Anda di halaman 1dari 184

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN

BEROLAHRAGA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI


KECAMATAN MEDAN LABUHAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :

DESY NURBALQIS
141000182

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


BEROLAHRAGA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI
KECAMATAN MEDAN LABUHAN TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana kesehatan masyarakat

Oleh :

DESY NURBALQIS
141000182

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN

BEROLAHRAGA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI

KECAMATAN MEDAN LABUHAN TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya

adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

diajukan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap

karya saya ini.

Medan,          April 2018


Yang membuat pernyataan

Desy Nurbalqis

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

ABSTRAK

Masalah Diabetes Melitus berada pada peringkat keempat penyakit tidak


menular penyebab kematian pada semua umur.Dalam penatalaksanaan Diabetes
Melitus non farmakologi dapat dilakukan dengan pengaturan diet makanan dan
latihan jasmani.Dukungan keluarga juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam menjalankan senam bagi penderita Diabetes
Melitus untuk menjaga dan mempertahankan penderita Diabetes Melitus terjadi
komplikasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara


dukungan keluarga, dukungan emosional, dukungan pengharapan, dukungan
instrumental, dan dukungan informasional terhadap kepatuhan berolahraga di
Kecamatan Medan Labuhan tahun 20118.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitik


dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif, yang dilaksanakan di
Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Populasi dalam penelitian
ini berjumlah 180 penderita Diabetes Melitus yang mengikuti senam , dengan
jumlah sampel sebanyak 64 orang yang diambil melalui metode quota sampling.
Metode pengumpulan data dilaksanakan dengan pengisian kuesioner melalui
wawancara langsung dengan responden. Analisis data dilaksanakan dengan
analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square yang hasilnya
digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan


emosional (p=0,020), dukungan pengharapan (p=0,000), dukungan instrumental
(p=0,010), dukungan informasional (p=0,029), dukungan keluarga (p=0,000)
terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan
Medan Labuhan.

Diharapkan bagi pasien Diabetes Melitus agar senantiasa menjaga


kepatuhan berolahraga.Diharapkan bagi ketiga puskesmas Kecamatan Medan
Labuhan lebih aktif lagi dalam mengajak pasien untuk mengikuti senam dengan
menggerakkan dukungan keluarga sehingga kegiatan senam lebih efisien dan
banyak yang ikut menjalani senam.

Kata Kunci : Diabetes      Melitus,      Dukungan Keluarga, Kepatuhan


berolahraga, Puskesmas

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

ABSTRACT

The problem of Diabetes mellitus is at infectious cause of death at all


ages. In the treatment of Diabetes mellitus non Pharmacology can be done by
setting the food diet and physical exercise. factors that influence compliance with
diabetes mellitus complications. Diabetes mellitus complications. The purpose of
this study is to analyze the relationship between family support against
compliance exercise in Medan Labuhan years 20118.
The method used in this research was an analytical descriptive by using
quantitative approach method, which is implemented in Puskesmas Medan
Labuhan Sub-district Medan. The population in this research amounted to 180
patients with Diabetes Mellitus who followed gymnastics, with a total sample of
64 people taken through the method of quota sampling. Data collection methods
were conducted by filled out the questionnaire through direct interviews with the
respondents. Data analysiswas performed with univariate and bivariate analysis
used chi square test which resulted in the frequency distribution table.
The results showed that there was a relationship between emotional
support (p = 0.020), support expectations (p = 0,000), instrumental support (p =
0.010), informational support (p = 0.029), family support (p = 0,000) to exercise
compliance at patient of Diabetes Mellitus at Public Health Center Medan
Labuhan Sub-district.
It is suggested for Diabetes Mellitus patients to always keep the
compliance exercise. It is expected that the three puskesmas Medan Labuhan sub-
district is more active in inviting patients to follow gymnastics by moving family
support so that gymnastics activity more efficient and many who follow
gymnastics.

Keywords: Diabetes Mellitus, Family Support, Compliance exercising,


Public Health Center

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan kesehatan dan kesabaran serta semangat hidup untuk dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan

Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Berolahraga Pada Penderita Diabetes

Melitus di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2018”.

Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan dan

hambatan, namun berkat doa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya

skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Lita Sri Andayani, SKM., M.Kes,. selaku Kepala Departemen Pendidikan

Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara sekaligus sebagai pembimbing I atas segala saran, masukan,

dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Alam Bakti Keloko, M.kes selaku Dosen penguji I atas segala saran dan

masukan yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Eddy Syahrial, MS selaku pengujia II atas segala saran dan masukan

yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

6. Hiswani drh, M.Kes. selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan studi kepada penulis selama mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademika Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas segala wawasan dan

pembelajaran yang telah diberikan.

8. Bapak dan ibu pegawai FKM USU, terutama kepada bapak warsito yang

telah banyak membantu keperluan administrasi dalam penyelesaian skripsi

ini.

9. Kepala Puskesmas Medan Labuhan dr. Heva Julietta sinaga, M.Kes dan ibu

Fitri yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

10. Kepala Puskesmas Pekan Labuhan dr. Roi Hendra Sitepu yang telah

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11. Kepala Puskesmas Martubung dr. Nurainun Lubis yang telah banyak

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

12. Kepada kedua Orang Tua saya Ayahanda Drs. Eddy Syahrial MS dan Ibunda

Hj. Hamisah S.pd yang telah membesarkan dengan penuh cinta, mendukung,

mendidik, membimbing, mendoakan memberikan dukungan moril maupun

materil dan memberikan kasih sayang yang tidak terhingga sehingga penulis

skripsi ini bisa selesai dengan baik.

13. Kepada Kakak kandung Yun Helminda S.pd dan Abang ipar Khir Ahmad

Yanov SH yang telah memberikan dukungan dan bimbingan nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

14. Kepada Sigit Gunawan yang telah memberikan motivasi, semangat, bantuan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Kepada sahabat terdekat (Dini Annisa Barkah, Rr. Syarifah Halima, Ayunda

Marwah, Desi Putri Sari, Karina Purnomo, Wiwik Anjani, Tika Wulandari)

yang telah memberikan motivasi, semangat, dan bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini

16. Kepada sahabta terdekat PKIP (Pika Assyera, Nurhanifah) dan seluruh

keluarga besar peminatan PKIP FKM USU 2014 atas segala semangat dan

dukungan dan bantuan yang diberikan dalam mengerjakan skripsi ini.

17. Kepada sahabat terdekat (Debby oktaviani, Fildza Herzy, Irma, Nurul Ariska)

dan (Maudy Syafira, Salsa, dan Nurvianty Gita utami) yang telah memotivasi

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini

sehingga dengan kerendahan hati penulis menerima kritikan dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

Medan,          April
2018
Penulis

Desy Nurbalqis

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 9
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 12


2.1 Perilaku
2.1.1 Pengertian Perilaku.................................................... ................. 12
2.1.2 Klasifikasi Perilaku................... .................................................. 13
2.1.3 Domain Perilaku.......................................................................... 14
2.2 Dukungan Keluarga
2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga............................................... ... 19
2.2.2 Jenis Dukungan Keluarga....................................... .................... 20
2.3 Diabetes Melitus
2.3.1 Pengertian Diabetes Melitus............................................... ........ 24
2.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus............................................... ....... 25
2.3.3 Pengelolaan Diabetes Melitus............................................. ........ 26
2.4 Kepatuhan
2.4.1 Pengertian Kepatuhan............................................... .................. 28
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi kepatuhan............................ 30
2.4.3 Cara-cara Mengurangi Ketidakpatuhan........................... ........... 34
2.4.4 Cara –cara meningkatkan kepatuhan.......................................... 35
2.5 Olahraga
2.5.1 Terapi Olahraga ........................................................................... 39
2.5.2 Manfaat Olahraga ........................................................................ 39
2.6 Landasan Teori .......................................................................................... 42
2.7 Kerangka Konsep ...................................................................................... 43

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 45


3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 45
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi...................................................................................... ........ 45
3.2.2 Waktu............................................................................................... 45
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi............................................................................................ 46
3.3.2 Sampel.............................................................................................. 46
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 48
3.4.1 Data Primer............................................................................. ......... 48
3.4.2 Data Sekunder.................................................................................. 48
3.5 Definisi Operasional .................................................................................. 49
3.6 Instrumen Penelitian dan Aspek Pengukuran ............................................ 51
3.6.1 Instrumen Penelitian........................................................................ 51
3.6.2 Aspek Pengukuran........................................................................... 51
3.7 Pengolahan dan Analisi Data..................................................................... 54
3.7.1 Pengolahan Data........................................................................ ...... 54
3.7.2 Analisa Data........................................................................... .......... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 57


4.1    Gambaran Umum Kecamatan Medan Labuhan ........................................ 57
4.2 Analisis univariat ...................................................................................... 58
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 59
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ................................. 59
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ........................... 60
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan......................... 60
4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan ...................... 61
4.2.6 Hasil Univariat Berdasarkan Dukungan Keluarga ......................... 70
4.2.7 Hasil Univariat Berdasarkan Dukungan Emosional ....................... 71
4.2.8 Hasil Univariat Berdasarkan Dukungan Pengharapan ................... 71
4.2.9 Hasil univariat Berdasarkan Dukungan Instrumental..................... 72
4.2.10 Hasil Univariat Berdasarkan Dukungan Informasional.................. 72
4.2.11 Hasil Univariat Berdasarkan Tingkat Kepatuhan Berolahraga ...... 73
4.3 Analisi Bivariat .......................................................................................... 75
4.3.1 Hubungan Dukungan Emosional terhadap kepatuhan berolahraga 75
4.3.2 Hubungan Dukungan Pengharapan terhadap kepatuhan
Berolahraga .................................................................................... 76
4.3.3 Hubungan Dukungan Instrumental Terhadap Kepatuhan
Berolahraga ..................................................................................... 77
4.3.4 Hubungan Dukungan Informasional Terhadap Kepatuhan
Berolahraga ..................................................................................... 78
4.3.5 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Berolahraga 79
4.4 Analisis Multivariat.................................................................................... 80
4.4.1 Uji Analisis Regresi Berganda ....................................................... 80

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 87


5.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden ............................................... 87
5.1.1 Umur ............................................................................................... 87
5.1.2 Jenis Kelamin ................................................................................. 88
5.1.3 Pekerjaan ........................................................................................ 89
5.1.4 Pendidikan Terakhir ....................................................................... 90
5.2 Gambaran Pengetahuan Tentang Olahraga bagi Penderita Diabetes
Melitus......................................................................................................... 91
5.2.1 Gambaran Pengetahuan Responden tentang bahaya olahraga
yang berat bagi penderita Diabetes Melitus............................................... 91
5.2.2 Gambaran Pengetahuan Responden tentang olahraga yang tidak
baik bagi penderita Diabetes Melitus ........................................................ 92
5.2.3 Gambaran Pengetahuan Responden tentang menggunakan sepatu
yang nyaman agar terhindar dari luka ....................................................... 93
5.2.4 Kategori pengetahuan Responden dalam hal olahraga bagi
penderita Diabetes Melitus ........................................................................ 94
5.3 Gambaran Dukungan Keluarga ................................................................... 98
5.3.1 Dukungan Emosional ..................................................................... 98
a. Gambaran Dukungan Emosional Keluarga selalu menyemangati
penderita ketika mulai malas berolahraga ................................................. 91
b. Gambaran Dukungan Emosional keluarga selalu
menyenangkan hati penderita saat berolahraga ......................................... 93
5.3.2 Dukungan Pengharapan/penilaian ................................................... 101
a. Gambaran Dukungan Pengharapan/penilaian keluarga selalu
menghargai atas kepatuhan penderita dalam menjalankan
senam setiap minggu ........................................................................ 101
b. Gambaran Dukungan Pengharapan/penilaian keluarga selalu
mendukung jenis olahraga yang disukai penderita .......................... 102
5.3.3 Dukungan Instrumental ................................................................... 103
a. Gambaran Dukungan Instrumental keluarga menemani
penderita berolahraga .................................................................. 103
b. Gambaran Dukungan Instrumental keluarga menyediakan
waktunya untuk mengantar penderita berolahraga....................... 104
5.3.4 Dukungan Informasional ................................................................. 105
a. Gambaran Dukungan Informasional keluarga memberikan
informasi olahraga yang baik bagi penderita Diabetes Melitus ....... 105
b. Gambaran Dukunga Informasional keluarga memberikan
informasi kepada penderita agar menggunakan sepatu yang
nyaman saat berolahraga .................................................................. 106
5.4 Gambaran Kepatuhan Berolahraga bagi penderita Diabetes Melitus ......... 107
5.5 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Berolahraga pada
Penderita Diabetes Melitus ......................................................................... 108
5.5.1 Hubungan Dukungan Emosional terhadap kepatuhan berolahraga 109
5.5.2 Hubungan Dukungan Pengharapan/penilaian terhadap Kepatuha
Berolahraga ..................................................................................... 110
5.5.3 Hubungan Dukungan Instrumental terhadap kepatuhan

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

Berolahraga ..................................................................................... 112


5.5.4 Hubungan Dukungan Informasional terhadap kepatuhan
berolahraga ..................................................................................... 113

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 115


6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 115
6.2 Saran............................................................................................................ 117

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 119

LAMPIRAN

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Modifikasi Teori Freustein dalam Niven (2002) dan
Teori Friedman (1998)………………………………………..43
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga terhadap
kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus……44

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian....................................................... 48


Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin.............. 59
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Umur .......................... 59
Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan.................... 60
Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan ................. 60
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden
Tentang Olahraga pada penderita Diabetes Melitus .............. 61
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Karakteristik
Responden Berdasarkan Pengetahuan.................................... 63
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga .............................. 64
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Ketegori Responden
berdasarkan Dukungan Keluarga ........................................... 69
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kategori Responden
berdasarkan Dukungan Emosional......................................... 70
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kategori Responden
Berdasarkan Dukungan Pengharapan/penilaian..................... 70
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kategori Responden
Berdasarkan Dukungan Instrumental ..................................... 71
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Responden
Berdasarkan Dukungan Informasional................................... 71
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
tingkat Kepatuhan Berolahraga .............................................. 72
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan
tingkat kepatuhan berolahraga ............................................... 73
Tabel 4.15 Hubungan Dukungan Emosional Terhadap Kepatuhan
Berolahraga ............................................................................ 74
Tabel 4.16 Hubungan Dukungan pengharapan/penilaian
Terhadap Kepatuhan Berolahraga ........................................... 75
Tabel 4.17 Hubungan Dukungan Instrumental Terhadap Kepatuhan
Berolahraga ............................................................................ 76
Tabel 4.18 Hubungan Dukungan Informasional Terhadap Kepatuhan
Berolahraga ............................................................................ 77
Tabel 4.19 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Berolahraga ............................................................................ 78
Tabel 4.20 Analisis Regresi Berganda ..................................................... 81
Tabel 4.21 Hasil Uji F .............................................................................. 84
Tabel 4.22 Analisis koefisien Determibasi ............................................... 85

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Kuesioner………………………………………………………123
Lampiran 2Hasil Pengelolaan Data SPSS………………………………….130
Lampiran 3Master Data…………………………………………………….147
Lampiran 4Surat Izin Penelitian……………………………………………159
Lampiran 5Surat Keterangan Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan
Kota Medan…………………………………………………….160
Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian…………. ....161
Lampiran 7 Dokumentasi…………………………………………………. ...164

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

DAFTAR ISTILAH
WHO : World Health Organizer
IDF : Internasional Diabetes Federation
RISKESDARS : Riset Kesehatan Dasar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
DM : Diabetes Melitus
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
TTGO : Tes Toleransi Gkulkosa oral
MMPI : Minesota Multiphasic Personality Infentory
USA : United State Of Amerika
LDL : Low Density Lipoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

SPSS : Statistical Product and Service Solution

PROLANIS : Program Pengelolaan Penyakit Kronis

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

IRT : Ibu Rumah Tangga

PNS : Pegawai Negeri Sipil

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Desy Nubalqis, lahir pada tanggal 14 Desember1996 di


kota Medan. Beragama Islam. Menjadi ana ke tiga dari pasangan Ayahanda Eddy
Syahrial dan ibunda Hamisah S.Pd. Alamat penulis di Jalan tempirai sejati 6 No.
86 Blok VI Griya Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kelurahan Besar.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari SD 068474 Kota Medan (2002-


2008), Smp Negeri 45 Medan (2008-2011), SMA Negeri 7 Kota Medan (2011-
2014), dan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara (2014-2018).

xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke, kanker, Diabetes

Melitus, dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya

merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta

jiwa per tahun (WHO, 2010). Dari beberapa penyakit degeneratif yang ada

penyakit Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang mengalami

peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi (Kemenkes RI, 2013).

Hal tersebut dilihat dari data kejadian Diabetes Melitus yang menyebutkan

bahwa 382 juta orang mengidap Diabetes Melitus dan pada tahun 2035 akan

meningkat menjadi 592 juta orang. Disetiap Negara jumlah orang dengan

Diabetes Melitus tipe 2 meningkat 80% diantaranya penderita Diabetes Melitus

tersebut tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kelompok

terbesar penderita Diabetes Melitus berada pada rentang usia antara 40 sampai 59

tahun. Banyak penderita Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis sehingga

banyak mengakibatkan kematian hal ini bisa dilihat dari data yang ada

menunjukan terdapat 175 juta orang dengan Diabetes Melitus tidak terdiagnosis

dan menyebabkan 4,9 juta kematian pada tahun 2014 (International Diabetes

Federation, 2014).

Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

angka kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara termasuk di Indonesia.

Diabetes Melitus merupakan Salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

tempat pelayanan kesehatan, tercatat pada tahun 2005 jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230 ribu

penderita. Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah

penderita diabetes mellitus di Indonesia meningkat dua kali lipat dari 2 juta

penderita pada tahun 2007 dan akan menjadi 5 juta penderita pada tahun 2025.

Di Indonesia penyakit Diabetes Melitus meningkat setiap tahunnya pada

data Diabetes Melitus mencapai 9 juta kasus. Kasus Diabetes Melitus berada pada

peringkat keempat penyakit tidak menular penyebab kematian pada semua umur

(RISKESDAS, 2013). Prevalensi diabetes di Indonesia cenderung meningkat.

Pada data pevalensi Diabetes Melitus sebesar 5,7% pada tahun 2007 menjadi

6.9% pada tahun 2013. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi

peningkatan jumlah penyandang Diabetes Militus menjadi salah satu ancaman

kesehatan global dan mengalami kenaikan dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi

sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Konsensus,2015).

Diabetes Melitus adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan kadar

glukosa dalam darah melebihi batas normal. Diabetes Melitus Salah satu jenis

penyakit tidak menular yang ternyata menimbulkan angka kesakitan dan kematian

yang tinggi. Penyakit ini bukanlah penyakit yang baru, hanya saja kurang

mendapat perhatian di tengah-tengah masyarakat khususnya yang memiliki resiko

tinggi untuk menderita penyakit tersebut. Penyakit Diabetes Mellitus memerlukan

upaya penanganan yang tepat dan serius. Penyakit tersebut akan membawa

sebagian komplikasi yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi

ereksi, gagal ginjal dan kerusakan system syaraf.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

Penderita Diabetes Melitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang

dapat mengancam kehidupan. Apabila terjadi peningkatan kadar gula darah dalam

waktu yang lama maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa organ seperti

pembuluh darah (stroke), pembuluh mata (kebutaan), pembuluh darah jantung

(penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal kronik),

pembuluh darah kaki (gangrene/amputasi). Penderita Diabetes Mellitus memiliki

resiko stroke dan PJK dua kali lebih besar, lima kali lebih besar terkena gangrene,

7 kali lebih besar terkena gagal ginjal dan 25 kali lebih besar terkena kebutaan

(Soegondo, 2008).

Prevalensi Diabetes Melitus pada masyarakat perkotaan dan di pinggiran

kota juga sama-sama meningkat berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2013 yang

menunjukkan bahwa di masyarakat perkotaan sebanyak 68.7% dan 31.2% dialami

masyarakat pedesaan. Dan dalam hal gender juga hampir seimbang antara

perempuan dan laki-laki yakni 53.2% dialami oleh perempuan dan sebanyak

46.8% dialami oleh laki-laki ( Kemenkes, 2013) .

Dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus non farmakologi dapat dilakukan

dengan pengaturan diet makanan dan latihan jasmani. Latihan jasmani merupakan

salah satu pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus disamping edukasi terapi gizi

medis dan intervensi farmakologis. Manfaat latihan jasmani bagi penderita

Diabetes Melitus antara lain dapat menurunkan kadar glukosa darah, mencegah

kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi

aterogenik, gangguan lemak darah, menormalkan tekanan darah, serta

meningkatkan kemmpuan kerja insulin (Suhartono,2004). Latihan jasmani yang


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dimaksud adalah olahraga secara teratur, pada saat olahraga. Sumber energi utama

adalah glukosa dan lemak. Setelah olahraga 10 menit, peningkatan kebutuhan

glukosa mencapai 15 kali dari kebutuhan biasa, setelah 60 menit, akan meningkat

sampai 35 kali (Suhartono, 2004).

Senam Diabetes Melitus berpengaruh terhadap profil lipid pasien Diabetes

Melitus tipe 2. Senam tersebut dilakukan dengan gerakan ritmis yang dilakukan 4

kali dalam seminggu selama 1 bulan dengan durasi latihan 30-60 menit. Olahraga

adalah faktor penting dalam rumus pola hidup sehat. Aktivitas olahraga sangat

bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan

memperbaiki kadar glukosa darah. Menurut Santoso dalam Suryanto (2009) ada

beberapa tujuan dari senam Diabetes Melitus adalah menurunkan berat badan,

memberikan keuntungan psikologis, memperbaiki gejala–gejala musculoskeletal

otot, tulang, sendi dan menghambat serta memperbaiki faktor risiko penyakit

kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita Diabetes Melitus dan

mengontrol gula darah. Dengan kadar glukosa darah terkendali maka akan

mencegah salah satunya yaitu ulkus diabetik (Lestari, 2013; Frykberg, dkk, 2006).

Dukungan keluarga adalah bentuk yang diberikan salah satu anggota

keluarga untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada salah seorang

mengalami sakit (Friedman 2014), keluarga mempunyai peran yang sangat

penting bagi kelangsungan hidup penderita Diabetes Militus hubungan dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus didapatkan hasil variable

yang berhubungan dengan kualitas hidup yaitu umur, pendidikan, dan komplikasi,

dan terdapat hubungan keluarga ditinjau empat dimensi dengan kualitas hidup,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

peningkatan satu domain dukungan keluarga, akan meningkatkan kualitas

hidupnya sebesar 35% setelah dikontrol oleh pendidikan dan komplikasi Diabetes

Melitus militus sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya dukungan keluarga

dengan kualitas hidup penderita diabetes militus (Yusra, 2011). Hal ini juga

didukung oleh penelitian (Vitta , 2016) bahwa terdapat hubungan antara dukungan

keluarga terhadap kualitas hidup pasien Diabetes Melitus di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dan kekuatan hubungannya sebesar 0,311.

Dukungan keluarga juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kepatuhan dalam menjalankan senam Diabetes Melitus untuk menjaga dan

mempertahankan penderita Diabetes Melitus terjadi komplikasi. Penderita

membutuhkan dukungan keluarga untuk mengatur makan, kontrol gula darah,

melakukan olahraga senam Diabetes Melitus. Hal ini didukung oleh penelitian

Nagoklan (2012) bahwa ada pengaruh pendidikan dan dukungan keluarga

terhadap kepatuhan penderita Diabetes Melitus menjalankan terapi di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan.

Dukungan keluarga dalam penelitian mendorong penderita agar patuh

berolahraga, meminum obatnya, memberi dorongan keberhasilan pengobatan dan

tidak menghindari penderita karena penyakitnya. Bila dukungan keluarga tidak

diberikan maka penderita tidak mengingat lagi informasi tentang penyakitnya

setelah selesai pengobatan seperti dalam penelitian Anderson (1986) di Hongkong

yang dikutip oleh Niven (2002) bahwa rata-rata 31% saja informasi yang diterima

pasien yang masih diingat sampai selesai pengobatan penyakitnya. Hal ini

didukung oleh penelitian Dian (2008) bahwa ada hubungan yang signifikan antara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dukungan keluarga dengan keefektifan penderita Diabetes Melitus dalam

mengikuti senam.

Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian

diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan. Keluarga berfungsi

sebagai system pendukung bagi anggotanya, Friedman (1988) menjelaskan bahwa

keluarga memiliki 4 jenis dukungan yaitu, dukungan emosional, dukungan

pengharapan/penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan informasional.

Pada penelitian Nagoklan (2012) bahwa adanya pengaruh dukungan emosional

dukungan pengharapan, dukungan instrumental dan dukungan informasional pada

kepatuhan menjalankan terapi Diabetes Melitus.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun

2012 terlihat jumlah kasus yang terbanyak setelah hipertensi adalah kasus diabetes

melitus. Hingga tahun 2012 ada 10.347 penderita diabetes melitus yang berobat ke

39 Puskesmas di kota Medan. Data tersebut menunjukkan bahwa penderita

diabetes melitus di Kota Medan sangat tinggi (Dinas Kesehatan Kota Medan,

2012).

Sebanyak 788 penderita Diabetes Militus berobat ke Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan, sejak Januari hingga November 2016.

Tercatat selama periode Januari hingga November 2016, sebanyak 119 dari 788

penderita Diabetes Melitus yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

dr pringadi Medan, meninggal dunia (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2016).

Banyak penderita Diabetes Melitus di Medan tidak mengetahui bahwa dia terkena

diabetes karena dinilai malas melakukan pemeriksaan. Hampir 50% penderita


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

diabetes tidak tahu dia terkena diabetes, apalagi dengan kondisi sekarang yang

banyak makanan mengandung gula. Gejala diabetes yaitu mudah haus dan lapar,

sering kencing, berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, cepat lelah dan

mengantuk, mudah terkena infeksi, luka sulit sembuh. Kemudian sering

kesemutan terutama di kaki, sering timbul bisul, penglihatan kabur, infeksi jamur

dan gatal terutama di sekitar kemaluan.

Kecamatan Medan Labuhan merupakan salah satu Kecamatan di kota

Medan yang mempunyai luas 41,275 km2. Kecamatan Medan Labuhan berada di

pinggriran kota Medan. Walaupun berada dipinggiran kota Medan, namun gaya

hidup masyarakat di Kecamatan Medan Labuhan sudah sama seperti gaya hidup

masyarakat kota. Hal ini bias dilihat dari banyaknya penjual makanan cepat saji

yang terdapat di sekitar Kecamatan Medan Labuhan yang merupakan salah satu

ciri khas dari kota. Dan juga banyaknya ditemukan masyarakat yang menderita

penyakit tidak menular salah satunya Diabetes Melitus.

Berdasarkan survey awal dilakukan oleh peneliti pada September 2017 di

Dinas Kesehatan Kota, untuk data penyakit Diabetes Miletus di kota Medan, tidak

lengkap, dikarenakan banyak Puskesmas di Kota Medan tidak ada melaporkan

jumlah penderita Diabetes Militus, maka peneliti dianjurkan untuk datang ke

Puskesmas menanyakan berapa jumlah penderita Diabetes militus. Kecamatan

Medan Labuhan merupakan daerah yang memiliki 3 Puskesmas induk yaitu,

Puskesmas Martubung yang berlokasi di Simpang Kantor, Puskesmas Kelurahan

besar lokasi di Griya Martubung dan Puskesmas Tangkahan yang lokasinya di

Pekan labuhan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jumlah penderita Diabetes Melitus yang berobat di Puskesmas Martubung

sebesar 58 orang , yang datang didampingi keluarga hanya 10 orang dan yang

ikut senam diabetes hanya 20 sampai 25 orang saja. Di Puskesmas Kelurahan

Besar jumlah penderita Diabetes Melitus sebesar 62 orang yang datang

didampingi keluarga 15 orang dan yang ikut senam diabetes setiap minggu hanya

20 sampai 30 orang. Di Puskesmas Tangkahan jumlah penderita Diabetes Melitus

sebesar 60 orang dan yang datang didampingi keluarga 13 orang dan ikut senam

diabetes setiap minggu hanya 17 sampai 25 orang. Berdasarkan hasil jumlah

tersebut penderita Diabetes Militus Kecamatan Medan Labuhan sebesar 180 orang

yang datang didampingi keluarga hanya 38 orang dan yang patuh berolahhraga

hanya 80 orang saja (Profil Puskesmas, 2017).

Senam Diabetes Melitus juga diperlukan kepatuhan dalam

pelaksanaannya. Dari gambaran penderita Diabetes Melitus yang berobat di tiga

Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan tidak sampai 50% penderita Diabetes

Melitus yang patuh dalam menjalankan senam dan masih banyak penderita

Diabetes Melitus yang berobat ke Puskesmas tidak didampingi oleh keluarga.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

pengaruh dukungan keluarga dalam kepatuhan berolahraga pada penderita

Diabetes Melitus di Kecamatan Medan Labuhan 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan dukungan keluarga dalam

kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Medan

Labuhan 2018.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan

dukungan keluarga terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes

Melitus di Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui karakteristik penderita Diabetes Melitus (umur, jenis

kelamin, pekerjaan, dan pendidikan terakhir.

2. Untuk mengetahui Pengetahuan tentang olahraga pada penderita Diabetes

Melitus di Kecamatan Medan Labuhan

3. Untuk mengetahui kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus

di Kecamatan Medan Labuhan

4. Untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap kepatuhan berolahraga

pada penderita Diabetes Melitus di kecamatan Medan Labuhan.

a. Untuk mengetahui dukungan emosional terhadap kepatuhan

berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Medan

Labuhan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10

b. Untuk mengetahui dukungan pengharapan/ penilaian terhadap

kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di

Kecamatan Medan Labuhan.

c. Untuk mengetahui dukungan instrumental terhadap kepatuhan

berolahraga pada penderita Diabetes Melitud di Kecamatan Medan

Labuhan.

d. Untuk mengetahui dukungan informasional terhadap kepatuhan

berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Medan

Labuhan.

5. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan

berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Medan

Labuhan.

a. Untuk mengetahui hubungan dukungan emosional terhadap

kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di

Kecamatan Medan Labuhan.

b. Untuk mengetahui hubungan dukungan pengharapan/ penilaian

terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di

Kecamatan Medan Labuhan.

c. Untuk mengetahui hubungan dukungan instrumental terhadap

kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di

Kecamatan Medan Labuhan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

11

d. Untuk mengetahui hubungan dukungan informasional terhadap

kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di

Kecamatan Medan Labuhan.

6. Untuk mengetahui besar pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan

berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Medan

Labuhan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Masukan Bagi institusi wilayah kerja Puskesmas Medan Labuhan untuk

dapat mengembangkan macam-macam olah fisik dalam hal olahraga yang

efektif untuk penderita Diabetes Melitus

2. Masukan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumetera

Utara, sebagai literature kepustakaan di bidang penelitian

3. Masukan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian

baru berdasarkan hasil penelitian ini


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –

Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

13

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit

atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3

kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) adalah perilaku

atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan

agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau

sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah apabila seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14

2.1.3 Domain Perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku

itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak

mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk

kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga

domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah

affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk

kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa

pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil

keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya:

intelegensia, minat, kondisi fisik.

b) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,

masyarakat, sarana.

c) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya

strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

15

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

5. Sintesis

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

baru.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

16

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada

orang lain. Tidak dapat dipunkiri bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima

informasi, dan pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang

mereka miliki.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek

fisik dan psikologis (mental) dimana aspek psikologis ini taraf berikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan

bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

17

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini

mempunyai beberapa tingkatan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

18

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh.

3) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

sudah mancapai praktik tingkat tiga.

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

19

1) Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3) Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

2.2 Dukungan Keluarga

2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Menurut Sudiharto (2007), menyatakan setiap anggota keluarga

mempunyai struktur peran formal dan informal. Struktur keluarga meliputi

kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga saling berbagi, kemampuan

sistem mendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri dari

kemampuan menyelesaikan masalah.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

20

diperlukan. Dukungan keluarga bisa berupa dukungan internal maupun dukungan

eksternal. Dukungan internal dapat diperoleh daro orangtua, suami/istri, anak,

saudara kandung atau keluarga inti, sedangkan dukungan eksternal dapat

diperoleh dari keluarga besar, teman-teman dan orang-orang yang memiliki

pengalaman yang sama misalnya kelompok penderita Diebetes militus (DM).

Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri

seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan (Friedman,1998).

2.2.2 Jenis Dukungan Keluarga

Jenis dukungan keluarga menurut Friedman (1998) ada empat yaitu:

1. Dukungan emosional yaitu perasaan subyek atau penderita bahwa lingkungan

memerhatikan dan memahami kondisi emosional. Orang yang menerima

dukungan social semacam ini merasa tentram, aman, damai yang ditunjukkan

dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan ini sering diperoleh dari

pasangan hidup, anggota keluarga, teman dekat, dan sanak saudara yang

akrab dan memiliki hubungan yang harmonis. Menurut Friedman (1998)

dukungan emosional adalah bentuk dukungan dimana keluarga sebagai

tempat pemulihan yang aman dan damai untuk beristirahat dan membantu

secara psikologis untuk menstabilkan diri. Salah satu bentuknya adalah

melalui pemberian motivasi dan sebagai fasilitator serta mendengarkan

seluruh keluhan-keluhan anggota keluarga yang sakit terhadap masalah yang

sedang dihadapinya.

2. Dukungan Pengharapan/penilaian yaitu perasaan subyek (penderita) bahwa

dirinya diakui oleh lingkungan dan berguna bagi orang lain serta dihargai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21

usaha-usahanya. Keluarga dapat membawa penderita memperoleh dukungan

ini dari orang yang mengalami situasi yang sama untuk mendapatkan nasehat

dan bantuan. Friedman (1988) mengatakan dukungan pengharapan

merupakan dukungan yang terjadi bila ekspresi yang positif diberikan kepada

seseorang. Penderita mempunyai seseorang yang diajak bicara tentang

masalahnya, terjadi melalui ekspresi/ungkapan yang positif kepada penderita,

penyemangat dan persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang

termasuk mengikuti jadwal makan dan memakan jenis makanan yang

dimakan penderita. Sumber dukungan ini dapat diperoleh dari keluarga,

masyarakat atau instansi (lembaga) tempat penderita bekerja atau pernah

bekerja.

3. Dukungan instrumental (nyata), yaitu perasaan subyek bahwa lingkungan

memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti alat-alat atau uang,

perhatian dan jasa/pelayanan kesehatan yang dapat meringankan

penderitanya. Dukungan nyata merupakan dukungan paling efektif bila

dihargai oleh penerima dengan tepat. Dukungan ini bersifat benda atau jasa

sehingga dapat memecahkan masalah/meringankan penderitaan termasuk di

dalamnya bantuan langsung seperti mengantar penderita Diabetes Melitus

control gula darah, meyediakan bahan makanan, berolahraga sesuai aturan

yang dianjurkan.Menyediakan alat-alat olahraga yang dibutuhkan member

uang untuk memenuhi kebutuhan untuk Menjalankan terapi Diabetes Melitus

yang lain-lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

22

4. Dukungan Informasional, yaitu perasaan subyek bahwa lingkungan

memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus

diketahuinya tentang penyakit yang dideritanya. Menurut Frieman (1988)

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai disseminator atau

penyebar informasi tentang semua informasi yang ada dalam kehidupan.

Keluarga berfungsi sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan

masalah terapi Diabetes Melitus dari tenaga kesehatan, dan melakukan

konsultasi, memberikan nasihat, pengarahan, saran serta mencari informasi

dari media cetak maupun sumber lain yang mendukung misalnya

organisasi/perkumpulan penderita Diabetes Melitus.

Menurut Watson dalam Friedman (1998), salah satu bentuk dukungan

keluarga berupa pemberian bantuan dalam bentuk materi seperti pinjaman uang,

bantuan fisik berupa alat-alat atau lainnya yang mendukung dan membantu

menyaelesaikan masalah. Dalam mengatasi ketegangan, kehadiran keluarga

sangat penting untuk mendorong penderita Diabetes Melitus dalam meningkatkan

kepercayaan diri dan menstabilkan emosinya, serta memberikan motivasi yang

besar terhadap penderita Diabetes Melitus.

Menurut Sudiharto (2007) dukungan keluarga mempunyai hubungan

dengan suksesnya menjalankan terapi Diabetes Melitus. Dukungan keluarga

adalah dukungan untuk memotivasi penderita Diabetes Melitus mengikuti aturan

diet, mengontrol gula darah, melakukan aktivitas/olehraga teratur dan memakan

obat Hipoglekemik Oral, memberikan dukungan psikologis kepada penderita

Diabetes Melitus, sehingga merasa nyaman dalam menjalankan terapi.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23

Menurut Friedman dalam Suprajitno (2004), tugas keluarga dalam

pemeliharaan peningkatan kesehatan yaitu :

1. Mengenal adanya masalah kesehatan sedini mungkin di dalam keluarganya.

2. Mengambil keputusan untuk penanggulangan (memechkan) masalah

kesehatan yang sedang dhadapi oleh keluarga.

3. Memberikan perawatan dasar pada anggota keluarga yang tidak mampu

mengurus diri sendiri karena sakit, usia atau karena cacat.

4. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan atau penyakit pada

anggota keluarga.

5. Menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk kesehatan dan

perkembangan anggota keluarga.

6. Menjalin hubungan baik dengan fasilitas kesehatan yang ada di wilayahnya

atau dengan kata lain memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk memperoleh

pelayanan kesehatan. Tugas keluarga di atas erat kaitannya terhadap

peningkatan kepatuhan berolahraga pada penderita.

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 21 tahun 1994 Bab 1 pasal 1

ayat 2 dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai fungsi yaitu :

1. Fungsi cinta kasih yaitu memberikan landasan yang kokoh terhadap

hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan

anaknya serta hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga

menjadi wadah utama berseminya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir

dan batin. Cinta menjadi pengarah dari perbuatan-perbuatan dan sikap-

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

24

sikap yang bijaksana yang ditunjukkan pada anggota keluarga yang

menderita Diabetes Melitus.

2. Fungsi melindungi yaitu menambahkan rasa aman dan kehangatan pada

setiap anggota keluarga. Pemenuhan kebutuhan penderita Diabetes Melitus

sesuai terapi dengan juga mutlak dilakukan. Oleh karena itu penting sekali

fungsi keluarga terhadap kepatuhan berolahraga penederita Diabetes

Melitus.

2.3 Diabetes Melitus

2.3.1 Pengertian Diabetes Melitus

Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah

penyakit dimana tubuh penderita tidak bisa secara otomati mengendalikan tingkat

gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita Diabetes Mellitus tidak bisa

memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, sehingga terjadi kelebihan gula

di dalam tubuh.Kelebihan gula yang lama di dalam darah (hiperglikemia) ini

menjadi racun bagi tubuh. Selanjutnya pengertian Diabetes Mellitus menurut

beberapa pendapat para ahli. Menurut (Sukandar, 2008) Diabetes Mellitus adalah

gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan

dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang

disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sekresi insulin atau

penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis

mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati. Pemeriksaan penyaring ditujukan

pada mereka yang mempunyai risiko Diabetes Melitus namun tidak menunjukkan

adanya gejala Diabetes Melitus. Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

25

menemukan pasien Diabetes Melitus, TGT maupun GDPT, sehingga dapat

ditangani lebih dini secara tepat. Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut

sebagai prediabetes, merupakan faktor risiko untuk terjadinya Diabetes Melitus

dan penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Pemeriksaan penyaring dapat

dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa

darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO).

2.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Taylor (1995: 252) penyakit Diabetes Melitus dibagi kedalam dua tipe

utama, yaitu :

1. Diabetes Melitus Tipe 1 (Diabetes Melitus tergantung insulin) Diabetes

Melitus tipe ini disebabkan karena kekurangan insulin, biasanya

berkembang relatif pada usia muda, lebih sering pada anak wanita

daripada anak laki-laki dan diperkirakan timbul antara usia enam dan

delapan atau tahun. Gejalanya yang tampak sering buang air kecil, merasa

haus, terlalu banyak minum, letih, lemah, cepat marah. Gejala-gejala

tersebut tergantung dari usaha tubuh untuk menemukan sumber energi

yang tepat yaitu lemak dan protein. Diabetes Melitus tipe ini bisa di

kontrol dengan memberikan suntikan insulin.

2. Diabetes Melitus tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung insulin) Tipe

ini biasanya terjadi setelah usia tahun 40 tahun. Diabetes Melitus ini

disebabkan karena insulin tidak berfungsi dengan baik. Gejalanya antara

lain : sering buang air kecil, letih atau lelah, mulut kering, impoten,

menstruasi tidak teratur pada wanita, infeksi kulit, sariawan, gatal-gatal


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

26

hebat, lama sembuhnya jika terluka. Sebagian besar penderita Diabetes

Melitus tipe ini mempunyai tubuh gemuk dan sering terjadi pada wanita

berkulit putih. Kasus Diabetes Melitus yang banyak dijumpai adalah

Diabetes Melitus tipe 2, yang umumnya mempunyai latar belakang

kelainan berupa resistensi insulin. Kelainan dasar yang terjadi pada

Diabetes Melitus tipe 2 seperti:

- resistensi insulin.

- kenaikan produksi glukosa di hati.

- sekresi insulin yang kurang.

Glukosa Produksi Gula meningkat PANKREAS (sekresi berkurang)

Genetik Resistensi Insulin Hiperinsulinemia Didapat Terkompensasi:

- Toksisitas glukosa

- Asam Lemak dll.

2.3.3 Pengelolaan Diabetes Melitus

Tujuan dilakukannya terapi medis atau pengobatan adalah untuk menjaga

kadar gula dalam darah pada tingkat normal. Faktor yang diperlukan adalah

kontrol diri. Kontrol makanan serta olahraga dianggap sebagai kebiasaan yang

sangat sulit dilakukan secara teratur. Penderita Diabetes Melitus juga harus dapat

memonitor sendiri kadar gula dalam darahnya secara pasti. Taylor (1995: 531)

mengatakan bahwa bahwa pasien Diabetes Melitus dapat dilatih untuk mengetahui

kadar glukosa darahnya secara pasti, sehingga mereka dapat belajar untuk dapat

membedakan kapan kadar gula mereka perlu diubah dukungan sosial juga dapat

meningkatkan atau memperbaiki cara hidup penderita Diabetes Melitus, dukungan


sosial mempunyai efek yang menguatkan dalam hal penyesuaian emosi terhadap

suatu penyakit. Tersedianya dukungan sosial menjaga dari depresi dan stress

karena adanya hiburan dari orang lain. Selain dukungan sosial, setiap penderita

Diabetes Melitus juga harus benar-benar mematuhi nasehat dan saran – saran dari

dokter dalam menjalani terapi medis karena jika tidak akan berakibat buruk pada

kesehatannya. Selain akan menimbulkan komplikasi yang lebih parah,

ketidakpatuhan dalam menjalani terapi medis juga dapat menyebabkan komplikasi

Diabetes Melitus yang berat. Berikut beberapa cara dalam mengolah dan

mencegah Diabetes Melitus :

1. Mengatur pola makan sehat.

2. Pola hidup sehat dengan tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol

3. Menurunkan berat badan (terapi diet)

4. Menghindari Stres.

Tujuan pengelolahan Diabetes Melitus dibagi menjadi dua yaitu jangka

pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbagai

keluhan atau gejala Diabetes Melitus sehingga pasien dapat menikmati kehidupan

yang sehat dan nyaman. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai

komplikasi baik pada pembuluh darah (mikroangiopati dan makroangiopati)

maupun pada susunan saraf (neuropati) sehingga dapat menekan angka morbiditas

dan mortilitas. Tujuan pengelolaan Diabetes Melitus tersebut dapat dicapai

dengan senantiasa mempertahankan kontrol metabolik yang baik seperti

normalnya kadar glukosa dan lemak darah. Secara praktis, kriteria pengendalian

Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:


1. Kadar glukosa darah puasa : 80-110 mg / dl, kadar glukosa darah dua jam

sesudah makan : 110 – 160 mg / dl, dan HbA1c : 4- 6,5.

2. Kadar kolesterol total di bawah 200 mg/dl, kolesterol HDL di atas 45

mg/dl dan trigliserida di bawah 200 mg/L.

2.4 Kepatuhan

2.4.1 Pengertian Kepatuhan

Secara umum dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002: 837) yang

dimaksud dengan kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam menjalankan

perintah atau sebuah aturan. Menurut Milgram dalam Sears (1994: 93) kepatuhan

merupakan suatu perilaku yang ditunjukan seseorang untuk memenuhi perintah

orang lain. Sarwono (2001: 173) menambahi bahwa kepatuhan adalah perilaku

yang sesuai dengan perintah agar sesuai dengan peraturan. Dalam ranah psikologi

kesehatan Sarafino dalam Smet (1994: 250) mendefinisikan kepatuhan sebagai

tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokter atau orang lain. Sacket dalam Niven (2002: 192) kepatuhan adalah sejauh

mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional

kesehatan. Berdasarkan teori dari beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa

kepatuhan adalah kerelaan individu untuk melakukan sesuatu yang diharapkan

atau diminta oleh pemegang otoritas atau kekuasaan yang ditandai dengan tunduk

dengan kerelaan, mengalah, membuat suatu keinginan konformitas dengan

harapan atau kemauan orang lain sehingga dapat menyesuaikan diri. Dalam aspek

kesehatan dimaksudkan individu rela melakukan pengobatan dengan dukungan

dari keluarga atau kerabat yang ditentukan oleh otoritas atau kebijakan petugas

kesehatan seperti dokter, ahli gizi maupun ahli medis serta kerelaan dari individu
tersebut dalam menjalani pengobatan yang dilakukan. Kesadaran diri,

pemahaman, kepribadian menjadi komponen terpenting dalam pembentukan

kepatuhan terhadap sistem pengobatan tertentu. Di dalam penelitian ini,

ketidakpatuhan yang dimaksud adalah individu tidak melaksanakan sebuah

program pengobatan yang disarankan dari pihak luar, yakni otoritas individu yang

kuat yang menyebabkan individu enggan untuk melaksanakan kepatuhan yang

disarankan. Dalam hal ini sosial preasure atau tekanan sosial baik dari petugas

kesehatan atau keluarga tidak memberikan efek pada perubahan individu dalam

melaksanakan pengobatan atau terapi. Ketidakpatuhan dapat mendatangkan

beberapa konsekuensi yang harus ditanggung individu. Beberapa konsekuensi

yang harus ditanggung individu mungkin tidak dirasakan secara langsung, namun

dampak serius akibat sikap tidak patuh mampu memberikan efek dikemudian

waktu.

Di dalam ranah kesehatan, Smet (1994: 225) menjelaskan bahwa beberapa

faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien atau penderita Diabetes Melitus

dalam menjalani pengobatan didasarkan pada hasil riset tentang kepatuhan pasien

yang dilandasi atas pendangan tradisional mengenai pasien sebagai penerima

nasehat dokter yang pasif dan patuh. Pasien yang tidak patuh dianggap sebagai

orang yang lalai, dan masalahnya dianggap sebagai masalah kontrol, riset

terdahulu berusaha untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok pasien yang tidak

patuh dan patuh berdasarkan berbagai faktor seperti kelas sosio-ekonomis,

pendidikan, umur dan jenis kelamin. Usaha-usaha tersebut sedikit berhasil dan

menunjukan bukti bahwa setiap orang dapat menjadi patuh dan tidak patuh kalau

situasi dan berbagai kondisi memungkinkankan. Pasien yang patuh adalah pasien
yang tanggap terhadap saran tenaga medis dan kontrol terhadap menu makanan

yang dikonsumsi, sedangkan pasien yang tidak patuh adalah pasien yang lalai

serta tidak mematuhi saran yang dianjurkan tenaga medis. Perilaku kepatuhan

sering diartikan sebagai usaha pasien untuk mengendalikan perilakunya. Bahkan

jika tidak dilakukan hal tersebut bisa menimbulkan resiko mengenai

kesehatannya, faktor penting ini sering dilupakan banyak pasien. Dokter juga

beranggapan bahwa pasien akan mengikuti apa yang mereka nasehatkan, tanpa

menyadari bahwa para pasien tersebut pertama-tama harus memutuskan terlebih

dahulu apakah mereka akan benar-benar melakukan saran dari tenaga kesehatan

tersebut atau tidak sama sekali. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kepatuhan atau ketidakpatuhan pasien.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi kepatuhan

1. Karakteristik individu meliputi usia, pendidikan, kepribadian, ciri kesakitan

serta ciri pengobatan. Karakteristik individu ini berpengaruh pada kepatuhan

penderita penyakit kronis seperti penyakit Diabetes Melitus, dikarenakan

perilaku ketaatan umumnya lebih rendah untuk penyakit kronis, karena


penderita tidak dapat langsung merasakan akibat dari penyakit yang diderita.

Selain itu kebiasaan pola hidup lama, pengobatan yang kompleks juga

mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien. Dunbar dan Wazack dalam Smet

(1994: 225) menjelaskan bahwa tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk

menyembuhkan kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah

sekitar 78%, sedangkan untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan

jangka panjang seperti penyakit Diabetes Melitus menurun sampai 54%. Hal

ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup yang disarankan seperti berhenti

merokok dan mengubah diet seseorang, secara umum hal ini sangat bervariasi

dan terkadang sangat rendah untuk dilakukan oleh penderita. Namun

terkadang karakteristik individu seperti usia, pendidikan dan kepribadian

mampu mempengaruhi perubahan pola hidup dan kepatuhan individu.

Blumenthal et al dalam Niven (2002: 196) menjelaskan bahwa dari 35 orang

pasien yang telah diberikan tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality

Inventory) menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara

orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang yang tidak patuh adalah

orang yang mengalami depresi, ansietas, memiliki kekuatan ego yang lebih

lemah dan kehidupan sosialnya memusatkan perhatian pada dirinya sendiri.

Sedangkan pasien patuh, hal tersebut menunjukkan adanya keyakinan tentang

kesehatan pada diri seseorang tersebut dalam menentukan respon terhadap

anjuran pengobatan. Jadi memang ada bukti hasil penelitian yang penting

bahwa keyakinan tentang kesehatan dan kepribadian seseorang berperan

dalam menentukan respons pasien terhadap anjuran pengobatan.

2. Persepsi dan pengharapan pasien terhadap penyakit yang dideritanya


mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Dalam teori

Health Belief Model (HBM) mengatakan bahwa kepatuhan sebagai fungsi dari

keyakinan-keyakinan tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, persepsi,

kekebalan, pertimbangan mengenai hambatan atau kerugian dan keuntungan.

Seseorang akan cenderung patuh jika ancaman yang dirasakan begitu serius,

sedangkan seseorang akan cenderung mengabaikan kesehatannya jika

keyakinan akan pentingnya kesehatan yang harus dijaga rendah. Theory of

Reasoned Action (TRA), menjelaskan bahwa sikap dan norma subjektif

terhadap suatu penyakit mempengaruhi perilaku kepatuhan dan perilaku

tersebut. Decision theory menurut Janis dalam Smet (1994: 256) menganggap

pasien sebagai seorang pengambil keputusan, pasien sendirilah yang

memutuskan apa yang akan dilakukanya dalam usaha pengobatan. Hal ini

berkaitan dengan komunikasi yang terjalin antara pasien dengan profesional

kesehatan. Oleh karena itu, pasien seharusnya diberitahu sebaik-baiknya

mengenai prosedurnya, resiko dan efektivitas pengobatan agar mereka dapat

mengambil keputusan yang tepat. Teori pengaturan diri, Leventhal dalam

Smet (1994: 256) menyatakan bahwa orang akan menciptakan representasi

ancaman kesehatan mereka sendiri dan merencanakan dalam hubunganya

dengan representasi. Model tentang kesakitan pasien ini dapat mempengaruhi

kepatuhan terhadap saran dari dokter karena pasien yang merasa perilakunya

tidak patuh maka akan berpengaruh pada ancaman rasa sakit yang akan

dirasakan waktu yang akan datang, sehingga pasien akan cenderung mematuhi

nasehat dokter. Jadi perilaku ketaatan meliputi proses sibernetis yang

diarahkan oleh pasien, dengan modifikasi periodik yang dibuat oleh pasien

tersebut.
3. Komunikasi antara pasien dengan dokter Berbagai aspek komunikasi antara

pasien dengan dokter mempengaruhi tingkat ketidakpatuhan, misalnya

kurangnya informasi dengan pengawasan, ketidakpuasan terhadap pengobatan

yang diberikan, frekuensi pengawasan yang minim. Hubungan antara

kepuasan dengan kepatuhan telah banyak diteliti, berkaitan dengan

komunikasi yang terjalin dengan profesional kesehatan, Ley et al dalam Smet

(1994: 255) telah merumuskan sebuah bagan model kognitif yang

menjelaskan hubungan antara pengertian, ingatan, kepuasan, dengan perilaku

kepatuhan pasien.

4. Dukungan sosial Hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan pasien

telah dipelajari secara luas. Secara umum, orang-orang yang merasa mereka

menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari

seseorang Memori Understanding (pemahaman) Satisfication Compliance atau

kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis, daripada

pasien yang kurang merasa mendapat dukungan sosial. Sarafino dalam Smet

(1994: 256) menyatakan bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat

penting dalam kepatuhan seseorang. Becker dalam Smet (1994: 257)

menyarankan bahwa interaksi keluarga harus diintegrasikan pada proses

pengaturan diri pasien tersebut dalam menjalani pengobatan. Variabel-variabel

yang lain yang juga sangat penting antara lain sikap sosial terhadap sistem

perawatan kesehatan khususnya untuk mematuhi serta


mengkomunikasikannya terhadap para tenaga kesehatan.

2.4.3 Cara-cara Mengurangi Ketidakpatuhan


34

Dinicola dan Dimatteo dalam Niven (2002: 196) mengusulkan rencana

untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien antara lain :

1) Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari

pasien yang tidak patuh yang memiliki tujuan untuk mematuhi

nasihat-nasihat pada awalnya. Pemicu ketidakpatuhan dikarenakan

jangka waktu yang cukup lama serta paksaan dari tenaga kesehatan

yang menghasilkan efek negatif pada penderita sehingga awal mula

pasien mempunyai sikap patuh bisa berubah menjadi tidak patuh.

Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari diri pasien.

2) Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga

perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk

mengubah perilaku, tetapi juga mempertahankan perubahan

tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri

sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri. Modifikasi perilaku

harus dilakukan antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan

agar terciptanya perilaku sehat.

3) Dukungan sosial Dukungan sosial dari anggota keluarga, dan

sahabat dalam bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan faktor-


fakor penting dalam kepatuhan pasien. Contoh yang sederhana,

tidak memiliki pengasuh, transportasi tidak ada, anggota keluarga

sakit, dapat mengurangi intensitas kepatuhan. Keluarga dan teman

dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

35

penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada

ketidaktaatan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok

pendukung untuk mencapai kepatuhan. Berdasarkan uraian

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan serta

ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi di atas maka dalam

penelitian ini dapat disimpulkan beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan atau ketidakpatuhan penderita Diabetes

Melitus dalam menjalani pengobatan antara lain sebagai berikut :

1. Faktor internal adalah hal-hal yang bersumber dari dalam

diri individu, yaitu :

a. Pengetahuan

b. Pemahaman

c. Pengalaman

2. Faktor eksternal adalah hal-hal yang bersumber dari luar

individu, yaitu

a. Hukuman atau sanksi

b. Pengawasan

c. Kelompok

d. Situasi

2.4.4 Cara –cara meningkatkan kepatuhan

Smet (1994: 260) menyebutkan beberapa strategi yang dapat dicoba untuk

meningkatkan kepatuhan, antara lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

36

a) Segi penderita (internal)

Usaha yang dapat dilakukan penderita Diabetes Melitus untuk

meningkatkan kepatuhan dalam menjalani terapi diet, olahraga dan

pengobatan yaitu :

1) Meningkatkan kontrol diri. Penderita Diabetes Melitus harus

meningkatkan kontrol dirinya untuk meningkatkan ketaatannya

dalam menjalani pengobatan, karena dengan adanya kontrol diri

yang baik dari penderita Diabetes Melitus akan semakin

meningkatkan kepatuhannya dalam menjalani pengobatan. Kontrol

diri yang dilakukan meliputi kontrol berat badan, kontrol makan

dan emosi.

2) Meningkatkan efikasi diri. Efikasi diri dipercaya muncul sebagai

prediktor yang penting dari kepatuhan. Seseorang yang

mempercayai diri mereka sendiri untuk dapat mematuhi

pengobatan yang kompleks akan lebih mudah melakukannya.

3) Mencari informasi tentang pengobatan Diabetes Melitus

Kurangnya pengetahuan atau informasi berkaitan dengan

kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk mencari informasi

mengenai Diabetes Melitus dan terapi medisnya, informasi tersebut

biasanya didapat dari berbagai sumber seperti media cetak,

elektronik atau melalui program pendidikan di rumah sakit.

Penderita Diabetes Melitus hendaknya benar-benar memahami

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

37

tentang penyakitnya dengan cara mencari informasi penyembuhan

penyakitnya tersebut.

4) Meningkatkan monitoring diri Penderita Diabetes Melitus harus

melakukan monitoring diri, karena dengan monitoring diri,

penderita dapat lebih mengetahui tentang keadaan dirinya seperti

keadaan gula dalam darahya, berat badan, dan apapun yang

dirasakanya.

b) Segi tenaga medis (external)

Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar

penderita Diabetes Melitus untuk meningkatkan kepatuhan dalam

menjalani pengobatan antara lain :

1) Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter Salah satu

strategi untuk meningkatkan kepatuhan adalah memperbaiki

komunikasi antara dokter dengan pasien. Ada banyak cara dari

dokter untuk menanamkan kepatuhan dengan dasar komunikasi

yang efektif dengan pasien.

2) Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang

penyakitnya dan cara pengobatanya. Tenaga kesehatan, khususnya

dokter adalah orang yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien

dan apa yang ia katakan secara umum diterima sebagai sesuatu

yang sah atau benar.

3) Memberikan dukungan sosial Tenaga kesehatan harus mampu

mempertinggi dukungan sosial. Selain itu keluarga juga dilibatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

38

dalam memberikan dukungan kepada pasien, karena hal tersebut

juga akan menigkatkan kepatuhan, dalam Smet (1994: 260)

menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa diberikan dengan

bentuk perhatian dan memberikan nasehatnya yang bermanfaat

bagi kesehatannya.

4) Pendekatan perilaku Pengelolaan diri (self managment) yaitu

bagaimana pasien diarahkan agar dapat mengelola dirinya dalam

usaha meningkatkkan perilaku kepatuhan. Dokter dapat bekerja

sama dengan keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam

menjalani kepatuhan serta pentingnya pengobatan (Smet, 1994:

261). Rustiana (2006: 43) beberapa hal yang dapat dilakukan

penyedia perawatan kesehatan agar dapat meningkatkan kepatuhan

pasien antara lain :

a) Bersikap hangat dan empatik.

b) Memberi detil khusus pada perlakuan.

c) Mengajar pasien bagaimana menjalani prosedur yang kompleks.

d) Merancang sistem hadiah dan dukungan sosial.

e) Memberikan suasana kekeluargaan, memantau tingkatan

kepatuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

39

2.5 Olahraga.

2.5.1 Terapi Olahraga.

Sejak 50-60 tahun yang lalu telah dikenal tiga cara utama penatalaksanaan

penyakit Diabetes Melitus yaitu : diet, obat-obatan dan olahraga. Keseimbangan

tiga cara utama ini penting agar penanganan penyakit Diabetes Melitus berhasil.

Dianjurkan pada penderita Diabetes Melitus latihan jasmani secara teratur bisa

dilakukan tiga sampai empat kali dalam seminggu, selama kurang lebih 30 menit

yang bersifat ringan dan tidak membebani. Sebagai contoh olahraga ringan

berjalan kaki selama 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa olahraga yang teratur bersama dengan diet yang tepat dapat menurunkan

berart badan. Hal tersebut merupakan penatalaksanaan Diabetes Melitus yang

dianjurkan terutama bagi penderita Diabetes Melitus tipe 2 (Sarwono, 2004: 68).

Penelitian yang dilakukan di USA oleh 21.217 dokter selama lima tahun (cohort

study), menemukan bahwa kasus Diabetes Melitus tipe 2 lebih tinggi pada

kelompok yang melakukan olahraga kurang dari satu kali perminggu

dibandingkan dengan kelompok yang melakukan olahraga lima kali perminggu.

Penelitian lain yang dilakukan selama delapan tahun pada 87.353 perawat wanita

yang melakukan olahraga ditemukan penurunan resiko penyakit Diabetes Melitus

tipe 2 sebesar 33%.

2.5.2 Manfaat Olahraga

Pada saat berolahraga terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh

oleh otot yang aktif. Disamping itu terjadi reaksi tubuh yang kompleks meliputi

fungsi sirkulasi, metabolisme, penglepasan dan pengaturan hormonal dan susunan


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

40

saraf otonom. Pada keadaan istirahat metabolisme otot hanya sedikit sekali

memakai glukosa sebagai sumber bahan bakar, sedangkan pada saat olahraga

glukosa dan lemak akan merupakan sumber energi utama. Setelah berolahraga

selama sepuluh menit glukosa akan meningkat sampai 15 kali jumlah kebutuhan

pada keadaan biasa. Setelah 60 menit dapat meningkat sampai 35 kali.

Adapun 10 manfaat utama olahraga bagi penderita Diabetes Melitus antara

lain:

1. Mampu mencegah komplikasi

2. Menstabilkan kesehatan emosi

3. Menurunkan kadar lemak dan kadar gula darah karena olahraga

mampu merangsang sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin

4. Meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel yang menjadi tempat

melekatnya insulin

5. Menurunkan resiko penyakit jantung karena olahraga mampu

menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol jahat dalam darah

(LDL) serta meningkatkan kolesterol baik (HDL).

6. Menguatkan jantung, otot, dan tulang karena olahraga mampu

memperlancar peredaran darah dan sistem pencernaan.

7. Menurunkan tingkat stress karena olahraga mampu meningkatkan

produksi hormon endorfin di otak sehingga badan akan menjadi segar

bugar dan sehat

8. Mengontrol berat badan agar tetap ideal karena olahraga mampu

membakar kalori dalam tubuh


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

41

9. Meningkatkan massa otot dalam tubuh

10. Mencegah depresi.

Walaupun olahraga bukan tanpa resiko seperti hipoglikemia dan

peningkatan detak jantung yang terlalu cepat, namun olahraga yang teratur yaitu

dengan aktivitas terus menerus sedikitnya 30-60 menit dan dilakukan paling

sedikit 3-4 hari seminggu, hal tersebut mampu memperbaiki sensitivitas insulin

serta menurunkan berat badan pada penderita kelebihan berat sehingga menjadi

sehat dan segar secara fisik. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

penderita Diabetes Melitus harus berolahraga di bawah pengawasan dokter.

Dalam penglolaan Diabetes Melitus, latihan jasmani yang teratur memegang

peran penting terutama pada Diabetes Melitus Tipe-2. Manfaat latihan jasmani

yang teratur antara lain :

a) Memperbaiki metabolisme : menormalkan kadar glukosa darah dan

lipid darah.

b) Meningkatkan kerja insulin.

c) Membantu menurunkan berat badan.

d) Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri.

e) Mengurangi risiko penyakit radiovaskuler.

Sebaliknya perlu diketahui dan diwaspadai bahaya latihan jasmani berat

antara lain :

a) Hipoglikemia.

b) Serangan Jantung / payah jantung.

c) Pendarahan retina.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

42

d) Cidera lutut dan trauma kaki.

e) Memeperberat keadaan Diabetes Melitus.

2.6 Landasan Teori

Menurut teori Feurstein dalam niven (2002), ada lima faktor yang

memengaruhi kepatuhan pasien, yaitu pendidikan, akomodasi, modifikasi

faktor lingkungan dan sosial (dukungan keluarga), perubahan model terapi

dan meningkatnya interaksi professional kesehatan dengan penderita.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan penderita

Diabetes Melitus dalam berolahraga adalah dukungan sosial/ keluarga.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit atau menderita. Anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga

bisa berupa dukungan internal maupun eksternal.

Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan

penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.

(1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki 4 jenis dukungan emosional,

dukungan pengharapan/penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan

informasional.

Adapun skema Feurstein dalam Niven (2002), dan Friedman

(1998) dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori sebagai

berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

43

Pendidikan

Akomodasi

Modifikasi Faktor Lingkungan


dan Dukungan Sosial keluarga
dalam bentuk:
Kepatuhan
- Emosional
- Pengharapan/ Penilaian
- Instrumental
- Informasional

Perubahan Terapi Model

Meningkatkan Interaksi
Profesional Kesehatan dan
Pasien

Gambar 2.1 Skema Modifikasi Teori Freustein dalam Niven (2002) dan

Teori Friedman (1998)

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan teori yang dilakukan dan rumusan masalah serta

tujuan penelitian maka kerangka konsep penelitian ini menjelaskan bahwa

kepatuhan pasien adalah sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan

terapi yang diberikan oleh professional petugas kesehatan (Niven 2002). Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuahan penderita yaitu pendidikan,

akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan social (dukungan keluarga), dan

meningkatnya interaksi professional kesehatan dengan penderita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

44

Salah satu faktor yang mempegaruhi kepatuhan berolahraga penderita

Diabetes Melitus adalah dukungan keluarga yang merupakan sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau menderita.

Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri

seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan. Keluarga berfungsi

sebagai sistem pendukung bagi anggotanya.

Friedman (1988) menjelaskan bahwa keluarga memiliki 4 jenis dukungan

yaitu: dukungan emosional, dukungan pengharapan/penilaian, dukungan

instrumental dan dukungan informasional.

Variabel Independen Variabel Dependen


Karakteristik responden

- Umur
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Pendidikan terakhir

Pengetahuan Olahraga Diabetes


Melitus Kepatuhan berolahraga
pada penderita Diabetes
Melitus

Dukungan Keluarga :

- Dukungan emosional
- Dukungan pengharapan
- Dukungan instrumental
- Dukungan
informasional

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga


terhadap Kepatuhan Berolahraga pada penderita Diabetes Melitus

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik

dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang bertujuan mengetahui

hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita

Diabetes Melitus di Kecamatan Medan labuhan tahun 2018.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah wilayah Kecamatan Medan Labuhan Kota

Medan.

Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah:

1. Berdasarkan observasi Wilayah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan

ditiga Puskesmas induk terdapat 180 penderita Diabetes Melitus yang

berobat, tetapi tidak sampai 50% diantaranya yang mengikuti senam

Diabetes Melitus di Puskesmas setiap minggunya.

2. Kecamatan Medan Labuhan berada di pinggiran kota Medan namun angka

kejadian Diabetes Melitus ditiga Puskesmas induk mencapai 180

penderita.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan Agustus 2017 sampai selesai yang dimulai

dari pengumpulan data sekunder, identifikasi masalah, penelusuran kepustakaan,

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

46

penentuan judul, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data

dan penyusunan hasil penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya diduga

(singarimbun, 1989). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh penderita

Diabetes Melitus yang didampingi keluarga yang berkunjung ke 3 Puskesmas

induk. Puskesmas Martubung pasien jumlah penderita Diabetes Melitus sebesar

58 orang, Puskesmas Medan Labuhan sebesar jumlah penderita Diabetes Melitus

sebesar 62 orang dan di Puskesmas Pekan Labuhan jumlah penderita Diabetes

Melitus sebesar 60 orang. Jadi, jumlah populasi sebesar 180 orang.

3.3.2 Sampel

Menurut singarimbun (1989) sampel diartikan sebagaian dari populasi

yang menjadi sumber data yang sebenarnya dengan kata lain, sampel adalah

sebagian dari populasi. Pada penelitian terdapat keterbatasan dalam bidang waktu,

tenaga sehingga tidak mampu mengukur setiap individu anggota populasi satu per

satu (sensus). Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel

yang diusahakan dapat mewakili populasi. Sampel penelitian ini adalah sebagian

dari keluarga yang memiliki penderita diabetes yang berkunjung ke Puskesmas

Kecamatan Medan Labuhan.

1. Penentuan Jumlah Sampel.

Adapun penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan

rumus Slovin , maka disimpulkan bahwa besar sampel adalah sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

47

Keterangan:

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance) (10%)

= 64,28 = 64

2. Teknik Pengambilan Sampel

Berdasarkan rumus diatas, besar sampel pada penelitian ini adalah

sebesar 64 penderita Diabetes Melitus yang didampingi keluarga.

Pengambilan sampel dilakukan secara quota sampling yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan jumlah yang ditentukan oleh peneliti pada

penderita Diabetes Melitus yang mengikuti senam ke Puskesmas pada

saat penelitian.

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka

diketahui jumlah sampel dari populasi 180 Penderita Diabetes Melitus

yang berobat di 3 Puskesmas didapat sampel penelitian sebanyak 64

penderita. Besarnya sampel di masing-masing Puskesmas dilakukan secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

48

proporsional dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif.

Besarnya sampel di setiap Puskesmas terdapat pada tabel berikut :

NO Puskesmas Rumus Jumlah Sampel

1 Puskesmas Martubung x 64 = 20,62 21

2 Puskesmas Medan Labuhan x 64 = 22,04 22

3 Puskesmas Pekan Labuhan x 64 = 21,33 21

Jumlah 64

Table 3.1 jumlah sampel penelitian

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Pengumpul data dalam penelitian dilakukan dengan melakukan

wawancara kepada penderita Diabetes Melitus di wilayah Kecamatan Medan

Labuhan Kota Medan dengan menggunakan kuesioner tentang hubungan

dukungan keluarga terhadap kepatuhan untuk berolahraga pada penderita Diabetes

Melitus di lokasi penelitian.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas yang ada di

Kecamatan

Medan Labuhan Kota Medan, studi kepustakaan (literatur), dan jurnal

kesehatan yang berhubungan dengan penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

3.5 Definisi Operasional

1. Karakteristik responden

a. Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

responden berdasarkan tahun dihitung sejak ia lahir sampai saat

penelitian hubungan dukungan keluarga dalam kepatuhan

berolahraga pada penderita Diabetes Melitus.

b. Jenis kelamin adalah ciri biologis responden yang sudah

ditetapkan dari sejak lahir. Dalam hal ini dua kategori yaitu laki-

laki dan perempuan.

c. Pekerjaan adalah suatu hubungan yang melibatkan dua pihak

antara perusahaan dengan responden. Responden akan

mendapatkan gaji sebagai balas jasa dari pihak perusahaan, dan

jumlahnya tergantung dari jenis profesi.

d. Pendidikan terakhir adalah proses belajar formal terakhir yang

telah di capai oleh responden.

2. Pengetahuan tentang olahraga pada penderita Diabetes Melitus adalah

apa saja yang diketahui oleh responden tentang olahraga yang baik

bagi penderita Diabetes Melitus yang dialami oleh penderita.

3. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga diperoleh dari anggota

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

50

keluarga seperti suami/istri, orang tua, anak dan keluarga lainnya.

Adapun dukungan keluarga yang diberikan dalam bentuk:

a. Dukungan emosional adalah sikap anggota keluarga untuk

membantu menciptakan kenyamanan dan ketenangan emosi

penderita serta kepedulian, memotivasi dan ikut serta menjalani

olahraga yang dianjurkan.

b. Dukungan pengharapan/penilaian adalah sikap atau dorongan dari

keluarga memberikan umpan balik atau pujian, penghargaan,

bimbingan dan perhatian kepada penderita dalam menjalankan

olahraga Diabetes Melitus.

c. Dukungan instrumental adalah sikap keluarga memberikan

bantuan dalam bentuk uang, waktu dan fasilitas seperti penyediaan

kebutuhan sesuai dengan apa yang dibutuhkan penderita saat

berolahraga, transportasi serta lainnya yang dibutuhkan penderita

Diabetes Melitus.

d. Dukungan informasional adalah sikap atau upaya keluarga untuk

memberikan informasi tentang saran untuk menjalankan olahraga

agar dapat mencegah kenaikan gula darah.

4. Kepatuhan berolahraga bagi penderita Diabetes Melitus adalah sikap

taat penderita rutin dalam menjalankan senam Diabetes Melitus yang

telah di programkan oleh Puskesmas setiap minggunya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

51

5. Penderita Diabetes Melitus adalah seseorang yang di diagnosis terkena

penyakit Diabetes Melitus karena tingginya kadar gula dalam darah

akibat gangguan sekresi insulin.

3.6 Instrumen Penelitian dan Aspek Pengukuran

3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang akan dijadikan sebagai bahan atau alat wawancara kepada Diabetes Melitus

yang mengikuti senam di 3 Puskesmas induk Kecamatan Medan Labuhan.

3.6.2 Aspek Pengukuran

Menurut Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori (baik,

sedang, kurang) terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan

dijadikan penentu. Pada penelitian ini kuesioner berjumlah 50 pertanyaan yang

terdiri dari 5 pertanyaan karakteristik responden, 20 pertanyaan tentang

pengetahuan, 20 pernyataan dukungan keluarga dan 5 pertanyaan kepatuhan.

1. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 20 pertanyaan dengan menggunakan skala

Thurstone (Singarimbun, 2008). Skala pengukuran pengetahuan berdasarkan pada

jawaban yang diperoleh responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan.

Masing-masing dengan alternative jawaban (a), (b), (c), dengan ketentuan jika

responden menjawab tepat diberi nilai 2 (dua) kurang tepat diberi nilai 1 (satu)

dan jika responden menjawab tidak tepat diberi nilai 0 (nol).

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan diklasifikasikan dalam 3

kategori yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

52

- Tingkat pengetahuan baik apabila nilai yang diperoleh > 75% dari

nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu > 30

- Tingkat pengetahuan sedang apabila nilai yang diperoleh 45-75%

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu

18-30

- Tingkat pengetahuan rendah apabila nilai yang diperoleh < 45%

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu <

18

2. Pengukuran Dukungan Keluarga

Sikap dukungan keluarga diukur melalui 10 pernyataan dengan

menggunakan skala Likert (Riduwan, 2008), kriteria dalam pertanyaan sikap

adalah sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju. Nilai tertinggi dari

seluruh pertanyaan adalah 4 dengan kriteria sebagai berikut :

Pernyataan positif

Sangat setuju : 4

Setuju :3

Kurang setuju : 2

Tidak setuju :1

Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori

dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

- Sikap dukungan keluarga baik apabila nilai yang diperoleh > 75%

dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 80 yaitu >

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

53

- Sikap dukungan keluarga sedang apabila nilai yang diperoleh 45-

75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 80

yaitu 36 – 60

- Sikap dukungan keluarga kurang apabila nilai yang diperoleh < 45

5% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 80

yaitu < 36

3. Kepatuhan

Kepatuhan diukur melalui 5 pernyataan dengan menggunakan

skala Thurstone (Singarimbun, 2008). Skala pengukuran kepatuhan

berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap seluruh

pertanyaan yang diberikan.Masing-masing dengan alternatif jawaban “Ya

melakukan” dan “Tidak melakukan”, dengan ketentuan jika responden

menjawab “Ya melakukan” dikatakan benar diberi nilai 2, dan jika

responden menjawab “Tidak melakukan” maka dikatakan salah dan diberi

nilai 0.

a. Patuh, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 10 yaitu > 4.

b. Tidak patuh, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total 10 yaitu < 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

54

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual, Adapun langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas

pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum tepat atau terdapat kesalahan

maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya

kemudian diberi kode kepada masing-masing kategori .

3. Entry (memasukkan data)

Data yang akan dimasukkan yakni dengan jawaban-jawaban dari masing-

masing pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk “kode” (angka

atau huruf) yang dimasukkan dalam program statistic computer yang dipakai ialah

program SPSS (Statistical Product Service Solution).

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Semua data dari setiap sumber data atau responden yang telah selesai

dimasukkan, perlu diperiksan kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagianya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi kembali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

55

3.7.2 Analisis Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dan dibuat dalam bentuk tabel

ditribusi frekuensi dan selanjutnya diuraikan dalam bentuk narasi sesuai literature

yang ada. Jenis analisis yang digunakan adalah:

1. Analisis univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang menggambarkan secara

tunggal variable-variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi

frekuensi dan hitungan persentasenya. Analisa data dilakukan dengan

menggunakan aplikasi statistik computer yaitu SPSS (Statistic Program

System Solution) untuk menggambarkan variable penelitian yang diteliti.

2. Analisis bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan dengan

anlisis bivariat. Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk

melihat ada tidaknya pengaruh variabel independen yang berupa

karakteristik responden, pengetahuan tentang olahraga Diabetes Melitus,

dan dukungan keluarga, dan variabel dependen yang berupa kepatuahn

berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Medan

Labuhan Tahun 2018, dengan menggunakan analisis uji Chi-Square pada

tingkat kepercayaan 95% dengan asumsi bahwa data yang dianalisis

berupa data kategorik, dengan ketentuan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

56

a) Jika nilai p<0,05, maka berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan

dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

b) Jika nilai p>0,05, maka berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan

dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen.

3. Analisis multivariate

Analisis multivariate pada penelitian ini menggunakan uji statistic

regresi linier berganda bertujuan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik

turunnya) variabel dependen (kriterum) bila dua atau lebih variabel

independen sebagai faktor prediktor. Pada penelitian ini, variabel dependen

yang digunakan adalah Kepatuhan Berolahraga sedangkan variabel

independen adalah Dukungan Emosional Keluarga, Dukungan Pengharapan

Keluarga, Dukungan Instrumental Keluarga, dan Dukungan Informasional

Keluarga.

a) Hipotesis 1: Dukungan Emosional Keluarga berpengaruh

signifikan terhadap Kepatuhan Berolahraga.

b) Hipotesis 2: Dukungan Pengharapan Keluarga berpengaruh

signifikan terhadap Kepatuhan Berolahraga.

c) Dukungan Instrumental Keluarga berpengaruh signifikan terhadap

Kepatuhan Berolahraga.

d) Dukungan Informasional Keluarga berpengaruh signifikan

terhadap Kepatuhan Berolahraga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Labuhan

Medan Labuhan adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan,

Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Labuhan berbatasan dengan

Medan Marelan di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Medan Deli

dan Kabupaten Deli Serdang di selatan, dan Medan Belawan di utara.

Kecamatan Medan Labuhan merupakan bagian pemerintah Kota Medan.

Kecamatan Medan Labuhan meliputi 6 (enam) Kelurahan yaitu :

 Kelurahan Pekan Labuhan

 Kelurahan Sei Mati

 Kelurahan Besar

 Kelurahan Martubung

 Kelurahan Nelayan Indah

 Kelurahan Tangkahan

Menurut data tahun 2017 :

 Luas wilayah = 1.024 Ha

 Jumlah Penduduk = 32.469 jiwa

 Jumlah Laki – Laki = 16.448 jiwa

 Jumlah Perempuan = 16.021 jiwa

 Jumlah Kelurahan = 2 Kelurahan

 Jumlah Lingkungan = 25 Lingkungan

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

58

Tempat pengambilan sampel yaitu di tiga Puskesmas induk yang

berada di Kecamatan Medan Labuhan.

- Puskesmas Medan Labuhan

- Puskesmas Pekan Labuhan

- Puskesmas martubung

Ketiga Puskesmas tersebut menjalankan program senam PROLANIS

yang berasal dari program BPJS dimana seluruh masyarakat disekitar

Puskesmas melakukan senam setiap satu minggu sekali. Kegiatan senam

ini dilaksakan setiap minggunya dan tidak dipungut biaya apapun (geratis).

Setelah melakukan senam juga tersedia pemeriksaan geratis seperti cek

gula darah, hipertensi dan lain-lain. Sehingga menjadi penarik agar banyak

yang mengikuti kegiatan senam tersebut setiap minggu nya.

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel yaitu karakteristik responden (umur, jenis kelamin,

pekerjaan, pendidikan terakhir), pengetahuan tentang olahraga Diabetes Melitus,

Dukungan Keluarga (Dukungan emosional, Dukungan pengharapan, Dukungan

instrumental, dan Dukungan informasional), Kepatuhan berolahraga pada

penderita Diabetes Melitus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

59

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1        Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin n %
Perempuan 64 100,0
Laki-laki 0 0,0
Total 64 100,0

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di 3

Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan dilihat dari tabel 4.1 menunjukkan

bahwa dari 64 jumlah responden yang dilihat dari jenis kelamin, maka jenis

kelamin responden adalah perempuan sebanyak 64 responden (100,0%) dan tidak

ada responden yang berjenis kelamin laki-laki (0,0%).

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur di 3 Tabel 4.2


Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur n %
41 – 50 Tahun 10 15,6
51 – 60 Tahun 19 29,7
61 – 70 Tahun 31 48,4
> 70 Tahun 4 6,3
Total 64 100,0

Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan dilihat dari tabel 4.2

menunjukkan bahwa dari 64 jumlah responden yang dilihat dari umur, maka umur

responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah umur 61-70

tahun sebanyak 31 responden (48,4%), di ikuti responden dengan umur 51-60

tahun sebanyak 19 responden (29,7%), responden dengan umur 41-50 sebanyak

10 responden (15,6%), dan responden dengan umur > 70 tahun sebanyak 4

responden (6,3%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

60

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.3        Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan n %
Wiraswasta 16 25,0
PNS 1 1,6
Ibu Rumah Tangga 47 73,4
Total 64 100,0

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di 3

Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan dilihat dari tabel 4.3 menunjukkan

bahwa dari 64 jumlah responden yang dilihat dari pekerjaannya, maka pekerjaan

responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah ibu rumah

tangga yaitu sebanyak 47 responden (73,4%), di ikuti responden dengan yang

bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 16 responden (25,0%), dan responden yang

bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1 responden (1,6%).

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.4        Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan n %
SD 1 1,6
SMP 5 7,8
SMA 57 89,1
S1(Sarjana) 1 1,6
Total 64 100,0

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat

pendidikan di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan dilihat dari tabel 4.4

menunjukkan bahwa dari 64 jumlah responden yang dilihat dari tingkat

pendidikannya, maka tingkat pendidikan responden yang paling dominan ataupun

yang paling banyak adalah lulusan SMA yaitu sebanyak 57 responden (89,1%), di

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

61

ikuti responden lulusan SMP sebanyak 5 responden (7,8%), responden lulusan S1

sebanyak 1 responden (1,6%), dan responden lulusan SD sebanyak 1 responden

(1,6%).

4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan RespondenTentang


Olahraga pada penderita Diabetes Melitus
Jawaban

No. Pengetahuan Responden Tepat Kurang Tidak Total


tepat tepat
n % n % n % n %
1 Penyebab Diabetes Melitus
36 56,2 28 43,8 0 0 64 100
2 Pencegahan yang dapat
dilakukan agar kadar gula 62 96,9 2 3,1 0 0 64 100
darah tetap normal
3 dalam      seminggu      anda
dianjurkan        berolahraga 53 82,8 11 17,2 0 0 64 100
sebanyak
4 Olahraga yang paling baik 64 100 0 0 0 0 64 100
dilakukan dalam seminggu
5 Selain berolahraga, olah
fisik    apa      yang    baik 53 82,8 11 17,2 0 0 64 100
dilakukan dalam kegiatan
sehari-hari
6 Tiga          cara          utama
penatalaksanaan    penyakit 44 68,7 0 0 20 31,3 64 100
Diabetes Melitus yaitu
7 Jenis olahraga yang tepat
bagi penderita Diabetes 64 100 0 0 0 0 64 100
Melitus

Lanjutan tabel 4.5


8 Jenis olahraga apa yang
tidak baik bagi penderita 15 23,4 47 73,4 2 3,2 64 100
Diabetes Melitus
9 Frekuensi olahraga    yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

62

baik        bagi        penderita 51 79,7 13 20,3 0 0 64 100


Diabetes Melitus

10 Intensitas olahraga yang


baik bagi        penderita 45 70,3 19 29,7 0 0 64 100
Diabetes Melitus
11 Durasi olahraga yang baik
bagi penderita Diabetes 63 98,4 1 1,6 0 0 64 100
Melitus
12 Pada      saat berolahraga
terjadi              peningkatan
kebutuhan    bahan    bakar 11 17,2 44 68,7 9 14,1 64 100
tubuh oleh otot yang aktif.
Disamping itu terjadi reaksi
yang kompleks meliputi
13 Untuk menghindari luka
pada kaki sebaiknya pada
saat berolahraga penderita 64 100 0 0 0 0 64 100
Diabetes                  Melitus
menggunakan
14 Manfaat utama olahraga
bagi penderita Diabetes 13 20,3 26 40,6 25 39,1 64 100
Melitus dapat mencegah
15 Sebelum            melakukan
olahraga              sebaiknya 63 98,4 1 1,6 0 0 64 100
melakukan
16 Sebaiknya          melakukan
senam Diabetes Melitus 57 89,1 7 10,9 0 0 64 100
secara
17 Selain olahraga, apa yang
dapat      dilakukan      agar
penyakit Diabetes Melitus 63 98,4 1 1,6 0 0 64 100
tidak mengalami
komplikasi

Lanjutan tabel 4.5


18 Olahraga      secara      rutin, 47 73,4 17 26,6 0 0 64 100
teratur dan terukur
19 Sebaiknya perlu diketahui
dan    diwaspadai    bahaya 7 10,9 33 51,6 24 37,5 64 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

63

latihan jasmani berat antara


lain
20 Kapan                tanda-tanda
penderita Diabetes Melitus 62 96,8 1 1,6 1 1,6 64 100
untuk segera menghentikan
berolahraga

Berdasarkan table 4.4 diatas diketahui bahwa pengetahuan responden

tentang tentang olahraga yang baik bagi penderita Diabetes Melitus sudah baik

yakni seluruh responden sebanyak 64 orang responden (100%) sudah mengetahui

olahraga yang paling baik dilakukan selama seminggu, jenis olahraga yang tepat

bagi penderita Diabetes Melitus, dan menggunakan sepatu yang nyaman agar

terhindar dari luka.

Pengetahuan responden terhadap jenis olahraga yang yang tidak baik bagi

penderita Diabetes Melitus masih kurang yakni hanya 11 orang (17,2%) ,

pengetahuan bahaya dari latihan jasmani berat bagi penderita Diabetes Melitus

yakni sebanyak 10 (orang 10,9%), serta pengetahuan tentang reaksi tubuh yang

kompleks saat terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang

aktif.

Keseluruhan indikator penilaian pengetahuan responden tentang olahraga

yang baik bagi penderita Diabetes Melitus dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori

yaitu “Baik” “Sedang” dan “Kurang”, yang dapat dilihat pada table 4.5 berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

64

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Karakteristik Responden


Berdasarkan Pengetahuan

Pengeztahuan n %
Baik 57 89,1
Sedang 7 10,9
Rendah 0 0,0
Total 64 100,0

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat

pengetahuannya mengenai Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan

Labuhan dilihat dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 64 jumlah responden yang

dilihat dari tingkat pengetahuannya mengenai Diabetes Melitus, maka tingkat

pengetahuan responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah

baik yaitu sebanyak 57 responden (89,1%), di ikuti responden dengan tingkat

pengetahuan sedang sebanyak 7 responden (10,9%), dan tidak ada responden yang

tingkat pengetahuannya rendah (0,0%).

4.2.6 Hasil Univariat Berdasarkan Dukungan Keluarga

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga


Jawaban
Dukungan Sangat Kurang Tidak Total
No Setuju
Keluarga Setuju Setuju Setuju
N % n % n % n % N %
Dukungan Emosional
Keluarga
selalu
menyenangkan
hati penderita 10
1 13 20,3 49 76,6 2 3,1 0 0 64
saat 0
berolahraga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

65

Lanjutan tabel 4.7


Keluarga
selalu
memotivasi
penderita
bahwa dengan
10
2 berolahraga 10 15,6 52 81,3 2 3,1 0 0 64
0
dapat
mencegah
komplikasi
Diabetes
Melitus.
Keluarga
selalu
menyemangati
penderita 1 10
3 8 12,5 46 71,9 15,6 0 0 64
ketika 0 0
penderita
mulai      malas
berolahraga
Keluarga ikut
serta
10
4 berolahraga 10 15,6 47 73,4 7 10,9 0 0 64
0
dengan
penderita
Keluarga
selalu
mendengarkan
10
5 keluhan 7 10,9 57 89,1 0 0,0 0 0 64
0
penderita saat
menjalani
olahraga.
Dukungan Pengharapan
Keluarga
memberikan
pujian kepada
10
1 penderita 7 10,9 57 89,1 0 0 0 0 64
0
setelah
melakukan
olahraga

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

66

Lanjutan tabel 4.7


Keluarga
selalu
mendukung 10
2 21 32,8 42 65,6 1 1,6 0 0 64
jenis olahraga 0
yang    disukai
penderita
Keluarga
selalu
memperhatika
10
3 n          kondisi 5 7,8 56 87,5 3 4,7 0 0 64
0
penderita pada
saat
berolahraga
Keluarga
membimbing
penderita
untuk menilai
atas 10
4 8 12,5 56 87,5 3 4,7 0 0,0 64
keberhasilan 0
menjalankan
kepatuhan
dalam
berolahraga
Keluarga
selalu
menghargai
atas kepatuhan
penderita 10
5 7 10,9 57 89,1 0 0 0 0 64
dalam 0
menjalankan
senam    setiap
minggu        di
Puskesmas
Dukungan Instrumental
Keluarga
memberikan
10
1 ongkos/ 8 12,5 55 85,9 1 1,6 0 0 64
0
kendaraan
penderita

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

67

untuk
melakukan
senam          di
Puskesmas.
Keluarga
menemani
10
2 penderita 3 4,7 53 82,8 8 12,5 0 0,0 64
0
berolahraga.

Keluarga
menyediakan
sepatu      yang
nyaman 10
3 4 6,3 60 93,8 0 0,0 0 0 64
kepada 0
penderita
untuk
berolahraga
Keluarga
menyediakan
pakaian yang
nyaman      dan 10
4 5 7,8 54 84,4 5 7,8 0 0 64
meresap 0
keringat untuk
penderita
berolahraga
Keluarga
menyediakan
waktunya
untuk
mengantar
penderita
berolahraga di 10
5 6 9,4 53 82,8 5 7,8 0 0 64
Puskesmas. 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

68

Lanjutan tabel 4.7


Dukungan Informasioal
Keluarga
memberikan
informasi
kepada
10
1 penderita 2 3,1 61 95,3 1 1,6 0 0 64
0
jadwal senam
Diabetes
Melitus        di
Ppuskesmas.
Keluarga
memberikan
informasi
kepada
10
2 penderita 4 6,3 58 90,6 2 3,1 0 0 64
0
bahwa
olahraga dapat
mencegah
komplikasi
Keluarga
memberikan
informasi
kepada
penderita
bahwa
10
3 olahraga yang 3 4,7 61 95,3 0 0,0 0 0 64
0
baik        untuk
Diabetes
Melitus
olahraga yang
ringan        dan
sedang
Keluarga
memberikan
informasi
10
4 kepada 3 4,7 59 92,2 2 3,1 0 0 64
0
penderita agar
menggunakan
sepatu      yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

69

nyaman    saat
berolahraga
untuk
menghindari
luka.
Keluarga
memberikan
informasi
olahraga 10
5 7 10,9 57 89,1 0 0 0 0 64
dilakukan 0
secara      rutin
selama 30-60
menit.

Berdasarkan tabel 4.7 rata-rata dukungan keluarga menunjukkan kategori

sedang dan baik pada data dukungan emosional keluarga selalu menyenangkan

hati penderita saat berolahraga responden yang sangat setuju sebanyak 13

responden (20,3%), responden yang setuju sebanyak 49 responden (76,6%) dan

yang kurang setuju sebanyak 2 responden (3,1%), pada pernyataan keluarga selalu

memotivasi penderita bahwa dengan berolahraga dapat mencegah komplikasi

responden yang sangat setuju sebanyak 10 (15,6%), yang setuju sebanyak 52

responden (81,3%), kurang setuju sebanyak 3 responden (3,1%). Pada dukungan

pengharapan responden yang sangat setuju pada pernyataan bahwa keluarga

sangat mendukung atas jenis olahraga yang di sukai penderita sebanyak 21

responden (32,8%) setuju saja sebanyak 42 responden (81,3%) dan yang kurang

setuju hanya 1 responden (1,6 %) dan yang tidak setuju sebanya 0 responden

(0%). Pada dukungan instrumental keluarga memberikan ongkos ataupun

kendaraan untuk responden gunakan menuju puskesmas sebanyak 8 responden

(12,5%) setuju saja sebanyak 55 responden (85,6%) dan 1 responden (1,6%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

70

kurang setuju, dan tidak ada responden yang tidak setuju mengenai pernyataan ini,

pada dukungan informasional pernyataan keluarga mengenai keluarga sudah

memberikan informasi bahwa olahraga dilakukan rutin selama 30-60 menit yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 7 rsponden (10,9%) yang menyatakan setuju

saja sebanyak 57 responden (89,1%), dan 0 responden (0%) yang menyatakan

kurang setuju ataupun tidak setuju.

Keseluruhan indikator penilaian dukungan keluarga responden tentang

olahraga yang baik bagi penderita Diabetes Melitus dikategorikan menjadi 3 (tiga)

kategori yaitu “Baik” “Sedang” dan “Kurang”, yang dapat dilihat pada table 4.8

berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan


Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga n %
Baik 28 43,8
Sedang 36 56,3
Rendah 0 0,0
Total 64 100,0

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan dukungan

keluarga di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan terlihat bahwa dari 64

responden, mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga dengan kategori

sedang yaitu sebanyak 36 responden (56,3%), sebanyak 28 responden (43,8%)

mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga, dan tidak ada responden yang

kurang dukungan dari keluarganya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

71

4.2.6 Hasil Univariat Berdasarkan Dukungan Emosional

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan


Dukungan Emosional
Dukungan Emosional n %
Baik 19 29,7
Sedang 45 70,3
Rendah 0 0,0
Total 64 100,0

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan dukungan

emosional dari keluarga di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan terlihat

bahwa dari 64 responden, mayoritas responden mendapatkan dukungan emosional

dari keluarga dengan kategori sedang yaitu sebanyak 45 responden (70,3%),

sebanyak 19 responden (29,7%) mendapatkan dukungan emosional yang baik dari

keluarga, dan tidak ada responden yang kurang dukungan emosional dari

keluarganya.

4.2.7 Hasil Univariat Berdasarkan Dukungan Pengharapan/ Penilaian

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan


Dukungan Pengharapan/ Penilaian
Dukungan Pengharapan n %
Baik 28 43,8
Sedang 36 56,3
Rendah 0 0,0
Total 64 100,0

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan dukungan

pengharapan dari keluarga di 3 Pusskesmas di Kecamatan Medan Labuhan terlihat

bahwa dari 64 responden, mayoritas responden mendapatkan dukungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

72

pengharapan dari keluarga dengan kategori sedang yaitu sebanyak 36 responden

(56,3%), sebanyak 28 responden (43,8%) mendapatkan dukungan pengharapan

yang baik dari keluarga, dan tidak ada responden yang kurang dukungan

pengharapan dari keluarganya.

4.2.8 Hasil Univariat Berdasarkan Dukungan Instrumental

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan


Dukungan Instrumental
Dukungan Instrumental n %
Baik 12 18,8
Sedang 52 81,3
Rendah 0 0,0
Total 64 100,0

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan dukungan

instrumental dari keluarga di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan terlihat

bahwa dari 64 responden, mayoritas responden mendapatkan dukungan

instrumental dari keluarga dengan kategori sedang yaitu sebanyak 52 responden

(81,3%), sebanyak 12 responden (18,8%) mendapatkan dukungan instrumental

yang baik dari keluarga, dan tidak ada responden yang kurang dukungan

instrumental dari keluarganya.

4.2.9 Hasil Univariat Berdasarkan Dukungan Informasional

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan


Dukungan Informasional
Dukungan Informasional n %
Baik 9 14,1
Sedang 55 85,9
Rendah 0 0,0
Total 64 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

73

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan dukungan

informasional dari keluarga di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan

terlihat bahwa dari 64 responden, mayoritas responden mendapatkan dukungan

informasional dari keluarga dengan kategori sedang yaitu sebanyak 55 responden

(85,9%), sebanyak 9 responden (14,1%) mendapatkan dukungan informasional

yang baik dari keluarga, dan tidak ada responden yang kurang dukungan

informasional dari keluarganya.

4.2.11 Hasil Univariat Berdasarkan Tingkat Kepatuhan Berolahraga

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Kepatuhan Berolahraga
Jawaban
Tidak Total
No Pernyataan Patuh
Patuh
n % n % n %
Anda mengikuti senam Diabetes
1 Melitus di Puskesmas setiap 51 79,7 13 20,3 64 100
minggu.
Anda melakukan olahraga 4 kali
2 50 78,1 14 21,9 64 100
dalam seminggu.
Anda melakukan kegiatan senam
3 53 82,8 11 17,2 64 100
selama 30-60 menit.
Anda seelalu melakukan
4 54 84,4 10 15,6 64 100
pemanasan sebelum senam
Anda mengecek kadar gula darah
5 40 62,5 24 37,5 64 100
sebelum dan sesudah berolahraga

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dlihat bahwa rata-rata responden patuh

dalam berolahraga pada pernyataan responden mengikuti senam Diabetes Melitus

di Puskesmas Setiap minggunya, sebanyak 51 responden (79,7%) menyatakan

dirinya patuh dan 13 responden (20,3%) menyatakan dirinya tidak patuh.

Pernyataan yang kedua responden melakukan olahraga 4 kali dalam seminggu,

sebanyak 50 responden (78,1%) menyatakan dirinya patuh dan sebanyak 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

74

responden (21,9%) menyatakan tidak patuh. Pada pernyataan yang ketiga

responden melakukan senam selama 30-60 menit sebanyak 53 responden (82,4%)

menyatakan dirinya patuh dan sebanyak 10 responden (15,6%) menyatakan

dirinya tidak patuh. Pada pernyataan ke empat responden melakukan pemanasan

sebelum senam, 54 responden (84,4%) menyatakan dirinya patuh dan 10 (15,6%)

responden menyatakan tidak patuh. Dan pada pernyataan yang terakhir responden

mengecek kadar gula darah sebelum dan sesudah melakukan berolahraga,

sebanyak 40 responden (62,5%) menyatakan patuh dan 24 responden (27,5%)

menyatakan tidak patuh.

Keseluruhan indikator penilaian kepatuhan responden tentang olahraga

yang baik bagi penderita Diabetes Melitus dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori

yaitu “Patuh” dan “Tidak patuh”, yang dapat dilihat pada table 4.14 berikut:

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Kategori Responden Berdasarkan


Tingkat Kepatuhan Berolahraga
Kepatuhan Berolahraga N %
Patuh 44 68,8
Tidak Patuh 20 31,3
Total 64 100,0

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat kepatuhan

berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan

Medan Labuhan terlihat bahwa dari 64 responden, mayoritas responden patuh

berolahraga yaitu sebanyak 44 responden (68,8%) dan sisanya sebanyak 20

responden (31,3%) tidak patuh berolahraga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

75

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk melihat hubungan dukungan keluarga

terhadap kepatuhan berolahraga, hubungan dukungan emosional terhadap

kepatuhan berolahraga, hubungan dukungan pengharapan/ penilaian terhadap

kepatuhan berolahraga, hubungan dukungan instrumental terhadap kepatuhan

berolahraga, hubungan dukungan informasional terhadap kepatuhan berolahraga

pada penderita Diabetes Melitus di tiga Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan.

4.3.1 Hubungan Dukungan Emosional terhadap Kepatuhan Berolahraga

Tabel 4.15 Hubungan Dukungan Emosional terhadap Kepatuhan


Berolahraga
Kepatuhan Berolahraga
Dukungan Total
Patuh        Tidak patuh p-value
Emosional Keluarga
N        %        n        % n %
Baik 17 26,6 2 3,1 19 29,7
0,020
Sedang 27 42,2 18 28,1 45 70,3
Total 44 68,8 20 31,3 64 100,0

Berdasarkan analisa data yang mempengaruhi kepatuhan berolahraga pada

penderita Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan dilihat

dari Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 64 responden, responden yang memiliki

dukungan emosional yang baik dari keluarga dan patuh berolahraga yaitu

sebanyak 17 responden (26,6%), responden yang memiliki dukungan emosional

yang baik dari keluarga tetapi tidak patuh berolahraga yaitu sebanyak 2 responden

(3,1%), responden yang memiliki dukungan emosional yang sedang dari keluarga

tetapi patuh berolahraga yaitu sebanyak 27 responden (42,2%), dan responden

yang memiliki dukungan emosional yang sedang dari keluarga dan tidak patuh

berolahraga yaitu sebanyak 18 responden (28,1%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

76

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka

diperoleh nilai p=0,020 < (α =0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan

emosional dari keluarga terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes

Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan.

4.3.2 Hubungan Dukungan Pengharapan/penilaian terhadap Kepatuhan

Berolahraga

Tabel 4.16 Hubungan Dukungan Pengharapan terhadap Kepatuhan


Berolahraga
Dukungan Kepatuhan Berolahraga
Total
Pengharapan Patuh        Tidak patuh p-value
Keluarga n % n % N %
Baik 27 42,2 1 1,6 28 43,8
0,000
Sedang 17 26,6 19 29,7 36 56,3
Total 44 68,8 20 31,3 64 100,0

Berdasarkan analisa data yang mempengaruhi kepatuhan berolahraga pada

penderita Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan dilihat

dari Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 64 responden, responden yang memiliki

dukungan pengharapan yang baik dari keluarga dan patuh berolahraga yaitu

sebanyak 27 responden (42,2%), responden yang memiliki dukungan pengharapan

yang baik dari keluarga tetapi tidak patuh berolahraga yaitu sebanyak 1 responden

(1,6%), responden yang memiliki dukungan pengharapan yang sedang dari

keluarga tetapi patuh berolahraga yaitu sebanyak 17 responden (26,6%), dan

responden yang memiliki dukungan pengharapan yang sedang dari keluarga dan

tidak patuh berolahraga yaitu sebanyak 19 responden (29,7%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

77

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka

diperoleh nilai p=0,000 < (α =0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan

pengharapan dari keluarga terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita

Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan.

4.3.3 Hubungan Dukungan Instrumental terhadap Kepatuhan Berolahraga

Tabel 4.17 Hubungan Dukungan Instrumental terhadap Kepatuhan


Berolahraga
Dukungan Kepatuhan Berolahraga
Total
Instrumental Patuh        Tidak patuh p-value
Keluarga n % n % n %
Baik 12 18,8 0 0,0 12 18,8
0,010
Sedang 32 50,0 20 31,3 52 81,3
Total 44 68,8 20 31,3 64 100,0

Berdasarkan analisa data yang mempengaruhi kepatuhan berolahraga pada

penderita Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan dilihat

dari Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 64 responden, responden yang memiliki

dukungan instrumental yang baik dari keluarga dan patuh berolahraga yaitu

sebanyak 12 responden (18,8%), responden yang memiliki dukungan instrumental

yang baik dari keluarga tetapi tidak patuh berolahraga yaitu sebanyak 0 responden

(0,0%), responden yang memiliki dukungan instrumental yang sedang dari

keluarga tetapi patuh berolahraga yaitu sebanyak 32 responden (50,0%), dan

responden yang memiliki dukungan instrumental yang sedang dari keluarga dan

tidak patuh berolahraga yaitu sebanyak 20 responden (31,3%).

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka

diperoleh nilai p=0,010 < (α =0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

78

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan

instrumental dari keluarga terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita

Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan.

4.3.4 Hubungan Dukungan Informasional Keluarga terhadap Kepatuhan

Berolahraga

Tabel 4.18 Hubungan Dukungan Informasional Keluarga terhadap


Kepatuhan Berolahraga
Dukungan Kepatuhan Berolahraga
Total
Informasional Patuh        Tidak patuh p-value
Keluarga N % n % n %
Baik 9 14,1 0 0,0 9 14,1
0,029
Sedang 35 54,7 20 31,3 55 85,9
Total 44 68,8 20 31,3 64 100,0

Berdasarkan analisa data yang mempengaruhi kepatuhan berolahraga pada

penderita Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan dilihat

dari Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 64 responden, responden yang memiliki

dukungan informasional yang baik dari keluarga dan patuh berolahraga yaitu

sebanyak 9 responden (14,1%), responden yang memiliki dukungan informasional

yang baik dari keluarga tetapi tidak patuh berolahraga yaitu sebanyak 0 responden

(0,0%), responden yang memiliki dukungan informasional yang sedang dari

keluarga tetapi patuh berolahraga yaitu sebanyak 35 responden (54,7%), dan

responden yang memiliki dukungan informasional yang sedang dari keluarga dan

tidak patuh berolahraga yaitu sebanyak 20 responden (31,3%).

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka

diperoleh nilai p=0,029 < (α =0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

79

informasional dari keluarga terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita

Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan.

4.3.5 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Berolahraga

Tabel 4.19 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan


Berolahraga
Kepatuhan Berolahraga
Total
Dukungan Keluarga Patuh        Tidak patuh p-value
n % n % N %
Baik 27 42,2 1 1,6 28 42,8
0,000
Sedang 17 26,6 19 29,7 36 56,3
Total 44 68,8 20 31,3 64 100,0

Berdasarkan analisa data yang mempengaruhi kepatuhan berolahraga pada

penderita Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan dilihat

dari Tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari 64 responden, responden yang mendapat

dukungan yang baik dari keluarga dan patuh berolahraga yaitu sebanyak 27

responden (42,2%), responden yang mendapat dukungan yang baik dari keluarga

tetapi tidak patuh berolahraga yaitu sebanyak 1 responden (1,6%), responden yang

mendapat dukungan yang sedang dari keluarga tetapi patuh berolahraga yaitu

sebanyak 17 responden (26,6%), dan responden yang mendapat dukungan yang

sedang dari keluarga dan tidak patuh berolahraga yaitu sebanyak 19 responden

(29,7%).

Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka

diperoleh nilai p=0,000 < (α =0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan

keluarga terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di 3

Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

80

4.4 Analisi Multivariat

4.4.1 Uji Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk meramalkan

bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterum) bila dua atau

lebih variabel independen sebagai faktor prediktor. Pada penelitian ini,

variabel dependen yang digunakan adalah Kepatuhan Berolahraga sedangkan

variabel independen adalah Dukungan Emosional Keluarga, Dukungan

Pengharapan Keluarga, Dukungan Instrumental Keluarga, dan Dukungan

Informasional Keluarga.

1. Hasil Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan

pengaruh Dukungan Emosional Keluarga, Dukungan Pengharapan

Keluarga, Dukungan Instrumental Keluarga, dan Dukungan Informasional

Keluarga terhadap Kepatuhan Berolahraga yang bertujuan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Berikut hasil analisis regresi

linear berganda yang dilakukan dengan SPSS 25.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

81

Tabel 4.20 Hasil Analisis Regresi Berganda


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constant) .127 .352 .360 .720
Dukungan .023 .140 .023 .165 .870
Emosional
Dukungan .400 .134 .428 2.986 .004
Pengharapan
Dukungan .174 .143 .146 1.212 .230
Instrumental
Dukungan .111 .164 .084 .680 .499
Informasional
a. Dependent Variable: Kepatuhan Berolahraga

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas maka diperoleh

persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 0,127 + 0,023X1 + 0,400X2 + 0,174X3 + 0,111X4 + e

Keterangan :

X1 = Dukungan Emosional Keluarga

X2 = Dukungan Pengharapan Keluarga

X3 = Dukungan Instrumental Keluarga

X4 = Dukungan Informasional Keluarga

Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas, dapat

dijelaskan bahwa:

1. Koefisien regresi variabel Dukungan Emosional Keluarga diperoleh

sebesar 0,023 bernilai positif yang berarti memiliki pengaruh positif

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

82

sehingga apabila semakin besar Dukungan Emosional Keluarga maka

akan semakin besar pula kepatuhan pasien dalam berolahraga.

2. Koefisien regresi variabel Dukungan Pengharapan Keluarga diperoleh

sebesar 0,400 bernilai positif yang berarti memiliki pengaruh positif

sehingga apabila semakin besar Dukungan Pengharapan Keluarga

maka akan semakin besar pula kepatuhan pasien dalam berolahraga.

3. Koefisien regresi variabel Dukungan Instrumental Keluarga diperoleh

sebesar 0,174 bernilai positif yang berarti memiliki pengaruh positif

sehingga apabila semakin besar Dukungan Instrumental Keluarga

maka akan semakin besar pula kepatuhan pasien dalam berolahraga.

4. Koefisien regresi variabel Dukungan Informasional Keluarga diperoleh

sebesar 0,111 bernilai positif yang berarti memiliki pengaruh positif

sehingga apabila semakin besar Dukungan Informasional Keluarga

maka akan semakin besar pula kepatuhan pasien dalam berolahraga.

5 Uji Hipotesis

1. Uji t

Uji t atau uji parsial digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan ttabel atau

dengan melihat nilai signifikan p-value lebih kecil dari nilai alpha = 0.05

(5%).

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 1 di atas, maka dapat

dijelaskan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

83

a. Hipotesis 1: Dukungan Emosional Keluarga berpengaruh signifikan

terhadap Kepatuhan Berolahraga.

Berdasarkan hasil pengujian Tabel 1 di atas menunjukkan

bahwa nilai thitung pada variabel Dukungan Emosional Keluarga sebesar

0,165 dengan nilai signifikansi sebesar 0,870 lebih besar dari α = 0,05.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Dukungan Emosional

Keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan

Berolahraga.

b. Hipotesis 2: Dukungan Pengharapan Keluarga berpengaruh signifikan

terhadap Kepatuhan Berolahraga.

Berdasarkan hasil pengujian Tabel 1 di atas menunjukkan

bahwa nilai thitung pada variabel Dukungan Pengharapan Keluarga

sebesar 2,986 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 lebih kecil dari α

= 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Dukungan

Pengharapan Keluarga berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan

Berolahraga.

c. Hipotesis 3: Dukungan Instrumental Keluarga berpengaruh signifikan

terhadap Kepatuhan Berolahraga.

Berdasarkan hasil pengujian Tabel 1 di atas menunjukkan

bahwa nilai thitung pada variabel Dukungan Instrumental Keluarga

sebesar 1,212 dengan nilai signifikansi sebesar 0,230 lebih besar dari α

= 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Dukungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

84

Instrumental Keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap

Kepatuhan Berolahraga.

d. Hipotesis 4: Dukungan Informasional Keluarga berpengaruh signifikan

terhadap Kepatuhan Berolahraga.

Berdasarkan hasil pengujian Tabel 1 di atas menunjukkan

bahwa nilai thitung pada variabel Dukungan Informasional Keluarga

sebesar 0,680 dengan nilai signifikansi sebesar 0,499 lebih besar dari α

= 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Dukungan

Informasional Keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap

Kepatuhan Berolahraga.

2. Uji F

Uji F ini dilakukan untuk menguji hipotesis secara simultan guna

menunjukkan pengaruh variabel-variabel independen secara bersama

terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan

membandingkan Fhitung dengan Ftabel atau dengan melihat nilai signifikan

p-value lebih kecil dari nilai alpha = 0.05 (5%).

Tabel 4.21 Hasil Uji F


ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 4.153 4 1.038 6.383 .000b
Residual 9.597 59 .163
Total 13.750 63
a. Dependent Variable: Kepatuhan Berolahraga
b. Predictors: (Constant), Dukungan Informasional, Dukungan
Instrumental, Dukungan Emosional, Dukungan Pengharapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

85

Berdasarkan Tabel 6 di atas diperoleh F-hitung sebesar 6,383

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang diperoleh

lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Dukungan Emosional Keluarga, Dukungan Pengharapan Keluarga,

Dukungan Instrumental Keluarga, dan Dukungan Informasional Keluarga

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan

Berolahraga.

3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisensi determinansi (R2) berguna untuk mengukur seberapa

baik ketepatan garis regresi taksiran dengan yang sebenarnya. Dalam hal

ini, koefisien R2 mengukur seberapa besar Kepatuhan Berolahraga

dipengaruhi oleh Dukungan Emosional Keluarga, Dukungan Pengharapan

Keluarga, Dukungan Instrumental Keluarga, dan Dukungan Informasional

Keluarga. Berikut hasil analisis koefisien determinasi (R2) dengan

menggunakan SPSS 25:

Tabel 4.22 Analisis Koefisien Determinasi


Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate
a
1 .550 .302 .255 .403
a. Predictors: (Constant), Dukungan Informasional, Dukungan
Instrumental, Dukungan Emosional, Dukungan Pengharapan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, R2 yang dihasilkan

sebesar 0.302, atau 30,2%. Hal ini berarti 30,2% variabel dependen yaitu

Kepatuhan Berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

86

Medan labuhan tahun 2018 di pengaruhi oleh variabel independen yaitu

Dukungan Emosional Keluarga, Dukungan Pengharapan Keluarga,

Dukungan Instrumental Keluarga, dan Dukungan Informasional Keluarga.

Sedangkan 69,8% sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya

diluar variabel Dukungan Emosional Keluarga, Dukungan Pengharapan

Keluarga, Dukungan Instrumental Keluarga, dan Dukungan Informasional

Keluarga.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden

Gambaran umum karaekteristik responden yang akan digambarkan dalam

penelitian ini ialah meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir di

tiga Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan.

5.1.1 Umur

Umur adalah lamanya hidup responden yang diukur dalam tahun dan

dihitung sejak dilahirkan hingga ulang tahun terakhir. (Azmi, 2014) Pertambahan

usia merupakan faktor risiko yang penting untuk Diabetes Melitus. Dalam semua

penelitian epidemiologi pada berbagai populasi, prevalensi Diabetes Melitus

memperlihatkan peningkatan yang spesifik menurut usia (Gibney dkk dalam

azmi, 2014). Teori menyatakan bahwa umur merupakan faktor pada orang

dewasa, dengan semakin bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil

glukosa darah semakin menurun. Penyakit ini lebih terdapat pada orang yang

berumur diatas 40 tahun dari pada orang yang lebih muda (suiraoka, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar responden berada pada

rentang usia 61 – 70 tahun yakni sebanyak 31 responden (48,4%), di ikuti

responden dengan umur 51-60 tahun sebanyak 19 responden (29,7%), responden

dengan umur 41-50 sebanyak 10 responden (15,6%), dan responden dengan umur

87
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

88

> 70 tahun sebanyak 4 responden (6,3%). Hal ini memperlihatkan bahwa

responden yang menderita Diabetes Melitus yang aktif berolahraga di ke tiga

Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan berada pada usia lanjut. Hal ini sejalan

dengan penelitian (Hasbi, 2017) menjelaskan bahwa prevalensi penyakit DM

lebih banyak didapatkan pada usia dewasa (30 tahun).

Berdasarkan hasil penelitian umur tidak menjadi halangan seseorang untuk

tetap melakukan pola hidup sehat misalnya kegiatan senam PROLANIS yang

dilakukan di tiga Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan, yang mana sebagian

besar kegiatan tersebut diikuti oleh penderita yang menginjak usia lanjut. Hasil ini

usia 61-70 yang paling banyak dikaerenakan usia tersebut merupakan usia yang

perlu berdialog karena dirumah terasa sepi dan tidak ada kawan berbicara maka

mereka lebih suka berkumpul dengan seusianya.

5.1.2 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin merupakan ciri biologis responden yang sudah ditetapkan

dari sejak lahir. Dalam Hal ini ada dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan.

Menurut Kartono dalam Astuti (2009) jenis kelamin/seks merupakan kualitas

yang menentukan individu itu laki-laki atau perempuan yang menyatakan bahwa

perbedaan secara anatomis dan fisiologis pada manusia menyebabkan perbedaan

struktur tingkah laku dan struktur aktivitas antara pria dan wanita.

Berdasarkan hasil penelitian responden berdasarkan jenis kelamin dari 64

yang diwawancara sebanyak 64 responden (100%) berjenis kelamin perempuan.

Hal ini menunjukkan bahwa responden yang menderita Diabetes Melitus dan aktif

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

89

mengikuti senam di tiga Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan seluruhnya

berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian pada umumnya wanita lebih memperhatikan

dan peduli pada kesehatannya dibandingkan dengan laki-laki yang mana

perempuan lebih sering menggunakan pelayanan kesehatan dan aktif dalam

melakukan pola hidup sehat seperti mengikuti senam. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Hasbi, 2017) yang mana laki-laki lebih banyak (54,9%) tidak patuh

melakukan olahraga dibandingkan perempuan, maka peneliti mengharapkan

kepada pihak Puskesmas dapat melakukan penyuluhan melalui kelompok-

kelompok yang ada dimasyarakat agar menghimbau bagi usia dewasa khususnya

lansia agar dapat mengukuti program PROLANIS yang dilakukan Puskesmas

seminggu sekali.

5.1.3 Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau

pencaharian. Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari

akan memiliki waktu yang kurang untuk melakukan kegiatan dalam pencegahan

kesehatan. Hal tersebut dikarenakan waktu nya yang dihabiskan untuk melakukan

pekerjaannya tersebut sampai lelah sehingga tidak memikirkan untuk melakukan

senam mereka berfikir pekerjaannya sudah mengambil seluruh tenaga nya

sehingga senam tidak diperlukan lagi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar responden

berstatus sebagai ibu rumah tangga (IRT) yakni sebanyak 47 responden (73,4%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

90

diikuti dengan pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 16 responden (25,0%) dan

bekerja sebagai PNS hanya 1 responden (1,6%). Sehingga dapat di simpulkan

bahwa sebagian besar bahkan hampir seluruh responden berstatus ibu rumah

tangga (IRT).

Berdasarkan hasil penelitian jenis pekerjaan pada ibu rumah tangga

mempengaruhi kepatuhan responden untuk berolahraga.Responden yang berstatus

sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu yang kosong sehingga mereka lebih

memikirkan kegiatan positif yang bisa dikerjakan ditambah lagi mereka menderita

Diabetes Melitus yang mengharuskan mereka untuk berolahraga.

5.1.4 Pendidikan Terakhir

Notoatmodjo (2003) berpendapat semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa gambaran umum karakteristik responden berdasarkan

pendidikan terakhir sebagian besar responden telah menyelesaikan pendidikan

pada jenjang SMA/sederajat yakni 57 orang (89,1%), diikuti dengan responden

yang telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMP/sederajat yakni sebanyak

5 orang (7,8%), yang telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SD yakni

sebanyak 1 responden (1,6%) dan yang telah menyelesaikan pendidikan pada

jenjang S1/sederajat sebanyak 1 responden (1,6%).

Menurut peneliti dari hasil penelitian berdasarkan pendidikan terakhir,

responden yang menderita Diabetes Melitus yang mengikuti senam di tiga

Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan yakni dominan pada responden yang telah

menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/sederajat. Oleh karena itu hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

91

tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi pendidikan semakin baik pula

menerima informasi sehingga mau untuk mengikuti kegiatan senam yang di

adakan di tiga Puskesma Kecamatan Medan Labuhan setiap minggunya.

5.2      Gambaran Pengetahuan Tentang Olahraga Bagi Penderita Diabetes


Melitus

5.2.1 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Olahraga Yang


Berat Bagi Penderita Diabetes Melitus

Perilaku merupakan aktivitas dari manusia itu sendiri. Perilaku

yang baik akan baik bila pengetahuan dari seseorang tersebut baik. Karena

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar.Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit.Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu yang dimiliki oleh seseorang dan terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

bisa didapat dari pendidikan, pekerjaan, umur dan informasi dari orang lain.

Dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus atau kronis lainnya

BPJS membuat suatu program PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit

Kronis) yang didalamnya terdapat kegiatan senam dan dilakukan di setiap

Puskesmas. Tentu kegiatan ini sangat membantu penderita Diabetes Melitus agar

tetap menjaga kadar gula nya tetap normal. Informasi dari kegiatan ini juga mudah

untuk didapat.Dimana setiap petugas kesehatan di Puskesmas menyarankan

kepada pasien agar ikut dalam senam ini sesuai jadwal yang di tentukan.

Dalam menjalankan kegiatan olahraga tentunya ada batasan-batasan yang

harus di lakukan oleh penderita Diabetes Melitus dikarenakan efek dari olahraga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

92

tersebut yang bisa membahayakan penderita Diabetes Melitus. Dalam penelitian

ini terdapat bahwa responden masih kurang pengetahuannya tentang bahaya yang

diakibatkan dari olahraga yang berat, yang mana responden yang menjawab

dengan jawaban yang tepat sebanyak 7 responden (10,9%) saja.

Berdasarkan hasil penelitian seharusnya pengetahuan ini harus dimiliki

oleh setiap responden karena jika responden tidak mengetahui bahaya dari

berolahraga yang berat responden tidak sadar gejala yang di alami dalam

tubuhnya dikarenakan sudah melakukan olahraga yang berat dan berakibat fatal,

maka peneliti mengharapkan bagi penderita Diabetes Melitus dan yang berusia

lanjut dapat menyesuaikan olahraga yang tepat seperti jalan sehat, senam dan

tidak melekukan olahraga yang berat.

2.5.2 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Olahraga Yang Tidak

Baik Bagi Penderita Diabetes Melitus

Perilaku kesehatan akan berdampak baik bila pengetahuan dari seseorang

baik. Perilaku kesehatan akan berdampak buruk bila pengetahuan dari seseorang

tersebut kurang atau tidak baik. Sehingga perlu pengetahuan agar masalah

perilaku kesehatan dapat diatasi. Misalnya perilaku penderita Diabetes Melitus

dalam melakukan olahraga.

Program BPJS telah membuat program PROLANIS yang mana bagi yang

memiliki penyakit kronis dapat mengikuti senam di puskesmas sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan. Olahraga senam sangat baik ataupun dianjurkan

bagi penderita Diabetes Melitus karena termasuk jenis olahraga yang sedang.

Penderita Diabetes Melitus tidak dapat melakukan olahraga yang berat karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

93

dapat membahayakan ataupun memperparah kondisi penyakitnya. Sehingga

diperlukannya pengetahuan tentang olahraga apa saja yang baik bagi penderita

Diabetes Melitus.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa responden masih banyak

yang tidak mengetahui olahraga apa yang baik bagi penderita Diabetes Melitus.

Responden yang menjawab dengan jawaban yang tepat sebanyak 15 responden

(23,4%) dan yang kurang tepat sebanyak 47 responden (73,4%) dan yang tidak

tepat sebanyak 2 responden (3,2%).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan tentang jenis-jenis

olahraga yang tidak baik bagi penderita Diabetes Melitus perlu diketahui. Jika

tidak diketahui maka penderita Diabetes Melitus kemungkinan besar akan

melakukan olahraga tersebut. Karena jika penderita tidak tahu itu berbahaya maka

penderita tidak menyadari dan akan terus melakukan olahraga tersebut. Apalagi

olahraga tersebut merupakan olahraga yang disukai penderita sehingga penderita

tidak sadar walaupun dia berolahraga tapi malah memperparah penyakit nya dan

berakibat fatal bagi dirinya.

5.2.3 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Menggunakan Sepatu


Yang Nyaman Agar Terhindar Dari Luka

Perilaku kesehatan dalam pemeliharaan kesehatan membutuhkan

pengetahuan yang baik agar tidak memperparah suatu penyakit yang dialami.

Penderita yang mengalami Penyakit Diabetes Melitus sangat sensitive terhadap

luka. Karena penderita yang terkena luka akan sukar sekali untuk sembuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

94

lukanya. Oleh sebab itu penderita harus sangat berhati-hati dalam menjaga dirinya

agar tidak terjadi luka.

Program BPJS yaitu PROLANIS telah mengajak masyarakat untuk

mencegah penyakit ataupun mencegah penyakit tersebut agar tidak semakin parah

dengan melakukan senam PROLANIS yang diadakan di setiap Puskesmas sesuai

dengan jadwal Puskesmas masing-masing. Sehingga penderita yang mengalami

penyakit Diabetes Melitus memerlukan peralatan diri yang nyaman agar terhindar

dari luka.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa seluruh responden

mempunya pengetahuan yang baik tentang agar terhindar dari luka penderita

Diabetes Melitus sebaikan menggunakan sepatu yang nyaman. Seluruh responden

menjawab dengan tepat yakni sebanyak 64 responden (100%). Dan 0 responden

(0%) yang menjawab kurang tepat dan tidak tepat.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan dari responden di ketiga

Puskesmas Kecamatan medan labuhan sudah baik. Sehingga kemungkinan besar

penderita Dibetes Melitus dapat terhindar dari luka saat melakukan

olahraga.Pengetahuan ini perlu diketahui untuk menghindari terjadinya infeksi

ataupun komplikasi yang dapat memperparah penyakit Diabetes Melitus.

5.2.4 Kategori Pengetahuan Responden Dalam Hal Olahraga Bagi


Penderita Diabetes Melitus

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi karena adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Perilaku kesehatan

merupakan suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

95

berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, serta

lingkungan. Sehingga perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi perilaku

pemeliharaan kesehatan (health maintenance), perilaku pengguna sistem atau

fasilitas kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health

seeking behavior) dan perilaku kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Tentunya untuk mencapai perilaku tersebut dibutuhkan pengetahuan. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Karena tanpa pengetahuan seseorang

tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan.

Olahraga mempunyai arti penting dalam memelihara kesehatan dan

menyembuhan tubuh yang tidak sehat (Mutohir & Maksum, 2007). Olahraga

merupakan kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara

kesehatan dan memperkuat otot - otot tubuh. Kegiatan ini dalam

perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur,

menyenangkan atau juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi

(Ramadhani, 2008). Olahraga menjadi salah satu dari tiga cara utama

penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Pengetahuan tentang olahraga bagi

penderita Diabetes Melitus merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh

responden mengenai olahraga yang baik bagi penderita Diabetes Melitus yang

mana hasil dari pengetahuan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas

penderita dalam menjalankan olahraga yang baik dan benar.

BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksana merupakan badan hukum publik

yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

96

rakyat Indonesia. Tujuan diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional

ini adalah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak yang

diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar

oleh Pemerintah.

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas

Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi

peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas

hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

PROLANIS bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis

mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang

berkunjung ke fasilitas kesehatan Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada

pemeriksaan spesifik terhadap penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi sesuai

Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.

Senam PROLANIS menjadi salah satu cara untuk mengajak pasien penderita

Diabetes Melitus untuk melakukan senam yang telah di jadwalkan di Puskesmas

setiap minggunya.

Hasil penelitian berdasarkan pengetahuan yang dimiliki responden yang

mengikuti senam di tiga Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan menunjukkan

sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik yakni sebanyak 57

responden (89,1%), yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 7 responden

(10,9%) dan yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 0 responden (0,0%).


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

97

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mengikuti

senam PROLANIS yang menderita Diabetes Melitus setiap satu kali seminggu

memiliki pengetahuan yang baik mengenai olahraga Diabetes Melitus dan tidak

ada yang berpengetahuan rendah mengenai olahraga Diabetes Melitus. Hal ini

menunjukkan responden sudah melakukan kegiatan senam dengan pengetahuan

yang baik sehingga olahraga yang dilakukan lebih berkualitas dan tidak

membahayakan bagi penderita Diabetes Melitus ataupun memperparah penyakit

Diabetes Melitus melainkan memberikan dampak positif bagi penderita dengan

harapan kadar gula darah selalu normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Putri

dkk (2016) bahwa ada hubungan yang bermakna antara hubungan pengetahuan

Diabetes Melitus terhadap kejadian luka Diabetes Melitus.

Berdasarkan hasil penelitian senam PROLANIS merupakan kegiatan yang

baik dilakukan karena dengan adanya kegiatan ini penderita Diabetes Melitus

melakukan olahraga secara teratur dan terukur. Responden mendapatkan

pengetahuan ataupun informasi senam PROLANIS ini juga mudah pada saat

responden memeriksakan kesehatan, petugas kesehatan mengajak responden

untuk ikut melakukan kegiatan senam setiap minggunya. Pengetahuan dari

responden tentang olahraga yang baik bagi penderita Diabetes Melitus juga sudah

baik sehingga kegiatan senam tidak memperparah keadaan penderita Diabetes

Melitus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

98

5.3 Gambaran Dukungan Keluarga

5.3.1 Dukungan Emosional

a. Gambaran Dukungan Emosional Keluarga Selalu Menyemangati


Penderita Ketika Mulai Malas Berolahraga

Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan

(knowledge). Dengan adanya pengetauan seseorang menjadi tahu dan mau untuk

berperilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu

faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor eksternal

yaitu faktor dari luar diri misalnya keluarga. Dukungan keluarga merupakan

sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

Salah satu jenis dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan

emosional merupakan dukungan perasaan penderita dimana lingkungan

memahami dan memerhatikan kondisi emosional penderita. Penderita Diabetes

Melitus sangat memerlukan dukungan ini karena perubahan kondisi yang sangat

merubah kehidupan penderita Diabetes Melitus yang dahulu nya dapat melakukan

apa saja menjadi terbatas karena sakit yang dialaminya tentu memerlukan

masukan ataupun dukungan keluarga yang bersifat emosional ataupun menyentuh

perasaan penderita sehingga tidak menjadi stress dan memperparah penyakitnya.

Senam PROLANIS menjadi salah satu cara untuk menstabilkan kadar gula

darah yang dialami oleh penderita Diabetes Melitus. Senam PROLANIS

dilakukan rutin setiap minggu nya di Puskesmas. Penderita Diabetes Melitus

sering suka merasa malas dalam menjalankan kegiatan senam PROLANIS yang

rutin dilakukan. Pada saat ini lah peran dukungan keluarga dibutuhkan. Keluarga

seharusnya selalu menyemangati penderita pada saat penderita mengalami rasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

99

malas sehingga penderita termotivasi dan semangat melakukan senam sesuai

jadwal.

Hasil penelitian berdasarkan dukungan emosional keluarga selalu

menyemangati penderita ketika penderita mulai malas berolahraga yakni yang

menjawab sangat setuju hanya 8 responden (12,5%), yang menjawab setuju saja

46 responden (71,9%) dan yang menjawab kurang setuju 10 responden (15,6%).

Berdasarkan hasil penelitian responden yang mendapatkan dukungan

emosional keluarga menyemangati penderita ketika penderita mulai malas

berolahraga sudah cukup baik. Dari hasil penelitian masih ada yang kurang

mendapatkan dukungan ini.

Berdasarkan hasil penelitian responden yang mendapatkan dukungan

emosional keluarga menyemangati penderita ketika penderita mulai malas

berolahraga sudah cukup baik.Dari hasil penelitian masih ada yang kurang

mendapatkan dukungan ini, dukungan emosional ini sangat dibutuhkan bagi

penderita Diabetes Melitus.Penderita Diabetes Melitus suka mengalami malas

untuk bergerak, jika mala situ muncul penderita ini bisa tidur selama seharian dan

tentu saja hal tersebut bisa memperparah keadaan penderita. Dengan adanya

dukungan emosional ini maka penderita akan termotivasi dan melawan rasa

malasnya sehingga mengikuti senam secara teratur.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumantra (2017) bahwa ada

hubungan dukungan informatif dan emosional keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada lansia hipertensi di Puskesmas Ranomuut Kota Manado, dan sejalan

dengan penelitian Maulia (2017) adanya hubungan dukungan emosional keluarga


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

100

dengan keberhasilan pelaksanaan program pengobatan HIV/AIDS di Rumah Sakit

Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso.

b. Gambaran Dukungan Emosional Keluarga Selalu Menyenangkan


Hati Penderita Saat Berolahraga.

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu

keluarga. Dukungan keluarga mendorong seseorang ataupun penderita untuk mau

berperilaku hidup sehat. Dukungan emosional merupakan cara yang tepat untuk

menyentuh perasaan penderita sehingga penderita tidak merasa sendiri dalam

menghadapi penyakit yang dialaminya. Penyakit Diabetes Melitus dapat

menghilangkan rasa percaya diri seseorang yang mana banyak keterbatasan yang

harus dilakukan ataupun banyak larangan agar penyakitnya tidak semakin parah.

Penderita menjadi merasa tidak berguna lagi dan menimbulka stress sehingga

memperparah penyakitnya. Dukungan keluarga dengan tujuan menyenangkan hati

pederita Diabetes Melitus juga dapat merubah perilaku penderita sehingga rutin

berolahraga, menemaninya berolahraga dan mendukung olahraga yang

disukainya. Hal tersebut membuat penderita senang dan suka menjalani

olahraganya sehingga patuh dalam berolahraga.

Senam PROLANIS sangat baik bagi penderita Diabetes Melitus.

Dukungan keluarga juga sangat diperlukan dalam menjalani senam ini yang

berjalan setiap minggunya. Jika hati penderita merasa senang maka dia akan

senantiasa menjalani senam ini. Tapi jika hatinya tidak baik maka akan timbul

kemalasan oleh sebab itu dukungan emosional keluarga selalu menyenangkan hati

penderita dalam melakukan olahraga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

101

Hasil penelitian menunjukkan dari 64 responden yang diwawancarai,

responden yang sangat setuju terdapat 13 responden (20,3%), yang setuju saja

sebanyak 49 responden (76,6%), dan yang menjawab kurang setuju 2 responden

(3,1%) berdasarkan dukungan keluarga emosional ini sudah cukup baik.

Dukungan emosional keluarga yang menyenangkan hati penderita pada

saat berolahraga merupakan hal yang penting bagi penderita. Karena jika

penderita melakukan senam dengan senang hati maka penderita tersebut akan

menjadi suka melakukannya dan jika sudah menjadi suka maka penderita akan

menjadi patuh dan rutin mengikuti senam tersebut. Sehingga sangat diperlukan

dukungan emosional bagi penderita Diabetes Melitus.

5.3.2 Dukungan Pengharapan/Penilaian

a. Gambaran    Dukungan    Pengharapan/Penilaian    Keluarga    Selalu


Menghargai Atas Kepatuhan Penderita Dalam Menjalankan Senam
Setiap minggu

Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang mempengarhi

pengetahuan seseorang. Seseorag akan berperilaku baik bila pengetahuannya baik

pula. Dukungan keluarga menjadi salah satu pendorong agar penderita Diabetes

Melitus menjaga kesehatannya. Penderita yang sudah melakukan pemeliharaan

kesehatan yang baik membutuhkan penghargaan ataupun penilaian dari keluarga

sehingga penderita tersebut merasa diperdulikan dan lebih senang lagi

menjalankannya. Penghargaan dari keluarga tersebut akan selalu diingat penderita

dan menjadikan motivasi nya untuk selalu mengikuti senam secara rutin.

Hasil penelitian menunjukkan dukungan emosional keluarga selalu

menghargai atas kepatuhan penderita dalam menjalankan senam setiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

102

minggunya dengan jawaban sangat setuju hanya 7 responden (10,9%) dan yang

setuju 57 responden (89,1%).

Asumsi peneliti dukungan pengharapan/penilaian dibutuhkan dalam

mendorong penderita agar selalu patuh dalam melakukan senam. Karena

penghargaan yg diberikan keluarga akan selalu diingat dan dijadikan motivasi

bagi penderita untuk terus melakukannya secara rutin dan terukur.

b. Dukungan Pengharapan/Penilaian Keluarga Selalu Mendukung Jenis


Olahraga Yang Disukai Penderita

Dukungan keluarga merupakan sikap atau tindakan dari keluarga (anak,

suami, istri) dengan tujuan untuk membantu penderita, menjaga, merawat baik

fisik maupun psikis nya dengan tujuan agar penyakitnya tidak semakin parah.

Perilaku pemeliharaan kesehatan dibutuhkan dukungan pengharapan/ penilaian

didalamnya. Penderita Diabetes Melitus dalam menjalankan senam yang rutin

membutuhkan dukungan pengharapan/penilaian keluarga selalu mendukung jenis

olahraga yang disukai penderita. Karena jikan penderita merasa didukung dalam

menjalamkan olahraga yang disukai nya maka dia akan merasa suka dan nyaman

dalam menjalaskan olahraga tersebut.

Hasil penelitian berdasarkan dukungan pengharapan/penilaian keluarga

selalu mendukung jenis olahraga yang disukai penderita Diabetes Melitus yakni

yang menjawab sangat setuju terdapat 21 responden (32,8%), yang menjawab

setuju yakni 42 responden dan yang menjawab kurang setuju yakni 1 responden

(1,6%). Dalam artian bahwa dukungan keluarga jenis pengharapan/penilaian

keluarga yang mendukung jenis olahraga yang disukai pasien sudah cukup baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

103

Dukungan pengharapan/penilaian dibutuhkan dalam mendorong penderita

agar selalu patuh dalam melakukan senam. Karena penghargaan yg diberikan

keluarga akan selalu diingat dan dijadikan motivasi bagi penderita untuk terus

melakukannya secara rutin dan terukur, dalam dukungan pengharapan ini

menunjukkan rasa perhatian dan peduli kepada penderita Diabetes mellitus

apalagi yang berusia 61 tahun keatas mereka sangan senang bila didukung

keluarganya karane merasa diperhatikan.

5.3.3 Dukungan Instrumental

a. Gambaran Dukungan Instrumental Keluarga Menemani Penderita


Berolahraga

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor eksternal misalnya keluarga.

Dukungan keluarga bertujuan untuk memberikan perhatian yang lebih kepada

penderita yang sedang mengalami sakit sehingga penderita mau melakukan apa

saja dengan keinginan untuk sembuh. Penderita Diabetes Melitus sangan

membutuhkan dukungan idntrumental keluarag yang menemani penderita ketika

berolahraga. Karena penderita Diabtes Melitus membutuhkan olahraga yang

terukur dan tersktruktur agar kadar gula darah nya menjadi normal.

Senam PROLANIS menjadi salah satu cara bagi penderita olahraga agar

kadar gula darah nya selalu normal. Selain itu penderita juga diharus kan

menjalani olahraga dirumah. Penderita akan lebih senang jika penderita

menjalankan olahraga dirumah di temani oleh keluarga sehingga penderita tidak

merasa sendirian dan tidak bosan dalam melakukan olahraga Diabetes Melitus.

Hasil penelitian menunjukkan responden yang menjawab sangat setuju

hanyaterdapat 8 responden (12,5%), yang setuju 55 responden (85,9%), dan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

104

kurang setuju 1 responden (1,6%). Dalam artian bahwa dukungan instrumental

keluarga sudah cukup baik namun masih ada yang kurang setuju dan tidak

mendapatkan dukungan instrumental jenis ini.

Dukungan pengharapan/penilaian jenis ini dapat mempertahankan perilaku

sehat bagi penderita Diabetes Melitus. Jika pasien merasa didukung dengan

olahraga yang disukainya maka dia akan merasa senang dan mau menjalankan

olahraga tersebut tanpa rasa keterpaksaan maka sangat diharapkan komunikasi

pada keluarga untuk mendukung penderita Diabetes Melitus untuk berolahraga

b. Gambaran Dukungan Instrumental Keluarga Menyediakan Waktunya

Untuk Mengantar Penderita Saat Berolahraga

Selain dukungan instrumental keluarga menemani penderita berolahraga

dirumah, dukungan instrumental keluarga yang menyediakan waktunya untuk

mengantarkan penderita melakukan senam PROLANIS di Puskesmas juga sangat

penting dalam menjaga kepatuhan penderita dalam berolahraga. Penderita

Diabetes Melitus akan merasa dianggap dan didukung terhadap apa yang

dikerjakannya. Dalam menjalankan kegiatan senam di Puskesmas juga dibutuhkan

sarana dan prasarana sehingga penderita lebih mudah untuk datang ke Puskesmas.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 6 responden (9,4%) yang

menjawab sangat setuju. 53 responden (82,8%) yang menjawab setuju, dan 5

(7,8%) responden yang menjawab kurang setuju. Dalam artian dukungan

instrumental ini sudah cukup baik namun masih ada satu reponden yang

menyatakan bahwa dirinya kurang mendapatkan dukungan instrumental ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

105

Berdasarkan hasil penelitian dukungan instrumental keluarga menyediakan

waktunya mengantar penderita berolahraga di Puskesmas sangat berpengaruh

terhadap kepatuhan penderiat menjalankan olahraga di Puskesmas. Karena jika

sudah ada kemauan tapi fasilitas tidak mendukung dan tidak diberi kemudahan

untuk pergi ke Puskesmas penderita akan merasa malas dan keinginan untuk

berolahraga di Puskesmas akan hilang.

5.3.4 Dukungan Informasional

a. Gambaran Dukungan Informasional Keluarga Memberikan Informasi

Olahraga Yang Baik Bagi Penderita Diabetes Melitus

Pengetahuan merupakan salah satu faktor seseorang berperilaku. Faktor

eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Faktor eksternal

tersebut contohnya dukungan keluarga. Informasi yang diberikan keluarga

menjadi salah satu penentu apakah penderita sudah menjalankan olahraga yang

benar untuk penderita Diabetes Melitus. Misalnya informasi mengenai olahraga

yang baik bagi penderita Diabetes Melitus merupakan olahraga yang ringan dan

sedang.

Hasil penelitian menunjukkan yang menyatakan dirinya sangat setuju

yakni 3 responden (4,7%) yang menjawab setuju 61 reponden (95,3%) dan tidak

ada yang kurang setuju ataupun tidak setuju. Dalam artian dukungan ini sudah

cukup baik dilakukan keluarga responden.

Asumsi peneliti yaitu informasi menjadi penting bagi penderita agar

penderita mengetahui apakah olahraga yang dilakukan sudah benar atau belum.

Keluarga merupakan orang yang terdekat bagi penderita sehingga keluarga lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

106

tau yang dilakukan penderita. Maka dari itu dukungan informasional keluarga ini

sangat berpengaruh bagi penderita sehingga penderita tidak salah dalam memilih

olahraga dan tidak membahayakan penyakitnya.

b. Gambaran Dukungan Informasional Keluarga Memberikan Informasi


Kepada Penderita Agar Menggunakan Sepatu Yang Nyaman Saat
Berolahraga

Perilaku yang benar tergantung dari sebanyak apa informasi yang didapat

oleh penderita Diabetes Melitus. Informasi tidak hanya didapat dari pelayanan

kesehatan saja. Keluarga juga merupakan sumber informasi yang tepat bagi

penderita karena keluarga merupakan orang terdekat penderita dan informasi dari

keluarga bisa didapat dimana saja dan kapan saja.

Penderita Diabetes Melitus sangat rentan dengan luka. Luka dapat sukar

sembuh dan menimbulkan komplikasi bagi penderita. Saat melakukan olahraga

diperlukan sepatu yang pas dan nyaman dalam melaksanakannya sehingga tidak

terjadi luka. Informasi inilah yang penting di berikan oleh keluarga kepada

penderita.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan yakni pendrita yang menjawab

sangat setuju terdapat 3 responden (4,7%), yang kurang setuju 59 responden

(92,2%) dan kurang setuju 2 responden (31%). Dalam artian bahwa dukungan

informasional jenis ini sudah cukup baik dilakukan keluarga responden.

Asumsi peneliti dukungan informasional jenis ini merupakan dukungan

yang baik dan berguna agar tidak memperparah kondiri pasien. Keluarga

merupakan sumber informasi yang pas bagi pasien. Karena keluarga merupakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

107

orang yang terdekat bagi pasien dan dapat membrikan informasi dimana saja dan

kapan saja.

5.4 Gambaran Kepatuhan Berolahraga Bagi Penderita Diabetes Melitus

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi karena adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Perilaku kesehatan

merupakan suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, serta

lingkungan. Kepatuhan berolahraga bagi penderita Diabetes Melitus merupakan

sikap taat penderita untuk rutin menjalankan senam di Puskesmas setiap

minggunya yang telah di programkan oleh Puskesmas. Senam PROLANIS

mengajak penderita Diabetes Melitus untuk patuh berolahraga.

Hasil penelitian berdasarkan kepatuhan berolahraga bagi penderita

Diabetes Melitus di 3 Puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan terlihat bahwa

dari 64 responden, mayoritas responden patuh berolahraga yaitu sebanyak 44

responden (68,8%) dan sisanya sebanyak 20 responden (31,3%) tidak patuh

berolahraga.

Berdasarkan hasil penelitian kepatuhan berolahraga bagi penderita

Diabetes Melitus terlihat bahwa sebagian besar patuh dalam menjalankan senam.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden sudah patuh dan rutin dalam

menjalankan senam di tiga Puskesmas Kecamatan Medan labuhan.

Asumsi peneliti responden sudah cukup patuh melaksanakan senam

PROLANIS setiap minggunya. Hal ini sangat baik bagi penderita Karena olahraga

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

108

sangat penting bagi penderita Diabetes Melitus. Kepatuhan berolahraga akan

mengontrol gula darah pada penderita dan menghindari penderita Diabetes

Melitus dari komplikasi

5.5 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Berolahraga


Pada Penderita Diabetes Melitus

Dalam penatalaksanaan penyakit kronik dibutuhkan dukungan keluarga

yang kuat. Menurut WHO (2013) dukungan keluarga merupakan salah satu

intervensi untuk meningkatkan kepatuhan pada pasien hipertensi. Sayangnya hasil

penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil responden yang

memiliki dukungan keluarga tinggi (12%), sementara lebih dari sebagian (54%)

menunjukkan kepatuhan sedang, malah masih ada yang memiliki kepatuhan

rendah (34%). Dukungan sosial yang rendah akan memberikan pemecahan

masalah yang sangat tidak memuaskan dalam keluarga.

Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa nilai p=0,000 < (α

=0,05), dalam artian bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap

kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Medan

Labuhan. Semakin baik dukungan keluarga maka semakin patuh pula penderita

Diabetes Melitus dalam melakukan senam rutin setiap minggunya.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga yaitu

dukungan emsional, dukungan pengharapan/ penilaian, dukungan instrumental,

dan dukungan informasional terhadap kepatuhan berolahraga di tiga Puskesmas

Kecamatan Medan Labuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian Nagoklan (2012)

yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

109

terhadap keaktifan penderita Diabetes Melitus menjalani terapi di Rumah Sakit

Santa Elisabeth. Selanjutnya penelitian Uswatun (2017) yang mana terdapat

hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan melakukan latihan

jasmani pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Baki Sukoharjo.

Selanjutnya penelitian AZ Muttaqin (2017) bahwa terdapat hubungan dukungan

keluarga dengan tingkat kepatuhan lanjut usia dalam melaksanakan senam lansia

di posyandu Kondang Waras Desa Ngargorejo Boyolali.

5.5.1 Hubungan Dukungan Emosional Terhadap Kepatuhan Berolahraga

Dalam dukungan keluarga terdapat dukungan emosional yang berperan

penting terhadap kepatuhan keluarga. Dukungan emosional merupakan perasaan

subjek atau penderita bahwa lingkungan memperhatikan dan memahami kondisi

emosional. Sehingga penderita tidak merasa sendiri dalam menghadapi penyakit

yang dialaminya. Menurut Friedman (1998) dukungan emosional adalah bentuk

dukungan dimana keluarga sebagai tempat pemulihan yang aman dan damai untuk

beristirahat dan membantu secara psikologis untuk menstabilkan diri. Salah satu

bentuknya adalah pemberian motivasi dan sebagai fasiltator serta mendengarkan

seluruh keluhan-keluhan penderita terhadap masalah yang telah dihadapinya.

Hasil uji statistic chi-square menunjukkan bahwa p =0,020 < (α =0,05),

dengan artian bahwa terdapat hubungan dukungan emosional keluarga terhadap

kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di tiga Puskesmas

Kecamatan Medan Labuhan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

110

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan dukungan

emosional terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di tiga

Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan. Dukungan keluarga dalam bentuk

dukungan emosional dari anggota keluarga lain merupakan salah satu faktor yang

penting dalam meningkatkan kepatuhan berolahraga. Dukungan keluarga

merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan.

Penderita akan merasa senang dan tenteram apabila mendapat perhatian dan

dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut penderita akan

percaya diri untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik,

serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk

menunjang pengelolaan penyakitnya.

Penelitian ini memperkuat beberapa penelitian terdahulu yakni purba dkk (2010)

terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan emosional dengan kepatuhan

pasien makan sesuai jadwal sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan

emosional tidak patuh. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumantra (2017)

bahwa ada hubungan dukungan informatif dan emosional keluarga dengan

kepatuhan minum obat pada lansia hipertensi di Puskesmas Ranomuut Kota

Manado, dan sejalan dengan penelitian Maulia (2017) adanya hubungan dukungan

emosional keluarga dengan keberhasilan pelaksanaan program pengobatan

HIV/AIDS di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso.

5.5.2 Hubungan Dukungan Pengharapan/penilaian terhadap Kepatuhan


Berolahraga

Dukungan keluarga jenis pengharapan/ penilaian merupakan dukungan

keluarga yang berpengaruh terhadap penderita Diabetes Melitus. Dukungan


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

111

pengharapan/penilaian merupakan perasaan subjek atau penderita bahwa dirinya

diakui oleh lingkungan dan berguna bagi orang lain serta di hargai usaha-

usahanya. Friedman (1998) mengatakan dukungan pengharapan merupakan

dukungan yang terjadi bila ekspresi atau ungkapan yang positif kepada penderita,

penyemangat dan persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang termasuk

patuh dalam berolahraga bagi penderita Diabetes Melitus. Sumber dukungan ini

didapat dari keluarga, masyarakat atau instansi (lembaga) tempat penderita

bekerja atau pernah bekerja.

Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa p=0,000 < (α =0,05)

dengan artian bahwa terdapat hubungan dukungan pengharapan/ penilaian

terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di tiga

Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan

dukungan pengharapan/ penilaian yang bermakna terhadap kepatuhan berolahraga

pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan Medan Labuhan. Semakin baik

dukungan pengharapan/ penilaian maka semakin patuh pula penderita Diabetes

Melitus. Dukungan pengharapan/ penilaian yaitu perasaan subyek (penderita)

bahwa dirinya diakui oleh lingkungan dan berguna bagi orang lain serta dihargai

usaha-usahanya. Keluarga dapat membawa penderita memperoleh dukungan ini

dari orang yang mengalami situasi yang sama untuk mendapatkan nasehat dan

bantuan.

Penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu purba dkk (2010)

menunjukkan bahwa dukungan penilaian/ pengharapan secara signifikan


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

112

memengaruhi kepatuhan menjalankan program diet dan kepatuhan menjalankan

jadwal makan pada pasien Diabetes Melitus tipe 2. Sejalan dengan penelitian SA

Wulandhani (2014) ada hubungan dukungan penilaian terhadap dalam memeriksa

tekanan darahnya.

5.5.3 Hubungan Dukungan Instrumental Terhadap Kepatuhan


Berolahraga

Dukungan keluarga dalam bentuk dukungan instrumental juga penting

bagi penderita Diabetes Melitus. Dukungan instrumental (nyata) merupakan

perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan,

seperti alat-alat atau uang , seperti alat-alat atau uang, perhatian dan jasa

pelayanan kesehatan yang dapat meringankan penderitanya. Dukungan nyata

merupakan dukungan yang paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan

tepat. Dukungan ini bersifat benda atau jasa sehingga dapat memecahkan masalah/

meringankan penderita misalnya dalam mengantar penderita Diabetes Melitus

untuk menjalankan olahraga senam PROLANIS di Puskesmas terdekat.

Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa p=0,010 < (α =0,05),

yang dalam artian terdapat hubungan dukungan instrumental terhadap kepatuhan

berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di tiga Puskesmas Kecamatan Medan

Labuhan.

Berdasarkan hasil penelitian dukungan instrumental memiliki hubungan

terhadap kepatuhan berolahraga. Semakin baik dukungan instrumental keluarga

maka semakin patuh pula penderita Diabetes Melitus melakukan senam. Selain itu

ada juga dukungan berupa instrumental dimana keluarga menyediakan fasilitas-

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

113

fasilitas seperti alat-alat atau uang, perhatian dan jasa/pelayanan kesehatan yang

dapat meringankan penderitanya. Kemudian, dukungan informasional dimana

keluarga memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus

diketahuinya tentang penyakit yang diderita pasien serta mengingatkan waktu

minum obat, waktu istirahat, waktu kontrol serta menyiapkan obat yang harus

diminum oleh penderita.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nagoklan (2012) bahwasanya

terdapat pengaruh hubungan dukungan instrumental terhadap kepatuhan penderita

Diabetes Melitus menjalankan terapi di rumah sakit Santa Elisabeth.

5.5.4 Hubungan Dukungan Informasional Terhadap Kepatuhan


Berolahraga

Dukungan keluarga yang bersifat informasional merupakan perasaan

subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-

hal yang harus diketahuinya tentang penyakitnya. Menurut Friedman (1998)

dukungan informasional merupakan keluarga berfungsi sebagai disseminator atau

penyebar informasi tentang semua informasi yang ada didalam kehidupan.

Keluarga berfungsi sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan olahraga

bagi penderita Diabetes Melitus dari tenaga kesehatan, dan melakukan konsultasi,

nasihat, pengarahan, saran serta mencari informasi dari media cetak maupun

sumber lain yang mendukung.

Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa p=0,029 < (α =0,05)

yang dalam artian terdapat hubungan dukungan informasional terhadap kepatuhan

berolahraga pada penderita di tiga Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

114

Berdasarkan hasil penelitian dukungan informasional bahwa terdapat

hubungan informasional terhadap penderita Diabetes Melitus. Semakin baik

dukungan informasional semakin patuh pula penderita Diabetes Melitus dalam

melakukan senam. Dukungan informasional dimana keluarga memberikan

keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya tentang

penyakit yang diderita pasien serta mengingatkan waktu minum obat, waktu

istirahat, waktu kontrol serta menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nagoklan (2012) yang mana

terdapat pengaruuh dukungan informasional terhadap kepatuhan penderita

Diabetes Melitus menjalankan terapi di Rumah Sakit Santa Elisabeth.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil hasil penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga

terhadap kepatuhan berolahraga pada penderita Diabetes Melitus di Kecamatan

Medan Labuhan tahun 2018 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Gambaran umum karakteristik responden sebagian besar responden berumur

61-70 tahun, responden terbanyak berstatus ibu rumah tangga, pendidikan terakhir

paling besar memiliki tingkat pendidikan SMA sederajat dan seluruh responden

berjenis kelamin perempuan. Gambaran umum pengetahuan responden sebagian

besar sudah berpengetahuan baik.

Gambaran umum dukungan keluarga sebagian besar dukungan keluarga

berkategori sedang dan berkategori baik dan tidak ada yang berkategori rendah.

Gambaran umum dukungan emosional sebagian besar memiliki dukungan

emosional berkategori sedang dan berkategori baik dan tidak ada yang memiliki

dukungan emosional berkategori rendah. Gambaran umum dukungan

pengharapan/ penilaian sebagian besar memiliki dukungan pengharapan/penilaian

berkategori sedang dan berkategori baik dan tidak ada yang berkategori rendah.

Gambaran umum dukungan instrumental sebagian besar memiliki dukungan

instrumental berkategori sedang, berkategori baik dan tidak ada yang berkategori

rendah. Gambaran umum dukungan informasional sebagian besar memiliki

ketegori sedang yakni sebanyak, berkategori baik sebanyak dan tidak ada yang

115
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

116

berkategori rendah. Gambaran umum kepatuhan berolahraga sebagian besar

responden patuh berolahraga.

Hasil penelitian chi square Ada hubungan dukungan keluarga terhadap

kepatuhan berolahraga dalam arti bahwa semakin baik dukungan keluarga maka

semakin patuh responden untun berolahraga. Ada hubunga dukungan emosional

terhadap kepatuhan dalam arti bahwa semakin baik dukungan emosional maka

semakin patuh responden untuk berolahraga. Ada hubungan dukungan

pengharapan/ penilaian terhadap kepatuhan berolahraga dalam arti semakin baik

dukungan pengharapan/ penilaian maka semakin patuh responden untuk

berolahraga. Ada hubungan antara dukungan instrumental terhadap kepatuhan

berolahraga dalam arti semakin baik dukungan instrumental maka semakin patuh

responden untuk berolahraga. Ada hubungan antara dukungan informasional

terhadap kepatuhan berolahraga dalam arti semakin baik dukungan informasional

maka semakin patuh responden untuk berolahraga.

Hasil penelitian dari uji statistik linear berganda didapatkan bahwa 30,2%

variabel dependen yaitu Kepatuhan Berolahraga pada penderita Diabetes Melitus

di Kecamatan Medan labuhan tahun 2018 di pengaruhi oleh variabel independen

yaitu Dukungan Emosional Keluarga, Dukungan Pengharapan Keluarga,

Dukungan Instrumental Keluarga, dan Dukungan Informasional Keluarga.

Sedangkan 69,8% sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya diluar

variabel Dukungan Emosional Keluarga, Dukungan Pengharapan Keluarga,

Dukungan Instrumental Keluarga, dan Dukungan Informasional Keluarga.


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

117

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan oleh peneliti adalah :

a) Bagi Puskesmas

Diharapkan bagi Puskesmas Pekan Labuhan, Puskesmas Medan

Labuhan dan Puskesmas Martubung lebih aktif lagi dalam mengajak

pasien untuk mengikuti senam dengan menggerakkan dukungan keluarga

sehingga kegiatan senam lebih efisien dan banyak yang ikut menjalani

senam. Petugas kesehatan Puskesmas bisa memulai dukungan keluarga

dari kegiatan-kegiatan wirit ibu-ibu dan bapak-bapak, kegiatan posyandu,

dan kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat lainnya.

b) Bagi Pasien Diabetes Melitus

Diharapkan bagi pasien Diabetes Melitus agar senantiasa menjaga

kepatuhan berolahraga khususnya Senam untuk menurunkan berat badan,

memberikan keuntungan psikologis, memperbaiki gejala–gejala

musculoskeletal otot, tulang, sendi dan menghambat serta memperbaiki

faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita

diabetes melitus dan mengontrol gula darah.

c) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian serupa,

diharapkan meneliti variabel lain yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

berolahraga pada penderita Diabetes Melitus seperti usia, jenis kelamin,

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

118

sosial ekonomi, motivasi ingin sembuh, dan peran petugas kesehatan pada

penelitian selanjutnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

AZ Muttaqin (2017) bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat


kepatuhan lanjut usia dalam melaksanakan senam lansia di posyandu
Kondang Waras Desa Ngargorejo Boyolali.
Dinas Kesehatan Kota (2012). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2012. Medan.
Frykberg, R. G dkk. 2006. The Journal of Foot& Ankle Surgery :
Diabetic Foot Disorders A Clinical Practice Guidelin. [serial
online]https://www.acfas.org/ResearchandPublications/Clinical
ConsensusDocuments /Diabetic-Foot-Disorders/. [1 Desember
2014].
Friedman & Marlyn, M. (1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik
Terjemahan Debora, I & Asy, Y.. Jakarta : EGC.
Hasbi M. (2012). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Dalam Melakuka
Olahragadi Wilayah Kerja Puskesmas Praya Lombok
Tengah.Tesis.
IDF. 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation
2013.http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf
Diakses tanggal 4 Januari 2014.
KBBI (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
KepMenKes,RI,(2013) .Profil Keshatan Indonesia,Sekretaris Jenderal Profil
Indonesia,tahun 2013, Jakarta.
KepMenKes.RI, (2013) Riset Kesehatan daerah(surkesdas,2013). Badan

119
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

120

penelitian dan pengembangan Kesehatan Indonesia.Jakarta.


Lestari, M. A. 2013. Gambaran Distribusi Faktor Risiko Pada Penderita Ulkus
Diabetika di Klinik Kitamura PKU Muhammadiyah Pontianak [serial
online] http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article /viewFile/4142/4170
[19 Februari 2015].
Lemeshow, S, Hosmer, D.W, Klar,J dan Lwangsa S.K, (1997). Besar Sampel
dalam Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Gajah Mada Univ Press.
Nagoklan,2012. Pengaruh Pendidikan Dan dukungan keluarga Terhadap
Kepatuhan Penderita
Niven. (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain. Alih Bahasa Agung Waluyo; Editor : Monica Ester. Edisi
2. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
PP Nomor 21 Tahun (1994). Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Kecenderungan Prevalensi DM
Berdasarkan Wawancara pada Umur ≥15 tahun Menurut Provinsi 2007

dan 2013.
Rabrusun, Azmi Nur. 2014. Hubungan Antara Umur dan Indeks Massa Tubuh
Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Interna BLU
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Skripsi, Fakultas Kesehatan
MasyarakatUniversitasSumateraUtara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Santoso, M. (2006).Senam Diabetes Indonesia : Persatuan Diabetes Indonesia,


seri 2. Jakarta : Yayasan Diabetes Indonesia. Soegondo, dkk.(2009).
PenatalaksanaanDiabetes Mellitus Terpadu.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Sarwono S, 2004. Sosiologi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES.
Jakarta.
Smet, Bart .1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT.Grasindo.
Soegondo, S.,Soewondo, P, dan Subekti, I. 2005. Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sudiharto.(2007). Asuhan Keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan
transkultural ; editor, Esty Whayuningsih – Jakarta : EGC

Suhartono T., 2004. Naskah Lengkap PB Persadia. Simposium Diabetes Melitus


untuk Dokter dan Diabetisi. Semarang: Universitas Diponegoro, pp 25-31.
Sukandar. Pemanfaatan Obat Tradisional. 2006.
http://id.shvoong.com/medicineand-health/alternative-medicine/2122602
pemanfaatan-obat-tradisional/ (diakses pada tanggal 14 maret 2012)
Suprajitno, ( 2004 ). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta
: EGC.
Taylor, S. E. (1995). Health Psychology. Singapore: Mc Graw – Hill. Inc.

Uswatun, (2017). hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan


melakukan latihan jasmani pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas
Baki Sukoharjo.
Vitta, 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas. Hidup Penderita
Diabetes Mellitus Di RS PKU Muhmmadiyah Yogyakarta.
WHO. 2013. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/ diakses tanggal
20 Januari 2014.

121
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

122

Yusra aini 2011, Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
Diabetes Melitus tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umu
Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN
BEROLAHRAGA PADA PENDERITA DIABETES MILITUS DI
KECAMATAN MEDAN LABUHAN TAHUN 2018

No. Responden :………………………………………………………...........


Tanggal wawancara :…………………………………………………………….
Puskesmas : …………………………………………………………….

I. Karakteristik Responden

1. Nama :…………………………………………….
2. Umur :……………………………………………

3. Jenis Kelamin :……………………………………………


a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Pekerjaan :……………………………………………
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b. Pensiunan PNS
c. Pegawai swasta
d. Wiraswasta
e. Pedagang
f. Ibu Rumah Tangga (IRT)

5. Pendidikan Terakhir :……………………………………………


a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA
d. Tamat Akademi
e. Tamat S1/S2
6. Apakah program kegiatan senam Diabetes Melitus di puskesmas
membutuhkan biaya?
a. Ya
b. Tidak
7. Jika ya berapa?
……………………………………………………………….

123
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

124

II. Pengetahuan

Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tandasilang (x) dari setiap
pertanyaan dibawah ini yang diaggap paling sesuai :

1. Apakah yang dapat menyebabkan Diabetes Melitus?


a. Obesitas dan umur
b. Keturunan dan kurang aktivitas fisik
c. Suka berolahraga

2. Apakah pencegahan yang dapat dilakukan agar kadar gula darah tetap
normal?
a. Senam secara teratur dan terukur untuk penderita Diabetes Melitus
b. Berolahraga sampai merasa lelah setiap hari
c. Sering tidur dan sering makan malam

3. Berapa kalikah dalam seminggu anda dianjurkan olahraga?


a. 30-60 menit minimal 4 kali seminggu
b. Setiap hari minggu
c. 2 kali dalam seminggu

4. Olahraga yang paling baik dilakukan dalam seminggu?


a. Senam, jogging
b. Tidak sama sekali
c. Angkat beban

5. Selain berolahraga olah fisik apa yang baik dilakukan dalam kegiatan
sehari-hari?
a. Memilih naik tangga dari pada escalator
b. Duduk saja
c. Memilih naik kendaraan saat bekerja

6. Tiga cara utama penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus yaitu :


a. Diet, Obat-obatan dan Olahraga
b. Diet, tidur dan obat-obatan
c. Olahraga, tidur siang, Diet.

7. Jenis olahraga apa yang tepat bagi penderita Diabetes Melitus?


a. Jogging, renang, bersepeda, senam
b. voli
c. Sepak bola

8. Jenis olahraga apa yang tidak baik bagi penderita Diabetes Melitus?
a. Sepak bola, bulutangkis, voli
b. Sepak bola, angkat beban, jogging

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

125

c. Jogging, renang, bersepeda

9. Bagaimana frekuensi olahraga yang baik bagi penderita Diabetes Melitus?


a. Teratur 3-5 kali perminggu
b. Hanya 2 kali perminggu
c. Kapan penderita menginginkannya

10. Bagaimana intensitas olahraga yang baik bagi penderita Diabetes Melitus?
a. Ringan dan sedang
b. Ringan saja
c. Keras

11. Berapa lama durasi olahraga yang baik bagi penderita Diabetes Melitus?
a. 30-60 menit
b. Hanya 20 menit
c. Sampai merasa lelah

12. Pada saat berolahraga terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh
oleh otot yang aktif. Disamping itu terjadi reaksi tubuh yang kompleks
meliputi …
a. fungsi sirkulasi, metabolisme, penglepasan dan pengaturan hormonal
dan
susunan saraf otonom.
b. fungsi sirkulasi, metabolisme,hormonal dan susunan saraf otonom.
c. fungsi penglepasan dan pengaturan hormonal dan susunan saraf
otonom.

13. Untuk menghindari luka pada kaki sebaiknya pada saat olahraga penderita
Diabetes Melitus menggunakan?
a. Sepatu yang nyaman
b. Sandal
c. Tidak meggunakan alas kaki

14. Manfaat utama olahraga bagi penderita Diabetes Melitus dapat mencegah?
a. Komplikasi, emosi, menurunkan kadar lemak dan kadar gula darah,
menurunkan resiko penyakit jantung, menguatkan otot, dan tulanng,
menurunkan tingkat stress, mengontrol berat badan agar tetap ideal,
mencegah depresi.
b. Komplikasi, emosi, menurunkan kadar lemak dan kadar gula darah,
menurunkan resiko penyakit jantung, menguatkan otot,
c. Menurunkan tingkat stress, mengontrol berat badan agar tetap ideal,
mencegah depresi.

15. Sebelum melakukan olahraga sebaiknya melakukan?


a. Pemanasan
b. Langsung olahraga inti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

126

c. Duduk

16. Sebaiknya melakukan senam Diabetes Melitus secara?


a. Rutin, Teratur dan terukur
b. Teratur saja
c. Sesuka hati

17. Selain olahraga, apa yang dapat dilakukan agar penyakit Diabetes Melitus
tidak mengalami komplikasi?
a. Latihan fisik seperti lebih memilih tangga dari pada lift atau pun
escalator
b. Jalan-jalan santai menggunakan motor
c. Tidur saja

18. Bagaimana olahraga secara rutin, teratur dan terukur?


a. Menjalankan olahraga 4 kali dalam seminggu selama 30-60 menit
b. Melakukan olahraga selama 30-60 menit
c. Menjalankan olahraga kapan pun diinginkan

19. Sebaiknya perlu diketahui dan diwaspadai bahaya latihan jasmani berat
antara lain :
a. Hipoglikemia. Serangan Jantung / payah jantung. Pendarahan retina.
Cidera lutut dan trauma kaki. Memeperberat keadaan Diabetes
Melitus.
b. Hipoglikemia. Serangan Jantung, cidera lutut dan trauma kaki.
Memeperberat keadaan Diabetes Melitus.
c. Serangan Jantung / payah jantung. Pendarahan retina, cidera lutut dan
trauma kaki.
20. Kapan tanda-tanda penderita Diabetes Melitus untuk segera menghentikan
berolahraga?
a. Nafas terasa pendek, sesak, pusing dan terasa mau pingsan
b. Jantung berdebar
c. Keringat dingin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

127

III. Dukungan Keluarga

Berikan tanda ceklis (v) pada kolom pernyataan dibawah ini, sesuai dengan
pendapat Anda.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S        : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju

1. Dukungan Emosional

NO Pernyataan Jawaban
SS S KS TS
1 Keluarga selalu menyenangkan hati
penderita saat berolahraga.
2 Keluarga selalu memotivasi penderita
bahwa    dengan    berolahraga    dapat
mencegah komplikasi Diabetes Melitus.
3 Keluarga        selalu        menyemangati
penderita ketika penderita mulai malas
berolahraga
4 Keluarga ikut serta berolahraga dengan
penderita
5 Keluarga selalu mendengarkan keluhan
penderita saat menjalani olahraga.

2. Dukungan pengharapan/ penilaian

NO Pernyataan Jawaban
SS S KS TS
1 Keluarga memberikan pujian kepada
penderita setelah melakukan olahraga
2 Keluarga selalu mendukung jenis
olahraga yang disukai penderita
3 Keluarga selalu memperhatikan kondisi
penderita pada saat berolahraga
4 Keluarga membimbing penderita untuk
menilai atas keberhasilan menjalankan
kepatuhan dalam berolahraga
5 Keluarga    selalu    menghargai    atas
kepatuhan penderita dalam menjalankan
senam setiap minggu di puskesmas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


128

3. Dukungan Instrumental

NO Pernyataan Jawaban
SS S KS TS
1 Keluarga memberikan ongkos/
kendaraan penderita untuk melakukan
senam dipuskesmas.
2 Keluarga menemani penderita
berolahraga.
3 Keluarga menyediakan sepatu yang
nyaman kepada penderita untuk
berolahraga
4 Keluarga menyediakan pakaian yang
nyaman dan meresap keringat untuk
penderita berolahraga
5 Keluarga menyediakan waktunya untuk
mengantar penderita berolahraga
dipuskesmas.

4. Dukungan Informasional

NO Pernyataan Jawaban
SS S KS TS
1 Keluarga memberikan informasi kepada
penderita    jadwal    senam    Diabetes
Melitus dipuskesmas.
2 Keluarga memberikan informasi kepada
penderita    bahwa    olahraga    dapat
mencegah komplikasi
3 Keluarga memberikan informasi kepada
penderita bahwa olahraga yang baik
untuk Diabetes Melitus olahraga yang
ringan dan sedang
4 Keluarga memberikan informasi kepada
penderita agar menggunakan sepatu
yang nyaman saat berolahraga untuk
menghindari luka
5 Keluarga      memberikan      informasi
olahraga dilakukan secara rutin selama
30-60 menit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


129

IV. Kepatuhan
Berikanlah tanda ceklis (v) pada jawaban yang Anda pilih.

NO Pernyataan Ya Tidak
1. Andamengikuti senam Diabetes Melitus di
Puskesmas setiap minggu.
2. Anda melakukan olahraga 4 kali dalam
seminggu.
3. Anda melakukan kegiatan senam selama 30-60
menit.
4. Anda seelalu melakukan pemanasan sebelum
senam
5. Anda mengecek kadar gula darah sebelum dan
sesudah berolahraga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

Hasil Pengelolaan Data SPSS

A. Univariat Dukungan Emosional

Soal 1
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 2 3.1 3.1 3.1
Setuju
Setuju 49 76.6 76.6 79.7
Sangat 13 20.3 20.3 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 2
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 2 3.1 3.1 3.1
Setuju
Setuju 52 81.3 81.3 84.4
Sangat 10 15.6 15.6 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 3
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 10 15.6 15.6 15.6
Setuju
Setuju 46 71.9 71.9 87.5
Sangat 8 12.5 12.5 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

130
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

131

Soal 4
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 7 10.9 10.9 10.9
Setuju
Setuju 47 73.4 73.4 84.4
Sangat 10 15.6 15.6 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 5
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Setuju 57 89.1 89.1 89.1
Sangat 7 10.9 10.9 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

B. Univariat Distribusi Frekuensi Dukungan Pengharapan/ penilaian

Soal 1
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Setuju 57 89.1 89.1 89.1
Sangat 7 10.9 10.9 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 2
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 1 1.6 1.6 1.6
Setuju
Setuju 42 65.6 65.6 67.2
Sangat 21 32.8 32.8 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

132

soal3
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 3 4.7 4.7 4.7
Setuju
Setuju 56 87.5 87.5 92.2
Sangat 5 7.8 7.8 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 4
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 3 4.7 4.7 4.7
Setuju
Setuju 53 82.8 82.8 87.5
Sangat 8 12.5 12.5 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 5
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Setuju 57 89.1 89.1 89.1
Sangat 7 10.9 10.9 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

C. Univariat Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental


Soal 1
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 1 1.6 1.6 1.6
Setuju
Setuju 55 85.9 85.9 87.5

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

133

Sangat 8 12.5 12.5 100.0


Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 2
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 8 12.5 12.5 12.5
Setuju
Setuju 53 82.8 82.8 95.3
Sangat 3 4.7 4.7 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 3
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Setuju 60 93.8 93.8 93.8
Sangat 4 6.3 6.3 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 4
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 5 7.8 7.8 7.8
Setuju
Setuju 54 84.4 84.4 92.2
Sangat 5 7.8 7.8 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 5
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 5 7.8 7.8 7.8
Setuju

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

134

Setuju 53 82.8 82.8 90.6


Sangat 6 9.4 9.4 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

D. Univariat Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional

Soal 1
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 1 1.6 1.6 1.6
Setuju
Setuju 61 95.3 95.3 96.9
Sangat 2 3.1 3.1 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 2
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 2 3.1 3.1 3.1
Setuju
Setuju 58 90.6 90.6 93.8
Sangat 4 6.3 6.3 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 3
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Setuju 61 95.3 95.3 95.3
Sangat 3 4.7 4.7 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

135

Frequen Valid Cumulative


cy Percent Percent Percent
Valid Kurang 2 3.1 3.1 3.1
Setuju
Setuju 59 92.2 92.2 95.3
Sangat 3 4.7 4.7 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

Soal 5
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Setuju 57 89.1 89.1 89.1
Sangat 7 10.9 10.9 100.0
Setuju
Total 64 100.0 100.0

E. Univariat Distribusi Frekuensi Kepatuhan

Soal 1
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Tidak 13 20.3 20.3 20.3
Patuh
Patuh 51 79.7 79.7 100.0
Total 64 100.0 100.0

Soal 2
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Tidak 14 21.9 21.9 21.9
Patuh
Patuh 50 78.1 78.1 100.0
Total 64 100.0 100.0

Soal 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

136

Frequen Valid Cumulative


cy Percent Percent Percent
Valid Tidak 11 17.2 17.2 17.2
Patuh
Patuh 53 82.8 82.8 100.0
Total 64 100.0 100.0

Soal 4
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Tidak 10 15.6 15.6 15.6
Patuh
Patuh 54 84.4 84.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Soal 5
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Tidak 24 37.5 37.5 37.5
Patuh
Patuh 40 62.5 62.5 100.0
Total 64 100.0 100.0

Univariat Umur
Umur
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid 41-50 10 15.6 15.6 15.6
Tahun
51-60 19 29.7 29.7 45.3
Tahun
61-70 31 48.4 48.4 93.8
Tahun
> 70 4 6.3 6.3 100.0
Tahun
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

137

Univariat Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Perempua 64 100.0 100.0 100.0
n

Univariat Pekerjaan

Pekerjaan
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Wiraswasta 16 25.0 25.0 25.0
Ibu Rumah 47 73.4 73.4 98.4
Tangga
PNS 1 1.6 1.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

Univariat Pendidikan

Pendidikan Terakhir
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid SD 1 1.6 1.6 1.6
SMP 5 7.8 7.8 9.4
SMA 57 89.1 89.1 98.4
S1 1 1.6 1.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

Univariat Pengetahuan

Pengetahuan
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Baik 57 89.1 89.1 89.1
Sedan 7 10.9 10.9 100.0
g

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

138

Total 64 100.0 100.0

Univariat Dukungan Emosional

Dukungan Emosional
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Baik 19 29.7 29.7 29.7
Sedan 45 70.3 70.3 100.0
g
Total 64 100.0 100.0

Univariat Dukungan Pengharapan

Dukungan Pengharapan
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Baik 28 43.8 43.8 43.8
Sedan 36 56.3 56.3 100.0
g
Total 64 100.0 100.0

Univariat Dukungan Instrumental

Dukungan Instrumental
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Baik 12 18.8 18.8 18.8
Sedan 52 81.3 81.3 100.0
g
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

139

Univariat Dukungan Informasional

Dukungan Informasional
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Baik 9 14.1 14.1 14.1
Sedan 55 85.9 85.9 100.0
g
Total 64 100.0 100.0

Univariat Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Baik 28 43.8 43.8 43.8
Sedan 36 56.3 56.3 100.0
g
Total 64 100.0 100.0

Univariat Kepatuhan Berolahraga

Kepatuhan Berolahraga
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Patuh 44 68.8 68.8 68.8
Tidak 20 31.3 31.3 100.0
Patuh
Total 64 100.0 100.0

Bivariat

Dukungan Emosional * Kepatuhan Berolahraga

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

140

Crosstab
Kepatuhan
Berolahraga
Tidak
Patuh Patuh Total
Dukungan Baik Count 17 2 19
Emosional % of 26.6% 3.1% 29.7%
Total
Sedan Count 27 18 45
g % of 42.2% 28.1% 70.3%
Total
Total Count 44 20 64
% of 68.8% 31.3% 100.0%
Total

Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi- 1 .020
Square
Continuity 4.117 1 .042
b
Correction
Likelihood Ratio 6.141 1 .013
Fisher's Exact .022 .017
Test
Linear-by-Linear 5.317 1 .021
Association
N of Valid Cases 64
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 5.94.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

141

Bivariat

Dukungan Pengharapan * Kepatuhan Berolahraga

Crosstab
Kepatuhan
Berolahraga
Tidak
Patuh Patuh Total
Dukungan Baik Count 27 1 28
Pengharapan % of 42.2% 1.6% 43.8%
Total
Sedan Count 17 19 36
g % of 26.6% 29.7% 56.3%
Total
Total Count 44 20 64
% of 68.8% 31.3% 100.0%
Total

5.402 Chi-Square Tests


Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi- 1 .000
Square
Continuity 15.534 1 .000
b
Correction
Likelihood Ratio 21.075 1 .000
Fisher's Exact .000 .000
Test
Linear-by-Linear 17.473 1 .000
Association
N of Valid Cases 64
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 8.75.
b. Computed only for a 2x2 table

Bivariat

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

142

Dukungan Instrumental * Kepatuhan Berolahraga

Crosstab
Kepatuhan
Berolahraga
Tidak
Patuh Patuh Total
Dukungan Baik Count 12 0 12
Instrumental % of 18.8% 0.0% 18.8%
Total
Sedan Count 32 20 52
g % of 50.0% 31.3% 81.3%
Total
Total Count 44 20 64
% of 68.8% 31.3% 100.0%
Total

Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
17.750
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi- 1 .010
Square
Continuity 5.042 1 .025
b
Correction
Likelihood Ratio 10.206 1 .001
Fisher's Exact .012 .006
Test
Linear-by-Linear 6.608 1 .010
Association
N of Valid Cases 64
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.75.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

143

Bivariat

Dukungan Informasional * Kepatuhan Berolahraga

Crosstab
Kepatuhan
Berolahraga
Tidak
Patuh Patuh Total
Dukungan Baik Count 9 0 9
Informasional % of 14.1% 0.0% 14.1%
Total
Sedan Count 35 20 55
g % of 54.7% 31.3% 85.9%
Total
Total Count 44 20 64
% of 68.8% 31.3% 100.0%
Total

Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi- 1 .029
Square 6.713
Continuity 3.218 1 .073
b
Correction
Likelihood Ratio 7.396 1 .007
Fisher's Exact .047 .026
Test
Linear-by-Linear 4.686 1 .030
Association
N of Valid Cases 64
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.81.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

144

Bivariat

Dukungan Keluarga * Kepatuhan Berolahraga

Crosstab
Kepatuhan
Berolahraga
Tidak
Patuh Patuh Total
Dukungan Baik Count 27 1 28
Keluarga % of 42.2% 1.6% 43.8%
Total
Sedan Count 17 19 36
g % of 26.6% 29.7% 56.3%
Total
Total Count 44 20 64
% of 68.8% 31.3% 100.0%
Total

Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi- 4.760 1 .000
Square
Continuity 15.534 1 .000
b
Correction
Likelihood Ratio 21.075 1 .000
Fisher's Exact .000 .000
Test
Linear-by-Linear 17.473 1 .000
Association
N of Valid Cases 64
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 8.75.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

145

Multivariat

Hasil Analisis Regresi Berganda


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
t Sig.
Std.
Model B Error Beta
1 (Constant) .127 .352 .360 .720
Dukungan .023 .140 .023
.165 .870
Emosional
Dukungan .400 .134 .428 2.986 .004
Pengharapan
Dukungan .174 .143 .146 1.212 .230
Instrumental
Dukungan .111 .164 .084 .680 .499
Informasional
a. Dependent Variable: Kepatuhan Berolahraga
Sumber : Hasil Olah Data SPSS Versi 25

Hasil Uji F
ANOVAa
Sum of Mean
Model 17.750 df F Sig.
Squares Square
1 Regression 4.153 4 1.038 6.383 .000b
Residual 9.597 59 .163
Total 13.750 63
a. Dependent Variable: Kepatuhan Berolahraga
b. Predictors: (Constant), Dukungan Informasional, Dukungan
Instrumental, Dukungan Emosional, Dukungan Pengharapan
Sumber : Hasil Olah Data SPSS Versi 25

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

146

Analisis Koefisien Determinasi


Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate
a
1 .550 .302 .255 .403
a. Predictors: (Constant), Dukungan Informasional, Dukungan
Instrumental, Dukungan Emosional, Dukungan Pengharapan
Sumber : Hasil Olah Data SPSS Versi 25

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

Lampiran 3
Master Data
1. Karakteristik Responden

1 48 1 Perempuan 1 wiraswasta 1 S1
2 49 1 Perempuan 1 wiraswasta 1 SD
3 49 1 Perempuan 1 IRT 2 SMA
4 49 1 Perempuan 1 IRT 2 SMA
5 49 1 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA
6 50 1 Perempuan 1 IRT 2 SMA
7 50 1 Perempuan 1 IRT 2 SMA
8 50 1 Perempuan 1 IRT 2 SMA
9 50 1 Perempuan 1 IRT 2 SMA
10 50 1 Perempuan 1 IRT 2 SMA
11 52 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
12 54 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
13 55 2 Perempuan 1 wiraswata 1 SMA
14 55 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
15 56 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
16 56 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
17 56 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
18 56 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA

147
UNIVERSITAS SUMATERA UTAR
A

148

19 56 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA


20 57 2 Perempuan 1 PNS 3 SMA
21 57 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
22 58 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
23 58 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
24 58 2 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA
25 58 2 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA
26 60 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
27 60 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
28 60 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
39 60 2 Perempuan 1 IRT 2 SMA
30 62 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
31 63 3 Perempuan 1 Wiraswasta 1 SMA
32 63 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
33 63 3 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA
34 64 3 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA
35 64 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
36 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
37 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
38 65 3 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA
39 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
40 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
41 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

149

42 65 3 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA


43 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
44 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
45 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
46 65 3 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA
47 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
48 65 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
59 67 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
50 67 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
51 67 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
52 68 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
53 68 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
54 68 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
55 69 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
56 69 3 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA
57 69 3 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMA
58 69 3 Perempuan 1 IRT 2 SMA
59 70 3 Perempuan 1 Wiraswasta 1 SMA
60 70 3 Perempuan 1 IRT 2 SMP
61 71 4 Perempuan 1 IRT 2 SMP
62 72 4 Perempuan 1 IRT 2 SMP
63 73 4 Perempuan 1 wiraswasta 1 SMP
64 76 4 perempuan 1 IRT 2 SMP

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

150

2. Data Pengetahuan

S
o So So So So So So So So So So So So So So So So So So So
No al Juml Ko Kateg
al- al- al- al- al- al- al- al- al- al- al- al- al- al- al- al- al- al- al-
- ah de ori
02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0
1
1 1 2 1 2 1 0 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 31 1 Baik
2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 36 1 Baik
3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 37 1 Baik
4 1 2 2 2 1 0 2 1 2 1 2 1 2 0 2 2 2 2 1 2 2 Sedan
30 g
5 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 0 0 31 1 Baik
6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 0 2 36 1 Baik
7 2 2 1 2 2 0 2 1 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 33 1 Baik
8 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 0 2 1 2 2 2 2 33 1 Baik
9 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 0 2 2 1 2 0 2 32 1 Baik
10 2 1 2 2 1 0 2 0 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 Sedan
30 g
11 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 0 2 0 2 2 2 1 0 2 2 Sedan
29 g
12 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 33 1 Baik
13 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 2 2 1 1 2 34 1 Baik
14 1 2 1 2 2 0 2 1 1 2 2 0 2 2 2 1 2 1 2 2 30 2 Sedan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


151

g
15 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 1 34 1 Baik
16 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 37 1 Baik
17 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 39 1 Baik
18 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 2 2 2 0 2 34 1 Baik
19 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 35 1 Baik
20 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 36 1 Baik
21 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 2 2 2 1 2 35 1 Baik
22 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 2 2 1 0 2 31 1 Baik
23 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 35 1 Baik
24 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 2 2 1 1 2 33 1 Baik
25 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 2 2 2 0 2 33 1 Baik
26 1 2 2 2 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 35 1 Baik
27 1 2 2 2 1 0 2 2 2 1 2 0 2 2 2 2 2 1 1 2 31 1 Baik
28 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 35 1 Baik
29 1 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 33 1 Baik
30 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 37 1 Baik
31 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 34 1 Baik
32 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 36 1 Baik
33 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 35 1 Baik
34 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 35 1 Baik
35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 35 1 Baik
36 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 36 1 Baik
37 2 2 2 2 1 0 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 0 2 31 1 Baik
38 1 2 2 2 2 2 2 0 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 0 2 31 1 Baik
39 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 33 1 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

152

40 2 1 2 2 2 0 2 2 2 1 2 1 2 0 2 2 2 1 2 2 32 1 Baik
Sedan
41 2 2 2 2 1 0 2 2 1 2 2 0 2 0 2 1 2 2 0 2 2
29 g
42 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 0 2 2 2 2 1 2 34 1 Baik
43 1 2 2 2 2 0 2 1 2 2 2 1 2 0 2 2 2 1 1 2 31 1 Baik
44 2 2 2 2 2 0 2 1 1 2 2 1 2 0 2 2 2 2 0 2 31 1 Baik
Sedan
45 1 2 2 2 2 0 2 1 1 2 2 1 2 0 2 2 2 2 0 2 2
30 g
46 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 0 2 0 2 2 2 1 2 2 32 1 Baik
47 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 34 1 Baik
48 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 2 2 2 0 2 33 1 Baik
49 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 38 1 Baik
Sedan
50 2 2 1 2 2 0 2 1 1 1 2 1 2 0 2 2 2 1 0 2 2
28 g
51 1 2 2 2 2 0 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 34 1 Baik
52 2 2 2 2 2 0 2 1 2 1 2 1 2 0 2 1 2 2 1 2 31 1 Baik
53 2 2 2 2 2 0 2 1 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 31 1 Baik
54 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 0 2 33 1 Baik
55 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 0 2 33 1 Baik
56 1 2 2 2 2 0 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 0 2 32 1 Baik
57 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 35 1 Baik
58 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 2 35 1 Baik
59 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 35 1 Baik
60 2 2 2 2 2 0 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 32 1 Baik
61 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 0 2 2 2 2 1 2 34 1 Baik
62 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 36 1 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

153

63 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 35 1 Baik
64 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 34 1 Baik

3. Dukungan Keluarga

Nom Dukungan Dukungan Dukungan Dukungan Ju K


or Emosional Ju K Pengharapan Ju K Instrumental Ju K Informasional Ju K ml o
Resp ml o ml o ml o ml o ah de
onde 12345 ah de 1 2 3 4 5 ah de 1 2 3 4 5 ah de 1 2 3 4 5 ah de Tot To
n al tal
1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
2 2 3 3 3 3 14 2 3 4 3 3 3 16 1 4 3 3 3 3 16 1 3 3 3 3 4 16 1 62 1
3 4 4 4 4 4 20 1 4 3 3 3 3 16 1 3 3 3 2 3 14 2 3 3 3 3 4 16 1 66 1
4 4 4 3 4 3 18 1 3 4 4 4 3 18 1 3 2 3 3 3 14 2 2 3 3 4 4 16 1 66 1
5 3 3 3 4 3 16 1 3 4 3 3 4 17 1 3 3 3 3 3 15 2 3 4 3 3 4 17 1 65 1
6 4 4 4 4 4 20 1 4 4 4 4 4 20 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 4 16 1 71 1
7 3 2 3 2 3 13 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 58 2
8 4 4 4 4 4 20 1 4 4 4 4 4 20 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 70 1
9 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
10 4 4 3 3 3 17 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 62 1
11 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
12 3 2 2 3 3 13 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 58 2
13 3 3 2 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

154

14 4 4 2 3 3 16 1 4 3 3 3 3 16 1 3 2 3 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 61 1
15 4 4 4 4 4 20 1 4 4 4 4 4 20 1 4 4 4 4 4 20 1 4 4 4 4 4 20 1 80 1
16 3 3 3 2 3 14 2 3 3 2 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 58 2
17 4 4 4 4 4 20 1 4 3 3 4 4 18 1 4 3 4 4 4 19 1 4 4 4 4 4 20 1 77 1
18 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 2 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
19 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
20 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 2 3 14 2 3 3 3 2 3 14 2 58 2
21 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
22 4 3 3 2 3 15 2 3 4 3 3 3 16 1 4 3 3 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 62 1
23 4 3 3 3 3 16 1 3 4 3 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 62 1
24 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 2 3 3 2 13 2 3 3 3 3 3 15 2 58 2
25 3 3 2 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
26 3 3 3 4 3 16 1 3 3 3 4 3 16 1 3 2 4 4 4 17 1 3 3 3 3 3 15 2 64 1
27 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 2 3 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
28 3 3 2 3 3 14 2 3 3 2 3 3 14 2 3 3 3 3 4 16 1 3 3 3 3 3 15 2 59 2
29 3 3 3 3 3 15 2 3 4 3 3 3 16 1 3 4 3 3 2 15 2 3 3 3 3 3 15 2 61 1
30 3 3 3 3 3 15 2 3 4 3 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 3 2 3 3 3 14 2 60 2
31 3 3 3 3 3 15 2 3 4 3 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 61 1
32 3 3 3 2 3 14 2 3 4 3 3 3 16 1 4 3 3 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 61 1
33 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 2 3 3 3 3 14 2 3 4 3 3 3 16 1 60 2
34 2 3 3 3 3 14 2 3 4 3 3 3 16 1 4 3 3 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 61 1
35 3 3 4 3 3 16 1 4 3 3 3 3 16 1 3 3 3 2 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 61 1
36 4 4 4 3 4 19 1 3 4 4 3 3 17 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 4 3 3 16 1 67 1
37 3 3 3 4 3 16 1 3 4 3 3 4 17 1 3 3 3 4 2 15 2 3 3 3 3 3 15 2 63 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

155

38 3 4 3 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 61 1
39 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
40 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
41 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
42 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
43 3 3 3 3 4 16 1 3 3 3 4 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 62 1
44 3 3 2 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
45 3 3 2 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
46 3 3 4 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 2 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
47 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
48 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 2 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
49 3 3 3 3 3 15 2 3 4 3 3 4 17 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 62 1
50 3 3 3 2 3 14 2 3 3 3 2 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 58 2
51 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 60 2
52 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 2 3 14 2 3 3 3 2 3 14 2 58 2
53 3 3 2 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
54 4 3 3 2 3 15 2 3 4 3 3 3 16 1 4 3 3 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 62 1
55 4 3 3 3 3 16 1 3 4 3 3 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 62 1
56 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 2 3 3 2 13 2 3 3 3 3 3 15 2 58 2
57 3 3 2 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
58 3 3 3 4 3 16 1 3 3 3 4 3 16 1 3 2 4 4 4 17 1 3 3 3 3 3 15 2 64 1
59 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 3 2 3 3 3 14 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
60 3 3 2 3 3 14 2 3 3 2 3 3 14 2 3 3 3 3 4 16 1 3 3 3 3 3 15 2 59 2
61 3 3 3 3 3 15 2 3 4 3 3 3 16 1 3 4 3 3 2 15 2 3 3 3 3 3 15 2 61 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

156

62 33333 15 2 3 4 3 3 3 16 1 3333 3 15 2 3 2 3 3 3 14 2 60 2
63 33333 15 2 3 2 3 3 3 14 2 3333 3 15 2 3 3 3 3 3 15 2 59 2
64 33323 14 2 3 4 3 3 3 16 1 4333 3 16 1 3 3 3 3 3 15 2 61 1

4. Kepatuhan

No.
Soal.01 Soal.02 Soal.03 Soal.04 Soal.05 Jumlah Kode
Responden
1 0 2 0 0 2 4 2
2 2 2 2 2 2 10 1
3 2 2 2 2 2 10 1
4 2 2 2 2 2 10 1
5 2 2 2 2 2 10 1
6 2 2 2 2 2 10 1
7 0 0 0 2 2 4 2
8 2 2 2 2 2 10 1
9 2 2 2 2 2 10 1
10 2 2 2 2 2 10 1
11 0 0 2 0 2 4 2
12 0 0 2 0 2 4 2
13 0 2 0 0 2 4 2
14 2 0 0 2 0 4 2
15 2 2 2 2 2 10 1
16 2 2 2 2 2 10 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

157

17 2 2 2 2 2 10 1
18 2 2 0 0 0 4 2
19 0 0 2 2 0 4 2
20 0 0 0 2 2 4 2
21 2 0 2 2 0 6 2
22 2 2 2 2 2 10 1
23 2 2 2 2 0 8 1
24 0 0 2 2 0 4 2
25 2 2 0 0 0 4 2
26 2 2 2 2 2 10 1
27 0 2 0 2 0 4 2
28 2 2 2 2 0 8 1
29 2 2 2 2 0 8 1
30 2 2 2 2 0 8 1
31 2 2 2 2 2 10 1
32 2 2 2 2 2 10 1
33 2 2 2 2 2 10 1
34 2 2 2 2 2 10 1
35 2 0 2 2 2 8 1
36 2 2 2 2 2 10 1
37 2 2 2 2 2 10 1
38 2 2 2 2 2 10 1
39 0 0 2 0 2 4 2
40 0 0 2 2 0 4 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

158

41 0 2 0 0 2 4 2
42 0 2 0 2 0 4 2
43 2 2 2 2 2 10 1
44 2 2 2 2 2 10 1
45 2 2 2 2 2 10 1
46 2 0 0 2 0 4 2
47 2 2 2 2 2 10 1
48 2 2 2 2 2 10 1
49 2 2 2 2 2 10 1
50 2 2 2 2 0 8 1
51 2 0 2 0 0 4 2
52 2 2 2 2 2 10 1
53 2 0 2 0 0 4 2
54 2 2 2 2 2 10 1
55 2 2 2 2 0 8 1
56 2 2 2 2 0 8 1
57 2 2 2 2 0 8 1
58 2 2 2 2 2 10 1
59 2 2 2 2 0 8 1
60 2 2 2 2 0 8 1
61 2 2 2 2 0 8 1
62 2 2 2 2 0 8 1
63 2 2 2 2 2 10 1
64 2 2 2 2 2 10 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTAR


A

Lampiran 4

Surat Izin Penelitian

159
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 5

160
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 6

Surat Keterangan Selesai Penelitian

1. Puskemas Martubung

161
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Puskesmas Pekan Labuhan

162
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Puskesmas Medan Labuhan

163
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 7

Dokumentsi

164
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

165

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai