Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

IMPLIKASI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH


MENENGAH TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta
Didik

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
MIKE VANESA PITALOKA (422421005)
PUTRI HANNA MARIANA (4221121012)
SANDY BERNIKE BR SURBAKTI (4223121012)
VINCEN ISION SINAGA (4222421011)
FAKULTAS FMIPA
PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas


segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok kami
sanggup menyusun Makalah yang berjudul “Implikasi Perkembangan
Anak Usia Sekolah Menengah Terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan” ini semaksimal mungkin.
Adapun maksud kami Menyusun makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang
telah diamanatkan kepada kami. Kami juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada Bapak ISHAQ MATONDANG,S.Psi.,M.Si selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik ini.
Kami sadar bahwa makalah ini tentu saja tidak lepas dari
banyaknya kekurangan baik dari segi mutu maupun jumlah dari
materi yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan
yang kami miliki.
Oleh sebab itu, kami membutuhkan masukan dan kritik yang
bersifat membangun yang berasal dari semua pihak, demiki
perbaikan terhadap makalah selanjutnya. Harapan ami semoga
maklah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 5 september 2022

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………. .1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………
5
1.3 Tujuan Penulis……………………………………………………………………….
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Implikasi Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik…… 6
2.2 Implikasi Perkembangan Bahasa Dan Perilaku Kognitif…………
10
2.3 Impilikasi Perilaku Sosial,Moralita Dan Keagamaan……………..
11
2.4 Implikasi perilaku Apektif,Konaktif,Dan Kepribadian……………
12
2.5 Implikasi Perkembangan Emosi Remaja Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan……………………………………………….13
2.6 Implikasi Perkembangan Konsep Diri……………………………………
14
2.7 Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi
Pendidikan…………………………………………………………………………17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….18
3.2 Saran ………………………………………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sejak lahir, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikomatis yang
terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta harus mendapatkan
perhatian secara seksama. Istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perkembangan. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami
individu dan organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah) (Syamsu Yusuf, 2007 : 15).
Sejak lahir, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikomatis yang
terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta harus mendapatkan
perhatian secara seksama. Istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perkembangan. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami
individu dan organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah) (Syamsu Yusuf, 2007 : 15).
Banyak karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara
karakteristik peserta didik usia menengah dan peserta didik usia dewasa.
Didalam beberapa karakteristik tersebut menyebabkan implikasi-implikasi
terhadap penyelenggaraan pendidikan. Perkembangan fisik dan perkembangan
psikomotorik mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan
intelektual/kongnitif siswa. Rancangan pembelajaran yang konduktif akan
mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana implikasi perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik
2. Bagaimana implikasi perkembangan bahasa dan perilaku psikomotorik
3. Bagaimana implikasi perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan
4. Bagaimana implikasi perilaku apektif, konatif, dan kepribadian
5. Bagaimana implikasi perkembangan emosi remaja terhadap
penyelenggaraan Pendidikan
6. Bagaimana implikasi perkembangan konsep diri
7. Bagaimana implikasi tugas-tugas perkembangan remaja bagi Pendidikan

1.3 Tujuan Penulis


Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai karakteristik anak
usia sekolah dasar
2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang implikasi
penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia sekolah dasar
3. Dapat menjadi salah satu bahan referensi dalam penulisan makalah
atau karya ilmiah lainnya yang menggunakan tema/pokok
permasalahan yang sama dengan makalah ini.
5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Implikasi Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik
a. Pengertian Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
 Perkembangan Fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat
biologis. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek,
yaitu sistem syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh.
Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya kondisi jasmaniah seseorang
akan mempengaruhi kepribadiannya. Perkembangan fisik ini mencakup aspek-
aspek anatomis (struktur tubuh) dan fisiologis (fungsional tubuh).
Perkembangan fisik berlangsung mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal dan
prowinodestral.

 Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait
dengan perilaku motorik (koordinasi fungsional neuromuscular system) dan
fungsi psikis (kognitif, afektif dan konatif). Dua prinsip perkembangan utama
yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa
perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks,
dan dari yang kasar dan global (grass bodily movements) kepada yang harus
dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated movements).
b. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1. Karakteristik Perkembangan Fisik
a) Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak ditandai dengan
mulai mampu melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik,
pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional, koordinasi gerak
dan keseimbangan berkembang dengan baik, dan ketahanan tubuh bertambah

b) Perkembangan fisik pada masa remaja yang paling menonjol


terdapat pada perkembangan kekuatan, ketahanan, dan organ seksual.
Ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat,
pertumbuhan tanda-tanda seksual primer dan sekunder serta timbulnya hasrat
seksual yang tinggi (masa pubertas).
c) Perkembangan fisik pada masa dewasa ditandai dengan
kemampuan fisik menjadi sangat bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik.
Pertumbuhan ukuran tubuh yang proporsional memberikan kemampuan fisik
yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan mencapai titik maksimal dan
mulai berhenti.

2. Karakteristik Perkembangan Psikomotorik


a) Perkembangan pada masa kanak-kanak ditandai oleh beberapa hal
misalnya dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan,
dan dapat berjingkrak. Semakin lama mereka bisa mengontrol tindakan
mereka. Untuk perkembangan berikutnya mereka bisa makan, mandi,
berpakaian sendiri, membantu orang lain, menulis, menggambar dan lain-lain.
b) Perkembangan psikomotorik pada masa remaja ditandai dengan
keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran
tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Kemampuan psikomotorik
terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara
umum, perkembangan psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan
karena perkembangan psikomotorik pada perempuan akan terhenti setelah
mengalami menstruasi.
c) Perkembangan psikomotorik pada masa dewasa merupakan puncak
dari seluruh perkembangan psikomotorik. Latihan merupakan hal penentu
dalam perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan
terprogram, keterampilan psikomotorik akan dapat ditingkatkan dan
dipertahankan. Semua sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan
baik.

c. Perbandingan Perkembangan Fisik dan Psikomotorik antara Pria


dan Wanita
1) Perkembangan pada Pria
a. Fisik : lahir dengan tubuh relatif panjang, pertumbuhan tinggi lebih lama
saat praremaja dan sangat cepat saat remaja, proporsi otot lebih besar,
berkembang lebih lambat serta lebih sedikit lemak dalam tubuhnya.
b. Psikomotorik : cara berjalan lebih kaku, kemampuan berlari lebih baik,
kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu kurang rapi, serta
lebih suka dengan kegiatan fisik yang menantang (olahraga berat, climbing,
dll).
2) Perkembangan pada Wanita
a. Fisik : lahir dengan tubuh relatif lebih pendek, pertumbuhan tinggi lebih
cepat saat praremaja dan menurun saat remaja, proporsi otot lebih kecil,
berkembang lebih cepat serta memiliki lebih banyak lemak dalam tubuhnya.
b. Psikomotorik : cara berjalan lemah gemulai, kemampuan berlari rendah,
kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu lebih rapi, serta
lebih suka dengan kegiatan fisik yang sederhana (olahraga ringan, menari, dll).

d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dan


Psikomotorik
1.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
Faktor yang memengaruhi perkembangan fisik (motor skills) peserta
didik dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan, gangguan
emosional, jenis kelamin, dan kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan, gizi,
dan status sosial ekonomi).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik
Faktor yang memengaruhi perkembangan psikomotorik peserta didik
dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan/gen dari orang tua,
gangguan emosional, perkembangan sistem syaraf, pertumbuhan otot,
perkembangan kelenjar endokrin dan perubahan struktur tubuh) dan faktor
eksternal (pola asuh orang tua dan lingkungan).
8

e. Implikasi Perkembangan Psikomotor dan Fisik Terhadap


Pendidikan
Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik berkaitan erat
dengan perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini
dapat membantu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih
efektif dan efisien.
1. Implikasi Pendidikan pada Anak
Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka merasa tertantang untuk
melakukan hal baru. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya
sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Masa
bermain anak merupakan masa mereka berlatih dan mempelajari segala hal.
Metode pendidikan yang cocok adalah belajar sambil bermain dengan
menggunakan permainan yang menantang dan menarik bagi anak-anak serta
mampu memicu munculnya kreatifitas anak. Orientasi pendidikan lebih
ditekankan pada aspek sikap dengan materi yang digunakan banyak berkaitan
dengan fakta yakni berkaitan dengan penggalian kasus atau peristiwa serta
pengalaman empirik peserta didik sebagai realitas kehidupan.
2. Implikasi Pendidikan pada Remaja
Remaja memiliki pola pikir intuitif dan berpikir dengan mengkaitkan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu. Terjadi proses asimilasi yakni
penggabungan info baru dalam pengetahuan yang ada. Orientasi pendidikan
remaja lebih ditekankan pada aspek pemahaman dan keterampilan. Remaja
lebih banyak dituntut untuk terampil melakukan suatu tindakan yang diawali
dengan melakukan pertimbangan. Materi yang diajarkan lebih berkaitan
dengan konsep yang mengharuskan peserta didik mengerti akan suatu hal.
Pendidikan membimbing remaja mencapai hubungan yang lebih matang
dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, mencapai kemandirian
emosional dan mengembangkan kemampuan intelektual.
3. Implikasi Pendidikan pada Orang Dewasa
Orang dewasa mampu menilai diri dan situasi secara realistis, mampu
menerima dan melaksanakan tanggung jawab, memiliki kemandirian
(autonomi), dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial dan memiliki
pandangan hidup. Masa awal dewasa individu termotivasi untuk berhasil
melalui perkembangan social dan membentuk relasi.
9
Ketidakmampuan melakukan hubungan sosial menjadikan individu merasa
terisolasi dan frustasi. Kita sudah dianggap dewasa dan kita dituntut untuk
bertanggung jawab penuh atas segala keberhasilan dan kegagalan kita.
Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek pengetahuan dengan fokus
pada materi generalisasi, yaitu kerangka pengambilan kesimpulan dan
formulasi ketentuan serta bagaimana solusi pemikiran dan tindakan yang
dilakukan. Peserta didik dituntut untuk berpikir kritis agar mampu mengambil
kesimpulan rasional. Pada periode pertengahan dewasa muncul keinginan
membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang
berguna melalui generativitas/bangkit. Memberikan asuhan dan bimbingan
pada anak-anak dengan mengajarkan pengetahuan, keahlian dan
keterampilan.

2.2 Implikasi Perkembangan Bahasa Dan Perilaku Kognitif


Pada tahap SMA, peserta didik apalagi dizaman globallisasi ini kerap
menggunakan istilah-istilah bahasa inggris yang merupakan bahasa
internasional. Bahasa inggris dalam kalangan sma juga merupakan ajang
“keren-kerenan”. Hal yang biasa terjadi ialah saat mereka mengungkapkan
sesuatu dengan bahasa inggris yang dipublikasikan ke social media. Sebagian
mendapat respon yang bagus namun peserta didik yang salah dalam pelafalan,
arti dsb akan menjadi cemoohan akibatnya timbul rasa kurang percaya diri dan
imbasnya cenderung tidak menyukai pelajaran bahasa inggris.
Padahal, menurut Yusuf (2005:118), bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam
perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk pengertian,
menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam hal ini guru harus dapat
meminimalisir ketidaksukaan peserta didik terhadap pelajaran bahasa, karena
pentingnya bahasa dalam perkembangan berfikir mereka. Meskipun mereka
cenderung tidak suka, namun demi kepentingan mereka kedepannya guru
hendaknya mencari cara agar siswa berminat terhadap mata pelajaran bahasa
inggris.
Ketidaksukaan siswa dalam kasus sma ialah karena siswa belum berpikir
rasional/dewasa dalam memilih mana yang akan berguna nantinya dan
cenderung berpikir pendek, dimana saat mendapat cemoohan akan berimbas
pada minat mereka dan rasa percaya diri mereka.
10
Guru bisa memulai dengan motivasi dalam pelajaran bahasa inggris, seperti
menceritakan pengalaman terdahulu saat belajar bahasa inggris, atau
kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa inggris pada waktu guru masih sma.
Sehingga dapat menyembuhkan problema siswasiswa.
Peserta didik sma ialah masa dimana mereka tumbuh penasaran terhadap
bacaan yang mengandung erotis, fantastic dan estetik. Dan mereka akan
berusaha mendapatkannya bagaimanapun caranya unutk memuaskan
keinginan tersebut. Dalam hal ini guru harus mengarahkan siswa kea rah
bacaan yang positif. Jika tidak siswa sma akan menyalurkan keinginannya
kearah negative seperti membaca majalah porno.
Perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa sma membawa implikasi
terhadap pendidikan disekolah. Guru dapat membuat kelompok belajar untuk
siswa guna mengatasi siswa-siswa lambat dan menumbuhkan intelijen emosi
mereka.

2.3 Implikasi Perilaku Sosial, Moralitas Dan Keagamaan


Dalam kehidupan remaja yang masih mempunyai kelabilan dalam berpikir,
remaja cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang justru bertentangan
dengan norma masyarakat atau agamanya, seperti mengisap ganja, mencuri.
Dalam aspek pemahaman moral, Sugiyo (1995: 106) menegaskan bahwa
problematik dalam diri kaum muda sendiri umumnya berpangkal pada
penampilan psikis dan fisik, mereka berupaya menidentifikasi, mengimitasi diri
mereka dengan tokoh-tokoh idola mereka. Siswa yang masih serba labil dan
terbuka pada pengaruh luar yang diserap lewat media komunikasi pergaulan,
misalnya kenaifan seksualitas, upaya aktualisasi diri yang kurang mendapat
tanggapan dan pengakuan, konflik sekitar kebebasan, kurang menyadari
potensi dan mengenal diri, rasa rendah diri, kurang atau tak adanya
kesempatan mengenyam pendididkan bagi sebagian kaum muda pedesaan dan
mereka yang “tak punya”, juga pengaruh dari perkawinan dini, kurangnya
kesadaran dan upaya mengubah sistem adat yang menghambat
perkembangan pribadi, kesulitan sekitar perumahan, lingkungan b e l a j a r , d
a n pergaulan bagi mereka yang datang dari desa kekota besar. Semuanya itu
mengakibatkan kaum muda menjadigelisah, bingung, tidak pasti, dan masa
depan suram.
11
Kemudian perkembangan aspek keagamaan anak usia sekolah menengah
memasuki masa kritis dan skeptic. Dimana mereka mulai mencari dan
mempertanyakan hal-hal bersifat rohaniah, teori ketuhanan dan mencari
kebenaran dan sebagainya.
Implikasi perkembangan perilaku social, moral dan keagamaan anak usia
sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk
kelompok-kelompok belajar, atau perkumpula remaja yang positif. Penting
juga bagi sekolah meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kelompok-
kelompok tersebut untuk mempunyai program dan tujuan mereka. Sekolah
juga harus giat berperan mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang ada disekolah
seperti pramuka, PMR dll.

2.4 Implikasi Perilaku Apektif, Konatif, dan Kepribadian


Memasuki usia sekolah menengah, ada lima kebutuhan yang mulai Nampak
yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, dan
perwujudan diri. Reaksi emosional mulai berubah-ubah, kecenderungan arah
sikap mulai Nampak, dan menghadapi masa krisis identitas diri. Krisis identitas
artinya bahwa jika kondisi psiko sosialnya menunjang maka akan Nampak
identitas yang positif, sebaliknya jika tidak menunjang akan tampak identitas
yang negatif.
Ada beberapa masalah yang menyangkut dengan perilaku afektif, konatif, dan
kepribadian, yaitu:
1. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiata destruktif yang spontan
untuk melampiaskan ketegangan institusi emosionalnya meskipun tidak
mengetahui maksud yang sebenarnya dan tindakan-tindakannya.
2. Ketidak mampuan menegakkan kata hatinya, mengakibatkan sukar
terintegrasikan dan sintesa fungsi psiko fisiknya, dan berlanjut akan sukar
menentukan identitas pribadinya.

12
2.5 Implikasi Perkembangan Emosi Remaja terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan.
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, pertumbuhan organ-
organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang dialami
sebelumnya, seperti rasa cinta, rindu dan keinginan berkenalan lebih dalam
dengan lawan jenis. Pengembangan emosi peserta didik juga sangat erat
kaitannya dengan faktor-faktor perubahan jasmani, perubahan dalam
hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dengan
teman-temannya, perubahan pandangan luar dan perubahan dalam
hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu, perbedaan individual dalam
perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi dan pasti dapat terjadi.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
mengembangkan kecerdasan emosional, salah satu diantaranya ialah dengan
menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium, yaitu:
1. Pengembangan keterampilan emosional Cara yang dapat dilakukan adalah:
- Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
- Mengungkapkan perasaan
- Menilai intensitas perasaan
- Mengelola perasaan
- Menunda perasaan
- Mengendalikan dorongan hati
- Mengurangi stress
- Memahami perbedaan
2. Pengembangan keterampilan kognitif Cara yang dapat dilakukan adalah :
- Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan
mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
- Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial
- Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan mengambil
keputusan
13
- Belajar memahami sudut pandang orang lain
- Belajar memahami sopan santun
- Belajar bersikap positif
- Belajar mengembangkan kesadaran diri
3. Pengembangan keterampilan perilaku Cara yang dapat dilakukan adalah:
- Mempelajari komunikasi non verbal
- Mempelajari komunikasi verbal
- Belajar mengembangkan kesadaran diri
- Belajar mengambil keputusan pribadi
- Belajar mengelola perasaan
- Belajar menangani stress
- Belajar merempati
- Belaraj berkomunikasi
- Belajar membuka diri
- Belajar mengembangkan pemahaman
- Belajar menerima diri sendiri
- Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
- Belajar mengembangkan ketegasan
- Mempelajari dinamika kelompok
- Belajar menyelesaikan kelompok

2.6 Implikasi Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri menurut Atwater (1987) adalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-
nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Ada tiga bentuk tentang konsep diri menurut Atwater yaitu:
14
1. Body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri.
2. Ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang
mengenai dirinya.
3. Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan
psikososial peserta didik. Konsep diri memengaruhi perilaku peserta didik dan
mempunyai hubungan yang sangat menentukan proses pendidikan dan
prestasi belajar mereka. Peserta didik yang mengalami permasalahan di
sekolah pada umumnya menunjukkan tingkat konsep diri yang rendah. Oleh
sebab itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, guru
perlu melakukan upaya-upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan
konsep diri peserta didik.
Berikut ini akan diuraikan beberapa strategi yang mungkin dapat guru
dilakukan guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta
didik:
1 . Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru. Dalam
mengembangkan konsep diri yang positif, siswa perlu mendapat dukungan dari
guru. Dukungan guru uru. ini dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan
emosional (emotional support), seperti ungkapan empati, kepedulian,
perhatian, dan umpan balik, dan dapat pula berupa dukungan penghargaan
(esteem support), seperti melalui ungkapan hormat (penghargaan) positif
terhadap siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan siswa dan perbandingan positif antara satu siswa dengan siswa lain.
Bentuk dukungan ini memungkinkan siswa untuk maju membangun perasaan
memiliki harga diri, memiliki kemampuan atau kompeten dan berarti.

2. Membuat siswa merasa bertanggungjawab. Memberi kesempatan kepada


siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan
sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa. Tanggung
jawab ini akan mengarahkan sikap positif siswa terhadap konsep diri, yang
diwujudkan dengan usaha pencapaian prestasi belajar yang tinggi serta
peningkatan integritas dalam menghadapi tekanan sosial.
15
Hal ini menunjukkan pula adanya pengharapan guru terhadap perilaku siswa,
sehingga siswa merasa dirinya mempunyai peranan dan diikutsertakan dalam
kegiatan pendidikan.
3. Membuat siswa merasa mampu. Ini dapat dilakukan dengan cara
menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap kemampuan yang
dimiliki siswa. Guru harus berpandangan bahwa semua siswa pada dasarnya
memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum dikembangkan. Dengan sikap
dan pandangan positif terhadap kemampuan siswa ini, maka siswa juga akan
berpandangan positif terhadap kemampuan dirinya.
4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis. Dalam upaya
meningkatkan konsep diri siswa, guru harus membentuk siswa untuk
menetapkan tujuan yang hendak dicapai serealistis mungkin, yakni tujuan yang
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Penetapan tujuan yang realistis
ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian prestasi di masa
lampau. Dengan bersandar pada keberhasilan masa lampau, maka pencapaian
prestasi sudah dapat diramalkan, sehingga siswa akan terbantu untuk bersikap
positif terhadap kemampuan dirinya sendiri.
5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis. pada saat mengalami
kegagalan, adakalanya siswa menilainya secara negatif, dengan memandang
dirinya sebagai orang yang tidak mampu. Untuk menghindari penilaian yang
negatif dari siswa tersebut, guru perlu membantu siswa menilai prestasi
mereka secara realistis, yang membantu rasa percaya akan kemampuan
mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan prestasi
belajar di kemudian hari. Salain satu cara membantu siswa menilai diri mereka
secara realistis adalah dengan membandingkan prestasi siswa pada masa
lampau dan prestasi siswa saat ini. Hal ini pada gilirannya dapat
membangkitkan motivasi, minat, dan sikap siswa terhadap seluruh tugas di
sekolah.
6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis. Upaya lain
yang harus dilakukan guru dalam membantu mengembangkan konsep diri
peserta didik adalah dengan memberikan dorongan kepada siswa agar bangga
dengan prestasi yang telah dicapainya. Ini adalah penting, karena perasaan
bangga atas prestasi yang dicapai merupakan salah satu kunci untuk menjadi
lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.
16

2.7 Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan


Menurut R.J.havinghurst tugas-tugas perkembangan diartikan sebagai tugas
yang timbul pada suatu periode atau masa tertentu dalam kehidupan
seseorang. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan akan
menumbuhkan rasa bahagia, serta memberikan kemudan bagi pemenuhan
tugas-tugas selanjutnya. Sedangkan kegagalan akan menimbulkan
ketidakbahagiaan dan membawa kesukaran dalam menghadapi tugas-tugas
perkembangan selanjutnya.
Tugas-tugas ini timbul karena adanya 3 kekuatan kerja sama, yaitu:
1. Kematangan fisik, misalnya: si A, belajar berjalan karena kemtangan otot-
otot kaki; dan si B, belajar bertingkah laku,bergaul dengan jenis kelamin yang
berbedapada masa remaja karena kematanganorgan-organ seksual.
2. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya: belajar membaca, belajar
menulis, belajar berhitung, dan belajar berorganisasi
3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya: memilih
pekerjaan, dan memilih teman hidup.

Jadi, tugas-tugas remaja itu harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan
membawa implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam
membantu remaja tersebut, yaitu:
1. Sekolah dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan
kegiatankegiatan non-akademik melalui berbagai perkumpulan.
2. Membantu remaja putra-putri yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya
melalui bimbingan dan konseling.
3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba
dalam kegiatan kelompoknya sendiri.
4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan minat dan keinginannya, dan mmbantu siswa mendapatkan
pendidikan yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan.

17

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu
sistem syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh. Hal ini juga
berkaitan erat dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa yang
membawa implikasi terhadap pendidikan disekolah. Penting juga bagi sekolah
meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kelompok-kelompok
tersebut untuk mempunyai program dan tujuan mereka.Implikasi
perkembangan perilaku social, moral dan keagamaan anak usia sekolah
menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk
kelompok-kelompok belajar, atau perkumpula remaja yang positif.
Pengembangan emosi peserta didik juga sangat erat kaitannya dengan faktor-
faktor perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua,
perubahan dalam hubungannya dengan teman-temannya, perubahan
pandangan luar dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh
karena itu, perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat
dimungkinkan terjadi dan pasti dapat terjadi.

3.2 SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah lebih memperhatikan perilaku sosial anak di
sekolah melalui kegiatan keagamaan, gotong royong bersama warga
sekolah, bakti sosial.
18
2. Bagi Orang Tua
Orang tua menanamkan pendidikan dalam keluarga kepada anak, agar
anak mempunyai sikap proaktif, sikap respek, kasih sayang, kejujuran,
hukum dasar kehidupan dan berusaha memberdayakan prinsip-prinsip
kehidupan sehingga anak memahami dan melaksanakanny
19

DAFTAR PUSTAKA

Syarif, Kemali.2015.Perkembangan Peserta Didik. Medan: Unimed Press.


http://weloveblitar.blogspot.co.id/2013/02/perkembangan-fisik-dan-
psikomotorik.html http//m.facebook.com/permalink.php?
http://wiwikyulihaningsih.wordpress.com/perkembanganperilaku-dan-
kepribadian-seseorang/
hamsahblogman.blogspot.com/2012/10/perkembangan-peserta-didik-html?=1
Sumantri. M. Nana Sayodih. 2004. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Terbuka.
20

Anda mungkin juga menyukai