Anda di halaman 1dari 126

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN

TENTANG DIET DIABETES MELLITUS DENGAN KEPATUHAN DIET


PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT
DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai


Strata Sarjana (S1) pada Program Studi Sarjana Kedokteran

Oleh:

Wa Ode Nur Salsabilah Hilyatul Auliya


K1A1 18 053

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

i
ii
iii
ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG DIET


DIABETES MELLITUS DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD KOTA
KENDARI

Oleh:
Wa Ode Nur Salsabilah Hilyatul Auliya
K1A1 18 053

Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Dalam mengendalikan gula darah normal diperlukan
penatalaksanaan diet yang baik dan benar dengan melakukan diet DM. Kepatuhan diet DM
merupakan salah satu faktor keberhasilan terhadap terapi diet DM. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM
dengan kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di poliklinik penyakit dalam RSUD Kota Kendari.

Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang


dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari. Jumlah sampel sebanyak
48 responden, dikumpulkan dengan teknik consecutive sampling. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM, sedangkan
variabel terikat adalah kepatuhan diet. Data diperoleh dari pengisian kuesioner kemudian
dianalisis menggunakan uji statistik Kolmogorov-smirnov dengan nilai signifikan < 0,05.

Hasil: Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan tinggi (39,6%), mayoritas


memiliki pengetahuan buruk tentang diet DM (66,7%), serta patuh terhadap diet DM
(70,8%). Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet (p-value = 0,533) dan tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan tentang diet DM dengan kepatuhan diet (p-value =
0,470).

Simpulan: Tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM
dengan kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Kepatuhan Diet, Pengetahuan, Pendidikan

iv
ABSTRACT

CORRELATION LEVELS OF EDUCATION AND KNOWLEDGE ABOUT


DIABETES MELLITUS DIET WITH DIETARY COMPLIANCE WITH TYPE 2
DIABETES MELLITUS PATIENTS IN INTERNAL MEDICINE OUTPATIENT
OF KENDARI CITY GENERAL HOSPITAL

By:
Wa Ode Nur Salsabilah Hilyatul Auliya
K1A1 18 053

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by


hyperglycemia that occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both.
For controlling normal blood sugar levels, good and correct dietary management is needed,
by using a DM diet. DM diet compliance is one of the success factors for DM diet therapy.
The aim of this study was to determine the correlation between the level of education and
knowledge of DM diet with dietary compliance of type 2 DM patients at the Internal
Medicine Outpatient of Kendari City General Hospital.

Methods: Descriptive analytic study with a cross sectional approach which was carried out
at the Internal Medicine Outpatient of Kendari City General Hospital. Total samples of this
study were 48 respondents, collected by consecutive sampling technique. The independent
variable in this study was the level of education and knowledge about the DM diet, while
the dependent variable was dietary compliance. The data obtained from filling out the
questionnaire then analyzed using the Kolmogorov-Smirnov with a significant value of <
0.05.

Results: Mayority of respondents had a high level of education (39.6%), mayority have
poor knowledge about the DM diet (66.7%), and adhere to the DM diet (70.8%). Statistical
test showed that there was no significant correlation between education level and dietary
compliance (p-value = 0,533) and there is no significant correlation between knowledge
about DM diet and dietary compliance (p-value = 0,470).

Conclusion: There was no correlation between the level of education and knowledge about
the DM diet with the dietary compliance of type 2 DM patients at the Internal Medicine
Outpatient of Kendari City General Hospital.

Keywords: Education, Diabetes Mellitus, Diet Compliance, Knowledge

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil‘alamin, peneliti ucapkan kepada Allah Subhanahu

Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat

menyelesaikan hasil yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan

Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Diet Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari”.

Melalui kesempatan ini secara khusus peneliti sampaikan penghargaan dan

terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua peneliti, Ibunda tercinta Wa Ode

Zulkaida dan Ayahanda tercinta Muhammad Nurjaya atas doa, didikan,

pengorbanan, kasih sayang, bantuan materi maupun batin dan kesabaran dalam

mendidik dan membesarkan peneliti hingga sekarang. Kepada adik tercinta Wa Ode

Nur Shafwa Muthma’innah Auliya dan Wa Ode Mehrunnisa Teguh Asi yang selalu

mendukung dan menyemangati peneliti. Terima kasih kepada keluarga besar yang

memberikan dukungan, motivasi, doa sehingga peneliti mampu menyelesaikan

tugas akhir dengan lancar. Terima kasih peneliti ucapkan kepada dr. Laode

Kardin, Sp.PD selaku pembimbing pertama dan dr. Muhammad Rustam HN,

M.Kes, Sp.OT selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga,

dan pikiran dalam mengarahkan peneliti dengan tulus hati dan penuh kesabaran

sejak awal penyusunan proposal sampai terselesaikannya hasil penelitian ini.

Peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih kepada penguji pertama dr.

Arimaswati, M.Sc, penguji kedua dr. Dedy Kusnadi, Sp.PD dan penguji ketiga

Ns. Sukurni, S.Kep, M.Kep atas sumbangsih kritik, saran, pemikiran, tenaga, dan

vi
waktu dalam memberikan saran yang terbaik bagi peneliti untuk menyelesaikan

tugas akhir ini.

Peneliti juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun F, S.Si., M.Si., M.Sc selaku Rektor UHO atas

penerimaannya kuliah di Universitas Halu Oleo khususnya di Fakultas

Kedokteran UHO.

2. Prof. Dr. Nur Nasry Noor, MPH selaku Konsultan Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo.

3. Dr. dr. Hj. Juminten Saimin, Sp. OG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo.

4. Dr. dr. I Putu Sudayasa, M.Kes selaku Wakil Dekan I FK UHO, Parawansah,

S.Farm, M.Kes, Apt selaku Wakil Dekan II FK UHO, drg. Sulastrianah,

M.Kes, Sp.Perio selaku Wakil Dekan III FK UHO.

5. dr. Wa Ode Sitti Asfiah Udu, M.Sc, Sp.A selaku Ketua Jurusan Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

6. dr. Arimaswati, M.Sc selaku Ketua Program Studi Kedokteran Fakultas

Kedokteran Universitas Halu Oleo.

7. Andi Noor Kholidha S, S.Si, M.Biomed, selaku Kepala Laboratorium

Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

8. dr. Muhammad Rustam HN, M.Kes, Sp.OT selaku Penasehat Akademik yang

telah memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis sejak awal

perkuliahan hingga selesai.

vii
9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kedokteran UHO yang telah banyak

membantu peneliti sejak saat perkuliahan hingga penyusunan tugas akhir.

10. Seluruh petugas RSUD Kota Kendari yang telah menjadi sumber informasi

dalam penelitian ini.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan dan tempat belajar selama kuliah IBXCAA,

terdiri atas Lilyana Aritonia Ahmad, Zaenab Nur Hidayah Binti Sukirman,

Ayikacantya Sudayasa, Muhammad Imam Zan Zabiyla Analuddin, Yusril

Marhaen, La Ode Naufal Arrouf Syahnasti, Gian Alvian, Muhammad Hilal

Kaslah, Muhammad Dipo Muharam, Lukman Talayansa, Muhammad

Syukur Sakaria, dan Muhammad Haris Munandar.

12. Sahabat-sahabat seperjuangan sejak SMA hingga saat ini FOURABIS

terdiri atas Sribulan Efrilla, Wahyuningsih Ramli, dan Isra Ladang Serang.

13. Rekan-rekan sesama asisten Laboratorium FK UHO, Terkhusus departemen

Anatomi atas kerja sama dan dukungannya selama ini.

14. Teman-teman angkatan saya 2018 VES18ULAR FK UHO atas

persahabatan, bantuan dan dorongan semangat selama menjalani

perkuliahan dan dalam menyelesaikan tugas akhir peneliti.

15. Seluruh Keluarga Besar Medical Research Club Universitas Halu Oleo atas

rasa kekeluargaanya selama berproses di Fakultas Kedokteran Universitas

Halu Oleo

16. Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Kedokteran UHO, kakak-kakak

Angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017 serta adik-

viii
adik 2019, 2020 yang telah menjadi keluarga penulis dan menempuh

pendidikan perguruan tinggi

17. Orang-orang yang berjasa dalam kehidupan penulis dan tidak dapat penulis

tuliskan namanya satu per satu. Atas segalanya penulis ucapkan terima

kasih dari hati yang terdalam.

18. Last but not least, saya ingin berterima kasih kepada diri saya karena selalu

percaya, selalu bekerja keras, tidak pernah menyerah sedetik pun, saya

ingin berterima kasih kepada diri saya karena selalu melalukan yang terbaik

dan selalu berpegang teguh kepada keyakinan setiap saat.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih

jauh dari kesempurnaan baik materi maupun teknik penulisannya. Karenanya, kritik

dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca sangat diharapkan dalam rangka

perbaikan hasil penelitian ini. Terlepas dari kekurangan yang ada, semoga karya ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin Ya Rabbal Aalamin.

Kendari, 22 Maret 2022

Wa Ode Nur Salsabilah Hilyatul Auliya

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
ABSTRACK......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN .......................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 5
1. Tujuan Umum ............................................................................. 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 5
2. Manfaat Aplikatif ........................................................................ 6
3. Manfaat Metodologis .................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
A. Tinjauan Umum Variabel ................................................................... 7
1. Pendidikan ................................................................................... 7
2. Pengetahuan ................................................................................ 12
3. Diabetes Mellitus Tipe 2 ............................................................. 20
4. Terapi Diet DM ........................................................................... 42
5. Kepatuhan ................................................................................... 48
B. Kerangka Teori................................................................................... 50
C. Kerangka Konsep ............................................................................... 51

x
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 51
1. Tingkat Pendidikan ..................................................................... 51
2. Pengetahuan tentang Diet DM .................................................... 51
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 52
A. Rancangan Penelitian ......................................................................... 52
B. Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................. 52
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 52
1. Populasi Penelitian ...................................................................... 52
2. Sampel Penelitian ........................................................................ 53
3. Kriteria Sampel ........................................................................... 53
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 54
1. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 54
2. Cara Kerja ................................................................................... 54
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................ 58
1. Tingkat Pendidikan ..................................................................... 58
2. Pengetahuan Tentang Diet DM ................................................... 59
3. Kepatuhan Diet............................................................................ 59
F. Analisis Data ...................................................................................... 60
G. Alur Penelitian.................................................................................... 61
H. Etika Penelitian .................................................................................. 61
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 64
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 64
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 66
C. Pembahasan ........................................................................................ 73
D. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 86
BAB V. PENUTUP .............................................................................................. 87
A. Simpulan............................................................................................. 87
B. Saran ................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90
LAMPIRAN ......................................................................................................... 95

xi
DAFTAR TABEL

Nomor
Judul Tabel Halaman
Tabel
Tabel 1 Karakteristik Responden di Poliklinik Penyakit 67
Dalam RSUD Kota Kendari Berdasarkan Jenis
Kelamin, Usia, Pekerjaan, dan Lama Menyandang
DM
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan 68
Responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Kota Kendari
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden 69
Tentang Diet DM di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Kota Kendari
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet Responden di 70
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari
Tabel 5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan 71
Diet Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Kota Kendari
Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Tentang Diet DM dengan 72
Kepatuhan Diet Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor
Judul Gambar Halaman
Gambar
Gambar 1. The Egregious Eleven 23
Gambar 2. Kerangka Teori 50
Gambar 3. Kerangka Konsep 51
Gambar 4. Alur Penelitian 61
Gambar 5. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari 64

xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang dan Singkatan Arti


% Persen
ADA American Diabetes Association
ADI Accepted Daily Intake
BB Berat Badan
BBI Berat Badan Ideal
CMV Cytomegalovirus
DM Diabetes Mellitus
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPP Dipeptidyl Peptidase
GDP Gula Darah Puasa
GDPT Glukosa Darah Puasa Terganggu
GDS Gula Darah Sewaktu
FFA Free Fatty Acid
GIP Gastric Inhibitory Polypeptide
GA Glycated albumin
GLP-1 Glucagon Like Peptide-1
HbA1c Hemoglobin A1c
HNF Hepatocyte Nuclear Factor
IASO International Association for the Study of
Obesity
IDF International Diabetes Federation
IMT Indeks Massa Tubuh
IOTF The International Obesity Task Force
IPF Insulin Promoter Factor
MA Madrasah Aliyah
MI Madrasah Ibtidaiyah
MODY Maturity Onset Diabetes of the Young

xiv
MTs Madrasah Tsanawiyah
NGSP National Glycohaemoglobin Standardization
Program
PGDM Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
PERKENI Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
SD Sekolah Dasar
SGLT Sodium Glucose co-Transporter
SMA Sekolah Menengah Atas
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
SMP Sekolah Menengah Pertama
TB Tinggi Badan
TGT Toleransi Glukosa Terganggu
TNM Terapi Nutrisi Medis
TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral
WHO World Health Organization

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
Judul Lampiran Halaman
Lampiran

Lampiran 1. Riwayat Hidup 95

Lampiran 2. Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden 96

Lampiran 3. Lembar Kuesioner 97

Lampiran 4. Tabel Hasil Pengambilan Data Penelitian 102

Lampiran 5. Analisis Data dengan SPSS 104

Lampiran 6. Surat Kelaikan Etik 107

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Balitbang 108

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 109

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian 110

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada

diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau

kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan

pembuluh darah. Hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, namun

hiperglikemia paling sering disebabkan oleh DM. Pada DM gula menumpuk

dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi

akibat hormon insulin yang jumlahnya kurang atau mengalami cacat fungsi

(WHO, 2016).

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015

memperkirakan terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia

menderita diabetes dengan prevalensi 9,3%. Negara di wilayah Arab-Afrika

Utara, dan Pasifik Barat menempati peringkat pertama dan kedua dengan

prevalensi 12,2% dan 11,4%. Wilayah Asia Tenggara menempati peringkat

ketiga dengan prevalensi sebesar 11,3%. Berdasarkan Riskesdas pada tahun

2018, prevalensi DM tipe 2 di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada

penduduk umur > 15 tahun sebesar 2% atau sekitar 713.783 orang, sementara

prevalensi DM semua umur di Indonesia sebesar 1,5% (Kemenkes RI, 2018).


2

Data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan

bahwa prevalensi DM tipe 2 di Sulawesi Tenggara berdasarkan diagnosis

dokter pada penduduk umur >15 tahun sebesar 1,3% atau sekitar 6.510 orang

dengan prevalensi DM Tipe 2 di Kota Kendari sebesar 1,3%, sementara

prevalensi DM semua umur di Sulawesi Tenggara sebesar 1,03%. Menurut

laporan RSUD Kota Kendari, jumlah penderita DM tipe 2 rawat jalan dan rawat

inap pada tahun 2020 yaitu sebanyak 447 orang, sedangkan jumlah penderita

DM tipe 2 rawat jalan pada tahun 2021 berdasarkan data pada bulan Februari

hingga September berjumlah 261 kunjungan.

Penyakit DM tipe 2 dikenal sebagai penyakit yang erat kaitannya

dengan asupan makanan. Asupan makanan seperti karbohidrat/gula, protein,

lemak, dan energi yang berlebihan dapat menjadi faktor resiko awal terjadinya

DM. Semakin berlebihan asupan makanan maka semakin besar pula

kemungkinan terjadinya DM. Karbohidrat akan dicerna dan diserap dalam

bentuk gula monosakarida. Penyerapan gula menyebabkan peningkatan gula

darah dan mendorong peningkatan sekresi hormon insulin (Susanti dan Bistara,

2018).

Penyakit DM tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang dapat

dikendalikan dengan lima pilar penatalaksanaan DM. Diet menjadi salah satu

hal penting dalam lima pilar penatalaksanaan DM. Meningkatnya kadar gula

darah pada pasien DM merupakan penyebab dari ketidakseimbangan jumlah

insulin, oleh karena itu diet menjadi salah satu pencegahan agar kadar gula
3

darah tidak meningkat. Diet yang tepat dapat membantu mengontrol kadar gula

darah (Yulisetyaningrum dkk,. 2018).

Dalam mengendalikan gula darah normal diperlukan penatalaksanaan

diet DM yang baik dan benar (Susanti dan Bistara, 2018). Diet DM adalah

pengaturan makanan yang diberikan kepada penderita penyakit diabetes. Diet

DM dilakukan dengan memperhatikan jumlah kalori yang dikonsumsi dalam

sehari, tepat jadwal sesuai yaitu 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan

selingan dengan interval waktu 3 jam antara makanan utama dan makanan

selingan, dan tepat jenis yaitu menghindari makanan yang manis atau makanan

yang tinggi kalori. Tujuan diet pada penyakit DM adalah membantu pasien

memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol

metabolik yang lebih baik (Putro dan Suprihatin, 2012).

Keberhasilan proses kontrol terhadap penyakit DM tipe 2 salah satunya

ditentukan oleh kepatuhan pasien dalam mengelola pola makan atau diet

sehari-hari (Hestiana, 2017). Keberhasilan diet sangat dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal sebagai penentu keberhasilan diet

diantaranya adalah pengetahuan dan sikap, sedangkan untuk faktor eksternal

yaitu dukungan keluarga, dukungan sosial, dan dukungan petugas kesehatan

(Dwi dan Rahayu, 2020).

Pengetahuan tentang diet merupakan faktor yang sangat penting dalam

menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap makanan sehingga dapat

mengendalikan dan mengontrol kadar gula darah. Pengetahuan itu sendiri

merupakan dasar untuk melakukan suatu tindakan sehingga setiap orang yang
4

akan melakukan tindakan didahului dengan tahu, selanjutnya perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Sikap patuh diet penderita dipengaruhi oleh pengetahuan,

dalam hal ini pengetahuan penderita tentang penyakit DM sangat penting

karena pengetahuan akan membawa penderita DM untuk menentukan sikap,

berpikir, dan berusaha untuk mengelola penyakitnya serta mengontrol gula

darah. Kepatuhan diet DM harus diperhatikan oleh pasien, karena diet

merupakan salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah

menjadi normal dan mencegah komplikasi. (Yulisetyaningrum dkk., 2018).

Menurut Budiman dan Riyanto (2013), pendidikan adalah suatu usaha

untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam maupun diluar

sekolah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima

informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan maka dipandang perlu untuk

melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan

tentang diet DM dengan kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit

Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat

hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM dengan

kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari?”


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pendidikan

dan pengetahuan tentang diet DM dengan kepatuhan diet pasien DM tipe

2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a) Mengetahui tingkat pendidikan penderita DM tipe 2 di Poliklinik

Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.

b) Mengetahui pengetahuan pasien tentang diet DM pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota

Kendari.

c) Mengetahui kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit

Dalam RSUD Kota Kendari.

d) Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet

pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.

e) Mengetahui hubungan pengetahuan tentang diet DM dengan

kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

Kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan tingkat


6

pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM dengan kepatuhan diet

pasien DM tipe 2. Serta diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

informasi untuk peneliti-peneliti lainnya.

2. Manfaat Aplikatif

a) Bagi Institusi

Menambah referensi dan kepustakaan mengenai hubungan

tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM dengan

kepatuhan diet pasien DM tipe 2 sehingga dapat dikembangkan pada

penelitian penelitian selanjutnya.

b) Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi penting yang dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat mengenai pentingnya pengetahuan tentang diet DM

di kalangan pasien DM tipe 2.

3. Manfaat Metodologis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran

khususnya dalam segi metodologis penelitian sehingga pada penelitian

selanjutnya bisa menentukan jenis pendekatan ataupun rancangan

penelitian seperti apa yang akan digunakan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variabel

1. Pendidikan
a) Definisi Pendidikan

Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan dan tak

pernah berakhir (never ending process), sehingga dapat menghasilkan

kualitas yang berkesinambungan, yang ditujukan pada perwujudan

sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya

bangsa serta Pancasila (Sujana, 2019).

Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan yaitu

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat

mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya

(Sholichah, 2018).

Menurut Budiman dan Riyanto (2013), pendidikan adalah

suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

didalam maupun diluar sekolah. Perlu ditekankan bahwa pendidikan

sendiri tidak hanya pendidikan formal, tetapi juga pendidikan

informal.

b) Fungsi Pendidikan

Mengacu pada UU No.20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional fungsi pendidikan yaitu Pasal 3 yang menyatakan

7
8

bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Sujana, 2019).

Upaya yang dilakukan dalam menciptakan tatanan kehidupan

yang baik dan sejahtera diperlukan adanya sumber daya manusia yang

unggul. Terciptanya sumber daya manusia unggul dapat terealisasi

dengan adanya pola pendidikan yang baik yang dibangun bersama-

sama antara pendidik, orang tua, dan masyarakat dengan

mengedepankan kemampuan intelektual, pembekalan keterampilan,

juga penanaman budi pekerti (Sholichah, 2018).

Menurut Horton dkk. (1993) dalam Krishnasamy (2013),

lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi sebagai berikut:

1) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.

2) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan

bagi kepentingan masyarakat.

3) Melestarikan kebudayaan.

4) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam

demokrasi.
9

Menurut Popenoe (1971) dalam Krishnasamy (2013), ada lima

macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:

1) Transmisi (pemindahan) kebudayaan.

2) Memilih dan mengajarkan peranan sosial.

3) Menjamin integrasi sosial.

4) Sekolah mengajarkan corak kepribadian.

5) Sumber inovasi sosial

c) Tujuan pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional, sesuai dengan Tap MPRS No.

XXVI/MPRS/1966 tentang agama, pendidikan, dan kebudayaan,

maka dirumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk

manusia pancasila sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945.

Selanjutnya dalam UU No. 2 tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa

pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan

mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

(Sujana, 2019).
10

d) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan

tersebut yaitu:

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan

pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang

diperlukan dalam masyarakat, dan mempersiapkan peserta didik

untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar dapat

berupa Sekolah Dasar (SD) sederajat dengan Madrasah Ibtidaiyah

(MI), luar sekolah (Fachruddin, 2017).

2) Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik

dengan lingkungan sosial budaya, alam sekitar serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau

pendidikan tinggi. Pendidikan menengah umum diselenggarakan

untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi

atau mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat yang lebih

tinggi (Fachruddin, 2017).


11

3) Perguruan Tinggi

Pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta

didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

tinggi yang bersifat akademik atau profesional sehingga dapat

menerapkan mengembangkan atau menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni dalam rangka pembangunan

nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia (Fachruddin,

2017).

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang

tingkat pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan

jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau

bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan

lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas

pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), serta bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,


12

magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan

tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

sekolah tinggi, institut, atau universitas.

2. Pengetahuan
a) Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman

orang lain, media massa, maupun lingkungan (Fachruddin, 2017).

Pengetahuan tidak berasal dari kumpulan fakta yang sederhana,

tetapi merupakan proses manusia yang unik yang tidak dapat

direduksi atau direplikasi secara sederhana. Itulah sebabnya

pengetahuan berhubungan dengan kemampuan manusia untuk

menyelaraskan informasi pengalaman seseorang atau pengalaman

orang lain dengan kemampuan dan pengalaman untuk menggunakan

informasi selama pengambilan keputusan, melakukan kegiatan dan

mencapai hasil (D’Prinzessin, 2021).

Secara singkat, dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan

adalah suatu gabungan pemahaman informasi dengan nilai-nilai serta

pengalaman seseorang yang dapat menentukan hasil dari keputusan

seseorang (D’Prinzessin, 2021).


13

b) Jenis-jenis Pengetahuan

Berdasarkan Dombrowski dkk. (2013), pengetahuan terbagi

menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Pengetahuan eksperimental (Experimental knowledge)

Pengetahuan eksperimental adalah pengetahuan yang

didapatkan dari koneksi langsung dengan lingkungan, melalui

sistem sensorik, dan kemudian diproses oleh otak. Misalnya, jika

seseorang ingin mengetahui bagaimana melakukan operasi usus

buntu atau apendektomi, maka orang tersebut harus melihat

proses operasi, memahami bagaimana cara kerjanya, dan juga

melakukan operasi tersebut secara langsung. Pengetahuan

semacam ini, tidak bisa didapatkan hanya dengan membaca buku

dan melihatnya di suatu layar kaca saja tanpa turun langsung ke

lapangan. Pengetahuan eksperimental merupakan hal yang

personal, karena hanya dapat jika sistem sensorik melakukan

kontak langsung yang kemudian informasi tersebut dilanjutkan

untuk diproses oleh otak. Pengetahuan ini secara prinsip

didasarkan pada persepsi dan refleksi.

2) Keterampilan (Skills)

Keterampilan diartikan sebagai pengetahuan tentang

bagaimana melakukan sesuatu (know-how). Pengetahuan ini

didasarkan pada pengetahuan eksperimental, tetapi merupakan

pengetahuan yang terstruktur dengan baik dan berorientasi pada


14

aksi yang didapatkan dengan cara melakukan suatu tugas secara

berulang dan belajar pada saat melakukannya. Pengetahuan jenis

ini digunakan untuk mempelajari hal seperti bagaimana cara

memanah, bermain alat musik ataupun berenang. Pengetahuan ini

sering juga disebut sebagai pengetahuan prosedural (procedural

knowledge).

3) Klaim Pengetahuan (Knowledge claims)

Jenis pengetahuan ini adalah pengetahuan yang seseorang

ketahui, atau orang tersebut merasa bahwa dia tahu. Tidak dapat

diketahui seberapa banyak pengetahuan yang diketahui seseorang

karena pengetahuan yang dimaksud termasuk pengetahuan

eksplisit dan pengetahuan yang tersirat. Pengetahuan eksplisit

adalah sesuatu yang dipelajari di sekolah, yang didapat dari buku,

ataupun yang didengar dari pembicara konferensi. Pengetahuan

tersirat yang dimaksud berarti pengalaman yang terdapat di zona

bawah sadar dan dimanifestasikan sebagai intuisi. Bahasa adalah

komponen esensial yang mengubah pengalaman emosional dan

spiritual menjadi pengetahuan rasional atau eksplisit.

c) Tingkat pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (ovent behaviour). Pengetahuan mempunyai 6 tingkat

yaitu:
15

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan

tingkat yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


16

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di

dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formula yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Tahapan pengetahuan tersebut menggambarkan tingkatan

pengetahuan yang dimiliki seseorang setelah melalui berbagai proses

seperti mencari, bertanya, mempelajari atau berdasarkan pengalaman.

d) Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011) cara memperoleh

pengetahuan yang adalah sebagai berikut:


17

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah

ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai

masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya

baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

kemblai pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula


18

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu

cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal

dengan penelitian ilmiah.

e) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah

cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat

dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagian. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi dan pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah menerima informasi (Wawan dan

Dewi, 2011).

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan yang harus

dilakukan terutama yang menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Sedangkan bekerja umumnya


19

merupakan kegiatan yang menyita waktu (Wawan dan Dewi,

2011).

c. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang

lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa (Wawan dan Dewi, 2011).

2) Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok (Wawan dan Dewi, 2011).

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi

(Wawan dan Dewi, 2011).


20

3. Diabetes Mellitus Tipe 2

a) Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia

kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,

disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,

saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health Organization

(WHO) sebelumnya telah memutuskan bahwa DM merupakan

sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas

dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu

kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor

dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan

fungsi insulin (Setiati dkk., 2017).

b) Epidemiologi Diabetes Tipe 2

Penyakit DM tipe 2 meliputi lebih 90% dari semua populasi

diabetes. Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara

3-6% pada populasi dewasa. IDF (2015) menyebutkan bahwa

prevalensi DM di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM

sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia dengan prevalensi

kasus DM tipe 2 sebanyak 85-90%. IDF juga memprediksi adanya

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta menjadi

14,1 juta pada tahun 2035. Berdasarkan data dari IDF tahun 2014,
21

Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik dua peringkat

dibandingkan dengan tahun 2013 dengan 7,6 juta orang penyandang

DM. Penelitian epidemiologi yang dilakukan hingga tahun 2005

menyatakan bahwa prevalensi diabetes melitus di Jakarta pada tahun

1982 sebesar 1,6%, tahun 1992 sebesar 5,7%, dan tahun 2005 sebesar

12,8% (Decroli, 2019).

c) Klasifikasi Diabetes Mellitus

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) pada tahun

2019 mengklasifikasikan DM berdasarkan etiologinya sebagai

berikut:

1) DM Tipe 1

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

/absolut)

a. Melalui proses imunologik

b. Idiopatik

2) DM Tipe 2

Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai

defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan

sekresi insulin bersama resistensi insulin)

3) DM Gestasional

Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga

kehamilan dimana sebelum kehamilan tidak didapatkan diabetes.

4) Tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain:


22

a. Sindroma diabetes monogenik (diabetes neonatal, maturity-

onset diabetes of the young (MODY))

b. Penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik, pankreatitis)

c. Disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya penggunaan

glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah

transplantasi organ)

d) Patofisiologi Diabetes Mellitus

DM yang merupakan penyakit dengan gangguan pada

metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak karena insulin tidak

dapat bekerja secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi

kebutuhan, atau keduanya. Gangguan metabolisme tersebut dapat

terjadi karena 3 hal yaitu, pertama kerusakan pada sel-sel beta

pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus, dan

bakteri, kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar

pankreas, dan ketiga karena kerusakan reseptor insulin di jaringan

perifer (Fatimah, 2015).

Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk

mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang

tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas untuk mensekresi insulin

(Hanum, 2013). Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal

mengakibatkan kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar

glukosa darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas


23

sangat banyak seperti contoh penyakit autoimun dan idiopatik

(NIDDK, 2014).

Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada

proses filtrasi yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini

mengakibatkan glukosa dalam darah masuk ke dalam urin

(glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan

pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan yang

keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang

hilang melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya

glukosa yang akan diubah menjadi energi sehingga menimbulkan rasa

lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi terhadap

kebutuhan energi (Hanum, 2013).

PERKENI (2019) menyampaikan, bahwa tidak hanya otot,

hepar, dan sel beta pankreas saja yang berperan dalam patogenesis

penyandang DM tipe 2 tetapi terdapat delapan organ lain yang

berperan, disebut sebagai the egregious eleven.

Gambar 1. The Egregious Eleven (PERKENI, 2019)


24

Secara garis besar patogenesis hiperglikemia disebabkan oleh

sebelas hal (egregious eleven) yaitu (PERKENI, 2019):

1) Kegagalan sel beta pankreas.

2) Disfungsi sel alfa pankreas.

3) Sel lemak.

4) Otot.

5) Hepar.

6) Otak.

7) Kolon/Mikrobiota.

8) Usus halus.

9) Ginjal.

10) Lambung.

11) Sistem Imun.

e) Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2

Menurut WHO (2016) berikut adalah faktor risiko dari DM

Tipe 2:

1) Riwayat keluarga diabetes atau genetika.

2) Usia yang lebih tua.

3) Obesitas atau kenaikan berat badan yang berlebihan selama

kehamilan.

4) Pola makan dan nutrisi yang buruk.

5) Kurangnya aktivitas fisik.

6) Riwayat Diabetes gestasional.


25

7) Merokok, infeksi dan pengaruh lingkungan.

8) Faktor-faktor lain termasuk asupan buah dan sayuran yang tidak

memadai, serat makanan, dan asupan makanan yang tinggi lemak

jenuh.

f) Tanda dan Gejala Klinis Diabetes Mellitus Tipe 2

Secara umum menurut PERKENI (2019) keluhan DM bisa

dikategorikan sebagai berikut:

1) Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

2) Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

g) Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2

Diagnosis DM Tipe 2 ditegakkan atas dasar pemeriksaan

kadar glukosa darah. Kriteria diagnosis DM Tipe 2 adalah sebagai

berikut (PERKENI, 2019):

1) Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl. Puasa

adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.

2) Pemeriksaan glukosa darah ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

3) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl dengan

keluhan klasik DM.


26

4) Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang

terstandarisasi oleh National Glycohemoglobin Standardization

Program (NGSP).

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau

kriteria DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang

meliputi toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa

terganggu (GDPT).

1) Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): hasil pemeriksaan

glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan

TTGO glukosa darah 2 jam < 140 mg/dl.

2) Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): hasil pemeriksaan glukosa

darah 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan GDP < 100

mg/dl.

3) Diagnosis prediabetes juga dapat ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan HbA1c yang menunjukan angka 5,7-6,4%.

h) Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2

Menurut PERKENI (2019) tujuan penatalaksanaan DM secara

umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes.

Tujuan penatalaksanaan meliputi:

1) Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,

memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi

akut.
27

2) Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas

penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.

3) Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan

mortalitas DM.

Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup

sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan

intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral

dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemik oral dapat diberikan

sebagai terapi tunggal atau kombinasi.

Menurut PERKENI (2019), ada lima pilar penatalaksanaan

pada penderita diabetes yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, latihan

jasmani, terapi farmakologis, dan pemantauan gula darah.

1) Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu

dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan

bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik.

Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi

edukasi tingkat lanjutan.

a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan

Kesehatan Primer yang meliputi:

(1) Materi tentang perjalanan penyakit DM.

(2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan

DM secara berkelanjutan.
28

(3) Penyulit DM dan resikonya.

(4) Intervensi non-farmakologi dan farmakologis serta

target pengobatan.

(5) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan

obat antihiperglikemik oral atau insulin serta obat-

obatan lainnya.

(6) Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil

glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika

pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).

(7) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia

(8) Pentingnya latihan jasmani yang teratur

(9) Pentingnya perawatan kaki.

(10) Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan.

b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan

Kesehatan Sekunder dan/atau Tersier, meliputi:

(1) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.

(2) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.

(3) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.

(4) Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga

prestasi)

(5) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa,

hari-hari sakit)
29

(6) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan

teknologi mutakhir tentang DM.

(7) Pemeliharaan/perawatan kaki. (elemen perawatan

kaki).

2) Terapi Nutrisi Medis

Kunci keberhasilan terapi nutrisi medis (TNM) adalah

keterlibatan menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi,

petugas kesehatan yang lain, serta pasien dan keluarganya). Guna

mencapai sasaran terapi, sebaiknya diberikan sesuai dengan

kebutuhan setiap penyandang DM.

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir

sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu

makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan

zat gizi masing-masing individu. Penyandang DM perlu

diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal

makan, jenis, dan jumlah kandungan kalori. Terutama pada

penderita yang menggunakan obat peningkat sekresi insulin atau

terapi insulin itu sendiri.

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:

karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi

terutama karbohidrat yang berserat tinggi, asupan lemak

dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, protein dibutuhkan

sebesar 10-20% total asupan energi, anjuran asupan natrium


30

untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu <2300 mg

per hari, penyandang DM dianjurkan mengkonsumsi serat dari

kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat

yang tinggi serat, pemanis aman digunakan sepanjang tidak

melebihi batas aman (PERKENI, 2019).

3) Latihan Jasmani

Latihan jasmani dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali

perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit

perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-

turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah

sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah < 100

mg/dl pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu

dan bila >250 mg/dl dianjurkan untuk menunda latihan jasmani.

Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan

termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk

selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulin. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa

latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang

(50-70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat,

bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung

maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220 dengan


31

usia pasien. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani.

4) Terapi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan

makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat

oral dan bentuk suntikan.

a. Obat Antihiperglikemik Oral

(1) Pemacu sekresi insulin (Insulin Secretagogue)

a) Sulfonilurea

Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan

cara:

i. Menstimulasi sel-sel beta pankreas untuk

mensekresi insulin.

ii. Menurunkan ambang sekresi insulin.

iii. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat

rangsangan glukosa.

Pada penggunaan jangka panjang atau dosis

yang besar dapat menyebabkan hipoglikemia.

b) Glinid

Glinid merupakan obat generasi baru yang

cara kerjanya sama dengan sulfonilurea. Golongan

ini terdiri dari dua macam obat, yaitu repaglinide


32

(derivat asam benzoat) dan nateglinide (derivat

fenilalanin). Obat ini diabsorbsi secara cepat di hati.

(2) Penambah sensitivitas terhadap insulin

a) Biguanid

Biguanid tidak merangsang sekresi insulin

dan menurunkan kadar glukosa darah sampai

normal (euglikemia) dan tidak pernah menyebabkan

hipoglikemia. Obat ini juga menekan nafsu makan

hingga berat badan tidak meningkat sehingga cocok

diberikan pada penderita yang overweight.

Beberapa contoh produk golongan biguanid yang

beredar di Indonesia adalah metformin, buformin,

ferformin.

b) Tiazolidindion

Golongan ini mempunyai efek menurunkan

resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah

protein pengangkut glukosa, sehingga

meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Contoh

produk ini adalah pioglititazone dan rosiglitazone.


33

(3) Penghambat glukoneogenesis

a) Metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi

produksi glukosa hati (glukoneogenesis), disamping

itu juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.

(4) Penghambat glukosidase alpha/akarbose

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbsi

glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek

menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.

b. Obat Antihiperglikemik Suntik

Yang termasuk obat antihiperglikemia suntik, yaitu

insulin, agonis GLP-1, dan kombinasi insulin dan agonis

GLP-1.

(1) Insulin

Insulin digunakan pada keadaan:

a) HbA1c saat diperiksa 27.5% dan sudah

menggunakan satu atau dua obat antidiabetes.

b) HbA1c saat diperiksa > 9%.

c) Penurunan berat badan yang cepat.

d) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis.

e) Krisis hiperglikemia.

f) Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal.


34

g) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark

miokard akut, stroke).

h) Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional

yang tidak terkendali dengan perencanaan makan.

i) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

j) Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.

k) Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi.

Jenis dan Lama Kerja Insulin

Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 7 jenis:

a) Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin).

b) Insulin kerja pendek (Short-acting insulin).

c) Insulin kerja menengah (Intermediate-acting

insulin).

d) Insulin kerja panjang (Long-acting insulin).

e) Insulin kerja ultra panjang (Ultra long-acting

insulin).

f) Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan

menengah dan kerja cepat dengan menengah

(Premixed insulin).

g) Insulin campuran tetap, kerja ultra panjang dengan

kerja cepat.
35

(2) Agonis GLP-1/Incretin Mimetic

Inkretin adalah hormon peptida yang disekresi

gastrointestinal setelah makanan dicerna, yang

mempunyai potensi untuk meningkatkan sekresi insulin

melalui stimulasi glukosa. Dua macam inkretin yang

dominan adalah glucose-dependent insulinotropic

polypeptide (GIP) dan glucagon-like peptide (GLP)-1.

Agonis GLP-1 mempunyai efek menurunkan berat

badan, menghambat pelepasan glukagon, menghambat

nafsu makan, dan memperlambat pengosongan lambung

sehingga menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini

antara lain rasa sebah dan muntah. Obat yang termasuk

golongan ini adalah: Liraglutide, Exenatide,

Albiglutide, Lixisenatide dan Dulaglutide.

(3) Kombinasi Insulin Basal dan Agonis GLP-1

Manfaat insulin basal terutama adalah menurunkan

glukosa darah puasa, sedangkan agonis GLP-1 akan

menurunkan glukosa darah setelah makan, dengan

target akhir adalah menurunkan HbA1c. Manfaat lain

dari kombinasi insulin basal dengan agonis GLP-1

adalah rendahnya risiko hipoglikemia dan potensi

peningkatan berat badan. Keuntungan pemberian


36

terpisah adalah pengaturan dosis yang fleksibel dan

terhindar dari kemungkinan interaksi obat, namun

pasien kurang nyaman karena harus menyuntikkan 2

obat sehingga dapat mengakibatkan clinical inertia. Ko-

formulasi rasio tetap insulin dan agonis GLP-1 yang

tersedia saat ini adalah IdegLira, ko formulasi antara

insulin degludeg dengan liraglutide dan IGlarLixi, ko-

formulasi antara insulin glargine dan lixisenitide.

Apabila pasien sudah mendapatkan agonis GLP-1

kombinasi dengan obat antihiperglikemik oral dan

HbA1c belum mencapai target, maka dapat

ditambahkan insulin basal mulai dengan dosis inisiasi

dan dititrasi sampai mencapai target glukosa darah

puasa 80-130 mg/dL dan HbA1c < 7% (atau individual

sesuai kondisi pasien).

5) Pemantauan Gula Darah

Pada praktek sehari-hari, hasil pengobatan DM tipe 2 harus

dipantau secara terencana dengan melakukan anamnesis,

pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

yang dapat dilakukan adalah:

a. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Tujuan pemeriksaan glukosa darah:

1) Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai


37

2) Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai

sasaran terapi.

Waktu pelaksanaan glukosa darah pada saat puasa, 1

atau 2 jam setelah makan, atau secara acak berkala sesuai

dengan kebutuhan. Frekuensi pemeriksaan dilakukan

setidaknya satu bulan sekali.

b. Pemeriksaan HbA1c

Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga

sebagai glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi

(disingkat sebagai HbA1c), merupakan cara yang digunakan

untuk menilai efek perubahan terapi 8 - 12 minggu

sebelumnya. Untuk melihat hasil terapi dan rencana

perubahan terapi, HbA1c diperiksa setiap 3 bulan. Pada

pasien yang telah mencapai sasaran terapi disertai kendali

glikemik yang stabil, HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali

dalam 1 tahun. HbA1c tidak dapat dipergunakan sebagai alat

untuk evaluasi pada kondisi tertentu seperti: anemia,

hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2-3 bulan terakhir,

keadaan lain yang mempengaruhi umur eritrosit, dan

gangguan fungsi ginjal.

HbAlc mempunyai keterbatasan pada berbagai

keadaan yang mempengaruhi umur sel darah merah. Saat ini


38

terdapat cara lain seperti pemeriksaan glycated albumin

(GA) yang dapat dipergunakan dalam pemantauan.

Pemeriksaan glycated albumin (GA) dapat digunakan

untuk menilai indeks kontrol glikemik yang tidak

dipengaruhi oleh gangguan metabolisme hemoglobin dan

masa hidup eritrosit seperti HbA1c. Pemeriksaan HbAlc

merupakan indeks kontrol glikemik jangka panjang (2-3

bulan). Sedangkan proses metabolik albumin terjadi lebih

cepat daripada hemoglobin dengan perkiraan 15 - 20 hari

sehingga GA merupakan indeks kontrol glikemik jangka

pendek. Beberapa gangguan seperti sindrom nefrotik,

pengobatan steroid, obesitas berat, dan gangguan fungsi

tiroid dapat mempengaruhi kadar albumin yang berpotensi

mempengaruhi nilai pengukuran GA.

c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)

Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan

dengan menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak

didapatkan alat pengukur kadar glukosa darah dengan

menggunakan reagen kering yang sederhana dan mudah

dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai

alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan

dengan baik dan cara pemeriksaan dilakukan sesuai dengan

cara standar yang dianjurkan. Hasil pemantauan dengan cara


39

reagen kering perlu dibandingkan dengan cara konvensional

secara berkala. PGDM dianjurkan bagi pasien dengan

pengobatan suntik insulin beberapa kali per hari atau pada

pengguna obat pemacu sekresi insulin. Waktu pemeriksaan

PGDM bervariasi, tergantung pada tujuan pemeriksaan yang

pada umumnya terkait dengan terapi yang diberikan. Waktu

yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam

setelah makan (untuk menilai ekskursi glukosa), menjelang

waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia), dan di

antara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia

nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami

gejala seperti hypoglycemic spells.

PDGM terutama dianjurkan pada:

1) Penyandang DM yang direncanakan mendapat terapi

insulin

2) Penyandang DM dengan terapi insulin dengan keadaan

sebagai berikut:

a) Pasien dengan HbA1c yang tidak mencapai target

setelah terapi.

b) Wanita yang merencanakan kehamilan.

c) Wanita hamil dengan hiperglikemia.

d) Kejadian hipoglikemia berulang.


40

i) Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2

Berikut adalah komplikasi DM menurut Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia (2019):

1) Komplikasi Akut

a. Krisis Hiperglikemia

(1) Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan

peningkatan kadar gula darah yang tinggi (300-600

mg/dl), disertai tanda dan gejala asidosis dan

peningkatan plasma keton. Osmolaritas plasma

meningkat (300-320 mOs/ml). dan terjadi anion gap.

(2) Status Hiperglikemia Hiperosmolar (SHH)

Peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200

mg/dl) tanpa tanda dan gejala asidosis. Osmolaritas

plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml), plasma

keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.

b. Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar

glukosa darah < 70 mg/dl. Hipoglikemia adalah penurunan

konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya gejala-

gejala sistem otonom, seperti adanya whipple’s triad:

1) Terdapat gejala-gejala hipoglikemia.

2) Kadar glukosa darah yang rendah.


41

3) Gejala berkurang dengan pengobatan.

Penurunan kesadaran yang terjadi pada penyandang

diabetes kemungkinan besar disebabkan oleh hipoglikemia.

Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan

sulfonilurea dan insulin. Hipoglikemia akibat sulfonilurea

dapat berlangsung lama, sehingga diperlukan pengawasan

sampai seluruh obat diekskresi dan waktu kerja obat telah

habis.

Hipoglikemia berdasarkan derajat keparahannya

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Hipoglikemia ringan: pasien tidak membutuhkan

bantuan orang lain untuk pemberian glukosa per oral.

2) Hipoglikemia berat: pasien membutuhkan bantuan orang

lain untuk pemberian glukosa intravena, glucagon, atau

resusitasi lainnya.

2) Komplikasi Kronik

a. Makroangiopati

(1) Pembuluh darah jantung: penyakit jantung koroner

(PJK).

(2) Pembuluh darah tepi: peripheral artery disease (PAD).

(3) Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke

hemoragik.
42

b. Mikroangiopati

(1) Retinopati diabetik.

(2) Nefropati diabetik.

(3) Neuropati diabetik.

(4) Kardiomiopati.

4. Terapi Diet DM
a) Tujuan Terapi Diet DM

Tujuan dari terapi diet DM yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1) Memperbaiki kesehatan umum dari penderita DM.

2) Mengontrol berat badan untuk menuju normal dan perhitungan

status gizi penderita.

3) Mempertahankan glukosa darah dalam batas normal.

4) Menekan atau menunda timbulnya penyakit komplikasi seperti

penyakit pada jantung atau pembuluh darah otak, dan penyakit

ginjal.

5) Memberikan modifikasi diet dan penentuan makan sesuai dengan

kondisi penderita yang disertai dengan penyakit lain, dan

sebagainya.

6) Menjadikan kehidupan sosial penderita DM sama dengan

kehidupan sosial orang lain yang hidup tanpa diabetes (Tandra,

2013).
43

b) Syarat diet DM

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-

masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan

mengenai pentingnya keteraturan 3J yaitu Jadwal makan, Jenis, dan

Jumlah kandungan kalori, terutama pada penderita yang

menggunakan obat peningkat sekresi insulin atau terapi insulin itu

sendiri (PERKENI, 2019).

Menurut IDF (2015) merekomendasikan diet yang sehat

sebagai berikut:

1) Memilih air, sebagai pengganti kopi, teh, jus buah, soda dan

minuman manis lainnya.

2) Makan tiga kali sehari dengan makan sayuran dan buah setiap

harinya.

3) Memilih kacang, sepotong buah segar atau yogurt yang tidak

manis untuk camilan.

4) Menghindari minum alkohol.

5) Memilih daging yang mengandung sedikit lemak, daripada

unggas atau seafood.

6) Memilih makan nasi merah daripada nasi putih.

7) Memilih minyak rendah lemak daripada mentega, minyak hewani

atau minyak kelapa.


44

c) Bahan makanan yang dianjurkan

Dalam menjalankan diet DM, pengetahuan tentang jenis bahan

makanan yang boleh maupun yang tidak boleh sangat diperlukan guna

mencapai kesehatan yang optimal pada penderita DM. Berikut bahan

makanan yang dianjurkan bagi penderita DM (PERKENI, 2019).

1) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang,

singkong, ubi, dan sagu.

2) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu

skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan.

3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas, yaitu bentuk makanan yang

mudah dicerna, dan terutama diolah dengan cara dikukus,

direbus, dan dipanggang.

e) Pedoman diet DM dengan 3J (Jadwal, Jenis, Jumlah)

Prinsip pengaturan makan bagi penderita DM adalah prinsip 3J,

yaitu jadwal, jenis, dan jumlah, dalam arti penderita diabetes harus

mengatur jadwal makan, mengatur jenis sumber energi, dan mengatur

jumlah kebutuhan energi (PERKENI, 2019).

1) Jadwal

Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori dan

komposisi yang terhitung, dibagi dalam 3 porsi besar untuk

makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi

makanan ringan (10-15%) (PERKENI, 2019).


45

2) Jenis

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:

karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi

terutama karbohidrat yang berserat tinggi, asupan lemak yang

dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, protein dibutuhkan

sebesar 10-20% total asupan energi, anjuran asupan natrium

untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu <2300 mg

per hari, penyandang DM dianjurkan mengkonsumsi serat dari

kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat

yang tinggi serat, pemanis aman digunakan sepanjang tidak

melebihi batas aman (PERKENI, 2019).

3) Jumlah

Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh penderita diabetes

harus sesuai dengan kebutuhan energi hariannya. Kelebihan

asupan energi secara berangsur-angsur dapat menyebabkan

kegemukan dan kekurangan asupan energi secara berangsur-

angsur juga dapat menurunkan berat badan penderita diabetes.

Besarnya kebutuhan energi bagi penderita diabetes dapat dihitung

setelah diketahui Berat Badan Ideal (BBI) dan Indeks Massa

Tubuh (IMT) (PERKENI, 2019).

a) Penentuan Berat Badan Ideal (BBI) menggunakan rumus

Broca yang dimodifikasi:

(1) Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg


46

(2) Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan

Wanita dibawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi:

Berat Badan Ideal (BBI) = (TB dalam cm – 100) x 1 kg

BB Normal: BB Ideal ± 10%

Kurus: kurang dari BBI - 10%

Gemuk: lebih dari BBI + 10%

b) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh dapat dihitung dengan rumus:

IMT = BB (kg)/TB(m2)

Klasifikasi IMT:

BB kurang < 18,5

BB normal 18,5-22,9

BB lebih ≥ 23,0

Dengan resiko 23,0-24,9

Obese I 25,0-29,9

Obese II ≥ 30

f) Faktor-faktor yang Menentukan Kebutuhan Kalori

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori menurut

PERKENI 2019:

1) Jenis kelamin

Kebutuhan kalori basal per hari untuk perempuan sebesar 25

kal/kgBB, sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.


47

2) Umur

a) Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5%

untuk setiap dekade antara 40 dan 59 tahun.

b) Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%.

c) Pasien usia diatas 70 tahun dikurangi 20%.

3) Aktivitas fisik atau pekerjaan

a) Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas

aktivitas fisik.

b) Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan

pada keadaan istirahat.

c) Penambahan sejumlah 20% pada pasien dengan aktivitas

ringan: pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga.

d) Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas sedang: pegawai

industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang.

e) Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani,

buruh, atlet, militer dalam keadaan Latihan.

f) Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat:

tukang becak, tukang gali.

4) Stress metabolic

Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress

metabolic (sepsis, operasi, trauma).


48

5) Berat badan

a) Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi

sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.

b) Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori ditambah sekitar

20-30% sesuai kebutuhan untuk meningkatkan BB.

c) Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal

per hari untuk Wanita dan 1200-1600 kal per hari untuk pria.

5. Kepatuhan
Kepatuhan (Compliance) adalah tingkat ketaatan pasien dalam

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokternya atau oleh yang lain. Kepatuhan merupakan tingkah seseorang

dalam melaksanakan perawatan, pengobatan, dan perilaku yang

disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

Ketidakpatuhan adalah keadaan di mana seorang individu atau kelompok

berkeinginan untuk mematuhi, tetapi ada faktor yang menghalangi

kepatuhan terhadap nasehat yang berkaitan dengan kesehatan yang

diberikan oleh profesional kesehatan (Imron, 2017).

Dalam penelitian Imron (2017), variabel yang mempengaruhi

kepatuhan seseorang yaitu:

a) Demografi

Meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio-

ekonomi dan pendidikan. Umur merupakan faktor yang penting

dimana anak-anak terkadang tingkat kepatuhannya jauh lebih tinggi


49

daripada remaja, sedangkan faktor kognitif serta pendidikan

seseorang dapat juga meningkatkan kepatuhan.

b) Penyakit

Perilaku kepatuhan biasanya ditemukan rendah pada penyakit

yang sudah terlanjur kronis serta saran-saran mengenai gaya hidup

seperti mengurangi makanan berlemak, olahraga dan berhenti

merokok.

c) Psikososial

Sikap seseorang terhadap perilaku kepatuhan menentukan

tingkat kepatuhan. Kepatuhan seseorang merupakan hasil dari proses

pengambilan keputusan orang tersebut, dan akan berpengaruh pada

persepsi dan keyakinan orang tentang kesehatan. Selain itu keyakinan

serta budaya juga ikut menentukan perilaku kepatuhan. Nilai

seseorang mempunyai keyakinan bahwa anjuran kesehatan itu

dianggap benar maka kepatuhan akan semakin baik.

d) Dukungan Sosial

Sosial keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh

dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan bagi individu serta

memainkan peran penting dalam program perawatan dan pengobatan.

Pengaruh normatif pada keluarga dapat memudahkan atau

menghambat perilaku kepatuhan, selain dukungan keluarga,

dukungan tenaga kesehatan diperlukan untuk mempertinggi tingkat

kepatuhan dimana tenaga kesehatan adalah seseorang yang berstatus


50

tinggi bagi kebanyakan pasien, sehingga apa yang dianjurkan akan

dilaksanakan.

B. Kerangka Teori

Diabetes Mellitus

Pilar penatalaksanaan

Edukasi Terapi nutrisi medis Latihan fisik Farmakologis Pemantauan


Gula Darah
Tingkat pengetahuan Anjuran Diet DM berdasarkan
3J (Jadwal, jenis, jumlah)

Pemahaman
terhadap informasi
1. Pendidikan
Demografi 2. Usia
Sikap pasien 3. Jenis kelamin
4. Suku bangsa
Manajemen diri Kepatuhan Pasien Mempengaruhi 5. Sosio-ekonomi

Penyakit

Patuh Tidak Patuh Psikososial

Dukungan
Sosial

Keterangan: : diteliti
: tidak diteliti

Gambar 2. Kerangka Teori


51

C. Kerangka Konsep

Tingkat pendidikan
Kepatuhan Diet
DM
Pengetahuan tentang
diet DM

Keterangan:

: variabel independen (variabel bebas)

: variabel dependen (variabel terikat)

Gambar 3. Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

1. Tingkat Pendidikan

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

kepatuhan diet pasien DM di RSUD Kota Kendari.

Ha : Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet

pasien DM di RSUD Kota Kendari.

2. Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus

H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang diet DM

dengan kepatuhan diet pasien DM di RSUD Kota Kendari.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan tentang diet DM dengan

kepatuhan diet pasien DM di RSUD Kota Kendari.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain

cross sectional untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dan

pengetahuan tentang diet DM dengan kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di

Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2022.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota

Kendari.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang

menjalani perawatan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari

saat penelitian berlangsung dan telah terdaftar sebagai pasien DM Tipe 2

sejak bulan Agustus-November 2021.

52
53

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit

Dalam RSUD Kota Kendari yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling.

Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini berjumlah 48

sampel yang dihitung menggunakan rumus slovin dari populasi total

kunjungan pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Kendari pada bulan Agustus-

November 2021 sebanyak 55 kunjungan.

𝑁
𝑛=
𝑁 (𝑑 2 ) +1

Keterangan:

N = besar populasi

n = besar sampel

d = derajat kebebasan = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%)

Perhitungan:

55
𝑛=
55(0,052 ) + 1

55
𝑛=
0,1375 + 1

𝑛 = 48,3 dibulatkan menjadi 48

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:


54

1) Pasien DM tipe 2 yang menjalani perawatan di Poliklinik

Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari pada saat pelaksanaan

penelitian.

2) Pasien dengan rentang usia 35-55 tahun.

3) Bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar inform

consent.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Alat dan Bahan Penelitian

a. Lembar kuesioner

b. Alat tulis

c. Laptop/device

2. Cara Kerja

Prosedur dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti mengurus surat ijin permohonan survey data awal di

Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo yang ditujukan kepada Direktur RSUD

Kota Kendari. Peneliti mendapatkan surat ijin untuk kemudian


55

melakukan survey data ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

Kota Kendari.

2) Peneliti telah mendapatkan jumlah pasien DM tipe 2 rawat jalan

pada tahun 2021.

3) Data populasi penelitian yang telah diketahui kemudian

dilakukan pendataan ulang berdasarkan perhitungan sampel dan

disesuaikan dengan kriteria inklusi penelitian yang telah

ditentukan untuk dijadikan sebagai calon responden penelitian.

b. Tahap pelaksanaan/penelitian

1) Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan cara

memberikan lembar informed consent sebagai persetujuan

menjadi responden penelitian, menjelaskan manfaat dan tujuan

serta menjelaskan bahwa responden hanya diharuskan untuk

mengisi kuesioner sehingga tidak ada bahaya yang mungkin ada

dari penelitian kepada responden.

2) Calon responden diberikan hak kebebasan untuk ikut

berpartisipasi atau menolak dalam penelitian.

3) Responden akan diberikan lembar kuesioner yang telah diberi

nomor oleh peneliti.

4) Pengumpulan data yang dilakukan peneliti ini melalui pengisian

kuesioner oleh responden dengan didampingi oleh peneliti,

karena tidak menutup kemungkinan peneliti harus membantu


56

menjelaskan saat klien mengalami kesulitan dalam memahami

pertanyaan.

5) Setelah kuesioner penelitian diisi oleh responden, maka peneliti

melakukan analisis data dan menarik kesimpulan dari penelitian

yang telah dilakukannya.

c. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan dengan

tahap-tahap yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) adalah

sebagai berikut:

1) Editing

Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data

yang sudah dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner

disunting kelengkapan jawabannya. Jika pada tahapan

penyuntingan ternyata ditemukan ketidaklengkapan dalam

pengisian jawaban, maka harus melakukan pengumpulan data

ulang.

2) Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan coding. Coding adalah membuat lembaran kode yang

terdiri dari tabel dibuat sesuai dengan data yang diambil dari alat

ukur yang digunakan. Coding atau pemberian kode ini sangat

berguna dalam memasukkan data (entry).


57

3) Data entry/processing

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke

dalam program atau “software” komputer. Salah satu paket

program yang paling sering digunakan untuk “entry data”

penelitian adalah paket program SPSS.

4) Tabulasi Data

Tabulasi data adalah membuat penyajian data, sesuai dengan

tujuan penelitian. Pengolahan data dengan aplikasi pengolah

data hampir sama dengan pengolahan data manual, hanya saja

beberapa tahapan dilakukan dengan aplikasi tersebut.

5) Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data

(Data Cleaning).

Data selanjutnya dianalisis untuk melihat distribusi

frekuensi dari semua variabel dan crosstab untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Analisis data menggunakan uji Kolmogorov smirnov.


58

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Tingkat Pendidikan

a. Definisi Operasional

Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan formal

terakhir yang pernah ditempuh oleh responden setelah memenuhi

ujian dengan memiliki tanda kelulusan.

b. Kriteria Objektif

1) Pendidikan dasar : SD/MI, SMP/MTs, atau yang

sederajat.

2) Pendidikan menengah : SMA/SMK/MA, atau yang

sederajat.

3) Pendidikan tinggi : Pendidikan diploma, sarjana,

magister, spesialis, dan doktor

yang diselenggarakan di perguruan

tinggi (akademi, politeknik,

sekolah tinggi, institut, atau

universitas).

(Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003)

c. Skala Pengukuran: Ordinal


59

2. Pengetahuan Tentang Diet DM

a. Definisi Operasional

Pengetahuan yang dimaksud adalah pemahaman responden

mengenai diet DM berdasarkan ketepatan jadwal, jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi.

b. Kriteria Objektif

1) Pengetahuan Baik : >80% jawaban benar (>12 nomor

jawaban benar)

2) Pengetahuan Sedang : 60 – 80% jawaban benar (9-12

nomor jawaban benar)

3) Pengetahuan Buruk : <60% jawaban benar (<9 nomor

jawaban benar)

(Sumber: Haskas, 2016 & Fitzgerald 2016)

c. Skala Pengukuran: Ordinal

3. Kepatuhan Diet

a. Definisi Operasional

Kepatuhan diet adalah sikap taat dan patuh pasien dalam

menjalankan terapi diet sesuai dengan jenis, jumlah, dan jadwal

makan yang dianjurkan.

b. Kriteria Objektif

Dinilai dengan skala Likert dengan skor:

Pernyataan favorable: 1 = Tidak pernah


60

2 = Jarang

3 = Sering

4 = Selalu

Pernyataan unfavorable: 4 = Tidak pernah

3 = Jarang

2 = Sering

1 = Selalu

Skor diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Patuh = skor ≥ 45

2) Tidak Patuh = skor < 45

c. Skala Pengukuran: Nominal

F. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat ini bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yaitu variabel bebas

berupa tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM dan variabel

terikat yaitu kepatuhan diet pasien DM tipe 2.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini, analisis bivariat

akan menggunakan uji Chi-Square karena menggunakan skala data

kategorik (nominal dan ordinal) dengan bantuan aplikasi Statistical

Package for the Social Sciences (SPSS). Apabila hasil Chi-Square


61

didapat < 0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen. Apabila hasil Chi-square > 0,05 berarti tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

G. Alur Penelitian

Melakukan Studi Pendahuluan di RSUD Kota Kendari

Pengajuan surat permohonan penelitian

Penyusunan proposal

Uji kelayakan etik

Populasi

Kriteria Kriteria
Sampel
Eksklusi Inklusi

Pengambilan data

Melakukan pengolahan dan analisis data

Hasil

Kesimpulan

Gambar 4. Alur Penelitian

H. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

melaksanakan sebuah penelitian mengingat penelitian berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia
62

mempunyai hak asasi. Penelitian harus melalui beberapa tahap pengurusan

perizinan melalui Komisi Etik Penelitian LPPM Universitas Halu Oleo. Setelah

mendapatkan izin, peneliti menghubungi objek penelitian untuk menjadi

responden dengan memperhatikan etika penelitian berikut :

1. Informed Consent

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti memberikan

Informed consent atau lembar persetujuan untuk menjadi responden dalam

penelitian. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu tujuan dan manfaat dari

penelitian yang dilakukan. Responden menandatangani lembar

persetujuan setelah bersedia menjadi responden.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan semua informasi peneliti tidak

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data tetapi hanya

menggunakan inisial dan memberi nomor pada masing-masing lembaran

tersebut.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti dan lembar pengisian responden disimpan dan dijaga oleh peneliti.

4. Menghargai Martabat Manusia

Responden berhak memutuskan dengan sukarela untuk terlibat

dalam penelitian tanpa beresiko dihukum atau dipaksa. Hak responden

untuk mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penelitian.

5. Justice (Keadilan)
63

Responden mempunyai hak yang sama sebelum, selama dan

sesudah partisipasi mereka dalam penelitian.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 5. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

1. Letak Geografis

RSUD Kota Kendari awalnya terletak di Kota Kendari, tepatnya di

Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 m2 dan

luas bangunan 1.800 m2. Kemudian pada tanggal 9 Desember 2011 RSUD

Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak di Jl. Brigjen

Z.A Sugianto No. 39 Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu Kota Kendari

(Profil RSUD Kota Kendari, 2020).

2. Sumber Daya Manusia

Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD Kota Kendari pada tahun

2019 sebanyak 604 orang (245 PNS, 351 non-PNS dan 8 PNS luar)

yang terdiri dari tenaga medis, tenaga kesehatan dengan berbagai profesi,

dan tenaga administrasi umum (Profil RSUD Kota Kendari, 2020).

64
65

Secara terperinci tenaga yang ada di RSUD Kota Kendari tahun 2020

dibagi menjadi dua yaitu tenaga kesehatan dan tenaga non- kesehatan.

Tenaga kesehatan terdiri dari 234 orang PNS dan 287 orang non-PNS serta

tenaga non-kesehatan terdiri dari 20 orang PNS dan 64 orang non-PNS

(Profil RSUD Kota Kendari, 2020).

3. Sarana dan Prasarana

Lokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung

yang terdiri dari gedung Anthurium (kantor), gedung Bougenville

(poliklinik), gedung IGD, gedung Matahari (radiologi), gedung Anyelir

(kamar operasi), gedung Asoka (ICCU), gedung Dahlia (ICU), gedung

Teratai (obgyn – ponek), gedung Lavender (rawat inap penyakit dalam),

gedung Mawar (rawat inap anak), gedung Melati (rawat inap bedah),

gedung Tulip (rawat inap saraf dan THT), gedung Anggrek (rawat inap

kelas 1), gedung Sakura (rawat inap VIP), gedung instalasi gizi, gedung

laundry, gedung laboratorium, gedung kamar jenazah,gedung apotek,

gedung CSSD / Central Sterile Supply Department, IGD Ponek, Gedung

Infection Center dan gedung PMCC / Private Medical Care Center (3

lantaidilengkapi dengan : Ruang poli terpadu 18 unit, ruang unit gawat

darurat 1 unit, ruang laboratorium 1 unit, ruang apotek 1 unit, ruang

rawat inap VIP, VVIP, dan eksekutif 25 unit, dilengkapi denganfasilitas

lift menuju lantai 2 dan 3 (Profil RSUD Kota Kendari, 2020).


66

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pasien DM tipe 2 yang melakukan

perawatan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari saat penelitian

berlangsung. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2022 dengan

mengumpulkan data menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel yang disertai narasi

dan dianalisis berdasarkan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis

univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variabel bebas dan variabel terikat

untuk memperoleh gambaran karakteristik sampel penelitian dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi variabel yang diteliti berupa yaitu

tingkat pendidikan, pengetahuan tentang diet DM. Analisis bivariat digunakan

untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pendidikan dan

pengetahuan tentang diet DM dengan variabel terikat yaitu kepatuhan diet

pasien DM tipe 2.

1. Karakteristik Demografi Responden

Penelitian ini melibatkan 48 orang responden sebagai sampel

penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

analisis univariat mencakup karakteristik subjek penelitian. Adapun

karakteristik responden secara umum menurut jenis kelamin, usia,

pekerjaan, dan lama menyandang DM. Distribusi frekuensi karakteristik

subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:


67

Tabel 1. Karakteristik Responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD


Kota Kendari Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pekerjaan,
dan Lama Menyandang DM
Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 19 39,6
Perempuan 29 60,4
Total 48 100
Usia
35-40 tahun 9 18,75
41-45 tahun 2 4,17
46-50 tahun 11 22,9
51-55 tahun 26 54,17
Total 48 100
Pekerjaan
Petani 5 10,41
PNS 7 14,6
Pensiunan 3 6,25
Swasta 6 12,5
IRT 17 35,42
Dosen 1 2,08
Guru 3 6,25
Gojek 1 2,08
Pedagang 3 6,25
Buruh 2 4,16
Total 48 100
Lama menyandang DM
1-10 tahun 42 87,5
11-20 tahun 6 12,5
Total 48 100

Berdasarkan data pada Tabel 1, diketahui bahwa dari 48 responden

didapatkan frekuensi tertinggi berdasarkan karakteristik jenis kelamin

adalah perempuan yaitu sebanyak 29 responden (60,4%) sedangkan

responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 responden (39,6%).

Berdasarkan karakteristik usia didapatkan frekuensi tertinggi dari

kelompok usia 53 hingga 55 tahun sebanyak 26 responden (54,17%)

sedangkan frekuensi terendah dari kelompok usia 41 hingga 46 tahun

sebanyak 2 responden (4,17%). Berdasarkan karakteristik pekerjaan,


68

didapatkan frekuensi tertinggi pada IRT sebanyak 17 responden (35,42%)

dan frekuensi terendah pada dosen dan gojek yaitu masing-masing

sebanyak 1 responden (2,08%). Berdasarkan karakteristik lama

menyandang DM, didapatkan frekuensi tertinggi pada kelompok 1 hingga

10 tahun yaitu sebanyak 42 responden (87,5%) dan frekuensi terendah

pada kelompok 11 hingga 20 tahun yaitu sebanyak 6 responden (12,5%).

2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel yaitu tingkat

pendidikan, pengetahuan tentang diet DM, dan kepatuhan diet pasien DM

tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.

a) Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Poliklinik

Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari, distribusi frekuensi tingkat

pendidikan penderita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di


Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari
Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Presentase (%)
Dasar 16 33,3
Menengah 13 27,1
Tinggi 19 39,6
Total 48 100

Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar penderita DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUD Kota Kendari pada bulan Januari tahun 2022 memiliki tingkat

pendidikan tinggi yaitu sebanyak 19 responden (39,6%) serta 16


69

responden (33,3%) memiliki tingkat pendidikan dasar dan 13

responden (27,1%) memiliki tingkat pendidikan menengah.

b) Pengetahuan tentang Diet DM

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Poliklinik

Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari, distribusi frekuensi

pengetahuan tentang diet DM penderita DM tipe 2 dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang


Diet DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota
Kendari
Pengetahuan tentang diet Frekuensi (n) Presentase (%)
DM
Baik 1 2,1
Sedang 15 31,3
Buruk 32 66,7
Total 48 100

Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar penderita DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUD Kota Kendari pada bulan Januari tahun 2022 memiliki

pengetahuan buruk tentang diet diabetes mellitus yaitu sebanyak 32

responden (66,7%) serta 15 responden (31,2%) memiliki pengetahuan

sedang dan 1 responden (2,1%) memiliki pengetahuan baik.

c) Kepatuhan Diet

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di Poliklinik Penyakit

Dalam RSUD Kota Kendari, distribusi frekuensi kepatuhan diet

penderita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel berikut:


70

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet Responden di


Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari
Kepatuhan diet Frekuensi (n) Presentase (%)
Patuh 34 70,8
Tidak patuh 14 29,2
Total 48 100

Berdasarkan data Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar penderita DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota

Kendari pada bulan Januari tahun 2022 patuh terhadap diet yang

dianjurkan yaitu sebanyak 34 responden (70,8%) dan sebanyak 14

responden (29,2%) tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya

hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM dengan

kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota

Kendari. Analisis hubungan variabel independen (tingkat pendidikan dan

pengetahuan tentang diet DM) dengan variabel dependen (kepatuhan diet)

dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.


71

a) Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Diet

Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota

Kendari

Tabel 5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Diet


Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Kota Kendari
Kepatuhan diet
Tingkat Patuh Tidak Total Nilai Sig.
pendidikan Patuh (2-tailed)
n % n % n %
Dasar 9 18,8 7 14,6 16 33,3
Menengah 9 18,8 4 3,8 13 27,1 0,533
Tinggi 16 33,3 3 6,3 19 39,6
Total 34 70,8 14 29,2 48 100

Berdasarkan data pada Tabel 5 menunjukan bahwa dari 48

responden, jumlah penderita DM tipe 2 yang memiliki kepatuhan

terhadap diet sebanyak 34 responden (70,8%) yang terdiri dari 9 orang

(18,8%) dengan pendidikan yang dasar, 9 orang (18,8%) dengan

pendidikan yang menengah, dan 16 orang (33,3%) dengan pendidikan

yang tinggi. Sedangkan jumlah penderita DM tipe 2 yang tidak patuh

terhadap diet sebanyak 14 responden (29,2%) yang terdiri dari 7 orang

(14,6%) dengan pendidikan yang dasar, 4 orang (3,8%) dengan

pendidikan yang menengah, dan 3 orang (6,3%) dengan pendidikan

yang tinggi.

Uji statistik yang digunakan adalah uji non-parametrik

Kolmogorov-smirnov. Hasil dari uji statistik pada Tabel 5 didapatkan

nilai signifikan = 0,533. Karena p-value > 0,05 maka disimpulkan

bahwa Ha ditolak dan H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat


72

hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pasien

DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.

b) Analisis Hubungan Pengetahuan Tentang Diet DM dengan

Kepatuhan Diet Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUD Kota Kendari

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Tentang Diet DM dengan


Kepatuhan Diet Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari
Kepatuhan diet
Pengetahuan Patuh Tidak Total
tentang Diet Patuh Nilai p
DM n % n % n %
Buruk 20 41,7 12 25 32 66,7
Sedang 13 27,1 2 4,2 15 31,3 0,470
Baik 1 2,1 0 0 1 2,1
Total 34 70,8 14 29,2 48 100

Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukan bahwa dari 48

responden, jumlah penderita DM tipe 2 yang memiliki kepatuhan

terhadap diet sebanyak 34 responden (70,8%) yang terdiri dari 1 orang

(2,1%) dengan pengetahuan yang baik, 13 orang (27,1%) dengan

pengetahuan yang sedang, dan 20 orang (41,7%) dengan pengetahuan

yang buruk. Sedangkan jumlah penderita DM tipe 2 yang tidak patuh

terhadap diet sebanyak 14 responden (29,2%) yang terdiri dari 2 orang

(4,2%) dengan pengetahuan yang sedang dan 12 orang (25%) dengan

pengetahuan yang buruk.

Uji statistik yang digunakan adalah uji non-parametrik

Kolmogorov-smirnov. Hasil dari uji statistik pada tabel 6 didapatkan

dari nilai signifikan 0,470 (>0,05) maka disimpulkan bahwa Ha


73

ditolak dan H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan tentang diet DM dengan kepatuhan diet pasien DM tipe

2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.

C. Pembahasan

1. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Diet Pasien DM

Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari

Hasil analisis bivariat pada Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian

besar responden yang patuh pada diet DM dengan mayoritas memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi yaitu sebanyak 33,3% responden. Untuk

responden yang tidak patuh pada diet DM dengan mayoritas memiliki

tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 14,6%.

Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji non-

parametrik Kolmogorov-smirnov sebab pada penelitian ini tidak bisa

menggunakan uji Chi-square. Didapatkan nilai signifikan = 0,533 (>0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit

Dalam RSUD Kota Kendari.

Secara teori, seseorang dengan pendidikan yang tinggi akan

mempunyai kesempatan untuk berperilaku baik. Orang yang

berpendidikan tinggi lebih mudah memahami dan mematuhi perilaku diet

dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Tingkat

pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau

masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya


74

dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam mematuhi

pengelolaan diet DM. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang

yang tingkat pendidikannya lebih rendah karena pendidikan merupakan

dasar utama untuk keberhasilan dalam pengobatan (Hestiana, 2017).

Hal ini sejalan dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini.

Berdasarkan data pada Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang patuh pada diet DM dengan mayoritas responden memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi yaitu sebanyak 33,3% responden

sedangkan untuk responden yang tidak patuh pada diet DM mayoritas

adalah responden dengan tingkat pendidikan yang dasar.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Yulisetyaningrum dkk. (2018) yang dilakukan pada pasien DM di RSUD

RA Kartini yang menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan kepatuhan diet pada pasien DM. Hal ini dibuktikan

dengan hasil analisis statistik spearman rho diperoleh p-value 0,038.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Yulisetyningrum dkk. (2018) adalah pada penelitian ini

responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah mayoritas

memiliki kepatuhan diet yang baik sedangkan pada penelitian sebelumnya

responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah mayoritas dengan

kepatuhan diet yang rendah.


75

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hestiana (2017) yang dilakukan pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas

Tlogosari Wetan Kota Semarang dengan hasil penelitian yang diperoleh

bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan

dalam pengelolaan diet pada pasien DM tipe 2 dengan desain penelitian

cross sectional menggunakan uji chi square didapatkan p-value 0,44.

Hal serupa juga ditemukan oleh Adhanty dkk. (2021) yang dilakukan

pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok yang menunjukan bahwa

tidak ada perbedaan signifikan antara tingkat pendidikan dengan

kepatuhan diet. Hal ini dibuktikan dengan uji korelasi pearson dan

independent t test didapatkan p-value 0,979. Seseorang yang memiliki

tingkat pendidikan tinggi sering dikaitkan dengan kesadaran dan

kewaspadaan yang lebih baik terhadap komplikasi penyakit diabetes dan

lebih patuh terhadap diet dibandingkan dengan yang memiliki tingkat

pendidikan rendah. Meski demikian, pendidikan tidak selalu menjadi

indikator yang dapat menentukan perilaku kesehatan karena perilaku

seseorang tidak hanya terbentuk saat melaksanakan pendidikan namun

bisa terbentuk akibat adanya pengaruh dari lingkungan di sekitarnya.

Selain tingkat pendidikan, usia memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan dalam melakukan terapi non farmakologis salah satunya adalah

diet. Berdasarkan data pada Tabel 1, didapatkan mayoritas responden

memiliki usia antara 51-55 tahun dimana responden dengan rentang usia

tersebut rata-rata patuh terhadap diet DM. Dalam beberapa penelitian


76

disebutkan bahwa pasien yang berumur tua memiliki kepatuhan berobat

semakin tinggi karena usia tua tidak disibukkan dengan pekerjaan

sehingga dapat datang berobat secara teratur dan menjaga pola makan

yang seimbang. Berbeda dengan usia produktif mereka disibukkan dengan

pekerjaan dan gaya hidup yang tidak teratur yang menyebabkan mereka

tidak mematuhi diet dengan baik (Dasoppang, 2018). Aspek psikologis

dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu

bertambahya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika

berumur belasan tahun (Cahyati dan Wantonoro, 2015).

Lamanya seseorang menyandang penyakit DM juga mempengaruhi

kepatuhan seseorang terhadap diet. Berdasarkan data pada Tabel 1, pada

karakteristik lama menyandang DM minoritas responden pada penelitian

ini telah menyandang DM selama 11-20 tahun yang dimana responden

dengan kelompok menyandang DM selama itu memiliki kepatuhan

terhadap diet yang baik. Hal ini disebabkan karena pasien yang telah lama

menderita DM tipe 2 memiliki pengalaman serta telah belajar dari rasa

sakit yang telah ia alami selama masa sakitnya sehingga kepatuhan pasien

meningkat seiring berjalannya waktu (Bertalina dan Purnama, 2016).

Semakin lama waktu sakit yang dialami oleh penderita DM maka akan

meningkatkan waktu penerimaan penderita terhadap penyakitnya sehingga

berpengaruh pada banyaknya informasi yang didapat penderita terhadap


77

penatalaksanaan penyakit DM, termasuk juga pengelolaan diet yang harus

dijalani. Namun, durasi seseorang menyandang DM tidak selalu

meningkatkan kepatuhan seseorang terhadap diet. Menurut Bernal (2000)

menemukan bahwa pasien yang telah lama menderita DM namun disertai

komplikasi memiliki efikasi diri yang rendah. Dengan adanya komplikasi

akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengelola perawatan diri

dan penyakitnya. Tingkat kepatuhan dengan durasi penyakit cenderung

memiliki hubungan negatif. Semakin lama pasien menderita diabetes,

semakin kecil kemungkinan untuk menjadi patuh terhadap pengobatan.

2. Hubungan Pengetahuan Tentang Diet DM dengan Kepatuhan Diet

Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari

Hasil analisis bivariat pada Tabel 6 menunjukan bahwa sebagian

besar responden yang patuh pada diet DM dengan mayoritas responden

memiliki pengetahuan tentang diet DM yang buruk yaitu sebanyak 41,7%

responden. Untuk responden yang tidak patuh pada diet DM dengan

mayoritas memiliki pengetahuan tentang diet DM yang buruk pula yaitu

sebanyak 25% responden.

Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji non-

parametrik Kolmogorov-smirnov sebab pada penelitian ini tidak bisa

menggunakan uji Chi-square. Didapatkan nilai signifikan = 0,473 (>0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan tentang diet DM dengan kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di

Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.


78

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ramadiani (2017) yang melakukan penelitian pada penderita DM tipe 2 di

wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Sulawesi Tenggara

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan

yang kurang tentang penatalaksanaan DM tipe 2 dengan terapi nutrisi.

Menurut Notoatmodjo (2007), pasien DM yang mempunyai

pengetahuan yang baik memungkinkan pasien dapat mengontrol dirinya

dalam mengatasi masalah yang dihadapi dan mematuhi segala apa yang

telah dianjurkan oleh petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan data yang

didapatkan pada penelitian ini dimana tertera pada Tabel 6 bahwa

responden yang memiliki pengetahuan yang baik juga patuh terhadap diet

DM.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Sugandi dkk. (2017) yang dilakukan pada penderita DM tipe 2 di

Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru yang menunjukan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan diet pasien DM tipe 2.

Hal ini dibuktikan dengan hasil uji chi square dimana didapatkan p-value

0,009.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sugandi dkk. (2017) adalah pada penelitian ini mayoritas

pengetahuan responden tentang diet DM buruk tetapi kepatuhan responden

terhadap diet baik. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh


79

Sugandi dkk. (2017) mayoritas responden memiliki pengetahuan yang

baik dengan kepatuhan baik.

Pengetahuan merupakan kemampuan yang dinilai penting untuk

dimiliki pasien agar dapat mengurangi dampak yang disebabkan oleh

penyakit DM. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang penting

untuk menjalankan pengobatan, seseorang yang melakukan suatu perilaku

karena didasari oleh pengetahuan akan lebih mudah melaksanakan

perilaku tersebut dibandingkan dengan yang tidak memiliki pengetahuan

yang cukup. Namun tingkat pengetahuan bisa dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi seseorang, semakin baik status ekonominya maka

pengetahuannya akan semakin baik (Sugandi dkk., 2017).

Pengetahuan responden yang kurang ini ditunjang dari beberapa

faktor, salah satunya adalah kurangnya pemahaman tentang diet DM yang

baik dan benar. Pengetahuan pasien seputar diet DM hanya sebatas

pemahaman tentang pembatasan karbohidrat dan kurang memahami

tentang jenis dan jumlah nutrisi serta jadwal makan yang tepat untuk

penderita DM. Rerata responden mempunyai persepsi keliru dalam

mematuhi diet. Persepsi keliru tersebut antara lain bahwa diet hanta

berguna untuk mengurangi gula, pembatasan diet boleh dilanggar sesekali,

yang dikurangi adalah makanan yang manis atau gulanya saja asala sedikit,

makan kue-kue asal pakai gula diet. Persepsi keliru ini menggambarkan

rendahnya tingkat pengetahuan pasien DM tentang diet yang benar (Purba

dkk., 2008).
80

Menurut peneliti, responden pada penelitian ini masih kurang

memahami terkait nutrisi lain yang berperan terhadap kenaikan gula darah.

Lemak dan protein yang dapat diubah menjadi glukosa dalam tubuh. Sel

lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin, menyebabkan

peningkatan proses lipolisis dan kadar asam lemak bebas (FFA=Free Fatty

Acid) dalam plasma. Peningkatan FFA akan merangsang proses

glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA

juga akan mengganggu sekresi insulin. sehingga, menyebabkan

peningkatan glukosa dalam darah (PERKENI,2019). Sehingga sangat

penting bagi penderita DM untuk mendapat informasi tentang jenis dan

jumlah nutrisi yang harus dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi

penderita DM. Karena jika hanya memahami satu aspek saja, akan sangat

berpengaruh terhadap peningkatan kadar gula darah penderita DM.

Disamping itu penderita DM tidak mengetahui makan pengganti yang

tempat untuk dikonsumsi seperti, pemanis buatan dalam jumlah yang

cukup.

Pada penelitian Ramadiani (2017) menyatakan bahwa faktor usia

dapat menjadi salah satu faktor berkurangnya pengetahuan responden

tentang terapi nutrisi. Pada lansia terjadi penurunan fungsi intelektual,

karena berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak, menyebabkan proses

penerimaan informasi lambat dan banyak informasi hilang selama proses

transmisi tersebut sehingga berkurangnya kemampuan untuk

mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori.


81

Hal ini didukung dengan data yang telah didapatkan pada Tabel 1, dimana

mayoritas responden pada penelitian ini memiliki usia 51-55 tahun yang

menunjukan bahwa rendahnya pengetahuan responden tentang diet DM

bisa disebabkan karena usia yang sudah lanjut.

Buruknya pengetahuan responden pada penelitian ini juga

disebabkan oleh kurangnya pemahaman responden terhadap pertanyaan

yang ada di kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam

kuesioner telah diuji validitas pada penelitian sebelumnya. Bahasa yang

digunakan di dalam kuesioner terlalu baku dan kurang dimengerti oleh

masyarakat awam sehingga menghasilkan berbagai interpretasi dari

responden.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sofiah dkk., (2019) yang dilakukan pada pasien rawat jalan penderita DM

tipe 2 di Puskesmas Pagiyanten dengan hasil penelitian menyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet

pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Pagiyanten yang dibuktikan

dengan hasil uji chi square (p-value 1,000).

Hal serupa ditemukan pada penelitian Adhanty dkk., (2021) yang

dilakukan pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok yang menunjukan

bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara pengetahuan dengan

kepatuhan diet. Hal ini dibuktikan dengan uji korelasi pearson dan

independent t test didapatkan p-value 0,441.


82

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun

responden memiliki pengetahuan yang buruk namun responden tetap

patuh terhadap diet DM. Hal ini dapat disebabkan karena lamanya

responden menyandang DM mempengaruhi kepatuhan responden

terhadap diet. Berdasarkan data pada Tabel 1, pada karakteristik lama

menyandang DM minoritas responden pada penelitian ini telah

menyandang DM selama 11-20 tahun yang dimana responden dengan

kelompok menyandang DM selama itu memiliki kepatuhan terhadap diet

yang baik dengan pengetahuan yang buruk tentang diet DM. Hal ini

disebabkan karena pasien yang telah lama menderita DM tipe 2 memiliki

pengalaman serta telah belajar dari rasa sakit yang telah ia alami selama

masa sakitnya sehingga kepatuhan pasien meningkat seiring berjalannya

waktu (Bertalina dan Purnama, 2016). Semakin lama waktu sakit yang

dialami oleh penderita DM maka akan meningkatkan waktu penerimaan

penderita terhadap penyakitnya sehingga berpengaruh pada banyaknya

informasi yang didapat penderita terhadap penatalaksanaan penyakit DM,

termasuk juga pengelolaan diet yang harus dijalani.

Selain durasi waktu seseorang menyandang DM, jenis kelamin juga

dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang. Menurut Waluyo dan Budhi

(2013) pada umumnya perempuan lebih memperhatikan akan kondisi

kesehatannya, sedangkan laki-laki sering tidak peduli dengan kesehatan

dan meremehkan kondisi tubuh mereka, walaupun sudah terkena penyakit

tertentu tetapi mereka masih enggan untuk memeriksakan kesehatannya


83

secara teratur. Hal ini didukung oleh data yang didapatkan dalam

penelitian ini pada Tabel 1 dimana mayoritas responden pada penelitian

ini adalah perempuan yaitu sebanyak 60,4% dan mayoritas responden

yang berjenis kelamin perempuan patuh terhadap diet DM. Laki-laki

memiliki kepribadian yang agresif, sombong, kompetitif, dominan,

independen dan tidak emosional sedangkan perempuan lebih cemas, penuh

kasih, bergantung, emosional, lembut, sensitif dan tunduk. Kepribadian

yang dimiliki perempuan itulah yang nampaknya membuat perempuan

lebih peduli dengan kesehatan dibandingkan laki-laki sehingga kepatuhan

diet lebih banyak didapatkan pada perempuan.

Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan.

Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.

Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke pelayanan

kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan

serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan

(Darbiyono, 2011).

Kepatuhan diet merupakan suatu hal yang penting untuk dapat

mengembangkan rutinitas (kebiasaan) yang dapat membantu penderita

dalam mengikuti jadwal diet penderita. Pasien yang tidak patuh dalam

menjalankan terapi diet menyebabkan kadar gula yang tidak terkendali

(Dewi dkk., 2018).

Kepatuhan pasien dalam menjalankan diet dipengaruhi oleh

banyak faktor yang bisa menjadikan pasien itu dapat menaati dan
84

mematuhi terapi diet yang dijalaninya. Kepatuhan pasien dalam

menjalankan terapi diet dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal berasal dari diri pasien sendiri meliputi motivasi

diri sendiri, tingkat pengetahuan, pendidikan dan pengelolaan diri/self

management. Faktor eksternal berasal dari luar diri pasien meliputi

motivasi/dukungan petugas kesehatan dan keluarga, agama/kepercayaan,

pengawasan terhadap perilaku pasien, dan penguatan/reinforcement

(Darbiyono, 2011).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fauzia dkk. (2013)

mengatakan bahwa keluarga memberikan perawatan kesehatan yang

bersifat preventif. Dengan adanya dukungan keluarga dapat meningkatkan

kepatuhan penderita dalam penatalaksanaan diet. Keluarga merupakan

orang yang paling dekat dengan penderita DM sehingga memungkinkan

mereka untuk memantau dan mengingatkan setiap saat mengenai program

pengobatan yang harus dilakukan oleh penderita tersebut.

Dukungan keluarga merupakan hal penting bagi pasien dalam

proses penyembuhan. Pelaksanaan diet DM sangat dipengaruhi oleh

adanya dukungan dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai

perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta

aktif dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain

di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan

perasaan terisolasi (Dewi dkk., 2018).


85

Dukungan tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk

meningkatkan kepatuhan, misalnya yang paling sederhana dalam hal

dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi. Tenaga

kesehatan merupakan orang pertama yang mengetahui tentang kondisi

kesehatan pasien sehingga mereka memiliki peran yang besar untuk

menyampaikan informasi mengenai kondisi kesehatan dan hal-hal yang

harus dilakukan oleh pasien untuk proses kesembuhannya. Komunikasi ini

bisa dilakukan melalui pendidikan kesehatan berupa penyuluhan (Fauzia

dkk., 2013).

Motivasi juga berperan penting dalam mempengaruhi kepatuhan

seseorang. Ketika seseorang termotivasi dengan adanya rangsangan dari

stimulus (dukungan keluarga, lingkungan, sosial) akan membentuk suatu

ekspektasi (harapan) yang mempengaruhi respon (motivasi) sehingga

menghasilkan sikap/perilaku (kepatuhan dalam diet) yang akan bertahan

lama atau bersifat continue (Datuela dkk., 2021).

Motivasi merupakan arah dan intensitas dari usaha seseorang,

motivasi dapat menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang

terhadap tujuan. Motivasi diri dapat mempengaruhi perilaku kesehatan

individu-individu untuk berperilaku yang sehat dan menjaga

kesehatannya. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan

yang terjadi pada diri seseorang, dan motivasi sebagai proses psikologis

timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri dan
86

faktor di luar dirinya. Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa

kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan,

cita-cita yang menjangkau kemasa depan. Sedangkan faktor di luar diri,

dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber dari lingkungannya atau faktor-

faktor lain yang sangat kompleks (Datuela dkk., 2021).

Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti tingkat pendidikan dan

pengetahuan dari responden. Sedangkan banyak faktor sosiodemografi

yang berperan dalam mempengaruhi kepatuhan seseorang. Selain itu,

kepatuhan diet pasien DM tipe 2 tidak bisa hanya diukur dari pengisian

kuesioner. Banyak indikator yang bisa menjadi acuan untuk membuktikan

kepatuhan diet penderita DM tipe 2 salah satunya dengan melihat nilai

HbA1c.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari kesalahan mengingat adanya

keterbatasan dan hambatan selama proses penelitian ini berlangsung. Adapun

keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Waktu yang terbatas sehingga responden terburu-buru dalam menjawab

kuesioner penelitian.

2. Dalam proses pengambilan data, informasi yang diberikan responden

melalui kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang

sebenarnya. Hal ini terjadi karena kadang perbedaan pemikiran, anggapan,

dan pemahaman tiap responden dan juga faktor lain seperti kejujuran

dalam pengisian pendapat dalam kuesionernya.


87

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang

terhadap pengelolaan pengobatannya namun dalam penelitian ini peneliti

hanya membahas faktor tingkat pendidikan dan pengetahuan, sehingga

disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang

mempengaruhi kepatuhan seseorang.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan

langsung dari lapangan dengan menyebar kuesioner. Responden penelitian ini

adalah penderita DM tipe 2 yang menjalani perawatan di Poliklinik Penyakit

Dalam RSUD Kota Kendari. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan

tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM dengan kepatuhan diet

pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet

pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari

2. Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang diet DM dengan

kepatuhan diet pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota

Kendari

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang

dapat diajukan, sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan

adanya tambahan variabel lain yang yang memiliki pengaruh terhadap

tingkat kepatuhan diet pasien dan disarankan untuk mengambil sampel

88
89

yang lebih banyak, hal ini bertujuan untuk keakuratan data yang lebih baik

dalam penelitian selanjutnya. Penelitian ini merupakan penelitian yang

masih dasar. Dengan diterimanya hasil penelitian ini maka perlu adanya

penelitian lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan diet pasien DM di kalangan masyarakat dengan menggunakan

metode yang lebih kompleks.

2. Bagi Instansi

Diharapkan nantinya dapat memberikan tambahan ilmu

pengetahuan secara umum khususnya dengan masalah apakah ada

hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM

dengan kepatuhan diet pasien DM tipe 2, dapat menambah buku-buku,

referensi dan jurnal tentang keperawatan komunitas. Hasil ini hendaknya

dijadikan sebagai bahan acuan ataupun pertimbangan dalam memberikan

pengetahuan atau wawasan dalam mengedukasi pasien DM.

3. Bagi RSUD Kota Kendari

Diharapkan dapat melakukan kegiatan seperti penyuluhan dan

sebagainya dalam meningkatkan pengetahuan terkait informasi seputar

penyakit DM, karena pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan

formal melainkan dapat diperoleh dari pendidikan non formal seperti

penyuluhan, media, dan beberapa sumber informasi yang dapat

meningkatkan pengetahuan penderita DM.


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2019. Standard Of Medical Care In Diabetes 2019


(1st ed., Vol. 42, pp. 2–6). USA: American Diabetes Association.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.


Jakarta.

Adhanty, S., Dian, A., Dien, A. 2021. Hubungan Health Locus of Control dengan
Kepatuhan Diet pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Kota Depok
Tahun 2020. Journal of Health Promotion and Behavior. Vol. 3.

Bernal, H. 2000. Correlates of selfefficacy in diabetes self-care among Hispanic


adults with diabetes. The Diabetes Educator.Vol. 26. No. 4.

Bertalina. Purnama. 2016. Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi Pasien


dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus.
Jurnal Kesehatan. Vol. 7 No. 8.

Budiman. Riyanto, A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Dan Sikap


Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Chin, Y.W., Lai, P.S.M., Chang, Y.Y. 2009. Self-care Behaviour and Related
Factors in Older People with Type 2 Diabetes. Journal of Clinical Nursing.
Vol.18 No. 23.

D’Prinzessin, C.A. 2021. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Covid-19


Terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan Pada Mahasiswa Farmasi
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2017. Skripsi. Program Studi
Pendidikan dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Dasoppang, E.S. 2018. Karakteristik Pengetahuan Dan Kepatuhan Diet Pada


Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas Pekan Labuhan Medan. TM
Conference Series. Vol. 1 No. 1.

Datuela, N., Hairil, A., Ake, R., Calvin, L. 2021. Hubungan Motivasi Diri dengan
Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus di Klinik Kotamobagu
Wound Care Center. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 11. No. 2.

Decroli, E. 2019. Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang: Universitas Andalas

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Laporan Tahunan Dinas


Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Kendari: Dinkes
Sultra.

90
91

Dombrowski, E., Rotenberg, L., Bick, M. (2013). Theory of knowledge. Oxford:


Oxford University Press.

Dewi, T., Aswita, A., Muhammad, S. 2018. Kepatuhan Diet Pasien DM


Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Di Wilayah
Puskesmas Sudiang Raya. Media Gizi Pangan. Vol. 25, Edisi 1.

Dwi, S.A., Rahayu, S. 2020. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surabaya Vol. 15 No.1.

Fachruddin, I. 2017. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Pengunjung


Terhadap Perilaku Peduli Kebersihan Lingkungan Obyek Wisata Pantai
Caruban. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Fatimah, R.N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta: J MAJORITY. Vol. 4, No.
5.

Fitzgerald, Funnell, Anderson, Nwanko, Stansfield, Piatt. 2016. Validation of the


Revised Brief Diabetes Knowledge Test (DKT2). Journal of Health
Education. Vol. 42 No. 2.

Gusdiani, I., Sukarni, Mita. 2020. Pengaruh Penggunaan Aplikasi Reminder


Terhadap Kepatuhan Diet dan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II. Skripsi. Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak.

Hanum, N.N. 2013. Hubungan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dengan Profil Lipid
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Cilegon Periode Januari-April 2013. Skripsi. FK dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Haskas, Y. 2016. Determinan Locus of Control pada Theory of Planned Behavior


dalam Perilaku Pengendalian Diabetes Mellitus.global Health Science. Vol.
2 No.2.

Hestiana, D.W. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam


Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota
Semarang. Journal of Health Education. Vol. 2 No.2.

Horton, Paul B., dan Chester L. Hunt. 1993. Sosiologi, Jilid 1 Edisi Keenam, (Alih
Bahasa: Aminuddin Ram, Tita Sobari). Jakarta: Penerbit Erlangga.

International Diabetes Federation. 2015. Diabetes Atlas Seventh Edition.


International Diabetes Federation.
92

Ihsan, F. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta:Rineka Cipta.

Imron, A.S. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Diet dengan
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan di
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Skripsi. Program Studi S1 Ilmu
Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang. Semarang.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
RI.

Krishnasamy, S. 2013. Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Pengetahuan


Tentang Cara Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Yang Benar di Puskesmas
Tamalanre. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Marcy, T.R., Britton, M.L., Harrisin, D. 2011. Identification of Barriers to


Appropriate Dietary Behavior in Low-Income Patients with Type 2
Diabetes Mellitus. Journal of Health Education. Vol. 2.

National Institute for Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK).
(2014). Cause of diabetes. NIH Publication.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

PERKENI. 2019. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe


2 Di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta.

Popenoe, D.1971. Sociology 7th edition. United States of America, Englewood


cliffs. New Jersey: A Division of Simon & Schuster.

Pramayudi, N. 2020. Gambaran Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di


Puskesmas Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020. Skripsi.
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Padang, Sumatra Barat.

Putro, P.J.S., Suprihatin. 2012. Pola Diit Tepat Jumlah, Jadwal, dan Jenis Terhadap
Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIKES). Vol. 5 No. 1.
93

Ramdiani, N.S. 2017. Gambaran Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang


Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari. Skripsi. Jurusan Keperawatan Poltekes Kesehatan
Kendari.

Rizky, Y. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Aman


Berkendara (Safety Driving) pada Pengemudi Taksi di PT.”X” Pool “Y”.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A.W., Stiyohadi, B., Syam, A.F. 2017. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid II. VI. Jakarta: Interna Publishing.

Sholichah, A.A. 2018. Teori-Teori Pendidikan Dalam Al-Qur’an. Jurnal Edukasi


Islami Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 7, No.1.

Soegondo, Sidartawan, Soewondo, P., Subekti, I. 2007. Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sofiah, A., Pratiwi, R.I., Santoso, J. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
Pagiyanten. D3 Farmasi Politeknik Harapan Bersama, Tegal. Jawa Tengah.

Sugandi, A., Yesi, H., Bayhakki. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Diet Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

Sujana, I.W.C. 2019. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan
Dasar. Vol. 4, Nomor 1.

Sundari, P.M. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Self Management Diabetes


dengan Tingkat Stres Menjalani Diet Penderita Diabetes Mellitus. Skripsi.
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Surabaya.

Susanti. Bistara, D.N. 2018. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Vokasional. Vol. 3 No.
1.

Tandra, H. 2013. Life Healthy with Diabetes. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Wawan, A., Dewi, M. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
94

World Health Organization. Global Report On Diabetes. France: World Health


Organization; 2016.

Yulisetyaningrum, Mardiana, S.S., Susanti, D. 2018. Hubungan Tingkat


Pendidikan dan Pengetahuan Tentang Diet DM dengan Kepatuhan Diet
Pasien Diabetes Mellitus di RSUD R.A Kartini Jepara. Indonesia Jurnal
Perawat. Vol.3 No.1.
Lampiran 1. Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama lengkap Wa Ode Nur Salsabilah Hilyatul

Auliya. Lahir di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 6

Februari 2001. Peneliti merupakan anak pertama dari 3

bersaudara. Ibu peneliti bernama Wa Ode Zulkaida dan ayah

peneliti bernama Muhammad Nurjaya. Peneliti mengawali

pendidikan formal jenjang pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Poasia tahun

2006-2012. Setelah itu, peneliti melanjutkan jenjang pendidikan menengah pertama

di SMP Negeri 5 Kendari tahun 2012-2015. Kemudian, peneliti melanjutkan

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Kendari tahun 2015-2018. Peneliti

masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo pada tahun 2018 melalui jalur

SBMPTN. Pada tahun 2019 peneliti bergabung menjadi anggota Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) FK UHO serta menjadi anggota Medical Research Club (MRC)

FK UHO. Untuk menyelesaikan studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo, penulis melakukan penelitian dengan judul, “HUBUNGAN

TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG DIET

DIABETES MELLITUS DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN DIABETES

MELLITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH KOTA KENDARI” sebagai syarat untuk memperoleh gelar

sarjana kedokteran.

95
96

Lampiran 2. Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden


LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENJADI SUBJEK PENELITIAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Tanggal lahir :
Alamat :
Telp :
Telah mendapatkan penjelasan dan secara sukarela serta penuh kesadaran menyatakan
bersedia/ tidak bersedia*) menjadi responden penelitian dengan judul "Hubungan tingkat
pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM dengan kepatuhan diet pasien diabetes
mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari ". Adapun bentuk kesediaan
saya ini adalah:
1. Bersedia untuk meluangkan waktu untuk diwawancarai
2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya terhadap apa yang diminta atau
ditanyakan oleh peneliti
3. Bersedia menjadi responden penelitian
Keikutsertaan saya ini sukarela tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun. Demikian
surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kendari, Januari 2022


Peneliti, Responden,

Wa Ode Nur Salsabilah H.A ( )


K1A1 18 053
Saksi,

( )
97

Lampiran 3. Lembar Kuesioner


KUESIONER PENELITIAN
Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang diet DM dengan kepatuhan
diet pasien diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Kendari

Petunjuk pengisian:
1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap bagian pertanyaan dalam kuesioner
2. Isilah identitas diri anda
A. Identitas responden:
a. Nama : …………………………………………………
b. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
c. Umur : …………tahun
d. Alamat : …………………………………………………
e. Pendidikan terakhir : SD/MI SMP/MTs
SMA/SMK/MA
Perguruan Tinggi (D1/D2/D3/S1/S2/S3)
Akademik POLRI/TNI
Lainnya (………………………….)
f. Pekerjaan :………………………………………………….
g. Lama menyandang DM : …………………………………………………
h. Obat-obatan yang dikonsumsi: …………………………………………………
…………………………………………………..
B. Pengetahuan tentang Diet DM
Petunjuk: Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara melingkari atau memberi tanda
(X) pilihan yang Bapak/ Ibu anggap sebagai jawaban yang benar.
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Diabetes Mellitus?
a. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah
b. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam urin
c. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah dan urin
2. Berapa kali frekuensi makan (meliputi makanan lengkap dan makanan selingan atau
snack) dalam sehari yang dianjurkan bagi penderita Diabetes Mellitus?
a. 4 kali (3 kali makan lengkap dan 1 kali makan selingan)
b. 5 kali (3 kali makan lengkap dan 2 kali makan selingan)
c. 6 kali (3 kali makan lengkap dan 3 kali makan selingan)
98

3. Berapa jarak antara makan utama (makanan lengkap) dengan makanan selingan
(snack) untuk penderita Diabetes mellitus?
a. Jarak 2 jam setelah makan
b. Jarak 3 jam setelah makan
c. Jarak 4 jam setelah makan
4. Prinsip diet atau pola makan pada penderita Diabetes Mellitus adalah.
a. Banyak, beragam, dan mengenyangkan
b. Tepat jadwal, jenis, dan jumlah konsumsi gizinya
c. Tergantung pada keinginan dan tanpa Batasan
5. Gejala umum pada penderita Diabetes Mellitus adalah.
a. Lemah, pusing, dan muntah
b. Sering tidur, dan sering pingsan
c. Sering makan, sering minum, dan sering buang air kecil
6. Diet diabetes adalah:
a. Makanan tinggi kalori
b. Makanan diet sehat dengan sayur dan buah
c. Makanan tinggi karbohidrat
7. Berapa ukuran porsi nasi dalam sepiring yang dianjurkan untuk pasien Diabetes
mellitus tiap kali makan?
a. 1 porsi piring penuh nasi
b. Setengah porsi piring untuk tiap kali makan besar
c. Seperempat porsi piring untuk tiap kali makan besar
8. Selain nasi, makanan apa yang dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
pasien Diabetes mellitus?
a. Sayuran dan buah
b. Cukup ubi
c. Roti, mie, kentang, dan lain-lain
9. Berapa kadar gula normal pada saat sewaktu atau pada saat gula darah acak?
a. Kurang dari 200 mg/dl
b. Lebih dari 200 mg/dl
c. Kurang dari 126 mg/dl
10. Berapa kadar gula normal pada saat gula darah puasa?
a. Kurang dari 126 mg/dl
b. Lebih dari 126 mg/dl
99

c. Kurang dari 200 mg/dl


11. Upaya yang dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi Diabetes mellitus?
a. Menstabilkan berat badan yang kegemukan
b. Tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat
c. Merencanakan pola makan dan aktivitas yang sehat
12. Apa efek yang terjadi setelah minum jus buah tanpa tambahan gula pada kadar gula
darah?
a. Lebih rendah
b. Lebih meningkat
c. Tidak berefek apapun
13. Makan makanan yang rendah lemak menurunkan risiko terkena penyakit?
a. Penyakit saraf
b. Penyakit ginjal
c. Penyakit jantung
14. Apa fungsi pengaturan pola makan pada Diabetes mellitus?
a. Menurunkan atau mengendalikan berat badan
b. Mengendalikan kadar gula darah atau kolesterol
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah terjadinya komplikasi akut
maupun kronis
15. Kapan seharusnya anda menerapkan pengaturan pola makan yang baik?
a. Saat kadar gula darah tidak normal maupun normal
b. Saat kadar gula darah tidak normal
c. Tergantung kondisi tubuh
KUNCI JAWABAN
1. C 6. B 11. C
2. C 7. C 12. B
3. B 8. A 13. C
4. B 9. A 14. C
5. C 10. A 15. A
Sumber:
Sundari, P.M. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Self Management Diabetes dengan Tingkat
Stres Menjalani Diet Penderita Diabetes Mellitus. Skripsi. Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga. Surabaya.
100

C. Kepatuhan Diet Pasien


Petunjuk pengisian: Pilihlah jawaban sesuai dengan jawaban responden dengan
memberikan tanda centang (√) pada kolom
Keterangan:
SL = Selalu
SR = Sering
JR = Jarang
TP = Tidak Pernah
No Pertanyaan SL SR JR TP

Jumlah

1 Setiap hari saya makan lebih dari tiga kali.

2 Saya secara rutin mengontrol kadar gula darah ke


puskesmas/pelayanan kesehatan yang lain untuk
menentukan kebutuhan diet saya.

3 Saya tidak mau mentaati aturan makan penderita DM


karena menyusahkan.

4 Saya makan makanan sesuai dengan anjuran dokter,


perawat dan petugas kesehatan lain.

5 Saya setiap hari selalu makan sayur dan buah sesuai


dengan anjuran dokter.

Jenis

6 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan dan


minuman yang terasa manis/banyak mengandung
gula.

7 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan yang banyak


mengandung minyak/tinggi lemak seperti makan siap
saji (fast food), gorengan, usus, dan hati.
101

8 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan yang banyak


mengandung vitamin dan mineral.

9 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan yang banyak


mengandung protein seperti telur dan daging.

No Pertanyaan SL SR JR TP

10 Saya selalu melakukan variasi makanan pada jadwal


diet makan saya agar tidak terjadi kebosanan.

11 Saya memakai gula pengganti seperti gula jagung pada


saat ingin mengkonsumsi minuman/makanan yang
manis.

12 Saya suka makan makanan yang asin- asin.

13 Saya selalu makan makanan kecil/ngemil.

Jadwal

14 Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan yang


sudah disarankan oleh dokter, perawat atau petugas
kesehatan lain.

15 Saya terlalu sibuk dengan urusan saya sehingga saya


makan tidak tepat waktu.

16 Jadwal aturan makan/diet yang dianjurkan terasa berat


bagi saya.

17 Saya tidak mencatat menu makanan setiap hari.

18 Setiap bulan saya secara rutin menimbang berat badan.

Sumber:
Pramayudi, N. Gambaran Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Poto
Tano Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020. Skripsi. Fakultas Keperawatan
Universitas Anda las. Padang, Sumatra Barat.
102

Lampiran 4. Tabel Hasil Pengambilan Data Penelitian

lama Kepatuhan diet


Pengetahuan
No Nama JK Umur (thn) Tingkat Pendidikan menyandang Jumlah Jenis Jumlah
Total Ket
DM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nilai Ket

1 NM P 51 SMA 2 4 4 3 4 2 3 3 3 2 2 1 1 1 4 4 4 3 2 50 P 7 (46,6%) buruk

2 LTF L 55 SMA 8 4 4 3 2 2 1 1 1 2 3 1 1 1 2 3 1 4 4 40 TP 7 (46,6%) buruk

3 NSR L 55 perguruan tinggi 8 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 1 3 1 2 3 2 1 4 41 TP 9 (60%) sedang

4 RML P 55 SMP 5 2 4 3 2 4 2 3 3 2 4 4 3 4 2 3 4 3 2 54 P 7(46,6%) buruk

5 NH P 53 SMP 10 4 4 1 4 4 3 1 1 2 4 1 3 3 2 2 4 3 2 48 P 9 (60%) sedang

6 MI L 35 perguruan tinggi 3 4 2 1 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 50 P 11 (73,3%) sedang

7 RN P 51 perguruan tinggi 9 3 4 4 4 4 4 4 3 1 4 3 4 1 4 3 4 2 4 60 P 7(46,6%) buruk

8 MYSF L 55 perguruan tinggi 5 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 1 61 P 9 (60%) sedang

9 STSLM P 55 perguruan tinggi 3 3 2 4 4 4 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 1 3 47 P 3 (20%) buruk

10 MRN P 50 SD 20 1 2 4 4 2 1 1 2 4 2 1 3 4 2 3 3 3 2 44 TP 4 (26,6%) buruk

11 SLT P 52 perguruan tinggi 14 2 4 4 3 3 4 3 4 2 3 1 4 2 4 3 3 3 4 56 P 11 (73,3%) sedang

12 HRT P 55 SMP 6 4 3 4 4 2 3 3 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3 2 50 P 12 (80%) sedang

13 AS P 55 SD 1 1 2 2 3 4 4 3 4 3 4 4 3 1 3 3 2 3 2 51 P 6 (40%) buruk

14 WH P 53 SMA 7 3 1 4 4 2 4 3 3 2 2 3 1 2 2 4 4 4 3 51 P 11 (73,3%) sedang

15 SYB P 54 perguruan tinggi 16 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 1 3 3 3 3 4 4 55 P 9 (60%) sedang

16 WN P 47 SD 1 1 4 4 4 4 4 4 2 2 3 1 1 2 2 2 1 1 4 46 P 7(46,6%) buruk

17 ST P 49 SMA 1 4 3 3 4 4 3 3 2 2 4 1 3 2 4 2 1 1 2 48 P 7(46,6%) buruk

18 AP P 52 SMA 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 2 3 3 3 3 3 53 P 6 (40%) buruk

19 B P 55 SMP 11 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 3 4 61 P 5 (33,3%) buruk

20 MQ L 55 perguruan tinggi 12 2 2 4 4 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4 2 4 3 2 56 P 4 (26,6%) buruk

21 RS L 52 SMA 10 2 2 1 4 4 4 3 4 3 2 1 3 2 4 4 4 2 1 50 P 6 (40%) buruk

22 WOP P 55 perguruan tinggi 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 66 P 2 (13,3%) buruk

23 S L 49 SMP 5 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4 2 2 2 3 3 2 2 1 45 P 11 (73,3%) sedang

24 K L 53 SMA 8 3 3 2 2 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 49 P 7 (46,6%) buruk


103

25 MRT P 42 SD 2 3 3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 46 P 7 (46,6%) buruk

26 D L 48 SMA 8 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 2 4 3 4 4 3 2 1 54 P 6 (40%) buruk

27 JMRN L 48 SMP 5 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 1 2 1 3 3 1 1 1 32 TP 3 (20%) buruk

28 WS P 51 perguruan tinggi 10 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 51 P 10 (66,6%) sedang

29 MRM P 51 SMP 7 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 1 2 38 TP 4 (26,6%) buruk

30 WZK P 47 perguruan tinggi 8 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 60 P 11 (73,3%) sedang

31 NI L 40 SMA 3 3 3 1 3 2 3 1 4 2 4 1 1 4 4 3 3 2 3 47 P 5 (33,3%) buruk

32 SPR L 35 perguruan tinggi 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 1 1 46 P 4 (26,6%) buruk

33 US P 35 perguruan tinggi 2 2 3 4 4 4 4 3 3 2 3 2 4 2 4 2 4 3 3 56 P 8 (53,3%) buruk

34 N P 35 perguruan tinggi 1 3 2 4 2 4 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 2 1 3 49 P 8 (53,3%) buruk

35 A P 40 SMA 10 3 2 2 2 3 2 3 2 2 4 2 2 2 3 1 2 1 4 42 TP 10 (66,6%) sedang

36 S P 40 SMP 5 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 1 2 2 3 2 3 1 2 41 TP 3 (20%) buruk

37 LH P 54 perguruan tinggi 10 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 4 4 3 54 P 11 (73,3%) sedang

38 SW P 55 SMP 15 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 35 TP 3 (20%) buruk

39 M P 50 SMP 10 3 3 2 3 3 1 2 1 2 1 1 2 1 3 3 2 2 3 38 TP 3 (20%) buruk

40 LU L 45 SMP 5 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 37 TP 4 (26,6%) buruk

41 S P 35 SMP 2 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 3 4 61 P 5 (33,3%) buruk

42 LB L 40 SMA 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 1 2 1 3 3 1 1 1 32 TP 3 (20%) buruk

43 WJ P 53 SMA 7 3 1 4 4 2 4 3 3 2 2 3 1 2 2 4 4 4 3 51 P 11 (73,3%) sedang

44 LS L 55 perguruan tinggi 20 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 1 63 P 13 (86,6%) baik

45 MNJ L 53 perguruan tinggi 8 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 60 P 11 (73,3%) sedang

46 KS L 47 SMA 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 1 3 2 2 2 3 1 2 41 TP 3 (20%) buruk

47 KA L 49 perguruan tinggi 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 3 1 1 30 TP 5 (33,3%) buruk

48 KU L 47 perguruan tinggi 1 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 40 TP 4 (26,6%) buruk


104

Lampiran 5. Analisis Data dengan SPSS

1. Analisis Univariat

a. Analisis Data Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 19 39.6 39.6 39.6
Sedang 13 27.1 27.1 66.7
Rendah 16 33.3 33.3 100.0
Total 48 100.0 100.0

b. Analisis Data Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 1 2.1 2.1 2.1
Sedang 15 31.3 31.3 33.3
Buruk 32 66.7 66.7 100.0
Total 48 100.0 100.0

c. Analisis Data Berdasarkan Kepatuhan Diet

Kepatuhan Diet
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Patuh 34 70.8 70.8 70.8
Tidak Patuh 14 29.2 29.2 100.0
Total 48 100.0 100.0
105

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Diet Pasien DM Tipe 2

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan * Kepatuhan 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%

Tingkat Pendidikan * Kepatuhan Diet Crosstabulation


Kepatuhan Diet
patuh tidak patuh Total
Tingkat dasar Count 9 7 16
Pendidikan % of Total 18.8% 14.6% 33.3%
menengah Count 9 4 13
% of Total 18.8% 8.3% 27.1%
tinggi Count 16 3 19
% of Total 33.3% 6.3% 39.6%
Total Count 34 14 48
% of Total 70.8% 29.2% 100.0%

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies
Kepatuhan Diet N
Tingkat Pendidikan patuh 34
tidak patuh 14
Total 48

Test Statisticsa
Tingkat
Pendidikan
Most Extreme Differences Absolute .256
Positive .000
Negative -.256
Kolmogorov-Smirnov Z .807
Asymp. Sig. (2-tailed) .533
a. Grouping Variable: Kepatuhan Diet
Nilai signifikan = 0,533
106

b. Hubungan Pengetahuan Tentang Diet DM dengan Kepatuhan Diet Pasien DM Tipe 2

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kepatuhan Diet * Pengetahuan Diet 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%

Pengetahuan Tentang Diet * Kepatuhan Diet Crosstabulation


Kepatuhan Diet
patuh tidak patuh Total
Pengetahuan baik Count 1 0 1
Tentang Diet % of Total 2.1% 0.0% 2.1%
sedang Count 13 2 15
% of Total 27.1% 4.2% 31.3%
buruk Count 20 12 32
% of Total 41.7% 25.0% 66.7%
Total Count 34 14 48
% of Total 70.8% 29.2% 100.0%

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies
Kepatuhan Diet N
Pengetahuan Diet patuh 34
tidak patuh 14
Total 48

Test Statisticsa
Pengetahuan
Diet
Most Extreme Differences Absolute .269
Positive .000
Negative -.269
Kolmogorov-Smirnov Z .847
Asymp. Sig. (2-tailed) .470
a. Grouping Variable: Kepatuhan Diet

Nilai signifikan = 0,470


107

Lampiran 6. Surat Kelaikan Etik


108

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Balitbang


109

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


110

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai