Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGARUH WAKTU PEMBELAJARAN PJOK TERHADAP


PERFORMA ANAK
Diajukan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pertumbuhan Perkembangan Anak Dan Remaja
Dosen Pengampu : Dr. Agus Mahendra, M.A.

KELAS B

JURUSAN PGSD PENDIDIKAN JASMANI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2023

i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji dan syukur kepada-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat melaksanakan makalah saya.

Alhamdulillah karya ilmiah ini telah saya susun secara maksimal dan dapat
diselesaikan tepat waktu. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-
teman KKN yang telah berkontribusi dalam penyusunan artikel ini.

Oleh karena iyu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kesenjangan baik
dalam struktur kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, segala komentar dan kritik
pembaca saya terima dengan tangan terbuka agar kami dapat menyelesaikan artikel ilmiah
ini.

Kata penutup dari saya semoga ada karya ilmiah tentang Struktur Pengenalan Gizi
Seimbang Pada Anak Untuk Pencegahan Stunting.

Bandung 23 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................6
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................................7
KAJIAN TEORI..................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Stunting...................................................................................................................7
2.2 Pengertian ISI PIRINGKU.......................................................................................................7
2.3 Prinsip Asupan Gizi Seimbang pada Anak.............................................................................7
2.4 Pencegahan Stunting pada Anak..............................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................10
PEMBAHASAN.................................................................................................................................10
3.1 Profil Sekolah...........................................................................................................................10
3.2 Pelaksanaan dan Rancangan Kegiatan..................................................................................10
3.3 Hasil Kegiatan dan Pembahasan............................................................................................11
BAB IV...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengenal dunia pendidikan maka tidak akan terlepas dari istilah pembelajaran
yang merupakan proses kegiatan dalam pendidikan. Pembelajaran dalam dunia
pendidikan merupakan proses dimana pendidik dan peserta didik berinteraksi
dalam lingkungan sekolah. Diperjelas oleh (Dwiyogo & Cholifah,
2016)mengatakanpembelajaran bentuk program yang terencana. Selanjutnya
penelitian oleh(Tiessen, 2018)menyimpulkan pembelajaran adalah proses yang
melibatkan interaksi antara pembelajar, pengajar, fasilitasdan lingkungan untuk
medapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam mencapai tujuan yang baik.
Dengan adanya proses pembelajaran dalam dunia pendidikan, maka tidak terlepas dari
yang namanya matapelajaran PJOK di sekolah. Diperkuat penelitian oleh
(Rachman, 2004)mengatakan PJOKakan selalu ada dalam dunia pendidikan
karenaPJOK sangatlah dibutuhkan. Hasil penelitian (Mohammed, Wang, &
Mohammed, 2015) menyimpulkan PJOKsangat diperlukan, khususnya pada SMA
sebagai persyaratan ke jenjang Universitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa
matapelajaran PJOK telah menjadi bagian penting dari keseluruhan pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak dan remaja?
2. Bagaimana dampak aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan anak
dan remaja?
3. Bagaimana dampak aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak
dan remaja?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak dan remaja
2. Untuk mengetahui dampak aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak dan remaja?
3. Untuk mengetahui dampak aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
anak dan remaja?

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Aktivitas Fisik Olahraga Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
Anak dan Remaja
Banyak penelitian membahas tentang aktivitas fisik, baik penurunanannya, faktor
yang menyebabkannya, dampaknya seperti peningkatan obesitas dan risiko penyakit lainnya,
maupun usaha-usaha untuk meningkatkannya (World Health Organisation, 2010). Aktivitas
fisik atau disebut juga aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang
menggunakan tenaga atau energi. Semakin tinggi pengeluaran energi maka semakin tinggi
tingkat aktivitasnya. Tingkat aktivitas fisik memiliki dampak kesehatan yang besar.
Rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko kegemukan dan obesitas. Sebaliknya
peningkatan aktivitas fisik akan menurunkan antara 6% sampai 10% dari NCD(non-
communicable disease) terutama CHD (coronary heart disease), diabetes tipe 2, dan kanker
payudara dan usus besar, dan meningkatkan harapan hidup (Lee et al., 2012). Hal tersebut
sejalan dengan pilar ke tiga dari empat pilar dalam pedoman gizi seimbang adalah melakukan
aktivitas fisik atau olahraga, sedangkan pilar ke empat adalah menjaga berat badan ideal
(Kodyat, 2014). Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energi expenditure, yaitu
sekitar 20-25% dari total energi expenditure (Mustika, 2012). Namun di zaman sekarang
dengan berbagai kemajuan teknologi membuat sebagian besar orang berubah gaya hidupnya,
mengikuti gaya hidup sedentary. Tidak hanya kalangan orang dewasa, anak-anak juga lebih
suka bermain game dengan gadget-nya dari pada beraktivitas di luar rumah apalagi
berolahraga. Akibatnya resiko kegemukan atau obesitas cederung lebih besar karena kalori
tidak dibakar. Terdapat banyak kentungan dan hubungan antara aktivitas fisik dengan
kesehatan diantaranya adalah: 1) Aktivitas fisik membantu mempertahankan keseimbangan
energi dan mencegah kejadiaan obesitas, 2) Latihan fisik yang teratur mengurangi resiko
penyakit, 3) Latihan fisik yang teratur atau dengan level yang tinggi pada kegiatan sehari-
hari dapat mencegah beberapa tipe penyakit kanker, 4). Latihan fisik teratur juga dapat
mencegah atau menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Mustika, 2012). Tingkat
aktivitas fisik remaja Indonesia tergolong rendah (PA=1.64), pada hari aktif secara umum
aktivitas yang banyak dilakukan adalah hanya kuliah, sedangkan pada hari libur adalah
aktivitas ringan. Adapun aktivitas sedang dan berat jarang dilakukan subjek, yaitu rata-rata
hanya di- lakukan 2.1 dan 0.4 jam per hari (Amalia, 2012). Rata-rata siswa di Kota Semarang
menggunakan waktu 3 jam per hari untuk menonton televisi, 1 jam perhari di depan
komputer/laptop, sedangkan olahraga hanya 1- 3 jam perminggu (Wiwied Dwi Oktaviani,
Lintang Dian Saraswati, 2012). Hal tersebut tentu sangat jauh dari ideal sebagaimana
rekomendasi WHO (2010) yang menyebutkan bahwa usia 5-17 sebaiknya melakukan
aktivitas fisik dengan intenitas menengah sampai tinggi total 60 menit perhari, sebagian besar
aktivitas fisik sehari-hari harus aerobik. Aktivitas intensitas yang tinggi harus dilakukan,
termasuk latihan untuk memperkuat otot dan tulang setidaknya 3 kali per minggu.Merujuk
dari Global Physical Activity Questionare (2014) aktivitas dengan intentistas menengah
(moderate intensity) adalah aktivitas yang memerlukan usaha fisik sedang dan menyebabkan
sedikit peningkatan pernapasan atau detak jantung. Aktivitas fisik tersebut yang minimal
dilakukan dalam 10 menit. Contoh aktivtias ringan seperti bersepeda, jalan santai dan
sejenisnya. Sedangkan aktivitas intensitas tinggi (vigorous intensity) adalah kegiatan yang

5
membutuhkan usaha fisik yang keras dan menyebabkan peningkatan nafas atau detak jantung
yang cepat. Aktivitas fisik tersebut yang minimal dilakukan dalam 10 menit. Contoh aktivtias
dengan intensitas tinggi adalah latihan beban, lari pagi, senam arobik, dan bersepeda cepat.
Sepertiga siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik cukup tinggi di sekolah menengah
menjadi tidak aktif ketika bertransisi ke kehidupan Universitas (Fagaras, Radu, & Vanvu,
2015). Dari hasil penelitian tersebut maka sangat perlu untuk diketahui tingkat aktivitas fisik
siswa. Apakah lebih tinggi dari tingkat aktivitas fisik mahasiswa, sama atau bahkan lebih
rendah. Disisi lain dalam lingkup sekolah siswa mendapat mata pelajaran pendidikan jasamni
yang mempunyai dampak positif terhadap gaya hidup aktif. Gaya hidup aktif sebagai
keuntungan dari penjas, ditandai dengan partisipasi dalam aktivitas fisik, faktor penting
penentu kesehatan (Bailey et al., 2009). Walaupun hasil penelitian Olivares et al., (2015)
menyebutkan bahwa pengaruh orang tua lebih relevan daripada pengaruh guru pendidikan
jasmani untuk mempromosikan aktivitas fisik pada remaja, tanpa memandang usia, jenis
kelamin dan kondisi fisik. Namun tetap saja penjas punya andil besar dalam membentuk
kebiasaan siswa agar aktif secara fisik baik saat pembelajaran penjas maupun di luar
pembelajaran penjas. Bailey et al., (2009) memberikan asumsi jika program PESS (Physical
Education and School Sport) dapat mendorong remaja untuk terlibat dalam aktivitas fisik
demi kesehatan, sebagai berikut: 1) Jika remaja wajib mengikuti mata pelajaran pendidikan
jasmani di sekolah, mereka akan datang untuk menikmati/mencintai aktivitas fisik; 2)
Sekolah adalah konteks yang tepat untuk memperkenalkan remaja pada aktivitas fisik; 3) Jika
remaja diajarkan tentang pentingnya aktivitas fisik untuk kesehatan di sekolah, mereka akan
ingin tetap aktif secara fisik seumur hidup; 4) Jika remaja terpapar pada berbagai kegiatan
fisik yang berbeda, mereka akan menemukan sesuatu yang mereka sukai dan akan memilih
untuk terus aktif setelah jam pendidikan jasmani dan di luar sekolah; 5) Jika remaja
mengambil ujian mata pelajaran pendidikan jasmani (teori dan praktik) mereka akan
mendapat informasi yang lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melanjutkan dengan
aktivitas fisiknya.

2.2 Dampak Aktivitas Fisik Pada Pertumbuhan Anak Dan Remaja


Olahraga adalah gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh, (KBBI,
2007: 796). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa olahraga
adalah serangkaian gerak raga atau mengolah raga yang teratur dan terencana
yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan
fungsionalnya. Berdasarkan uraian diatas maka aktivitas olahraga adalah keaktifan atau
kegiatan mengolah raga secara teratur dan terencana untuk meningkatkan kemampuan
fungsional.American College of Sports Medicine (ACSM) merekomendasikan latihan
kardiorespirasi dan latihan ketahanan untuk meningkatkan kebugaran fisik dan
kesehatan, latihan kelentukan/fleksibilitas menjaga jangkauan gerak, latihan neuromotor
dan berbagai aktivitas untuk menjaga dan meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi
resiko jatuh pada orang tua, (Carrol Ewing Garber et al. 2011:1348).
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting dan diukur pada setiap
kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan
hasil peningkatan/penurunan semua jaringan pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, dan
cairan tubuh. Pada saat ini berat badan di pakai sebagai indikator yang terbaik untuk
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak karena berat badan sensitif terhadap
6
perubahan walaupun sedikit. Pengukurannya bersifat objektif dan dapat diulangi dengan
menggunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah, dan tidak memerlukan banyak
waktu. Tinggi badan merupakan ukuran antropometri kedua terpenting. Keistimewaannya
adalah bahwa pada masa pertumbuhan ukuran tinggi badan meningkat terus sampai tinggi
maksimal di capai (Soetjiningsih, Ranuh, 2014).
Ukuran lingkar kepala berbeda dengan bagian tubuh lainnya. Kepala menjadi bagian yang
harus diperhatikan karena kepala yang berkembang merupakan tanda dari hidrosefalus dan
ukuran kepala yang berkembang terlalu lambat menandakan masalah perkembangan atau
nutrisi. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan hampir seluruhnya (96,67%) anak memiliki lingkar
kepala normal, ada 2 orang anak yang mengalami mikrosefali dan makrosefali yaitu sebesar
1,67%. Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial, termasuk pertumbuhan otak.
Apabila otak tidak tumbuh normal, kepala akan kecil atau sebaliknya, bila kepala tidak
tumbuh maka otak akan mengikuti. Pada lingkaran kepala yang lebih kecil dari normal atau
mikrosefali sering kali ada retardasi mental, sebaliknya kalau ada penyumbatan aliran cairan
serebrospinal pada hidrosefalus maka volume kepala akan meningkat sehingga lingkaran
kepala lebih besar daripada normal (Suririnah, 2009). Ukuran lingkar kepala anak tidak jauh
berbeda dengan ukuran lingkar kepala dengan salah satu orang tuanya pada saat mereka
dewasa. Faktor lain yang berpengaruh adalah gangguan saat dalam kandungan bisa karena
infeksi kehamilan, kelainan kromosom atau kelainan genetik. Pemantauan ukuran lingkar
kepala sangat penting dilakukan berkala sampai usia 2 tahun. Jika terdapat abnormalitas pada
hasil pengukuran tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari
penyebabnya agar dapat dilakukan intervensi sejak dini (Shabariah, 2011)
2.3 Dampak Aktivitas Fisik Pada Perkembangan Anak Dan Remaja
Perkembangan anak rata-rata normal karena memang pada usia prasekolah guru telah
memberikan berbagai macam bentuk stimulasi tumbuh kembang anak, salah satunya adalah
melalui kegiatan bermain. Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan
sarana untuk belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu
proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari
proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Bermain tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan anak, bagi anak bermain sama saja dengan bekerja bagi orang dewasa.
Bermain pada anak mempunyai fungsi untuk perkembangan sensoris motoris, perkembangan
intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral, dan sebagai terapi bagi anak yang sakit. Tujuan dari bermain adalah
melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mengekspresikan dan
mengalihkan perasaan, keinginan, fantasi, dan idenya, mengembangkan kreativitas dan
kemampuan memecahkan masalah, dan membantu anak untuk beradaptasi secara efektif
Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan
mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri,orang lain
maupun dengan lingkungan sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan
berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan
yang cemerlang. (IDAI, 2011).Hasil Pengamatan Kuesioner Masalah Perilaku Emosional
(KMPE) PAUD Pertiwi Kota Metro menunjukkan bahwa ada 5,83% anak yang dicurigai
mengalami gangguan masalah perilaku emosional. Sementara, sebanyak 94,17% anak dalam
status normal tidak mengalami masalah perilaku emosional. Deteksi dini penyimpangan
perilaku emosional adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya

7
masalah perilaku emosional dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada anak
agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan perilaku emosional
lambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2007). Masalah perilaku emosional bisa diminimalkan
oleh guru melalui kegiatan pembelajaran dan bermain. Bermain merupakan kegiatan yang
sangat penting bagi anak. Melalui bermain seorang anak akan memperoleh berbagai
keuntungan sekaligus belajar berbagai hal yang dapat memperluas wawasan, pengetahuan
dan keterampilan yang dapat digunakan pada saat dewasa nantinya.

8
Bermain juga bermanfaat untuk aspek emosi dan kepribadian anak. melalui bermain
seorang anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Kegiatan bermain bersama
sekelompok teman sebaya akan memberikan kesempatan bagi anak untuk menilai diri sendiri
tentang kelebihan- kelebihan yang dimilikinya, sehingga dapat membantu pembentukan
konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri karena merasa
mempunyai kompetensi tertentu (IDAI, 2011). Penelitian terdahulu menunjukkan persentase
anak dengan gangguan perilaku dan emosional sebanyak 2,08%, dimana masalah perilaku
emosional pada anak dapat disebabkan oleh faktor lingkungan serta pola asuh yang kurang
baik (Kusbiantoro, 2015). Diperlukan rencana tindak lanjut untuk menangani anak yang
dicurigai tersebut. Salah satunya dengan mengkomunikasikan antara pihak sekolah, orangtua
dan Tim SDIDTK sekolah khususnya psikolog.
Aktivitas fisik diduga kuat berhubungan dengan kejadian obesitas remaja (Mc Manus
& Mellecker, 2012). Membangun hubungan antara obesitas dan aktivitas fisik sangat penting
untuk mencegah obesitas lebih luas. Hal tersebut akan membutuhkan pengetahuan yang lebih
luas tentang bagaimana perubahan komposisi tubuh, kegemukan pada anak, dan bagaimana
perubahan ini berdampak pada aktivitas fisik. Secara umum anak-anak non-obesitas
menghabiskan sekitar 100 menit sehari lebih aktif secara fisik (semua aktivitas di atas
perilaku menetap) daripada anak-anak obesitas (McManus & Mellecker, 2012). Pramono
(2014) yang mengunkap bahwa terdapat kenaikan obesitas pada siswa dengan prevalensi
7,3% di Kota Semarang, yang menyebutkan bahwa aktivitas fisik siswa relatif rendah.
Lingkungan dalam hal ini rumah dan sekolah juga mempunyai pengaruh dominan terhadap
tingkat aktivitas fisik siswa (Fisher, Van Jaarsveld, Llewellyn, & Wardle, 2010). Lingkungan
rumah yang besar pengaruhnya terhadap aktivitas fisik seorang siswa adalah orang tuanya.
Hal tersebut sesuai hasil review Neshteruk, Nezami, Nino-Tapias, Davison, & Ward(2017)
yang mereview penelitian yang dilakukan sejak tahun 2009-2015 menemukan bahwa
aktivitas fisik antara ayah dan anak saling terkait dan berhubungan secara signifikan.
Bailey et al., (2009) memberikan asumsi bahwa jika program PESS (Physical Education and
School Sport) dapat mendorong remaja untuk terlibat dalam aktivitas fisik, terbukti. Melalui
aktivitas fisik yang diatur sedemikan rupa, maka akan meningkatkan aktivitas fisik siswa baik
dalam kelas penjas maupun di luar kelas penjas. Dalam penelitian Gao, Podlog, & Huang,
(2013) yang menerapkan program Dance Dance Revolution (DDR) dalam pembelajaran
penjas di sekolah dasar, berhasil meningkatkan enjoyment atau kenyamanan dalam
beraktivitas fisik, dan juga tingkat aktivitas fisik siswa. Gråstén, (2016) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa program penjas sacara khusus (manipulasi modifikasi lingkungan
sekolah baik fisik dan psikologis) mampu untuk meningkatkan aktivitas fisik siswa.
Perubahan tingkat aktivitas fisik yang terjadi akibat perlakuan dalam 2 elemen yang berbeda,
psikologis (misalnya, sikap, kompetensi dalam kelas PE) dan lingkungan fisik (misalnya,
fasilitas, struktur, dan metode).

9
Dari aspek yang lain, seperti lingkungan bermain di luar sekolah dan aktivitas sosial juga
ternyata mempunyai pengaruh terhadap tingkat aktivitas fisik seseorang (Mötteli & Dohle,
2016). Namun hal tersebut merupakan batasan dari penelitian ini, sehingga belum menjadi
variabel yang akan diujikan. Lingkungan seperti pembelajaran penjas, tempat bermain di luar
penjas dan yang lainnya menjadi variabel yang diduga berpengaruh dan yang
direkomendasikan untuk penelitian ke depan.

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

11
DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai