Anda di halaman 1dari 20

TUGAS RISET KEPERAWATAN

PENGARUH KEGIATAN BELAJAR SECARA ONLINE TERHADAP KESEHATAN


MENTAL REMAJA

Disusun Oleh :

Sekar Octaviandiny G. P. 201910420311100

Agustina Putri Prasemianti 201910420311101

Farradiska Febriani Putri Pangarso 201910420311104

Siti Halima Keliolan 201910420311105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


sehingga melalui rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan litelatur
review ini yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Belajar Secara Online Terhadap Kesehatan
Mental Remaja” ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Riset Keperawatan.
Selama penyusunan laporan ini, penyusun banyak mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian laporan study litelatur
ini dan terimakasih saya ucapkan kepada Ibu (Nurul Aini, M. Kep) selaku dosen
pembimbing kami

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak


kekurangan. Semoga laporan penelitian kuantitatif kami dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penyusun dan para pembacanya yang senantiasa tidak pernah putus
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan untuk
menambah wawasan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................6
2.1 Pembelajaran Online...................................................................................................................6
2.3 Kesehatan Mental Pada Remaja..................................................................................................8
2.4 Pengaruh Pembelajaran Online Terhadap Kesehatan Mental Remaja........................................9
BAB III.......................................................................................................................................10
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS.............................................................................10
3.1 Kerangka Konsep...................................................................................................................10
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep.................................................................................................11
3.3 Hipotesis................................................................................................................................12
BAB IV.......................................................................................................................................12
METODE PENELITIAN............................................................................................................12
Daftar Pustaka.............................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Belajar secara online diterapkan diseluruh dunia termasuk di Indonesia, hal ini
dikarenakan penyebaran kasus COVID-19 yang terus meningkat. Pembelajaran daring
merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan dengan tidak bertatap muka langsung,
tetapi menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar yang
dilakukan meskipun jarak jauh. Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah
memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan
terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas
(Sofyana & Abdul, 2019:82). Pembelajaran online ini diterapkan ke seluruh jenjang
pendidikan, baik SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi. Para pelajar menganggap
kondisi pembelajaran online tidak menyenangkan karena terbatasnya interaksi dengan
guru dan teman.

Remaja memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang berbeda dari usia lainnya.
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, sedangkan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Usia tersebut merupakan masa peralihan dari
anak menuju dewasa, sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mentalnya
begitu pesat. Remaja dituntut untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab, maka dari itu
mereka mudah tertekan karena mental yang masih labil.

Mental remaja kini sedang diuji dengan adanya pandemi COVID-19. Sebagian
besar remaja mengalami stress dan depresi akibat pembelajaran online yang tidak sesuai
dengan ekspektasi. Beberapa contoh ketidaksesuaian dari ekspektasi tersebut diantaranya
penggunaan kuota yang lebih banyak, pemberian tugas yang terus menerus, serta
kesulitan memahami materi yang diberikan. WHO melaporkan bahwa 450 juta orang di
seluruh dunia memiliki gangguan kesehatan mental, dengan prevalensi 20% kejadian
terjadi pada anak-anak (O’Reilly, 2015). Dengan angka kejadian yang meningkat setiap
tahunnya, memperluas pengetahuan terkait kesehatan mental pada anak dan remaja
menjadi hal yang penting. Kesehatan mental anak dan remaja dapat mempengaruhi masa
depan dirinya sendiri sebagai individu, dan berdampak pada keluarga hingga masyarakat.
Oleh karenanya, kekhawatiran ini berkembang baik untuk institusi kesehatan dan peneliti
akademis (Larissa, 2020).(Kartika, 1998). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Kegiatan Belajar Secara Online Terhadap
Kesehatan Mental Remaja Selama Pandemi Covid-19 dengan penelitian Kualitatif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pembelajaran online terhadap kesehatan mental remaja ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pandemi covid-19
yang dirasakan remaja pada proses belajar di sekolah
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pembelajaran online pada remaja
2. Mengidentifikasi kesehatan mental remaja
3. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran online terhadap kesehatan mental
remaja
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Online

2.1.1 Definisi Pembelajaran Online

Pembelajaran online adalah pembelajaran yang dilakukan melalui jaringan


internet. Oleh karena itu, dalam Bahasa Indonesia pembelajaran online diterjemahkan
sebagai ‘pembelajaran dalam jaringan’ atau ‘pembelajaran daring’. Istilah online learning
banyak disinonimkan dengan istilah lainnya seperti e-learning, internet learning, web-
based learning, tele-learning, distributed learning dan lain sebagainya (Ally, 2008). Dalam
beberapa tahun terakhir, pembelajaran online juga sering dikaitkan dan digunakan sebagai
padanan istilah mobile learning atau m-learning, yang merupakan pembelajaran online
melalui perangkat komunikasi bergerak (mobile communication devices) seperti computer
tablet dan smart phone.

2.1.2 Manfaat Pembelajaran Online

Manfaat belajar online antara lain belajar dilakukan dimana saja dan kapan saja,
belajar juga dapat disesuaikan dengan kapasitas masing-masing siswa. Belajar online ini
juga mengedepankan inisiatif dan independensi siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran
online atau dalam jaringan ini yang mana interaksi akademik antara siswa dan guru tidak
terbatas, bisa dilakukan selama 24 jam, sehingga ini bisa meningkatkan kualitas belajar
siswa. Guru bisa melihat postingan siswa dan memberikan feedback tugas dari siswa.
Sehingga interaksi bisa dilakukan secara luas. Maka keterlibatan siswa dalam
pembelajaran itu semakin intensif. Bahwa pembelajaran online atau dalam jaringan
memang tidak sepenuhnya memecahkan masalah dalam pembelajaran. Namun setidaknya
melalui pembelajaran ini banyak manfaat yang diperoleh. Jika guru memiliki kemampuan
lebih dalam mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran maka semakin banyak
manfaat yang akan diperoleh (Gani, 2021).

2.1.3 Jenis-Jenis Platform Pembelajaran Online


Pembelajaran online pada pelaksanaannya membutuhkan dukungan perangkat-
perangkat mobile seperti telepon pintar, tablet dan laptop yang dapat digunakan untuk
mengakses informasi dimana saja dan kapan saja (Gikas & Grant, 2013). Penggunaan
teknologi mobile memiliki kontribusi besar di dunia pendidikan, termasuk di dalamnya
adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh (Korucu & Alkan, 2011). Berbagai
media juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara online.
Misalnya kelas-kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom, Edmodo, dan
Schoology (Enriquez, 2014; Sicat, 2015; Iftakhar, 2016), dan applikasi pesan instan
seperti WhatsApp (So, 2016). Pembelajaran secara online bahkan dapat dilakukan
melalui media social seperti Facebook dan Instagram (Kumar & Nanda, 2018).

2.1.4 Dampak Positif dan Negatif Pembelajaran Online


a. Dampak positif

Materi dapat diakses oleh pelajar dimanapun dan kapanpun, pelajar dapat
melakukan pembelajaran atau membaca materi sambil melakukan kegiatan santai,
aman dari virus corona, mayoritas orang tua menjadi melek akan informasi dan
teknologi (Zakariyah 2020).

b. Dampak negatif

Kejahatan cyber yang dapat menyerang aplikasi-aplikasi pembelajaran onlin atau


daring, kegiatan belajar mengajar yang tidak sama efektifnya dengan pembelajaran
tatap muka, tugas yang menumpuk, penguasaan orang tua dan guru akan teknologi
masih rendah, keterbatasan sarana dan prasarana (kuota, sinyal, biaya, pendidikan
orang tua dan lain-lain) (Zakariyah, 2020).

2.3 Kesehatan Mental Pada Remaja

2.2.1 Definisi Kesehatan Mental

Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi di mana individu terbebas dari


segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Maka dapat disimpulkan bahwa konsep
suatu kesehatan mental adalah keadaan seorang individu yang tidak terpengaruh oleh
faktor eksternal ataupun internal secara kondisi mental. Dengan begitu, seseorang yang
memiliki kesehatan mental jauh dari depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya.
Namun jika ditelusuri lebih dalam, banyak masyarakat Indonesia yang belum memiliki
kesehatan mental. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus bunuh diri serta yang paling
umum, yaitu depresi dan kecemasan. Kecemasan merupakan hal yang normal di mana
seseorang respons dalam situasi yang mengancam (Vallance & Fernandez, 2016).

2.2.2 Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, itu
terdiri dari fase evolusi dengan karakteristik dan masalah spesifiknya sendiri. Masa
remaja diakui sebagai periode ketidakstabilan emosi, dengan perubahan fisik dan psiko-
sosial, yang dapat diperburuk oleh perubahan nilai secara global, karena merupakan fase
yang sensitif terhadap faktor yang mempengaruhi transformasinya menjadi dewasa (Luz
et al., 2018)
.
2.2.3 Kesehatan Mental Pada Remaja

Kesehatan jiwa remaja merupakan aspek penting untuk menentukan kualitas


bangsa. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung merupakan sumber
daya manusia yang dapat menjadi asset bangsa tidak ternilai (Indarjo, S., 2009).

2.2.4 Penyebab Masalah Kesehatan Mental Pada Remaja

Meningkatnya jumlah kalangan remaja yang mengalami masalah kesehatan


mental, yaitu siswa yang berada pada sekolah menengah pertama dan sekolah menengah
atas. Menurut UNICEF, jumlah remaja yang mengalami masalah kesehatan mental
meningkat di dunia. Hal ini merupakan salah satu dampak pandemi COVID-19 di mana
remaja memiliki ruang gerak yang terbatas. Terbatas nya ruang gerak remaja,
mengakibatkan terbatas atau berkurangnya interaksi sosial dengan sesama teman remaja
seperti teman di lingkungan sekolah. Kemudian, terbatas nya kegiatan dan aktivitas yang
dilaksanakan oleh remaja menyebabkan mereka merasa terisolasi, kecewa serta
kehilangan momen-momen besar di hidup mereka seperti mengikuti kegiatan di sekolah,
mengobrol dengan teman, dan lainnya. Perubahan yang begitu cepat, membuat siswa sulit
untuk beradaptasi dalam kondisi pandemi sehingga menimbulkan masalah pada
kesehatan metal seperti cemas, depresi dan tidak memiliki motivasi / tidak bersemangat
untuk memiliki kegiatan sehari-hari (Febria, 2021).

2.4 Pengaruh Pembelajaran Online Terhadap Kesehatan Mental Remaja

Penyebab lainnya yaitu jumlah beban belajar siswa selama pembelajaran pada
masa pandemi. Pandemi COVID-19 membuat pembelajaran yang sebelumnya offline
yaitu dilaksanakan pada ruang kelas / secara tatap muka langsung di kelas menjadi
online. Perubahan model pembelajaran secara online menuntun sekolah, guru dan siswa
untuk beradaptasi dengan cepat, seperti penggunaaan aplikasi online, tugas dan situasi
belajar online. Perubahan ini tidak dibarengi dengan kondisi siswa yang siap dengan
beban tugas serta belajar secara online, sehingga banyak siswa yang kesulitan dengan
tugas yang diberikan. Hal ini dapat mendorong siswa mengalami Kesehatan mental yaitu
tertekan. Beberapa contoh nya, tidak bersemangat, nafsu makan berkurang, pola tidur
terganggu, dan khawatir berlebihan. Beberapa kondisi tersebut yang terjadi berulang-
ulang serta berkelanjutan dapat mengakibatkan gejala kecemasan, depresi dan kesehatan
mental yang lebih serius (Febria, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryama yaitu menyebutkan
bahwa variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 1,9% terhadap stres
akademik. Penelitian lain yang serupa menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan
mengalami stres berat sebanyak 2,2 kali dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki.
Berkaitan dengan stres yang terjadi pada laki-laki dan perempuan, laki-laki lebih aktif
dan eksploratif dibandingkan perempuan, sehingga perempuan cenderung lebih mudah
cemas dan lebih sensitif. Siswa perempuan lebih rentan terhadap kondisi stres. Kondisi
stres pada perempuan dipengaruhi oleh hormon oksitosin, estrogen, dan hormon seks
sebagai faktor pendukung (Andiarna, 2020).
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Pandemi COVID-19

Sistem Pembelajaran
pada remaja SMA

Pembelajaran Pembelajaran
Online Offline

Kegiatan Belajar Tugas Penguasaan Keterbatasan


Kejahatan Cyber Teknologi Rendah
Tidak Efektif Menumpuk Sarana dan
Prasarana

Tidak Mampu
Menguasai Materi
dengan Baik Keterangan :
Diteliti

Kesehatan Tidak Diteliti


Mental pada
Pengaruh
Remaja

Kecemasan Stress Depresi


3.2 Penjelasan Kerangka Konsep
Dari kerangka konsep diatas, dapat dijelaskan bahwa pandemi COVID-19
merupakan faktor pemicu perubahan dalam sistem belajar mengajar yang mulanya offline
menjadi online. Munculnya sistem pembelajaran ini mengakibatkan banyak dampak bagi
siswa siswi SMA. Dampak yang ditimbulkan antara lain kejahatan cyber, keterbatasan
sarana dan prasarana, penguasaan teknologi rendah, tugas menumpuk, serta kegiatan
belajar tidak efektif. Hal ini mengakibatkan siswa tidak dapat memahami materi dengan
baik, sehingga berujung pada gangguan kesehatan mental remaja seperti kecemasan,
stress hingga depresi.

3.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2008:93), menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori-teori relevan, belum didasarkan fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Lutfi, A. M, 2019).

H1: Ada pengaruh kegiatan belajar secara online terhadap kesehatan mental remaja
BAB IV

METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena tidak adanya intervensi
atau manipulasi oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Model penelitian subjek
menggunakan pendekatan cross sectional menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi data variabel independen dan dependen yang dalam penelitian ini adalah
Pembelajaran Online terhadap Kesehatan Mental.

4.2 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel


4.2.1 Populasi

Populasi peneliti adalah semua siswa kelas 12 dari salah satu SMA di kota
Malang.

4.2.2 Teknik Sampling


Menurut pandangan Margono 2010, teknik sampling adalah cara untuk
menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Penelitian ini
menggunakan Purposive sampling merupakan pengutipan narasumber
berdasarkan pada responden yang sesuai dengan tujuan penelitian dengan standart
alasan tertentu yang kuat untuk dipilih (Rozi, 2017).
4.2.3 Sampel
Seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dengan
pengambilan simpel menggunakan teknik purposive sample. Adapun rumus
sampel yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan besar sampel ialah
dengan rumus

Dimana :
n : Besar sampel

Z² α/2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2

P : Proporsi hal yang diteliti

D : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang didiinginkan

N : Jumlah populasi

4.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi


a. Kriteria inklusi
1) Siswa berada di kelas 12 dari salah satu SMA di kota Malang
2) Siswa yang bersedia ikut dalam penelitian
b. Kriteria eksklusi
1) Siswa yang tidak menyelesaikan kuesioner
2) Siswa yang tidak mengumpulkan kuesioner

4.4 Variabel Penelitian


Variabel menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2015, h. 38) adalah atribut atau
obyek yang memiliki variasi antara satu sama lainnya. Variabel yang terdapat dalam
penelitian ini antara lain :
4.4.1 Variabel Independen
Menurut (Sugiyono, 2015:96) “variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat)”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pembelajaran online.
4.4.2 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2019:69) Dependent Variable sering disebut sebagai


variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kesehatan mental pada remaja.
4.5 Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2015), Pengertian definisi operasional dalam variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.

Perumusan definisi operasional dalam penelitian ini akan diuraikan dalam tabel berikut:

Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala


Oprasional
Variabel Pertanyaan pilihan Angket pernyataan Nominal
Independen untuk mengetahui sedang menjalani
(Pembelajaran metode pembelajaran
Online) pembelajaran yang online.
saat ini sedang
dilakukan siswa
Variabel Dependen Tanggapan siswa SDQ (Strength and Ordinal
(Kesehatan Mental) mengenai Difficulties
pengalaman atau Questionnaire).
dampak selama
melakukan
pembelajaran
secara online

4.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian


a. Tempat

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di kota Malang. Sedangkan


pengambilan data penelitian mulai dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan
November 2021.
4.7 Instrumen Penelitian Uji Validitas atau Reliabilitas
Instrument penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk
mengumpulkan data (Ari Kunto, 2010). Pada penelitian ini, untuk menguji kesehatan
mental, peneliti menggunakan instrument SDQ (Strength and Difficulties Questionnaire).
Strength and Difficulties Questionnaire adalah sebuah instrument skrining perilaku
singkat, didesain untuk memberikan profil perilaku, emosi dan hubungan sosial remaja.
SDQ memberikan banyak informasi berguna untuk memberikan gambaran singkat dari
perilaku remaja yang berfokus pada kekuatan dan juga kesulitan mereka. Kuesioner SDQ
pertama kali dikembangkan oleh Robert Goodman dan telah divalidasi dalam versi
bahasa Indonesia oleh Tjhin Wiguna dan Yohana Hestyanti pada tahun 2005. SDQ terdiri
dari tiga komponen, yaitu aspek psikologis, impact suplement dan pertanyaan –
pertanyaan follow up. Setiap item kuesioner dapat meliputi satu maupun ketiga
komponen ini. SDQ versi bahasa Indonesia tidak meliputi impact supplement (Goodman,
2003) (Sianturi, 2018)

Kuesioner SDQ (Strength and Diffculties Questionaire) yang terdiri dari 25


pertanyaan untuk mendeteksi kesehatan jiwa remaja dari aspek emosi dan aspek perilaku
yang terbagi atas 5 subskala dengan pilihan jawaban:

-Tidak benar (TB) diberi skor 0

-Agak benar (AB) diberi skor 1

-Benar (B) diberi skor 2.

Setiap subskala terbagi atas 5 pertanyaan: 5 pertanyaan perilaku prososial,5 masalah


emosional, 5 masalah conduct ,5 hiperaktivitas,5 masalah hubungan dengan teman
sebaya (Sianturi, 2018).

Dimana setiap subskala memiliki nilai normal, borderline dan abnormal yaitu :
Pada penelitian ini, untuk mengetahui metode pembelajaran yang dilakukan
remaja, peneliti menggunakan instrument berupa angket yang terdiri dari 1 pertanyaan
dengan pilihan “Online tau Offline”, yang meliputi :
1. Apakah metode pembelajaran yang sedang anda lakukan saat ini ?
a. Online
b. Offline

4.8 Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data-data penelitian dari sumber data (subyek maupun sampel
penelitian). Teknik pengumpulan data merupakan suatu kewajiban, karena teknik
pengumpulan data ini nantinya digunakan sebagai dasar untuk menyusun instrumen
penelitian (Iryana, 2018).
Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Peneliti membagikan kuesioner yang ada kepada responden (remaja kelas 12 di


salah satu SMA Kota Malang) yang bersedia, dimana kuesioner tersebut berbentuk
google form
b. Setelah itu, peneliti menilai kesehatan mental responden
c. Hasil kuesioner dari masing-masing responden akan dikumpulkan dan dianalisa
kemudian dilakukan pengolahan data

4.9 Teknik Analisis Data


1. Metode Analisis Data

Dalam metode analisis ini, menggunakan 2 tahap yaitu :


a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik dari
variabel dependen dan juga variabel independen. Keseluruhan data yang
diobservasi, dikaji dan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan antara hubungan


variabel dependen dan juga variabel independen dengan menggunakan metode
analisis uji chi square. Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai, dimana
didalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian akan
dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti H0 ditolak dan
H1 diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p ≥ 0,05.

2. Pengolahan Data
Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer,
dengan melalui tahapan berikut :
a. Penyuntingan Data (Editing)
Pada tahap ini yang dilakukan yaitu melihat kelengkapan jawaban, dan
melihat kecocokan dari pertanyaan pada saat penelitian
b. Pengkodean Data (Coding)
Setelah selesai pada tahap penyuntingan data, langkah selanjutnya adalah
tahap pengkodean data atau coding. Dalam proses ini akan dilakukan pengecekan
jawaban dengan memberikan kode – kode untuk mempermudah proses pada saat
pengolahan data dilakukan
c. Peng-inputan Data (Entry)
Setelah tahapan pengkodean data dilakukan, tahapan selanjutnya adalah
memasukkan data – data yang sudah dikumpulkan ke dalam program aplikasi
komputer untuk dilakukan proses analisis data yang sudah sesuai
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Adapun tahapan terakhir yaitu proses pembersihan data untuk
mengidentifikasi dan menghindari kesalahan data ataupun kata sebelum
dilakukan Analisa
4.10 Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan hal yang penting dalam
penelitian, dimana penelitian keperawatan berhubunga langsung dengan
manusia, maka etika penelitian harus diperhatikan.
1. Informed Consent (persetujuan)
Peneliti menyerahkan informed consent atau lembar persetujuan menjadi
responden diberikan kepada calon responden sebelum penelitian dilakukan.
Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden
tanpa melakukan pemaksaan. Peneliti meminta kesediaan responden untuk
mengisi link kuesioner pada google form ketika mereka bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini, apabila tidak bersedia untuk berpartisipasi
maka peneliti menghormati hak responden. Hasil proses ini semua responden
bersedia menjadi responden tanpa danya pemaksaan dari peneliti.
4.10 Anonimity (tanpa nama)
Peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian pada
lembar alat ukur dengan cara tidak meberikan atau mencantumkan identitas
lengkap responden dan hanya menuliskan inisial atau kode nama pada lembar alat
ukur pengumpulan data atau hasl penelitian yang akan disajkan. Hal ini
dilakukn untuk memberikan kenyamanan kepada responden yang telah sukarela
berpartisipasi dalam penelitian ini.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang telah dikumpulkan
baik informasi maupun masalah lainnya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Upaya yang dilakukan peneliti
untuk menjamin kerahasiaan reponden adalah tidak mempublikasikan data yang
diberikan kepada pihak yang tidak berkepentingan (Yuliani, 2021).
Daftar Pustaka

Andiarna, F., & Kusumawati, E. (2020). Pengaruh pembelajaran daring terhadap stres
akademik mahasiswa selama pandemi Covid-19. Jurnal Psikologi, 16(2),
139-149.

Candra, Vivi.,dkk. 2021. Pengantar Metodologi Penelitian. Yayasan Kita Menulis

Febria, D., & Christian, M. (2021, October). Edukasi Pentingnya Menjaga Kesehatan
Mental Bagi Siswa Selama Pandemi. In National Conference for
Community Service Project (NaCosPro) (Vol. 3, No. 1, pp. 689-699).

Fibriana, N. I., Hasanah, R., Azizah, F. A. N., Jannah, A. F. N., & Rohmah, A. (2021).
Analisis Tinjauan Ritual Grebeg Suro Desa Sumber Mujur dengan
Pendekatan Etnosains sebagai Tradisi Masyarakat Lumajang.
Experiment: Journal of Science Education, 1(2), 71-79.

Gani, P., Suryati, L., Sukiman, S., Sudarso, A., & Mipo, M. (2021). Efektivitas
Pembelajaran Daring di Masa Pandemi COVID-19 pada SMA
METHODIST-7 MEDAN. Pubarama: Jurnal Publikasi Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1(1).

Lugina, R. (2021). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Di


Kelurahan Pasirjati Penelitian Cross Sectional (Doctoral dissertation,
Universitas Airlangga).
Lutfi, A. M., & Sunardi, N. (2019). Pengaruh Current Ratio (Cr), Return On Equity
(Roe), Dan Sales Growth Terhadap Harga Saham Yang Berdampak Pada Kinerja
Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
SEKURITAS (Saham, Ekonomi, Keuangan dan Investasi), 2(3), 83-100.

Nurmala, M. D., Wibowo, T. U. S. H., & Rachmayani, A. (2020). Tingkat Stres


Mahasiswa Dalam Pembelajaran Online Pada Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Penelitian Bimbingan Dan Konseling, 5(2).

Sofyana & Abdul. 2019. Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis Whatsapp Pada Kelas
Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun. Jurnal
Nasional Pendidikan Teknik Informatika. Volume 8 Nomor 1,
Halm. 81-86.

Yuliani, N., & Puji, L. (2021). GAMBARAN KEPATUHAN REMAJA TERHADAP


PROTOKOL KESEHATAN DI ERA PANDEMI COVID-19 PADA
REMAJA DESA SRATEN KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi
Waluyo).

Zakariyah, A., & Hamid, A. (2020). Kolaborasi Peran Orang Tua dan Guru dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Online di Rumah. Intizar,
26(1), 17-26.

Anda mungkin juga menyukai