Anda di halaman 1dari 112

HUBUNGAN STATUS SOSIO-EKONOMI KELUARGA

TERHADAP KONTROL GLIKEMIK ANAK DENGAN


DM TIPE-1 DI RSUP H. ADAM MALIK

SKRIPSI

Oleh:
DHEA ALYSSA NURFAH
190100196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Akhir Skripsi dengan Judul

HUBUNGAN STATUS SOSIO-EKONOMI KELUARGA


TERHADAP KONTROL GLIKEMIK ANAK DENGAN
DM TIPE-1 DI RSUP H. ADAM MALIK

Yang dipersiapkan oleh:

DHEA ALYSSA NURFAH


190100196

Laporan Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada ujian
seminar akhir skripsi

Medan, 23 November 2022


Disetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A(K)


NIP. 197905182005012002
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Hubungan Status Sosio-Ekonomi Keluarga Terhadap


Kontrol Glikemik Anak Dengan DM Tipe-1 di RSUP
H.Adam Malik
Nama Mahasiswa : Dhea Alyssa Nurfah
Nomor Induk : 190100196

Skripsi Ini Telah Disetujui dan Disahkan sebagai Persyaratan Kelulusan untuk
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

Pembimbing

(Dr. dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A(K))


NIP. 197905182005012002

Ketua Penguji Anggota Penguji

(Dr. dr. Bugis Mardina Lubis M.Ked(Ped)., Sp.A(K) (dr. Putri Chairani Eyanoer MS.Epi., Ph.D)
NIP. 197010032000122001 NIP. 197506202005012002

Ketua Program Studi dan Profesi Dokter Dekan Fakultas Kedokteran

(Dr. dr. Rina Amelia, MARS, Sp.KKLP) (Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K))
NIP. 197604202003122002 NIP.196605241992031002

Tanggal lulus:
iv

ABSTRAK

Latar Belakang. Kontrol glikemik merupakan suatu pengendalian glukosa dan


merupakan standar dari pengelolaan pasien DM tipe-1 untuk mencegah terjadinya
faktor risiko di kemudian hari. Mengontrol faktor risiko adalah pilihan yang baik
dalam mencegahnya komplikasi. Anak penderita DM Tipe-1 dari keluarga
berpenghasilan rendah dan status sosial ekonomi rendah jarang mengontrol status
glikemiknya. Tujuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara status
sosio-ekonomi keluarga terhadap kontrol glikemik anak penderita DM tipe-1. Metode.
Jenis penelitian ini berupa penelitian analitik dengan desain potong lintang,
menggunakan data primer berupa kuesioner dan data sekunder berupa rekam medik.
Sampel penelitian adalah anak penderita DM Tipe-1 dan orang tuanya di poliklinik
Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP H. Adam Malik di Medan
dengan teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Hasil. Dari 22
sampel penelitian anak penderita DM Tipe-1 yang memenuhi kriteria inklusi dijumpai
gambaran kontrol glikemik tidak baik (77,3%) dan baik (22,7%), walaupun hampir
semua anak rutin datang kontrol glikemik setiap bulan ke RS (90,9%) dan semua anak
melakukan pemeriksaan kadar HbA1c setiap 3 bulan (100%). Dari uji analisis bivariat
tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah (p=0,415), pekerjaan
ibu (p=0,225), penghasilan keluarga (p=0,638) dan jarak rumah ke fasyankes
(p=0,157) dengan kontrol glikemik anak penderita DM Tipe-1. Kesimpulan. Tidak
terdapat hubungan bermakna antara status sosio-ekonomi keluarga terhadap kontrol
glikemik anak penderita DM Tipe-1.

Kata kunci: Status sosio-ekonomi, Keluarga, Kontrol glikemik, Anak.


v

ABSTRACT

Background. Glycemic control is a glucose control and is the standard of management


of type-1 DM patients to prevent risk factors from occurring in the future. Controlling
risk factors is a good option in preventing complications. Children with Type-1 DM
from low-income families and low socioeconomic status rarely control their glycemic
status. Objective. This study aims to analyze the relationship between the socio-
economic status of the family to the glycemic control of children with type-1 DM.
Methods. This type of research is in the form of analytical research with a cross-
sectional design, using primary data in the form of questionnaires and secondary data
in the form of medical records. The study samples were children with DM Type-1 and
their parents at the Endocrinology polyclinic of the Department of Pediatrics, RSUP
H. Adam Malik in Medan with the sampling technique being consecutive sampling.
Results. Of the 22 study samples of children with Type-1 DM who met the inclusion
criteria, it was found that the glycemic control picture was not good (77.3%) and good
(22.7%), although almost all children routinely came to the hospital every month to
the hospital (90.9%) and all children had HbA1c levels checked every 3 months
(100%). From the bivariate analysis test, there were no significant relationship
between father's occupation (p=0.415), mother's occupation (p=0.225), family income
(p=0.638) and home-to-health facility distance (p=0.157) with glycemic control of
children with Type-1 DM. Conclusion. There was no a significant relationship
between the socio-economic status of the family and the glycemic control of children
with Type-1 DM.
Keywords: Socio-economic status, Family, Glycemic control, Child.
vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Hubungan Status Sosio-Ekonomi Keluarga Terhadap Kontrol Glikemik Anak DM
Tipe-1 di RSUP H. Adam Malik Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi
ini terdapat berbagai hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, atas izin Allah
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan bimbingan serta bantuan dari
berbagai pihak dalam proses pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih, rasa syukur dan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dalam penelitian dan penyelesaian skripsi ini, yaitu:
1. Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada
penulis.
2. Kedua orang tua penulis, Dr. dr Lili Rahmawati, Sp.A, IBCLC dan dr. Adi
Rahmat,M.Kes yang berperan sangat besar selama ini dalam membimbing,
memberikan kasih sayang, dukungan dan motivasi serta selalu mendoakan
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kepada Abang, Kakak dan
Adik penulis, dr. Rizky Ilham, dr. Dwi Sarah Maulidia, dr. Muhammad Fadhlil,
Putri Adina, dan Shadrina yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
3. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. dr Siska Mayasari Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A (K) selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu dan membimbing penulis
dalam proses penyusunan proposal penelitian hingga skripsi ini selesai.
5. Dr. dr Bugis Mardina Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A (K) selaku ketua penguji dan
dr.Putri Chairani Eyanoer MS.Epi., Ph.D selaku anggota penguji yang telah
memberikan ilmu, saran, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dr. Irina Kemala Nasution M.Ked (Neu), Sp.S (K) selaku dosen penasehat
akademik penulis yang selalu memberikan saran dalam perkembangan
akademik penulis.
vii

7. Seluruh Sahabat dan kerabat terdekat penulis Karina Putri Kaban, Abang dr.
Muhammad Rifqi Mafazi, Nabila Raniya, Hanny Soraya, Fauzan Azmi Habibi,
Auzan Hakim, Azriya Azka, Yesindi Nakita, Dyvia Aurelia, Tasya May Shella,
Helwa Bashel, Hanan Bashel, Tri Fena Aurelia, Fahmi Ikram, Yasmin Hawari,
Dinda, Nicholas Junior Abang Ahmad Taufiq Al fansyuri Lubis, M. Fadli
Pahlevi, Indira Salsabila, Talitha Salsabila, Amira, Shania Aprillia, Natasya
Humaira, Daffa Satari yang telah memberikan semangat, motivasi dan
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.
8. Seluruh teman sejawat Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2019 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang sudah terlibat dan membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian skripsi.
9. Seluruh Abang dan Kakak PPDS Departemen Ilmu Kesehatan Anak yang telah
terlibat dan membantu menyelesaikan penelitian skripsi ini.
10. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Fakultas Kedokteran USU yang sudah
membumbing dan membantu dalam menyelesaikan penelitian.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang terlibat dan
membantu dalam penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga laporan penelitian ini dapat lebih baik dan sempurna. Semoga hasil penelitian
ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.

Medan, 21 November 2022

Dhea Alyssa Nurfah


viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum........................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 4
1.4.1 Bagi Peneliti .......................................................... 4
1.4.2 Bagi Bidang Penelitian .......................................... 5
1.4.3 Bagi Masyarakat .................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6


2.1 Kajian Pustaka .................................................................. 6
2.1.1 Diabetes Melitus .................................................... 6
2.1.2 Diabetes Melitus tipe-1 .......................................... 7
2.1.3 Kontrol Gliklemik pada DM tipe-1 ........................ 16
2.1.4 Karateristrip Status Sosio-Ekonomi Keluarga yang
Mempengaruhi Kontrol Glikemik .......................... 25
2.2 Kerangka Teori ................................................................. 30

BAB 3 KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI


OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS ...................................... 31
3.1. Kerangka Konsep .............................................................. 31
3.2. Variabel Penelitian ............................................................ 31
3.3. Definisi Operasional .......................................................... 32
3.4. Hipotesis ........................................................................... 34
3.4.1 Hipotesis Mayor ................................................................ 34
3.1.2 Hipotesis Minor ................................................................ 34

BAB 4 METODE PENELITIAN .......................................................... 35


4.1. Desain Penelitian............................................................... 35
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 35
ix

4.2.1. Waktu Penelitian.................................................... 35


4.2.2. Tempat Penelitian .................................................. 35
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 35
4.3.1. Populasi ................................................................. 35
4.3.2. Sampel................................................................... 35
4.4. Estimasi Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .. 36
4.4.1. Estimasi Besar Sampel ........................................... 36
4.4.2. Teknik Pengambilan Sampel .................................. 36
4.5. Metode dan Alat Pengumpul Data ..................................... 37
4.6. Aspek Pengukuran Penelitian ............................................ 37
4.7. Alur Penelitian .................................................................. 38
4.8. Aspek Etik Penelitian ........................................................ 38
4.9. Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 39
4.10. Jadwal dan Biaya Penelitian .............................................. 39
4.10.1 Jadwal Penelitian ................................................... 39
4.10.2. Biaya Penelitian ..................................................... 40

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 41


5.1. Hasil Penelitian ................................................................. 41
5.1.1 Deskripsi Lokasi Dan Instrumen Penelitian ............ 41
5.1.2 Karakteristik Responden ........................................ 41
5.1.3 Gambaran Kontrol Glikemik dan Besaran Biaya yang
Dibutuhkan ............................................................ 43
5.1.4 Hubungan Status Sosio-Ekonomi Keluarga Terhadap
Kontrol Glikemik ................................................... 46
5.2. PEMBAHASAN ............................................................... 47
5.2.1 Karakteristik Responden ........................................ 47
5.2.2 Gambaran Kontrol Glikemik dan Besaran Biaya yang
Dibutuhkan ............................................................ 49
5.2.3 Hubungan Status Sosio-Ekonomi Keluarga Terhadap
Kontrol Glikemik ................................................... 50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 53


6.1 Kesimpulan ....................................................................... 53
6.2 Saran ................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 54


LAMPIRAN ........................................................................................... 59
x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Peran insulin pada DM tipe-1 .......................................... 7


Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................... 30
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................ 31
Gambar 4.1 Alur Penelitian ................................................................ 38
xi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 2.1 Klasifikasi DM berdasarkan etiologi .................................... 10

Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus ..................................... 12

Tabel 2.3 Rekomendasi skrining komplikasi vaskular pada anak DM


tipe-1 ................................................................................... 15

Tabel 2.4 Dosis insulin pada anak dengan DM tipe-1 .......................... 18

Tabel 2.5 Jenis insulin dan profil kerja ................................................ 18

Tabel 2.6 Target kontrol glikemik menurut International Diabetes


Federation (IDF) dan International Society for Pediatric and
Adolescent Diabetes (ISPAD) .............................................. 20

Tabel 2.7 Penyesuaian diet, insulin, dan pemantauan gula darah anak
DM Tipe-1 ........................................................................... 23

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel penelitian................................ 32

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian ................................................................. 39

Tabel 4.2 Biaya Penelitian ................................................................... 40

Tabel 5. 1 Data karakteristik subjek penelitian ....................................... 41

Tabel 5. 2 Gambaran kontrol glikemik anak penderita DM Tipe-1 ......... 43

Tabel 5. 3 Data besaran biaya kontrol glikemik ...................................... 44

Tabel 5.4 Hubungan antara pekerjaan Ayah dengan kontrol glikemik anak
penderita DM Tipe-1.............................................................................. 46

Tabel 5.5 Hubungan antara pekerjaan Ibu dengan kontrol glikemik anak
penderita DM Tipe-1.............................................................................. 46
xii

Tabel 5.6 Hubungan antara penghasilan keluarga dengan kontrol glikemik


anak penderita DM Tipe-1 ..................................................................... 47

Tabel 5.7 Hubungan antara jarak rumah ke fasyankes dengan kontrol


glikemik anak penderita DM Tipe-1 ....................................................... 47
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1. Biodata Penulis 59
2. Penjelasan Penelitian ..................................................... 60
3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ...................................... 61
4. Lembar Kuesioner ..................................................... 62
5. Ethical clearance ..................................................... 66
6. Surat Izin Penelitian ..................................................... 67
7. Hasil Uji Validasi dan Reabilitas ................................................ 69
8. Data Induk Penelitian ..................................................... 83
9. Hasil Data SPSS ..................................................... 89
10. Dokumentasi dengan Pasien ..................................................... 98
xiv

DAFTAR SINGKATAN

CSII : Continuous Subcutaneous Insulin Infusion


DM : Diabetes Mellitus
GAD65 : Glutamic Acid Decarboxylase
GD : Gula Darah
HbA1c : Hemoglobin A1c
IAA : Insulin Antibodies
IA-2 : Protein Tyrosine Phosphatase Antibodies
ICA : Islet Cell Cytoplasmic Antibodies
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IMT : Indeks Massa Tubuh
KAD : Ketoasidosis Diabetikum
KGD : Kadar Gula Darah
MDI : Multiple Daily Injection
NPH : Neutral Protamine Hagedorn
PGDM : Pemeriksaan Glukosa Darah Mandiri
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral
UMR : Upah Minimum Regional
WHO : World Health Organization
ZnT8 : Zinc Transporter8
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karateristrip hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes tidak hanya terjadi pada orang dewasa,
tetapi juga pada anak dan remaja (Pulungan et al.., 2019). Menurut WHO (2019),
tipe-tipe DM terdiri atas DM tipe-1, DM tipe-2, Hybrid form of Diabetes, Diabetes
pada kehamilan dan DM tidak terklasifikasi. Jenis DM tersering pada anak adalah
DM tipe-1, disebabkan proses autoimun atau idiopatik di mana sistem imunitas
tubuh menyerang sel beta pankreas penghasil insulin. Akibat proses tersebut,
produksi insulin berkurang bahkan berhenti dan tubuh akan kehilangan insulin
secara absolut (Weber et al., 2021).
Insidens DM tipe-1 sangat bervariasi baik antar negara maupun di dalam
suatu negara. Kejadian DM tipe-1 berkisar 5 - 10% dari seluruh jumlah penderita
diabetes dan lebih dari 90% penderita diabetes pada anak dan remaja adalah DM
tipe-1. Di Amerika Serikat, diperkirakan ada 1,24 juta orang dengan DM tipe-1, dan
jumlah itu diperkirakan akan tumbuh menjadi 5 juta pada tahun 2050. Usia yang
paling umum terjadi antara usia 4 - 6 tahun dan pada masa pubertas dini (10 - 14
tahun), dan kejadian pada perempuan dan laki-laki hampir sama (Lucier et al.,
2021). Antara tahun 2001-2015 terjadi peningkatan insidensi DM tipe-1 sebanyak
1,9% setiap tahunnya. Ditemukan 13.302 kasus DM tipe-1 pada anak usia 0-19
tahun, dengan insidensi tertinggi pada usia 10-14 tahun (Rogers et al., 2017).
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018, tercatat
1220 anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada anak dan
remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta
penduduk pada tahun 2000 dan 2010. Data tahun 2003-2009 menunjukkan pada
kelompok usia 10-14 tahun, proporsi perempuan dengan DM tipe 1 (60%) lebih
tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%). Pada tahun 2017 dijumpai 71% anak dengan
2

DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan ketoasidosis diabetikum (KAD). Kasus


ini meningkat dari tahun 2016 dan 2015 sebanyak 63% (Pulungan et al., 2019).
Suatu studi melaporkan sekitar 30% anak dengan DM tipe-1 terdiagnosis
saat KAD. Anak yang berkunjung secara rutin ke dokter memiliki risiko yang lebih
rendah terdiagnosis DM tipe-1 saat KAD (Nakhla et al., 2018). Ketoasidosis
Diabetikum (KAD) yang terjadi pada saat pertama kali ditegakkan diagnosis
berhubungan signifikan dengan penghasilan keluarga yang rendah, ketiadaan
asuransi kesehatan, dan pendidikan orang tua yang rendah (Rewers et al., 2008).
Penelitian lain menunjukkan sebanyak 65,4% anak dan remaja dengan DM tipe 1
mengalami setidaknya satu kali episode KAD dan 68,9% mengalami kejadian
hipoglikemik. Komplikasi jangka panjang terdeteksi termasuk retinopati (4,4%),
mikroalbuminuria (16,2%), dan dislipidemia (8,3%). Tingkat HbA1c ditemukan
lebih tinggi di antara kelompok usia pubertas dengan rerata kadar HbA1c 8,8% (Al-
Agha et al., 2015). Suatu melaporkan bahwa tingkat kejadian hipoglikemia berat
pada remaja lebih tinggi daripada orang dewasa dan memiliki kontrol glikemik
yang lebih buruk. Adanya riwayat hipoglikemia berat dan kadar HbA1c yang lebih
rendah merupakan faktor risiko terjadinya hipoglikemia berat dikemudian hari
(Gubitoshi et al., 2017).
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi dari DM tipe-
1 adalah ketidak kepatuhan orang tua dalam membawa anak penderita DM tipe-1
melakukan pemeriksaan kontrol glikemik dan pemakaian insulin. Namun sampai
saat ini banyak orang tua yang terhambat dalam biaya pengobatan dan pembelian
alat seperti jarum suntik, insulin, lanset, glukostrip dan glukometer. Komplikasi
dapat dicegah melalui pengendalian metabolik dengan mengatur faktor yang
mempengaruhi. Kontrol glikemik merupakan suatu pengendalian glukosa dan
merupakan standar dari pengelolaan pada pasien DM tipe-1. Kontrol ini dilakukan
setiap 3 bulan sekali yang meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa, kadar gula
postprandial serta kadar HbA1c. Apabila tidak dilakukan secara teratur dapat
menyebabkan beberapa komplikasi yang dapat menganggu pertumbuhan dan
perkembangan bahkan untuk beberapa kasus dapat mengancam nyawa. Target
HbA1c yang direkomendasikan <7%, tanpa disertai keadaan hipoglikemia berat,
3

hipoglikemia ringan-sedang yang berulang, dan stress yang dialami oleh anak dan
keluarga pasien (DiMeglio et al., 2018; Mayer et al., 2018; Weber et al., 2020).
Data dari unit kerja kelompok (UKK) Endokrinologi IDAI pada Oktober
2018 mendapatkan bahwa proporsi pasien yang tidak memeriksakan HbA1c secara
rutin masih tinggi, yaitu 32,3%. Di Indonesia, persentase pasien yang melakukan
pemantauan gula darah mandiri minimal 3 kali per hari juga relatif rendah, yaitu
sekitar 20%. Bukti-bukti menunjukkan bahwa komplikasi DM dapat dicegah
dengan kontrol glikemik yang baik, dan tentunya akan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan mencegah komplikasi (Pulungan et al., 2019).
Mengontrol faktor risiko adalah pilihan yang baik dalam mencegahnya
komplikasi. Beberapa faktor yang berperan untuk perkembangan kearah terjadinya
komplikasi termasuk lingkungan keluarga yaitu tingkat sosio-ekonomi, pendidikan
orang tua, pekerjaan, jarak rumah ke finansial kesehatan, jumlah anak dalam
keluarga, pola makan dan pola asuh keluarga dapat mempengaruhi kontrol glikemik
anak penderita DM tipe-1. Anak-anak dari latar belakang berpenghasilan dan status
sosio-ekonomi rendah jarang dalam melakukan kontrol metabolik glikemik ke
rumah sakit. (Kim et al., 2012).
Rumah sakit umum pusat (RSUP) H. Adam Malik merupakan rumah sakit
rujukan tertinggi di Provinsi Sumatera Utara. Kasus DM tipe-1 ditemukan di RSUP
H. Adam Malik sebagai kasus rujukan baik untuk kasus yang datang kontrol rutin,
kasus lama dengan komplikasi ataupun kasus yang baru. Pasien DM tipe-1 yang
datang terbanyak merupakan peserta jaminan asuransi pemerintah dari tingkat
sosio-ekonomi yang bervariasi. Mengingat pentingnya melakukan kontrol glikemik
untuk mengurangi risiko komplikasi kronis, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan status ekonomi keluarga terhadap kontrol
glikemik pada anak DM tipe-1. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan
sebagai data dan dasar untuk menyusun edukasi kepada pasien DM tipe-1 dan
keluarga agar tercapai kontrol glikemik yang baik sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi akut ataupun kronis.
4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
“Apakah terdapat hubungan antara status sosio-ekonomi keluarga terhadap kontrol
metabolik anak DM tipe-1?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara status sosio-ekonomi keluarga terhadap
kontrol glikemik anak penderita DM tipe-1.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui data karakteristik anak penderita DM tipe-1 di RSUP H. Adam
Malik.
2. Mengetahui kondisi kontrol glikemik anak penderita DM tipe-1.
3. Mengetahui hubungan penghasilan keluarga, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, usia orang tua, jumlah anak dalam keluarga, jarak
rumah ke faskes, asuransi kesehatan, dan besar biaya pemeriksaan
kesehatan terhadap kontrol glikemik anak penderita DM tipe-1.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
1. Penelitian ini dapat meningkatkan ilmu dan pengetahuan peneliti mengenai
penyakit DM tipe-1 pada anak.
2. Mengetahui pengaruh status sosio-ekonomi keluarga tehadap kontrol
glikemik pada anak penderita DM tipe-1.
3. Menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian klinis.
5

1.4.2 Bagi Bidang Penelitian


1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi data pendukung untuk penelitian
selanjutnya mengenai DM tipe-1.
2. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai data dasar untuk
menyusun konseling kepada pasien DM tipe-1 dan keluarga agar tercapai
kontrol glikemik yang baik.

1.4.3 Bagi Masyarakat


1. Dapat menjadi masukan kepada orang tua dan keluarga terhadap pentingnya
memantau secara teratur kontrol glikemik pada anak penderita DM tipe-1.
2. Dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat mengenai
penyakit DM tipe-1 sehingga dapat di diagnosa sedini mungkin dan
mendapatkan terapi yang tepat sehingga mencegah terjadinya Ketoasidosis
Diabetikum.
3. Dapat menjadi masukan ke pemerintah agar ikut serta dalam menfasilitasi
asuransi kesehatan dalam penyedian insulin dan alat pemeriksaan glukosa
darah sehingga tercapai kontrol metabolik bagi semua anak DM tipe-1 di
Indonesia.
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karateristrip hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin atau kedua-duanya (Weber et al., 2020). Keadaan ini terjadi
karena kegagalan tubuh memproduksi hormon insulin secara cukup, atau tubuh
tidak mampu menggunakan hormon insulin (resistensi insulin). Insulin merupakan
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan dalam memasukkan
glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi
(Pulungan et al., 2019; Weber et al., 2020).
Diabetes adalah penyakit kronis yang dasar penyebabnya berbeda-beda.
Dengan dasar tersebut dibagi pengelompokan jenis diabetes melitus, yaitu: (Skyler
et al., 2017; Kemenkes RI, 2020)
1. Diabetes melitus tipe-1, disebabkan hiperglikemia karena kerusakan sel beta
pankreas sehingga produksi insulin tidak ada sama sekali.
2. Diabetes melitus tipe-2, disebabkan hiperglikemia karena penurunan sekresi
insulin yang rendah oleh kelenjar pankreas.
3. Diabetes melitus tipe gestasional, disebabkan hiperglikemia pada masa
kehamilan. Gangguan ini biasanya terjadi pada minggu ke 24 kehamilan dan
kadar gula darah akan kembali normal setelah persalinan.
4. DM tipe lainnya.
Diabetes dapat menyerang semua kelompok umur. Pada anak-anak dan
remaja, lebih dari 90% kasus diabetes merupakan DM tipe 1. DM tipe 1 terjadi
karena kerusakan sel β Pankreas yang dikarenakan oleh proses autoimun maupun
idiopatik yang menyebabkan produksi insulin berkurang ataupun terhenti sehingga
mengakibatkan gangguan metabolisme (Yati et al., 2017). Di Indonesia DM tipe-1
sering menjadi masalah karena ketidaktahuan orang tua dan masyarakat sehingga
7

banyak pasien anak yang tidak terdiagnosis dini dan tidak mendapat tatalaksana
yang adekuat (Pulungan et al., 2019).

2.1.2 Diabetes Melitus tipe-1


1. Definisi
Diabetes melitus tipe-1 (DM tipe-1) merupakan penyakit kronis
akibat proses autoimun yang merusak sel beta pankreas sehingga produksi
insulin berkurang bahkan berhenti. Oleh karena proses tersebut terjadi
hiperglikemia kronis. Sekresi insulin yang rendah mengakibatkan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Anak yang menderita
DM tipe-1 memerlukan terapi penggantian insulin seumur hidup. Tanpa
insulin dapat terjadi ketoasidosis diabetik (KAD) yang mengancam jiwa
(Weber et al., 2020; Lucier et al., 2021).
Insulin adalah hormon anabolik penting yang memberikan banyak
efek pada metabolisme glukosa, lipid, protein, dan mineral, serta
pertumbuhan. Yang penting, insulin memungkinkan glukosa untuk
memasuki otot dan sel adiposa, merangsang hati untuk menyimpan glukosa
sebagai glikogen dan mensintesis asam lemak, merangsang penyerapan
asam amino, menghambat pemecahan lemak dalam jaringan adiposa, dan
merangsang penyerapan kalium ke dalam sel (Lucier et al., 2021).

Gambar 2.1 Peran insulin pada DM tipe-1


Sumber: Infodatin. Kemenkes RI, 2020
8

2. Insiden
Diabetes melitus tipe-1 dapat terjadi pada semua usia namun paling
sering dijumpai pada anak dan remaja. Kejadian DM tipe-1 berkisar 5 - 10%
diantara orang dengan diabetes. Di Amerika Serikat, diperkirakan ada 1,24
juta orang dengan DM tipe-1, dan jumlah itu diperkirakan akan tumbuh
menjadi 5 juta pada tahun 2050 (Lucier et al., 2021). Antara tahun 2001-
2015 terjadi peningkatan insidensi DM tipe 1 sebanyak 1,9% setiap
tahunnya. Ditemukan sebanyak 13.302 kasus DM tipe 1 pada anak usia 0-
19 tahun, dengan insidensi tertinggi pada usia 10-14 tahun (Rogers et al.,
2017). Usia yang paling umum terjadi adalah antara usia 4 - 6 tahun dan
pada masa pubertas dini (10 - 14 tahun), dan kejadian pada perempuan dan
laki-laki hampir sama. Di seluruh dunia, ada variasi geografis yang cukup
besar, dimana insiden tertinggi berada di Finlandia dan negara-negara Eropa
Utara lainnya dengan tingkat sekitar 400 kali lebih besar daripada yang
terlihat di China dan Venezuela, yang merupakan daerah dengan insiden
terendah (Lucier et al., 2021).
Insiden DM tipe-1 pada anak di Indonesia tidak diketahui secara
pasti karena sulitnya pendataan secara nasional. Berdasarkan data Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018, tercatat 1220 anak
penyandang DM tipe-1 di Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada anak dan
remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100
juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010. Data tahun 2003-2009
menunjukkan pada kelompok usia 10-14 tahun, proporsi perempuan dengan
DM tipe 1 (60%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%). Pada tahun
2017, 71% anak dengan DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan
ketoasidosis diabetikum (KAD), meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu
63%. Diduga masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak terdiagnosis atau
salah diagnosis saat pertama kali berobat ke rumah sakit (Pulungan et al.,
2019).
9

3. Etiologi
Dalam proses terjadinya DM tipe-1, penghancuran sel beta pankreas
dalam waktu yang lama selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
menyebabkan kekurangan insulin absolut. Meskipun etiologi DM tipe-1
belum diketahui secara pasti, tetapi proses autoimun yang terjadi diduga
mempunyai predisposisi faktor genetik, dan berhubungan kuat dengan alel
HLA (DR dan DQ) tertentu, terutama DRB103-DQB10201 dan DRB
10401-DQB10302H. Beberapa gen lain juga berkontribusi pada
heritabilitas. Risiko terjadinya DM tipe-1 pada seorang anak tanpa riwayat
keluarga sekitar 0,4%, sedangkan keturunan ibu yang terkena dampak
adalah 1 - 4%, keturunan ayah yang terkena dampak adalah 3 - 8%, dan
keturunan kedua orang tua yang terkena dampak sebesar 30%. Pada kembar
monozigot, risiko terjadinya DM tipe-1 dalam sepuluh tahun pertama
diagnosis kembar pertama adalah 30%, dan risiko seumur hidup sekitar 65%
(Lucier et al., 2021).
Jika ditemukan adanya autoantibodi pankreas beredar dalam tubuh
menunjukkan bahwa seseorang berisiko mendapatkan DM tipe-1. Antibodi
tesebut yaitu islet cell cytoplasmic antibodies (ICA), insulin antibodies
(IAA), glutamic acid decarboxylase (GAD65), insulinoma-associated 2,
dan protein tyrosine phosphatase antibodies (IA-2) dan zinc transporter8
(ZnT8). Semakin besar jumlah antibodi dan semakin tinggi titer terdeteksi
maka semakin besar risiko terjadinya DM tipe-1 (Redondo et l, 2018; Lucier
et al., 2021).
Selain itu, kerusakan sel beta pankreas bisa disebabkan oleh paparan
infeksi virus, komponen makanan, toksin atau faktor lingkungan lainnya.
Beberapa penelitian telah menemukan peningkatan perkembangan kejadian
DM tipe-1 pada anak yang lahir dari ibu yang menderita Coxsackievirus
atau human Enterovirus lain selama kehamilan (Yue et al., 2018).
Sindrom rubella kongenital juga diketahui dapat mencetuskan DM
tipe-1. Faktor makanan dan racun di lingkungan juga diduga turut berperan
serta sebagai pemicu yang potensial. Konsumsi susu sapi, konsumsi sereal
10

dini, dan vitamin D maternal diduga berhubungan dengan kejadian DM tipe-


1, tetapi masih dibutuhkan investigasi lebih lanjut (Devendra et al., 2004;
Liu et al., 2018; Pulungan et al., 2019; Mayer et al., 2018).

4. Klasifikasi
International Society of Pediatric and Adolecene Diabetes (ISPAD)
dan WHO merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi yang
dapat dilihat pada tabel 2.1 (Mayer-Davis et al., 2018).

Tabel 2.1 Klasifikasi DM berdasarkan etiologi

I. DM Tipe-1 (destruksi sel- β)


a. Immune Mediated
b. Idiopatik
II. DM Tipe-2
III. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel-β
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
Pankratitis; Trauma/pankreatomi; Neoplasma; Kistrip fibrosis;
Haemokhromatosus; Fibrokalkulus pankreatopati; dan lain-lain.
d. Gangguan endokrin
Akromegali; Sindrom Cushing; Glukanoma; Feokromositoma;
Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dan lain-lain.
e. Terinduksi obat dan kimia
Vakor; Pentamidin; Asam nikotinik; Glukokortikoid; Hormon tiroid;
Diazoxid; Agonis β-adrenergik; Tiazid; Dilantin; α-interferon; dan lain-
lain.
IV. Diabetes Mellitus Kehamilan
Sumber: ISPAD Clinical Practice Consensus Guidlines 2009

5. Patogenesis
Banyak faktor yang berkontribusi dalam patogenesis DM tipe-1, di
antaranya faktor genetik, epigenetik, lingkungan, dan imunologis Namun,
peran spesifik masing-masing faktor terhadap patogenesis DM tipe-1 masih
belum diketahui secara jelas. Diabetes melitus tipe-1 terjadi akibat destruksi
sel beta pankreas akibat proses autoimun, walaupun pada sebagian kecil
pasien tidak didapatkan bukti autoimunitas atau idiopatik. Umumnya, gejala
11

klinis timbul ketika kerusakan sel-sel pankreas mencapai ≥ 90% (Mayer-


Davis et al., 2018; Weber et al., 2020). Risiko untuk mengalami DM tipe-1
berhubungan dengan kerusakan gen, saat ini diketahui lebih dari 40 lokus
gen yang berhubungan dengan kejadian DM tipe-1 (Paschou et al., 2018;
Pulungan et al., 2019).
Pada beberapa pasien dengan awitan baru DM tipe1, sebagian kecil sel
β belum mengalami kerusakan. Dengan pemberian insulin, fungsi sel β yang
tersisa membaik sehingga kebutuhan insulin eksogen berkurang. Periode ini
disebut sebagai periode bulan madu atau honeymoon period di mana kontrol
glikemik baik. Umumnya fase ini diawali pada beberapa minggu setelah mulai
terapi sampai 3-6 bulan setelahnya, pada beberapa pasien dapat mencapai dua
tahun (Pulungan et al., 2019; Weber et al., 2020).
Perkembangan DM tipe-1 terjadi dalam 3 tahap, yaitu: (Lucier et al.,
2021)
a. Tahap 1 adalah asimtomatik dimana ditandai dengan glukosa puasa
normal, toleransi glukosa normal, dan adanya autoantibodi pankreas
yang lebih besar dari atau sama dengan 2 autoantibodi pankreas.
b. Tahap 2 termasuk adanya autoantibodi pankreas yang lebih besar dari atau
sama dengan 2 autoantibodi pankreas dan disglikemia: gangguan glukosa
puasa (glukosa 100 hingga 125 mg / dl) atau gangguan toleransi glukosa
(kadar gula darah 2 jam postprandial 140 hingga 199 mg/dL) atau kadar
HbA1c antara 5,7% hingga 6,4%. Penderita tetap asimtomatik.
c. Tahap 3 dimana dijumpai adanya hiperglikemia dengan gejala klinis dan
dua atau lebih autoantibodi pankreas.
Penyakit DM tipe-1 pada anak dan remaja secara klasik ditandai
dengan gejala hiperglikemik, dan sepertiga kasus dikenali karena terjadi
diabetik ketoasidosis (DKA). Timbulnya gejala bisa tiba-tiba pada saat
ditegakkan diagnosis, terutama pada usia muda. Jika tidak dievaluasi dan
diobati segera, kondisi tersebut bisa menjadi keadaan darurat medis.
Penderita DM tipe-1 paling sering mengalami hiperglikemik dengan
polidipsia, poliuria, dan polifagia. Poliuria terjadi secara sekunder karena
12

diuresis osmotik, yang disebabkan oleh hiperglikemia. Pada anak yang lebih
muda sering terjadi dengan enuresis nokturnal. Polidipsia terkait dengan
hiperosmolalitas dan dehidrasi yang disebabkan peningkatan buang air
kecil. Penglihatan kabur dapat disebabkan kadar glukosa darah yang tinggi
sehingga terjadi pembengkakan osmotik lensa. Penurunan berat badan
merupakan tanda yang paling umum, yang terjadi karena adanya
peningkatan produksi lipolisis dan keton dan meyebabkan kerusakan otot
dan lemak. Hal ini menyebabkan pengecilan otot, polifagia, kelelahan, dan
kelemahan. Gangguan elektrolit juga bisa terjadi. Jika gejala-gejala ini tidak
dikenali, anak akan mengalami DKA yang membutuhkan perawatan lebih
lanjut di rumah sakit (Lucier et al., 2021).

6. Kriteria Diagnosis
Penegakan diagnosis pada DM tipe-1 yaitu dengan ditemukannya
gejala poliuria dan nokturia, polifagia, polidipsia dan penurunan berat badan.
Selain itu, pasien juga dapat mengeluhkan adanya rasa kesemutan, lemas, luka
yang sukar sembuh, pandangan kabur dan gangguan perilaku. Kriteria untuk
penegakan diagnosis DM yaitu dengan ditemukannya kondisi hiperglikemi
pada pemeriksaan laboratorium. Kriteria diagnosis DM ditampilkan pada tabel
2.2 (Yati et al., 2017; Mayer-Davis et al., 2018).

Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

Memenuhi salah satu kriteria


1. Gejala klasik diabetes* ditambah glukosa plasma ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L)
2. Glukosa puasa plasma (setidaknya 8 jam) ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L)
3. Glukosa plasma 2 jam postprandial ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L) dengan TTGO
4. HbA1c ≥ 6,5% †
Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia, diadaptasi dari American Diabetes
Association.

* poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
† Hasil harus dikonfirmasi dengan pengujian ulang jika tidak ada hiperglikemia
yang jelas.
TTGO: tes toleransi glukosa oral.
13

Setelah dilakukan langkah awal penegakkan diagnosis diabetes,


selanjutnya perlu diketahui tipe diabetes karena berimplikasi pada terapi dan
edukasi. Membedakan DM tipe-1 dan tipe-2 dilakukan dengan cara
pengukuran autoantibodi islet dan konsentrasi C- Peptide plasma atau urin
(Chiang et al., 2018). Kadar C-peptida puasa pada <0,85 ng/mL memiliki
sensitivitas 83% dan spesifisitas 89% untuk membedakan DM tipe-1 dari
DM tipe-2 saat diagnosis (Katz et al., 2007). Penelitan melaporkan bahwa
kadar C-peptida puasa dapat membantu klasifikasi tipe DM saat diagnosis
pada anak dan remaja (Cho et al., 2014). Penanda serologi untuk
autoimunitas terhadap sel β pankreas adalah glutamic acid decarboxylase 65
autoantibodies (GAD), Tyrosine phospate-like insulinoma antigen 2 (IA2),
insulin autoantibodies (IAA) dan β-cell-specific zinc transporter 8
autoantibodies (ZnT8) (Mayer-Davis et al., 2018).
Pemeriksaan autoantibodi pada anak dengan DM belum menjadi
pemeriksaan yang rutin dilakukan karena ketersediaan pemeriksaan yang
belum luas dan relatif mahal di Indonesia. Penanda serologi untuk
autoimunitas terhadap sel β pankreas, antara lain, (1) glutamic acid
decarboxylase 65 autoantibodies (GAD), (2) Tyrosine phosphatase-like
insulinoma antigen 2 (IA2), (3) insulin autoantibodies (IAA), dan (4) β-cell-
specific zinc transporter 8 autoantibodies (ZnT8). Hasil positif pada salah
satu penanda serologi tersebut memastripan diagnosis DM tipe-1 (Mayer-
Davis et al., 2018). Skrining DM tipe- 1 pada anak asimtomatik dengan
panel antibodi hanya direkomendasikan dalam penelitian dan jika memiliki
anggota keluarga derajat pertama dengan DM tipe-1 (Yati et al., 2017).

7. Komplikasi
Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan kronik. Pada
anak, komplikasi kronik jarang menimbulkan manifestasi klinis signifikan
saat masih dalam pengawasan dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko
mengalami komplikasi akut setiap hari. Komplikasi akut yang tersering
pada anak dan remaja adalah ketoasidosis diabetikum (KAD) dan
14

hipoglikemia. Komplikasi kronik seperti komplikasi mikrovaskuler


(nefropati, retinopati dan neuropati) dan komplikasi makrovaskuler
(penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit
pembuluh darah perifer (Yati et al., 2017; Weber et al., 2020).
Studi SEARCH menemukan bahwa sekitar 30% anak dengan DM
tipe-1 terdiagnosis saat KAD. Kriteria KAD mencakup hiperglikemia,
asidosis, dan ketonemia. Gejala KAD antara lain adalah dehidrasi, takikardi,
takipnea dan sesak, napas berbau aseton, mual, muntah, nyeri perut,
pandangan kabur, dan penurunan kesadaran (Wolfdorf et al., 2018).
Seringkali gejala-gejala ini disalah artikan oleh orang tua maupun tenaga
kesehatan sebagai usus buntu, infeksi, atau penyakit lainnya. Kelalaian ini
dapat menyebabkan kematian. Anak yang berkunjung secara rutin dan
menetap pada dokter keluarga atau dokter anak memiliki risiko yang lebih
rendah terdiagnosis DM tipe-1 saat KAD (Nakla et al., 2018). Sebaliknya,
KAD saat diagnosis berhubungan signifikan dengan penghasilan keluarga
yang rendah, ketiadaan asuransi kesehatan, dan pendidikan orang tua yang
rendah (Rewers et al., 2008).
Penelitian yang dilakukan di Jeddah Saudi Arabia menunjukkan
bahwa dari 228 anak dan remaja peanderita DM tipe-1, sekitar 65,4%
mengalami setidaknya satu kali episode KAD dan 68,9% mengalami
hipoglikemik (Al-Agha et al., 2015). Suatu studi uji klinis multisenter,
ditemukan bahwa tingkat kejadian hipoglikemia berat pada remaja lebih
tinggi daripada orang dewasa dan memiliki kontrol glikemik yang lebih
buruk. Adanya riwayat hipoglikemia berat dan kadar HbA1c yang buruk
merupakan faktor risiko terjadinya hipoglikemia berat dikemudian hari
(Gubitoshi et al., 2017).
Pemantauan dan edukasi mengenai hipoglikemia merupakan salah
satu komponen utama tata laksana diabetes. Kadar glukosa darah <70 mg/dl
direkomendasikan sebagai nilai batasan untuk mengidentifikasikan dan
memulai tata laksana hipoglikemia pada anak dengan diabetes. Pada
umumnya hipoglikemia terjadi karena ketidakseimbangan antara dosis
15

insulin, makanan yang dikonsumsi dan olahraga yang baru saja dilakukan
(Rustama et al., 2018). Anak usia muda memiliki risiko tinggi hipoglikemia
karena tidak mampu mengomunikasikan keluhan. Gejala hipoglikemia
diakibatkan oleh aktivasi adrenergik (berdebar, gemetar, keringat dingin)
dan neuroglikopenia (nyeri kepala, mengantuk, sulit konsentrasi). Pada anak
usia muda, gejala dapat berupa perubahan perilaku seperti iritabilitas,
agitasi, tantrum, atau kurang aktif (Abraham et al., 2018)
Selain pemantauan komplikasi akut, perlu juga dilakukan skrining
komplikasi kronik yang dapat dibedakan menjadi komplikasi mikrovaskular
dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular mencakup nefropati,
retinopati, dan neuropati. Komplikasi yang mengenai pembuluh darah besar
adalah penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit
pembuluh darah perifer (klaudikasio, infeksi/ gangrene, amputasi (Donague
et al., 2018). Rekomendasi skrining tertera pada tabel 2.3 (Danne et al.,
2018)

Tabel 2.3 Rekomendasi skrining komplikasi vaskular pada anak DM tipe-1

Usia mulai
Metode skrining Faktor risiko
skrining
Nefropati 11 tahun Rasio Hiperglikemia,
Durasi diabetes albumin/kreatinin tekanan darah tinggi,
2-5 tahun urin dislipidemia, merokok
Retinopati 11 tahun Foto fundus atau Hiperglikemia,
Durasi diabetes oftalmoskop tekanan darah tinggi,
2-5 tahun dengan dislipidemia, IMT
midriatikum tinggi
Neuropati 11 tahun Anamnesis, Hiperglikemia,
Durasi diabetes pemeriksaan fisis, tekanan darah tinggi,
2-5 tahun pemeriksaan usia, durasi diabetes,
laboratorium genetik
Penyakit 11 tahun Profil lipid setiap 2 Hiperglikemia,
makrovasku Durasi diabetes tahun, tekanan tekanan darah tinggi,
lar 2-5 tahun darah setiap tahun dislipidemia, IMT
tinggi, merokok
Sumber: ISPAD. Danne et al., 2018.
16

8. Prognosis
Penyakit DM tipe-1 dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Hampir 50% pasien akan mengalami komplikasi serius selama
masa hidup. Sebelum insulin ditemukan, anak penderita DM tipe-1
meninggal sesudah 2 tahun. Tetapi kehidapan diperpanjang dengan
pengobatan insulin walaupun komplikasi akan timbul sesudah 10-20 tahun.
Komplikasi jangka panjang DM tipe-1 meliputi retinopati, nepropati,
neuropati, dan penyakit makrovaskular. Bukti adanya kerusakan yang
disebabkan oleh hiperglikemik jarang pada pasien yang memiliki penyakit
<5-10 tahun. Beberapa derajat diabetik retinopati akhirnya terjadi hampir
pada semua pasien DM tipe-1 dan menyebabkan kebutaan. Neuropati terjadi
pada 30-40% pasien paskapubertas dengan DM tipe-1 dan menyebabkan
defisit sensorik, motorik, dan anatomi. Mempertahankan kadar gula darah
normal seumur hidup dikaitkan dengan kecemasan dan depresi berat.
Banyak penderita DM tipe-1 mempunyai kualitas hidup yang buruk (Skyler
et al., 2017).

2.1.3 Kontrol Gliklemik pada DM tipe-1


Penyakit DM tipe-1 tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan
baik sehingga kualitas tumbuh kembang seorang anak penderita DM tipe-1 dapat
dipertahankan seoptimal mungkin (Pulungan et al., 2019). Tujuan dari terapi pada
DM tipe-1 adalah mencapai kontrol metabolik yang optimal, mencegah komplikasi
akut, mencegah komplikasi jangka panjang mikrovaskular dan makrovaskular,
serta membantu psikologis anak dan keluarga (Yati et al., 2017). Kontrol metabolik
yang baik adalah mengusahakan kadar glukosa darah dalam batas normal atau
mendekati nilai normal, tanpa menyebabkan hipoglikemia. Walaupun masih
dianggap ada kelemahan, parameter HbA1c merupakan parameter kontrol
metabolik standar pada DM (Tridjaya et al., 2015). Berdasarkan International
Society for Paediatric and Adolescent Diabetes (ISPAD) target HbA1c <7%
merekomendasikan sebagai target kontrol metabolik yang baik (DiMeglio et al.,
2018).
17

Untuk mencapai sasaran dan tujuan tersebut, komponen pengelolaan DM


tipe-1 terdiri dari lima pilar tata laksana DM tipe-1 pada anak adalah injeksi insulin,
pemantauan gula darah mandiri, nutrisi, aktivitas fisik, serta edukasi. Seluruh
komponen harus terintegrasi (Yati et al., 2017; Wherrett et al., 2018). Pengelolaan
DM tipe-1 pada anak sebaiknya dilakukan terpadu oleh tim yang terdiri dari anak
endokrinologi, ahli gizi, psikiatri, psikologi anak, pekerja sosial, dan edukator
(Weber et al., 2020).
1. Insulin
Insulin merupakan elemen utama kelangsungan hidup pasien DM
tipe 1. Tujuan terapi insulin adalah untuk menjamin kadar insulin yang
cukup dalam tubuh selama 24 jam untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
sebagai insulin basal maupun insulin koreksi yang lebih tinggi (bolus) akibat
efek glikemik makanan. Regimen insulin sangat bersifat individual.
Tujuannya adalah untuk mengikuti pola fisiologis sekresi insulin pada orang
normal sehingga mampu menormalkan gula darah paling tidak mendekati
normal. Pemilihan regimen insulin harus memperhatikan beberapa faktor
seperti usia, lama menderita, fase diabetes, gaya hidup penderita, target
kontrol metabolik dan kebiasaan individu dan keluarganyaPenggunaan
regimen basal-bolus dengan cara suntikan berulang/ multiple daily injection
(MDI) atau pompa insulin/ continuous subcutaneous insulin infusion (CSII)
mengikuti pola normal sekresi insulin dan memberikan hasil terbaik (Yati
et al., 2017).
Beberapa faktor mempengaruhi pemberian dosis awal insulin harian
per kilogram berat badan. Anak pubertas membutuhkan dosis yang lebih
tinggi. (Weber et al., 2020).
18

Tabel 2.4 Dosis insulin pada anak dengan DM tipe-1

Kondisi Dosis insulin


Fase remisi parsial < 0,5 IU/kg/hari
Prepubertal 0,7 – 1 IU/kg/hari
Pubertas 1 – 2 IU/kg/hari

Regimen insulin bersifat individual, yaitu menyesuaikan usia, berat


badan, lama menderita, target kontrol glikemik, pola hidup, dan
komorbiditas. Insulin diklasifikasikan berdasarkan lama kerjanya yaitu
cepat, pendek atau reguler, menengah, dan panjang (Tabel 2.5) (Pulungan
et al., 2019).

Tabel 2.5 Jenis insulin dan profil kerja

Awitan
Puncak Durasi
Jenis insulin kerja Waktu pemberian
kerja (jam) kerja (jam)
(jam)
Kerja cepat (aspart, 0,15- 1-3 3-5 15 menit-20 menit
glulisin, lispro) 0,35 sebelum makan,
kecuali pada anak bayi
atau balita yang sulit
makan diberikan
setelah makan
Kerja pendek 0,5-1 2-4 5-8 30 menit sebelum
(reguler/soluble) makan
Kerja menengah 30 menit sebelum
NPH 2-4 4-12 12-24 makan
Kerja panjang 30 menit sebelum
Ultralente 4-8 12-24 20-30 makan
Basal analog Diberikan 1-2 kali per
Glargine 2-4 8-12 22-24 hari
Detemir 1-2 4-7 20-24
Campuran 30 menit sebelum
Cepat-menengah 0,5 1-12 16-24 makan
Pendek-menengah 0,5 1-12 16-24
19

2. Pemantauan gula darah


Pemantauan gula darah pada pasien DM tipe 1 bertujuan untuk
mencapai target pengendalian glikemik yang optimal, menghindari
komplikasi akut berupa hipoglikemia dan ketoasidosis, serta komplikasi
kronis yang disebabkan oleh gangguan mikrovaskular dan makrovaskular.
Pemantauan mencakup pemeriksaan glukosa darah mandiri (PGDM),
HbA1C, keton, dan glukosa darah berkelanjutan. Ikatan Dokter Anak
Indonesia menyarankan PGDM paling tidak 4-6 kali per hari, yaitu (1) pagi
hari saat bangun tidur, (2) sebelum makan, (3) 1,5-2 jam setelah makan, dan
(4) malam hari. Pemantauan gula darah mandiri dapat lebih sering dilakukan
dan bervariasi pada setiap individu. Pemantauan glukosa darah madiri
memungkinkan pasien untuk melakukan penyesuaian insulin dan
mengoreksi kadar glukosa darah yang berada di luar target sehingga dapat
mengoptimalkan kadar HbA1c (Devendra et al., 2004; Yati et al., 2017;
DiMeglio et al., 2018). Di Indonesia, persentase pasien yang terdata
melakukan pemantauan gula darah mandiri minimal 3 kali per hari relatif
rendah, yaitu sekitar 20% (Pulungan et al., 2019).
Pengukuran HbA1c dilakukan paling tidak tiga bulan sekali. Target
HbA1c yang direkomendasikan <7% (53mmol/mol), tanpa disertai keadaan
hipoglikemia berat, hipoglikemia ringan-sedang yang berulang, dan stress
yang dialami oleh anak dan keluarga pasien. (DiMeglio et al., 2018; Mayer-
Davis et al., 2018; Weber et al., 2020). Data UKK Endokrinologi IDAI pada
Oktober 2018 mendapatkan bahwa lebih dari setengah pasien (62,6%)
memeriksakan HbA1C tiap tiga bulan, tetapi proporsi pasien yang tidak
memeriksakan HbA1c secara rutin juga masih tinggi, yaitu 32,3%
(Pulungan et al., 2019).
Pemantauan glukosa kontinu menggunakan alat minimal invasif
yang dapat mengukur glukosa cairan interstisial subkutan setiap 1-5 menit.
Alat ini dapat memberikan peringatan kepada pasien jika kadar glukosa
diperkirakan akan meningkat atau menurun dari target dalam 10-30 menit
(Paschou et al., 2018). Pencegahan hipoglikemi merupakan manfaat utama
20

yang dirasakan oleh pasien dari pemantauan glukosa kontiniu, diikuti oleh
berkurangnya kecemasan yang berhubungan dengan hipoglikemi,
kemudahan tata laksana, dan perbaikan kontrol diabetes (Cameroglu et al.,
2010). Pemeriksaan keton darah dan urin dilakukan pada saat kondisi
hiperglikemia tidak terkontrol, kondisi sakit, dan terdapat tanda-tanda KAD.
Pemeriksaan keton darah lebih dapat dipercaya dalam penanganan dan
diagnosis KAD. Studi di Indonesia menunjukkan bahwa pemeriksaan keton
darah β-hidroksibutirat memiliki korelasi yang lebih baik terhadap pH dan
kadar bikarbonat dibandingkan dengan pemeriksaan keton urin (Pulungan
et al., 2018). Target kontrol glikemik dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6 Target kontrol glikemik menurut International Diabetes
Federation (IDF) dan International Society for Pediatric and Adolescent
Diabetes (ISPAD)

Ideal
Optimal Suboptimal Resiko tinggi
Derajat kontrol (non diabetik)
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
(mg/dL)
GD sebelum makan 65-100 90-145 >145 >162
GD setelah makan 80-126 90-180 180-250 >250
GD sebelum tidur 80-100 120-180 <120 or <200 < 80 or >200
GD malam 65-100 80-162 < 75 or > 162 70 or > 200
Sumber: Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1. GD: gula darah

HbA1C adalah komponen minor dari hemoglobin yang berikatan


dengan glukosa, disebut juga dengan hemoglobin glikosilasi. Glikasi
hemoglobin tidak dikatalisis oleh enzim, tetapi melalui reaksi kimia akibat
paparan glukosa yang beredar dalam darah pada sel eritrosit. Laju sintesis
HbA1C merupakan fungsi konsentrasi glukosa yang terikat pada eritrosit
selama pemaparan. Konsentrasi HbA1C tergantung pada konsentrasi
glukosa darah dan usia eritrosit, beberapa penelitaian menunjukkan adanya
hubungan antara konsentrasi HbA1C dan rata-rata kadar glukosa darah.
Hubungan antara HbA1C dengan estimasi kadar glukosa rata-rata
(estimated average glucose/ eAG) dapat dihitung dengan rumus:
21

eAG (mg/dl) = 28,7 x A1C - 46,7


eAG (mmol/l) = 1,59 x A1C -2,59

HbA1c diyakini sebagai penanda penting dalam menentukan faktor


resiko komplikasi mikrovaskular (nefropati dan retinopati) dan
hipoglikemia (Rawal et al., 2016).

3. Nutrisi
Pengaturan makan pada DM tipe 1 bertujuan untuk mencapai
kontrol metabolik yang baik tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan
untuk metabolisme basal, pertumbuhan, pubertas maupun aktivitas sehari-
hari. Prinsip dari terapi nutrisi adalah makan sehat. Pasien disarankan untuk
mengonsumsi buah, sayur, produk susu, gandum utuh, dan daging rendah
lemak dengan jumlah sesuai usia dan kebutuhan energi. Kebutuhan kalori
per hari dapat dihitung berdasarkan berat badan ideal dan dan kecukupan
kalori yang dianjurkan (Yati et al., 2017).
Sebagai panduan, distribusi makronutrien adalah karbohidrat 45-
50% energi, lemak <35% energi, dan protein 15-20% energi. Pasien dan
keluarga harus diajarkan untuk menyesuaikan dosis insulin berdasarkan
konsumsi karbohidrat sehingga anak lebih fleksibel dalam konsumsi
karbohidrat. Cara ini diketahui meningkatkan kontrol glikemik dan kualitas
hidup (Smart et al., 2018). Satu studi di Turki melaporkan bahwa hitung
karbohidrat dan koreksi insulin berhubungan signifikan dengan kadar
HbA1c yang lebih rendah (Hatun et al., 2016).
Salah satu kunci keberhasilan pengaturan makanan ialah asupan
makanan dan pola makan yang sama sebelum maupun sesudah diagnosis,
serta makanan yang tidak berbeda dengan teman sebaya atau dengan
makanan keluarga. Pengaturan makan yang optimal terdiri dari 3 kali makan
utama dan 3 kali pemberian kudapan. Keberhasilan kontrol metabolik
tergantung kepada frekuensi makan dan regimen insulin yang digunakan
22

(Trijaya et al., 2015). Dalam regimen basal-bolus, manajemen nutrisi


dihitung dalam gram karbohidrat. Rekomendasinya adalah memilih
karbohidrat dengan indeks glikemik rendah (Yati et al., 2017).

4. Aktivitas fisik
Memastripan kecukupan aktivitas fisik penting karena anak DM
tipe-1 kurang aktif dibandingkan teman sebaya tanpa DM. Suatu studi
menemukan bahwa remaja dengan DM tipe-1 yang memenuhi rekomendasi
aktivitas fisik (60 menit/hari minimal 5 hari/minggu) memiliki kualitas
hidup yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak (Mozillo et al.,
2017). Aktivitas fisik penting untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan
menurunkan kebutuhan insulin. Selain itu, aktivitas fisik dapat
meningkatkan kepercayaan diri anak, mempertahankan berat badan ideal,
meningkatkan kapasitas kerja jantung, meminimalisasi komplikasi jangka
panjang, dan meningkatkan metabolisme tubuh (Yati et al., 2017).
Rekomendasi aktivitas fisik pada anak dengan DM tipe-1 sama dengan
populasi umum, yaitu aktivitas ≥60 menit setiap hari yang mencakup
aktivitas aerobik, menguatkan otot, dan menguatkan tulang. Aktivitas
aerobik sebaiknya tersering dilakukan, sementara aktvitas untuk
menguatkan otot dan tulang dilakukan paling tidak 3 kali per minggu.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh anak DM tipe-1 jika akan
berolahraga tertera pada Tabel 5. Beberapa kondisi yang harus diperhatikan
sebelum aktivitas fisik adalah:
a. Peningkatan keton, kadar keton darah ≥1,5 mmol/L atau urin 2+
merupakan kontraindikasi aktivitas fisik
b. Riwayat hipoglikemia
c. Pemantauan gula darah, anak sebaiknya mengukur gula darah sebelum,
saat, dan setelah aktivitas fisik
d. Ketersediaan karbohidrat jika terjadi hipoglikemia
e. Keamanan dan komunikasi, sebagai contoh anak sebaiknya
menggunakan identitas diabetes (Adolfsson et al., 2018). Asupan cairan
23

juga perlu ditingkatkan sebelum, setelah, dan saat olahraga (Yati et al.,
2017; Smart et al., 2018)

Tabel 2.7 Penyesuaian diet, insulin, dan pemantauan gula darah anak DM
Tipe-1

Selama
Sebelum aktivitas fisik Setelah aktivitas fisik
aktivitas fisik
1. Menentukan jenis, waktu, Memeriksa Memeriksa glukosa darah
dan intensitas olahraga. glukosa darah terutama sepanjang malam
2. Konsumsi karbohidrat 1- setiap 30 menit
3 jam sebelum olahraga Mempertimbangkan
3. Memeriksa glukosa darah Konsumsi menurunkan dosis insulin basal
minimal 2 kali sebelum cairan 250 mL
olahraga setiap 20-30 Meningkatkan konsumsi
a. <90 mg/dL, konsumsi menit karbohidrat indeks glikemik
karbohidrat ekstra rendah 1-2 jam setelah olahraga
b. >250 mg/dL dan keton Konsumsi untuk menghindari
urin/darah (+) tunda karbohidrat hipoglikemia awitan lambat.
olahraga setiap 20- 30
4. Pada olahraga aerobik, menit jika perlu Konsumsi cairan segera setelah
perlu diperkirakan energi olahraga dan 1-2 jam setelah
yang keluar untuk olahraga bersama makan
menyesuaikan konsumsi
karbohidrat dan dosis
insulin
5. Pada olahraga anaerobik,
saat cuaca panas, atau
kompetisi dosis insulin
sebaiknya naik
6. Konsumsi cairan 250 mL
20 menit sebelum
olahraga

5. Edukasi
Edukasi memiliki peran penting dalam penangan DM tipe-1 karena
didapatkan bukti kuat berpengaruh baik pada kontrol glikemik dan keluaran
psikososial. Edukasi dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri atas
24

paling tidak dokter anak endokrinologi atau dokter umum terlatih, perawat
atau edukator DM, dan ahli nutrisi. Edukasi tahap pertama dilakukan saat
pasien pertama terdiagnosis atau selama perawatan di rumah sakit yang
meliputi pengetahuan dasar mengenai DM tipe-1, pengaturan makan,
insulin (jenis, dosis, cara penyuntikan, penyimpanan, dan efek samping),
serta pertolongan pertama kedaruratan DM tipe-1 (hipoglikemia, pemberian
insulin saat sakit), sementara tahap kedua dilakukan saat berkonsultasi di
poliklinik (Yati et al., 2017; Phelan et al.a, 2018). Apabila pasien tidak dapat
melakukan kunjungan ke poliklinik rawat jalan, kontak tetap harus
dilakukan dengan berbagai teknologi yang ada seperti pesan teks (SMS),
telepon atau email (Tridjaja et al., 2015).
Keberhasilan penatalaksanaan bergantung pada pengetahuan dan
kemauan pasien dan keluarganya untuk menjalani pola hidup sehat. Dalam
penelitian oleh Pulgaron, dkk, kepercayaan diri orang tua dalam menangani
diabetes berhubungan signifikan dengan kadar HbA1c anak (Pulgaron et al.,
2014). Edukasi pada masyarakat dan tenaga kesehatan juga tak kalah
penting dalam penatalaksanaan diabetes. Studi melaporkan bahwa program
pencegahan KAD pada anak dengan diabetes melalui penyebaran poster
bermanfaat dalam menurunkan angka KAD. (Vanelli et al., 2007).
Tujuan edukasi adalah: (Tridjaja et al., 2015)
a. Pemahaman tentang penyakit dan komplikasinya.
b. Memotivasi pasien dan keluarganya untuk patuh dengan pengobatan.
c. Mengembangkan sikap positif terhadap penyakit yang tercermin dalam
pola hidup.
d. Mencapai kendali metabolisme yang baik sehingga terhindar dari
komplikasi.
e. Mengembangkan kemampuan membuat keputusan yang tepat dan logis
dalam pengelolaan DM tipe 1.
f. Motivasi pasien bahwa DM tipe 1 bukan merupakan penghalang untuk
mencapai tujuan masa depan.
25

Suatu studi di Thailand menyatakan bahwa remaja dengan DM tipe


1 berisiko lebih tinggi terhadap kontrol glikemik yang buruk jika mereka
memiliki kualitas hidup yang buruk, fungsi keluarga yang terganggu,
keterampilan koping yang buruk, dan status sosio-ekonomi yang lebih
rendah. Sehingga dapat dipastripan bahwa intervensi psikososial berpotensi
meningkatkan kontrol glikemik (Dumrisilp et al., 2017).

2.1.4 Karateristrip Status Sosio-Ekonomi Keluarga yang Mempengaruhi


Kontrol Glikemik
1. Penghasilan Keluarga
Ketersedian kebutuhan rumah tangga tergantung dari penghasilan
keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas akan kurang memenuhi
kebutuhan makanan dan juga kesehatan seorang anak. Faktor keluarga dan
masalah ekonomi dapat mempengaruhi kontrol glikemik pada anak
pendertia DM tipe-1 (Kim dkk, 2012). Penderita DM tipe-1 yang berasal
dari latar belakang keluarga berpenghasilan rendah dan status sosio-
ekonomi rendah memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kontrol
metabolik glikemik yang tidak menguntungkan, yang dapat memperburuk
kesehatan anak sehingga menempatkan anak pada risiko komplikasi jangka
panjang (Shulman, 2009).
Penghasilan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan
kualitas hidup anak.Status sosio-ekonomi dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan karena orang dengan pendidikan tinggi semakin besar
peluangnya untuk mendapatkan penghasilan yang cukup supaya bisa
berkesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat. Data
Dinas Ketenaga Kerjaan dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara
melaporkan Upah Minimum Regional (UMR) Kota Medan tahun 2022
berada di Rp3.370.645,08. UMR Kota Medan mengalami peningkatan dari
sebelumnya Rp\3.329.867 pada tahun 2021. Kenaikan ini menjadikan UMR
Medan 2022 mengalami kenaikan yang tertinggi seluruh Provinsi Sumatera
Utara.
26

2. Pendidikan Orang Tua


Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, seperti hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan berpengaruh terhadap proses belajar, yang artinya semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima sebuah
informasi (Fitriani dalam Yuliana, 2017).
Tingkat pendidikan khususnya pendidikan ibu mempengaruhi
derajat kesehatan (Waruwu, 2020). Di samping itu, pendidikan berpengaruh
pula pada faktor sosio-ekonomi lainnya seperti pendapatan, pekerjaan,
kebiasaan makan, dan tempat tinggal. Orang tua dengan pendidikan rendah
kebanyaan kurang dalam mencari informasi tentang penyakit anak dalam
kasus ini adalah anak DM Tipe-1. Kurang nya dalam mencari informasi
membuat banyak anak yang terlantar sehingga DM Tipe-1 pada anak tidak
dapat terkontrol dengan baik.

3. Pekerjaan Orang Tua


Sosio-ekonomi orang tua dinilai dari tingkat pekerjaan orang tua.
Pekerjaan menentukan status sosio-ekonomi karena dari bekerja segala
kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pendidikan yang lebih tinggi memiliki sifat
yang positif tentang kesehatan dan mempromosikan perilaku hidup sehat.
Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan medis, jika
pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatanpun ikut
meningkat. Keluarga merupakan fondasi awal untuk membangun
kehidupan sosio-ekonomi secara luas menjadi lebih baik, dimana peran aktif
dari keluarga terhadap perkembangan seorang anak sangat diperlukan
dalam memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar,
mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Pekerjaan
orang tua sangat bervariasi, peneliti mengambil besaran gaji orang tua dari
rata-rata UMR
27

4. Usia Orang tua


Terdapat pengaruh usia orang tua terhadap kesehatan anak. Orang
tua yang termasuk ke dalam golongan usia terlalu muda mungkin tidak
memiliki pengetahuan yang luas terhadap kesehatan anak selagi anak
tersebut tidak menunjukkan gejala yang berat akibatnya banyak anak yang
dibiarkan begitu saja. Akan tetapi banyak orang tua yang sibuk bekerja pada
akhirnya anak tersebut di asuh oleh walinya seperti nenek, kakeknya, atau
pengasuhnya yang sudah tua. Usia tersebut masuk ke dalam golongan usia
terlalu tua, yang kebanyakan pada usia ini orang tersebut sudah banyak tidak
tahu tentang kondisi kesehatan anak (Listiani, 2021).

5. Jumlah anak dalam keluarga


Banyak jumlah anak di dalam keluarga dapat mempengaruhi
keadaan sosio-ekonomi keluarga. Anak memiliki kebutuhan dasar yang
perlu di penuhi salah satunya yaitu kebutuhan kesehatan. Kesehatan seorang
anak merupakan tanggung jawab orang tua, namun sampai saat ini rata-rata
keluarga dari keadaan sosio-ekonomi rendah masih belum bisa memenuhi
kebutuhan anak tersebut. Jumlah anak dapat menjadi salah satu faktor tidak
tercapainya kontrol glikemik pada anak penderita DM Tipe-1 karena
banyaknya tanggungan dalam keluarga tersebut meyebabkan banyaknya
pengeluaran dan perhatian orang tua yang terbagi pada anggota keluarga
lainnya.

6. Jarak Rumah ke Fasilitas Kesehatan


Jarak tempat tinggal orang tua ke fasilitas kesehatan terdekat. Jarak
ini di bagi menjadi 3 kategori yaitu dekat, sedang, jauh. Menurut data Badan
Pusat Statistik jarak di ukur menjadi 3 kategori yaitu: (BPS, 2022)

1. Jarak Dekat = ≤ 5 Km
2. Jarak Sedang = 5-10 Km
3. Jarak Jauh = ≥ 10 Km
28

7. Biaya Pemeriksaan Kesehatan


Anak DM tipe-1 memerlukan berbagai macam pemeriksaan
kesehatan yang bertujuan mencegah terjadinya komplikasi sehingga
tercapai tumbuh kembang anak yang optimal. Semua anak DM tipe-1
memerlukan insulin dan melakukan kontrol glikemik. Kontrol glikemik
merupakan suatu pengendalian glukosa dan merupakan standar dari
pengelolaan pada pasien DM tipe-1. Kontrol ini dilakukan setiap 3 bulan
sekali yang meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa kadar gula
postprandial serta kadar HbA1c. Besar biaya pemeriksaan kontrol tersebut
memerlukan biaya rerata sebesar Rp.400.000 – Rp.500.000 setiap
pemeriksaannya.
Semua pasien DM tipe-1 memerlukan terapi insulin dan alat
pemantauan glukosa darah mandiri yang dapat dilakukan dirumah. Alat ini
mencakup seperti glukostrip, jarum suntik, lanset, glukometer. Berikut total
biaya kurang lebih yang dikeluarkan sebagai berikut:
No Barang Besar Biaya (Harga)
1. Insulin Rp.200.000 – Rp.1.000.000
2. Glukostrip ≥Rp.200.000
3. Glukometer ≥Rp.200.000
4. Jarum suntik Rp.150.000 – Rp.200.000
5. Lanset Rp.150.000 – Rp.200.000
6 Kontrol Glikemik (tiap 3 bulan) ≥Rp.500.000

8. Asuransi Kesehatan
Asuransi atau di kenal dengan istilah “jaminan” atau “tanggungan”.
Dalam konteks asuransi kesehatan, pengertian asuransi adalah memastripan
sesorang yang menderita sakit akan mendapatkan pelayanan yang
dibutuhkannya tanpa harus mempertimbangkan keadaan ekonominya. Namun
di indonesia pemahaman tentang asuransi kesehatan sosial masih sangat rendah
karena sejak lama masyarakat hanya mendapatkan informasi yang bias tentang
asuransi kesehatan yang didominasi dari Amerika yang di dominasi oleh
29

asuransi kesehatan komersial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Kesehatan merupakan salah satu jenis asuransi kesehatan pemerintah di
Indonesia.n BPJS Kesehatan merupakan badan hukum yang di bentuk
pemerintah Indonesia khusus untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan
nasional.
Pembagian kelompok peserta BPJS Kesehatan menjadi 2 kelompok,
yaitu: (1) Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan (2) Peserta Bukan
Penerima Bantuan Iuran (non PBI) disesuaikan dengan golongan masyarakat
setiap individu tersebut. Untuk golongan masyarakat menengah keatas masuk
kedalam kelompok peserta BPJS Kesehatan bukan penerima bantuan iuran
(non PBI) yang iuran ditanggung sendiri, sedangkan untuk masyarakat
golongan bawah (fakir miskin, dan orang yang tidak mampu) masuk kedalam
kelompok peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan iuran (PBI) yang
iurannya dibayar oleh pemerintah Indonesia. Namun ada beberapa jenis
pengobatan dan perawatan yang tidak di fasilitasi oleh BPJS. Salah satu
contohnya adalah pembelian alat pemantauan gula darah seperti jarum suntik,
insulin glukosti, glukometer sehingga banyak pasien yang tidak dapat
mengontrol gula darahnya karna terhambatnya biaya yang pada akhirnya
pasien mengalami komplikasi akut.
30

2.2 Kerangka Teori

Destruksi sel- β Komplikasi


pankreas pada anak

Insulin (-) / ↓↓ Kronis:


mikrovaskuler dan
Hiperglikemia Diabetes melitus tipe-1 makrovaskuler

Akut:
Hipoglikemia dan
Ketoasidosis
diabetik (KAD)

Status sosio-ekonomi Kontrol glikemik Tata laksana yang baik:


keluarga (HBA1c < 7%)
- Insulin,
- Pemantauan
glukosa darah
- Penghasilan keluarga, mandiri,
- Pendidikan orang tua, - Nutrisi,
- Pekerjaan orang tua, Kualitas tumbuh - Aktivitas fisik,
- Usia orang tua, kembang optimal - Edukasi
- Jumlah anak dalam
keluarga,
- Jarak rumah ke faskes,
- Asuransi kesehatan,
- Besar biaya kesehatan
yang dikeluarkan tiap
pemeriksaan

Gambar 2.2 Kerangka Teori


31

BAB 3
KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI
OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Status sosio-
ekonomi keluarga Kontrol glikemik
anak DM tipe-1 anak DM tipe-1

Variabel Independen Variabel Dependen

Usia anak
Jenis kelamin
Lama diagnosa DM tipe-1
Frekuensi pemeriksaan KGD

Variabel Perancu

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Variabel Penelitian


1. Variabel independen (bebas) : Status sosio-ekonomi keluarga, terdiri atas:
- Penghasilan keluarga,
- Pendidikan orang tua,
- Pekerjaan orang tua,
- Usia orang tua,
- Jumlah anak dalam keluarga,
- Jarak rumah ke faskes,
- Asuransi kesehatan,
- Besar biaya kesehatan yang dikeluarkan
tiap pemeriksaan
2. Variabel dependen (terikat) : Kontrol glikemik
32

3. Variabel Perancu : - Usia anak


- Jenis kelamin
- Lama diagnosa DM tipe-1

- Frekuensi pemeriksaan KGD

3.3. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel penelitian

Skala
Variabel Definisi Hasil ukur
Pengukuran
Kontrol Kontrol glikemik dinilai oleh 1= Tidak baik; Nominal
glikemik hemoglobin terglikasi 2= Baik
(HbA1c), yang mewakili
glikemik rata-rata dalam tiga
bulan terakhir, diambil dari
rekam medik pasien. Nilai
target untuk HbA1c ≤ 7%
direkomendasikan sebagai
target kontrol metabolik yang
baik.

Penghasilan Pendapatan ekonomi keluarga 1= ≤ UMR; Nominal


keluarga dan kemampuan dalam 2= > UMR
memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari dari penghasilan
atau pendapatan yang
diperoleh, dihitung dari Upah
Minimum Regional (UMR)
sebesar Rp3.370.643,08 Kota
Medan tahun 2022.

Usia orang Usia orang tua yang dihitung 1= < 25 tahun Ordinal
tua dalam tahun pada saat 2= 25-40 tahun
penelitian berlangsung. 3= 41-50tahun
4= >50 tahun

Pekerjaan Pekerjaan orang tua pada saat 1= Tidak Nominal


orang tua penelitian berlangsung bekerja
2= Buruh,Petani,
Supir,ART,
Satpam
3=Karyawan
swasta,Pedagang
33

,Guru (honorer),
Wiraswasta
4=PNS,Dokter,
Polisi,Ahli
hukum,
Wirausaha

Jumlah anak Jumlah anak dalam keluarga 1= ≤ 2 anak Ordinal


dalam pada saat penelitian 2= 3-4 anak
keluarga berlangsung 3= ≥ 5 anak

Pendidikan Pendidikan terakhir orang tua 1=Tidak sekolah


Orang Tua 2=Tamat SD-
SMP
3= Tamat SMA
dan sederajat
4= Lulus Sarjana

Jarak rumah Jarak tempat tinggal orang 1= ≤ 1-5 km Ordinal


ke fasilitas tua ke fasilitas kesehatan 2= 5- 10 km
kesehatan terdekat 3= ≥ 10 km

Biaya yang Biaya ongkos yang 1= ≤ Rp100.000 Ordinal


dikeluarkan dikeluaran setiap ke rs pada 2= > Rp100.000
ke RS saat penelitian berlangsung

Biaya Biaya yang dikeluarkan 1= ≤Rp200.000 Ordinal


pembelian setiap bulan untuk pembelian 2= >Rp200.000
strip gula strip gula darah setiap bulan
darah

Biaya Biaya yang dikeluarkan 1= ≤Rp100.000 Ordinal


pembelian setiap bulan untuk pembelian 2= >Rp100.000
jarum suntik jarum suntik insulin setiap
insulin bulan

Frekuensi Frekuensi berapa sering 1= ≤ 1 bulan Ordinal


melakukan pasien dalam melakukan 2= 2-3 bulan
pemeriksaan pemeriksaan kontrol 3= > 3 bulan
kontrol glikemik ke rumah sakit
glikemik
34

Frekuensi Frekuensi berapa sering 1= 1-2 kali Ordinal


melakukan pasien dalam melakukan 2= 3-4 kali
pemeriksaan pemeriksaan kadar gula 3= 5-6 kali
kgd setiap darah setiap hari 4= ≥7 kali
hari

Biaya Biaya pembelian alcohol 1= ≤ Rp.30.000 Ordina


pembelian swab setiap bulan 2= ≥ Rp.30.000
alcohol swab

Usia anak 1 = ≤ 5 Tahun


pertama Usia anak saat pertama kali 2= 6 – 10 Tahun Ordinal
terdiagnosa terdiagnosa DM Tipe-1 3= 10- 14 tahun
DM Tipe- 4= ≥ 15 tahun
1

1= Punya Nominal
BPJS Pasien memiliki kartu BPJS 2= Tidak Punya

3.4. Hipotesis

3.4.1 Hipotesis Mayor

Terdapat hubungan antara status sosio-ekonomi keluarga terhadap kontrol


glikemik anak DM tipe-1.

3.1.2 Hipotesis Minor

1. Terdapat hubungan pekerjaan orang tua, penghasilan keluarga, jarak rumah


ke fasyankes terhadap kontrol glikemik anak penderita DM tipe-1.
2. Dijumpai faktor-faktor status sosio-ekonomi keluarga yang mempengaruhi
kontrol glikemik anak penderita DM tipe-1.
35

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian


Jenis penelitian ini berupa penelitian analitik dengan desain potong lintang
(cross sectional).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


4.2.1. Waktu Penelitian
Dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan September 2022.

4.2.2. Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di poliklinik Endokrinologi departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSUP H. Adam Malik

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi
Populasi target penelitian ini adalah anak penderita DM tipe-1 dan orang
tuanya. Populasi terjangkau adalah populasi target yang datang ke RSUP H. Adam
Malik.

4.3.2. Sampel
Sampel penelitian merupakan populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
1. Kriteria inklusi:
a. Anak yang telah didiagnosis sebagai penderita DM tipe-1.
b. Orang tua anak DM tipe-1 yang bersedia menjadi responden penelitian.
c. Anak yang mempunyai data pemantauan gula darah harian dan data
HbA1c yang lengkap
36

2. Kriteria eksklusi:
a. Anak DM tipe-1 yang tidak mempunyai data HBA1c dalam 3 bulan
terakhir.
b. Orang tua yang tidak mau menjawab kuesioner dengan lengkap.
c. Anak yang tidak memiliki pemantauan gula darah harian

4.4. Estimasi Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


4.4.1. Estimasi Besar Sampel

(𝑍𝛼)2 𝑃𝑄
𝑛=
𝑑2
Keterangan:
n = besar sampel
Zα = tingkat kemaknaan (1,96)
P = proporsi yang sudah diketahui nilainya dari kepustakaan
(6%)
Q = (1-P)
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (10%)
Dari rumus di atas, perhitungan besar sampel penelitian ini adalah:
(1,96)2 (0,06)(0,94)
𝑛=
(0,1)2
= 21,8 dibulatkan menjadi 22 orang

4.4.2. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non-
Sampling dengan teknik Consecutive Sampling, yaitu mengambil semua subjek
yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai
jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.
37

4.5. Metode dan Alat Pengumpul Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer, di mana data
didapatkan dengan cara memberi penjelasan dan tujuan penelitian pada responden,
mengisi lembar informed consent, menanyakan data karakteristik anak DM tipe-1 dan
keluarga melalui panduan kuesioner yang ditanyakan oleh peneliti. Selain itu diambil
data sekunder dari rekam medis untuk melihat nilai HBA1c anak DM tipe-1.

4.6. Aspek Pengukuran Penelitian


Pengukuran pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisikan data
karakteristik anak DM tipe-1 dan orang tuanya (usia, pekerjaan, pendidikan, jumlah
anak, status ekonomi keluarga), serta nilai kontrol glikemik anak DM tipe-1 yang
diambil dari rekam medik.
38

4.7. Alur Penelitian

Peneliti datang ke
lokasi penelitian

Memilih subjek penelitian


yang memenuhi kriteria
inklusi

Peneliti menjelaskan
prosedur penelitian dan
kesediaan subjek

Subjek bersedia

Peneliti mewawancarai responden dengan kuesioner


secara langsung/via telepon dan mengambil data
HBA1c di rekam medik

Mengumpulkan data-data penelitian

Memasukkan data ke SPSS dan menganalisis data

Menulis hasil dan pembahasan

Gambar 4.1 Alur Penelitian

4.8. Aspek Etik Penelitian


Usulan penelitian diajukan agar memperoleh ethical clearance dari Komite
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan izin
penelitian dari RSUP H. Adam Malik.
39

4.9. Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh pada penelitian ini akan diolah menggunakan program
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 26 version untuk mengetahui
hubungan antara status ekonomi keluarga terhadap kontrol glikemik anak DM tipe-
1. Analisis satistik dianggap bermakna pada p < 0,05 dengan interval kepercayaan
95%.
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data karakteristik
dalam jumlah (n) dan persentase (%). Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui
perbandingan data-data kategori karakteristik dengan analisis uji statistik Chi-
Square yaitu mengetahui hubungan status sosio-ekonomi keluarga terhadap kontrol
glikemik anak DM Tipe-1.

4.10. Jadwal dan Biaya Penelitian


4.10.1 Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian

Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyelesaian proposal penelitian √ √ √ √
2 Ujian seminar proposal penelitian √ √
3 Revisi proposal √
4 Pengurusan Ethical Clearance ke √
komisi Etik Penelitian Kesehatan
USU dan RSUP H. Adam Malik
5 Pengambilan data ke lapangan √
6 Entri, analisis, dan interpretasi data √
hasil penelitian
7 Persiapan penulisan laporan hasil √
8 Ujian skripsi √
9 Penyiapan manuskrip √
10 Pengiriman manuskrip ke jurnal √
11 Menyerahkan skripsi yang telah √
ditandatangani dosen pembimbing
dan dosen penguji
12 Pendaftaran wisuda √
40

4.10.2. Biaya Penelitian


Tabel 4.2 Biaya Penelitian

No Uraian Jumlah (Rupiah)


1. Pembuatan proposal penelitian 250.000
2. Pembuatan skripsi 500.000
3. Jilid lux skripsi 250.000
4. Pembelian alat strip gula darah 2.000.000
Total 3.000.000
41

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1 Deskripsi Lokasi Dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poli Endokrin Departemen Ilmu Kesehatan Anak
RSUP H. Adam Malik di Medan sejak bulan September 2022. Pengumpulan data
penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Data primer diambil melalui wawancara secara langsung menggunakan
kuesioner kepada orang tua dari anak penderita DM Tipe-1 di Poli Endokrin
atau melalui telepon atau secara daring melalui media sosial WhattsApp.
b. Data sekunder diambil menggunakan data rekam medik pasien untuk
melihat kontrol glikemik anak penderita DM Tipe-1.

5.1.2 Karakteristik Responden


Dari wawancara yang telah dilakukan, sampel penelitian berhasil
dikumpulkan sebanyak 22 orang. Subjek penelitian yang dikumpulkan merupakan
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Karakteristik responden
meliputi status sosio-ekonomi yaitu usia, pekerjaan, penghasilan keluarga,
pendidikan, jumlah anak dalam keluarga dan jarak rumah ke fasyankes.

Tabel 5.1 Data karakteristik subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (N= 22) Persentase (%)


Usia responden (tahun)
25-40 5 22,7
41-50 15 68,2
>50 2 9,1
Klasifikasi orang tua
Ayah 2 9,1
Ibu 17 77,3
Wali 3 13,6
Pekerjaan Ayah
Tidak bekerja 1 4,5
42

Lanjutan Tabel 5.1


Karakteristik Frekuensi (N= 22) Persentase (%)
Bekerja level 1 10 45.5
Bekerja level 2 9 40,9
Bekerja level 3 2 9,1
Pekerjaan ibu
Tidak bekerja 17 77,3
Bekerja level 1 3 13,6
Bekerja level 2 2 9,1
Bekerja level 3 0 -
Penghasilan keluarga
≤Rp3.370.645,08 13 59,1
>Rp3.370.645,08 9 40,9
Pendidikan Ayah
SD 2 9,1
SMP 4 18,2
SMA 9 40,9
PT 7 31,8
Pendidikan ibu
SD 1 4,5
SMP 2 9,1
SMA 11 50,0
PT 8 36,4
Jumlah anak (orang)
1-2 12 54,5
3-4 10 45,5
Jarak rumah ke fasyankes (km)
1-5 1 4,5
6-10 5 22,7
>10 16 72,7

Pada tabel 5.1 menunjukkan responden terbanyak berada pada rentang usia
41-50 tahun (68,2%). Pekerjaan Ayah terbanyak pada level 1 (buruh, petani, supir,
ART, satpam) dan level 2 (karyawan swasta, pedagang, guru honorer, wiraswasta)
walaupun ada juga yang tidak bekerja 1 orang (4,5%) pada saat penelitian ini
berlangsung. Sementara status pekerjaan ibu kebanyakan tidak bekerja (77,3%).
43

Penghasilan keluarga lebih banyak dibawah UMR (59,1%). Tingkat pendidikan


terbanyak hampir sama antara Ibu dan Ayah yaitu tingkat SMA, namun masih ada
dengan tingkat pendidikan SD yaitu ayah 2 orang (9,1%) dan ibu 1 orang (4,5%).
Jumlah anak dalam keluarga sebanding antara kelompok jumlah 1-2 orang dan 3-4
orang. Jarak rumah responden dari fasyankes lebih banyak dengan jarak >10 km
(72,7%).

5.1.3 Gambaran Kontrol Glikemik dan Besaran Biaya yang Dibutuhkan


Tabel 5. 2 Gambaran kontrol glikemik anak penderita DM Tipe-1

Variabel Frekuensi Persentase


(N=22) (%)
Kontrol glikemik
Baik 5 22,7
Tidak baik 17 77,3
Frekuensi pemeriksaan kontrol
glikemik di RS
≤1 bulan 20 90,9
2-3 bulan 2 9,1
Frekuensi pemeriksaan KGD per hari
1-2 kali 6 27,3
3-4 kali 15 68,2
5-6 kali 0 -
7 kali 1 4,5
Frekuensi pemeriksaan Kadar HbA1c
= 3 bulan 22 100
> 3 bulan 0 -
Usia awitan anak terdiagnosa DM Tipe-
1
≤ 5 tahun 3 13,6
6-9 tahun 2 9,1
44

Lanjutan Tabel 5.2


Variabel Frekuensi Persentase
(N=22) (%)
10-14 tahun 15 68,2
≥ 15 tahun 2 9,1
Usia anak
≤ 10 tahun 2 9
> 10 tahun 20 91
Jenis Kelamin anak
Laki-laki 8 36,4
Perempuan 14 63,6

Pada tabel 5.2 menunjukkan gambaran kontrol glikemik anak penderita DM


Tipe-1, dengan jumlah lebih banyak yang tidak baik (77,3%) dibandingkan yang
baik (22,7%). Hampir semua anak rutin datang untuk melakukan kontrol glikemik
setiap bulan ke RS (90,9%). Frekuensi pemeriksaan kadar gula darah (KGD) per
hari terbanyak hanya 3-4 kali (68,2%) dan hanya 1 anak yang memeriksa 7 kali
sehari. Semua anak melakukan pemeriksaan kadar HbA1c setiap 3 bulan (100%).
Usia awitan anak terdiagnosa DM Tipe-1 terbanyak pada usia 10-14 tahun (68,2%).
Usia anak penderita DM Tipe-1 terbanyak usia >10 tahun dan jenis kelamin
perempuan lebih banyak dari laki-laki.
Tabel 5. 3 Data besaran biaya kontrol glikemik

Besaran Biaya (per kali) Frekuensi (N=22) Persentase (%)


Ongkos ke RS
≤ Rp.100.000 14 63,6
> Rp.100.000 8 36,4
Pembelian strip gula darah
≤ Rp.200.000 2 9,1
> Rp.200.000 20 90,9
45

Lanjutan Tabel 5.3


Besaran Biaya (per kali) Frekuensi (N=22) Persentase (%)
Pembelian jarum suntik insulin
≤Rp.100.000 19 86,4
>Rp.100.000 3 13,6
Pembelian alkohol swab
≤Rp.30.000 18 81,8
>Rp.30.000 4 18,2
Pembelian alat cek gula darah
Sumbangan 11 50
Biaya pribadi 11 50
Kepemilikan BPJS
Punya 21 95,5
Asuransi Swasta 1 4,5

Tabel 5.3 menunjukkan besaran biaya yang dibutuhkan anak penderita DM


Tipe-1 untuk melakukan pemeriksaan kontrol glikemik. Sebanyak 63,6%
responden membutuhkan biaya ≤ Rp.100.000 untuk pergi ke rumah sakit (RS).
Sebagian besar responden (90,9%) mengatakan pembelian strip pemeriksaan gula
darah mempunyai harga ≥Rp 200.000 perkali, dan 86,4% responden membeli jarum
suntik insulin ≤Rp100.000 per kali. Sebanyak 50% responden mengatakan bahwa
pembelian alat cek gula darah merupakan sumbangan yang didapat dari RS,
semnetara 50% lainnya membeli sendiri. Hampir semua responden menggunakan
kepesertaan BPJS (95,5%) untuk pemeriksaan kontrol glikemik.
46

5.1.4 Hubungan Status Sosio-Ekonomi Keluarga Terhadap Kontrol


Glikemik
Tabel 5.4 Hubungan antara pekerjaan Ayah dengan kontrol glikemik anak
penderita DM Tipe-1

Kontrol glikemik
Pekerjaan Ayah Baik Tidak baik Total p
n (%) n (%) n (%)
Tidak bekerja 0 1 (5,9) 1 (4,5)
Level 1 1(20) 9 (52,9) 10 (45,5)
Level 2 3 (60) 7 (35,3) 9 (40,9) 0,451
Level 3 1 (20) 1 (5,9) 2 (9,1)
Total 5 (100) 17(100) 22 (100)

Pada tabel 5.4 hasil uji statistik Chi-Square, menunjukkan tidak ada
hubungan yang berrmakna (p=0,451) antara pekerjaan ayah dengan kontrol
glikemik anak DM Tipe-1.

Tabel 5.5 Hubungan antara pekerjaan Ibu dengan kontrol glikemik anak
penderita DM Tipe-1

Kontrol glikemik
Pekerjaan Ibu Baik Tidak baik Total p
n (%) n (%) n (%)
Tidak bekerja 5 (100) 12 (70,6) 17 (77,3) 0,386
Level 1 0 3 (17,6) 3 (13,6)
Level 2 0 2 (11,8) 2 (9,1)
Level 3 0 0 0
Total 5 (100) 17 (100) 22 (100)

Pada tabel 5.5 hasil uji statistik Chi-Square, menunjukkan tidak adanya
hubungan yang berrmakna (p=0,386) antara pekerjaan ibu dengan kontrol glikemik
anak DM Tipe-1.
47

Tabel 5.6 Hubungan antara penghasilan keluarga dengan kontrol glikemik


anak penderita DM Tipe-1

Penghasilan Kontrol glikemik p


keluarga Baik Tidak baik Total
n (%) n (%) n (%)
≤ Rp3.370.645,08 2 (40) 11 (64,7) 13 (59,1) 0,323
>Rp3.370.645,08 3 (60) 6 (35,3) 9 (40,9)
Total 5 (100) 17 (100) 22 (100)

Pada tabel 5.6 hasil uji statistik Chi-Square, menunjukkan tidak ada
hubungan yang berrmakna (p=0,323) antara penghasilan keluarga dengan kontrol
glikemik anak DM Tipe-1.

Tabel 5.7 Hubungan antara jarak rumah ke fasyankes dengan kontrol


glikemik anak penderita DM Tipe-1

Jarak rumah ke fasyankes (km) Kontrol glikemik p


Baik Tidak baik Total
n (%) n (%) n (%)
1-5 0 1 (5,9) 1 (4,5) 0,297
6-10 0 5 (29,4) 5 (22,7)
> 10 5 (100) 11 (64,7) 16 (72,7)
Total 5 (100) 17 (100) 22 (100)

Pada tabel 5.7 hasil uji statistik Chi-Square, menunjukkan tidak ada
hubungan yang berrmakna (p=0,297) antara jarak rumah ke fasyankes dengan
kontrol glikemik anak DM Tipe-1.

5.2. PEMBAHASAN
5.2.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1, usia responden yang menjawab
wawancara rentang usia 41-50 tahun dan responden terbanyak adalah ibu (77,3%).
48

Penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Zilinskiene dkk yang
mendapatkan rerata usia orang tua yaitu 37,8 tahun sebagai responden pada
penelitian manajemen Diabetes Tipe-1 (Zilinskiene et al., 2021). Kemungkinan hal
ini disebabkan usia anak penderita DM tipe-1 pada penelitian ini lebih banyak usia
>10 tahun (91%) dan orang tua sudah berusia rentang 41-50 tahun.
Ibu merupakan orang yang paling sering mengantar anaknya ke RS untuk
kontrol pengobatan dibandingkan ayah. Hal tersebut disebabkan karena sebagian
besar responden ibu merupakan ibu rumah tangga dan tidak bekerja diluar rumah.
Ada 3 responden merupakan wali yaitu nenek dan makcik (adik ibu) karena kedua
orang tua anak bekerja. Penelitian ini sejalan dengan studi di Brazilia yang
mendapatkan bahwa ibu merupakan responden terbanyak, yaitu 76,4% pada
penelitian kontrol glikemik anak DM Tipe-1 (Andrade et al., 2018). Peran ibu
sangat diperlukan dalam mempertahankan kontrol glikemik yang baik pada anak.
Ibu bertanggung jawab untuk menjaga kebiasaan makan, aktivitas fisik,
pengendalian kadar glukosa darah, pendampingan perawatan kesehatan, serta
pemberian dukungan emosional kepada anak (Cruz et al., 2017).
Pada penelitian ini dijumpai pekerjaan ayah terbanyak ada di level 1 dan 2
bahkan ada yang tidak bekerja (total 90,9%), dan sebagian besar ibu tidak bekerja
(77,3%). Keterangan ini juga sesuai dengan besaran penghasilan keluarga yang lebih
banyak dibawah UMR. Data dari Dinas Ketenaga Kerjaan dan Transmigrasi
Provinsi Sumatera Utara melaporkan Upah Minimum Regional (UMR) Kota Medan
tahun 2022 berada di Rp3.370.645,08 (BPS).
Status sosio-ekonomi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin besar peluangnya untuk mendapatkan penghasilan yang
cukup sehingga mempunyai kesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik
dan sehat. Pada penelitian ini dijumpai pendidikan orang tua terbanyak adalah
setingkat SMA. Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan (Waruwu
et al., 2020). Tingkat pendidikan berpengaruh pada faktor sosio-ekonomi lainnya
seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan makan, dan tempat tinggal. Orang tua
dengan pendidikan rendah kebanyaan kurang dalam mencari informasi tentang
penyakit anak, dalam kasus ini adalah anak DM Tipe-1. Informasi yang kurang
49

tentang penyakit DM Tipe-1 membuat banyak anak tidak mempunyai kontrol


glikemik yang baik (Fitriani dalam Yuliana, 2017).

5.2.2 Gambaran Kontrol Glikemik dan Besaran Biaya yang Dibutuhkan


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2, diperoleh gambaran kontrol
glikemik anak penderita DM tipe-1 lebih banyak yang tidak baik dibandingkan
dengan yang baik. Target nilai kadar HbA1c yang direkomendasikan adalah ≤7%
tanpa disertai komplikasi, angka ini merupakan nilai kontrol glikemik yang baik.
Hasil kontrol glikemik yang suboptimal sebagian disebabkan oleh pertumbuhan dan
pubertas anak. Namun demikian, sifat pengobatan dan ketidak kepatuhan dalam
melakukan pengobatan merupakan suatu faktor sehingga tidak tercapainya nilai
kadar HbA1c ≤7% (Hood et al., 2009).
Sebagian besar kontrol glikemik yang tidak baik disebabkan karena faktor
status sosio-ekonomi. Temuan ini sejalan dengan penelitian Andreade et al (2018)
dimana anak-anak dari latar belakang berpenghasilan keluarga yang rendah dan
status sosio-ekonomi yang rendah memiliki resiko lebih tinggi terhadap kontrol
glikemik yang tidak baik. Orang tua dari anak penderita DM tipe-1 tidak mampu
membeli alat-alat untuk mendukung pengobatan anak sehingga tidak tercapai nilai
kadar HbA1c <7% (Andrade et al., 2018).
Hampir seluruh responden mengatakan bahwa pasien melakukan
pemeriksaan kontrol glikemik secara rutin per bulan (90,9%) ke RS dan semua
melakukan pemeriksaan rutin kadar HbA1c sesuai jadwal per 3 bulan (100%) ke
RS. Hal ini disebabkan karena responden mengambil insulin yang ditanggung oleh
BPJS di RS. Alat-alat penunjang pengobatan lainnya seperti strip gula darah, jarum
suntik insulin, alkohol swab tidak ditanggung oleh BPJS dan harus membeli sendiri
dengan harga yang cukup mahal. Sementara alat cek gula darah semua pasien harus
membeli sendiri dan sebagian pasien mendapatkan sumbangan dari rumah sakit.
Demikian juga untuk insulin tidak semua peserta BPJS mendapatkan secara gratis
dengan alasan persediaan tidak mencukupi. Meskipun menurut daftar obat
formularium nasional BPJS insulin dengan merek dagang Levemir tersebut
ditanggung oleh BPJS (Fornas BPJS).
50

Pembelian alat pemeriksaan strip gula darah merupakan kendala yang cukup
besar disebabkan harga yang mahal, responden mengatakan harga >Rp 200.000,-
per kotak dengan penggunakan lebih kurang 2 minggu. Rerata harga yang
dikeluarkan per bulan untuk strip gula darah mencapai Rp 350.000,- per bulan.
Banyak responden mengatakan tidak sanggup membeli per kotak sehingga membeli
secara eceran dengan harga @ Rp 4000,- per strip. Alasan ini menjadi halangan
mengapa pasien tidak memeriksa gula darah sebanyak 7 kali per hari jika tidak
sedang sakit, oleh karena menghemat penggunaan strip. Frekuensi pemeriksaan
kadar gula darah terbanyak 3-4 kali perhari (68,2%), tetapi ada yang hanya 1-2 kali
perhari (27,3%). Pasien melakukan pemeriksaan KGD di antara waktu makan,
olahraga dan tidur.
Dari hasil penelitian ini dijumpai sebagian besar anak pertama kali
terdiagnosa DM Tipe-1 pada kelompok usia remaja awal dan masa pubertas yaitu
10-14 tahun (68,2%). Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lucier dkk (2021) dimana dijumpai terbanyak pada anak usia 10-14 tahun dan
kejadian pada laki-laki dan perempuan hampir sama. Hasil ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ditemukan 13.302 kasus DM tipe-
1 pada anak usia 0-19 tahun, dengan insidensi tertinggi pada usia 10-14 tahun
(Rogers et al., 2017).

5.2.3 Hubungan Status Sosio-Ekonomi Keluarga Terhadap Kontrol


Glikemik
Pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna
antara pekerjaan ayah maupun ibu dengan kontrol glikemik anak DM Tipe-1.
Walaupun demikian, kontrol glikemik yang tidak baik terbanyak (52,9%) terjadi
pada ayah dengan kelompok pekerjaan level 1, seperti buruh, nelayan, petani, supir,
asisten rumah tangga dan satpam. Penghasilan keluarga merupakan salah satu
faktor yang menentukan kualitas hidup anak. Penghasilan keluarga sangat
dipengaruhi oleh jenis pekerjaan ayah, walaupun pekerjaan ibu juga
mempengaruhi. Pada penelitian ini diketahui bahwa ibu tidak bekerja sebanyak
77,3%. Ibu dengan kelompok pekerjaan level 1 dan 2 ternyata memiliki anak
51

dengan kontrol glikemik yang tidak baik. Salah satu alasan disebabkan ibu bekerja
penuh waktu untuk memenuhi penghasilan keluarga. Seorang ibu mengatakan
bahwa anaknya pergi memeriksakan diri ke RS sendiri karena ibu tidak punya
waktu mengantar anaknya.
Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara
penghasilan keluarga dengan kontrol glikemik anak DM Tipe-1. Walaupun
demikian terlihat bahwa nilai kontrol glikemik yang tidak baik terdapat pada
keluarga dengan penghasilan dibawah UMR (64,7%). Menurut pendapat Kim dkk,
faktor keluarga dan masalah ekonomi dapat mempengaruhi kontrol glikemik pada
anak penderita DM tipe-1 (Kim et al., 2012). Sesuai dengan satu studi di Brazilia
yang melibatkan anak penderita DM Tipe-1 mendapatkan adanya hubungan negatip
antara kondisi sosio-ekonomi dengan kontrol glikemik kadar HbA1c. Makin rendah
tingkat sosio-ekonomi maka makin tinggi angka kadar HbA1c. Diantara peserta
studi, sebanyak 73,5% anak mempunyai nilai status ekonomi yang rendah, 78%
mengalami peningkatan kadar HbA1c, dan 55,6% memiliki kontrol glikemik yang
baik (Andrade et al., 2018).
Penelitian Hassan dkk melaporkan bahwa kelompok status sosial ekonomi
yang rendah memiliki kontrol glikemik yang lebih buruk karena tidak tersedianya
tatalaksana DM Tipe-1 yang memadai, seperti insulin, jarum, strip gula darah dan
alat cek gula darah. Sebagian besar masyarakat tersebut tergolong dalam ekonomi
rendah sehingga peran pemerintah dalam tatalaksana DM Tipe-1 sangat diharapkan
(Hassan et al., 2006).
Pada penelitian ini penghasilan keluarga dibawah UMR sebanyak 59,1%
menunjukkan bahwa keluarga berasal dari tingkat ekonomi rendah. Pengeluaran
yang dibutuhkan untuk membeli alat pemeriksaan gula darah secara mandiri cukup
mahal dibandingkan penghasilan keluarga. Menurut penelitian Castro dkk,
pengeluaran tersebut secara langsung mempengaruhi keluarga yang berpenghasilan
rendah, yang kondisi ekonomi keluarga, psikologis keluarga dan secara tidak
langsung mempengaruhi anak penderita DM Tipe-1 tersebut (Castro et al., 2006).
Rechenberg dkk dalam studinya menemukan bahwa anak penderita DM Tipe-1 dari
keluarga yang berpenghasilan tinggi cenderung memiliki kadar HbA1c yang jauh
52

lebih rendah daripada anak yang berasal dari keluarga berpenghasilan sedang dan
rendah (Rechenberg et al., 2016).
Pada penelitian ini tidak ada hubungan yang berrmakna antara jarak rumah
ke fasyankes dengan kontrol glikemik anak DM Tipe-1. Kontrol glikemik yang
tidak baik lebih banyak dijumpai pada anak DM Tipe-1 yang mempunyai jarak
rumah ke fasyankes >10 km (64,7%). Hal ini dapat dijelaskan bahwa biaya dan
waktu yang dibutuhkan untuk ke fasyankes lebih banyak sehingga hal ini
mempengaruhi tatalaksana DM Tipe-1 pada keluarga dengan tingkat ekonomi yang
rendah. Meskipun demikian, temuan menarik bahwa anak dengan jarak rumah yang
dekat ke fasyankes (1-5 km) juga memiliki kontrol glikemik yang tidak baik.
Dari penelitian ini terlihat bahwa nilai kontrol glikemik anak DM Tipe-1
banyak yang tidak baik dan tingkat sosio-ekonomi keluarga tidak memberikan
perbedaan bermakna terhadap nilai kontrol glikemik tersebut. Hal ini sejalan
dengan penelitian Andrade dkk yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara status sosio-ekonomi rendah terhadap nilai kontrol glikemik
yang tidak baik. Menariknya status sosio-ekonomi bukan prediktor yang signifikan
terhadap nilai HbA1c. Namun terdapat pada penelitian ini keluarga yang berasal
dari status sosio-ekonomi rendah kesulitan membeli alat pendukung terapi anak
penderita DM Tipe-1 hal ini sejalan dengan penelitian Jose dkk yang menemukan
hasil yang serupa, dan menemukan anak-anak yang berasal dari ekonomi rendah
kesulitan dalam mempertahankan nilai kontrol glikemik yang baik. Faktor lain
seperti kebiasaan makan, aktivitas fisik, pengendalian kadar glukosa darah,
pendampingan perawatan kesehatan, serta pemberian dukungan emosional kepada
anak mempengaruhi baik buruknya kontrol glikemik (Cruz et al., 2017).
Kontrol glikemik berhubungan erat dengan tumbuh kembang dan kualitas
hidup anak (Stahl-Pehe et al., 2017). Temuan ini sejalan dengan studi James dkk
yang melaporkan kontrol glikemik suboptimal yang luas pada remaja di Australia
dan Selandia Baru. Hasil penelitian ini dan temuan tersebut memberikan
rekomendasi pentingnya peranan tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi dan
dukungan kepada keluarga agar selalu memperhatikan kontrol glikemik anaknya
(James et al., 2020).
53

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dari data
yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status sosio-ekonomi
keluarga terhadap nilai kontrol glikemik anak penderita DM tipe-1.
2. Usia awitan anak terdiagnosa DM Tipe-1 paling banyak pada umur 10-14
tahun.
3. Nilai kontrol glikemik tidak baik pada sebagian besar anak penderita DM
tipe-1 dengan frekuensi terbanyak pemeriksaan KGD 3-4 kali per hari.

6.2 Saran
Berdasarkan seluruh proses dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Lokasi Penelitian.
Diharapkan RSUP H. Adam Malik dapat membuat perencanaan
ketersediaan insulin yang mencukupi pada anak penderita DM-Tipe1 yang
datang untuk kontrol rutin.
2. Bagi Pemerintah.
Diharapkan pemerintah melalui asuransi BPJS dapat menanggung
pembelian alat dan bahan penunjang pemeriksaan kontrol glikemik
penderita DM Tipe-1.
3. Bagi Bidang Penelitian.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dilanjutkan penelitian berikutnya
untuk menganalisis hubungan faktor lain yang dapat mempengaruhi kontrol
glikemik anak penderita DM Tipe-1.
54

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, M., Jones, T., Naranjo, D., Karges, B., Oduwole, A., Tauschmann, M.
and Maahs, D., 2018. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2018:
Assessment and management of hypoglycemia in children and adolescents
with diabetes. Pediatric Diabetes, 19, pp.178-192.
Adolfsson, P., Riddell, M., Taplin, C., Davis, E., Fournier, P., Annan, F.,
Scaramuzza, A., Hasnani, D. and Hofer, S., 2018. ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines 2018: Exercise in children and adolescents with
diabetes. Pediatric Diabetes, 19, pp.205-226.

Al-Agha, A., Alafif, M. and Abd-Elhameed, I., 2015. Glycemic control,


complications, and associated autoimmune diseases in children and
adolescents with type 1 diabetes in Jeddah, Saudi Arabia. Saudi Medical
Journal, 36(1), pp.26-31.
Andrade, C.J., Alves, C.A., 2019. Influence of socioeconomic and psychological
factors in glycemic control in young children with type 1 diabetes mellitus.
J Pediatr (Rio J). 95:48-53.
BPS, 2022. Statistik Indonesia 2022. Badan Pusat Statistik Indonesia.

Castro, A.R., Graziano, K.U., Grossi, A.S., 2006. Altera ç ões nos locais de
aplica ̧cão de insulina e nas seringas reutilizadas pelos pacientes diabéticos.
Rev Gauch Enferm. 27:27-34
Cemeroglu, A., Stone, R., Kleis, L., Racine, M., Postellon, D. and Wood, M., 2009.
Use of a real-time continuous glucose monitoring system in children and
young adults on insulin pump therapy: patients' and caregivers' perception
of benefit. Pediatric Diabetes, 11(3), pp.182-187.
Chiang, J., Maahs, D., Garvey, K., Hood, K., Laffel, L., Weinzimer, S., Wolfsdorf,
J. and Schatz, D., 2018. Type 1 Diabetes in Children and Adolescents: A
Position Statement by the American Diabetes Association. Diabetes Care,
41(9), pp.2026-2044.
Cho, M., Kim, M., Kim, C., Kim, E., Kim, J., Kim, E. and Lee, D., 2014. Fasting
serum C-peptide is useful for initial classification of diabetes mellitus in
children and adolescents. Annals of Pediatric Endocrinology &amp;
Metabolism, 19(2), p.80.
Cruz, D.S., Collet, N., Andrade, E.M., Nóbrega, V.M., Nóbrega, M.M., 2017.
Mothers of experiences in diabetic child. Esc Anna Nery, 21:e20170002.
Danne, T., Phillip, M., Buckingham, B., Jarosz-Chobot, P., Saboo, B., Urakami, T.,
Battelino, T., Hanas, R. and Codner, E., 2018. ISPAD Clinical Practice
55

Consensus Guidelines 2018: Insulin treatment in children and adolescents


with diabetes. Pediatric Diabetes, 19, pp.115-135.
Deeb, A., Akle, M., Al Ozairi, A. and Cameron, F., 2018. Common Issues Seen in
Paediatric Diabetes Clinics, Psychological Formulations, and Related
Approaches to Management. Journal of Diabetes Research, 2018, pp.1-8.
Devendra, D., Liu, E. and Eisenbarth, G., 2004. Type 1 diabetes: recent
developments. BMJ, 328(7442), pp.750-754.
DiMeglio, L. A., Acerini, C. L., Codner, E., Craig, M. E., Hofer, S. E., Pillay, K.,
et al.., 2018. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2018:
Glycemic Control Targets and Glucose Monitoring for Children,
Adolescents, and Young Adults with Diabetes. Pediatric diabetes, 19;
27:105–114.
Donaghue, K. C., Marcovecchio, M. L., Wadwa, R. P., Chew, E. Y., Wong, T. Y.,
Calliari, L. E., et al.., 2018. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines
2018: Microvascular and macrovascular complications in children and
adolescents. Pediatric diabetes, 19 Suppl 27(Suppl 27), 262–274.
Dumrisilp T., Supornsilchai V., Wacharasindhu S., Aroonparkmongkol S. and
Sahakitrungruang T., 2017. Factors associated with glycemic control in
children and adolescents with type 1 diabetes mellitus at a tertiary-care
center in Thailand: a retrospective observational study. Asian Biomedicine,
Vol.11 (Issue 6), pp. 443-450.
Gubitosi-Klug, R. A., Braffett, B.H., White, N.H., Sherwin, R.S., Service, F.J.,
Lachin, J. M., et al.., 2017. Risk of Severe Hypoglycemia in Type 1 Diabetes
Over 30 Years of Follow-up in the DCCT/EDIC Study. Diabetes care, 40(8),
1010–1016.

Hatun, Ş., Demirbilek, H., Darcan, Ş., Yüksel, A., Binay, C., Şimşek, D. G., et al..,
2016. Evaluation of therapeutics management patterns and glycemic control
of pediatric type 1 diabetes mellitus patients in Turkey: A nationwide cross-
sectional study. Diabetes research and clinical practice, 119, 32–40.
Hassan K, Loar R, Anderson BJ, Heptulla RA. The role of socioeconomic status,
depression, quality of life, and glycemic control in type 1 diabetes mellitus.
J Pediatr. 2006;149:526-31
James, S., Perry, L., Lowe, J, Harris, M., Craig, M.E., and ADDN study group,
2022. Suboptimal glycemic control in adolescents and young adults with
type 1 diabetes from 2011 to 2020 across Australia and New Zealand: Data
from the Australasian Diabetes Data Network registry. Pediatric Diabetes,
23(6):736-741.
Katz, L. E., Jawad, A. F., Ganesh, J., Abraham, M., Murphy, K., & Lipman, T. H.,
2007. Fasting c-peptide and insulin-like growth factor-binding protein-1
56

levels help to distinguish childhood type 1 and type 2 diabetes at diagnosis.


Pediatric diabetes, 8(2), 53–59.
Kemenkes, R.I., 2020. Infodatin: Tetap produktif, cegah dan atasi diabetes mellitus.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Korkmaz, Ö., Demir, G., Çetin, H., Mecidov, İ., Atik Altınok, Y., Özen, S., et al..,
2018. Effectiveness of Continuous Subcutaneous Insulin Infusion Pump
Therapy During Five Years of Treatment on Metabolic Control in Children
and Adolescents with Type 1 Diabetes Mellitus. Journal of clinical research
in pediatric endocrinology, 10(2), 147–152.
Listiani, A.D., & Nuryanti, 2021. Hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat
perkembangan anak usia 4-6 tahun di RW 01 Permata Balaraja Kabupaten
Tangerang. Nusantara Hasana Journal, 1(7), 77-86.
Liu, C., Wang, J., Wan, Y., Xia, X., Pan, J., Gu, W., et al.., 2018. Serum vitamin D
deficiency in children and adolescents is associated with type 1 diabetes
mellitus. Endocrine connections, 7(12), 1275–1279.
Lucier, J., & Weinstock, R. S., 2021. Diabetes Mellitus Type 1. In StatPearls.
StatPearls Publishing. Available in:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29939535/
Mayer-Davis, E. J., Kahkoska, A. R., Jefferies, C., Dabelea, D., Balde, N., Gong,
C. X., et al.., 2018. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2018:
Definition, epidemiology, and classification of diabetes in children and
adolescents. Pediatric diabetes, 19 Suppl 27(Suppl 27), 7–19.
Mozzillo, E., Zito, E., Maffeis, C., De Nitto, E., Maltoni, G., Marigliano, M., et al..,
2017. Unhealthy lifestyle habits and diabetes-specific health-related quality
of life in youths with type 1 diabetes. Acta diabetologica, 54(12), 1073–
1080.
Nakhla, M., Rahme, E., Simard, M., Larocque, I., Legault, L., & Li, P., 2018. Risk
of ketoacidosis in children at the time of diabetes mellitus diagnosis by
primary caregiver status: a population-based retrospective cohort study.
CMAJ: Canadian Medical Association journal = journal de l'Association
medicale canadienne, 190(14), E416–E421.
Paschou, S. A., Papadopoulou-Marketou, N., Chrousos, G. P., & Kanaka-
Gantenbein, C., 2018. On type 1 diabetes mellitus pathogenesis. Endocrine
connections, 7(1), R38–R46.
Pulungan, A.B., Annisa, D., Imada, S., 2019. Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak:
Situasi di Indonesia dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 20(6):392-400.

Pulungan, A.B., Juwita, E., Pudjiadi, A. H., Rahmayanti, S., & Tsaniya, I., 2018.
Diabetic Ketoacidosis in Adolescents and Children: A Prospective Study of
57

Blood versus Urine Ketones in Monitoring Therapeutic Response. Acta


medica Indonesiana, 50(1), 46–52.
Phelan, H., Lange, K., Cengiz, E., Gallego, P., Majaliwa, E., Pelicand, J., et al..,
2018. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2018: Diabetes
education in children and adolescents. Pediatric diabetes, 19 Suppl 27, 75–
83.
Pulgarón, E. R., Sanders, L. M., Patiño-Fernandez, A. M., Wile, D., Sanchez, J.,
Rothman, R. L., et al.., 2014. Glycemic control in young children with
diabetes: the role of parental health literacy. Patient education and
counseling, 94(1), 67–70.
Redondo, M. J., Geyer, S., Steck, A. K., Sharp, S., Wentworth, J. M., Weedon, M.
N., et al.., 2018. A Type 1 Diabetes Genetic Risk Score Predicts Progression
of Islet Autoimmunity and Development of Type 1 Diabetes in Individuals
at Risk. Diabetes care, 41(9), 1887–1894.
Rawal, G., Yadav, S., Kumar, R., Singh, A., 2016. Glycosylated hemoglobin
(HbA1C): A bief overview for clinicians. Indian Journal of Immunology
and Respiratory Medicine, 1(2);33-36.
Rechenberg K, Whittemore R, Grey M, Jaser S. The Teen/COPE Research Group
Contribution of income to self-management and health outcomes in
pediatric type 1 diabetes. Pediatr Diabetes. 2016;17:120-6.
Rewers, A., Klingensmith, G., Davis, C., Petitti, D. B., Pihoker, C., Rodriguez, B.,
Schwartz, I. D., Imperatore, G., Williams, D., Dolan, L. M., & Dabelea, D.,
2008. Presence of diabetic ketoacidosis at diagnosis of diabetes mellitus in
youth: The SEARCH for Diabetes in Youth Study. Pediatrics, 121(5),
e1258–e1266.

Rogers, M., Kim, C., Banerjee, T., & Lee, J.M., 2017. Fluctuations in the incidence
of type 1 diabetes in the United States from 2001 to 2015: a longitudinal
study. BMC medicine, 15(1), 199.
Rustama, D.S., Yati, N.P., Andriana, N., Pulungan, A.B., 2018. Diabetes Melitus
Tipe 1. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak Edisi kedua. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 146-206.
Smart, C. E., Annan, F., Higgins, L. A., Jelleryd, E., Lopez, M., & Acerini, C. L.,
2018. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2018: Nutritional
management in children and adolescents with diabetes. Pediatric diabetes,
19 Suppl 27, 136–154.
Skyler, J. S., Bakris, G. L., Bonifacio, E., Darsow, T., Eckel, R. H., Groop, L., et
al.., 2017. Differentiation of Diabetes by Pathophysiology, Natural History,
and Prognosis. Diabetes, 66(2), 241–255.
58

Stahl-Pehe, A., Landwehr, S., Lange, K.S., Bächle, C., Castillo, K., Yossa, R.,
Lüdtke, J., Holl, R.W., Rosenbauer, J., 2017. Impact of quality of life (QoL)
on glycemic control (HbA1c) among adolescents and emerging adults with
long-duration type 1 diabetes: A prospective cohort-study. Pediatric
Diabetes, 18(8):808-816.

Tridjaja, B., Yati, N.P., Faizi, M., Marzuki, A.N.S., Moelyo, A.G., Soesanti, F.,
2015. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1. UKK
Endokrinologi Anak dan Remaja. IDAI, Jakarta: 1-125.
Vanelli, M., Chiari, G., Ghizzoni, L., Costi, G., Giacalone, T., & Chiarelli, F., 1999.
Effectiveness of a prevention program for diabetic ketoacidosis in children.
An 8-year study in schools and private practices. Diabetes care, 22(1), 7–9.
Vanelli, M., Chiari, G., Lacava, S., & Iovane, B., 2007. Campaign for diabetic
ketoacidosis prevention still effective 8 years later. Diabetes care, 30(4),
e12.
Waruwu, W.A.K., & Rubiah, 2020. Bubungan status pendidikan orang tua terhadap
gizi anak di SDN Tuhemberua Desa Banua Gea Nias Utara. Jurnal Biology
Education, 8(2), 131-135.
Weber, D.R., Jospe, N., 2020. Diabetes Mellitus. In: Kliegman RM, ST Geme JW,
Blum MJ, Shah SS, Tasker RC, Wilson KM, Behrman RE, Eds. Nelsons
Text Book of Pediatric. 21st Editions. Kanada: Elesevier, p. 11814-11898.
Wherrett, D.K., Ho, J., Huot, C., Legault, L., Nakhla, M., Rosolowsky, E., 2018.
Diabetes Canada Clinical Practice Guidelines Expert Committee: 2018
Clinical Practice Guidelines Type 1 Diabetes in Children and Adolescents.
Can J Diabetes, 42:S234–S246.
Wolfsdorf, J. I., Glaser, N., Agus, M., Fritsch, M., Hanas, R., Rewers, A., Sperling,
M. A., & Codner, E., 2018. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines
2018: Diabetic ketoacidosis and the hyperglycemic hyperosmolar state.
Pediatric diabetes, 19 Suppl 27, 155–177.
Yati, N.P., Marzuki, A.N.S., Moelyo, A.G., Susanti, F., Faizi, M., Tridjaja, B.,
2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan
Remaja. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Yue, Y., Tang, Y., Tang, J., Shi, J., Zhu, T., Huang, J., Qiu, X., Zeng, Y., Li, W.,
Qu, Y., & Mu, D., 2018. Maternal infection during pregnancy and type 1
diabetes mellitus in offspring: a systematic review and meta-analysis.
Epidemiology and infection, 146(16), 2131–2138.
Žilinskiene ̇,J.;Šumskas,L.; Antiniene ̇,D.PaediatricType1 Diabetes Management
and Mothers’ Emotional Intelligence Interactions. Int. J. Environ. Res.
Public Health 2021, 18, 3117.
59

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Biodata Penulis


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dhea Alyssa Nurfah


NIM : 190100196
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 2 Agustus 2000
Agama : Islam
Nama Ayah : dr. Adi Rahmat, M. Kes
Nama Ibu : Dr. dr. Lili Rahmawati, Sp. A
Alamat : Jl. Taud No.105, Kelurahan Sidorejo
Medan Tembung, 20222
Riwayat Pendidikan :
1. TK Harapan 1 Medan (2005-2006)
2. SD Harapan 2 Medan (2006-2007)
3. SD Negeri 1 Maluku Utara (2007-2008)
4. SD Negeri 1 Halmahera Utara (2008-2012)
5. SMP Negeri 1 Halmahera Utara (2012-2013)
6. SMP Harapan 2 Medan (2013-2015)
7. SMA Harapan 1 Medan (2015-2018)
8. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2019-Sekarang)
Riwayat Pelatihan :
1. PKKMB FK USU 2019
2. MMB FK USU 2019
3. Webinar FUNTASTIC SCORE PEMA FK USU 2020
4. Webinar FUNTASTIC SCORE PEMA FK USU 2021
60

5. Webinar Nasional Temilnas 2021 “Pediatric: Current Update on


Childhood Infection and Autoimmune Diseases” BAPIN ISMKI
6. Webinar Nasional Scripta Research Festival (SRF) 2022
“Neuropsychiatric” SCORE PEMA FK USU

Riwayat Organisasi :
1. 2021-2022 : Anggota Divisi Keuangan Standing Committee on
Research Exchange (SCORE) PEMA FK USU.
2. 2021-2022 : Anggota Divisi Dana dan Usaha SCORA PEMA FK USU.
3. 2019-2020 : Panitia PORSENI FK USU.
61

LAMPIRAN 2. Lembar Penjelasan Penelitian

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dhea Alyssa Nurfah

NIM : 190100196

Perkenalkan saya Dhea Alyssa Nurfah, Mahasiswi yang sedang menjalani program
S1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU).
Saya sedang melaksanakan penelitian saya yang berjudul “Hubungan Status Sosio-
Ekonomi Orang Tua Terhadap Kontrol Glikemik Anak DM Tipe-1” Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status ekonomi keluarga terhadap
kontrol glikemik anak penderita DM Tipe-1. Sehubungan dengan penelitian saya
ini, dengan ini saya mohon kesediaan bantuan Ibu/Bapak untuk dapat
menjawab/mengisi kuesioner berikut ini.

Setiap identitas dan informasi yang anda berikan tidak akan disebarluaskan dan
peneliti akan bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiannya. Informasi yang
Saudara berikan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Atas bantuan dan kesedian Ibu/Bapak menjadi partisipan dalam penelitian ini saya
ucapkan Terima Kasih

Medan, 21 November 2022


Peneliti,

(Dhea Alyssa Nurfah)


62

LAMPIRAN 3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Pendidikan Terakhir :

Usia : Tahun

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Setelah mendapatkan penjelasan penelitian yang berjudul “Hubungan


Status Sosio-Ekonomi Orang Tua Terhadap Kontrol Glikemik Anak DM
Tipe-1”, dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini, serta saya akan memberikan jawaban sejujurnya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.

Medan, …………………… 2022

Responden,

(Nama Responden)
63

LAMPIRAN 4. Lembar Kuesioner

I. Identitas Responden

Nama Responden :
Hubungan dengan anak : 1. Ayah
2. Ibu
3. Wali/ Keluarga lain, sebutkan…………….
Usia Responden :
Jenis Kelamin Responden :
Alamat Keluarga :

II. Identitas Anak Penderita DM tipe-1

Nama Anak :
Umur/ Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :

III. Pertanyaan

No Pertanyaan Jawaban
1 Usia Ayah 1.<25 Tahun
2. 25-40 Tahun
3. >40 Tahun
Usia Ibu 1.<25 Tahun
2. 25-40 Tahun
3. >40 Tahun
2. Pendidikan Ayah 1. Tidak sekolah
2. Tamat SD – SMP
3. Tamat SMA dan sederajat
4. Lulus Sarjana
Pendidikan Ibu 1. Tidak sekolah
64

2. Tamat SD – SMP
3. Tamat SMA dan sederajat
4. Lulus Sarjana
3. Pekerjaan Ayah : 1. Tidak bekerja
2. Buruh, Petani, Supir, ART, Satpam
3. Karyawan swasta, Pedagang, Guru,
4. PNS, Dokter, Polisi, Ahli Hukum
Lainnya………………………………….
Pekerjaan Ibu 1. Tidak bekerja
2. Buruh, Petani, Supir, ART, Satpam
3. Karyawan swasta, Pedagang, Guru,
4. PNS, Dokter, Polisi, Ahli Hukum
Lainnya………………………………….
4 Penghasil Keluarga/ bulan 1. ≤ Rp3.370.643,08, -
2. > Rp3.370.643,08, -
Sebutkan ………………………………….
5. Jumlah anak dalam 1. ≤ 2 anak
keluarga 2. 3-4 anak
3. ≥ 5 anak
6. Jarak rumah ke fasilitas 1. Faskes terdekat:..…………….. km
kesehatan 2. RS H. Adam Malik : ……………….km
7. Kendaraan yang digunakan 1. Angkutan umum
pergi ke RS 2. Kedaraan pribadi, sebutkan …………..
8. Biaya ongkos yang 1. ≤ Rp. 100.000,-
dikeluarkan setiap ke RS/ 2. > Rp. 100.000,-
Faskes Sebutkan Rp…………………..
9. Mempunyai asuransi 1. Tidak
kesehatan 2. Ya, sebutkan ……………....
10. Usia anak saat pertama kali ……… Tahun
di diagnose DM tipe-1
65

11. Mempunyai alat 1. Tidak punya


pemeriksaan KGD dirumah 2. Iya punya
12. Biaya yang di keluarkan 1. ≤ Rp. 200.000,-
untuk membelik strip gula 2. > Rp. 200.000,-
darah Sebutkan Rp…………………..
13. Biaya pembeliam suntik 1. ≤ Rp. 200.000,-
insulin 2. > Rp. 200.000,-
Sebutkan Rp…………………..
14. Frekuensi pemeriksaan 1. 1-3 kali
kadar gula darah dilakukan 2. 3-5 kali
setiap hari 3. 5-7 kali
15. Kapan pemeriksaan KGD …………. hari yang lalu
terakhir dilakukan Sebutkan nilai kadar terakhir……………..
16. Frekuensi pemeriksaan 1. Kurang dari 1x sebulan
kadar HbA1c dilakukan? 2. 1 x sebulan
3. > 2 x sebulan
17. Berapa sering kontrol 1. ≤ 1 bulan
glikemik dilakukan ke 2. 2-3 bulan
rumah sakit 3. > 3 bulan
18. Biaya pribadi yang di
keluarkan untuk kontrol Sebutkan Rp……………………..
glikemik
66

LAMPIRAN 5. Ethical clearance


67

LAMPIRAN 6. Surat Izin Penelitian


68
69

LAMPIRAN 7. Hasil Uji Validasi dan Reabilitas

Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 To
tal
P1 Pea 1 .6 1. .6 . .6 . . .7 .5 .6 .5 .6 .7 .4 .6 .6 .4 . . . .
rso 5 0 5 6 5 5 4 8 6 3 6 3 8 4 7 7 4 5 6 5 8
n 1* 0 1* 8 1* 8 5 2 *
0 *
8 *
0 *
8 *
2 *
0 9 *
9 *
0 2 5 0 4
*
Cor 0* *
5 *
1 9 * * * * * *
7 1 8 7
* ** ** * * ** * **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 . .0 . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5 0 0 5 0 0 0 0
(2- 2 0 2 0 2 0 4 0 0 2 0 2 0 2 1 1 2 1 0 2 0
tail 1 7 2 7 2 2 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2 Pea .6 1 .6 1. . 1. . . .4 .5 .6 .5 .6 .4 .6 .4 .4 .6 . . . .
rso 5 5 0 7 0 5 6 4 4 3 4 3 4 7 1 1 7 5 6 5 8
n 1* 1* 0 0 0 2 4 1 8* 3* 8* 3* 1 7* 1 1 7* 4 3 8 3
* *
Cor 0* 4 0* 2 5 * * * *
3 6 8 9
* ** * * ** * ** ** **
rela
70

tio
n
Sig .0 .0 .0 . .0 . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 1 0 5 0 7 7 0 0 0 0 0
(2- 2 2 0 0 0 1 0 2 2 3 2 3 2 1 2 2 1 1 0 0 0
tail 1 8 2 3 3 6 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P3 Pea 1. .6 1 .6 . .6 . . .7 .5 .6 .5 .6 .7 .4 .6 .6 .4 . . . .
rso 0 5 5 6 5 5 4 8 6 3 6 3 8 4 7 7 4 5 6 5 8
n 0 1* 1* 8 1* 8 5 2* 0* 8* 0* 8* 2* 0 9* 9* 0 2 5 0 4
Cor 0* * *
5 *
1 9 * * * * * *
7 1 8 7
* ** ** * * ** * **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 . .0 . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5 0 0 5 0 0 0 0
(2- 0 2 2 0 2 0 4 0 0 2 0 2 0 2 1 1 2 1 0 2 0
tail 1 7 2 7 2 2 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71

P4 Pea .6 1. .6 1 . 1. . . .4 .5 .6 .5 .6 .4 .6 .4 .4 .6 . . . .
rso 5 0 5 7 0 5 6 4 4 3 4 3 4 7 1 1 7 5 6 5 8
n 1* 0 1* 0 0 2 4 1 8* 3* 8* 3* 1 7* 1 1 7* 4 3 8 3
*
Cor 0* *
4 0* 2 5 * * * *
3 6 8 9
* ** * * ** * ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 . .0 . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 1 0 5 0 7 7 0 0 0 0 0
(2- 2 0 2 0 0 1 0 2 2 3 2 3 2 1 2 2 1 1 0 0 0
tail 1 8 2 3 3 6 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P5 Pea .6 .7 .6 .7 1 .7 . . .6 .6 .7 .6 .7 .6 .5 .6 .6 .5 . . . .
rso 8 0 8 0 0 7 5 6 7 2 7 2 6 6 0 0 6 5 7 5 8
n 5* 4* 5* 4* 4* 4 4 0* 1* 0* 1* 0* 0* 2* 4* 4* 2* 7 9 1 7
* * * * * * * * * * * * * * *
Cor 9 3 1 8 5 8
** * ** ** * **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 .0 . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
(2- 1 1 1 1 1 2 1 0 1 0 2 0 5 5 0
72

tail 0 1 0 0 2 0
ed) 0 3 9 0 0 0
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P6 Pea .6 1. .6 1. . 1 . . .4 .5 .6 .5 .6 .4 .6 .4 .4 .6 . . . .
rso 5 0 5 0 7 5 6 4 4 3 4 3 4 7 1 1 7 5 6 5 8
n 1* 0 1* 0 0 2 4 1 8* 3* 8* 3* 1 7* 1 1 7* 4 3 8 3
*
Cor 0* *
0* 4 2 5 * * * *
3 6 8 9
* * ** * ** * ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 1 0 5 0 7 7 0 0 0 0 0
(2- 2 0 2 0 0 1 0 2 2 3 2 3 2 1 2 2 1 1 0 0 0
tail 1 8 2 3 3 6 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P7 Pea .5 .5 .5 .5 . .5 1 . .4 .6 .4 .6 .4 .4 .5 .4 .4 .5 . . . .
rso 8 2 8 2 7 2 5 5 8 0 8 0 5 3 2 2 3 5 6 4 7
n 1* 2* 1* 2* 4 2* 2 5* 9* 4 9* 4 5* 0* 4 4 0* 7 0 4 3
* * * *
Cor 9 0 7 9 1 4
** * ** ** **
rela
73

tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 0 1 0 1 0 1 0 4 0 7 0 7 4 1 6 6 1 0 0 0 0
(2- 7 8 7 8 0 8 1 4 1 7 1 7 4 6 3 3 6 0 0 5 0
tail 0 9 8 4 2 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P8 Pea .4 .6 .4 .6 . .6 . 1 .2 .4 .5 .4 .5 .2 .9 .2 .2 .9 . . . .
rso 5 4 5 4 5 4 5 4 5 8 5 8 4 5 7 7 5 9 6 8 7
n 9* 5* 9* 5* 4 5* 2 1 0* 3* 0* 3* 1 3* 1 1 3* 0 1 6 6
* * * * * * *
Cor 3 0 0 1 8 2
* * ** ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . .3 .0 .0 .0 .0 .3 .0 .2 .2 .0 . . . .
. 4 0 4 0 0 0 0 0 4 0 4 0 0 0 4 4 0 0 0 0 0
(2- 2 2 2 2 1 2 1 7 7 7 7 7 7 0 7 7 0 0 0 0 0
tail 3 9 0 4 0 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
74

P9 Pea .7 .4 .7 .4 . .4 . . 1 .3 .3 .3 .3 1. .2 .7 .7 .2 . . . .
rso 8 4 8 4 6 4 4 2 3 4 3 4 0 0 4 4 0 3 4 2 6
n 2* 1 2* 1 6 1 5 4 3 7 3 7 0 7 3* 3* 7 3 4 9 5
* *
Cor 0 5 1 0* * *
8 1 6 5
** * * **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .1 .1 .1 .1 .0 .3 .0 .0 .3 . . . .
. 0 5 0 5 0 5 0 3 5 3 5 3 0 8 0 0 8 1 0 2 0
(2- 0 2 0 2 0 2 4 0 1 4 1 4 0 2 0 0 2 4 5 0 0
tail 2 4 7 6 2 5 2
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P10 Pea .5 .5 .5 .5 . .5 . . .3 1 .4 1. .4 .3 .4 .4 .4 .4 . . . .
rso 6 4 6 4 6 4 6 4 3 4 0 4 3 4 8 8 4 4 5 4 7
n 0* 8* 0* 8* 7 8* 8 5 3 3 0 3 3 5* 4* 4* 5* 6 3 5 2
Cor 1 9 0 0* 7 2 4 2
** ** * * * * * **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .1 .0 .0 .0 .1 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 1 1 1 1 0 1 0 0 5 5 0 5 5 4 3 3 4 0 0 0 0
(2- 0 2 0 2 2 1 0 0 0 1 9 0 0 9
75

tail 0 0 4 3 1 4 0
ed) 1 1 7 8 6 5 0
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P11 Pea .6 .6 .6 .6 . .6 . . .3 .4 1 .4 1. .3 .6 .4 .4 .6 . . . .
rso 3 3 3 3 7 3 4 5 4 4 4 0 4 2 2 2 2 5 9 6 7
n 8* 3* 8* 3* 2 3* 0 8 7 3 3 0 7 9* 6 6 9* 6 0 2 7
* * * * *
Cor 0 4 3 0* * *
0 8 9 9
** ** * * ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .1 .0 .0 .0 .1 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 0 3 5 5 0 3 0 6 6 0 0 0 0 0
(2- 2 3 2 3 0 3 7 0 4 0 0 0 4 3 1 1 3 1 0 0 0
tail 0 7 7 0 0 3 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P12 Pea .5 .5 .5 .5 . .5 . . .3 1. .4 1 .4 .3 .4 .4 .4 .4 . . . .
rso 6 4 6 4 6 4 6 4 3 0 4 4 3 4 8 8 4 4 5 4 7
n 0* 8* 0* 8* 7 8* 8 5 3 0 3 3 3 5* 4* 4* 5* 6 3 5 2
Cor 1 9 0 0* 7 2 4 2
** ** * * * * * **
rela
76

tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .1 .0 .0 .0 .1 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 1 1 1 1 0 1 0 0 5 0 5 5 5 4 3 3 4 0 0 0 0
(2- 0 2 0 2 0 2 0 4 1 0 0 0 1 9 0 0 9 3 1 4 0
tail 1 1 7 8 6 5 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P13 Pea .6 .6 .6 .6 . .6 . . .3 .4 1. .4 1 .3 .6 .4 .4 .6 . . . .
rso 3 3 3 3 7 3 4 5 4 4 0 4 4 2 2 2 2 5 9 6 7
n 8* 3* 8* 3* 2 3* 0 8 7 3 0 3 7 9* 6 6 9* 6 0 2 7
* * * * *
Cor 0 4 3 0* * *
0 8 9 9
** ** * * ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .1 .0 .0 .0 .1 .0 .0 .0 .0 . . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 0 3 5 0 5 3 0 6 6 0 0 0 0 0
(2- 2 3 2 3 0 3 7 0 4 0 0 0 4 3 1 1 3 1 0 0 0
tail 0 7 7 0 0 3 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77

P14 Pea .7 .4 .7 .4 . .4 . . 1. .3 .3 .3 .3 1 .2 .7 .7 .2 . . . .
rso 8 4 8 4 6 4 4 2 0 3 4 3 4 0 4 4 0 3 4 2 6
n 2* 1 2* 1 6 1 5 4 0 3 7 3 7 7 3* 3* 7 3 4 9 5
* *
Cor 0 5 1 0* * *
8 1 6 5
** * * **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .0 .1 .1 .1 .1 .3 .0 .0 .3 . . . .
. 0 5 0 5 0 5 0 3 0 5 3 5 3 8 0 0 8 1 0 2 0
(2- 0 2 0 2 0 2 4 0 0 1 4 1 4 2 0 0 2 4 5 0 0
tail 2 4 7 6 2 5 2
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P15 Pea .4 .6 .4 .6 . .6 . . .2 .4 .6 .4 .6 .2 1 .1 .1 1. . . . .
rso 4 7 4 7 5 7 5 9 0 4 2 4 2 0 7 7 0 9 6 8 7
n 0 7* 0 7* 6 7* 3 5 7 5* 9* 5* 9* 7 1 1 0 1 4 8 6
* * * * *
Cor 2 0 3 0* 9 6 3 7
** * ** * ** ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .3 .0 .0 .0 .0 .3 .4 .4 .0 . . . .
. 5 0 5 0 0 0 0 0 8 4 0 4 0 8 7 7 0 0 0 0 0
(2- 2 1 2 1 1 2 9 3 9 3 2 1 1 0
78

tail 1 1 0 0 0 0 0
ed) 0 6 0 0 2 0 0
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P16 Pea .6 .4 .6 .4 . .4 . . .7 .4 .4 .4 .4 .7 .1 1 1. .1 . . . .
rso 7 1 7 1 6 1 4 2 4 8 2 8 2 4 7 0 7 3 5 3 6
n 9* 1 9* 1 0 1 2 7 3* 4* 6 4* 6 3* 1 0 1 1 0 2 4
* * * *
Cor 4 4 1 0* 4 6 9 2
** * * **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .4 .0 .4 . . . .
. 0 7 0 7 0 7 0 2 0 3 6 3 6 0 7 0 7 1 0 1 0
(2- 1 2 1 2 0 2 6 4 0 0 1 0 1 0 1 0 1 7 2 5 0
tail 5 3 7 7 3 7 2
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P17 Pea .6 .4 .6 .4 . .4 . . .7 .4 .4 .4 .4 .7 .1 1. 1 .1 . . . .
rso 7 1 7 1 6 1 4 2 4 8 2 8 2 4 7 0 7 3 5 3 6
n 9* 1 9* 1 0 1 2 7 3* 4* 6 4* 6 3* 1 0 1 1 0 2 4
* * * *
Cor 4 4 1 0* 4 6 9 2
** * * **
rela
79

tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .4 .0 .4 . . . .
. 0 7 0 7 0 7 0 2 0 3 6 3 6 0 7 0 7 1 0 1 0
(2- 1 2 1 2 0 2 6 4 0 0 1 0 1 0 1 0 1 7 2 5 0
tail 5 3 7 7 3 7 2
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P18 Pea .4 .6 .4 .6 . .6 . . .2 .4 .6 .4 .6 .2 1. .1 .1 1 . . . .
rso 4 7 4 7 5 7 5 9 0 4 2 4 2 0 0 7 7 9 6 8 7
n 0 7* 0 7* 6 7* 3 5 7 5* 9* 5* 9* 7 0 1 1 1 4 8 6
* * * * *
Cor 2 0 3 0* 9 6 3 7
** * ** * ** ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .3 .0 .0 .0 .0 .3 .0 .4 .4 . . . .
. 5 0 5 0 0 0 0 0 8 4 0 4 0 8 0 7 7 0 0 0 0
(2- 2 1 2 1 1 1 1 0 2 9 3 9 3 2 0 1 1 0 0 0 0
tail 0 6 0 0 2 0 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
80

P19 Pea .5 .5 .5 .5 . .5 . . .3 .4 .5 .4 .5 .3 .9 .3 .3 .9 1 . . .
rso 2 4 2 4 5 4 5 9 3 6 6 6 6 3 1 1 1 1 6 9 7
n 7* 3* 7* 3* 7 3* 7 0 8 7* 0* 7* 0* 8 9* 4 4 9* 0 3 7
* *
Cor 1 7 0 3 3 0
** ** ** ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .1 .0 .0 .0 .0 .1 .0 .1 .1 .0 . . .
. 1 1 1 1 0 1 0 0 4 3 1 3 1 4 0 7 7 0 0 0 0
(2- 7 3 7 3 0 3 0 0 6 8 0 8 0 6 0 7 7 0 0 0 0
tail 9 8 0 5 0 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P20 Pea .6 .6 .6 .6 . .6 . . .4 .5 .9 .5 .9 .4 .6 .5 .5 .6 . 1 . .
rso 5 3 5 3 7 3 6 6 4 3 0 3 0 4 4 0 0 4 6 5 8
n 1* 6* 1* 6* 9 6* 0 1 1 2* 8* 2* 8* 1 6* 6* 6* 6* 0 6 3
* * * * * * * * *
Cor 8 9 1 3 3 0
** ** ** ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 1 0 5 0 2 2 0 0 0 0
(2- 2 3 2 3 3 2 6 0 6 0 2 2 3 3 2
81

tail 0 0 0 0 1 0
ed) 0 4 4 5 0 0
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P21 Pea .5 .5 .5 .5 . .5 . . .2 .4 .6 .4 .6 .2 .8 .3 .3 .8 . . 1 .
rso 0 8 0 8 5 8 4 8 9 5 2 5 2 9 8 2 2 8 9 5 7
n 8* 8* 8* 8* 1 8* 4 6 6 4* 9* 4* 9* 6 3* 9 9 3* 3 6 5
* * * * * * *
Cor 5 1 8 3 3 5
* ** ** ** **
rela
tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .2 .0 .0 .0 .0 .2 .0 .1 .1 .0 . . .
. 2 0 2 0 0 0 0 0 0 4 0 4 0 0 0 5 5 0 0 0 0
(2- 2 6 2 6 2 6 5 0 5 5 3 5 3 5 0 7 7 0 0 1 0
tail 0 2 0 0 0 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
T Pea .8 .8 .8 .8 . .8 . . .6 .7 .7 .7 .7 .6 .7 .6 .6 .7 . . . 1
o rso 4 3 4 3 8 3 7 7 5 2 7 2 7 5 6 4 4 6 7 8 7
t n 7* 9* 7* 9* 7 9* 3 6 5* 2* 9* 2* 9* 5* 7* 2* 2* 7* 7 3 5
* * * * * * * * * * * * * * *
a Cor 8 4 2 0 0 5
** ** ** ** ** **
l rela
82

tio
n
Sig .0 .0 .0 .0 . .0 . . .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 . . .
. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(2- 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 2 2 0 0 0 0
tail 0 0 0 0 0 0
ed)
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
83

LAMPIRAN 8. Data Induk Penelitian


Data Hasil Wawancara dengan Kuesioner
No. Nama Usia Usia Pendidika Pendidik Pekerjaa Pekerjaan Penghasil Jumlah Anak
Pasien Ayah Ibu n Ayah an Ibu n Ayah Ibu Keluarga Dalam Keluarga
Perbulan
1 RA 50 49 SMP SMA Pelaut Ibu Rumah Rp.3.000.000 Dua (2)
tahu tahun Tangga
2 DFG 46 44 SD SMA Buruh Ibu Rumah Rp.2.000.000 Empat (4)
tahun tahun Tangga
3 MK 29 29 S1 S1 Pegawai Ibu Rumah Rp.18.000.000 Satu (1)
tahun tahun BUMN Tangga
4 LJ 37 36 SMK SMK Buruh Ibu Rumah Rp.2.000.000 Satu (1)
Tahun tahun Tangga
5 AA 41 35 SMK SMK Buruh Pembantu Rp.1.500.000 Empat (4)
tahun tahun
6 SN Almar 45 SD SD Tidak Tukang Masak Rp.1.500.000 Tiga (3)
hum tahun bekerja warung
7 B 51 50 SMA S1 Wiraswast Guru SD Rp.6.500.000 Dua (2)
tahun tahun a
8 DFG 45 42 SMA SMA Mekanik Ibu Rumah Rp.3.500.000 Tiga (3)
tahun tahun Tangga
9 DAIT 44 44 S1 S1 Buruh Ibu Rumah Rp.3.000.000 Tiga (3)
tahun tahun Tangga
10 A 50 51 SMP SMA Nelayan Ibu Rumah Rp.2.000.000 Tiga (3)
tahun tahun Tangga
84

11 MG 42 40 SMA SMA Pelayan Ibu Rumah Rp.2.500.000 Dua (2)


tahun tahun Tangga
12 MJ 45 44 SMP SMP Nelayan Ibu Rumah Rp.2.800.000 Tiga (3)
tahun tahun Tangga
13 MFJ 45 45 S2 D3 PNS Ibu Rumah Rp.6.000.000 Tiga (3)
tahun tahun Tangga
14 C 51 49 SMA SMA Wiraswast Ibu Rumah Rp.6.000.000 Satu (1)
tahun tahun a Tangga
15 IH 45 42 SMA SMA Wiraswast Ibu Rumah Rp.3.000.000 Dua (2)
tahun tahun a Tangga
16 MJQ 50 48 SMA SMA Wiraswast Ibu Rumah Rp.5.000.000 Satu (1)
tahun tahun a Tangga
17 DTP 40 40 S1 S1 Pegawai Pegawai Rp.6.000.000 Dua (2)
tahun tahun
18 MJQ 68 65 SMP SMP Tukang Guru ngaji Rp.1.000.000 satu (1)
tahun tahun becak
19 AF 45 45 S1 S1 Wiraswast Ibu Rumah Rp.6.000.000 Dua (2)
tahun tahun a Tangga
20 Tn 47 44 SMA SMA Buruh Ibu Rumah Rp.3.000.000 Tiga (3)
tahun tahun Tangga
21 MFSP 41 45 S1 S1 Wiraswast Ibu Rumah Rp.2.000.000 Empat (4)
tahun tahun a Tangga
22 Ta 46 41 S1 D3 Wiraswast Ibu Rumah Rp.3.500.000 Dua (2)
tahun tahun a Tangga
85

No Nama Jarak Kendaraan Ongkos Asura Usia Anak Alat Biaya Biaya
Pasien Rumah Yang Di Dikeluarkan nsi Pertama Kali Pemeriks Pemberian Pembelian
Ke Gunakan Setiap Ke RS Keseh Di Diagnosa aan KGD Strip Gula Jarum
Faskes Pergi Ke Rs atan Dm Tipe1 Dirumah Darah Suntik
Insulin
1 RA 36 KM Angkutan Rp.150.000 Punya 10 tahun 10 Punya Rp.300.000 Rp.70.000
Umum (BPJS) bulan
2 DFG 28 KM Angkutan Rp.100.000 Punya 11 tahun Punya Rp.300.000 Rp.50.000
Umum (BPJS)
3 MK 100 KM Mobil Pribadi Rp.400.000 Asuran 2 Tahun Punya Rp.400.000 Rp.50.000
si
Swasta
4 LJ 26 KM Angkutan Rp.100.000 Punya 6 Tahun Punya Rp.300.000 Rp.120.000
Umum (BPJS)
5 AA 24 KM Angkutan Rp.100.000 Punya 12 Tahun Punya Rp.400.000 Rp.120.000
Umum (BPJS)
6 SN 23 KM Angkutan Rp.50.000 Punya 14 Tahun Punya Rp.100.000 Rp.36.000
Umum (BPJS)
7 B 10 KM Kendaraan Rp.100.000 Punya 15 Tahun Punya Rp.300.000 Rp.100.000
pribadi (BPJS)
8 DFG 10 KM Kendaraan Rp.50.000 Punya 2 Tahun Punya Rp.200.000 Rp.30.000
pribadi (BPJS)
9 DAIT 45 KM Angkutan Rp.150.000 Punya 10 tahun Punya Rp.400.000 Rp.40.000
Umum (BPJS)
10 A 30 KM Angkutan Rp.150.000 Punya 11 Tahun Punya Rp.400.000 Rp.50.000
Umum (BPJS)
11 MG 10 KM Kendaraan Rp..50.000 Punya 5 Tahun Punya Rp.300.000 Rp.100.000
pribadi (BPJS)
12 MJ 50 KM Angkutan Rp.150.000 Punya 7 Tahun Punya Rp.250.000 Rp.120.000
Umum (BPJS)
86

13 MFJ 6 KM Kendaraan Rp.50.000 Punya 12 Tahun Punya Rp.250.000 Rp.50.000


pribadi (BPJS)
14 C 5 KM Kendaraan Rp.20.000 Punya 13 tahun Punya Rp.300.000 Rp.30.000
pribadi (BPJS)
15 IH 25 KM Angkutan Rp.150.000 Punya 12 Tahun Punya Rp.300.000 Rp.40.000
Umum (BPJS)
16 MJQ 25 KM Kendaraan Rp.30.000 Punya 12 Tahun Punya Rp.350.000 Rp.50.000
pribadi (BPJS)
17 DTP 20 KM Angkutan Rp.150.000 Punya 10 Tahun Punya Rp.350.000 Rp.36.000
Umum (BPJS)
18 MJQ 50 Km Kendaraan Rp.100.000 Punya 12 Tahun Punya Rp.250.000 Rp.50.000
pribadi (BPJS)
19 AF 7 KM Kendaraan Rp.50.000 Punya 13 tahun Punya Rp.300.000 Rp.50.000
pribadi (BPJS)
20 Tn 80 KM Kendaraan Rp.300.000 Punya 13 Tahun Punya Rp.350.000 Rp.50.000
pribadi (BPJS)
21 MFSP 20 KM Kendaraan Rp.50.000 Punya 15 Tahun Punya Rp.500.000 Rp.70.000
pribadi (BPJS)
22 Ta 20 KM Angkutan Rp.50.000 Punya 14 Tahun Punya Rp.400.000 Rp.60.000
Umum (BPJS)
87

No Nama Biaya
Pasien Frekuensi Kontrol Biaya Kontrol membeli Biaya Alat pembelian alat Biaya pembelian alat
Glikemik Glikemik insulin alcohol swab cek gula darah
1 RA 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.40.000 Beli sendiri
2 DFG 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.20.000 Gratis
3 MK 1 Bulan sekali Rp.300.000 Gratis Rp.36.000 Gratis
4 LJ 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.20.000 Gratis
5 AA 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.20.000 Gratis
6 SN 2 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.20.000 Gratis
7 B 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.30.000 Gratis
8 DFG 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.20.000 Beli sendiri
9 DAIT 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.20.000 Beli sendiri
10 A 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.30.000 Beli sendiri
11 MG 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.20.000 Gratis
12 MJ 2 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.30.000 Gratis
13 MFJ 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.25.000 Gratis
14 C 1 Bulan sekali gratis Gratis Rp.30.000 Beli sendiri
15 IH 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.30.000 Beli sendiri
16 MJQ 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.30.000 Beli sendiri
17 DTP 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.30.000 Gratis
18 MJQ 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.50.000 Gratis
19 AF 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.50.000 Beli sendiri
20 Tn 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.30.000 Beli sendiri
21 MFSP 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.30.000 Beli sendiri
22 Ta 1 Bulan sekali Gratis Gratis Rp.20.000 Beli sendiri
88

Data Rekam Medis Anak DM Tipe 1


No. Nama Pasien Nilai HbA1c 3 bulan terakhir Berapa sering melakukan kontrol glikemik
1 RA 6% (persen) 1 Bulan sekali
2 DFG 10% (persen) 1 Bulan sekali
3 MK 7 % (persen) 1 Bulan sekali
4 LJ 16,5 % (persen) 1 Bulan sekali
5 AA 10% (persen) 3 Bulan sekali
6 SN 11,3 % (persen) 1 Bulan sekali
7 B 8%(persen) 1 Bulan sekali
8 DFG 9,9% (persen) 1 Bulan sekali
9 DAIT 10,7 % (persen) 1 Bulan sekali
10 A 12,7% (persen) 1 Bulan sekali
11 MG 9% (persen) 1 Bulan sekali
12 MJ 9 % (persen) 1 Bulan sekali
13 MFJ 13,5 % (persen) 1 Bulan sekali
14 C 11% (persen) 1 Bulan sekali
15 IH 7 % (persen) 1 Bulan sekali
16 MJQ 7 % (persen) 1 Bulan sekali
17 DTP 9,6 % (persen) 1 Bulan sekali
18 MJQ 10 % (persen) 1 Bulan sekali
19 AF 7,2% (persen) 1 Bulan sekali
20 TN 10,1% (persen) 1 Bulan sekali
21 MFSP 13,8 % (persen) 1 Bulan sekali
22 Ta 6,8% (persen) 1 Bulan sekali
89

LAMPIRAN 9. Hasil Data SPSS

USIA ORANG TUA


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 25-40 5 22,7 22,7 22,7
41-50 15 68,2 68,2 90,9
> 50 2 9,1 9,1 100,0
Total 22 100,0 100,0

PENDIDIKAN AYAH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 2 9,1 9,1 9,1
SMP 4 18,2 18,2 27,3
SMA 9 40,9 40,9 68,2
PT 7 31,8 31,8 100,0
Total 22 100,0 100,0

PENDIDIKAN IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 1 4,5 4,5 4,5
SMP 2 9,1 9,1 13,6
SMA 11 50,0 50,0 63,6
PT 8 36,4 36,4 100,0
Total 22 100,0 100,0
90

PEKERJAAN AYAH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 1 4,5 4,5 4,5
Level 1 10 45,5 45,5 50,0
Level 2 9 40,9 40,9 90,9
Level 3 2 9,1 9,1 100,0
Total 22 100,0 100,0

PEKERJAAN IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 17 77,3 77,3 77,3
Level 1 3 13,6 13,6 90,9
Level 2 2 9,1 9,1 100,0
Total 22 100,0 100,0

PENGHASIL KELUARGA PERBULAN


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= UMR 13 59,1 59,1 59,1
> UMR 9 40,9 40,9 100,0
Total 22 100,0 100,0

JUMLAH ANAK DALAM KELUARGA


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1--2 12 54,5 54,5 54,5
3-4 10 45,5 45,5 100,0
Total 22 100,0 100,0
91

JARAK RUMAH KE FASKES


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 5 km 1 4,5 4,5 4,5
6-10 km 5 22,7 22,7 27,3
> 10 km 16 72,7 72,7 100,0
Total 22 100,0 100,0

BIAYA ONGKOS YANG DIKELUARKAN SETIAP KE RS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= Rp100.000 14 63,6 63,6 63,6
> Rp100.000 8 36,4 36,4 100,0
Total 22 100,0 100,0

MEMPUNYAI ASURANSI KESEHATAN


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BPJS 21 95,5 95,5 95,5
Asuransi swasta 1 4,5 4,5 100,0
Total 22 100,0 100,0

USIA ANAK PERTAMA KALI DI DIAGNOSA DM TIPE1


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 5 tahun 3 13,6 13,6 13,6
6-9 tahun 2 9,1 9,1 22,7
10-14 tahun 15 68,2 68,2 90,9
>=15 tahun 2 9,1 9,1 100,0
Total 22 100,0 100,0
92

BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MEMBELI Stik Gula Darah


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < = Rp 200.000 2 9,1 9,1 9,1
> Rp 200.000 20 90,9 90,9 100,0
Total 22 100,0 100,0

Biaya pembelian jarum suntik insulin


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= Rp 100.000 19 86,4 86,4 86,4
> Rp 100.000 3 13,6 13,6 100,0
Total 22 100,0 100,0

frekuensi pemeriksaan kgd dilakukan setiap hari


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-2 x 6 27,3 27,3 27,3
3-4 x 15 68,2 68,2 95,5
7x 1 4,5 4,5 100,0
Total 22 100,0 100,0

Berapa sering melakukan kontrol glikemik kerumah sakit


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 bulan 20 90,9 90,9 90,9
2-3 bulan 2 9,1 9,1 100,0
Total 22 100,0 100,0
93

Biaya Alat pembelian alat alcohol swab


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= Rp 30.000 18 81,8 81,8 81,8
> Rp 30.000 4 18,2 18,2 100,0
Total 22 100,0 100,0

Biaya pembelian alat cek gula darah


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sumbangan 11 50,0 50,0 50,0
Biaya pribadi 11 50,0 50,0 100,0
Total 22 100,0 100,0

Nilai Kontrol Glikemik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 5 22,7 22,7 22,7
Tidak baik 17 77,3 77,3 100,0
Total 22 100,0 100,0
94

Crosstab
Nilai Kontrol Glikemik
Baik Tidak baik Total
PEKERJAAN Tidak Bekerja Count 0 1 1
AYAH % within PEKERJAAN AYAH 0,0% 100,0% 100,0%
% within Nilai Kontrol Glikemik 0,0% 5,9% 4,5%
% of Total 0,0% 4,5% 4,5%
Level 1 Count 1 9 10
% within PEKERJAAN AYAH 10,0% 90,0% 100,0%
% within Nilai Kontrol Glikemik 20,0% 52,9% 45,5%
% of Total 4,5% 40,9% 45,5%
Level 2 Count 3 6 9
% within PEKERJAAN AYAH 33,3% 66,7% 100,0%
% within Nilai Kontrol Glikemik 60,0% 35,3% 40,9%
% of Total 13,6% 27,3% 40,9%
Level 3 Count 1 1 2
% within PEKERJAAN AYAH 50,0% 50,0% 100,0%
% within Nilai Kontrol Glikemik 20,0% 5,9% 9,1%
% of Total 4,5% 4,5% 9,1%
Total Count 5 17 22
% within PEKERJAAN AYAH 22,7% 77,3% 100,0%
% within Nilai Kontrol Glikemik 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 22,7% 77,3% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 2,640a 3 ,451
Likelihood Ratio 2,851 3 ,415
Linear-by-Linear Association 2,451 1 ,117
N of Valid Cases 22
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,23.
95

Crosstab
Nilai Kontrol Glikemik
Baik Tidak baik Total
PEKERJAAN Tidak Bekerja Count 5 12 17
IBU % within PEKERJAAN IBU 29,4% 70,6% 100,0%
% within Nilai Kontrol 100,0% 70,6% 77,3%
Glikemik
% of Total 22,7% 54,5% 77,3%
Level 1 Count 0 3 3
% within PEKERJAAN IBU 0,0% 100,0% 100,0%
% within Nilai Kontrol 0,0% 17,6% 13,6%
Glikemik
% of Total 0,0% 13,6% 13,6%
Level 2 Count 0 2 2
% within PEKERJAAN IBU 0,0% 100,0% 100,0%
% within Nilai Kontrol 0,0% 11,8% 9,1%
Glikemik
% of Total 0,0% 9,1% 9,1%
Total Count 5 17 22
% within PEKERJAAN IBU 22,7% 77,3% 100,0%
% within Nilai Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%
Glikemik
% of Total 22,7% 77,3% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 1,903a 2 ,386
Likelihood Ratio 2,985 2 ,225
Linear-by-Linear Association 1,568 1 ,210
N of Valid Cases 22
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,45.
96

Crosstab
Nilai Kontrol Glikemik
Baik Tidak baik Total
PENGHASIL <= UMR Count 2 11 13
KELUARGA % within PENGHASIL 15,4% 84,6% 100,0%
PERBULAN KELUARGA PERBULAN
% within Nilai Kontrol 40,0% 64,7% 59,1%
Glikemik
% of Total 9,1% 50,0% 59,1%
> UMR Count 3 6 9
% within PENGHASIL 33,3% 66,7% 100,0%
KELUARGA PERBULAN
% within Nilai Kontrol 60,0% 35,3% 40,9%
Glikemik
% of Total 13,6% 27,3% 40,9%
Total Count 5 17 22
% within PENGHASIL 22,7% 77,3% 100,0%
KELUARGA PERBULAN
% within Nilai Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%
Glikemik
% of Total 22,7% 77,3% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,976a 1 ,323
Continuity Correctionb ,221 1 ,638
Likelihood Ratio ,963 1 ,327
Fisher's Exact Test ,609 ,316
Linear-by-Linear Association ,931 1 ,335
N of Valid Cases 22
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,05.
b. Computed only for a 2x2 table
97

Crosstab
Nilai Kontrol Glikemik
Baik Tidak baik Total
JARAK RUMAH KE <= 5 km Count 0 1 1
FASKES % within JARAK RUMAH KE 0,0% 100,0% 100,0%
FASKES
% within Nilai Kontrol Glikemik 0,0% 5,9% 4,5%
% of Total 0,0% 4,5% 4,5%
6-10 km Count 0 5 5
% within JARAK RUMAH KE 0,0% 100,0% 100,0%
FASKES
% within Nilai Kontrol Glikemik 0,0% 29,4% 22,7%
% of Total 0,0% 22,7% 22,7%
> 10 km Count 5 11 16
% within JARAK RUMAH KE 31,3% 68,8% 100,0%
FASKES
% within Nilai Kontrol Glikemik 100,0% 64,7% 72,7%
% of Total 22,7% 50,0% 72,7%
Total Count 5 17 22
% within JARAK RUMAH KE 22,7% 77,3% 100,0%
FASKES
% within Nilai Kontrol Glikemik 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 22,7% 77,3% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 2,426a 2 ,297
Likelihood Ratio 3,707 2 ,157
Linear-by-Linear Association 2,031 1 ,154
N of Valid Cases 22
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,23.
98

Lampiran 10. Dokumentasi dengan Pasien

Anda mungkin juga menyukai