Anda di halaman 1dari 33

Proposal Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Pentingnya Komunikasi di Dunia Kesehatan demi Menunjang


Kesembuhan Pasien di SMK Kesehatan Panca Atma Jaya Klungkung

Oleh : Kelompok 1

1. A.A Istri Mita Riski { C1120001 }


2. Dewa Ayu Putu Moy Istri Paramitha { C1120002 }
3. Dewa Made Laksemana Dwipa { C1120003 }
4. Gede Wahyudiartha { C1120004 }
5. I Gede Karisma Nanda { C1120005 }
6. I Gusti Ayu Mitha Destriani { C1120006 }
7. I Gusti Ayu Wanda Damayanti { C1120007 }
8. I Gusti Ayu Wulandari { C1120008 }
9. I Made Rai Nanda Wibawa { C1120009 }
10. I Putu Ngurah Dwijayana { C11200010 }
11. I Wayan Juliarta { C1120011}
12. Kadek Mulliani { C1120012 }
13. Kadek Vina Meirayanthi { C1120013 }
14. Kadek Widiasih { C1120014 }
15. Luh Ade Rista Oktaviani { C1120015 }
16. Luh Pande Diah Kusuma Wardhani { C1120016 }
17. Ni Kadek Ari Widiatuti { C1120017 }
18. Ni Kadek Devi Kurnia Sari { C1120018}
19. Ni Kadek Pande Dwi Jayanti { C1120019 }

STIKES BINA USADA BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Tahun 2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN
PENGABDIAN MASYARAKAT DI SMK KESEHATAN PANCA ATMA JAYA
Berdasarkan penilaian dari tanggung jawab proposal STIKES Bina Usada Bali, maka
proposal pengabdian masyarakat di SMK Kesehatan Panca Atma Jaya dengan :
1. Judul : Pentingnya Komunikasi di Dunia Kesehatan demi
Menunjang Kesembuhan Pasien
2. Ketua Pelaksana :
2.1 Nama : Ni Komang Purwaningsih, S.S., M.Hum
2.2 NIK : 11.11.00284
2.3 Pangkat / golongan : Lektor / IIIc
2.4 Jabatan : Penata
2.5 Program Studi : S1 Keperawatan
2.6 Alamat :
- Kantor : Jalan Raya Padang Luwih, Tegal Jaya, Dalung, Kuta Utara
Kabupaten Badung
- Telepon : 081805435792
3. Personalia
- Jumlah anggota
pelaksana : 19 Orang
4. Tempat Kegiatan : STIKES Bina Usada Bali
5. Biaya Total : Rp. 285.000

Mengetahui Mangupura , 19 September 2020


Ka. Prodi S1 Keperawatan Ketua Pelaksana

(Ni Komang Purwaningsih, S.S., M.Hum)


NIK : 11.01.0045 NIK : 11.11.00284

i
Mengetahui
Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat
STIKES Bina Usada Bali
Ketua

Ns. Gede Arya Bagus Arisudhana, S.Kep., M.Kep


NIK : 16.02.0089

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rakhmat dan berkat baik-Nya,
masih memberikan ruang dan waktu serta kesehatan kepada penulis sehingga Karya tulis ini dapat selesai
sesuai waktunya. Karya untuk mengikuti kegiatan Pengabdian Masayarakat dengan judul : Pentingnya
Komunikasi di Dunia Kesehatan demi Menunjang Kesehatan Pasien. Karya tulis ini tidak cukup hanya
dengan kerja keras dan ketekunan kelompok, melainkan karena adanya campur tangan , bimbingan,
bantuan, dorongan, dan motivasi. Dari berbagai pihak. Oleh karenanya ijinkan penulis mengucapkan
terimakasih kepada yth :
1. Bapak Pembina dan Ketua STIKES Bina Usada Bali, yang telah menyetujui kegiatan.
2. Ka. Prodi S1 Keperawatan STIKES Bina Usada Bali Ibu Dosen Ni Komang
Purwaningsih, S.S., M.Hum, yang telah membantu dalam pembuatan Karya tulis ini,
sehingga beban tugas menjadi lebih ringan.
3. Kepada Kepala Sekolah SMK Kesehatan Panca Atma Jaya yang telah memberikan ijin
kepada kami untuk melakukan penyuluhan di lingkungan sekolah

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sekalipun Karya tulis ini sudah penulis susun secara cermat
dan penuh kesungguhan namun tidak menutup kemungkinan masih ada celah ketidaksempurnaan. Oleh
karenanya saran dan kritik untuk memperbaiki Karya tulis yang lebih baik dikemudian harinya. Semoga
kegiatan ini bermanfaat bagi semua belah pihak.

Penulis

iii
ABSTRAK

Komunikasi adalah suatu aspek terpenting dan yang kompleks dalam kehidupan
manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia
lain, baik yang sudah dikenal atau yang tidak dikenal sama sekali” Stephen (dalam
Morisson, 2013:1).
Komunikasi sangat penting dilakukan perawat dengan klien untuk mengetahui
kekuatan, kelemahan, dan kebutuhan klien (Potter & Perry, 2009). Melalui komunikasi
yang baik, perawat dapat mengidentifikasi masalah klien dan mengomunikasikan secara
lisan atau tertulis kepada anggota tim perawatan kesehatan lainnya (Kozier, 2016). Selain
itu tanpa komunikasi yang jelas, perawat tidak dapat memberikan kenyamanan dan
dukungan emosional, memberikan perawatan secara efektif, membuat keputusan dengan
pasien dan keluarga, melindungi pasien, mengoordinasikan dan mengelola perawatan
pasien, membantu pasien dalam rehabilitasi, dan memberikan pendidikan kepada pasien
(Potter & Perry, 2009).
Di dalam profesi dunia keperawatan, komunikasi antara perawat dengan pasien
merupakan sebuah kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang perawat, kompetensi
inilah yang menentukan keberhasilan seorang perawat dalam membantu masalah kesehatan
pasien.

Kata Kunci : Komunikasi, profesi

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................................ iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. v
BAB I 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...............................................................................................................1
B. Analisis situasi ...............................................................................................................1
C. Rumusan Masalah ..........................................................................................................2
D. Tujuan Kegiatan .............................................................................................................2
E. Manfaat Kegiatan ...........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................ 3
KAJIAN TEORI ........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Komunikasi ........................................................................................................3
2.2 Pengertian Komunikasi Terapeutik.....................................................................................3
2.3 Komponen Komunikasi .......................................................................................................4
2.4. Tingkat Hubungan Komunikasi .........................................................................................4
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi ................................................................5
2.6 Tujuan Komunikasi Terapeutik ...........................................................................................7
2.7 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik .................................................................................8
2.8 Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship ...........................................................9
2.9 Teknik Komunikasi Terapeutik ........................................................................................11
BAB III .................................................................................................................................... 13
METODE ................................................................................................................................. 13
3.1 Metode kegiatan .................................................................................................................13
3.2 Sasaran kegiatan.................................................................................................................13
3.3 Rencana Kegiatan ........................................................................................................14
3.4 Rencana Anggaran .......................................................................................................15
3.5 Organisasi Pelaksana ...................................................................................................15
BAB IV .................................................................................................................................... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................ 19
4.1 Pembahasan Rumusan Masalah ...................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 27

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
" Komunikasi adalah suatu aspek terpenting dan yang kompleks dalam
kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya
dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal atau yang tidak dikenal sama sekali”
Stephen (dalam Morisson, 2013:1). Karena dengan berkomunikasi manusia dapat
mengetahui keadaan setiap individu disekitarnya. Menurut Dr. Everett Kleinjan dari
East West Center Hawaii dalam (Cangara 1998:1), mengatakan bahwa komunikasi
sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas.
Sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu berkomunikasi. Masyarakat yang
senantiasa selalu berkomunikasi maka terjadilah keseimbangan dalam hidupnya.
Peristiwa komunikasi dapat terjadi dimana saja selama dalam tempat tersebut terdapat
manusia lainnya.Peristiwa komunikasi tidak mengenal tempat, dimana saja kita bisa
melakukan aktivitas komunikasi dan aktivitas komunikasi dapat terjadi pada siapa
saja, seperti komunikasi yang terjadi antara perawat dengan pasien. Seorang perawat
memegang pengaruh penting bagi kesehatan seorang pasien, karena seorang perawat
lebih memahami mengenai ilmu keperawatan dibandingkan dengan seseorang yang
tidak belajar mengenai dunia keperawatan. Di dalam profesi dunia keperawatan,
komunikasi antara perawat dengan pasien merupakan sebuah kompetensi yang harus
dikuasai oleh seorang perawat, kompetensi inilah yang menentukan keberhasilan
seorang perawat dalam membantu masalah.
B. Analisis situasi
Kegiatan pengabdian masyarakat akan dilaksanakan di SMK Kesehatan Panca
Atma jaya berdasarkan survei yang telah dilakukan maka disimpulkan ada beberapa
siswa-siswi belum mengenal pentingnya komunikasi didunia kesehatan demi
menunjang kesehatan pasien maka dari pada itu kami memberikan pendidikan terkait
komunikasi. Ditinjau dari keadaan lingkungan di SMK Kesehatan Panca Atma Jaya
yang beralamat di Jln.Ngurah Rai XXVII Semarapura memiliki luas tanah 1,77 are
serta lingkungan yang bersih,parkiran luas,serta bangunan gedung lantai 3 seluruhnya
terdapat V ruang kelas,kira-kira terdapat XXV orang perkelas,terdapat I ruang lab, I
ruang lab computer, I ruang UKS, I ruang tata usaha I ruang BK, I ruang kepsek, I
ruang wakasek, I ruang guru, II toilet,jumlah guru XXI orang.

1
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penempatan komunikasi terapeutik dalam proses asuhan keperawatan
?
2. Bagaimana komunikasi dapat menjadi penunjang kesembuhan pasien ?
3. Apa yang dapat menjadi penghambat perawat dalam berkomunikasi dengan
pasien ?
4. Dampak apa yang ditimbulkan dari adanya komunikasi antar perawat dengan
pasien ?
D. Tujuan Kegiatan
1. Untuk menambah wawasan siswa/siswi SMK Kesehatan Pnaca Atma Jaya
bagaimana cara penempatan komunikasi dalam asuhan keperawatan.
2. Untuk menambah pengetahuan siswa/siswi SMK Kesehatan Pnaca Atma Jaya
akan pentingnya komunikasi dalam dunia kesehatan.

E. Manfaat Kegiatan
1. Bagi siswa, kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan pentingnya
komunikasi yang akan memudahkan perawat untuk mengetahui keluhan yang kita
alami saat ini
2. Bagi sekolah, kegiatan ini diharapkan mampu memberikan inspirasi sehingga ke
depannya setiap sekolah memiliki siswa dalam berkomunikasi .
3. Bagi pemerintah, tulisan ini diharapkan mampu memberikan masukan terkait
dalam penyempurnaan berkomunikasi.
4. Manfaat bagi peneliti, tulisan ini diharapkan mampu memberikan pengalaman
dalam melihat berbagai sisi serta kondisi terkait upaya pemerintah dalam
berkomunikasi.
5. Secara teoritis, tulisan ini diharapkan dapat menambah masyarakat yang berkaitan
dengan berkomunikasi, khususnya berkomunikasi di bidang kesehatan.

2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)
dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan
atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa
verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan
dengan menggunakan gestur tubuh, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
2.2 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan direncanakan
untuk tujuan terapi, dalam rangka membina hubungan antara perawat dengan pasien
agar dapat beradaptasi dengan stress, mengatasi gangguan psikologis, sehingga dapat
melegakan serta membuat pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya mempercepat
proses kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan
pasien. Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan pasien meliputi:
realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri. Sehingga
komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam
komunikasi yang dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk membantu proses
penyembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina
hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik juga dapat
dipersepsikan sebagai proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien
mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan
dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang
menghalangi realisasi diri.
Berikut ini beberapa definisi dari beberapa sumber :
a. Menurut Nursalam (2011) Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran dan
perasaan dan pendapat dalam memberikan nasehat dimana terjadi antara dua
orang atau lebih bekerjasama.

3
b. Menurut Stuart & Sundeen (1985) Terapeutik berarti seseorang mampu
melakukan atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan atau ekspresi yang
memfasilitasi proses penyembuhan.
c. Menurut Stuart & Sundeen (1995) komunikasi terapeutik adalah cara untuk
membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi
dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi
orang lain.
d. Menurut Supriyanto (2010) Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.
e. Menurut Suryani (2005), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat
dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi.
f. Menurut Purwanto (1994) komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.
2.3 Komponen Komunikasi
Menurut Potter dan Perry (2009) Komunikasi mempunyai 6 komponen yaitu :
a. Komunikator : penyampai informs atau sumber informasi
b. Komunikan: penerima informasi atau memberi respon tehadap stimulus yang
disampaikan oleh komunikator.
c. Pesan : gagasan atau pendapat, fakta, informasi atau stimulus yang
disampaikan.
d. Media komunikasi : saliran yang dipakai untuk menyampaikan pesan
e. Kegiatan “encoding” : yaitu perumusan pesan oleh komunikator sebelum
disampaikan kepada komunikan.
f. Kegiatan “ decoding” : penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerima
pesan.
2.4. Tingkat Hubungan Komunikasi
Arwani (2009), mengatakan bahwa dalam dalam menjalin hubungan dengan
klien diperlukan komunikasi, karena komunikasi adalah hubungan itu sendiri,
dimana tanpa komunikasi tersebut hubungan tidak mungkin terjadi. Hubungan yang
baik antara perawat dan klien sehingga pasien puas dengan pelayan yang diberikan.
4
Hubungan yang terapeutik akan terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik
antara keduanya.
Menurut Potter dan Perry ( 2009) tingkat hubungan komunikasi dibagi menjadi 3 :
a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal ini terjadi dalam diri individu sendiri.
Komunikasi ini akan membantu agar seseorang atau individu tetap sadar akan
kejadian di sekitarnya. Kalau anda melamun maka anda sedang melakukan
komunikasi intrapersonal.
b. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau
kelompok kecil. Komunikasi Intepersonal ini merupakan inti dari praktek
keperawatan karena dapat terjadi antara perawat dan klien serta keluarga,
perawat dengan perawat, dan perawat dengan tim kesehatan lain.
c. Komunikasi Massa
Komunikasi masa adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok besar.
Ceramah yang diberikan pada mahasiswa, kampanye, merupakan contoh
komunikasi massa.
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi
Proses Komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan sesorang perawat harus mengerti
pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir dari
orang tersebut. Adalah berbeda cara berkomunikasi anak usia remaja dengan
anak usia balita, kepada remaja, anda barang kali perlu belajar bahasa “gaul”
mereka sehingga remaja yang kita ajak bicara akan merasa kita mengerti
mereka dan komunikasi diharapkan lancer (Potter dan Perry, 2009).
b. Pesepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan
persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi (Potter dan Perry
2009).
c. Nilai
Nilai adalah standart yang memenuhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui
5
dan mengklarifikasikan nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi
yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat
tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya (Potter dan Perry 2009).
d. Latar Belakang Budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. (Potter dan
Perry 2009).
e. Emosi
Emosi merupakan peranan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti
marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi perawat dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan
keluarganya sehingga perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
dengan tepat. Selain itu perawat juga perlu mengevaluasi emosi, yang ada
pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh
emosi bawah sadarnya (Potter dan Perry 2009).
f. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda- beda
(Tanned 2009) dalam Intansari (2010) menyebutkan bahwa wanita dan laki
laki mepunyai perbedaan gaya komunikasi (Potter dan Perry).
g. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan
seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon
pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan
yang lebih tinggi (Potter dan Perry 2009).
h. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat,2009).
i. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana
yang bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan,
ketegangan dan ketidak nyamanan (Potter dan Perry 2009).
j. Lama Bekerja

