Anda di halaman 1dari 68

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN POLA MAKAN


DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA
HIPERTENSI
DI UPTD PUSKESMAS BATURITI I

OLEH :
AA MADE AGUS DWI SUPRASTHA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN POLA MAKAN
DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA
HIPERTENSI
DI UPTD PUSKESMAS BATURITI I

Proposal

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Skripsi Dan Gelar Sarjana Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali.

Oleh:
AA Made Agus Dwi Suprastha
NIM. C1118067

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN POLA MAKAN

DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA HIPERTENSI

DI UPTD PUSKESMAS BATURITI I

Diajukan Oleh:

AA Made Agus Dwi Suprastha

Nim. C1118067

Badung, 07 Oktober 2021

Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. I Nyoman Sutresna, M.Kes Ns. I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, S.Kep., M.Kep

Mengetahui,

Program Studi S1 Keperawatan

Ketua

Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat

Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Hubungan

Tingkat Stress dan Pola Makan Dengan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia

Hipertensi Di UPTD Puskesmas Baturiti I” sesuai dengan waktu yang telah

direncanakan.

Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyusun skripsi

dan akan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada STIKES Bina

Usada Bali.Selanjutnya penulis menyampaikan Terima Kasih Kepada:

1. Dr. Ir. I Putu Santika, M.M. selaku kepala STIKES Bina Usada Bali yang

telah memberikan kesempatan mengikuti Pendidikan Program Ilmu

Keperawatan di STIKES Bina Usada Bali.

2. Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKES Bina Usada Bali yang telah memberikan kesempatan

mengikuti Pendidikan Program Ilmu Keperawatan di STIKES Bina Usada

Bali.

3. dr. I Nyoman Sutresna, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan masukan, pengetahuan, saran serta motivasi dalam

menyelesaikan proposal ini.

4. Ns. I Dewa Agung Gde Fanji Pradiptha, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing

II yang telah banyak memberikan masukan, pengetahuan, saran serta

motivasi dalam menyelesaikan proposal ini.


5. Kedua orang tua (AA Made Suraharja dan AA Made Adi Suantari) serta

pacar penulis yang telah memberikan banyak dukungan dan pengertian

selama proses menyelesaikan proposal ini.

6. Teman-teman Brain Power Class yang telah banyak memberikan semangat,

dorongan, dukungan, dan bantuan kepada penulis.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60. lanjut

usia mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial.

perubahan yang bersifat fisik antara lain adalah penurunan kekuatan fisik,

stamina dan penampilan. hal ini dapat menyebabkan beberapa orang

menjadi depresi atau merasa tidak senang saat memasuki masa usia lanjut.

mereka menjadi tidak efektif dalam pekerjaan dan peran sosial, jika mereka

bergantung pada energi fisik yang sekarang tidak dimilikinya lagi, Selain

perubahan fisik, mental, dan sosial lansia juga mengalami berbagai

kemunduran fungsi organ tubuh

sehingga rawan terhadap serangan berbagai penyakit kronis (U. Alifah,

2021). Jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dialami lansia adalah

keluhan lainnya, yaitu seperti asam urat, darah tinggi, darah rendah,

reumatik, diabetes, dan berbagai jenis penyakit kronis lainnya. Penyakit

terbanyak pada lansia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018

adalah hipertensi (57,6%) berdasarkan data yang didadapatkan di

(Kesehatan, 2018)
Berdasarkan (Kemenkes, 2019) data (WHO, 2019) secara global

angka kehidupan lansia didunia akan terus meningkat. Proporsi penduduk

lansia di dunia pada tahun 2019 mencapai 13,4% pada tahun 2050

diperkirakan meningkat menjadi 25,3% dan pada tahun 20100 diperkirakan

menjadi 35,1% dari total penduduk. Seperti halnya yang terjadi di dunia,

Indonesia juga mengalami penuaan penduduk Tahun 2019, jumlah lansia

indonesia meningkat menjadi 27,5 jta atau 10,3% dan 57,0 juta jiwa atau

17,9% pada tahun 2045.

Menurut jurnal yang diperolah di (Statistik, 2018) pada tahun 2018

sekitar 40% dari orang dewasa yang berusia 25 tahun ke atas di dunia telah

didiagnosis hipertensi, penderita hipertensi semakin tahun semakin

meningkat. Menurut WHO (World Health Organization). Diperkirakan

pada tahun 2025 penderita hipertensi mencapai 1,5 miliar dan diperkirakan

ada 9,4 juta penderita hipertensi meninggal karena terjadi komplikasi.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi penderita

hipertensi di Indonesia sebanyak 34,11% (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, 2018). Prevalensi penderita hipertensi di

provinsi Bali sebanyak 29,97%, di Kabupaten Jembrana sebanyak 30,25%,

Kabupaten Tabanan sebanyak 35,12%, Kabupaten Badung 29,33%,

Kabupaten Gianyar 27,67%, Kabupaten Klungkung 28,88%, Kabupaten

Bangli 34,09%, Kabupaten Karangasem 35,30%, Kabupaten Buleleng

32,19% dan Kota Denpasar sebanyak 24,46% (Riskesdas, 2019). Pada tahun

2017, Essential (Primary) hypertension (HT Primer/HT Saja) menjadi


penyakit terbanyak yang terjadi di Tabanan dengan jumlah kasus sebanyak

22.803 kasus(ProvinsiBali, 2018).

Perubahan gaya hidup di masyarakat merupakan satu faktor

terjadinya peningkatan kasus hipertensi. Perubahan gaya hidup ini meliputi

aktvitas fisik yang berlebihan, stres, perubahan pola makan yang tidak sehat,

kurangnya istirahat. Jenis makanan modern yang saat ini sering dikonsumsi

merupakan penyumbang utama. (Situmorang, 2020). Asupan makanan yang

mengandung tinggi natrium menjadi salah satu faktor resiko utama

penyebab terjadinya penyakit hipertensi. Nutrisi yang rendah seperti asupan

rendah lemak, protein, karbohidrat, dapat menyebabkan penurunan massa

tubuh dan gangguan pada penyerapan lemak (Sujati, Tanto Hariyanto,

2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Anih Kurnia pada tahun 2021 dengan

judul “Pengaruh Manajemen Diet Berbasis Keluarga Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Cibeureum Kota Tasikmalaya”, Analisa data dilakukan penderita hipertensi.

Berdasarkan hasil dengan menggunakan program komputer pengumpulan

data setiap variable dengan dengan melihat perbedaan mean tekanan darah

sebelum dan sesuadah dilakukan intervensi. Dalam penelitian ini terlihat

pengaruh variable yang diteliti yaitu program manajemen diet terhadap

penurunan tekanan darah penderita hipertensi. Berdasarkan hasil

pengumpulan data setiap variable menggunakan family-based-dietary-self-

management program and goal setting form.


Stress yang berkelanjutan dapat terus menerus mempengaruhi tubuh

sehingga tubuh mengalami kekebalan, kardiovaskular meningkatkan

pelepasan kortisol dan mendorong perilaku hidup yang tidak sehat.

