
bermutu tinggi .

Gambar 2.1 Bagian-bagian Buah Kelapa Sawit


Sumber : Hesty Heryani & Agung Nugroho, 2017
2.1.1 Varietas Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas
tersebut dibedakan berdasarkan morfologinya. Berdasarkan ketebalan tempurung
dan daging buah yang dapat dilihat pada gambar, beberapa varietas kelapa sawit
diantaranya dura, pisifera, tenera, dan macro carya yang deskripsinya sebagai
berikut :
1. Dura
Ciri-ciri :
- tempurung tebal (2-8 mm)
- tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung
- daging buah relatif tipis, yaitu 35-50 % terhadap buah
- kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah
- dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Pisifera Ciri-ciri :
- ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada
- daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura
- daging biji sangat tipis
- tidak dapat diperbanyak tanpa menyilang dengan jenis lain
dan dipakai sebagai pohon induk jantan.
3. Tenera Ciri-ciri :
- hasil dari persilangan dura dan pisifera
- tempurung tipis (0,5-4 mm)

5
6

- terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung


- daging buah sangat tebal (60-96 % dari buah)
- tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil.
4. Macro Carya Ciri-ciri :
- tempurung tebal sekitar 5 mm
- daging buah sangat tipis

Gambar 2.2 Varietas Kelapa Sawit


Sumber : Hesty Heryani & Agung Nugroho, 2017.

2.1.2 Minyak kelapa Sawit


CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti
buahnya. Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan minyak nabati tanaman lainnya, yaitu tahan lebih lama, tahan
terhadap tekanan, dan memiliki toleransi suhu yang relatif tinggi. CPO dikenal
sebagai produk primadona perkebunan Indonesia (Utami, S., 2013).
Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh asam palmitat (C16) sekitar
(40-46 %), kandungan asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat (C 18:1) sekitar
(39-45 %) dan asam linoleat (7-11 %). Kandungan asam lemak tersebut disajikan
pada tabel (2.1). Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa
sawit berupa minyak sawit mentah CPO (crude palm oil) yang berwarna kuning
dan minyak inti sawit PKO (palm kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO
atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan

6
7

margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas),
industri tekstil, kosmetik dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak diesel).
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa sawit (%)
Asam kaprilat -
Asam laurat -
Asam miristat 1,1 – 2,5
Asam Palmitat 40 – 46
Asam stearate 3,6 – 4,7
Asam oleat 39 – 45
Asam Linoleat 7 – 11
Sumber :Ketaren, 2005.
Sifat-sifat dari minyak kelapa sawit pada umumnya dipengaruhi oleh
temperatur. Beberapa sifat fisik yang telah diketahui adalah sebagai berikut :
1. Sifat fisik yang paling jelas adalah tidak larut dalam air. Hal ini di
sebabkan karena adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak
adanya gugus polar.
2. Minyak kelapa sawit berwarna kuning.
Berikut dijabarkan sifat kimia dari minyak sawit antara lain adalah :
1. Pada reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak dan
gliserol. Hidrolisa ini terjadi karena adanya air atau kelembapan yang
tinggi.
2. Penambahan sejumlah basa akan terjadi reaksi penyabunan. Jumlah asam
lemak bebas dalam minyak tidak diinginkan karena akan memengaruhi
kualitas minyak.
3. Bila terjadi kontak dengan sejumlah oksigen, akan terjadi reaksi oksidasi
yang akan menyebabkan minyak berbau tengik.
Berikut Karakteristik dari beberapa sifat fisika kimia dari minyak sawit yang
disajikan pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Sifat Fisika-Kimia dari Minyak Kelapa Sawit
Sifat Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Bobot jenis 0,900
Indeks bias 40˚C 1,4565 – 1,4585
Bilangan IOD 46 – 48
Bilangan penyabunan 196 – 206
Sumber : Kataren, 2005

7
8

2.1.3 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit


Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena
itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah
mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar‐
benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa
sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat‐ sifat fisiknya, yaitu dengan
mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian
mutu minyak sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur
berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air,
kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan (Iyung
Pahan, 2016).
Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku
industri pangan dan non pangan masing‐ masing berbeda. Oleh karena itu
keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih
diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh
banyak faktor. Faktor‐ faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya,
penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
Tabel 2.3 Standar Mutu Minyak Sawit

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan Mutu


Jingga Kemerah-
1. Warna - merahan
2. Kadar Kotoran % 0,5
3. Kadar Air % 0,5
4. Asam Lemak Bebas % 1,8 - 6,9
5. Bilangan Yodium g yodium/ 100 g 50 – 55
Sumber : SNI 01-2901-2006

2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Pengolahan kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan
minyak kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti
sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit dalam konteks
industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil
dan inti sawit dari tandan buah segar kelapa sawit. PKS tersusu atas unit-unit
proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia.

8
9

Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk


sangat penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa
sawit di banding minyak nabati lainnya. Stasiun proses pengolahan TBS menjadi
CPO umumnya terdiri dari beberapa stasiun.

2.2.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reseption)


Stasiun ini merupakan tepat dimana buah diterima untuk ditimbang dan persiapan
untuk melakukan sortiran terhadap mutu buah. Pada stasiun ini Tandan Buah
Segar (TBS) berasal dari afdeling kebun sendiri maupun TBS pembelian dari
pihak ke-III terlebih dahulu ditimbang sebelum diolah. Sebelum diolah dalam
Pabrik Kelapa Sawit (PKS), TBS yang berasal dari kebun pertama kali diterima di
stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang (Weight Bridge)
dan ditampung sementara di penampungan buah (Loading ramp) (SOP Pagar
Merbau,2021).
a. Jembatan Timbang (Weight Bridge)
Jembatan timbang merupakan alat yang sangat vital dalam sebuah Pabrik
Kelapa Sawit yang menjadi bagian terdepan dimana didapat data kuantitas
masuknya Raw Material dan keluarnya produk yang dihasilkan.
Timbangan berfungsi untuk mengetahui berat bahan baku yang masuk ke
pabrik yaitu dengan menghitung Bruto, Tara, dan Netto dari TBS.
-Bruto : Berat TBS dengan truk
-Tara : Berat truk kosong
-Netto : Selisih dari Bruto dan Tara untuk berat
bahan baku (berat bersih)
Setiap truk yang mengangkut TBS ke pabrik ditimbang terlebih dahulu di
jembatan timbang untuk memperoleh berat sewaktu berisi (bruto) dan
sesudah dibongkar (tara). Selisih antara bruto dengan tara adalah jumlah
TBS yang diterima di PKS (netto). Selain TBS, pada jembatan timbang
PKS Pagar Merbau dilakukan juga penimbangan terhadap pengiriman
CPO dan inti sawit, janjang kosong.
Dalam pengoperasiannya ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan:

9
10

 Dipastikan posisi kendaraan yang ditimbang berada ditengah-tengah


timbangan karena akan mempengaruhi hasil penimbangan jika berada
di pinggir.
 Dipastikan mesin truk dimatikan pada saat penimbangan karena
getaran mesin dapat mempengaruhi hasil penimbangan dan sopir harus
turun.
Terdapat 2 buah jembatan timbang di PKS Pagar Merbau, tapi yang masih
di gunakan yaitu jembatan timbang nomor 2 (SOP PKS Pagar Merbau,
2021.)
b. Sortasi TBS
Sebelum dimuat kedalam loading ramp ,terlebih dahulu dilakukan sortasi
terhadap TBS. Sortasi merupakan penyeleksian mutu atau kematangan
buah yang akan diolah sehingga menghasilkan CPO yang optimal dan
berkualitas baik. sortasi dilakukan untuk mengontrol, mengawasi dan
memeriksa TBS yang akan diolah guna mengetahui mutu atau kematangan
TBS yang masuk. Sortasi buah dibedakan atas 7 fraksi:
1. Fraksi 00 : sangat mentah, hitam dan tidak memberondol
sama sekali.
2. Fraksi 0 : mentah, merah dan tidak memberondol.
3. Fraksi 1 : kurang matang, 12% -25% buah memberondol dari
lapisan luar TBS.
4. Fraksi 2 : matang, 25%-50% buah memberondol dari lapisan luar
TBS.
5. Fraksi 3 : Matang, 50%-75% buah memberondol dari lapisan
luar TBS.
6. Fraksi 4 : Lewat matang, 100% buah memberondol dari lapisan luar
TBS.
7. Fraksi 5 : Lewat matang, 100% buah lapisan dalam telah
memberondol.
c. Penampungan Buah (Loading ramp)
Selesai disortasi, TBS dibawa ke loading ramp dan dituang ke lantai peron
yang memiliki kemiringan 30-45o dan mengisi tiap-tiap pintu dari loading
ramp dengan bantuan wheel loader. TBS yang akan diproses diisikan ke

10
11

dalam lori-lori yang berkapasitas 2,5 ton TBS dengan cara membuka pintu
yang diatur dengan sistem pintu hydraulic pump melalui pintu loading
ramp, yang masing-masing digerakkan dengan dorongan fluida minyak
yang berasal dari pompa electromotor serta gear box, yang menggerakkan
pompa oli atau minyak untuk menghasilkan udara sebagai pendorong tuas
hidrolik. Lantai loading ramp dibuat miring dan berkisi-kisi sehingga saat
pembongkaran TBS dari truk maupun pemasukan TBS ke lori, sebagian
besar kotoran turun/keluar melalui kisi-kisi tersebut juga bertujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran seperti pasir, kerikil dan sampah- sampah
lain yang terikut.
PKS Pagar Merbau memiliki 1 loading ramp, yang memiliki 22 pintu
Hydrolic Loading Ramp.
Fungsi loading ramp antara lain adalah :
1. Tempat menampung TBS dari kebun sebelum diproses.
2. Mempermudah pemasukan TBS ke Lori
3. Mengurangi kadar kotoran
4. Untuk menjamin kontinuitas pengolahan pada loading ramp.
2.2.2 Stasiun Perebusan (Sterillizer)
Pola perbusan yang umumnya digunakan ada dua yaitu Double Peak (dua puncak)
dan Triple peak (tiga puncak). Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan
dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap keluar selama
perebusan berlangsung yang diatur secara manual atau otomatis. (Maruli
pardamean,2008).
Tujuan perebusan adalah :
1. Menghentikan kegiatan enzim.
2. Memudahkan pelepasan buah dari janjangan.
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan daging buah.

Cara Kerja dari Stasiun Rebusan:


Lori berisi TBS dimasukkan ke dalam Sterillizer dengan kapasitas 10 lori,
tiap-tiap lori berkapasitas 2,5 ton. Setelah pintu ditutup, kran-kran inlet steam,
exhaust, dan kondensat ditutup, dubuk Inlet steam dan kondensat dibuka untuk

11
12

membuang udara-udara yang ada di dalam Sterillizer selama 2-3 menit. Sistem
perebusan di PKS Pagar Merbau dengan 3 sistem puncak (Triple Peak) yaitu
sistem yang mengalami 3 kali kenaikkan uap (steam) pada waktu melakukan
perebusan. (SOP PKS Pagar Merbau, 2021)
2.2.3 Stasiun Penebah (Thresher)
Threser berfungsi untuk memisahkan brondolan dari janjangannya dengan cara
memutar dan membanting serta mendorong janjang kosong ke empty bunch
conveyor dan brondolan akan jatuh melalui kisi-kisi ke conveyor under threser.
Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang
membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan
menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.
Cara kerja threser adalah dengan membanting tandan masak pada tromol
yang berputar (dibantu siku penahanan) akibat gaya sentrifugal sehingga pada
ketinggian maksimal tandan jatuh ke as threser. Pada kecepatan putaran yang
terlalu tinggi, tandan akan mengikuti putaran tromol dan tidak jatuh ke as
sehingga pemisahan brondolan tidak maksimal. Sebaliknya bila rendah tandan
sudah jatuh sebelum ketinggian maksimal atau tandan hanya menggelinding
sehingga pemisahan brondolan juga tidak maksimal. (SOP PKS Pagar Merbau ,
2021 )
2.2.4 Stasiun Pencacahan dan Kempa (Digester and Pressing Station)
Setelah melalui proses bantingan, selanjutnya berondolan hasil dari bantingan
dibawa ke stasiun pencacahan dan kempa. Stasiun ini merupakan tempat untuk
proses pemisahan minyak dari sabut dan biji kelapa sawit. Pada stasiun ini
terdapat dua proses utama, yaitu proses digestion dan pressing.
a. Digester
Digester adalah alat untuk melumatkan brondolan, sehingga daging buah
terpisah dari biji. Drum digester ini terdiri dari tabung silinder yang berdiri
tegak yang didalamnya di pasang pisau-pisau pengaduk (Stirring arms)
sebanyak 5 tingkat yang terdiri dari 4 tingkat pisau pengaduk dan 1 tingkat
pisau lempar yang berada di bagian bawah. Pisau-pisau diikatkan pada
poros dan digerakan oleh motor listrik. Lima tingkat pisau (String arms)
bagian atas adalah sering digunakan untuk mengaduk/melumat, dan pisau
bagian bawah (expeller blade) disamping pengaduk juga dipakai untuk

12
13

mendorong massa keluar dari digester. Di PKS Pagar Merbau ada 4 buah
digester. Untuk memudahkan proses pelumatan di perlukan panas 90oC-
95oC dengan cara menginjeksikan uap langsung ataupun pemanasan ketel
(jacket). Jarak pisau dengan dinding digester maksimal 15 mm. Pada
empat sisi dinding digester bagian dalam (terletak di antara pisau-pisau
digester) di pasang siku penahan agar proses pengadukan lebih sempurna
b. Screw Press
Screw press atau mesin press adalah alat untuk memisahkan minyak kasar
(crude oil) dari daging buah (mesocarp). Buah yang keluar dari digester di
peras didalam mesin press dengan tekanan 40-50 bar dan dengan
menggunakan air pengencer sebanyak 20% yang bersuhu 90 oC-95oC
untuk menurunkan viscositas minyak, penambahan dapat pula dilakukan
pada oil gutter kemudian di alirkan melalui oil gutter ke stasiun klarifikasi.
Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan menggunakan cake breaker
conveyor untuk memudahkan memisahkan nut dan ampas. Alat ini terdiri
dari 2 batang baja spiral dengan susunan horizontal dan berputar
berlawanan arah. Putaran dari presser adalah 10 rpm - 12 rpm.
Fungsi dari screw press adalah untuk memeras berondolan yang
telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar.
Buah-buah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau
pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya
masuk kedalam mesin pengempa (twin screw press). Oleh adanya tekanan
screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui
lubang-lubang press cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji.
Prinsip kerja dari alat ini adalah berondolan dari digester di press diantara
dua ulir (screw) yang berputar berlawanan arah didalam sangkar press
yang berlubang-lubang.
Dalam screw press terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kerja pada alat, diantaranya kondisi worm atau main screw press, tekanan
cone yang sebesar 40 bar - 60 bar, kematangan buah yang direbus,
kebersihan pada pressan, dan air delusi berfungsi untuk mempermudah
proses pemisahan minyak dan air. Jika air suplesi terlalu sedikit, minyak
yang dihasilkan akan murni tetapi losses akan tinggi. Temperatur suplesi

13
14

harus dijaga 95oC. Penambahan air suplesi dilakukan sebanyak 15%-20%


terhadap TBS yang diolah. Normal yang diijinkan di stasiun kempa (press)
adalah untuk oil losses pada fibre yaitu 4,0%-6,0%, dan untuk oil losses
pada biji yaitu maksimum 1,0%. (SOP Pagar Merbau, 2021).
Terdapat 2 tipe mesin press yang digunakan dalam pabrik kelapa
sawit, yaitu:
1. Batch Press
Dalam batch press bahan yang ditekan menggunakan logam plunger.
Plunger yang baik dipindahkan secara manual dengan menggunakan
motor. Alat yang digunakan dalam penekanannya adalah press spindle
atau tekanan hidrolik untuk memindahkan plunger. Tekanan yang lebih
tinggi dapat dicapai dengan menggunakan sistem hidrolik.
2. Screw Press
Alat press seperti ini menggunakan putaran dari double screw press dan
cage press untuk mengekstraksikan minyak keluar dari gumpalan fibre
atau serat yang telah dilumatkan di digester. Pengekstraksian minyak ini
juga dibantu dengan adanya tekanan ke depan dari adjusting cone dengan
pemanfaatan tenaga hidrolik.
Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki
kemampuan press yang berbeda-beda, dimana alat press double shaft
umumnya memiliki kapasitas yang lebih tinggi daripada single shaft.
Mekanisme pengempaan pada screw press adalah masuknya adonan yang
telah diaduk ke dalam cylinder press dan mengisi worm, dimana volume
setiap worm berbeda. Semakin mengarah ke ujung as screw, volume
semakin kecil sehingga perpindahan massa akan menyebabkan minyak
terperas yang dialirkan melalui oil gutter ke sand trap tank, sedangkan nut
dan fibre akan dikirim ke cake breaker conveyor pada kernel recovery
station (Naibaho, 1998).
2.2.5 Stasiun Pemurnian Minyak
Stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dari kotoran dan
unsur-unsur yang dapat mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan
kehilangan minyak seminimal mungkin. Proses pemisahan minyak, air, dan
kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan, centrifuge, dan penguapan.

14
15

Tujuan pemurnian adalah agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin
dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.
a. Sand Trap Tank
Sand Trap Tank adalah suatu alat berbentuk silinder yang bekerja
berdasarkan berat jenis antara air dengan minyak dimana berat jenis air
lebih tinggi dari minyak sehingga dengan mudah minyak yang berada di
atas air mengalir ke vibro (saringan bergetar). Untuk pengiriman minyak
kasar dari sand trap tank dibantu dengan air panas dari hot water tank.
Pada sand trap tank suhu minyak kasar mencapai 90oC-95oC. Di dalam
sand trap tank terjadi proses pengendapan (settling) dimana terjadi proses
pemisahan minyak dengan kotoran seperti pasir berdasarkan berat jenis
dimana minyak yang lebih ringan akan dengan sendiri naik ke atas dan
pasir akan mengendap dibawah dan dialirkan ke kolam limbah kecil yang
selanjutnya akan dilakukan proses pengutipan minyak karena didalam
kotoran atau nossy tersebut masih mengandung minyak. Sedangkan
minyak yang ada tersebut dialirkan ke vibrating screen. Di dalam sand
trap tank terdapat sand trap chamber yang berfungsi menampung pasir
yang mengendap sebelum dibuang. (SOP Pagar Merbau, 2021).
b. Vibrating Screen
Vibrating screen berfungsi untuk memisahkan massa padatan berupa
ampas, yang terikut minyak kasar. Vibrating screen (Saringan Bergetar)
terbuat dari bahan stainless steel yang berbentuk silinder dengan
kedudukan vertikal dan dilengkapi dengan 2 jenis kawat ayakan. Di PKS
Pagar Merbau menggunakan mess berukuran 20 dan 40. Pada vibrating
screen minyak dari sand trap tank di saring dan dipisahkan kotorannya.
Minyak hasil penyaringan dimasukan ke crude oil tank. Sedangkan ampas
hasil penyaringan akan dikirim kembali ke digester. padatan berupa ampas
yang disaring dikembalikan ke timbangan buah untuk diproses kembali,
sedangkan cairan minyaknya ditampung dalam tangki minyak kasar (crude
oil tank atau bak RO). (SOP Pagar Merbau, 2021)
c. Crude Oil Tank (COT)
Crude Oil Tank (COT) berfungsi menampung minyak mentah yang telah
disaring untuk dipompakan ketangki pemisah. Cairan yang mempunyai

15
16

berat jenis yang lebih ringan akan naik ke permukaan yang selanjutnya
akan mengalir ke vertical continuous tank. Sedangkan kotoran minyak di
alirkan ke parit untuk dikutip kembali vat vit. Untuk menjaga agar suhu
minyak tetap di berikan penambahan panas dengan cara menginjeksikan
uap dengan suhu 90oC- 95oC. (SOP Pagar Merbau, 2021)
d. Balance Tank
Balance tank ini berfungsi untuk menyeimbangkan aliran minyak dari
Crude Oil Tank ke Vertical Continous Tank (VCT). Balance tank juga
berfungsi untuk menampung dan mengendapkan kotoran yang terdapat
pada minyak dengan suhu pemanasan 80oC. (SOP Pagar Merbau, 2021)
e. Vertical Continous Tank (VCT)
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air, dan sludge
secara gravitasi, dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil yaitu
0,8 gr/cm3 akan berada pada lapisan paling atas, sedangkan air yang berat
jenis nya 1 gr/cm3 akan berada pada lapisan tengah dan lumpur dengan
massa jenis 1,3 gr/cm3 akan berada dibagian bawah dari VCT. Minyak
hasil dari pemisahan gravitasi pada VCT di alirkan kedalam oil tank,
sedangkan sludge di alirkan kedalam sludge tank.
Untuk mengetahui bahwa performa kerja VCT tersebut masih bagus
maka indikator yang dapat digunakan adalah kandungan minyak pada
VCT dapat mempengaruhi kandungan minyak pada sludge di under flow.
Sebaiknya ketebalan lapisan minyak dalam VCT adalah 40cm–50cm baru
dilakukan pengutipan minyak menggunakan skimmer.
Fungsi stirrer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat
pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta
mendorong lapisan minyak dengan sludge. Temperatur yang cukup (90oC-
950C) akan memudahkan proses pemisahan ini. (SOP Pagar Merbau,
2021)
f. Oil Tank
Fungsi Oil Tank adalah untuk tempat sementara minyak sebelum diolah
oleh vaccum dryer. Kebersihan tangki perlu dijaga karna akan
mempengaruhi mutu kadar kotoran dalam minyak, maka yang harus
dilakukan adalah blow down secara rutin. Pemanasan dilakukan dengan

16
17

menggunakan steam coil untuk mendapatkan temperature yang diinginkan


yakni 90oC-95oC. Steam coil yang bocor dapat mengakibatkan tingginya
kadar air pada minyak.
Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan
minyak dengan air dan kotoran ringan, dengan cara pengendapan yaitu zat
yang memiliki berat jenis yang lebih berat dari minyak akan mengendap di
dasar tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat berpengaruh agar
menjaga minyak tetap terpisah dari air dan lumpur. Campuran minyak
yang terdapat dalam oil tank terdiri dari tiga lapisan yaitu, lapisan minyak,
lapisan air, dan lapisan kotoran. Kapasitas dari oil tank tersebut dapat
menampung hingga 5 Ton. (SOP Pagar Merbau, 2021)
g. Oil Purifier
Oil Purifier ini sering disebut oil sentrifuge yang berfungsi memurnikan
minyak dari kadar air sampai dengan 0,2%. Alat ini dengan prinsip gaya
sentrifugal, yaitu memis ahkan cairan antara air, minyak dan kotoran
dengan cara membedakan berat jenisnya. Minyak mempunyi berat jenis
lebih kecil yaitu 0,8 gram/m3 akan lebih ringan dibanding air yang berat
jenisnya 1 gram/m3, dan kotoran dengan berat jenis 1,3 gram/m3 maka
dengan teori ini minyak akan berada dilapisan paling atas dari oil purifier,
sehingga apabila bejana mengalami sentrifugal (perputaran) maka minyak
yang massanya lebih ringan akan berada ditengah dan akan terlempar ke
sudu-sudu disc yang sangat tipis dan disalurkan ke nozzle, lalu dialirkan
ke vacum dryer untuk pemvakuman kandungan air.
h. Vacuum Dryer
Vacuum Dryer digunakan untuk memisahkan air dari minyak dengan cara
penguapan hampa. Tangki ini terdiri dari tabung hampa udara dan tiga
tingkat steam injector. Minyak terhisap dalam tabung melalui nozzle,
akibatnya adanya hampa udara dan terpancar kedalam tabung hampa.
Tekanan dalam pengeringan vacuum dryer -0,8 atm dan suhu 90oC-95oC.
Setelah dilakukan pemurnian minyak, selanjutnya minyak dipompakan ke
dalam bak transfer. Normal kadar air pada CPO hasil output vacuum
dryer yaitu sebesar 0,20 %. (SOP Pagar Merbau, 2021)
i. Bak Transfer

17
18

Bak transfer merupakan tempat penampungan minyak dari oil purifier


sebelum di kirim ke tangki timbun atau storage tank. (SOP Pagar Merbau,
2021)
j. Storage Tank
Storage Tank (tangki timbun) berfungsi untuk tempat penampungan
minyak sementara hasil produksi minyak yang akan dipasarkan. Pada
tangki ini akan dilakukan pengukuran volume tangki dengan cara
mengukur tinggi hamparan minyak dengan memakai meteran. Tangki
timbun di PKS Pagar Merbau yaitu berjumlah 2 buah di mana setiap
tangki timbun dapat menampung 500 Ton CPO. Adapun SOP di tangki
timbun yaitu kadar ALB sebesar maksimal 4,5%, kadar air 0,35% dan
kadar kotoran sebesar 0,15% sedangkan suhu 50oC-55°C. (SOP Pagar
Merbau, 2021)
2.2.6 Pengolahan Sludge
a. Sludge Tank
Sludge Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sludge
sebelum diolah lagi untuk mendapatkan minyak. Kebersihan dalam tangki
perlu dijaga karena akan mempengaruhi persentase NOS dalam Sludge,
sehingga harus dilakukan blowdown secara rutin. Pemanasan dilakukan
dengan menggunakan steam injeksi untuk mendapatkan temperatur 90 –
95 0C. PKS Pagar Merbau memiliki 2 tangki sludge tank dengan kapasitas
masing-masing 5 Ton (SOP Pagar Merbau, 2021).
b. Foot Tank
Foot Tank adalah bak tamping sementara sludge dibelakang separator
(SOP Pagar Merbau, 2021)
c. Desanding Cyclone
Alat ini digunakan untuk menyaring pasir halus yang masih terdaopat pada
lumpur. Selanjutnya lumpur yang disaring Desanding Tank (SOP Pagar
Merbau, 2021).
d. Sludge Separator
Sludge Separator adalah alat yang digunakan untuk mengutip minyak
pada Pree Cleaner dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya
lebih kecil akan bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui

18
19

sudu - sudu (disc) ke ruang pertama tangki pemisah (continuous Tank)


cairan dan ampas yang mempunyai berat jenis lebih berat dari pada
minyak, terdorong kebagian dinding bowl dan melalui nozzle viskositas
cairan sludge, komposisi dan temperatur sludge akan mempengaruhi
efesiensi dari pada pengutipan minyak dan peralatan. Alat ini berkapasitas
7 m3/jam (SOP Pagar Merbau, 2021) .
e. Reclaymed Tank
Reclaymed tank merupakan tangki penampung yang berfungsi untuk
menampung lumpur hasil pemisahan dari decanter. Jika lumpur tersebut
masih memiliki kandungan minyak yang besar atau lebih dari 5% maka di
lakukan proses mulai dari decanter kembali agar minyak yang hilang
dapat di minimalisir. Pada PKS Pagar Merbau terdapat 2 buah tangki
reclaimed yang terhubung langsung dari drain tank menuju recovary
vertical tank (SOP Pagar Merbau, 2021) .
2.2.7 Pemisahan Minyak
a. Fat fit
Dari seluruh proses pengolahan kelapa sawit diperlukan sebuah bak
penampungan dan pengendapan yang disebut dengan bak fat fit. Bak fat fit
ini berfungsi untuk mengutip minyak sebanyak- banyaknya yang masih
terikut dalam sludge dan air yang berasal dari sisa buangan air rebusan
(condensat), air buangan dari stasiun klarifikasi sehingga losses minyak
yang terbuang ke limbah menjadi kecil. Prinsip kerja bak fat fit adalah
sebagai tempat penampungan dan pengendapan sludge dan air melalui
bagian bawah pada sekat bak ujung dipasang pipa underflow, secara
gravitasi sludge dan air pada bagian bawah akan keluar dan terus
dipompakan ke kolam limbah. Sedangkan minyak akan terlihat melayang
pada permukaan atas karena memiliki berat jenis yang lebih kecil
(Yusmartato, 2018).
b. Recovery Tank
Recovery Tank adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan minyak dan
sludge.
Bagian-bagian Alat Recovery Tank

19
20

Adapun bagian-bagian alat yang terdapat didalam Recovery


Tank adalah sebagai berikut:
1) Pipa masuk (Pipe Inlet), berfungsi sebagai tempat mengalirnya
sludge, minyak dan air kondensat yang berasal dari Fat Pit
2) Pipa keluar (Outlet Pipe), berfungsi sebagai tempat mengalirnya
air dilusi menuju Back Tank.
3) Pompa (Pump), berfungsi untuk memompa air dilusi menuju Back
Tank.
4) Steam Inject, berfungsi untuk menyalurkan panas didalam tanki
melalui pipa supaya sludge, minyak dan air dapat berpisah dengan
sempurna.
5) Skimmer, berfungsi untuk menaikkan level minyak dan air
kondensat supaya dapat dipompa menuju Back Tank.
6) Man Hole, berfungsi sebagai tempat keluar masuknya pekerja
untukmelakukan perawatan dan perbaikan.
7) Temperature Gauge, berfungsi untuk mengontrol suhu didalam
tanki supaya dijaga tetap stabil.

St. Sterilizer
St. Press
St. Klarifikasi
Kondensat

Drainase
Drainase

Fatfit
Drainase
Drainase
Recovery Tank

Final Effluent Pit

Drainase
Limbah

Gambar 2.3 Diagram Alir Proses Pengutipan Minyak


Sumber: SOP Pagar Merbau, 2021

20
21

Cara Pemisahan:
Cara pemisahan sludge, minyak dan air pada Recovery Tank yaitu dengan
pengendapan. Sludge akan mengendap, sedangkan air dan minyak akan
dipompa menuju Back Tank menjadi air dilusi. Sludge yang sudah
diendapkan akan dipompa kembali menuju Final Effluent Pit.
Sistem Kerja:
Sistem kerja alat Recovery Tank yaitu pengendapan. Sludge yang memiliki
berat jenis lebih besar akan turun ke dasar tangki, sedangkan air dan
minyak yang memiliki berat jenis lebih kecil daripada sludge akan naik

keatas lalu dipompa menuju Back Tank untuk dijadikan air dilusi.
Gambar 2.4 Recovery Tank
Sumber: SOP Pagar Merbau, 2021
Spesifikasi Alat

Adapun spesifikasi yang terdapat pada alat Recovery Tank adalah sebagai
berikut:

1) Jumlah : 1 unit
2) Dimensi :d = 2.70 m
t Tanki = 1.80 m
t Kerucut = 3.10 m
3) Kapasitas : 15 ton
4) Suhu : 90-95oC
5) Steam : Inject

21
22

6) Prinsip kerja : Pengendapan


2.2.8 Stasiun Pengolahan Air Limbah
Untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah PKS diadakan
pembuangan akhir. Sebelum air limbah dialirkan kelokasi pembuangan akhir,
dimana secara umum air limbah ini berasal dari stasiun- stasiun:
1. Air kondensat dari stasiun rebusan
2. Bekas cucian dari sludge seperator dan oil tank stasiun klarifikasi
3. Dari proses pengempaan
Unit pengolahan limbah PKS PTPN II Pagar Merbau bertujuan untuk
menaikkan mutu buangan limbah sehingga dapat dimanfaatkan kembali, dan
menjaga agar limbah tidak mencemari lingkungan sekitar terutama limbah yang
berbentuk cairan. Limbah cair PKS Pagar Merbau dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik tenaga biogas (PLTGB) POME. Limbah POME tersebut
mengeluarkan gas metana (CH4). Lalu metana ditutup dengan tenda (Cover
Logoon), yang selanjutnya gas metana yang sudah tertangkap oleh cover logoon
dialirkan ke mesin ganset yang mengubah gas metana. PLTGB PKS Pagar
Merbau dapat menghasilkan listrik 1x1 MW. Sebagai tempat penampungan
limbah akhir, dimana kotoran yang dialirkan dari fatfit masih terdapat campuran
minyak sehingga kolam penampungan ini berfungsi sebagai tempat pengendapan
minyak supaya minyak dan kotoran terpisah dan minyak tersebut dikirim ke bak
Recovery tank (SOP Pagar Merbau, 2021).

2.3. Standar Kehilangan Minyak/ Oil Losses


Losses atau kehilangan produksi umumnya merupakan hal yang wajar dalam
proses pengolahan kelapa sawit. Oil losses merupakan kehilangan jumlah minyak
yang seharusnya diperoleh dari hasil suatu proses namun minyak tersebut tidak
dapat diperoleh atau hilang. Angka kehilangan/kerugian minyak sawit merupakan
banyaknya minyak yang tidak terambil pada proses pengolahan. Minyak yang
tidak terambil ini sebagian terbuang ke boiler sebagai bahan bakar (minyak dari
fibre). Oil losses merupakan kehilangan jumlah minyak yang seharusnya
diperoleh dari hasil suatu proses namun minyak tersebut tidak dapat diperoleh
atau hilang. Pada pengujian oil losses menggunakan metode ekstraksi soklet.
Ekstraksi soklet merupakan alat yang digunakan untuk mengekstraksi suatu

22
23

senyawa dari material padatnya. Dalam sokhlet akan digunakan pelarut yang
berfungsi melarutkan senyawa yang akan diekstraksi. Ekstraksi sokhlet akan
menghemat penggunaan pelarut, karena dapat digunakan berulang-ulang.
Senyawa yang telah terlarut tidak akan ikut menguap saat dipanaskan karena suhu
reflux telah diatur di bawah titik didih senyawa (Ethica, 2020).
Pada stasiun penerimaan buah, pertama sekali buah yang diterima
ditimbang dengan teliti agar didapat perhitungan rendemen yang tepat. Kemudian
langsung diolah agar tidak terjadi pelukaan pada buah yang dapat meningkatkan
Asam Lemak Bebas (ALB) dan menurunkan rendemen. Dari stasiun penerimaan
buah, kemudian buah diteruskan ke stasiun perebusan dengan menggunakan
sistem perebusan triple peak. Dimana tekanan yang digunakan adalah 2,8 – 3 kg/
cm2 dengan suhu 140 ºC dan direbus selama 90 menit. Apabila tekanan < 2 kg/
cm2, maka waktu perebusan akan semakin lama. Hal ini akan menyebabkan
kehilangan minyak pada tandan kosong dan pada air kondensat akan meningkat.
Dari stasiun perebusan, buah dimasukkan ke stasiun penebahan (thresser)
berputar dengan kecepatan 23 – 25 rpm. Bila putaran di bawah 23 rpm, maka
brondolan buah tidak terlepas sempurna dari tandannya atau sering juga disebut
sebagai katekopen. Katekopen inilah salah satu penyebab yang dapat menurunkan
rendemen minyak akibat kehilangan brondolan yang tidak terlepas dari tandannya.
Dari stasiun penebahan kemudian buah masuk ke stasiun kempa (presser).
Pada stasiun kempa, tekanan berkisar antara 30 – 50 bar. Bila tekanan kempa
terlalu rendah dapat mengakibatkan ampas masih basah (mengandung minyak),
sehingga kehilangan minyak pada ampas tinggi. Dan apabila tekanan kempa
terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar biji pecah tinggi dan kehilangan minyak
pada biji (nutten) juga tinggi. Dari stasiun kempa kemudian proses pengolahan
dilanjutkan ke stasiun klarifikasi, disinilah dilakukannya pemisahan antara
minyak, sludge dan air. Kinerja mesin pada stasiun klarifikasi yang kurang baik
dapat mengakibatkan minyak terikut bersama sludge maupun air. (Yusmartato,
2018).
Ekstraksi atau pengambilan minyak dari Tandan Buah Segar (TBS) tidak
akan pernah mencapai 100 %. Kehilangan minyak pasti akan terjadi, namun harus
diusahakan seminimal mungkin ataupun pada batasan yang dapat ditolerir. Salah
satu parameter yang menyatakan keberhasilan dari suatu industri kelapa sawit

23
24

seperti PKS yaitu ketika dapat menekan presentase kehilangan minyak pada
normal tertentu sehingga dapat mengurangi kerugian yang akan berdampak pada
proses produksi yang lebih baik.
Tabel 2.4 Standar Kehilangan Minyak
No. Uraian Norma
1. Tandan kosong 1,50 – 1,80
2. Ampas press 4,0 – 6,0
3. Biji (nut) 0,80
4. Fat fit 0,70
5. Sludge separator 1
6. Air rebusan 0,70
Sumber : PTPN III PKS Sei Mangkei.
2.4 Extraksi Soxhletasi
Ekstraksi soxhletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi. Soxhletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam
labu dengan membawa senyawa kimia yang akan disolasi tersebut. Pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
Ekstraksi dengan cara soxhletasi mempunyai kelebihan dan kekurangan
antara lain yaitu:
1. Kelebihan dari cara sokhletasi :
 Sampel dapat diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan ekstraksi
secara berulang-ulang.
 Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
 Proses soxhletasi berlangsung cepat.
 Jumlah sampel yang diperlukan sedikit
 Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
2. Kelemahan dari cara sokhletasi :

24
25

 Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan-bahan tumbuhan yang


mudah rusak atau senyawa-senyawa yang tidak tahan panas karena akan
terjadi penguraian.
 Waktu ekstraksi yang panjang
 Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap (Ilham, 2017).

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Oil losses pada unit Recovery Tank
1. Ketebalan Minyak
Pengutipan minyak dilakukan saat ketebalan minyak sampai 10 cm,
hentikan pengutipan saat ketebalan 3 cm, sehingga akan memperkecil
losses minyak.
2. Suhu
Suhu Optimal sludge pada proses pemisahan di recovery tank adalah
berkisar 90-95°C, jika suhu tersebut dipenuhi maka losses minyak juga
akan semakin rendah
3. Drainase
Saat melalukan drainase harus dibawah lapisan sludge, jika melebihi
lapisan sludge maka minyak akan ikut terbuang sehingga akan
memperbesar losses minyak
4. Alat
Perlu dilakukan pengecekan rutin pada alat recovery tank, dan dilakukan
pembersihan secara rutin agar minyak tidak menempel di dinding recovery
tank atau pada bak recovery tank sehingga akan mengurangi losses minyak

25
26

2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan


Adapun kajian yang relevan dalam penelitian ini yaitu :
Kajian Relevan I
Judul Penelitian : Perhitungan Persen Kehilangan Crude Palm Oil (CPO)
Pada Proses Pemisahan Minyak Dari Lumpur Unit Fat
Fit Pada Stasiun Klarifikasi di PTPN III PKS Rambutan-
Tebing Tinggi.
Tahun : 2017
Nama Peneliti : Ilham Zalil Lubis
Hasil Penelitian : Dalam Karya Akhir ini menjelaskan
pemeriksaan terhadap kehilangan minyak pada unit Fat fit.
Analisa kehilangan minyak dilakukan menggunakan
metode ekstraksi soxhletasi dengan menggunakan pelarut
N- Heksan, dimana penggunaan N-Heksan bertujuan agar
minyak yang terkandung dalam pada lumpur dapat terlarut
bersam pelarutnya yaitu N-Heksan. dari metode yang
dilakukan didapat rata-rata kadar minyak sebesar 0,9050%,
kadar air 96,5716 %, dan kadar kotoran sebesar 2,5232 %.
Dari neraca massa minyak yang terkutip 4026,0644 Kg/jam
dan minyak yang terbuang yaitu 99,2587 Kg/jam.
Kajian Relevan II
Judul Penelitian : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendemen CPO
(Crude Palm Oil) di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina
PTPN IV Perbaungan.
Tahun : 2008
Nama Peneliti : Nella Nainggolan Parsurnip
Hasil Penelitian : Dalam jurnal ini menjelaskan pemeriksaan
kehilangan minyak pada setiap unit pengolahan di PKS
yaitu perhitungan kehilangan minyak pada air rebusan,
ampas, janjangan kosong, sludge separator, biji, dan drap
akhir. Penelitian ini dilakukan selama satu minggu, hasil
perhitungan kehilangan minyak pada proses pengolahan
kelapa sawit sebesar 0,52 %, 4,11 %, 2,40 %, 1,50 %, 0,71

26
27

% dan 0,49 % dari hasil ini kehilangan minyak pada


pengolahan minyak kelapa sawit di pks adolina masih
sesuai standar pabrik. Metode penelitian yang dilakukan
peneliti yaitu dengan menggunakan ekstraksi soxhletasi dan
menggunakan moisture content.
Kajian Relevan III
Judul Penelitian : Perbaikan Alat Pengutip Minyak Dalam Sludge dan
Condensat.
Tahun : 2018
Nama Peneliti : Yusmartato, Parinduri, dkk
Hasil Penelitian : Dalam jurnal ini menjelaskan pemeriksaan terhadap
alat pengutip minyak sebelum dan setelah perbaikan,
dimana didapat hasil sebelum perbaikan kadar losses
minyak pada bak fat fit di PKS ini rata-rata 0,29 % (sudah
mencapai 0,30 %). Setelah dilakukan perbaikan terhadap
bak fat fit kadar losses yang telah dianalisa di laboratorium
PKS Tanjung Seumantoh diperoleh rata-rata sebesar 0,26
%. Dari hasil perbaikan didapat nilai penurunan losses
sebesar 0,03 %.

27
28

2.7 Kerangka Konseptual

Tahap Persiapan

Pengamatan Langsung ke
Unit Recovery Tank di
Lapangan

Pengambilan Sampel di Unit Laju aliran masuk


Recovery Tank dari aliran
Suhu (90-95°C)
keluar unit Fatfit

Pengujian Sampel di
Laboratorium

Kadar Air
Analisa Data Kadar Minyak

Kadar Sludge

Kesimpulan

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual


Sumber: SOP Pagar Merbau, 2021

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara II PKS Pagar Merbau
terletak di Jl. Lubuk Pakam, Sumberejo, Kec. Pagar Merbau, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara 20551. Penelitian dilakukan dilapangan dan
laboratorium PT. Perkebunan Nusantara II PKS Pagar Merbau.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara II PKS Pagar Merbau dimulai
pada tanggal 29 juli dan penelitian berakhir pada tanggal 29 agustus 2022.

3.2 Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dan penyusunan sebuah data untuk pemecahan


permasalahan, diperlukan suatu cara untuk dapat memanuhi hasil yang
inginkan di pengambilan data dilakukan secara lansung dengan mempelajari
dan melakukan pengamatan. Adapun langkah – langkah yang di terapkan
dalam mendapatkan sebuah data adalah sebagai berikut:
1. Melakukan peninjaun langsung (survey) kelapangan untuk mengenali
lingkungan tempat berlangsung kerja praktek, sekaligus untuk
pemilahan judul.
2. Menerima bimbingan dan pengarahan dari pimpinan dan staf PTPN II
PKS PAGAR MERBAU
3. Melakukan pengamatan pada alat recovery tank.

4. Mengambil data – data dan analisa mekanik atau keterangan pada alat
guna membahas permasalahan yang di timbulkan.
5. Mempelajari buku – buku ilmiah yang berkaitan dengan recovery tank
yang berkaitan dengan spesifikasi dan cara kerja alat.

3.3 Metode Pengujian


3.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel

29
30

1. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali berturut-turut yaitu pada


tanggal 28, 29, 30 Juni 2022 pukul 11.00 WIB
2. Sampel sludge diambil dari recovery tank dengan menggunakan gayung
besi kemudian dimasukkan kedalam beaker glass
3. Seluruh sampel kemudian dibawa dan di analisis di laboratorium PKS
PTPN II Pagar Merbau
3.3.2 Prosedur Analisis Kadar Minyak, Kadar Air, dan Kadar NOS recovery
tank
1. Sample cup dimasukkan ke dalam alat foss NIR (Near Infrared) DA 1650
2. Minyak diisi sebanyak 150 ml kedalam sample cup
3. Kaca penutup diletakkan di atas sample cup lalu alat ditutup
4. Pada bagian touchscreen dipilih “recovery tank” lalu tekan start
5. Foss NIR (Near Infrared) DA 1650 di diamkan selama ± 1 menit
6. Hasil dicatat Oil/WM [%] sebagai kadar minyak,VM [%] sebagai kadar
air,dan NOS [%] sebagai kadar Nonoil Solid
Untuk menghitung kadar air dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑥 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

Kemudian untuk menghitung kadar minyak dapat menggunakan


rumus sebagai berikut:

30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Kerja Praktek
Berdasarkan hasil pengamatan praktek kerja lapangan diperoleh data-data sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Data Pengamatan Laju Massa Recovery tank
Sludge ke recovery tank 35,79% dari TBS yang diolah
Produk dari recovery tank 11.42% Dari TBS yang diolah
Kapasitas olah pabrik 30.000 kg/jam
Sumber: PTPN II PKS PAGAR MERBAU
Tabel 4.6 Data Kadar Minyak, Kadar Air, dan Kadar NOS pada Recovery tank
No. Data Temperatur Persentase Persentase Persentase
Percobaan (°C) Minyak (%) Air (%) NOS (%)
1 93 0,69 95,32 3,99
2 90 0,72 94,59 4,69
3 94 0,63 95,67 3,70
Sumber: Laboratorium PTPN II PKS Pagar Merbau
Tabel 4.7 Spesifikasi alat recovery tank
Diameter : 2,70 m
Tinggi Tangki : 1,80 m
Dimensi Tinggi Kerucut : 3,10 m

Kapasitas 15 Ton
Suhu 90-95°C
Steam Inject
Prinsip Kerja Pengendapan
Jumlah 1 Unit

4.2 Analisa Data


4.2.1 Mencari Laju Massa pada F1 (Sludge), F2 (Produk)
F1 = 35,79% x TBS yang diolah
= 0,3579 x 30.000 kg/jam
= 10737 kg/jam
2
F = 11,42% x TBS yang diolah
= 0,1142 x 30.000 kg/jam
= 3426 kg/jam

31
32

4.2.2 Neraca Massa pada Recovery tank

:
:
F1 : F2
Recovery tank
Sludge : 10737 kg/jam Produk : 3426 kg/jam
: 0,94%
: 95,99%
: 3,07% Sludge Akhir :
F3 : 0,69%
95,32%
: 3,99%
Gambar 4.6 Alur Neraca Massa pada Recovery tank
Sumber: SOP Pagar Merbau, 2021
Keterangan Laju :
= Laju Sludge
= Laju Produk
= Laju Sludge Akhir
Keterangan Komponen :
W1 = Minyak
W2 = Air
W3 = NOS
Penyelesaian :
- Neraca Massa Total
= +
= -
= 10737 kg/jam – 3426 kg/jam
= 7311 kg/jam
- Neraca Massa Komponen
a. Minyak
= +
. = . + .

32
33

0,0094 . 10737kg/jam = . 3426 kg/jam + 0,0069 . 7311 kg/jam


100,9278 kg/jam = . 3426 kg/jam + 50,4459 kg/jam
. 3246 kg/jam = 100,9278 kg/jam – 50,4459 kg/jam
. 3246 kg/jam = 50,4819 kg/jam

= 0,014734935 x 100%
= 1,4734935%
b. Air
= +
. = . + .
0,9599 . 10737 kg/jam = . 3426 kg/jam + 0,9532 . 7311 kg/jam
10306.4463 kg/jam = . 3426 kg/jam + 6968,8452 kg/jam
. 3426 kg/jam = 10306,4463 kg/jam – 6968,8452 kg/jam
. 3426 kg/jam = 3337,6011 kg/jam

= 0,974197637 x 100%
= 97,4197637%
c. NOS
= +
. = . + .
0,0307 . 10737 kg/jam = . 3426 kg/jam + 0,0399 . 7311 kg/jam
329,6259 kg/jam = . 3426 kg/jam + 291,7089 kg/jam
. 3426 kg/jam = 329,6259kg/jam – 291,7089 kg/jam
. 3426kg/jam = 37,917 kg/jam

= 0,011067428 x 100%
= 1,1067428%
-Menghitung Laju Massa Komposisi Sludge (F1)
Minyak = 0,94% x 10737 kg/jam = 100,9278 kg/jam
Air = 95,99% x 10737 kg/jam = 10306,4463 kg/jam

33
34

NOS = 3,07% x 10737 kg/jam = 329,6259 kg/jam


-Menghitung Laju Massa Komposisi Produk (F2)
Minyak = 1,4734935% x 3426 kg/jam = 50,48188728 kg/jam
Air = 97,4197637% x 3426 kg/jam = 3337,601104 kg/jam
NOS = 1,10674258% x 3426 kg/jam = 37,91700833 kg/jam
-Menghitung Laju Massa Komposisi Sludge Akhir (F3)
Minyak = 0,69% x 7311 kg/jam = 50,4459 kg/jam
Air = 95,32% x 7311 kg/jam = 6968,8452 kg/jam
NOS = 3,99% x 7311 kg/jam = 291,7089 kg/jam
Tabel 4.8 Perhitungan Neraca Massa Recovery tank
Komponen Sludge (kg/jam) Produk Minyak Sludge Akhir
1 2 3
F = 10737 kg/jam F = 3426 kg/jam F = 7311 kg/jam
Persentase Laju Persentase Laju Massa Persentase Laju
(%) Massa (%) (kg/jam) (%) Massa
(kg/jam)
(kg/jam)

Minyak 0,94 100,9278 1,4734935 50,48118728 0,69 50,4459


Air 95,99 10306,4463 97,4197637 3337,601104 95,32 6968,8452
NOS 03,07 329,6259 1,1067425 37,9170833 3,99 291,7089
Jumlah 10737 3426 7311
Total 10737 10737

4.3 Tabulasi Data


Tabel 4.9 Tabulasi Data
No Data Kadar Kadar Kadar Normal Laju Laju Laju
Percobaa Minyak Air NOS Oil Sludge Produk Sludge
n (%) (%) (%) Losses di (kg/jam (kg/jam Akhir
Recovery ) ) (kg/jam
tank )
(%)

1 1,47 97,42 1,11


2 1,54 97,42 1,04 10737 3426 7311
0,6
3 1,60 96,67 1,73
Rata-rata 1,54 96,84 1,29 10737 10737
Jumlah 10737

34
35

4.4 Pembahasan
Recovery tank adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan minyak dan sludge.
Minyak dan sludge masuk melalui Fat Pit. Minyak dan air kondensat akan masuk
ke Back Tank menjadi air dilusi, sedangkan sludge akan masuk menuju Final
Effluent Pit. Sistem kerja alat Recovery tank yaitu pengendapan. Sludge yang
memiliki berat jenis lebih besar akan turun ke dasar tangki, sedangkan air dan
minyak yang memiliki berat jenis lebih kecil daripada sludge akan naik keatas lalu
dipompa menuju Back Tank untuk dijadikan air dilusi.
Dari hasil data yang diperoleh dan analisa yang dilakukan maka dapat
diketahui bahwa dalam proses pengutipan minyak yang terjadi di alat recovery
tank terdapat minyak yang terikut pada sludge yang terbuang. Penentuan
kehilangan minyak dilakukan menggunakan alat foss yang dilakukan pengujian
dilaboratorium untuk diperiksa kadar minyak, kadar air, dan kadar NOS, dimana
pengujian dilakukan sesuai standar operasional prosedur. Pada perhitungan neraca
massa didasarkan pada kapasitas olah 30.000 kg/jam diketahui bahwa pada
recovery tank, laju massa sludge yang masuk adalah sebesar 10737 kg/jam, laju
massa produk adalah sebesar 7311 kg/jam, dan laju sludge yang keluar dari
recovery tank menuju final effluent sebesar 7311 kg/jam. Kemudian dilakukan
analisa kehilangan minyak pada recovery tank dimana dalam 3 kali dengan rata-
rata oil losses sebesar 1,47 % proses pengujian didapatkan hasil minyak yang
hilang untuk 0,69 % adalah sebesar 50,48118728 kg/jam, untuk 0,72% adalah
sebesar 52,7604 kg/jam, dan untuk 0,63% adalah 54,816 kg/jam. Apabila ditinjau
dari standar oil losses recovery tank di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN II Pagar
Merbau sebesar 0,6 %, maka oil losses yang telah dianalisa melewati standar
pabrik yang telah ditetapkan. Dari neraca massa dapat diketahui laju alir sludge
yang keluar 7311 kg/jam dari laju alir tersebut dapat diketahui jumlah oil losses
pada Recovery tank yaitu sebesar 50,4459 kg/jam.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kehilangan minyak pada
Recovery tank tinggi dan melewati standard yang ditetapkan, yaitu kemungkinan
waktu timbun sludge yang terlalu singkat dan pencucian alat recovery tank yang
tidak rutin. Kehilangan minyak di Recovery tank dapat menyebabkan kerugian
pada pabrik.

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisa data praktek kerja lapangan, maka penulis dapat
memenuhi kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata persen kadar minyak yang terdapat pada unit Recovery Tank
adalah sebesar 1,54 %
2. Rata-rata kadar air yang terdapat pada unit recovery tank adalah sebesar
96,84 dan kadar lumpur yang terdapat pada unit recovery tank adalah
sebesar 1,29 %
5.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan pengawasan dan perawatan unit-unit di pabrik agar


kehilangan minyak tidak melewati standar yang telah ditetapkan pabrik
agar menekan kerugian perusahaan
2. Perawatan unit recovery tank harus rutin dilakukan secara berkala
sehingga minyak yang terkutip lebih banyak dan tidak melewati standard
mutu kehilangan minyak yang telah ditetapkan pabrik.

36
37

DAFTAR PUSTAKA
Ethica, S. N. 2020. “Buku Ajar Teori Kimia Analitik Teknologi Laboratorium
Medis”, Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Heryani, Hesty & Nugroho, Agung. 2017. “CCP dan CP Pada Pengolahan CPO
dan CPKO”, Yogyakarta: CV Budi Utama.
Himmelblau, David M & James B. Rigg. 2012. “Basic Principles and
Calculations in Chemical Engineering”, 8th Ed. Pearson Education Inc.
US.
Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Lubis, Ilham Zalil L. 2017. “Perhitungan Persen Kehilangan Crude Palm Oil
(CPO) Pada Proses Pemisahan Minyak Dari Lumpur Unit Fat Fit Pada
Satsiun Klarifikasi di PTPN III PKS Rambutan-Tebing Tinggi”, Medan:
PTKI Medan.
Naibaho, Ponten M. 1998. “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit”. Medan.
Nainggolan, Pasurnip Nella. 2008. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendemen
CPO (Crude Palm Oil) di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina PTPN IV
Perbaungan”, Medan: Universitas Sumatera Utara.
Pahan, Iyung. 2016. “Panduan Lengkap Kelapa Sawit”. Penebar Swadaya, Jakarta
Pardamean, Maruli. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun Dan Pabrik
Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Jakarta: PT.Agro Media Pustaka
Parinduri, Yusmartato. 2018. “Perbaikan Alat Pengutip Minyak Dalam Sludge
dan Condensat”, Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sibuea, Posman. 2014. “Minyak Kelapa Sawit dan Manfaat Untuk Pangan
Nutrasetikal”, Medan: Erlangga.
Utami, S. 2013. "Analisa Efisiensi Produksi Pada Pabrik Pengolahan Kelapa
Sawit Di PT Gersido Minang Plantation Kecamatan Lingkung Aur
Kabupaten Pasaman Barat". Padang: Universitas Andalas.
Yan, Fauzi, dkk. 2014. Kelapa Sawit: “Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran”. Jakarta: Penebar Swadaya.

37
38

FLOW SHEET PABRIK KELAPA SAWIT


PKS.PAGAR MARBAU PTPN - II
S.O.P. H.Crane
Kap. 5 ton TBS
Siklus = 5 Menit/Lori
5
P-221 S.O.P Sterillizer
P-247
P = ( 2,5 s/d 3 ) Kg/Cm² 17 Gas 54
T = ( 120 s/d 130 ) °C
Siklus Merebus = ( 110 s/d 120 ) Menit Uap Bekas 11 18
Kap Timbangan Max 40 Ton Kap. L.Ramp Max
800 Ton TBS
Uap rebus S.O.P Digester
6 12 T = ( 80 s/d 90 ) °C
1 Put = 23 Rpm 19
2 P-290
P-196
13
Kap Lori = 2,5 Ton TBS 7
Keterangan : 3 Bahan bakar
Air kondensat
1. Stasiun Timbangan S.O.P Pressan Boiler
9 8 P = ( 40 s/d 60 ) Bar
2. Loading Ramp 4 S.O.P Thresser Putaran = ± 12 Rpm
3. Transfer Carriage Putaran Drum = ± 23 Rpm
44. Foot tank 14 16
4. Stasiun Sterilizer
5. Hoisting Crane 45. Desanding cyclone 15
38
6. Automatic Feeder 46. Desanding tank 10 37 20
7. Stripper 47. Sludge separator 39 S.O.P Crude Oil Tank
48. Reclaimed tank T = ( 95 s/d 100 ) °C
21 22
8. Under Tresher Conveyor
9. Empty Bunch Conveyor 49. Oil tank 25 28 29
10. Truk Tandan Kosong 50. Oil Purifier
P-519
11. Fruit Elevator 51. Vacum dryer
12. Fruit Distributing Conveyor 52. Transfer tank 24 55
13. Digester 53. Storage tank 30 31
26
14. Screw Press 54. Boiler S.O.P Ripplle Mill
Cracked Effeck
55. Turbin Minimal = 95 % 32
15. Cake Breaker Conveyor
16. Defericarper 56. Back Pressure Vessel ( BPV ) 56
P-520
34 23
Flow Sheet PTPN II PKS Pagar Merbau

17. Fiber Cyclon Fan


S.O.P Kernel silo
18. Separating Coloum 27 33 T3 T1,T2,T3 = ( 40 ,60, 80 ) °C
K.Air Max = 7 %
19. Fiber Cyclon K.Kot Max = 6 % 36
20. Polishing Drum T2 Bahan
Bakar
21. Wet nut elevator Boiler
Fan T1 Distribusi steam ke
22. Nut Silo Drier
setiap stasiun :
23. Dry nut conveyor S.O.P Bulking Silo 1. Sterilizer
T = ( 40 s/d 60 ) °C
24. Dry nut elevator K.Air Max = 7 % 2. Pressan
25. Nut Grading Screen K.Kot Max = 6 % 3. Klarifikasi
Over Flow Ke 4. Kernel Plant
26. Ripple Mill
Reclaimed Tank 5. Utilities
27.Cracked mixture Conveyor S.O.P Vertical Continius
40 Tank ( VCT )
S.O.P Oil Tank
T = ( 80 s/d 90 ) °C
28. Dust cyclon blower - I T = ( 90 s/d 95 ) °C ALB = ( 3 s/d 3,5 ) % S.O.P Vacum Drier
29. Dust cyclon- I K.Air Max = 0.6 % 35 51 K.Air Max = 0.15 %
K.Kot Max = 0,030 % K.Kot Max = 0,015 %
S.O.P Sludge Tank
30. Dust cyclon blower - II T = ( 90 s/d 95 ) °C 41 Fan
Kadar Minyak Max = 9 %
31. Dust cyclon- II 45 42 49
32. Air Lock 46 Steam
Inlet Steam
33. Clay Bath Air Inlet
34. Kernel silo drier Panas 52
43
35. Bulking
36. Shell bin Kondensat S.O.P Oil Purifier
Mobil Truck Kernel
37. Crude oil gutter 47
K.Air Max = 0.35 %
K.Kot Max = 0,015 %
38. Vibro separator
39. Crude Oil Tank 48 50 S.O.P Storage Tank
44 T = ( 50 s/d 55 ) °C
ALB Max = 4,5 %
40. Balance tank S.O.P Sludge Separator K.Air Max = 0,35 %
53
LAMPIRAN 1

Losis Minyak/Cth Max = 0.60 % K.Kot Max = 0,018 %


41. Continous tank
Blow Down to Sludge Pit Foot Tank
42. Sludge tank Drap Sentifusi ke Sludge Pit Mobil Tanki CPO
43. Brush strainer Drap Sentrifusi ke Sludge Pit Design by Mechanical Enggeneering
PTP NUSANTARA - II ( PERSERO )
PKS PAGAR MARBAU
Tahun 2009
39

LAMPIRAN 2
Surat Selesai PKL

39
40

LAMPIRAN 3
Lembar Nilai Praktek Kerja Lapangan

40
41

LAMPIRAN 4

Form Kusioner PKL

41
42

LAMPIRAN 5
Mass Balance PTPN II PKS Pagar Merbau

Buah Segar
100%

Buah Rebus Air Kondensat


96,48%
3,52% 11,98%

Tangkos Brondol Rebus

23,15% 73,33%

Daging Buah Biji

62,08% 11,25%

Ampas Crude Oil Cangkang LTDS Inti Basah Cangkang


I dan Kering Claybath
11,28% 50,80%
3,25% 4,23% 3,77%

Oil Tank Solid Sludge

21,18% 4,21% 35,79%

Oil Purifier

Vacum Dryer

19,54%

Storage Tank
Bak Transfer
19,28%

42
43

LAMPIRAN 6
Gambar Alat Foss NIR DA 1650

43

Anda mungkin juga menyukai