Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI PERKEMBANGAN ANAK MENURUT HAVIGURST


DAN JEAN PIAGET
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: bk prasekolah dan pendidikan dasar
Dosen Pengampu: Devi Ayu Kurniawati, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 1
Nabil Alif Hisyam (13082200026)
Ratu Emilyan (13082200006)
Tika Nurlita (13082200025)
Sayyidati Rizqiani (13082200018)
Azzahra Ulfah (13082f200012)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Perilaku Sosial................................................................................................................2
2.2 Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial........................................................................................3
2.3Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial.......................................................................................................6
2.4 Jenis-jenis perilaku menurut para ahli...........................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………10
3.2 Saran..............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”perilaku
sosial” ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada Devi Ayu Kurniawati , M.Pd selaku dosen pengampu Pada mata kuliah bk
prasekolah dan pendidikan dasar yang telah memberikan tugas kepada kami.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang telah diberikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang perilaku sosial bagi para pembaca dan juga bagi kami penulis.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar kami penulis bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.
Semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan para
pembaca untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Serang, 28 November 2023

Kelompok 1

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan anak dini merupakan pendidikan dasar yang


mengupayakan jenjang pendidikan anak sejak lahir dengan rentang usia 0-6
tahun. Pendidikan dilakukan dengan cara pemberian rangsangan pada anak
untuk pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani dengan
memiliki kesiapan pendidikan yang berkelanjutan.. Usia dini merupakan usia
emas yang mana pada usia ini kemampuan menyerap anak sangat cepat, maka
sangat disayangkan jika orang tua tidak bisa menggunakan usia emas ini
dengan sebaikbaiknya. Masa usia dini merupakan pertumbuhan anak yang
menentukan perkembangan selanjutnya dimana anak usia dini rentan terhadap
kehidupan anak.

Hal ini perlu pemahaman terhadap semua pihak akan pentingnya masa
usia dini untuk mengoptimalisasi 6 aspek perkembangan anak; salah satunya
perkembangan kognitif. Pentingnya pendidikan dimulai sejak dini, dimana
pendidikan anak bias menentukan peran dalam kehidupan lebih lanjut.
Perkembangan pada usia dini memiliki beberapa perkembangan, seperti
kognitif, bahasa, motorik, emosional, dan sosial (Talango, 2020)
Perkembangan ini akan menjadi dasar perkembangan selanjutnya. Oleh karena
itu, perkembangan masa awal anak menjadi penentu. Pendidikan anak usia dini
adalah pendidikan yang paling mendasar, dimana kedudukan ini menjadi
golden age dan menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan
sumber daya insani. Rentang anak usia dini dari 0-6 tahun merupakan usia
kritis. Proses pendidikan bisa mempengaruhi seseorang tergantung dari
lingkungan sekitar. Lingkungan menjadi penentu bagi perkembangan anak dari
baik kecerdasan, kemauan, bakat, fisik, kognitif bahasa, sosio-emosional dan
spiritual (Tanu, 2017).

Salah satu rangsangan pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari
stimulasi perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif salah satu faktor
dalam diri sendiri. Konsep perkembangan kognitif bagian dari fase

1
perkembangan karakteristik manusia yang harus diperhatikan. Aspek
pengembangan kognitif, bagian dari hasil belajar dan kompetensi yang
diharapkan pada anak. Anak memiliki kemampuan berfikir secara logis,
berpikir kritis, dapat memberi alasan, mampu memecahkan masalah dan
menemukan hubungan sebab akibat dalam memecahkan suatu permasalahan
(Novitasari & Fauziddin, 2020)

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa pengertian perkembangan anak menurut Havighurst dan jean piaget?


b) Apa faktor-faktor perilaku sosial?
c) Apa jenis-jenis perilaku sosial?
d) Apa bentuk-bentuk perilakus sosial?

1.3 Tujuan Penulisan

a) Untuk mengetahui pengertian perilaku sosial


b) Untuk mengetahui faktor-faktor perilaku social
e) Untuk mengetahui jenis-jenis perilaku social
f) Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilakus social

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian perkembangan anak menurut havighurst

Menurut Havigurst Istilah pertumbuhan dan perkembangan seringkali digunakan


seolah-olah keduanya mempunyai pengertian yang sama, karena menunjukan adanya
suatu proses perubahan tertentu yang mengarah kepada kemajuan. Padahal
sesungguhnya istilah pertumbuhan dan perkembangan ini mempunyai pengertian yang
berbeda. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif,
sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung
arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak
menyangkut perubahan fisik.

Selain dari pengertian di atas, pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai


perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik
yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase tertentu.
Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan
dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya
susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya
maturasi atau kematangan pada diri individu. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari
fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh
lingkungan. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan
perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling kebergantungan atau saling
mempengaruhi

Sedangkan menurut Jean Piaget merupakan ahli Biologi dan Psikologi yang merumuskan
teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kemampuan kognitif. Menurut Piaget,
teori perkembangan kognitif mengemukakan asumsi tentang perkembangan cara berfikir
individu dan kompleksitas perubahannya melalui perkembangan neurologis dan
perkembangan lingkungan. Dalam teori Piaget ini, perkembangan kognitif dibangun
berdasarkan sudut pandang aliran struturalisme dan konstruktivisme. Sudut pandang
strukturalisme terlihat dari pandangannya tentang intelensi yang berkembang melalui

3
serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh pengaruh kualitas tas struktur kognitif.
Sedangkan sudut pandang konstruktivisme dapat dilihat pada pandangannya tentang
kemampuan kognitif yang dibangun melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

2.2 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif

Tahap-tahap perkembangan kemampuan kognitif manusia terbagi dalam beberapa


fase. Piaget membagi perkembangan kemampuan kognitif manusia menurut usia
menjadi 4 tahapan. Yaitu
1.tahap sensori motori
Tahap sensori (sensori motor) Perkembangan kognitif tahap ini terjadi pada usia 0-2
tahun. Kata kunci perkembangan tidak bisa memisahkan diri dengan pada dirinya
sendiri. Baru pada tahap berikutnya dia mengalami decentered pada dirinya sendiri.6
Pada tahap sensori ini, bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir
sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun pemahaman tentang dunia
melalui pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. Tahap
ini pemikiran anak mulai melibatkan penglihatan, pendengaran, pergeseran dan
persentuhan serta selera. Artinya anak memiliki kemampuan untuk menangkap segala
sesuatu melalui inderanya. Bagi Piaget masa ini sangat penting untuk pembinaan
perkembangan pemikiran sebagai dasar untuk mengembangkan intelegensinya.
Pemikiran anak bersifat praktis dan sesuai dengan apa yang diperbuatnya. Sehingga
sangat bermanfaat bagi anak untuk belajar dengan lingkungannya. Jika seorang anak
telah mulai memiliki kemampuan untuk merespon perkataan verbal orang dewasa,
menurut teori ini hal tersebut lebih bersifat kebiasaan, belum memasuki tahapan
berfirkir.

2. Tahap praoperasional (preoperational)

Fase perkembangan kemampuan kognitif ini terjadi para rentang usia 2-7 tahun. Pada
tahap ini, anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran
simbolis dan melampaui hubungan informasi inderawi dan tindakan fisik. Cara
berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak
logis.

4
Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:

a) Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi
tidak logis

b) Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebabakibat


secara tidak logis

c) Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya d)
Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai
jiwa seperti manusia

e) Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau di
dengar

f) Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan


jawaban dari persoalan yang dihadapinya

g) Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling
menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya

h) Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya.

3. Tahap operasi konkrit (concreteoperational)

Tahap operasi konkrit terjadi pada rentang usia 7-11 tahun. Pada tahap ini akan
dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentukbentuk yang berbeda.Kemampuan
untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-
problem abstrak. Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa dibalikkan yang
berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi konkret membuat anak bisa
mengoordinasikan beberapa karakteristik, jadi bukan hanya fokus pada satu kualitas
objek. Pada level opersional konkret, anak-anak secara mental bisa melakukan sesuatu
yang sebelumnya hanya mereka bisa lakukan secara fisik, dan mereka dapat
membalikkan operasi konkret ini. Yang penting dalam kemampuan tahap operasional
konkret adalah pengklasifikasian atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbedabeda
dan memahami hubungannya.

5
Tahap ini dimulai dengan tahap progressive decentring di usia tujuh tahun.
Sebagian besar anak telah memiliki kemampuan untuk mempertahankan ingatan
tentang ukuran, panjang atau jumlah benda cair. Maksud ingatan yang dipertahankan
di sini adalah gagasan bahwa satu kuantitas akan tetap sama walaupun penampakan
luarnya terlihat berubah. Jika Anda memperlihatkan kelereng dalam sebuah kotak lalu
menyerakkannya di lantai, maka perhatian anak yang masih berada pada tahap
praopersional akan terpusat pada terseraknya kelereng tersebut dan akan percaya
jumlahnya bertambah banyak. Sebaliknya, anak-anak yang telah berada pada tahap
opersional konkret akan segera tahu bahwa

4. Tahap operasi formal (formal operational)

Tahap operasi formal ada pada rentang usia 11 tahun-dewasa. Pada fase ini dikenal
juga dengan masa anak . anak awal remaja berpikir dengan cara lebih abstrak, logis,
dan lebih idealistic. Tahap operasional formal, usia sebelas sampai lima belas tahun.
Pada tahap ini individu sudah mulai memikirkan pengalaman konkret, dan
memikirkannya secara lebih abstrak, idealis dan logis. Kualitas abstrak dari pemikiran
operasional

formal tampak jelas dalam pemecahan problem verbal. Pemikir operasional konkret
perlu melihat elemen konkret A, B, dan C untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika
A = B dan B = C, maka A = C. Sebaliknya pemikir operasional formal dapat
memecahkan persoalan itu walau problem ini hanya disajikan secara verbal. Selain
memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga memiliki
kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan
kemungkinankemungkinan. Pada tahap ini, anak mulai melakukan pemikiran
spekulasi tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri
orang lain. Konsep operasional formal juga menyatakan bahwa anak dapat
mengembangkan hipotesis deduktif tentang cara untuk memecahkan problem dan
mencapai kesimpulan secara sistematis.

6
2.3

2.4

2.5

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara keseluruhan, perilaku sosial mencerminkan kompleksitas hubungan


antara individu dan masyarakat. Didasari oleh faktor psikologis dan sosiologis,
perilaku sosial tidak hanya merupakan respons individu terhadap lingkungan,
tetapi juga merupakan produk dari norma, nilai, dan struktur sosial yang
membentuk kehidupan bersama. Melalui interaksi ini, masyarakat membentuk
identitas kolektif, norma bersama, dan pola perilaku yang mendefinisikan
karakteristik suatu kelompok. Studi tentang perilaku sosial memberikan
wawasan yang mendalam tentang dinamika sosial, memungkinkan pemahaman
lebih baik tentang bagaimana individu berinteraksi, beradaptasi, dan
membentuk pola perilaku yang membentuk wajah masyarakat

3.2 Saran

Penulis sangat memahami bahwa makalah yang kami buat masih sangat jauh
dari kata sempurna. Kami mengharapkan masukan dan kritik dan saran yang
membangun supaya dapat kami jadikan motivasi untuk menjadi lebih baik lagi
ke depannya. Makalah ini diharapkan mampu menjadi bahan pembelajaran
mengenai perilaku sosial.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M &Asrori, M. 2012. Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara.


-------------------- 2004 . Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara
Abu Ahmdi. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Baron, R.A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Bartal, 1976. Macam ±Macam Pola Pembinaan Prilaku. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Cohen, Bruce, J. 1992. Sosiologi,Suatu Pengantar. Jakarta: Reneka Cipta
Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Renika Cipta
Edwin M. Lemert. 1992. Psikologi kepribadian. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Erickson.1982. Psikologi Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia
F.J.Monks, 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
George, Ritzer. 2014. Teori-teori perkembangan sosial . Jakarta : Erlangga
Hurlock,
B. Elizabeth. 2004. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga,
Hall dan Lindzey. 2005. Problematika Remaja. Jakarta : Erlangga Ivancevich.
2008. Pembinaan prilaku dan sikap. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Krech et.al, 1962. Individual in Societ. Tokyo : McGraw-Hill Kogakasha.
Kwick, Robert. 1974. Pendidikan dan prilaku, Jakarta : Renika Cipta
Lawang, Robert M.Z.2008. Pengantar Sosiologi Dan Terjemahan. Jakarta :
Pusat Perbukuan
Mangunharjono,A.M. 1997. Pembinaan Arti Dan Metodenya. Yogyakarta :
Kanissius.
Mathis, 2002. Pembinaan dalam pembentukan prilaku. Jakarta: Gaung Persada
Malasari, Endah. 2007. Pola Pembinaan Budi Pekerti. Yogyakarta : Erlangga.
Max Weber. 2001. Teori-teori sosial. Surabaya : Usaha Nasional
Poerwodarminto, W.J.S, 1998. Kamus umum bahasa indonesia . Jakarta : Balai
Pustaka
Pamuji. 1990. Pembinaan remaja. Jakarta : Rineka Cipta

8
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1996, Psikologi Sosial. Edisi Kedua.
Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai