Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

SCREEN TIME & DAMPAKNYA PADA TUMBUH KEMBANG ANAK


Dosen Pengampu: Ns. Ika Wulansari, M.Kep., Sp.Kep. Mat

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
KELAS A NON REG

Citra Magfirah Nihe (841423160)

Dewi Carlina Parawouw (841423182)

Fatlia Alhasni (841423194)

Friska Pakaya (841423152)

Novita Angraeni (841423158)

Riyani Bau (841423159)

Yuliana Y. Arnold (841423186)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
kehadirat- Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya kepada
saya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Keluarga

Tugas dari mata kuliah Keperawatan Keluarga telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa sumber yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini dan tak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah ini Ns. Ika Wulansari, M.Kep., Sp.Kep. Mat

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan dan cara pengeditan kerapian dalam tugas ini. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari dosen
pengampu mata kuliah dan pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak
orang dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap para pembaca.

Gorontalo, Maret 2024

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................3
A. Konsep dasar tumbuh kembang anak.........................................................................3
B. Konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan balita...................................4
C. Screen Time...................................................................................................................6
BAB III JURNAL PENELITIAN...........................................................................................9
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan kemudahan akses terhadap perangkat digital
menyebabkan durasi screen time pada anak mengalami peningkatan durasi screen time
per-hari yang signifikan. Ketergantungan anak-anak pada media layar telah menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat yang serius karena dapat membahayakan pertumbuhan
kognitif, linguistik, dan sosial-emosional mereka.
Screen time adalah rata-rata waktu yang dihabiskan untuk menatap layar berbagai
perangkat elektronik mulai dari smartphone, laptop, televisi, dan perangkat lainnya. Semakin
lama screen time maka bisa menghasilkan efek negatif pada kesehatan. Apalagi jika melihat
statistik dari Data.ai tahun 2022 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menghabiskan rata-
rata screen time selama 5,7 jam perhari. Melihat data tersebut tentunya tidak bisa diabaikan
karena dampak dari screen time yang berlebihan cukup serius sehingga setiap orang harus bisa
mengelola screen time dengan baik.
Media layar memiliki beragam konsekuensi kognitif, dengan efek menguntungkan
dan merugikan. Screen time dapat meningkatkan pendidikan dan pembelajaran; Namun,
terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dan melakukan banyak tugas dengan
media lain telah dikaitkan dengan buruknya fungsi eksekutif dan kinerja akademis.
Karena waktu menatap layar mengurangi jumlah dan kualitas interaksi antara anak-anak
dan orang tua, hal ini juga dapat berdampak pada perkembangan bahasa. Elemen
kontekstual seperti co-viewing dan kesesuaian topik adalah kunci dalam menentukan
dampak terhadap perkembangan bahasa. Selain itu, penggunaan layar yang berlebihan
berdampak buruk pada pertumbuhan sosial dan emosional, termasuk peningkatan
kemungkinan obesitas, gangguan tidur, dan kondisi kesehatan mental termasuk depresi
dan kecemasan. Hal ini dapat menghambat kemampuan menafsirkan emosi, memicu
perilaku agresif, dan membahayakan kesehatan psikologis seseorang secara umum.
Rekomendasi yang dikeluarkan oleh WHO (2020) menyatakan bahwa anak hingga
usia 1 tahun tidak direkomendasikan untuk memiliki screen time, anak usia 2-4 tahun
durasi screen time tidak lebih dari 1 jam, anak usia 5-17 tahun durasi screen time tidak
lebih dari 2 jam. Menetapkan batasan, memanfaatkan kontrol orang tua, dan
menunjukkan perilaku screen time yang baik adalah teknik yang dapat digunakan orang
tua untuk mengelola penggunaan layar anak-anak. Kita dapat mengurangi kemungkinan
dampak negatif dari waktu menatap layar yang berlebihan dan mendorong perkembangan

1
dan kesejahteraan anak-anak yang sehat dengan meningkatkan pengetahuan dan
mendorong kegiatan alternatif yang merangsang perkembangan.

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar tumbuh kembang anak
2. Mengetahui konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan balita
3. Mengetahui apa yang dimaksut dengan screen time
4. Mengetahui dampak screen time dengan tumbuh kembang dan kesehatan mental anak

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep dasar tumbuh kembang anak
1. Pengertian Tumbuh Kembang
Tumbuh Kembang adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena
petumbuhan ialah bagian dari perkembangan dan setiap yang tumbuh pastilah
berkembang. Setiap manusia akan tumbuh dan berkembang mulai dariia di dalam
kandungan ibunya sampai ia lahir ke dunia, manusia akan terus mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat signifikan. Apalagi pada usia golden
age atau usia emas yang terjadi pada anak usia dini 0-6 (tahun) merupakan usia yang
sangat menentukan bagaimana anak di masa yang akan mendatang. Setiap
betambahnya usia anak maka akan terjadi perubahan secara simultan pada
pertumbuhan dan perkembangan sehingga dua peristiwa tersebut sangat penting
dalam kehidupan anak.
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan berasal dari kata tumbuh yang artinya proses betambahnya kuran
berbagai fisik seorang anak disebabkan karena peningkatan ukuran sel organ yang
terkait. Sependapat dengan Soetjiningsih (2017:1) menyatakan bahwa
pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kualitatif, bertambahnya jumlah,
ukuran pada tingkatan sel, organ pada individu. Begitu juga menurutDarmawan
(2019:3) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel, serta jaringan interselular berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan Satuan
panjang dan berat. AdapunMenurut Nursalama dikutip Sunarsih (2018:2-3)
pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambahnya banyak)| sel-
sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, seperti pertambahan ukuran
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kualitatif, bertambahnya ukuran dan
jumlah sel seperti inggi badan,berta badan dan lingkar kepala yang dapat dilihat
secara nyata dari fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga
dapat diukur.

3
b. Perkembangan
Perkembangan merupakan proses pematangan secara majemuk yang berkaitan
dengan aspek perubahan atau diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk aspek
sosial emosional. Menurut menurut Garina, dkk (2017:4) adalah proses
pematangan secara majemuk atau komprehensif yang berkaitan dengan aspek
perubahan atau diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk aspek sosial dan
emosional. Sedangkan menurut Darmawan (2019:3) perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian. Sependapat dengan Nursalama dikutip Sunarsih
(2018:23) perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola yang teratur, dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Jadi beberapa pengertian di atas
dapat kita simpulkan bahwa perkembangan adalah proses pematangan secara
majemuk yang berkaitan dengan bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dan mengikuti pola yang teratur.

B. Konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan balita


1. Tugas Perkembangan Anak Balita
Perkembangan (development) adalah berkembangnya kemampuan skill dalam
struktur dan fungsi tubuh sebagai hasil dari proses pematangan sel-sel tubuh, jaringan
tubuh,orga-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan ditandai oleh
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan
gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Balita merupakan singkatan bawah lima tahun, periode ini dimulaipada usia
satu hingga lima tahun. Rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan balita
yaitu rentang cepat dan lambat. Proses perkembangannya memiliki ciri fisik, kognitif,
konsep diri, dan perilaku sosial. Masa balita ini jika pada masa pertumbuhan dan
perkembangan tidak dipantau dengan baik akan terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sehingga tidak akan dapat diperbaiki pada periode selanjutnya sampai
usia dewasa. Pada usia 1 tahun, balita mengalami maturasi otak dan kesiapan mental
untuk bicara. Pada saat inilah merupakan saat yang tepat untuk dilakukan deteksi dini
gangguan perkembangan pada anak. Balita mencapai perkembangan dalam cara

4
mereka bermain, belajar, berbicara, berperilaku, dan bergerak (seperti merangkak,
berjalan, atau melompat). Pada usia 2 tahun, balita lebih banyak bergerak, dan sadar
akan diri sendiri serta sekitarnya. Keinginan mereka untuk mengeksplorasi objek dan
orang baru juga semakin meningkat. Selama tahap ini, balita akan menunjukkan
kemandirian yang lebih besar; mulai menunjukkan perilaku menantang; mengenali
diri; dan meniru perilaku orang lain, terutama perilaku orang dewasa. Balita dapat
mengenali nama orang dan benda yang dikenalnya, membentuk frasa dan kalimat
sederhana, serta mengikuti petunjuk dan arahan sederhana. Pada usia 2-3 tahun balita
memiliki keterampilan seperti bermain bergiliran, dan menendang bola.Pada usia ini
menumbuhkan keinginan balita untuk mandiri. Balita akan mengalami perubahan
besar dalam pemikiran, pembelajaran, sosial, dan emosional yang akan membantu
mereka menjelajahi dan memahami dunia baru mereka. Selama tahap ini, balita harus
dapat mengikuti petunjuk dua atau tiga langkah, mengurutkan objek berdasarkan
bentuk dan warna, meniru tindakan orang dewasa, dan mengekspresikan berbagai
emosi . Usia 3-5 tahun balita memiliki keterampilan seperti menamai warna,
menunjukkan kasih sayang, dan melompat dengan satu kaki. Mereka akan menjadi
lebih mandiri dan mulai lebih fokus pada orang dewasa dan anak-anak di luar
keluarga. Mereka akan lebih ingin mengeksplorasi dan bertanya tentang hal-hal di
sekitar mereka. Interaksi mereka dengan keluarga dan orang-orang di sekitar mereka
akan membantu membentuk kepribadian mereka dan cara berpikir dan bergerak.
Selama tahap ini, balita dapat mengendarai sepeda roda tiga, menggunakan gunting
dengan pengaman, melihat perbedaan antara anak perempuan dan anak laki-laki,
membantu berpakaian dan membuka pakaian sendiri, bermain dengan anak-anak lain,
mengingat bagian dari sebuah cerita, dan menyanyikan sebuah lagu?
2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak balita
Perkembangan balita dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor genetic
maupun lingkungan. Faktor lingkungan seperti lingkungan pranatal, perinatal, dan
postnatal. Faktor tersebut meliputi riwayat gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin/zat
kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunisasi, anoksia embrio, asfiksia, trauma
lahir, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, bayi berat lahir rendah (BBLR), infeksi,
ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, status gizi, perawatan kesehatan kerentanan
terhadap penyakit, kondisi kesehatan kronis, fungsi metabolisme, hormon. Hal
tersebut juga didukung studi literatur lain bahwa kondisi kehamilan, komplikasi
persalinan, pemenuhan gizi, pelayanan kesehatan, dan kerentanan terhadap penyakit
5
merupakan beberapa faktor yang berhubungan dengan gangguan perkembangan
balita. Selain itu factor keluarga juga mempengaruhi perkembangan balita, meliputi
tingkat pendidikan ibu, sikap membesarkan bayi ibu, self-efficacy ibu, peran orang
tua, pekerjaan orang tua, interaksi orang tua-balita dan pola asuh orang tua.Study
literatur lain menyatakan bahwa stres keluarga yang tinggi akan menyebabkan
gangguan mental orang tua yang mungkin mengganggu emosional atau perilaku
balita.
3. Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Anak Balita
Tugas perkembangan keluarga dengan anak balita masuk dalam tugas tahap
III. Keluarga mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga
(misalnya rumah, ruang, privasi dan keamanan), mensosialisasikan anak,
mengntegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan orang tua-anak)
dan luar keluarga (hubungan dengan keluarga besar dan komunitas), mulai
menanamkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak serta menanamkan nilai dan norma kehidupan. Berikut ini
adalah beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua terhadap balita.
a. Membacaka buku untuk balita setiap hari.
b. Minta balita untuk menemukan objek untuk Anda atau beri nama bagian tubuh
dan objek.
c. Mainkan permainan yang cocok dengan balita Anda, seperti menyortir bentuk dan
teka-teki sederhana.
d. Dorong balita untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru.
e. Bantu mengembangkan bahasa balita dengan berbicara dengannya dan
menambahkan kata-kata yang ia mulai. Misalnya, jika anak Anda mengatakan
"baba", Anda dapat menjawab, "Ya, Anda benar, itu adalah botol."
f. Dorong kemandirian balita dengan membiarkannya memakai pakaian dan makan
secara mandiri.
g. Dorong rasa ingin tahu dan kemampuan balita Anda untuk mengenali benda-
benda umum dengan melakukan

C. Screen Time
1. Definisi

6
Screen time merupakan waktu yang dihabiskan oleh anak dengan perangkat
digital. Kehidupan modern saat ini menjadikan screen time menjadi hal yang wajar
dalam kehidupan sehari-hari (Madigan et al., 2019). Perangkat digital seringsekali
digunakan oleh anak untuk aktifitas hiburan dan interaksi sosial (Tan et al., 2023).
Namun tentu saja ada batas rekomendasi durasi screen time pada anak.
World Health Organization (2019) mengatakan bahwa untuk mencapai kesehatan
mental dan fisik yang baik maka anak membutuhkan lebih banyak waktu untuk
melakukan aktifitas fisik dibandingkan dengan menghabiskan waktu dengan screen
time. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh WHO (2020) menyatakan bahwa anak
hingga usia 1 tahun tidak direkomendasikan untuk memiliki screen time, anak usia 2-
4 tahun durasi screen time tidak lebih dari 1 jam, anak usia 5-17 tahun durasi screen
time tidak lebih dari 2 jam. Penelitian yang dilakukan di China melaporkan bahwa
mayoritas anak usia prasekolah memiliki setidaknya 2 perangkat digital (Tan et al.,
2023). Akan tetapi seiring dengan perkembangan dan kemudahan akses terhadap
teknologi, durasi screen time pada anak mengalami peningkatan melewati batas durasi
yang direkomendasikan oleh WHO. Anak usia 3 tahun dilaporkan mengalami
peningkatan screen time dengan rata-rata 3,6 jam per-hari (Madigan et al., 2019).
Rideout & Robb (2020) melaporkan bahwa anak yang baru lahir hingga anak berusia
8 tahun menghabiskan waktu 2,5 jam per-hari untuk screen time. Sering sekali
orangtua mengizinkan anak untuk melakukan screen time pada jam makan dan
sebagai aktifitas bermain pada anak (Mortensen et al., 2023). Belakangan ini,
peningkatan durasi screen time terjadi karena orangtua menggunakan perangkat
digital sebagai media distraksi anak terutama ketika orangtua sedang kelelahan,
bekerja, membantu untuk menenangkan anak yang sedang rewel/gelisah, dan
pengantar tidur anak (Rideout & Robb, 2020).
Peningkatan durasi screen time pada anak akan mengurangi kualitas interaksi
antara orangtua dan anak sehingga memungkinkan terjadinya masalah perilaku pada
anak. Berdasarkan dari penelusuran literature ditemukan bahwa peningkatan screen
time pada anak berhubungan dengan timbulnya berbagai masalah pada anak. Salah
satu masalah yang timbul akibat dari peningkatan screen time pada anak adalah
masalah perilaku. Liu et al (2022) menyatakan bahwa peningkatan screen time
berhubungan dengan peningkatan internalizing problem pada anak seperti depresi,
cemas, pemikiran untuk bunuh diri, merasa kesepian, dan harga diri rendah.

7
2. Masalah yang muncul akibat anak terlalu banyak screen time
a. Emotional & Conduct Problem
Penelitian menyebutkan bahawa durasi screen time hingga 2 jam per hari
berhubungan dengan peningkatan masalah perilaku pada anak yakni emotional
problem, conduct problem, dan masalah dengan teman sebaya (Choi et al., 2021;
Qu et al., 2023; Song et al., 2020). Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh
(CartanyàHueso et al., 2022) melaporkan bahwa anakanak yang menghabiskan
durasi screen time ≥3 jam memiliki risiko untuk mengalami masalah emosional,
conduct problem, masalah dengan teman sebaya, dan risiko masalah perilaku
sosial dibanding dengan anak yang menghabiskan durasi screen time hingga 59
menit. Perbedaan jenis perangkat digital yang digunakan dalam screen time juga
dapat mempengaruhi masalah perilaku pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh
(Taner et al., 2022) melaporkan bahwa durasi screen time menggunakan
smartphone berhubungan positif dengan timbulnya masalah perilaku dan durasi
screen time dengan televisi tidak berhubungan dengan timbulnya masalah
perilaku. Penelitian lain yakni oleh (Alaki et al., 2023) melaporkan bahwa
penggunaan handphone pada anak menyebabkan peningkatan screen time yang
berhubungan dengan masalah perilaku yakni perilaku yang tidak koperatif selama
pemeriksaan gigi berlangsung.
b. Masalah Perkembangan
Pada studi reviu literatur ditemukan artikel yang menilai masalah perilaku
anak berdasarkan outcomes masalah perkembangan yang terjadi pada anak. anak
usia 0-5 tahun yang mengalami peningkatan screen time memiliki risiko
terjadinya masalah perilaku dan perkembangan yakni developmental delay, ASD,
ADHD, gangguan berbicara dan gangguan belajar (Qu et al., 2023). Peningkatan
durasi screen time pada anak dapat menyebabkan beberapa tugas perkembangan
anak tidak berjalan dengan optimal sesuai dengan tahapan umur anak (McArthur
et al., 2022; Setyarini et al., 2023). Jika dilihat dari aspek perkembangan sosial
maka peningkatan durasi screen time pada anak berhubungan dengan menurunnya
kemampuan sosial pada anak (Resly & Suminar, 2018). Selain itu peningkatan
durasi screen time pada anak juga berhubungan dengan timbulnya masalah
tantrum pada anak prasekolah disebabkan ketergantungan terhadap teknologi
(Setyarini et al., 2023).

8
BAB III
JURNAL PENELITIAN
A. Judul
“Parents’ knowledge, attitude, and practice on children’s screen time at home and the
implications for nurses in promoting health: a cross-sectional study”
B. Penulis

Nur Fatin-Aqilah Arippin.

Mardiah Haji Mahmud.

Hanif Abdul Rahman.

Kolinmo-Yumni A. Aliy-Yuin.

Linda Lai Swee Ching.

Khadizah H. Abdul-Mumin.

C. Tahun Terbit : 2023.


D. Nama Jurnal : Jurnal Ners.
E. Ringkasan Jurnal
Pendahuluan
Didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai jumlah waktu duduk
yang dihabiskan secara pasif di perangkat berbasis layar tanpa aktivitas fisik aktif
(Organisasi Kesehatan Dunia, 2020). WHO (2020) telah merilis pedoman pergerakan 24
jam WHO yang merekomendasikan bahwa anak-anak berusia 2-4 tahun sebaiknya
mendapat waktu menatap layar kurang dari satu jam per hari, dan membatasi tidak satu
jam pun untuk bayi di bawah usia 2 tahun (WHO, 2020). Namun, mengingat pesatnya
laju perubahan teknologi saat ini dimana kepemilikan perangkat teknologi menjadi lebih
mudah, anak-anak yang tumbuh dengan teknologi meningkat pesat, sehingga
meningkatkan kekhawatiran akan dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap aspek

9
kesehatan mereka secara keseluruhan yang dapat menghambat pertumbuhan optimal
mereka. dan kesejahteraan (Bennetts dkk., 2016). Evolusi perangkat layar memunculkan
beberapa akses terhadap aplikasi dan program pendidikan yang memfasilitasi
perkembangan anak dalam berbagai cara, terutama dalam pengajaran dan pengasuhan
anak (LeBlanc et al., 2017). Perangkat layar melalui permainan dan aplikasi pendidikan
lainnya mendorong pembelajaran interaktif dan merangsang perkembangan kognitif
(Ponti, 2023). Ini termasuk keterampilan membaca dini, berhitung, dan memecahkan
masalah (Tatar et al., 2023). Sebaliknya, waktu menatap layar yang berlebihan dapat
menimbulkan beberapa keterbatasan yang dapat menyebabkan kurangnya aktivitas fisik,
gangguan tidur, dan keterlambatan perkembangan bahasa. Ketergantungan pada
perangkat layar dapat membatasi interaksi sosial tatap muka, sehingga berdampak pada
perkembangan sosial anak (Canadian Pediatric Society, 2017; Carson et al., 2010).
Bahan dan metode
Desain dan pengaturan studi
Sebuah studi cross-sectional menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri
digunakan. Orang tua dari anak-anak berusia 0 hingga 4 tahun menghadiri Klinik
Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak di empat distrik di Brunei Darussalam diundang
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Lokasi penelitian merupakan layanan primer
yang semata-mata memberikan pelayanan suportif kepada ibu dan anak dengan fasilitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang memadai.
Populasi dan sampel
Populasi sasarannya adalah orang tua yang mempunyai anak usia 0 sampai dengan 4
tahun yang ikut serta dalam Bimbingan Ibu dan Anak Klinik Perawatan Kesehatan di
empat distrik di Brunei Darussalam. Kriteria inklusinya adalah (1) Orang tua yang
mempunyai tanggung jawab terhadap seorang anak, misalnya sebagai ibu atau ayah, (2)
memiliki anak yang diasuhnya dengan usia berkisar antara 0 sampai 4 tahun dan (3)
orang tua juga perlu memiliki cukup kemampuan membaca baik dalam bahasa Inggris
atau bahasa Melayu, sedangkan kriteria eksklusi meliputi: (1) Orang tua yang memiliki
anak berusia 5 tahun ke atas atau tidak memiliki anak, (2) orang tua yang mengalami
kesulitan mengakses kuesioner online melalui tautan Qualtrics (misalnya internet
masalah) dan (3) orang tua yang mempunyai masalah dalam membaca bahasa Inggris
dan bahasa Melayu.
Instrumen penelitian

10
Kuesioner yang dilaporkan sendiri dirancang berdasarkan tinjauan literatur
mengenai bidang-bidang yang menjadi perhatian utama sehubungan dengan waktu layar
(misalnya Chandra et al., 2016; Duch et al., 2013). Kuesioner dikembangkan oleh tim
peneliti yang terdiri dari mahasiswa perawat, dokter anak, perawat anak, dan akademisi
yang berspesialisasi dalam keperawatan anak, biostatistik, dan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Itu kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu; (1) Sosiodemografi, (2)
Perangkat Berbasis Layar yang dapat diakses oleh anak-anak dan Durasi Layar yang
Dihabiskan Anak di Rumah dan (3) Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Orang Tua
terhadap Durasi Layar yang Dihabiskan di Rumah. Kuesioner ini telah dimodifikasi
setelah pra-pengujian dengan lima ibu yang memiliki kriteria inklusi yang sama untuk
memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut terdefinisi dengan baik dan
dipahami dengan jelas antara satu orang tua dan orang tua lainnya. Semua anggota tim
peneliti menyetujui versi final kuesioner
Analisis statistik
Data dianalisis menggunakan R Studio Desktop versi 1.2.1335. Analisis statistik
mencakup statistik deskriptif dan uji eksak Fisher untuk menentukan tingkat
pengetahuan, sikap, dan praktik orang tua terhadap waktu layar yang dihabiskan anak-
anak mereka di rumah serta menentukan perangkat berbasis layar yang umum
digunakan, jenis konten, dan tingkat waktu layar. dihabiskan oleh anak-anaknya. Semua
uji statistik bersifat dua sisi dan nilai p kurang dari 0,05 dianggap signifikan. Namun,
kami juga menekankan pentingnya mempertimbangkan asumsi apa pun yang dibuat
ketika menggunakan uji eksak Fisher, terutama ketika menangani ukuran sampel yang
kecil untuk beberapa sel.
Hasil
Salah satu atau kedua orang tua dapat berpartisipasi dalam penelitian ini. Sampel
akhir mencakup 113 orang tua dimana 91,2% di antaranya adalah ibu. Pesertanya
sebagian besar adalah etnis Melayu-Brunei (78,8%) dan sekitar 57,5% orang tua yang
memiliki setidaknya dua anak berusia < 4 tahun. Sebanyak 194 anak dikumpulkan
dimana sekitar 52,1% adalah laki-laki, sebagian besar berusia di bawah 2 tahun
(62,9%) dan sekitar 83% tidak bersekolah di tempat penitipan anak dan/ atau tempat
penitipan anak. Dalam hal perangkat berbasis layar rumah tangga, sebagian besar
orang tua melaporkan memiliki kurang dari enam perangkat (75,2%) yang tersedia di
rumah mereka dan masing-masing orang tua setidaknya memiliki televisi dan telepon
pintar.
11
Karakteristik deskriptif total waktu yang dihabiskan anak-anak pada setiap
perangkat berbasis layar berdasarkan gender. Saat memeriksa total waktu menonton
yang dihabiskan oleh semua anak dalam penelitian ini, terlepas dari apakah mereka
bersekolah di taman kanak-kanak dan/ atau tempat penitipan anak, ditemukan bahwa
televisi adalah perangkat berbasis layar yang paling umum digunakan di antara anak-
anak dari kedua kelompok usia. kelompok usia <2 tahun dibandingkan dengan
perangkat berbasis layar lainnya, Mayoritas anak usia < 2 tahun (70,6%) yang
bersekolah di taman kanak-kanak dan/atau tempat penitipan anak menghabiskan lebih
banyak waktu untuk menonton televisi (antara <30 menit hingga >2 jam). Waktu
serupa yang dihabiskan untuk menonton televisi juga diamati pada hari-hari di luar
taman kanak-kanak dan/atau tempat penitipan anak dan pada hari libur umum untuk
anak-anak berusia <2 tahun (masing-masing 82,3% dan 88,2%). Ditemukan juga
bahwa anak usia <2 tahun 47 % lebih banyak waktu menggunakan ponsel cerdas
antara kurang dari 30 menit hingga 1 jam pada hari di luar taman kanak-kanak
dan/atau tempat penitipan anak dibandingkan pada hari penitipan anak dan/atau tempat
penitipan anak (23,6%). Demikian pula dengan peningkatan jumlah anak usia 3 hingga
4 tahun yang menonton televisi >1 jam pada hari penitipan anak dan/atau penitipan
anak (18,8%), hari di luar penitipan anak dan/atau penitipan anak (43,8) dan hari libur
( 62,6%) diamati. Namun, tidak ada perbedaan signifikan yang dilaporkan pada anak-
anak dari kedua kelompok umur yang menghadiri penitipan anak dan/ atau hari
penitipan anak dengan total waktu layar yang dihabiskan pada setiap perangkat
berbasis layar di rumah selama hari penitipan dan/atau penitipan anak, di luar penitipan
anak dan/ atau hari penitipan anak. dan hari libur umum. (Rahman et al., n.d.)

12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perkembangan teknologi dan kemudahan akses terhadap perangkat digital
menyebabkan durasi screen time pada anak mengalami peningkatan durasi screen
time per-hari yang signifikan. Ketergantungan anak-anak pada media layar telah
menimbulkan masalah apabila tidak diawasi karena dapat membahayakan
pertumbuhan dan perkembangan anak khususnya kognitif, linguistik, dan sosial-
emosional mereka.

B. Saran
Penting untuk diketahui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan secara normal
agar dapat mendeteksi dan mencegah ketidaknormalan yang terjadi pada tahap-tahap
tersebut dan untuk membatasi dan mengawasi aktifiktas anak sesuai dengan
kebutuhan petumbuhan dan perkembangan anak.

13
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, H. A., Arippin, N. F., Mahmud, M. H., Lai, L., Ching, S., & Abdul-mumin, K. H.
(n.d.). screen time anak di rumah serta implikasinya bagi perawat dalam meningkatkan
kesehatan : a studi cross-sectional.

14

Anda mungkin juga menyukai