6
Merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja ditempat kerja. Makin
lama sesorang bekerja semakin banyak pengalaman yang dimilikinya
sehingga akan terasa baik komunikasinya ( Potter dan Perry 2009).
k. Pendidikan
Kemampuan komunikasi dari perawat telah didapatkan pada saat pendidikan
keperawatan maupun pelatihan- pelatihan dalam bidang keperawatan, tetapi
masih ada perawat yang komunikasinya kurang baik (Barjaniartha, 2010).
2.6 Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik adalah dengan memiliki ketrampilan
berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling
percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan professional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi. Komunikasi terapeutik
dalam arti luas bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih
positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :

a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.


Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien.
Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami
perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,
mengalami gangguan gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti
dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima
orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa
adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan saling percaya (Hibdon, 2011). Rogers (2009) dalam Abraham dan
Shanley (2009) mengemukakan bahwa hubungan mendalam yang digunakan
dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk
mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan
kemampuan koping.
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis.

7
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (2011) mengemukakan bahwa
individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga
diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari
ideal dirinya akan merasa rendah diri.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai
rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas
dirinya dan identitas diri yang jelas.
Menurut Supriyanto (2010) tujuan komunikasi terapeutik adalah:
1. Membantu pasien dalam memperbaiki dan mengendalikan emosi sehingga
membantu percepatan penyembuhan dari upaya medis.
2. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan.
3. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya
4. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendirinya sendiri.
5. Komunikasi terapeutik memberikan pelayanan prima (survey excellence atau
tanpa cacat), sehingga dicapai kesembuhan kesembuhan dan kepuasan pasien.
Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 2011) adalah:
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.
2.7 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial,
komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu

8
tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi perawat untuk
memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini :
a. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’.
Hubungan ini tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong
(helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia yang
bermartabat (Dult-Battey,2011).
b. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,
memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar
belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga
dirinya dan harga diri klien.
d. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)
harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart, 2009). Hubungan saling
percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
2.8 Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship
Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan
komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan diantara
keduanya, selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan. Hal inilah yang
pada akhirnya membentuk suatu hubungan ‘helping relationship’. Helping
relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua atau lebih individu maupun
kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks keperawatan
hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara perawat dan klien. Ketika
hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat sebagai penolong (helper)
membantu klien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk mencapai
tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien. Menurut Roger dalam
Stuart G.W (2009), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :
a. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina
hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan
9
bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat,
sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga
sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau
sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J, 2009 dalam Suryani, 2009). Sangat
penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan
klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik
diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh
terhadap perawat.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-
kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang
berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan
sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan
kebingungan bagi klien.
c. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat
komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling
percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap
positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan
terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan
yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu
diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan
dan pikirannya (Burnard, P dan Morrison P, 2010) dalam Suryani, 2010).
d. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan
sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan
klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien (Brammer, 2010 dalam
Suryani, 2009). Dengan bersikap empati perawat dapat memberikan
alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan
permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut
dan turut berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
e. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien

10
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada
klien (Taylor, Lilis dan Le Mone, 2009), oleh karenaya perawat harus mampu
untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang
klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami dan
memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari
komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar
(perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di
inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara.
Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga
memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.
f. Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa
adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam
menjalin hubungan interpersonal (Sullivan, 2009 dalam Antai Ontong, 2010
dalam Suryani, 2009). Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat
terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka
perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
g. Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat
menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan
bersikap sensitif terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata
atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu
klien ataupun diri perawat sendiri Perawat harus mampu memandang dan
menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa
lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
2.9 Teknik Komunikasi Terapeutik
Menurut Uripni dkk (2002), teknik yang dilakukan dalam pelaksanaan komunikasi
terapeutik, adalah sebagai berikut:
1. Mendengar dengan penuh perhatian. Hal ini perawat harus mendengarkan
masalah yang disampaikan oleh klien untuk mengetahui perasaan, pikiran dan
persepsi klien itu sendiri. Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar

11
yang baik adalah menatap matanya saat berbicara, tidak menyilangkan kaki
dan tangan, hindari gerakan yang tidak perlu dan condongkan tubuh kearah
lawan bicara.
2. Menunjukkan penerimaan. Mendukung dan menerima dengan tingkah laku
yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Menerima bukan berarti
menyetujui. Menerima berarti mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan atau ketidaksetujuan.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan. Tujuan perawat bertanya adalah
untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai masalah yang telah
disampaikan oleh klien. Oleh sebab itu, sebaiknya pertanyaan yang diajukan
berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh klien.
4. Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri. Melalui pengulangan
kembali kata-kata klien, seorang perawat memberikan umpan balik bahwa
perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
5. Mengklarifikasi. Klarifikasi terjadi pada saat perawat menjelaskan dalam
kata-kata mengenai ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
Tujuan dari teknik ini untuk menyamakan pengertian.
6. Memfokuskan. Tujuan dari memfokuskan untuk membatasi pembicaraan
sehingga pembicaraan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu
diperhatikan adalah tidak memutuskan pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah yang sedang dihadapi.

12
BAB III
METODE

3.1 Metode kegiatan


Metode yang akan kami gunakan untuk mengatasi permasalahan yaitu metode
ceramah dan tanya jawab dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya
komunikasi dalam dunia Kesehatan dan tujuan dari komunikasi terapeutik untuk
menunjang Kesehatan pasien serta untuk mengetahui penghambat seorang perawat
dalam melakukan komunikasi terapeutik. Sebelum itu ada beberapa tahapan dalam
melakukan metode ini yaitu
1. Pra kegiatan
Pada tahap ini meliputi persiapan dan pengumpulan semua materi yang berkaitan
dengan kegiatan tersebut, termasuk pengurusan izin kegiatan.
2. Kegiatan
Pada tahap ini merupakan tahap utama dalam kegiatan pengabdian masyarakat
ini yaitu meliputi penyuluhan pentingnya komunikasi di dunia kesehatan demi
menunjang kesehatan pasien
3. Pasca kegiatan
Kegiatan ini merupakan tahap evaluasi untuk menilai keberhasilan kegiatan yang
sudah dijalankan melalui diskusi dan tanya jawab.

3.2 Sasaran kegiatan


Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini merupakan siswa dan siswi SMK yang
berada di SMK Kesehatan Panca Atma Jaya yang beralamat di jalan Ngurah Rai no.27
Semarapura untuk menekankan pentingnya berkomunikasi yang baik dan benar demi
dapat menunjang kesehatan pasien .

13
3.3 Rencana Kegiatan

No Materi Hari/Jam Pelaksanaan


Tahap Persiapan
1. Mengurus ijin pengabdian kepada Kamis, 1 Oktober 2020 Tim Pengabdian
siswa SMK Kesehatan Panca Atma 08.00-12.00
Jaya, Klungkung, Bali
2. Melakukan pertemuan untuk Jumat, 2 Oktober 2020 Tim Pengabdian
menetapkan jadwal, tempat, dan 08.00-13.00
pembagian kerjasama anggota tim
3. Merencanakan kegiatan dengan Jumat, 2 Oktober 2020 Tim Pengabdian
anggota pengabdian masyarakat 08.00-13.00
4. Bersama dengan panitia melakukan Sabtu, 17 Oktober 2020 Tim Pengabdian
rapat koordinasi dalam merancang 08.00-08.30
materi kegiatan pertemuan yang
melalui aplikasi zoom
Tahap pelaksanaan
No Materi Hari/Jam Pelaksanaan
1. a. Menjelaskan tujuan dari Tim Pengabdian
penyuluhan yang akan
diberikan
b. Menginformasikan materi
yang akan diberikan
c. Menjelaskan tentang
pengertian komunikasi Sabtu, 17 Oktober 2020
terapeutik 09.30-10.30
d. Menjelaskan tentang konsep
dasar dan prinsip
komunikasi terapeutik
e. Menjelaskan tentang
hubungan perawat dengan
pasien atau helping
relationship
f. Menjelaskan tentang
tahapan komunikasi
terapeutik

14
2. Tanya Jawab Sabtu, 17 Oktober 2020 Tim Pengabdian
10.30-11.00
Tahap Evaluasi
44 Melakukan evaaluasi kegiatan Sabtu, 17 Oktober 2020 Tim Pengabdian
11.00-11.30
2. Menulis laporan kegiatan Sabtu, 17 Oktober 2020 Tim Pengabdian
11.30-13.30

3.4 Rencana Anggaran


No Nama Barang Satuan Harga

1 Print proposal 2 Rp. 66.000

2 Print laporan 2 Rp. 70.000

3 Jilid proposal 4 Rp. 12.000

4 Map merah 1 Rp. 2.000


5 Kenang kenangan 1 Rp. 135.000
Jumlah Rp. 285.000

3.5 Organisasi Pelaksana


1. Ketua Pelaksana
a. Nama : Ni Komang Purwaningsih, S.S., M.Hum
b. NIK : 11.11.00284
c. Jabatan : Penata
d. Bidang Keahlian : Bahasa Inggris
a. Nama : Alfiery Leda Kio, SE., MPH
b. NIK : 12.08.0054
c. Jabatan : Dosen Pengajar
d. Bidang Keahlian : Communication skill
a. Nama : dr. Gede Harsa Wardana, MM., MARS
b. NIK : 13.07.0098
c. Jabatan :-
d. Bidang Keahlian : Manajemen Kesehatan
2. Anggota Pelaksana

15
Nama lengkap : Anak Agung Istri Mita Riski
Nim : C1120001
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Dewa Ayu Putu Moy Istri Paramitha


Nim : C1120002
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Dewa Made Laksamana Dwipa


Nim : C1120003
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Gede wahyudiartha


Nim : C1120004
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : I Gede Karisma Nanda


Nim : C1120005
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : I Gusti Ayu Mitha Destriani


Nim : C1120006
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : I Gusti Wanda Damayanti


Nim : C1120007
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota
16
Nama lengkap : I Gusti Ayu Wulandari
Nim : C1120008
Program Studi : S1 Keperawatan
Status pengabdian : Anggota

Nama lengkap : I Made Rai Nanda Dwijayana


Nim : C1120009
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : I Putu Ngurah Dwijayana


Nim : C1120010
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : I Wayan Juliarta


Nim : C1120011
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Kadek Muliani


Nim : C1120012
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Kadek Vina Meirayanthi


Nim : C1120013
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Kadek Widiasih


Nim : C1120014
Program Studi : S1 Keperawatan
17
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Luh Ade Rista Oktavianti


Nim : C1120015
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Luh Pande Diah Kusuma Wardhani


Nim : C1120016
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Ni Kadek Ari Widiastuti


Nim : C1120017
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Ni Kadek Devi Kurnia Sari


Nim : C1120018
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

Nama lengkap : Ni Kadek Pande Dwi Jayanti


Nim : C1120019
Program Studi : S1 Keperawatan
Status Pengabdian : Anggota

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Rumusan Masalah


1. Bagaimana penempatan komunikasi terapeutik dalam proses asuhan
keperawatan ?
Tahapan Komunikasi Terapeutik pada proses asuhan keperawatan
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), tahapan-tahapan dalam pelaksanaan
komunikasi terapeutik, adalah sebagai berikut :
a. Fase Prainteraksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien. Tahap ini
merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan berkomunikasi
dengan pasien. Perawat perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang
dimiliki. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri
perawat akan dapat memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik ketika
bertemu dan berkomunikasi dengan pasien, jika dirasa dirinya belum siap
untuk bertemu dengan pasien makan perawat perlu belajar kembali dan
berdiskusi dengan teman kelompok yang lebih berkompeten. Perawat
mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien.
b. Fase Orientasi
Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk pertama
kalinya. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan
yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat klien. Dalam
memulai hubungan tugas pertama adalah membina rasa percaya,
penerimaan dan pengertian komunikasi yang terbuka dan perumusan
kontrak dengan klien. Untuk dapat membina hubungan saling percaya
dengan pasien, perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima
pasien, menghargai pasien dan mampu menepati janji kepada pasien.
Selain itu perawat harus merumuskan suatu kontrak bersama dengan
pasien. Kontrak yang harus dirumuskan dan disetujui bersama adalah
tempat, waktu dan topik pertemuan.

19
Perawat juga bertugas untuk menggali perasaan dan pikiran pasien serta
dapat mengidentifikasi masalah pasien. Pada tahap ini perawat melakukan
kegiatan sebagai berikut: memberi salam dan senyum pada klien,
melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan nama
perawat, menanyakan nama kesukaan klien, menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan, menjelaskan kerahasiaan. Tujuan akhir pada fase ini ialah terbina
hubungan saling percaya.
c. Fase Kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan
adalah memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan
keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan
kegiatan sesuai rencana. Perawat memenuhi kebutuhan dan
mengembangkan pola-pola adaptif klien. Interaksi yang memuaskan akan
menciptakan situasi/suasana yang meningkatkan integritas klien dengan
meminimalisasi ketakutan, ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada
klien.
d. Fase Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan
oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan
klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik), mengakhiri
wawancara dengan cara yang baik. Tahap terminasi dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. Terminasi Sementara.
Terminasi sementara merupakan akhir dari pertemuan perawat
dengan pasien, akan tetapi masih ada pertemuan lainnya yang
akan dilakukan pada waktu yang telah disepakati bersama.
b. Terminasi Akhir.
Pada terminasi akhir perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara menyeluruh.
2. Bagaimana komunikasi dapat menjadi penunjang kesembuhan pasien ?
Tiap klien mempunyai pikiran, perasaan, pengalaman, latar belakanag,
budaya, agama, status sosisal, ekonomi dan kebutuhan berbeda beda dalam
mengahadapi masalah. Ada yang mampu mengatasinya dan ada yang tidak
20
dapat mengatasinya. Hal ini tentu bergantung pada koping yang di miliki dan
ada tidak adanya support system (sistem pendukung). Selain itu, ketika
mengalami masalah, tiap individu mengalami hal yang berbeda pula. Ada yang
mampu mengungkapan da nada yang tidak mampu mengungkapan. Untuk itui
di perlukan dokter dan perawat yang mempunyai kepekaan terhadap berbagai
respon klien, mempunyai kemampuan analisis yang cukup tinggi, dan
kemampuan menanggapi respon tersebut.
Dalam menanggapi respon yang di sampaikan klien, dokter perlu
memahami teknik komunikasi terapeutik menurut kamus bahasa Indonesia
(2003:287) teknik adalah cara yang di lakukan seseorng dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Dalam hal ini seorng dokter harus mampu
menggimplementasikan komunikasi terapeutik kepada pasien. Teknik
komunikasi terapeutik sebagai berikut :
a. Mendengarkan (listening)
b. Bertanya
c. Mengulangi (restating)
d. Klarifikasi (clarification)
e. Refleksi (reflection)
f. Membagi persepsi
g. Memfokuskan (focusing)
h. Diam (silence)
i. Memberi imformasi (Imforming)
j. Menyimpulkan (summarizing)
k. Mengubah cara pandang (reframing)
l. Ekplorasi
m. Mengidentifikasi tema
n. Humor
o. Memberikan pujian
3. Apa yang dapat menjadi penghambat perawat dalam berkomunikasi dengan
pasien ?
Adapun jenis-jenis hambatan komunikasi dalam keperawatan di antaranya
adalah :
1. Bahasa

21
Besarnya peran bahasa sebagai alat komunikasi tidaklah
diragukan lagi. Bagi perawat, memiliki keterampilan berbahasa
sangatlah penting agar dapat menyampaikan informasi kesehatan
dengan singkat, padat, dan jelas serta mudah diterima dan dipahami
oleh pasien maupun keluarga pasien.
Namun, perawat juga harus memahami bahwa bahasa juga bisa
menjadi gangguan atau hambatan komunikasi tersendiri. Hal ini terjadi
ketika perawat dihadapkan dengan pasien dan keluarga pasien yang
menggunakan bahasa asing di luar bahasa Inggris yang merupakan
bahasa internasional.
Perawat yang menguasai bahasa asing tentu akan mudah untuk
berkomunikasi dengan pasien atau keluarga pasien. Namun, perawat
yang tidak menguasai bahasa asing tentunya akan menemui kendala
dalam menyampaikan informasi kesehatan, memberikan pelayanan dan
asuhan keperawatan.
2. Gangguan berbicara pasien
Perlu dipahami bahwa masalah yang timbul akibat gangguan
bahasa dalam komunikasi tidak berarti bahwa yang bersangkutan
memliki keterbatasan intelektual. Contoh yang paling nyata adalah
pasien yang terkena stroke. Mereka kerapkali menjadi kesulitan untuk
berbicara dengan orang lain akibat dampak dari serangan stroke itu
sendiri. Untuk itu, perawat atau bahkan keluarga pasien perlu untuk
memahami kesulitan yang dihadapi oleh pasien dengan cara meminta
pasien untuk menuliskan kata-kata yang hendak disampaikan.
3. Budaya
Latar belakang budaya merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi komunikasi dan sekaligus menjadi salah satu penyebab
kegagalan dalam komunikasi antar budaya. Dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya, perawat kerap dihadapkan dengan situasi di mana
pasien atau keluarga pasien memiliki latar belakang budaya yang
berbeda. Perbedaan budaya dapat menjadi faktor yang mengganggu
komunikasi keperawatan karena masing-masing budaya memiliki
perbedaan dalam menafsirkan pesan, baik pesan verbal maupun pesan
nonverbal. Perbedaan ini akan berujung pada terjadinya
22
kesalahpahaman. Untuk itu, perawat atau petugas media lainnya harus
memiliki kepekaan terhadap perbedaan budaya yang ada.
4. Usia
Setiap orang dari berbagai tingkatan usia akan berkomunikasi
dengan cara yang berbeda-beda. Tak jarang, bagi perawat yang telah
berpengalaman pun akan menemui kendala untuk dapat berkomunikasi
secara efektif dengan pasien atau keluarga pasien yang memiliki usia
yang berbeda. Terkadang, perawat yang memiliki pengalaman yang
minim berkomunikasi dengan orang yang lebih muda darinya akan
menemui kesulitan untuk mengetahui apa yang harus dikatakan dan apa
yang harus tidak dikatakan ketika berkomunikasi.
Begitu juga ketika perawat berhadapan dengan pasien atau
keluarga pasien yang berusia lebih tua darinya. Hasil studi
menunjukkan bahwa orang yang lebih tua atau lanjut usia memiliki
gangguan kognitif sehingga perawat harus menguasasi pendekatan
komunikasi pada lansia dan teknik komunikasi dengan anak usia dini.
5. Latar belakang pendidikan
Latar belakang pendidikan memengaruhi kemampuan seseorang
untuk menerima dan memahami informasi. Hasil studi menunjukkan
bahwa pasien atau keluarga pasien yang memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi akan lebih mudah untuk menerima dan memahami
informasi kesehatan yang diberikan oleh perawat. Sebaliknya, tingkat
pendidikan yang rendah dapat menjadi penghambat proses penerimaan
dan pemahaman informasi kesehatan yang diberikan.
Untuk itu, perawat harus mampu menyampaikan informasi
kesehatan sesuai dengan kondisi pasien atau keluarga pasien. Bahasa
yang digunakan pun haruslah bahasa sederhana yang mudah diterima
dan dipahami oleh pasien atau keluarga pasien.
6. Penglihatan pasien
Jenis gangguan lainnya adalah gangguan penglihatan yang
dialami oleh pasien. Pasien yang mengalami gangguan penglihatan
tentu akan menemui kesulitan ketika pasein hendak memeriksakan diri
ke dokter. Sebagai perawat tentu tidak diperkenankan untuk
memberikan arahan yang sama seperti halnya kepada pasien normal
23
kepada pasien dengan keterbatasan penglihatan. Untuk itu, perawat
hendaknya memberikan arahan sambil membimbing pasien ke tempat
yang dituju. Di Amerika Serikat, pasien dengan keterbatasan
penglihatan dapat memanfaatkan hewan seperti anjing atau hewan
lainnya yang telah dilatih sebagai penunjuk jalan bagi pasien.
7. Pendengaran pasien
Selain gangguan penglihatan, gangguan pendengaran yang
dialami pasien juga dapat menjadi kendala tersampaikannya informasi
kesehatan kepada pasien. Bagi pasien yang pendengarannya terganggu
atau mengalami kesusahan mendengar umumnya mereka hanya
mampu mendengarkan suara tetapi tidak memahami apa yang
dikatakan. Mereka hanya mampu mendengarkan dengan jelas suara-
suara tertentu dengan frekuensi suara yang rendah dan suara-suara
tertentu dengan frekuensi suara yang tinggi. Situasi inilah yang kerap
menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi.
Gangguan pendengaran seperti ini kerap ditemui pada pasien
lanjut usia. Untuk itu, perawat harus mengetahui dan memahami
bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dengan segala
keterbatasan yang timbuk seiring dengan bertambahnya usia pasien
agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.
Selain itu ada beberapa hambatan berkomunikasi dalam diri seorang
perawat diantaranya :
1. Kondisi psikologis perawat
Kondisi psokologis perawat dapat mengganggu proses
komunikasi keperawatan. Misalnya, perawat yang mengalami
kelelahan psikologis, dapat memberikan komunikasi nonverbal
atau pesan nonverbal yang tidak sesuai sehingga mengganggu
pelayanan dan asuh keperawatan kepada pasien.
Di sinilah timbul kesalahpahaman dalam menafsirkan
komunikasi nonverbal oleh pasien dan akibatnya pasien pun akan
merasa tidak diperlakukan sebagaimana semestinya
2. Fisik perawat
Selain kelelahan psikologis karena perawat harus
melayani lebih dari satu pasien, gangguan lainnya adalah
24
kelelahan fisik. Kelelahan fisik akibat tingginya beban kerja juga
dapat mempengaruhi perawat memberikan pelayanan yang
terbaik kepada pasien.
Dari hasil studi yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan
bahwa tekanan pekerjaan yang tinggi dapat menghambat
terjalinnya komunikasi antara perawat dan pasien dan keluarga
pasien. Interaksi yang terjadi pun bersifat negatif dan hal ini dapat
mengganggu proses penyembuhan pasien.
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga memegang peran yang sangat
penting dalam mengganggu proses komunikasi keperawatan.
Misalnya, tak jarang ditemukan kurangnya perawat di klinik,
puskemas, atau rumah sakit. Kondisi ini membuat perawat yang
ada harus menangani beberapa pasien sekaligus.
Kondisi ini jelas memberikan pengaruh yang besar pada
perawat. Perawat harus memiliki kesabaran serta mental yang
kuat guna menghadapi situasi lingkungan serta kondisi pasien dan
keluarganya agar tugas dan kewajibannya dalam memberikan
pelayanan dan asuh keperawatan tetap berjalan dengan baik.
Jika perawat tidak mampu mengelola situasi dan kondisi seperti
ini maka perawat akan dianggap tidak bekerja secara profesional.
4. Dampak apa yang ditimbulkan dari adanya komunikasi antar perawat dengan
pasien ?
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan
direncanakan untuk tujuan terapi, dalam rangka membina hubungan antara
perawat dengan pasien agar dapat beradaptasi dengan stress, mengatasi gangguan
psikologis, sehingga dapat melegakan serta membuat pasien merasa nyaman,
yang pada akhirnya mempercepat proses kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Tujuan hubungan
terapeutik diarahkan pada pertumbuhan pasien meliputi: realisasi diri,
penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri. Sehingga
komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari berbagai

25
macam komunikasi yang dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk
membantu proses penyembuhan pasien.
Komunikasi teraupetik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus menerus.
Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud dengan adanya
interaksi yang teraupetik antar keduanya . Keperawatan merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia

26
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Louis. 2012. Http. // Aziz Louis. Prenadamedia. Com /2011/ 03/ Praktika
Komunikasi Terapeutik. Html, diakses tanggal 12/ 02/ 2012 10: 20
Budi Ana Keliath, 1996. Komunikasi Terapeutik Perawat. EGC: Jakarta.
Duffy, K. G. & Wong, F. Y. 2000. Community Psychology (2nd ed). Boston: Pearson
Education.
Mukhripah, Damaiyanti, S. Kep., Ns 2011. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan.
Sumantri, Bambang. 2012. Http: // Sumantri Bambang. Medicastore. Com/ 2012/ 02/
Komunikasi Terapeutik. Html, diakses tanggal 10/ 03/ 2012 15: 51.
Suparyanto, 2012. Konsep pengetahuan. Http :// dr. Suparyanto. Blogspot. Com / 2012/
02/ konsep. Pengetahuan. Html, diakses tanggal 12/ 03/ 2012 16: 46.

27

Anda mungkin juga menyukai