Fisiologis stress General adaptation syndrome melibatkan sistem tubuh

saraf otonom dan sistem endokrin, General adaptation syndrome terdiri dari

tiga tahap reaksi waspada melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan

dari tubu dan pikiran untuk menghadapi stressor, respon stress adalah pola

reaksi saraf dan hormone yang bersifat menyeluruh dan tidak spesifik

terhadap setiap situasi yang mengancam homeostatis diawali oleh otak dan

diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom

berdasarkan jurnal dari (Tyas & Zulfikar, 2021)

Penelitian yang dilakukan oleh Septiana Ayu Cahyaning Tyas dan

Muhammad zulfikar pada tahun 2021 dengan judul Hubungan Tingkat

Stress Dengan Tingkat Tekanan Darah Pada Lansia, dengan hasil penelitian

diperoleh dari 76 responden yang berpartisipasi dan disajikan dalam bentuk

analisis univariat dan bivariat sebagai berikut. Analisis data dilakukan

secara univariat baik variabel dependen maupun independen. Analisis ini

menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti

sedangkan secara bivariat dilakukan untuk melihat hubungan kedua variabel

baik independen maupun dependen Dari 76 responden yang berada di desa,

posyandu desa karangrejo kecamatan kromengan kabupaten Malang

didapatkan hasil tingkat stress sedang dengan presentase 44,7%, hubungan


antara dua variabel dari uji statistic menggunakan spearman rank diperoleh

data bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat stress dengan

tingkat tekanan darah pada lansia.(Tyas & Zulfikar, 2021)

Hasil dari studi pendahuluan yang didapatkan, data penderita

hipertensi di Puskesmas Baturiti I adalah 50 orang. Lansia yang menderita

hipertensi berjenis kelamin perempuan 30 orang sedangkan lansia berjenis

kelamin laki-laki 20 orang, data ini didapatkan dari UPTD Puskesmas

Baturiti I,

data tersebut berasal dari masyarakat yang memeriksakan kesehatannya di

puskesmas.Data tersebut adalah gabungan dari data 7 desa dan luar wilayah

kecamatan Baturiri yaitu Desa Baturiti, Desa Candikuning, Desa Angseri,

Desa Apuan, Desa Bangli, Desa Batunya, Desa Antapan, dan masyarakat

yang berdomisili diluar Kecamatan Baturiti.

Berdasarkan latar belakang diatas, Peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian “Hubungan Tingkat Stress Dan Pola Makan Dengan Tekanan

Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi di UPTD Puskesmas Baturiti I

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat stress dan pola makan

dengan tekanan darah lanjut usia hipertensi di UPTD Puskesmas Baturiti I.


C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat stress dan pola makan dengan tekanan

darah pada lanjut usia hipertensi di UPTD Puskesmas Baturiti I

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat stress pada lanjut usia hipertensi di

UPTD Puskesmas Baturiti I

2. Mengidentifikasi pola makan pada lanjut usia hipertensi di UPTD

Puskesmas Baturiti I

3. Mengidentifikasi tingkat hipertensi pada lanjut usia di UPTD

Puskesmas Baturiti I

4. Menganalisa hubungan tingkat stress dengan hipertensi pada

lanjut usia hipertensi di UPTD Puskesmas Baturiti I

5. Menganalisa hubungan pola makan dengan hipertensi pada lanjut

usia hipertensi di UPTD Puskesmas Baturiti I

D. Manfaat Penelitian

a. Pelayanan Keperawatan

hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan pemikiran

untuk membantu rekan sejawat dalam memberikan pengetahuan

tentang hubungan tingkat stress dan pola makan terhadap hipertensi

pada lanjut usia, dan dapat menangani dengan baik pasien yang

menderita hipertensi.
b. Masyarakat

Masyarakat dapat menjadikan penelitian ini referensi untuk

mengendalikan stress dan juga memperhatikan pola makan pada

lanjut usia hipertensi sekitarnya untuk mengurangi kejadian

hipertensi pada lanjut usia.

c. Institusi Pendidikan

Penelitian diharapkan berguna kepada institusi pendidikan

dalam meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi dari mahasiswa

– mahasiswa khususnya mahasiswa kesehatan dalam menempuh

perkuliahan maupun pekerjaan nantinya.

d. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan penelitian pada

lanjut usia dengan riwayat hipertensi, terutama pada penanganan

pengendalian tingkat stress dan mengatur pola makan, khususnya

untuk para peneliti yang lebih mendalami tentang hipertensi pada

lanjut usia serta memperkaya referensi didunia penelitian.


E. Keaslian Penelitian

No. Nama Peneliti Judul Peneliti Tahun Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

1. (Gimeno- Hubungan Kejadian 2016 Penelitian ini Hasil Analisa Data Perbedaan penelitian

Gilles et al., Stress Dengan menggunakan desain menunjukan dari 50 pada keaslian yang

2016) Penyakit Hipertensi penelitian observasional responden bahwa responden pertama dengan

Pada Lansia Balai analitik dan menggunakan dengan kejadian stres dan penelitian saya adalah

Penyantunan Lnjut tidak hipertensi berjumlah 2 pada penelitian saya


pendekatan cross sectional
usia Senjah Cerah responden (22,2%), menggunakan 3
yaitu pengumpulan data,
Kecamatan responden dengan kejadian variabel sedangkan
baik variabel independen
Mapanget Kota stres dan hiprtensi pada penelitian
maupun variabel
Manado berjumlah 38 responden keaslian menggunakan
dependen, dilakukan
(92,7%), sedangkan 2 variabel, pada
secara bersama-sama atau
responden dengan kejadian penelitian saya
sekaligus. Instrument
tidak stres dan tidak menggunakan
dalam penelitian ini
hipertensi berjumlah 7 instrument kuesioner
menggunakan kuesioner
responden (77,8%), dan menggunakan
dan lembar obsrevasi.
Populasi pada penelitian responden dengan kejadian Sphigmomanometer

ini adalah seluruh lansia tidak stres dan hipertensi sedangkan pada

yang tinggal di Balai berjumlah 3 responden penelitian keaslian ini

Penyantunan Lanjut Usia (7,3%). menggunakan

kuesioner dan lembar


Senjah Cerah Manado yang
observasi saja.
berjumlah 50 lansia.

jumlah lansia di Panti

Werdah Senjah Cerah

Manado tercatat ada 50

orang lansia dengan 17

laki-laki dan 33

perempuan.
2. (Situmorang, Hubungan 2020 Jenis penelitian ini Kesimpulan dari hasil penelitian Perbedaan pada penelitian

2020) Tingkat Stres menggunakan Cross tentang pola makan dengan keaslian dengan penelitian ini

Dengan Kejadian sectional study, yang hipertensi terhadap 40 responden yaitu pada penelitian keaslian 2

Hipertensi Pada merupakan penelitian di daerah Puskesmas ini menggunakan 2 variabel

Anggota Prolanis observasional yang bersifat Parongpong adalah ada sedangkan penelitian ini

Di Wilayah Kerja analitik. Penelitian ini hubungan yang signifikan dari menggunakan 3 variabel.

Puskesmas menggunakan teknik jenis makanan yaitu jenis Menggunakan teknik sampling

Parongpong purposive sampling yaitu makanan yang dapat purposive sampling dengan

anggota prolanis. mempengaruhi tekanan darah menggunakan 40 responden

Dalam penelitian ini, sistolik dari responden sedangkan pada penelitian ini

peneliti mengambil diantaranya, karbohidrat C ( menggunakan teknik total

responden sebanyak 40 Tinggi Natrium dan Lemak), sampling dengan menggunakan

orang. Pengambilan data lauk hewani A (tinggi Natrium, 50 responden.

penelitian ini menggunakan lauk hewani C (Tinggi Natrium

kuesioner Pola Makan dan Lemak), dan penyedap

(Food Frequency makanan dan jenis makanan

Questionere) menggunakan yang dapat mempengaruhi


skala likert dengan tekanan darah diastolik dari

pembagiannya tidak pernah, responden diantaranya,

jarang, sering.Pengolahan karbohidrat C ( Tinggi Natrium

data yang dilakukan pada dan Lemak), susu, dan

penelitian ini adalah penyedap.

Spearman rho, yang .

digunakan untuk

mengetahui adanya

hubungan antara variabel

pola makan dan variabel

tekanan darah.

3. (Tyas & Hubungan 2021 Studi ini menggunakan Hasil penelitian diperoleh dari Perbedaan penelian ini dengan

Zulfikar, 2021) Tingkat Stress desain analtik korelasional 76 Dari 76 responden yang penelitian pada lembar keaslian

Dengan Tingkat dengan pendekatan cross berada di desa 3 yaitu pada penelitian keaslian

Tekanan Darah sectional. Responden yang posyandu desa karangrejo 3 ini menggunakan 2 variabel

Pada Lansia terpilih melalui kecamatan kromengan sedangkan penelitian ini

kabupaten Malang didapatkan menggunakan 3 variabel dengan


Teknik purposive sampling hasil tingkat stress sedang menggunakan desain yang

berjumlah 76 responden. dengan presentase 44,7%, berbeda penelitian pada keaslian

Dengan kriteria lansia usia hubungan antara dua variabel 3 menggunakan analitik

58- 70 tahun. Data dari uji statistic menggunakan korelasional sedangkan

dikumpulkan melalui spearman rank diperoleh data penelitian ini menggunakan

kuesioner Depression bahwa ada hubungan yang observasi analitik, teknik

Axiety Stress Scales (DASS signifikan antara tingkat stress sampling yang berbeda.

42) dan menggunakan dengan tingkat tekanan darah Penelitian ini menggunakan total

tensimeter untuk mengukur pada lansia. sampling sedangkan penelitian

tingkat tekanan darah pada keaslian ini purposive sampling,

lansia

Data diuji dengan uji

korelasi pearson dengan

signifikan a = < 0.05

persyaratan uji normalitas

data telah dilengkapi

sebelumnya dilakukan
ujinormalitas data. Data

dalam penelitian ini

berdistribusi normal

sehingga memenuhi syarat

uji korelasi. Pelaksanaan

penelitian terlebih dahulu

mendapat persetujuan

kemudian melakukan

penelitian dan dalam

pelaksanaanpenelitian

tetapmemperhatikan prinsip

etik, termasuk informed

cosent, anonymity (tanpa

nama), confidentiality (

kerahasiaan )
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

1. Lanjut Usia

a. Definisi

Lanjut usia adalah kelompok orang sedang mengalami suatu

proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade.

Lansia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu

proses yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang

ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.Kegagalan ini berkaitan

dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual. Lansia adalah dua atau lebih individu yang

bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya

untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.(Darmarani et

al., 2020)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia lanjut usia (lansia)

adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia

60 tahun keatas. Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh


kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap

kondisi stress fisiologis. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

lansia merupakan tahap akhir rentang hidup dengan batas usia 60 tahun

keatas yang ditandai dengan berbagai penurunan (seperti kondisi fisik,

psikologis, dan sosial).(Azizah & Hartanti, 2016)

b. Batasan Usia Lanjut Usia

1. Batasan-batasan Lanjut Usia menurut WHO ada empat tahapan

yaitu :

Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun,

lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun,

lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan

usia sangat tua (very old) >90 tahun

(Azizah & Hartanti, 2016)

2. Menurut Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal

1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

3. Berdasarkan jurnal (Zurmiati, 2018), Menurut Prof. Dr. Koesoemato

Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) : > 65 tahun atau 70

tahun. Masa lanjut usia (geriatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga

batasan umur, yaitu young old (70- 75 tahun), old (75- 80 tahun) dan

very old ( > 80 tahun).


c. Teori – Teori Proses Menua

Berdasarkan (Ninla Elmawati Falabiba, 2019),

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori

biologi, teori psikologi, teori sosial dan teori spiritual.

1. Teori Biologi

Secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam

ini sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan

frekuensi mitosis. Teori biologi mencakup teori genetik dan

mutasi, teori penurunan imun, teori stress, teori radikal bebas dan

teori rantai silang.

a. Teori Genetik dan Mutasi

Menururt teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara

genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai

akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-

molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi, sebagai contoh yang khas dalah mutasi dari sel-sel

kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel). Terjadi

penggumpalan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut

teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya

pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat

pada lanjut usia yang mengakibatkan terganggunya fungsi sel

itu sendiri.
b. Teori Imun

Menurut teori ini sistem imun menjadi efektif dengan

bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang

dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

c. Teori Stres

Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-

sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

d. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dari alam bebas. Ketidakstabilan

radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen. Secara spesifik,

terjadinya oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh

menyebabkan formasi radikal bebas. Radikal bebas ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

e. Teori Rantai Silang Teori ini menyatakan bahwa sel-sel yang

tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan

kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel.

f. Teori Metabolisme Pengurangan intake kalori pada rodentia

muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang

umur. Perpanjangan umur tersebut berasosiasi dengan

tertundanya proses degenerasi. Perpanjangan umur karena


penurunan jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena

menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.

Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang

proliferasi sel, misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.

2. Teori Psikologi

Perubahan psikologis yag terjadi dapat dihubungkan pula

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.

Adanya penurunan dari intelektalitas yang meliputi persepsi,

kemampuan kognitif, memori dan belajar pada lanjut usia

menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.

Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan

terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses,

merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi

yang berbeda dari stimulus yang ada.

3. Teori Sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses

penuaan, yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri dan teori

perkembangan.

a. Teori Interaksi Sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia

bertindak pada suatu sistem tertentu, yaitu atas dasar hal-

hal yang dihargai masyarakat. Pada lanjut usia,

kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehigga


menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang,

yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka

untuk mengikuti perintah.

b. Teori Penarikan Diri

Kemiskinan dan menurunnya derajad kesehatan yang

diderita lanjut usia dan menurunnya derajat kesehatan

mengakibatkan seorang lanjut usia secara perlahan-lahan

menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. Menurut teori

ini lanjut usia dinyatakan mengalami proses penuaan

yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan

terdahulu dan dapat memusatakan diri pada persoalan

pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi

kematiannya.

c. Teori Perkembangan Pokok-pokok dalam teori

perkembangan ini adalah :

1. Masa tua merupakan saat lanjut usia merumuskan

seluruh masa kehidupannya.

2. Masa tua merupakan masa penyesusaian diri

terhadap kenyataan sosial yang baru, yaitu pensiun

dan atau menduda / menjanda.

3. Lanjut usia harus menyesuaikan diri sebagai

akibatnya perannya yang berakhir didalam

keluraga, kehilangan identitas, dan hubungan


sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh

pasangannya atau teman temannya.

4. Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang mrujuk pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi

individu tentang arti kehidupan. Kepercayaan/ dimensi spiritual

merupakan suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan

seseorang. Perkembangan spiritual pada lanjut usia berada

padatahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.

2. Tingkat Stress

a. Definisi

Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor

psikososial. juga mendefinisikan secara umum bahwa stres adalah

reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan

dan ketegangan emosi.

Stress merupakan suatu keadaan yang diakibatkan oleh

perubahan lingkungan dan dianggap menantang dan mengancam atau

merusak keseimbangan dinamis seseorang.

Stress yang dialami lansia penyebabnya dikarenakan faktor

psikologis seperti cemas, depresi, dan kebingungan untuk menerima

keadaannya kambuh tekanan darah diatas batas normal (Ladyani et al.,

2021)
Stress yang berkelanjutan dapat terus menerus mempengaruhi

tubuh sehingga tubuh mengalami kekebalan, kardiovaskular

meningkatkan pelepasan kortisol dan mendorong perilaku hidup yang

tidak sehat.

Fisiologis stress General adaptation syndrome melibatkan sistem tubuh

saraf otonom dan sistem endokrin, General adaptation syndrome terdiri

dari tiga tahap reaksi waspada melibatkan pengerahan mekanisme

pertahanan dari tubu dan pikiran untuk menghadapi stressor, respon

stress adalah pola reaksi saraf dan hormone yang bersifat menyeluruh

dan tidak spesifik terhadap setiap situasi yang mengancam homeostatis

diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis

dari sistem saraf autonom.(Ladyani et al., 2021)

b. Teori Stress

Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati (dikutip

dalam (Azizah & Hartanti, 2016), dapat digolongkan sebagai berikut

1) Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu

tinggi atau rendah, suara bising, sinar yang terlalu terang, atau

tersengat arus listrik.

2) Stres kimiawi, disebabkan oleh asam basa kuat, obat obatan, zat

beracun, hormon atau gas.

3) Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit

yang menimbulkan penyakit.


4) Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi

jaringan, organ atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh

tidak normal.\

5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh

gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi

hingga tua.

6) Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan

interpersonal, sosial, budaya atau ketegangan.

c. Tahapan stres

Menurut (Azizah & Hartanti, 2016) menjelaskan bahwa tahapan

stres adalah sebagi berikut:

a. Stres tahap pertama (paling ringan),

yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar

danberlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa

memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan menjadi

tajam.

b. Stres tahap kedua,

yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak

segar atau letih, cepat lelah saat menjelang sore, cepat lelah

sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak

nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal tersebut

karena cadangan tenaga tidak memadai.


c. Stres tahap ketiga,

yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak

teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga

dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi dan sulit tidur

kembali, koordinasi tubuh terganggu.

d. Stres tahap keempat,

yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu

bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan

menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu,

gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya

ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stres tahap kelima,

yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan

mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang

sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya

rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.

f. Stres tahap keenam,

yaitu tahapan stres dengan tanda tanda, seperti jantung

berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak

keluar keringat, serta pingsan.


d. Reaksi tubuh terhadap stres

Menurut (Azizah & Hartanti, 2016) reaksi tubuh terhadap

stres, yaitu sebagai berikut:

a. Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklatan, ubanan,

atau kerontokan.

b. Gangguan ketajaman penglihatan.

c. Tinitus (pendengaran berdenging).

d. Daya mengingat, konsentrasi, dan berpikir menurun.

e. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit senyum, dan kedutan pada

kulit wajah.

f. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik.

g. Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, kulit kering, timbul

eksim, biduran, gatal gatal, tumbuh jerawat, telapak tangan dan

kaki sering berkeringat, dan kesemutan.

h. Napas terasa berat dan sesak. i. Jantung berdebar, muka merah

atau pucat.

i. Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defekasi, atau

diare.

j. Sering berkemih. l. Otot sakit, seperti ditusuk, pegal dan tegang.

k. Kadar gula meninggi, pada wanita terjadi gangguan menstruasi.

l. Libido menurun atau bisa juga meningkat.


e. Tingkat stres

Menurut (Azizah & Hartanti, 2016) membagi tingkat stres

menjadi tiga yaitu :

a. Stress ringan

Apabila stressor yang dihadapi setiap orang teratur, misalnya

terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas. Situasi seperti ini

biasanya berlangsung beberapa menit atau jam dan belum

berpengaruh kepada fisik dan mental hanya saja mulai sedikit

tegang dan was-was.

b. Stres sedang

Apabila berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai

beberapa hari, Contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban

kerja yang berlebihan dan mengharapkan pekerjaan baru. Pada

medium ini individu mulai kesulitan tidur sering menyendiri dan

tegang.

c. Stres berat

Apabila situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa

minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri

yang tidak harmonis, kesulitan finansial dan penyakit fisik yang

lama. Pada stres berat ini individu sudah mulai ada gangguan fisik

dan mental.
3. Pola Makan

a. Definisi

Makanan adalah kebutuhan pokok makhuk hidup yang

dibutuhkan setiap saat untuk kelangsungan hidup dan memberikan

energi pada setiap harinya. Jika kita para manusia terutama tidak makan

seharian saja kita tidak akan memiliki tenaga untuk beraktifitas dan

lemas seharian. Sehat berawal dari ''isi piringku''. Zat-zat yang

terkandung di dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi

membawa pengaruh terhadap sistem tubuh. Maka tidak salah bila

dikatakan bahwa pola asupan makanan menentukan status kesehatan

seseorang.(Suhermi et al., 2021)

Para lanjut usia tidak mengetahui penyebab tekanan darahnya

meningkat, yang selain dikarenakan oleh faktor usia, juga dikehidupan

sehari-hari lansia sering sekali menerapkan pola makan yang tidak

teratur, mengkonsumsi makanan rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula,

dan mengandung banyak garam yang dapat menyebabkan tekanan

darah lansia meningkat melebihi normal (hipertensi). Ketika tubuh kita

mendapatkan asupan garam yang terus meningkat, maka volume darah

akan meningkat dan dapat meningkatkan beban kerja pada jantung.

Arterioskclerosis, kerusakan pada ginjal, masalah pembuluh darah,

serangan jantung dan stroke adalah beberapa kondisi dari risiko

hipertensi.(Mamahit et al., 2017)


Asupan makanan yang mengandung tinggi natrium menjadi salah

satu faktor resiko utama penyebab terjadinya penyakit hipertensi.

Nutrisi yang rendah seperti asupan rendah lemak, protein, karbohidrat,

dapat menyebabkan penurunan massa tubuh dan gangguan pada

penyerapan lemak..(Taqiyah & Ramli, 2021)

Perubahan pola makan dapat menurunkan tekanan darah,

mencegah hipertensi dan mengurangi komplikasi yang diakibatkan oleh

hipertensi. Strategi diet untuk mencegah hipertensi seperti mengurangi

asupan natrium, membatasi konsumsi alkohol, meningkatkan asupan

kalium, dan mengadopsi pola diet.

Dalam mengurangi komplikasi yang diakibatkan oleh hipertensi

diperlukan upaya yang berfokus pada perubahan perilaku lingkungan

individu dan lingkungan yang mendorong terhadap pilihan makanan

yang lebih sehat. (Kurnia, 2021)

Pola makan yang sehat akan menjamin sistem kekebalan tubuh

tetap kuat, sehingga membantu menahan serangan virus. Setiap

makanan yang kita konsumsi akan memberikan pasokan nutrisi bagi

tubuh kita terutama protein dan vitamin yang mampu melindungi tubuh

dari penyakit. Protein menyumbang sekitar 75 % untuk sistem

kekebalan tubuh dan berfungsi untuk mengganti sel yang rusak,

membentuk hormon dan menolak virus yang masuk, sedangkan vitamin

A dan vitamin C bermanfaat untuk melindungi kulit, lambung, dan usus

sehingga virus tidak dapat menginfeksi tubuh. (Suhermi et al., 2021)


Makan bukan untuk sekadar kenyang, tetapi perlu memenuhi

kebutuhan nutrisi dan menjaga kesehatan tubuh. Karena itu, masyarakat

hendaknya memahami pedoman gizi seimbang yang saat ini disebut

dengan istilah ''Isi piringku''. Dalam satu porsi sajian, sayur-sayuran dan

buah- buahan hendaknya memiliki porsi separuh bagian piring setiap

makan. Sementara itu, separuh bagian priring lainnya diisi dengan

makanan pokok sumber karbohidrat dan lauk-pauk yang banyak

mengandung protein.

4. Hipertensi

a. Definisi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan

persisten pada pembuluh darah arteri, yang tekanan darah sistolik sama

dengan atau diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama dengan

atau diatas 90 mmHg (Alifah, 2021).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang

sedikitnya 140 mmHg dan tekanan darah diastolik yang sedikitnya 90

mmHg. Hipertensi bukan hanya beresiko tinggi untuk penderita

penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lainnya seperti saraf,

ginjal, dan pembuluh darah, semakin tinggi tekanan darahnya maka

semakin besar resikonya, Menurut Price (Alifah, 2021)

Hal ni terjadi akibat perubahan fisiologis yang terjadi seperti penurunan

respons imunitas tubuh, katup jantung menebal dan menjadi kaku,

penurunan kemampuan kontraktilitas jantung, berkurangnya elastisitas


pembuluh darah, serta kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi.

Perubahan-perubahan inilah yang menyebabkan peningkatan resistensi

vaskuler sehingga lansia cenderung lebih rentan mengalami hipertensi.

(Setiawan, 2013)

Dikutip dari jurnal (Alifah, 2021) menurut American Heart

Association atau AHA dalam Kemenkes (2018) hipertensi merupakan

silent killer yang dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada

setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejalanya

adalah sakit kepala atau tengkuk terasa berat. Vertigo, jantung

berdebar-debar, terasa mudah Lelah, penglihatan kabur, telinga

berdenging (tinnitus) dan mimisan.

b. Jenis-jenis Hipertensi

Hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu hipertesi primer dan

sekunder berikut perbedaannya :

1) Hipertensi primer

Hipertensi primer juga disebut dengan hipertensi ideopatik

karena hipertensi ini mempunyai penyebab yang belum

diketahui. Penyebabnya yang belum jelas atau belum diketahui

tersebut sering dikaitkan dengan faktor gaya hidup yang kurang

sehat. Hipertensi primer merupakan jenis hipertensi yang sering

terjadi dengan presentase 90% dari kejadian hipertensi.


2) Hipertensi sekunder

adalah hipertensi yang disebabkan penyakit lain seperti ginjal,

kelainan hormonal, atau penggunaan obat tertentu. Kondisi

yang mempengaruhi ginjal, jantung, arteria tau endokrim

menyebabkan 5-10% kasus lain (hipertensi sekunder). Ada

beberapa tanda dan gejala yang bisa menunjukkan hipertensi

sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya jelas seperti

penyakit ginjal atau endokrin. Contohnya yaitu obesitas pada

dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan,

punuk kerbau. Selain itu, penyakit tiroid dan akromegali juga

dapat menyebabkan hipertensi yang memiliki tanda dan gejala

yang khas. Perut besar memungkinkan mengidikasikan stenois

arteri renalis atau penyempitan arteri yang mengedarkan darah

ke ginjal. ( Alifah, 2021)

c. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi primer (essensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang 90 % tidak diketahui

penyebabnya.

Berikut merupakan beberapa faktor yang dikaitkan dengan

berkembaangnya hipertensi primer:


a. Genetik

Merupakan individu yang keluarganya memiliki potensi

lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

b. Jenis kelamin dan usia

Untuk laki-laki berusia 35-50 tahun dan untuk wanita yang

sudah menopause berisiko tinggi mengalami hipertensi

c. Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak

Mengkonsumsi garam yang tinggi atau mengkonsumsi

makanan

yang mengandung lemak yang tinggi secara langsung

dapat menyebabkan penyakit hipertensi.

d. Berat badan obesitas Berat

Berat badan yang 25 % melebihi berat badan ideal bisa

menyebabkan penyakit hipertensi.

e. Merokok dan mengkonsumsi alkohol

dapat menyebabkan hipertensi karena reaksi bahan atau zat

yang terkandung dalam keduanya. ( Alifah, 2021)

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya,

Menurut .(Alifah, 2021) Hipertensi sekunder disebabkan oleh

beberapa faktor peyakit diantaranya yaitu:

a. Coarctatio aorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang

terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta


abdominal. Penyempitan pada aorta dapat menghambat

aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan

darah diatas area kontriksi.

b. Penyakit parenkim dan veskular ginjal. Merupakan

penyakit utama yang menyebabkan penyakit hipertensi

sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan

penyempitan.

c. Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung

membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal

pada pasien dengan hipertensi disebabkan aterosklerosis

atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan

fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,

inflamasi, serta perubahan struktur dan fungsi ginjal.

d. Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen) dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme

renin-aldosteron-mediate volume expantion. Tekanan

darah akan Kembali normal setelah beberapa bulan

penghential oral kontrasepsi.

e. Gangguan endokrin. Adrenal mediate hypertension

disebabkan karena kelebihan primer aldosterone, kortisol,

dan katekolamin
f. Obesitas dan malas berolahraga

g. Stress dapat menyebabkan hipertensi untuk sementara

waktu

h. Kehamilan

i. Luka bakar

j. Peningkatan tekanan vascular

k. Merokok

d. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut jurnal (Michael, Devita Natalia, Santa

Lin Margaretta, Wurry Devian Putra & Gabrielia, 2014) berdasarkan

(JNC VIII)

Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Sistolik (mmHg) Grade

Normal < 120 < 80

> 60 tahun > 150 > 90 A

< 60 tahun > 140 > 90 A(30-59 tahun)

E(18-29 tahun)

>18tahun(dengan > 140 > 90 E

CKD dan DM)

e. Manifestasi Klinis Hipertensi Menurut (Alifah, 2021)

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan pada tekanan darah, selain penentuan


tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti

arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah

yang tidak teratur.

2. Gejala yang lazim Gejala yang biasanya menyertai

hipertensi yaitu nyeri kepala dan kelelahan. Dalam

kenyataannya hal ini merupakan gejala yang lazim

mengenai kebanyakan pasien yang meminta pertolongan

medis.

Beberapa tanda dan gejala pasien yang mengalami

hipertensi yaitu:

a. Sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaktis

h. Kesadaran menurun

f. Faktor resiko hipertensi

Menurut (Alifah, 2021) Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi

2 yaitu:

1. Faktor yang tidak dapat diubah

a. Riwayat keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti ayah, ibu,

saudara kandung, kakek dan nenek yang menderita

hipertensi akan lebih beresiko terkena hipertensi.

b. Usia

Tekanan darah akan cenderung meningkat dengan

bertambahnya usia. Untuk laki-laki akan meningkat pada

usia diatas 45 tahun sedangkan untuk wanita akan

meningkat pada saat usia diatas 55 tahun.

c. Jenis kelamin

Hipertensi pada orang dewasa biasanya lebih banyak

ditemukan pada laki-laki dari pada pada wanita.

d. Ras/etnik

Hipertensi dapat menyerang semua orang tanpa

memandang ras dan etnik.

2. Faktor yang dapat diubah

Kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan

hipertensi antara lain:

a. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan hipertensi, karena rokok mengandung

nikotin Nikotin terserap pembuluh darah kecil dalam

paru-paru dan diedarkan ke otak. Didalam otak, nikotin

memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas


epinefrin atau adrenalin yang akan menyempatkan

pembuluh darah dan akan memaksa jantung bekerja lebih

berat karena tekanan darah yang lebih tinggi

b. Kurang aktivitas fisik

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

dihasilkan

oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.

Jika kurang melakukan aktivitas fisik maka faktor risiko

independent untuk penyakit kronis dan secara

keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian

secara global

c. Konsumsi alcohol

Alkohol mempunyai efek yang hampir sama dengan

karbon

monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah.

Darah akan menjadi lebih kental dan jantung dipaksa

mempompa darah lebih kuat lagi agar sampai ke jaringan

mencukupi. Maka dapat disimpulkan bahwa

mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan tekanan

darah naik.

d. Kebiasaan minum kopi

Salah satu zat yang dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah adalah kafein. Didalam tubuh manusia


kafein bekerja dengan cara memicu produksi hormon

adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa di dalam sel

saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah,

setelah mengkonsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-

30 menit dan bertahan hingga 12 jam.

e. Kebiasaan konsumsi makanan yang banyak mengandung

garam

Konsumsi garam secara berlebihan akan mengakibatkan

tekanan

darah meningkat.

natrium merupakan kation utama dalam cairan

ekstraseluler tubuh yang berfungsi untuk menjaga

keseimbangan cairan. Natrium yang berlebihan dapat

mengganggu keseimbangan cairan dalam tubuh sehingga

menyebabkan edema atau asites dan hipertensi.

f. Kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung lemak

lemak yang ada didalam makanan atau hidangan

memberikan kecenderungan untuk meningkatkan

kolesterol darah, terutama lemak hewani yang

mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi

bertalian dengan meningkatkan prevalensi penderita

penyakit hipertensi.
g. Komplikasi hipertensi

komplikasi hipertensi menurut (Alifah, 2021)yaitu :

1. Stroke

Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri

yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan

pada pembuluh darah sehingga aliran darah pada area

tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis

dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.

2. Infark miokardium

Infark miokardium terjadi pada waktu arteri coroner

mengalami

arterosklerotik tidak bisa menyuplai oksigen yang cukup ke

miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel

maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat terpenuhi

dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

3. Gagal ginjal

Kerusakan ginjal disebabkan karena tingginya tekanan pada

kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat

darah akan mengalir ke inti fungsional ginjal, neuron


terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.

Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui

urin dan terjadi tekanan osmotik koloid plasma berkurang

sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.

4. Ensefalopi

Kerusakan otak atau ensefalopi terjadi pada hipertensi

maligna

(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat).

Tekana yang tinggi disebabkan karena kelainan yang

membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

ke dalam ruang intertisium dieluruh susunan saraf pusat,

yang mengakibatkan neuro-neuro disekitarnya terjadi koma

dan kematian.
1. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

Lanjut Usia

Perubahan
Fisiologis

Kekakuan
Kardio Pembuluh
pembuluh
darah
darah

Stress Peningkatan Tekanan Darah Pola Makan

Hipertensi Konsumsi Garam


Hormon
Berlebih

Natrium Meningkat

Skema 1. Kerangka Teori Penelitian(Darmarani et al., 2020);

(Ladyani et al., 2021); (Mamahit et al., 2017); (Alifah, 2021);

(Setiawan, 2013).
Lansia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu

proses yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang

ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.Kegagalan ini berkaitan

dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual. Lansia adalah dua atau lebih individu yang

bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya

untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.(Darmarani et

al., 2020)

Stress merupakan suatu keadaan yang diakibatkan oleh

perubahan lingkungan dan dianggap menantang dan mengancam atau

merusak keseimbangan dinamis seseorang.Stress yang dialami lansia

penyebabnya dikarenakan faktor psikologis seperti cemas, depresi, dan

kebingungan untuk menerima keadaannya kambuh tekanan darah

diatas batas normal (Ladyani et al., 2021)

Para lanjut usia tidak mengetahui penyebab tekanan darahnya

meningkat, yang selain dikarenakan oleh faktor usia, juga dikehidupan

sehari-hari lansia sering sekali menerapkan pola makan yang tidak

teratur, mengkonsumsi makanan rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula,

dan mengandung banyak garam yang dapat menyebabkan tekanan

darah lansia meningkat melebihi normal (hipertensi). Ketika tubuh kita


mendapatkan asupan garam yang terus meningkat, maka volume darah

akan meningkat dan dapat meningkatkan beban kerja pada jantung.

Arterioskclerosis, kerusakan pada ginjal, masalah pembuluh darah,

serangan jantung dan stroke adalah beberapa kondisi dari risiko

hipertensi.(Mamahit et al., 2017)

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang

sedikitnya 140 mmHg dan tekanan darah diastolik yang sedikitnya 90

mmHg. Hipertensi bukan hanya beresiko tinggi untuk penderita

penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lainnya seperti saraf,

ginjal, dan pembuluh darah, semakin tinggi tekanan darahnya maka

semakin besar resikonya. ( Alifah, 2021)

Hal ni terjadi akibat perubahan fisiologis yang terjadi seperti penurunan

respons imunitas tubuh, katup jantung menebal dan menjadi kaku,

penurunan kemampuan kontraktilitas jantung, berkurangnya elastisitas

pembuluh darah, serta kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi.

Perubahan-perubahan inilah yang menyebabkan peningkatan resistensi

vaskuler sehingga lansia cenderung lebih rentan mengalami hipertensi.

(Setiawan, 2013)
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN

DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. (Susilo, Wihelmus & Aima, 2013)

Tingkat
Stress

Hipertensi

Pola Makan

Keterangan :

: Diteliti

: Berhubungan

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Stress dan Pola Makan Dengan Tekanan

Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi Di UPTD Puskesmas Baturiti I.


B. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya

dalam penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan

tingkat stress dan pola makan dengan tekanan darah pada lanjut usia

hipertensi di UPTD Puskesmas Baturiti I

(Susilo, Wihelmus & Aima, 2013)

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang memberikan makna

atau variabel dengan menentukan kegiatan yag diperlukan untuk mengukur

variabel. (Arikunto Suharsimi, 2013)

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Tingkat Suatu reaksi Mengobservasi Kuesioner Normal : skor 0- Ordinal
Stress atau respons responden. DASS 14
tubuh lansia (DEPRESSIO Ringan : skor
terhadap N ANXIETY 15-18
stressor STRESS SCAL Sedang : skor
psikososial. ES) 19-25
Berat : skor 26-
33
Sangat berat :
skor >34
Pola kebiasaan Mengobservasi Kuesioner FFQ Baik : >mean/ Ordinal
Makan lansia untuk responden (FOOD median
memenuhi FREQUENCY (berdasarkan
kebutuhan QUESIONERE normalitas data)
pokok yang ) Buruk : skor
dibutuhkan mean/median
setiap saat (berdasarkan
untuk normalitas data)
kelangsungan
hidup dan
memberikan
energi pada
setiap harinya.
Hipertensi peningkatan Mengukur dan Sphygmomano - Pre hipertensi Ordinal
tekanan mengobservasi meter manual (120-139/80-89
persisten pada tekanan darah dan stetoskop. mmHg)
pembuluh responden. - Ringan (140-
darah arteri, 159/90-99
yang tekanan mmHg)
darah sistolik - Sedang (160-
sama dengan 179/100-109)
atau diatas 140 -Berat
mmHg dan (>180/>110
tekanan darah mmHg)
diastolik sama
dengan atau
diatas
90 mmHg.
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu non eksperimental bersifat penelitian

kuantiatif yang menggunakan metode analitik observasinal dan pendekatan

cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat.

Variabel independen pada penelitian ini yaitu tingkat stress dan pola makan,

sedangkan variabel dependen pada penelitian ini yaitu hipertensi.

B. Populasi Dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan elemen yang akan dijadikan

wilayah generalisasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memeriksakan

kesehatannya di UPTD Puskesmas Baturiti I sebanyak 50 orang.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. (Arikunto Suharsimi, 2013)

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling

khususnya total sampling.


C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilakukan di UPTD Puskesmas Baturiti I,

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember

sampai dengan bulan April 2022.

E. Etika Penelitian

Komisi Etik penelitian ini akan dilakukan di STIKES Bina Usada

Bali. Masalah etika penelitian dalam keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, oleh sebab itu etika penelitian

harus diperhatikan. (Susilo, Wihelmus & Aima, 2013)

Berdasarkan (Susilo, Wihelmus & Aima, 2013) secara umum prinsip

etika penelitian dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat,

prinsip menghargai hak-hak subyek, dan prinsip keadilan.

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa

partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,


tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek

dalam bentuk apa pun.

c. Risiko (benefits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responsden (right to self

determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai

hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun

tidak, tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed

consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya

akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.


3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan

dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

c. Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)

dan rahasia (confidentiality).

F. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih oleh

peneliti dan dipergunakan untuk menggali data, sehingga proses kegiatan

pengumpulan data dapat berlangsung dengan baik.(Susilo, Wihelmus &

Aima, 2013).

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner

dan sphygmomanometer manual dengan stetoskop.

2. Validitas dan Reliabilitas

a. Uji validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data.


Ada dua hal penting yang harus dipenuhi dalam menentukan

validitas pengukuran yaitu :

1. Relevan isi instrumen

Isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan

khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi

tersebut biasanya dapat dijabarkan dalam definisi operasional.

2. Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran

Instrumen yang disusun harus dapat memberikan gambaran

terhadap perbedaan subjek penelitian.

b. Uji reliabilitas merupakan kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup diukur dan diamati

berkali-kali dalam waktu yang berlainan.(Nursalam, 2015)

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada

rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan. (Nursalam,

2015).

1. Prosedur Administratif

a. Peneliti mengurus surat studi pendahuluan di prodi STIKES Bina

Usada Bali.
H. Pengolahan Data

Menurut (Riyanto, 2011) tahapan pengolahan data antara lain :

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah

kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden,

relevan jawaban dengan pertanyaan.

2. Coding

Merupakan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan.

3. Entry Data

Setelah data sudah di koding maka langkah selanjutnya melakukan entry

data atau memasukan data dari kuesioner kedalam program komputer.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di

entry apakah ada kesalahan atau tidak.

I. Rencana Analisa Data

a. Analisa data univariat merupakan analisis yang melibatkan satu

variabel bebas, dilakukan untuk memperoleh gambaran masing- masing

variabelnya

b. Analisa data bivariat merupakan analisis yang melibatkan yakni satu

variabel bebas dan satu variabel terikat yang digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya suatu hubungan antara variabel. (Juliani &

Arma, 2018)
Analisa data penelitian ini akan menggunakan uji spearman rank,

merupakan salah satu ukuran deskriptif untuk mengukur tingkat

korelasi (interdependency) dua variabel, dengan syarat kedua variabel

minimal mencapai pengukuran ordinal.


DAFTAR PUSTAKA

Alifah, U. (2021). dian eka putri. 3(2), 6.

Alifah, U. (2021). Manajemen Aktivitas Fisik Pada Hipertensi.

Arikunto Suharsimi. (2013). PROSEDUR PENELITIAN.

Azizah, R., & Hartanti, R. D. (2016). Hubungan Antara Tingkat Stress

Dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Wonopringgo Pekalongan. Jurnal Universyty Reseach

Coloquium, 261–278.

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/7

766/Mahasiswa %28Student Paper

Presentation%29%281%29_31.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Darmarani, A., Darwis, H., & Mato, R. (2020). Hubungan Pengetahuan

Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Kecamatan Mamasa.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(4), 366–370.

Gimeno-Gilles, C., Lelièvre, E., Viau, L., Malik-Ghulam, M., Ricoult,

C., Niebel, A., Leduc, N., Limami, A. M., Schmidt-Lebuhn, A. N.,

Fuchs, J., Hertel, D., Hirsch, H., Toivonen, J., Kessler, M.,

Loureiro, J., Lavania, U. C. U. C., Srivastava, S., Lavania, S., Basu,


S., … Yao, J. L. (2016). Prisilia. Euphytica, 18(2), 22280.

http://dx.doi.org/10.1016/j.jplph.2009.07.006%0Ahttp://dx.doi.or

g/10.1016/j.neps.2015.06.001%0Ahttps://www.abebooks.com/Tre

ase-Evans-Pharmacognosy-13th-Edition-

William/14174467122/bd

Juliani, S., & Arma, N. (2018). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan

Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan Keberhasilan ASI Eksklusif

Di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan

Petisah. Jurnal Bidan Komunitas, 1(3), 115.

https://doi.org/10.33085/jbk.v1i3.3979

Kemenkes. (2019). Infodation Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI.

Kesehatan, D. (2018). Pedoman Puskesmas Santun Lanjut.

Kurnia, A. (2021). Pengaruh manajemen diet berbasis keluarga

terhadap wilayah kerja puskesmas cibeureum kota tasikmalaya.

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Hadasa, 21(1), 54–64.

Ladyani, F., Febriyani, A., Prasetia, T., & Berliana, I. (2021).

Hubungan antara Olahraga dan Stres dengan Tingkat Hipertensi

Pada Lansia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 82–


87. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.514

Mamahit, M., Mulyadi, N., & Onibala, F. (2017). Hubungan

Pengetahuan Tentang Diet Garam Dengan Tekanan Darah Pada

Lansia Di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal Keperawatan

UNSRAT, 5(1), 105373.

Michael, Devita Natalia, Santa Lin Margaretta, Wurry Devian Putra, C.

R., & Gabrielia. (2014). Tata Laksana Terkini pada Hipertensi.

Jurnal Kedokt Meditek, 20(52), 36–41.

ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Ked/article/view/1012

Ninla Elmawati Falabiba. (2019). ninla. 9–62.

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pendekatan Praktis. In Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pendekatan Praktis (4th ed.). Jakarta. In Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.

ProvinsiBali, D. (2018). Laporan Tahunan Data Kesehatan Provinsi

Bali.

Riyanto, agus. (2011). PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

KESEHATAN.
Setiawan, G. W. (2013). Pengaruh Senam Bugar Lanjut Usia (Lansia)

Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal E-Biomedik,

1(2), 760–764. https://doi.org/10.35790/ebm.1.2.2013.3632

Situmorang, F. D. (2020). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Anggota Prolanis Di Wilayah Kerja Puskesmas

Parongpong. Klabat Journal of Nursing, 2(1), 11.

https://doi.org/10.37771/kjn.v2i1.417

Statistik, B. (2018). Profil Penduduk Menurut Usia.

Suhermi, S., Jama, F., & Ramli, R. (2021). Edukasi Pola Makan yang

Baik dan Bergizi Pada Warga dimasa Pandemi Covid 19. 1(1), 24–

27.

Susilo, Wihelmus, H., & Aima, H. (2013). PENELITIAN DALAM

ILMU KEPERAWATAN. Jakarta: IN MEDIA.

Taqiyah, Y., & Ramli, R. (2021). Manajemen Nutrisi dan Terapi Diet

pada Pasien Hipertensi. 1(1), 11–15.

Tyas, S. A. C., & Zulfikar, M. (2021). Hubungan Tingkat Stress Dengan

Tingkat. Jurnal Keperawatan Kontemporer, 1(2), 75–82.

https://jurnal.ikbis.ac.id/JPKK/article/view/272
Zurmiati, K. (2018). Diagnosa Penyakit Lanjut Usia Pada Poli Penyakit

Dalam Di RSUD Rantauprapat. UNET : Jurnal Informatika

Teknologi, 2(2), 1–7.


LAMPIRAN
No. : 073/BUB-KEP-UP2M/SP/VI/2021

Lamp : -
Perihal : Permohonan Studi Pendahuluan

Kepada
Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kabupten Tabanan
di –
Tempat

Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir Mahasiswa, bersama ini mahasiswa kami mengajukan
permohonan ijin untuk melaksanakan Studi Pendahuluan sebagai berikut:

Nama Mahasiswa : AA Made Agus Dwi Suprastha


NIM : C1118067
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Stress Dan Pola Makan Dengan Tekanan Darah Pada
Lanjut Usia Hipertensi Di UPTD Puskesmas Baturiti I
Tempat : UPTD Puskesmas Baturiti I
Data yang diperlukan : Data Lansia yang Menderita Hipertensi
Alokasi Waktu : 24 Juni 2021 s/d 24 Juli 2021
Contact Person 081239751236

Demikian permohonan ini kami sampaikan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.

Badung, 03 Juni 2021


STIKES BINA USADA BALI
S1 Keperawatan
Ka.Prodi

Ns I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep


NIK: 11.01.0045
Tembusan disampaikan kepada Yth.;
1. Kepala Puskesmas Baturiti I
2. Kesbangpol Kabupaten Tabanan
3. Arsip
4.
5.
Nomor : 070/3100/IZIN-C/DISPMPT   Kepada
Lampiran Yth. Bupati Tabanan
cq. Kepala Badan Kesbang Pol dan Linmas
Lampiran :- Kabupaten Tabanan
Hal : Surat Keterangan Penelitian /    di -
Rekomendasi Penelitian     Tempat

I. Dasar
1. Peraturan Gubernur Bali Nomor 63 Tahun 2019 tanggal 31 Desember 2019 Tentang Standar Pelayanan
Perizinan Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
2. Surat Permohonan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali Nomor 073/BUB-KEP-
UP2M/SP/VI/2021, tanggal 03 Juni 2021, Perihal Permohonan Izin Penelitian.
II. Setelah mempelajari dan meneliti rencana kegiatan yang diajukan, maka dapat diberikan Rekomendasi
kepada:
Nama : Aa Made Agus Dwi Suprastha

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Gunung Sangiang, Link Padangsambian

Judul/bidang : Hubungan tingkat stress dan pola makan dengan tekanan darah pada lanjut usia
hipertensi di UPTD PUSKESMAS BATURITI 1

Lokasi Penelitian : UPTD Puskesmas Baturiti I

Jumlah Peserta : 1 Orang

Lama Penelitian : 1 Bulan (24 Juni 2021 - 24 Juli 2021)

III. Dalam melakukan kegiatan agar yang bersangkutan mematuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan kegiatan agar melaporkan kedatangannya kepada Bupati/Walikota setempat atau
pejabat yang berwenang.
b. Tidak dibenarkan melakukan kegiatan yang tidak ada kaitanya dengan bidang/judul Penelitian. Apabila
melanggar ketentuan Surat Keterangan Penelitian / Rekomendasi Penelitian akan dicabut dihentikan
segala kegiatannya.
c. Mentaati segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta mengindahkan adat istiadat dan
budaya setempat.
d. Apabila masa berlaku Surat Keterangan Penelitian / Rekomendasi Penelitian ini telah berakhir, sedangkan
pelaksanaan kegiatan belum selesai, maka perpanjangan Surat Keterangan Penelitian / Rekomendasi
Penelitian agar ditujukan kepada instansi pemohon.

   Bali, 04 Juni 2021


IZIN INI DIKENAKAN a.n GUBERNUR BALI
TARIF RP 0,-    KEPALA DINAS
   ANAK AGUNG NGURAH OKA SUTHA DIANA
   NIP. 19631022 199108 1 001

Tembusan kepada Yth


1. Gubernur Bali Sebagai Laporan
2. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Bali di Denpasar
3. Yang Bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai