Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT STRESS


IBU DALAM PENDAMPINGAN PEMBELAJARAN DARING
PADA ANAK SEKOLAH DASAR
DI SD NEGERI 1 CULIK

NI KADEK DIAH INTAN PRAMUDYA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP ANAK

1. Pengertian Anak

Anak dalam suatu keluarga merupakan buah cinta kasih dari orang tua

sebagai penerus keturunan, merupakan karunia dan sekaligus amanah dari

Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya

melekat harkat, martabat, hak-hak sebagai manusia yang harus dihormati dan

dijunjung tinggi (Pancasilawati, 2014).

Anak adalah seorang yang berusia 6-11 tahun (Depkes RI 2009). Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia

18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

2. Batasan Usia Anak

a. WHO (World Health Organization) menjelaskan batasan usia anak

adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun.

b. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang


belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan (Soediono, 2014).

c. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum

Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan

diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud

Anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun.

B. PEMBELAJARAN DARING

1. Pengertian Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran jarak jauh melalui internet

dengan media telepon seluler, laptop, atau komputer. Pembelajaran daring

merupakan sebuah inovasi pendidikan yang melibatkan unsur teknologi

informasi dalam pembelajaran. Pembelajaran daring membutuhkan ketelitian

dan kejelian peserta didik dalam merima pembelajaran yang disajikan secara

online (Listyanti & Wahyuningsih, 2021).

Pembelajaran daring yaitu penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam

jaringan untuk menjangkau kelompok target yang massif dan luas, sehingga

pembelajaran daring dapat diselenggarakan dimana saja serta diikuti secara

gratis maupun berbayar (Bilfaqih & Qomarudin, 2015). Selain itu, pembelajaran

daring memanfaatkan jaringan internet dalam proses pembelajaran dan


memberikan metode pembelajaran yang efektif seperti berlatih dengan adanya

umpan balik, menggabungkan kegiatan kolaboratif dengan belajar mandiri,

personalisasi pembelajaran berdasarkan kebutuhan anak yang menggunakan

simulasi dan permainan (Ghirardini, 2011; Isman, 2016).

Pembelajaran daring dapat menggunakan teknologi digital seperti Google

Classroom, Ruang Guru, Zoom, Google Meet, Instagram, dan lainnya dengan

metode ceramah online, video pembelajaran, atau memanfaatkan kontenkonten

pembelajaran dari berbagai sumber (Kusumaningrum et al., 2020).

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Daring

a. Kelebihan Daring

Kelebihan dari sistem pembelajaran ini yaitu membentuk suasana belajar

yang baru, tersebut membuat peserta didik antusias dengan belajar secara

online. Selain itu, jika dilihat dari sisi kekeluargaan, pembelajaran daring

akan membuat orang tua lebih memahami kemampuan anak (Listyanti &

Wahyuningsih, 2021).

b. Kelemahan Daring

Adapun kelemahan dari pembelajaran daring yaitu berkurangnya fokus

peserta didik dikarenakan kondisi lingkungan atau rumah yang kurang


kondusif serta terkendalanya sinyal ataupun paket internet (Putria et al.,

2020).

3. Proses Pembelajaran Daring

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan

Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan

Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) poin ke 2

yaitu proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan

untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa

terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk

kenaikan kelas maupun kelulusan.

b. Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup

antara lain mengenai pandemic Covid-19.

c. Aktivitas dan tugas pembeljaran belajar dari rumah dapat bervariasi

antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk

mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar dirumah.

d. Bukti atau prosuk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang

bersifat kualitatif fan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi

skor/nilai kuantitatif.
4. Tantangan Proses Pembelajaran Daring

Karena jaringan yang lamban, sehingga informasi ataupun materi yang

disampaikan memerlukan waktu yang cukup lama untuk di terima oleh orang

tua, atau pun sebaliknya. Hal ini juga faktor dari jarak dan keterbatasan jaringan

yang berada di lingkungan tempat tinggal murid. Dilihat dari salah satu faktor

yang mempengaruhi, yakni kuota internet menjadi kendala utama dalam proses

pembelajaran daring, karena kuota internet mengakomodasi lancarnya proses

pembelajaran daring (Pembuat et al., 2020).

Sebuah penelitian menyatakan bahwa aktivitas dalam pengajaran tidak

mudah dalam memfasilitasi (Moorhouse, 2020). Namun, gabungan antara

keselarasa dan mode ketidakselarasan dari instruksi dilihat menjadi sebuah cara

dalam mendukung pembelajaran dalam teknologi ketika face-to-face tidak

menjadi pilihan.

Pembelajaran daring memberikan manfaat yang luas, yakni dapat

menjangkau ke seluruh wilayah, namun dalam temuan lainnya menyatakan

bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi di beberapa wilayah Indonesia, yang

mana penyebaran dan keterjangkauan layanan internet yang menjadi lamban

sewaktu-waktu. Juga jika penggunaan platform banyak dalam satu grup, maka

akan menyebabkan overload (Bao, 2020; Pramudibyanto, Khasanah, &


Widuroyekti, 2020). Serta tantangan yang dirasakan oleh dalam pelaksanaan

pembelajaran daring ialah belum adanya kurikulum yang tepat dalam situasi

seperti saat ini, ketersediaan sarana dan prasarana yang belum memadai, seperti

teknologi dan jaringan internet serta kesiapan sumber daya manusia itu sendiri,

salah satunya pendidik. Sehingga dengan kondisi yang sedang dihadapi

mengahruskan tenaga pendidik dan guru untuk lebih adaptif serta inovatif

(Ahmed, Shehata, & Hasanien, 2020; Arifa, 2020).

C. KONSEP STRESS

1. Pengertian Stress

Menurut Kamus Oxford stress diartikan dengan pressure or worry caused

by the problems in somebody’s life, yaitu tekanan atau kekhawatiran yang

disebabkan oleh masalah dalam hidup seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia stress diartikan dengan gangguan atau kekacauan mental dan

emosional yang disebabkan oleh faktor luar; ketegangan.

Robbins (2001) menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang

menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana

untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.

Weinberg dan Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai “a substantial

imbalance between demand (physical and psychological) and response


capability, under condition where failure to meet that demand has importance

concequences”. Artinya, ada ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan

psikis) dan kemampuan memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan

tersebut akan berdampak krusial.

Hans Selye (Hidayat, 2004) merupakan renspons tubuh yang bersifat tidak

spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Dikatakan stres apabila

sesorang mengalami beban tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat

mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu

terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut mengalami stres. Anon (2009),

stres adalah cara tubuh kita bereaksi terhadap ketegangan, kegelisahan, dan

tugas- tugas berat yang harus dihadapi sehari-hari (Puspitaningsih, 2015).

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa Stress adalah respons organisme

untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan

tersebut dapat berupa hal-hal yang faktual terjadi, atau hal-hal baru yang

mungkin akan terjadi, tetapi dipersepsi secara aktual. Apabila kondisi tersebut

tidak teratasi dengan baik maka terjadilah gangguan pada satu atau lebih organ

tubuh yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan fungsi

pekerjaannya dengan baik. Dengan redaksi yang lebih sederhana, stress adalah

suatu keadaan tidak mengenakkan atau tidak nyaman yang dialami oleh individu

dan keadaan tersebut mengganggu pikiran, emosional, tindakan atau perilaku


dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut bersifat individual dan subjektif.

Artinya kondisi stress yang dialami oleh setiap orang tidak sama dan cara

penanggulangannya pun tidak sama karena sifatnya subyektif dan pribadi

(Muslim, 2020).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Stress

a. Lingkungan

Yang termasuk dalam stressor lingkungan di sini yaitu:

1) Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu

memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing

individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut.

Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu

berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan

tersebut.

2) Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang sesuai

dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan kuliah,

perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan

keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.

3) Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan

untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat


sebagian individu berlomba untuk menjadi yang pertama tahu

tentang hal-hal yang baru, tuntutan tersebut juga terjadi karena rasa

malu yang tinggi jika disebut gaptek.

b. Diri sendiri

1) Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin

dicapai.

2) Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus

menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan perkembangan.

c. Pikiran

1) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan

pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.

2) Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang

biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Menurut Kozier & Erb, dikutip Keliat B.A dampak stressor dipengaruhi

oleh berbagai faktor yaitu:

1) Sifat stressor, yaitu pengetahuan individu tentang bagaimana cara

mengatasi dan darimana sumber stressor tersebut serta besarnya

pengaruh stressor pada individu tersebut, membuat dampak stress

yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda.


2) Jumlah stressor, yaitu banyaknya stressor yang diterima individu

dalam waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap

menerima akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya

marah pada hal-hal yang kecil.

3) Lama stressor, yaitu seberapa sering individu menerima stressor

yang sama. Semakin sering individu mengalami hal yang sama

maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.

4) Pengalaman masa lalu, yaitu pengalaman individu yang terdahulu

mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.

5) Tingkat perkembangan, artinya tiap individu memiliki tingkat

perkembangan yang berbeda.

3. Gejala -Gejala Stress

Gejala terjadinya stress secara umum terdiri dari dua gejala (Puspitaningsih,

2015) yaitu :

a. Gejala Fisik

beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stress adalah

: nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung

berdebar, lelah, sukar tidur, dll.

b. Gejala Psikis
sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah: cepat

marah, ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi, tidak mampu

menyelesaikan tugas, prilaku implusive, reaksi berlebihan terhadap hal

sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang

tepat, tidak tahan terhadap suara gangguan lain, dan emosi tidak

terkendali.

4. Pemicu Gejala Stress

a. Reaksi Emosi

Reaksi yang muncul dalam bentuk perasaan tertekan, tegang,

kekhawatiran atau ketakutan, meningkatnya kejengkelan, frustrasi,

gelisah, sulit berkonsentrasi, dan mengambil keputusan serta

berkurangnya kemampuan untuk merasakan senang dan gembira.

b. Reaksi fisik

Stress dapat mengakibatkan otot-otot menegang, jantung

berdebar tidak teratur, pernapasan lebih cepat dan pendek, berkeringat,

kewaspadaan berlebihan, perubahan napsu makan, mual, sulit tidur, sakit

kepala, gangguan pencernaan, rasa sakit atau nyeri tidak jelas, lelah dan

lemas (Palupi, 2021).

c. Reaksi perilaku
Reaksi ini seringkali muncul dalam pikiran yang berubahubah,

menangis, gugup, suka mengeluh, dan sering mengharapkan untuk

dipahami sepenuhnya oleh orang lain.

5. Tingkat Stress

Stuart dan sundeen (dalam Setiadi, 2007) mengklasifikasikan tingkat stres,

yaitu:

a. Stres ringan

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan

kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana

mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Bila di ukur

dengan skala stres pada stres ringan presentase berkisar antara 34%

atau lebih rendah.

b. Stres sedang

Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini

dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan

persepsinya. Dengan nilai presentase 35-42%.

c. Stres berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan

cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku


ditujukan untuk mengurangi stres, individu tersebut mencoba

memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak

pengarahan. Dengan nilai persentase 43-50%.

6. Pengukuran Tingkat Stress

Stres merupakan gejala psikologis seseorang yang dipengaruhi oleh

stimulus lingkungan seperti lingkungan keluarga, lingkungan kerja, atau

lingkungan akademik.

a. Proses pengukuran tingkat stres menggunakan alat ukur kuesioner yang

berisi pernyataan-pernyataan keadaan stres yang diadopsi dari DASS 42

(Theresia Sunarni et al., 2017).

Keterangan:

0 : Tidak ada atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-

kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat


Dengan indikator penilaian :

Tingkat Depresi Kecemasan Stress

Normal 0–9 0–7 0 – 14

Ringan 10 – 13 8–9 15 – 18

Sedang 14 – 20 10 – 14 19 – 25

Parah 21 – 27 15 – 19 26 – 33

Sangat Parah >28 >20 >34

b. Kuesioner Perceived Stress Scale (PSS)

Keterangan :

0 : Tidak pernah.

1 : Hampir tidak pernah (1-2 kali).

2 : Kadang-kadang (3-4 kali).

3 : Hampir sering (5-6 kali).

4 : Sangat sering (lebih dari 6 kali).

7. Cara Mengatasi Stress


a. Prinsip Homeostatis

Stres merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan

cenderung bersifat merugikan. Oleh karena itu setiap individu yang

mengalaminya pasti berusaha mengatasi masalah ini. Hal demikian

sesuai dengan prinsip yang berlaku pada organisme, khususnya manusia,

yaitu prinsip homeostatis. Menurut prinsip ini organisme selalu berusaha

mempertahankan keadaan seimbang pada dirinya. Sehingga bila suatu

saat terjadi keadaan tidak seimbang maka akan ada usaha

mengembalikannya pada keadaan seimbang.

Prinsip homeostatis berlaku selama individu hidup. Sebab

keberadaan prinsip pada dasarnya untuk mempertahankan hidup

organisme. Lapar, haus, lelah, dll. merupakan contoh keadaan tidak

seimbang. Keadaan ini kemudian menyebabkan timbulnya dorongan

untuk mendapatkan makanan, minuman, dan untuk beristirahat. Begitu

juga halnya dengan terjadinya ketegangan, kecemasan, rasa sakit, dst.

Mendorong individu yang bersangkutan untuk berusaha mengatasi

ketidak seimbangan ini.

b. Proses Coping terhadap Stres


Upaya mengatasi atau mengelola stress dewasa ini dikenal dengan

proses coping terhadap stress. Menurut Bart Smet, coping mempunyai

dua macam fungsi, yaitu :

1) Emotional-focused coping

Emotionalfocused coping dipergunakan untuk mengatur respon

emosional terhadap stress. Pengaturan ini dilakukan melalui

perilaku individu seperti penggunaan minuman keras, bagaimana

meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, dst.

2) Problem-focused coping

problem-focused coping dilakukan dengan mempelajari

keterampilan-keterampilan atau cara-cara baru mengatsi stres.

D. Dukungan Sosial Suami

1. Pengertian Dukungan Suami

Dukungan suami adalah pemberian dukungan dari pasangan yang dirasakan

ibu yang bekerja berupa dukungan emosi, instrumental, informasi dan penilaian

positif. Dukungan suami merupakan sebuah bentuk perhatian baik secara fisik

maupun psikologi yang diberikan oleh pasangan kepada ibu. Bentuk perhatian yang

diberikan kepada ibu sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan khususnya

psikologi ibu atau kesehatan mental (Soeharto, 2013).


Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang didalamnya

terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata

yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya (Hidayat, 2005) dalam (Oktalina et al.,

2016).

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial keluarga berbeda-beda dalam berbagai

tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan,

dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan

adaptasi keluarga (Susanti & Sulistyarini, 2013).

2. Dimensi Dukungan

Menurut Winnubst & Schabracq dalam Schabracq,dkk (1996), ada 4 dimensi

yaitu :

1) Dukungan Emosional

Dukungan yang berupa empati, cinta, kepercayaan, yang di

dalamnya terdapat pengertian dan rasa percaya.

2) Dukungan Informatif
Dukungan yang berupa informasi, nasihat, dan petunjuk yang

diberikan untuk menambah pengetahuan seseorang dalam

mencari jalan keluar pemecahan masalah.

3) Dukungan Instrumental

Pemberian dukungan yang berupa materi, pemberian kesempatan

dan peluang.

4) Penilaian Positif

Pemberian penghargaan, umpan balik mengenai hasil atau

prestasi dan kritik yang membangun.

E. HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT STRESS IBU

Menurut Harnilawati (2013), terdapat empat jenis dukungan sosial yaitu

dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penilaian dan dukungan

emosional. Menurut Smet dalam Harnilawati (2013), menyatakan dukungan

emosional adalah dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan serta

penghargaan, sedangkan dukungan instrumental adalah bantuan yang bertujuan

untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitas yang berhubungan

dengan persoalan yang dihadapinya (Joshy Herliani et al., 2021).

Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang didalamnya

terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata
yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya (Hidayat, 2005) dalam (Oktalina et al.,

2016).

Dukungan sosial emosional yang diberikan suami kepada istri misalnya

berupa mendengarkan cerita istri, mengucapkan kata-kata cinta, dapat

meningkatkan rasa percaya diri istri di rumah (Parasuraman, Purohit, & Godshalk,

1996; dalam Aycan & Eskin, 2005). Hal ini membuat istri tidak mudah mengalami

stres yang merupakan dampak dari konflik peran ganda. Dibuktikan dalam

penelitian Jex dan Bliese (1999), bahwa individu dengan kepercayaan diri yang

tinggi lebih mampu mengembangkan cara mengatasi stres yang efektif dibanding

individu dengan tingkat kepercayaan diri rendah (Julianty & Prasetya, 2016).
F. KERANGKA TEORI

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

Anak adalah seseorang yang berusia dibawah


18 tahun

Pembelajaran daring

Adaptasi dalam pembelajaran di rumah tidak hanya terjadi pada anak, orang tua
pun terkhusus ibu sebagai guru pengganti di rumah juga mengalami adaptasi.

Stress

Faktor yang
mempengaruhi stress Dukungan suami

 Lingkungan  Dukungan emosional


 Diri sendri  Dukungan informatif
 Pikiran  Dukungan instrumental
 Penilaian positif

Penurunan tingkat stress


Skema 1. Kerangka Teori Penelitian (Soediono, 2014; Listyanti & Wahyuningsih, 2021;
Puspitaningsih, 2015; Muslim, 2020; Palupi, 2021; Soeharto, 2013)

Anak merupakan seseorang yang berusia di bawah 18 tahun. Pembelajaran

daring adalah pembelajaran jarak jauh memanfaatkan jaringan internet dengan

menggunakan teknologi seperti Google Classroom, Ruang Guru, Zoom, Google

Meet, Instagram, dan lainnya dengan memberikan metode pembelajaran yang

efektif dan kolaboratif. Ini menjadi sebuah adaptasi baru di bidang Pendidikan saat

ini. Tidak hanya guru dan murid, orang tua pun terkhusus ibu mengalami adaptasi

karena sebagai guru pengganti ibu memiliki peran dalam mendampingi anak dalam

proses pembelajaran daring (Kusumaningrum et al., 2020). Bagi kebanyakan orang,

hal ini merupakan perubahan yang dapat menjadi stressor baru (Gloria, 2020). Stres

tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Akumulasi stres merupakan

akibat dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi dan mengendalikan stresnya.

Stres merupakan suatu ketidakseimbangan yang besar antara permintaan yang

berupa fisik ataupun psikologis dengan kemampuan respon di mana terjadinya


kegagalan untuk memenuhi permintaan yang memberi konsekuensi yang esensial

(Heiman dan Kariv, 2005) dalam (Sutjiato & Tucunan, 2015). Secara umum stress

terdiri dari dua gejala yaitu gejala fisik dan gejala psikis (Puspitaningsih, 2015).

Adapun faktor yang mempengaruhi stress yaitu lingkungan, diri sendiri dan pikiran.

Stress yang di sebabkan oleh pikiran, lingkungan dan diri sendiri dapat

diatasi dengan memberikan dukungan. Salah satu dukungan yang dapat mengurangi

stress adalah dukungan emosional dan salah satu dukungan emosional yang dapat

diberikan adalah dukungan emosional suami kepada istri atau ibu. Dukungan sosial

emosional yang diberikan suami kepada istri misalnya berupa mendengarkan cerita

istri, mengucapkan kata-kata cinta, dapat meningkatkan rasa percaya diri istri baik

di rumah maupun di tempat kerja (Parasuraman, Purohit, & Godshalk, 1996; dalam

Aycan & Eskin, 2005). Hal ini membuat istri tidak mudah mengalami stres yang

merupakan dampak dari konflik peran ganda. Individu dengan kepercayaan diri

yang tinggi lebih mampu mengembangkan cara mengatasi stres yang efektif

dibanding individu dengan tingkat kepercayaan diri rendah dan ini berdampak pada

penurunan tingkat stress (Julianty & Prasetya, 2016).

Anda mungkin juga menyukai