Anda di halaman 1dari 16

REKAYASA IDE (RI)

MK. PPA

PRODI S1 PGPAUD FIP

SKOR NILAI :

Milestone Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

NAMA MAHASISWA :

ANGELINA HUTASOIT NIM : 1203313016

EVA INSANI SITOMPUL NIM : 1202113002

NONI ELVINA PURBA NIM : 1203113029

NURUL HIKMAH PURBA NIM : 1203313007

PRISKILLA GITA FANY NIM : 1203113004

DOSEN PENGAMPU : Suri Handayani Damanik, S.Psi., M.Psi

Ananda Leo Virganta, S. Pd., M.Pd

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua rahmat
dan,nikmat serta hidayah-Nya yang telah di limpahkan. Sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah PPA dalam bentuk ‘’ REKAYASA IDE ‘’ dan isinya yang
sangat sederhana pasa waktunya.

Tugas ini dapat memberikan informasi kepada pembaca dan pengetahuan lebih
mengenai pembelajaran tersebut. Saya menyadari bahwa dalam tugas yang saya buat ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya harapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak bersangkutan dalam
pembuatan tugas ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai segala usaha
yang kita lakukan. Amin .

Medan ,16 mei 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah ................................................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................................2

A. Perkembangan sosial ...........................................................................................................2


B. Ciri ciri perkembangan sosial anak usia dini..............................................................3
C. Upaya guru untuk sosial anak usia dini ........................................................................4

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................................6

A. Milestone perkembangan anak usia dini ...................................................................6

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................................11

A. Kesimpulan ................................................................................................................................12
B. Saran .............................................................................................................................................12

ii
BAB 1
PEDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi,


biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas atau dewasa. Tingkat
tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik
dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (biologis, fisik dan psikosial). Proses yang unik dan
hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap bayi.

Tahapan-tahapan tumbuh kembang ini dapat menjadi referensi bagi kita untuk
memahami sudah sejauh mana pencapaian kemampuan anak sesuai usianya. Bicara soal
tumbuh dan kembang anak, sebenarnya ada perbedaan di antara kedua kata ini yang
perlu Anda ketahui. Kata “pertumbuhan” dipakai untuk menjelaskan bertambahnya
ukuran tubuh anak yang meliputi tinggi dan berat badan, ukuran lingkar kepala, tulang,
otot, gigi-geligi, serta organ-organ tubuh lainnya. Sementara“perkembangan” mengacu
pada meningkatknya fungsi dan kemampuan yang dimiliki anak. Misalnya fungsi
penginderaan, kemampuan motorik, kognitif, kemampuan anak berkomunikasi, emosi-
sosial juga etika.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja tahapan tumbuh kembang anak yang bisa membantu perkembangan
bahasa anak?

2. Penyelesaian tugas KKNI yaitu Rekayasa Ide Psikologi Perkembangan AUD

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui tahapan tumbuh kembanv anak yang bisa membantu


perkembangan bahasa anak?

2. Untuk menyelesaikan serta menambah pengetahuan mengenai Tugas Rekayasa Ide


yang kami Review!

1
BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERKEMBANGAN SOSIAL

Menurut Jahja (2011: 28-29) perkembangan (development) adalah bertambahnya


kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya.

Menurut Hartinah (2008: 24) terdapat berbagai macam definisi yang berkaitan
dengan perkembangan. Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu
pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut
sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis
yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan akan
berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan proses pertumbuhan seringkali
akan berhenti jika seorang telah mencapai kematangan fisik.

Dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial penyesuaian diri terhadap norma-


norma yang didasari atas adanya peran dan dorongan hasil dari proses kematangan fisik
melalui pembentukan fungsi organ jasmani dan rohani. Dapat juga diartikan perilaku
yang sesuai dengan tuntutan sosial yang diperoleh melalui kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respons.

Pengertian Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.


Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orang tua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma
kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya
bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan bekerjasama. (Susanto, 2011: 40).

Menurut Hurlock (2011:250), perkembangan sosial adalah perolehan perilaku


yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (
sozialized ) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda
satu sama yang lain, tapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan
menurunkan kadar sosialisasi inividu.

2
Menurut Masitoh dkk (2009:2.14). perkembangan sosial adalah perkembangan
perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan- aturan masyarakat dimana anak
itu berada. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respons terhadap dirinya. Sedangkan Muhbin (dalam Nugraha dan
Rachmawati 2004 : 1.13) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga,
budaya, bangsa, dan seterusnya.

Dari pengertian diatas perkembangan sosial anak sangat tergantung pada individu
anak, peran orang tua, orang dewasa, lingkungan masyarakat dan termasuk Taman
Kanak-kanak. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan sosial anak adalah
bagaimana anak usia dini berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa dan
masyarakat luas agar dapat menyesuaikan diri dengan baik.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL


Faktor yang dapat mengganggu proses sosialisasi anak TK Soetarno (dalam
Khairani 2013:129-130). Berpendapat bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak, yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah
atau luar keluarga.
Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak. Diantara
faktor yang terkait dengan keluarga dan yang banyak berpengaruh terhadap
perkembangan sosial anak adalah hal - hal yang berkaitan dengan :
1) Status sosial ekonomi keluarga.
2) Keutuhan keluarga.
3) Sikap dan kebiasaan orang tua
a. Faktor Dari Luar Rumah
Pengalaman sosial awal diluar rumah melengkapi pengalaman didalam rumah dan
merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak.

B. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI


Ciri-ciri atau Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini (PAUD). Dasar dari
emosi adalah kondisi tubuh dan fisiologis. Dengan demikian, emosi akan berpengaruh
terhadap persepsi, berpikir dan berperilaku.

Emosi dapat diekspresikan melalui bahasa, ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Emosi
dapat menjadi pendorong bagi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa emosi adalah reaksi
yang meliputi perubahan fisiologis, ekspresi tingkah laku dan perubahan perasaan
karena suatu kejadian yang dialami seseorang saat menghadapi situasi tertentu.

3
Menurut Erikson, masa kanak-kanak merupakan gambaran awal individu sebagai
seorang manusia, dimana pola sikap dan perilaku yang diperoleh anak, akan menjadi
peletak dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini, khususnya pada usia
4-5 tahun sangat senang meniru pembicaraan maupun tindakan orang lain. Menurut
Erikson, tahapan perkembangan psikososial pada anak pra sekolah adalah tahapan
inisiatif /prakarsa versus rasa bersalah.

Pada tahap ini anak terlihat aktif dan mulai bermain serta menjalin komunikasi dengan
anak-anak lain. Pada tahap ini, anak juga memiliki rasa ingin tahu yang besar dan
menunjukkan perhatian terhadap perbedaan jenis kelamin.

Ciri-ciri perkembangan sosial menurut Steinberg (1995), Hughes (1995) dan Piaget
(1996) adalah:

1. memilih teman yang sejenis; 


2. cenderung lebih percaya pada teman sebaya; 
3. agresivitas lebih meningkat; 
4. senang bergabung dalam kelompok; 
5. memahami keberadaan bersama kelompok; 
6. berpartisipasi dengan pekerjaan orang dewasa; 
7. belajar membina persahabatan dengan orang lain; 
8. menunjukkan rasa setia kawan.
C. UPAYA GURU UNTUK SOSIAL ANAK USIA DINI
Mengembangkan Sikap Sosial
a. Mengembangkan Sikap Integritas
Sebagaimana disebutkan di atas, sikap integritas adalah sebuah karakter yang
memiliki ciri jujur pada dirinya sendiri, menegaskan dengan akurat – baik secara pribadi
maupun terbuka – pikiran, niat, dan komitmennya. Seseorang jujur bukan hanya karena
berbicara benar, tetapi juga menjalani hidup yang autentik (asli, apa adanya). Sikap ini
sangat penting ditanamkan dan dikembangkan dalam diri peserta didik. Mereka harus
jujur dalam perkataan dan perbuatannya dan menjani hidup dengan otentik, apa
adanya. Beberapa hal yuang bisa dilakukan untuk mengembangkan sikap integritas ini
adalah: Pertama, mengerjakan tugas individual atau ulangan dengan tidak menyontek
dan minta bantuan orang lain. Setiap sikap kejujuran yang ditunjukkan para siswa ketika
mengerjakan tugas individual atau ulangan harus diberikan apresiasi positif, sebagai
penguatan atas kejujuran yang telah mereka lakukan. Penguatan ini akan menjadikan
para siswa untuk terus dan senantiasa jujur mengikuti ulangan atau mengerjakan
tugasnya.

4
Kedua, mengadakan kelas kejujuran. Kegiatan ini hampir sama dengan kelas berterima
kasih, tetapi cukup hanya dihadiri oleh anggota kelas. Siswa yang mendapat giliran maju
dan menyampaikan hal-hal yang selama ini tersembunyi, untuk diungkapkan secara
jujur apa adanya meskipun itu sesuatu yang tercela. Peserta kelas dengan arahan guru
sudah diminta untuk menerima pengakuan dan memaafkannya.

Misalnya di kelas tersebut pernah ada siswa yang kehilangan uang, maka pada saat
giliran siswa yang maju dan dia menyatakan dengan jujur bahwa dia yang mengambil
uang tersebut, maka siswa yang penah kehilangan harus memaafkannya, atau
menerima penggantiannya kalua y a n g bersangkautan mau menggantinya. Hal ini
adalah salah satu kegiatan untuk mengapresiasi kejujuran.
b. Mengembangkan Sikap Kepemaafan
Sebagaimana disebutkan di atas, pemaafan adalah memaafkan seseorang yang
telah melakukan kesalahan; menerima atas celaan orang lain; memberikan bagi orang
lain kesempatan kedua; tidak melakukan balas dendam. Memberikan pemaafan kepada
orang lain akan menjadi orang yang suka memberi maaf menjadi lebih sehat. Nashori
(2008) menyebutkan hasil penelitian Luskin, bahwa oarng yang suka memberi maaf
tidak mudah tersinggung saat diperlakukan tidak menyenangkan oleh orang lain,
mereka tidak mudah menyalahkan orang lain ketika hubungannya dengan orang
tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan, mereka memiliki penjelasan nalar
terhadap sikap orang lain yang telah menyakitinya. Beberapa hal yang bisa dilakukan
untuk mengembangkan sikap kepemaafan ini adalah: Pertama, membangun kesadaran
diri pada siswa bahwa manusia itu tidak luput dari kesalahan. Hal ini harus diawali oleh
para guru untuk memaafkan kesalahan yang wajar yang pernah dilakukan oleh para
siswanya, sehingga hal ini juga akan berdampak pada sikap siswa ketika mendapat
perlakuan tidak baik dari orang lain.
Kedua, menulis surat permohonan maaf, para siswa diminta untuk menulis surat
kepada orang lain yang dia pernah melakukan kesalahan pada orang tersebut,
khususnya teman sekelas atau teman sesekolah. Guru memfasilitasi dengan baik dan
menyampaikan kepada siswa yang dituju agar dia mau memaafkan kesalahan temannya.
Permohonan maaf ini adalah sikap awal untuk bisa memaafkan orang lain. Menurut
Kador (2011), permohonan maaf ini penting karena hal ini memang harus dipraktekkan,
menuntut kita untuk mengulurkan diri, dan menantang kita untuk merendahkan hati.
Ketiga, menyelenggarakan kelas pemaafan. Pada kegiatan ini semua siswa
diberikan kesempatan untuk meminta maaf kepada siswa lainnya di dalam kelas.
5
Kalau kelas ini bisa berjalan dengan sehat, maka bisa dilanjutkan dengan
pernyataan permohonan maaf kepada siswa lain di luar kelas. Para guru harus
memfasilitasi betul kelas pemaafan ini. Sehingga betul-betul menjadi permintaan dan
pemberian maaf yang sangat menyentuh dan berkesan.

BAB III

PEMBAHASAN

MILESTONE PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

Milestones adalah serangkaian tahapan atau masa tumbuh kembang yang sangat
penting bagi anak sejak masih dalam kandungan hingga mulai masuk sekolah dan hanya
terjadi sekali seumur hidup.

Tahapan-tahapan tumbuh kembang ini dapat menjadi referensi bagi kita untuk
memahami sudah sejauh mana pencapaian kemampuan anak sesuai usianya. Bicara soal
tumbuh dan kembang anak, sebenarnya ada perbedaan di antara kedua kata ini yang
perlu Anda ketahui. Kata “pertumbuhan” dipakai untuk menjelaskan bertambahnya
ukuran tubuh anak yang meliputi tinggi dan berat badan, ukuran lingkar kepala, tulang,
otot, gigi-geligi, serta organ-organ tubuh lainnya. Sementara“perkembangan” mengacu
pada meningkatknya fungsi dan kemampuan yang dimiliki anak. Misalnya fungsi
penginderaan, kemampuan motorik, kognitif, kemampuan anak berkomunikasi, emosi-
sosial juga etika.

Menurut Kennison (2013), ada 4 komponen utama dalam pengembangan bahasa


(Language Development) yaitu:

1. Phonology, meliputi aturan urutan struktur kata atau kalimat.


2. Semantics, terdiri atas kosakata dan konsep bagaimana mengekspresikan kata.
3. Grammar, meliputi dua bagian, yang pertama, syntax, aturan kata yang menyusun
dalam kalimat, yang kedua, morphology, digunakan sebagai penanda gramatikal
(meliputi tense, active dan passive voice).

6
4. Pragmatics, meliputi aturan yang sesuai dan komunikasi yang efektif. Pragmatics
meliputi 3 bagian, penggunaan bahasa untuk salam, permintaan, dll, mengubah bahasa
untuk berbicara yang berbeda tergantung pada siapa anda berbicara, mengikuti alur
seperti tetap berada pada topik dan mengambil kesempatan dalam berbahasa yang
benar.

Berikut ini tahap perkembangan bahasa pada anak usia 1-4 tahun yang perlu
orangtua ketahui:

1) Usia 1 Tahun

Normalnya, bayi yang sudah menginjak satu tahun mampu mengucapkan beberapa
kata. Walaupun kosakatanya terbatas, tetapi orangtua dapat membantunya berkembang
dengan mengajaknya bicara setiap hari. Pada usia ini, bayi biasanya sudah bisa
mengucapkan “mama” atau “dada” maupun kata yang berulang lainnya. Si Kecil juga
mampu meniru suara-suara yang terdengar dari orang lain di sekitarnya. Bahkan di usia
ini, Si Kecil mampu berkomunikasi untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dengan
menunjuk atau melihat ke arah suatu objek.

Bayi juga harus bisa mengikuti mata orangtuanya dan melihat ke mana arah orangtua
melihat. Tindakan responsif ini lebih penting daripada berapa banyak kata yang bisa
diucapkan Si Kecil. Selain responsif, bayi berumur satu tahun umumnya mampu
mengikuti arahan dan perintah sederhana, seperti mengangkat tangannya ketika
orangtua atau orang lain mengatakan minum susu, menyerahkan mainan, dan
menghentikan apa yang sedang dilakukannya.

2) Usia 2 Tahun

Di usia dua tahun, anak mampu menggunakan sekitar 50 kata secara teratur,
contohnya nenek, kakek, jus dan lain-lain. Orangtua tidak perlu khawatir apabila bentuk
kalimat yang diucapkan Si Kecil tidak beraturan. Meski kalimatnya tidak terdiri dari
SPOK, apa yang ia katakan umumnya masih bisa dimengerti sepenuhnya. Di usia ini, anak
mulai memahami konsep "aku" dan "kamu", meskipun Si Kecil tidak selalu menggunakan
kata-kata tersebut dengan benar.

7
Misalnya, anak mungkin menyebut Ayah sebagai "dia" dan dirinya sebagai "kamu."
Hal ini wajar terjadi dan akan lancar seiring berkembangnya waktu. Anak berusia dua
tahun mampu menunjuk ke arah hidung, mata, mulut, dan sebagainya. Si Kecil juga dapat
menunjuk ke gambar benda yang benar ketika ditanya.

3) Usia 3 Tahun

Anak yang telah menginjak 3 tahun mampu berbicara dengan jelas dalam kalimat
sederhana. Orantua juga sudah bisa bercakap-cakap dengan Si Kecil ketika dia juga
mampu mengajukan pertanyaan atau memberitahu orang tua dengan kalimat yang
lengkap. Anak juga hampir mengetahui semua yang ingin ia identifikasi dan harus bisa
meminta atau menunjukkan objek secara lisan. Anak juga harus bisa bertindak sesuai
yang diarahkan atau diperintahkan orangtua.

4) Usia 4 Tahun

Di usia 4 tahun, Si Kecil telah mampu berbicara dengan jelas dalam kalimat yang
lebih kompleks. Ia mampu untuk memberi tahu seluruh cerita, contohnya hal-hal
mengesankan yang dilakukannya di sekolah. Si Kecil juga bisa mengidentifikasi warna,
bentuk, dan huruf. Anak berusia empat tahun mungkin belum tahu waktu, tetapi ia harus
memahami konsep sederhananya, seperti sarapan di pagi hari, makan siang di siang hari
dan makan malam di malam hari.

Anak juga sudah bisa diperintah untuk hal-hal yang lebih kompleks, seperti
merapikan mainan, menggosok gigi, dan naik ke tempat tidur. Anak juga harus bisa
mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya sendiri, contohnya membuat permintaan
seperti ingin makan permen atau menonton kartun. Apabila di usia ini Si Kecil masih
belum bisa mengikuti instruksi atau sepertinya tidak mengerti apa orangtua katakan,
bicarakan dengan dokter segera.

Menurut Santoso (2009), tahapan-tahapan pemerolehan bahasa anak secara


umum ada 5, seperti dipaparkan berikut ini:

1. Reflexive vocalization

Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang masih berupa
refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis, tetapi hal tersebut
dilakukan tanpa ia sadari.

8
2. Babbling

Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan
mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan
ini telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.

3. Lulling

Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas.
Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat
mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”

4. Echolalia

Pada tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan, ia mulai meniru suara-suara
yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau
isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.

5. True speech

Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa
disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.

Untuk tahapan pemerolehan bahasa Bzoch (2004) membagi tahapan perkembangan


bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium. Keempat stadium itu
dapat dilihat berikut ini.

1. Perkembangan Bahasa Bayi sebagai Komunikasi Prelinguistik

Fase ini, berlangsung pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun
pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa, baik dari segi isi,
bentuk, maupun pemakaian bahasa. Selain itu juga belum bisa berkembangnya bentuk
bahasa konvensional dan kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi
lebih bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun
bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional,
mereka mengamati dan mengeluarkan suara dengan cara yang unik. Hal ini harus
menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini
merupakan indikasi bahwa perlu evaluasi fisik dan audiologi.

9
Selanjutnya, intervensi direncanakan untuk membangun lingkungan yang
menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara.

Pada tahap komunikasi prelinguistik ini juga, bayi yang baru lahir hanya bereaksi
terhadap suara untuk mengembangkan pendengarannya walaupun belum mampu
secara baik untuk mengembangkan bahasa dan pemakaiannya.

2. Kata – kata Pertama : Transisi ke Bahasa Anak

Fase ini berlangsung pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama
milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama,
berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosakata berlangsung cepat,
juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif,
adanya kontrol, dan interpretasi emosional. Periode ini kita sudah dapat memberi arti
pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda,
orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.

Fase transisi bahasa anak ini mengacu pada kemampuan kognitifnya, misalnya dalam
pemikirannya anak menginginkan sesuatu benda, maka apa yang ada di pikirannya akan
diwujudkan dengan menunjuk ke arah benda dengan menggerakkan tangannya,
kemudian dengan adanya kontrol misalnya orang tua melarang anak untuk mengambil
benda, maka anak itu akan menurutinya, ataupun secara emosional anak bisa melakukan
dengan menangis. Pengucapan kata – kata pertama, misalnya anak mengucapkan kata
ba..ba..

3. Perkembangan Kosakata yang Cepat - Pembentukan Kalimat Awal

Fase ini terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak dan
dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata
berlangsung cepat pada sekitar umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata
benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan kalimat. Melalui interaksinya
dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan
pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan
pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai katakata yang tersimpan dalam
memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk kata
benda dan kata kerja.

10
Dalam fase ini kalimat sederhana yang diperoleh dari orang tuanya ataupun yang
tersimpan dari ingatan anak yang didapat dari lingkungan keluarga, misalnya minumnya
susu, mama papa, mau makan dan mau ini.

4. Dari Percakapan Bayi menjadi Registrasi Anak Pra-sekolah yang Menyerupai


Orang Dewasa

Fase ini terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat
memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi
semakin dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan
peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan
pemakaian bentuk fonem dewasa.

Fase ini juga dalam mengkategorikan benda, anak sudah juga mengetahui konsep
tentang misalnya binatang (kucing, burung, anjing, ikan, dll), melihat bentuk lingkaran
anak berpikir itu adalah bola, dalam mengkategorikan orang, anak sudah mengetahui
mana orang tuanya, saudaranya dan teman-teman sepermainannya, dalam peristiwa
yang anak dapatkan, ingatan secara lengkap misalnya menceritakan kegiatan rutinitas di
pagi hari secara sederhana dengan memberitahukan apa yang sudah dilakukan.

BAB IV

PENUTUP

Bayi yang sudah menginjak satu tahun mampu mengucapkan beberapa kata.
Walaupun kosakatanya terbatas, tetapi orangtua dapat membantunya berkembang
dengan mengajaknya bicara setiap hari. Pada usia ini, bayi biasanya sudah bisa
mengucapkan “mama” atau “dada” maupun kata yang berulang lainnya. Si Kecil juga
mampu meniru suara-suara yang terdengar dari orang lain di sekitarnya. Bahkan di usia
ini, Si Kecil mampu berkomunikasi untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dengan
menunjuk atau melihat ke arah suatu objek.

Di usia dua tahun, anak mampu menggunakan sekitar 50 kata secara teratur,
contohnya nenek, kakek, jus dan lain-lain. Orangtua tidak perlu khawatir apabila bentuk
kalimat yang diucapkan Si Kecil tidak beraturan. Meski kalimatnya tidak terdiri dari
SPOK, apa yang ia katakan umumnya masih bisa dimengerti sepenuhnya.

11
Di usia ini, anak mulai memahami konsep "aku" dan "kamu", meskipun Si Kecil tidak
selalu menggunakan kata-kata tersebut dengan benar.

Anak yang telah menginjak 3 tahun mampu berbicara dengan jelas dalam kalimat
sederhana. Orantua juga sudah bisa bercakap-cakap dengan anak ketika dia juga mampu
mengajukan pertanyaan atau memberitahu orang tua dengan kalimat yang lengkap.
Anak juga hampir mengetahui semua yang ingin ia identifikasi dan harus bisa meminta
atau menunjukkan objek secara lisan. Anak juga harus bisa bertindak sesuai yang
diarahkan atau diperintahkan orangtua.

Di usia 4 tahun, anak telah mampu berbicara dengan jelas dalam kalimat yang lebih
kompleks. Ia mampu untuk memberi tahu seluruh cerita, contohnya hal-hal
mengesankan yang dilakukannya di sekolah. Anak juga bisa mengidentifikasi warna,
bentuk, dan huruf. Anak berusia empat tahun mungkin belum tahu waktu, tetapi ia harus
memahami konsep sederhananya, seperti sarapan di pagi hari, makan siang di siang hari
dan makan malam di malam hari.

A. Kesimpulan

Milestones adalah serangkaian tahapan atau masa tumbuh kembang yang sangat
penting bagi anak sejak masih dalam kandungan hingga mulai masuk sekolah dan hanya
terjadi sekali seumur hidup. Terdapat 4 komponen utama dalam pengembangan bahasa,
yaitu: 1) Phonology, 2) Semantics, 3) Grammar, dan 4) Pragmatics. Dalam soal tumbuh
dan kembang anak, ada perbedaan di antara kedua kata ini. Kata “pertumbuhan” dipakai
untuk menjelaskan bertambahnya ukuran tubuh anak yang meliputi tinggi dan berat
badan, ukuran lingkar kepala, tulang, otot, gigi-geligi, serta organ-organ tubuh lainnya.
Sementara “perkembangan” mengacu pada meningkatknya fungsi dan kemampuan yang
dimiliki anak. Misalnya fungsi penginderaan, kemampuan motorik, kognitif, kemampuan
anak berkomunikasi, emosi-sosial juga etika.

B. Saran

Sudah seharusnya bagi orang tua dan kita sebagai calon pendidik untuk
menerapkan tahapan-tahapan pemerolehan dan perkembangan kepada anak. Tahapan-
tahapan pemerolehan dan perkembangan bahasa ini merupakan suatu tingkatan dimana
kita bisa memahami pola-pola perkembangan bahasa anak sehingga kita bisa memahami
dan mengkaji proses perkembangan bahasa pada anak. Hal ini berkaitan dengan materi
dan metode penelitian serta pembahasan dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai