Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN BELAJAR DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN FISIK, SOSIAL,

EMOSIONAL DAN MORAL

DISUSUN OLEH :

NAMA NIM
Eka Nur Rahmadani 5203342029
Ibo Prenly Turnip 3202422017
Patricia Febronia 3203322008
Reggi Jasmin 5203342020
Fannisya Dania Str Pane 5203342021

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampuh : Khairunnisa, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

DAN

PRODI PENDIDIKAN TATABOGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
berkatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ PENERAPAN BELAJAR
DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN FISIK, SOSIAL, EMOSIONAL DAN MORAL”
dengan baik.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dan menjadi pengetahuan tambahan bagi
pembaca dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan, dengan dosen pengampu Khairunnisa, S.Pd.,
M.Pd. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dan
belum sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
mempebaikinya.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan kita semua. Aamiin.

Medan, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................1
C. Manfaat Penulisan..........................................................................................1

BAB II ISI BUKU

A. Perkembangan Fisik.......................................................................................2
B. Sosial-Emosional dan Karakteristik Perkembangan Anak.............................4
C. Problem dalam Perkembangan Anak.............................................................6

BAB III PEMBAHASAN

A. Kesimpulan.....................................................................................................8
B. Saran...............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap tahapan perkembangan manusia mempunyai karakteristik yang khas dan tugas-
tugas perkembangan tersendiri yang bermanfaat sebagai petunjuk arah perkembangan yang
normal. Tugas-tugas perkembangan tersebut juga sangat berhubungan dengan pendidikan yang
diterima oleh individu.

Sosial adalah segala sesuatu berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan


kepentingan umum, suka menolong, dan sebagainya. Sosial juga berarti menyinggung relasi
diantara dua atau lebih individu. Sedangkan emosional berkaitan dengan ekspresi emosional,
atau dengan perubahan-perubahan yang mendalam dengan menyertai emosi dan mencirikan
individu yang mudah terangsang untuk menampilkan tingkah laku emosional.

Perkembangan sosial-emosional remaja adalah suatu perubahan progresif organisme dalam


konteks ini adalah remaja awal yang telah mengalami masa pubertas, mulai dari berfikir tentang
sekitar atau sekelilingnya dan mengekspresikan emosinya baik dalam tingkah laku ataupun tidak.
Perkembangan sosial emosional lebih mengarahpada hubungan seseorang dengan orang lain.
Hubungan ini berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tau terhadap segala sesuatu yang
ada di dunia sekitarnya. Hal ini diartikan sebagai cara-cara individu bereaksiterhadap orang-
orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap dirinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu perkembangan fisik?


2. Bagaimana Sosial Emosional dan karakteristik perkembangan sosial ?
3. Bagaimana penerapan pembelajaran pada anak yang mempunyai masalah terhadap
perkembangan?

C. Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan fisik, sosial, emosional, dan moral


2. Menambah wawasan pembaca dan penulis
3. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran pada anak yang mempunyai masalah
perkembangan

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN FISIK

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang berbeda tapi keduanya saling
berkaitan satu dengan yang lain. Para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai arti
dari pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisiologis yang
bersifat kuantitatif, yang mengacu pada jumlah, besar serta luas yang bersifat konkrit yang
biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi
fisik yang berlagsung secara normal dalam perjalanan waktu tertentu.

Perkembangan berasal dari terjemahan kata Development yang mengandung pengertian


perubahan yang bersifat psikis/mental yang berlangsung secara bertahap sepanjang manusia
hidup untuk menyempurnakan fungsi psikologis yang diwujudkan dalam kematangan organ
jasmani dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih kompleks, misalnya
kecerdasan, sikap, dan tingkah laku (Susanto, 2011:21). Menurut Poerwanti (2005:2)
”perkembangan merupakan proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi
organ-organ jasmaniah, dan bukan pada organ jasmaniahnya, sehingga penekanan arti
perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada
kemampuan organ fisiologis”.

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan – perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensorik dan keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh/fisik
ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.

Seifert dan Hoffnung ( 1994 ) : meliputi pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ
indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan- perubahan dalam
cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan
perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi
jantung, penglihatan dan sebagainya)

Gasell dan Ames (1940) Sella Illingsworth (1983) : perkembangan fisik mencakup berat
badan, tinggi badan, termasuk perkembangan motorik. Dalam pendidikan pengembanagn anak
mencakup: kekuatan, ketahanan, kecepatan, dan keseimbangan.

Sarlito Wirawan : urutan perubahan-perubahan fisik adalah:

1) Pada anak perempuan:

1. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, dan anggota- anggota badan menjadi
panjang).

2
2. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya.
3. Menstruasi atau haid.
4. Tumbuh bulu-bulu ketiak

2) Pada anak laki-laki:

1. Pertumbuhan tulang-tulang.
2. Awal perubahan suara.
3. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya.
4. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah.
5. Tumbuh bulu ketiak.
6. Akhir perubahan suara.
7. Rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap.
8. Tumbuh bulu di dada.
 Pada Masa Kanak kanak ( 0-5 tahun) Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil
ditandai dengan mulai mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin
baik, yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat, meloncat, berjingkrak,
melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai
akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu, perkembangan juga ditandai
dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional

 Pada Masa Anak ( 5-11 tahun ) Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa
kanak-kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan
otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya
tahan kurang. Usia 8-9 tahun Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh
bertambah, anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan
bergulat, koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistem peredaran darah masih belum
kuat, koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik. Dalam segi psikologi anak wanita
lebih maju satu tahun dari lelaki. Usia 10-11 tahun Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari
wanita, kenaikan tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita mulai mengalami
kematangan seksual (12 tahun). Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual
 Pada masa Remaja Perkembangan fisik yang paling menonjol yaitu perkembangan
kekuatan, ketahanan, dan organ seksual pada masa remaja. Karakteristik perkembangan
fisik pada masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat,
pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat kelamin)
maupun tanda-tanda seksual sekunder

Pengaruh Keluarga Pengaruh Gizi Kematangan Pertumbuhan Gangguan emosional Jenis


Kelamin Status sosial Ekonomi Kesehatan Stimulasi. Perkembangan fisik peserta didik akan
memengaruhi proses belajar peserta didik. Peserta didik melakukan berbagai aktivitas fisik
sebagai pengalaman belajar. Kondisi panca indra, normalitas anggota tubuh, asupan gizi dan
keadaan kesehatan secara menyeluruh mempengaruhi proses belajar. Penglihatan dan
pendengaran sangat diperlukan dalam belajar. Gangguan pada fungsi panca indra menyebabkan
perhatian individu tidak optimal dalam belajar. perubahan bentuk dan berat badan, suara yang

3
membesar, gerakan fisik yang semakin lamban, mudah mengantuk, perasaan tidak nyaman
ketika mengalami haid, semua ini memberi pengaruh terhadap suasana belajar peserta didik.

B. SOSIAL-EMOSIONAL DAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

1. Perkembangan Sosial

Perkembangan “sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan


tuntutan sosial. Perkembangan sosial anak usia dini dapat didefinisikan dengan berbagai
perubahan terkait dengan kemampuan anak usia 0-6 tahun dalam menjalin relasi dengan dirinya
sendiri, maupun dengan orang lain untuk mendapatkan keinginannya. Menjadi orang yang
mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan
sangat berbeda satu sama lain, tetapi salling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses
akan menurunkan kadar sosialisasi individu.11 Ketiga proses sosialisasi.

Pola perkembangan dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak awal:


a) Kerja sama, Sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja secara bersama dengan anak
lain sampai mereka berumur 4 tahun. Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk
melakukan suatu bersama-sama, semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara
bekerja sama.”

b) Persaingan, Jika persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusahasebaik-


baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka. Jika hal itu diekspresikan dalam
pertengkaran dan kesombongan, akan mengakibatkan timbulnya sosialisasi yang buruk.

c) Kemurahan hati, sebagaimana terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan anak lain,
meningkat dan sikap mementingkan diri sendiri semakin berkurang setelah anak belajar bahwa
kemurahan hati menghasilkan penerimaan sosial.
d) Hasrat akan penerimaan sosial, Jika hasrat untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak itu
untuk diterima kuat,hal itu mendorong anak untukmenyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
Hasrat untuk diterima oleh orang dewasa biasanya timbul lebih awal dibandingkan dengan hasrat
untuk diterima oleh teman sebaya.

e) Simpati, Anak kecil tidak mampu berperilaku simpatik sampai mereka pernah mengalami
situasi yang mirip dengan duka cita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha
menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih.

f) Empati, Kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi lain dan menghayati pengalaman
orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau
maksud pembicaraan orang lain.

g) Ketergantungan, Ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian, dan kasih
sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. Anak yang
berjiwa bebas kekurangan motivasi ini.

h) Sikap ramah, Anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan melakukan sesuatu
untuk atau bersama anak/orang lain dengan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka.

4
i) Sikap tidak mementingkan diri sendiri, Anak yang mempunyai kesempatan dan mendapat
dorongan untuk membagi apa yang mereka miliki dan yang tidak terus-menerus menjadi pusat
perhatian keluarga, belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain dan bukannya
hanya memusatkan perhatian pada kepentingan dan miliki mereka sendiri.
j) Meniru, Dengan meniru seseorang yang diterima baik kelompok sosial, anak-anak
mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka.

k) Perilaku kelekatan (attachment behavior), Dari landasan yang diletakkan pada masa bayi,
yaitu tatkala bayi mengembangkan suatu kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih kepada
ibu atau pengganti ibu, anak kecil mengalihkan pola perilaku ini kepada anak/orang lain dan
belajar membina persahabatan dengan” mereka.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma dalam
masyarakat. Prorses ini biasanya dikatakan soialisasi. Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu
yang dipelajari, bukan sekedar dari hasil kematangan. Perkembangan sosial anak diperoleh selain
dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar dari respon lingkungan terhadap
tingkah laku anak.Perkembangan sosial yang optimal diperoleh dari respon sosila yang sehat dan
kesempatan yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif.

2. Perkembangan Emosional
Dalam “makna paling harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan Emosi sebagai
“setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat yang
meluap-luap. Definisi mengenai emosi cukup bervariasi yang dikemukakan oleh para ahli
psikologi dari berbagi orientasi. Namun demikian dapat dikemukakan atas general agreatment
bahwa emosi merupakan reaksi kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi
dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Karena itu
emosi lebih intens dari pada perasaan, dan sering terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan
lingkungan kadang-kadang terganggu dan pada umumnya emosi berlangsung dalam waktu yang
relatif singkat.

Daniel Goleman “menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang terkait
dengan yang kita temui sehari-hari. Kita berhubungan dan berinteraksi setiap hari dengan orang
lain sehingga perlu untuk memahami orang lain dan situasinya. Selain itu yang lebih penting
lagi, EQ juga berhubungan dengan kemampuan kita untuk memahami dan mengelola emosi kita
sendiri yang berupa ketakutan, kemarahan, agresi, dan kejengkelan. Daniel Goleman mendefinisi
kecerdasan emosional (EQ) sebagai kesanggupan untuk memperhitungkan atau menyadari
situasi tempat kita berada, untuk membaca emosi orang lain dan emosi kita sendiri, serta untuk
bertindak dengan tepat. Berdasarkan “kajian sejumlah teori mengenai kecerdasan emosi. Davies
dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk
mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnnya,
dan menggunakan informasih tersebut untuk menuntut proses berfikir serta perilaku seseorang.

Mereka mengemukakan bahwa kemampuan ini merupakan kemampuan psikologi seseorang.


Namun demikian mereka juga menjelaskan bahwa sebagian peneliti beranggapan apa adanya
hubungan anatara kecenderungan emosi tertentu dengan kemampuan nalar seseorang.

5
C. Problem dalam Perkembangan Anak

Keberhasilan dan kegagalan remaja dalam melewati masa transisi ini tidak lepas dari masalah-
masalah dalam perkembangan yang dihadapi oleh anak/remaja. Dalam bagian ini akan dijelaskan
problem dalam perkembangan anak secara kognitif, moral, sosial, dan kepribadian.

1. Problem dalam Perkembangan Kognitif Anak Menurut perkembangan kognitif Piaget


(dalam Santrock, 2003), Anak/remaja mencapai tahap pemikiran operasional formal
yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang berlangsung pada usia 11-15 tahun. Pada
tahap pemikiran operasional formal, seorang Anak/remaja mampu berfikir lebih abstrak,
idealis dan lebih logis daripada pemikiran seorang anak-anak. Selain abstrak,
Anak/remaja mulai berfikir ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dengan cara
membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar idealnya. Selain itu, remaja
juga mulai berpikir lebih logis (Kuhn dalam Santrock, 2003) seperti ilmuwan, yang
menyusun rencana untuk menyelesaikan masalah dan menguji pemecahan masalah secara
sistematis (trial and error). Sehingga pada masa ini, seorang Anak/remaja suka mencoba-
coba sesuatu atau situasi yang baru

2. Problem dalam Perkembangan Moral Anak Perkembangan moral berhubungan dengan


peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam
interaksinya dengan orang lain (Sandrock, 2003), yang meliputi bagaimana Anak/Remaja
mempertimbangkan peraturan untuk melakukan perilaku yang sesuai dengan etika;
bagaimana Anak/remaja bertingkah laku dalam situasi sebenarnya dan bagaimana
perasaan Anak/remaja tenang masalah moral. Penalaran moral Anak/Remaja menjadi
salah satu kebutuhan penting sebagai pedoman menemukan identitas dirinya,
mengembangkan hubungan pribadi yang harmonis dan menghindari konflik peran yang
terjadi dalam masa transisi (Kohlberg, dalam Desmita, 2013). Orang yang bertindak
sesuai dengan moral adalah orang yang mendasarkan tindakannya atas penilaian baik
buruknya sesuatu.

3. Problem dalam Perkembangan Sosial Anak Tugas perkembangan sosial remaja dapat
ditunjukkan melalui kemampuannya untuk memahami orang lain (Yusuf, 2012). Remaja
memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik dari sifat pribadi maupun
perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja menjalin hubungan sosial yang akrab
dengan teman sebaya. Santrock (dalam Desmita, 2013) melakukan investigasi dan
menemukan bahwa anak yang berhubungan dengan teman sebaya 10% dari waktunya
setiap hari pada usia 2 tahun, 20% pada usia 4 tahun, dan lebih dari 40% pada usia antara
7-11 tahun.

4. Problem dalam Perkembangan Kepribadian Anak Sedangkan perkembangan psikososial


remaja menurut Erikson (dalam Santrock, 2003) bahwa seorang remaja berada pada tahap
perkembangan identitas versus kekacauan identitas. Tahap perkembangan ini individu
dihadapkan pada kemampuan mempersiapkan diri untuk masa depan, mampu menjawab
pertanyaan siapa mereka dan apa tujuan hidupnya. Bila remaja mampu mengekplorasi
tahap ini dengan cara yang sehat dan positif maka akan terbentuk identitas diri yang
positif. Remaja akan menyadari ciri-ciri khas kepribadiannya seperti kesukaan atau
ketidaksukaan, aspirasi dan tujuan masa depan.

6
5. Permasalahan Anak dengan Orang Tua Rumah merupakan lingkungan primer anak, sejak
lahir sampai dengan datangnya waktu untuk meninggalkan rumah karena pernikahan
(Sarwono, 2013). Sebelum anak mengenal lingkungan yang lebih luas maka dia
mengenal lebih dahulu lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, keluarga dan orang tua
memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap anak dan lingkungan keluarga juga menjadi
awal dari faktor resiko dalam perilaku kenakalan dan tindakan kriminal oleh anak. Hal itu
karena lingkungan keluarga lah yang menjadi awal terbentuknya nilai yang diterima oleh
anak melalui pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua. Kondisi lingkungan
keluarga pada masa perkembangan anak dan remaja telah lama dianggap memiliki
hubungan dengan munculnya perilaku antisosial dan kejahatan yang dilakukan oleh
remaja.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan dalam belajar adalah kemajuan kearah yang lebih positif/ menuju kesempurnaan dalam
kepribadian, kognitif, tingkah laku dari yang tidak diketahui mejadi dapat di identifikasi
kebenarannya.Penyelenggaraan pendidikan mengacu kepada tahapan dan proses pekembangan yang
domainnya mengacu perkembangan fisik, motorik, kognitif, psikososial, sosioemosional dan moral.

B. Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi para pembaca,
agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan
penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki
kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri
dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan
manfaat yang lebih bagi kita semua.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/35600/3/jiptummpp-gdl-nurirosyad-49786-3-babiil-i.pdf

https://kampusitahnews.iainpalangkaraya.ac.id/sosok/mahasiswa/2020/01/13/perkembangan-
sosial-emosional-anak-usia-dini/

http://yana-anggraini.blogspot.com/2013/03/implementasi-teori-perkembangan-dalam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai