DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VIII
Dosen Pengampu :
Drs. Safruddin, M.Pd
Dr. Prayogi Dwina Angga, M.Pd
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan limpahan
rahmat, taufik dan hidayah serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Tahapan Perkembangan Bermain”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah “Bermain dan Permainan Anak SD”. Disamping itu, penulis
berharap agar makalah ini mampu dibaca dan dipahami serta diambil manfaatnya oleh penulis
maupun pembaca.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak luput dari bantuan banyak pihak. Dan
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. Safruddin, M.Pd dan Bapak Dr. Prayogi
Dwina Angga, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bermain dan Permainan Anak SD.
Serta pihak-pihak lain yang banyak membantu untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis
mengakui masih banyak kekurangan pada makalah ini, karena setiap manusia tidak luput dari
kesalahan. Dan penulis meminta agar makalah ini dapat diberikan saran dan kritik yang bersifat
membangun agar kedepannya dapat membuat makalah menjadi lebih baik.
Kelompok VIII
DAFTAR ISI
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................4
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Perkembangan..............................................................................................................6
2.2 Aspek-Aspek Perkembangan Anak................................................................................................6
2.3 Tahapan Perkembangan Bermain...............................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................15
3.2 SARAN.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16
DESKRIPSI TUGAS ANGGOTA KELOMPOK.................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bermain adalah suatu aktivitas yang menyenangkan serta dapat menjadi sarana
belajar bagi anak yang sekaligus menjadi suatu proses yang terjadi secara terus menerus
dalam kehidupan dan mempunyai manfaat untuk merangsang perkembangan anak secara
umum, membantu anak dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya (Sekartini, 2011).
Sedangkan menurut Adriana (2011), Bermain adalah salah satu stimulasi yang tepat bagi
anak untuk merangsang daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial,
dan fisiknya.
Ada beberapa jenis permainan yang bersifat membentuk ketrampilan dankreatifitas
anak seperti permainan menyusun puzzel, membuat origami. Semua itu memerlukan
kontrol dan seleksi orang tua ataupun guru agar jenis dan alat permainan tersebut dapat
berfungsi optimal dan tidak membahayakan anak. Perkembangan personal sosial adalah
bertambahnya kemampuan dalam aspek-aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Perkembangan
personal sosial anak dapat distimulasi dengan kegiatan bermain karena anak dapat
berinteraksi dengan teman-teman sebayanya (Marimbi, 2010).
Perangsangan dan latihan-latihan anak dapat dilakukan oleh orang tua,anggota
keluarga, ataupun orang dewasa disekitar anak. Karena pentingnya orang tua bagi
pengembangan kecerdasan anak dan kreatifitas anak, maka sangat dianjurkan pada orang
tua terutama ibu untuk meluangkan waktu secara teratur untuk menemani anak dalam
melakukan kegiatan sesuaidengan tingkatan usia dan perkembangan anak pada
umumnya, misalnyadengan kegiatan bermain dan diharapkan orang tua mengetahui
manfaatdari kegiatan yang dilakukan anak sesuai dengan umur anak saat ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan anak?
2. Apa saja aspek-aspek perkembangan anak?
3. Apa yang dimaksud tahapan perkembangan bermain?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Menjelaskan pengertian perkembangan anak
2. Menjelaskan aspek-aspek perkembangan anak
3. Menjelaskan tahapan perkembangan bermain
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari
fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.
Perkembangan ditunjukkan dengan perubahan yang bersifat sistematis, progresif dan
berkesinambungan.
Fase kanak-kanak tengah, anak memiliki kemampuan dasar berhitung, menulis, serta
membaca. Fase perkembangan anak SD dapat dilihat dari beberapa aspek utama kepribadian
individu anak, yaitu aspek 1) fisik-motorik, 2) kognisi, 3) sosio-emosional, 4) bahasa, dan 5)
moral keagamaan. Fase perkembangan anak dijelaskan sebagai berikut:
1) Fisik-motorik
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD ditandai dengan anak menjadi lebih tinggi,
berat, dan kuat dibandingkan pada saat anak berada di PAUD/TK, hal ini tampak pada
perubahan sistem tulang, otot dan keterampilan gerak. Anak lebih aktif dan kuat untuk
melakukan kegiatan fisik seperti berlari, memanjat,melompat, berenan dan kegiatan luar
rumah lainnya. Kegiatan fisik ini dilakukan oleh anak dalam upaya melatih koordinasi,
motorik, kestabilan tubuh maupun penyaluran energi yang tertumpuk. (Izzaty, 2008).
Perkembangan fisik anak SD lakilaki dan perempuan berbeda. Anak perempuan biasanya
lebih ringan dan lebih pendek daripada anak laki-laki. (Slavin, 2011).
2) Kognisi
Aspek perkembangan kognisi merupakan perkembangan yang berhubungan
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh anak, yakni kemampuan untuk berpikir
dan memecahkan masalah. Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik berpikir yang
khas. Cara berpikir mereka berbeda dengan anak pra sekolah dan orang dewasa. Cara
mengamati lingkungan sekitar dan mengorganisasi dunia pengetahuan yang mereka
dapatpun berbeda dengan anak prasekolah dan orang dewasa.
Teori perkembangan Piaget merupakan salah satu teori perkembangan kognitif
yang terkenal. Dalam teorinya, Piaget menjelaskan anak usia SD yang pada umumnya
berusia 7 sampai 11 tahun, berada pada tahap ketiga dalam tahapan perkembangan
kognitif yang dicetuskannya yaitu tahap operasional konkret. Pada tahap ini, anak dinilai
telah mampu melakukan penalaran logis terhadap segala sesuatu yang bersifat konkret,
tetapi anak belum mampu melakukan penalaran untuk hal-hal yang bersifat abstrak
(Trianingsih, 2016).
Anak usia SD akan mengalami perkembangan kognitif yang pesat. Anak akan
mulai belajar membentuk sebuah konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah
terhadap situasi yang bersifat konkret. (Slavin, 2011). Untuk itu, Guru hendaknya dapat
membangun suasana belajar yang konkret bagi anak sebagai guna memudahkan anak
dalam berpikir logis serta dapat memecahkan masalah. (Trianingsih, 2016).
3) Perkembangan sosio-emosional.
Ciri khas dari fase ini ialah meningkatnya intensitas hubungan anak dengan
teman-teman sebayanya serta ketergantungan anak terhadap keluarga menjadi berkurang.
Pada fase ini hubungan atau kontak sosial lebih baik dari sebelumnya sehingga anak lebih
senang bermain dan berbicara dalam lingkungan sosialnya. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa teman sebaya memiliki peranan yang penting dalam perkembangan
sosial anak, karena melalui teman sebaya anak bisa belajar dan mendapat informasi
mengenai dunia anak di luar keluarga (Murni, 2017).
Hal lainnya yang tampak pada fase ini ialah anak sudah mulai membentuk konsep
diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga. Hubungan sosial anak dengan
orang dewasa di luar keluarga memberikan pengaruh penting dalam pengembangan
kepercayaan diri anak. Ketidakpercayaan diri pada anak akan timbul jika anak tidak
mampu mengerjakan tugas seperti temannya. Dalam kegiatan pembelajaran peran guru
sangat penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak serta semangat berkarya
sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.
4) Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dalam suatu interaksi sosial.
Perkembangan bahasa anak akan berkembang dari awal masa sekolah dasar dan
mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja. Pada usia late primary (7-8 tahun),
bahasa anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Anak telah memahami tata
bahasa, sekalipun terkadang menemui kesulitan dan menunjukkan kesalahan tetapi anak
dapat memperbaikinya.
Anak telah mampu menjadi pendengar yang baik. Anak mampu menyimak cerita
yang didengarnya, dan selanjutnya mampu mengungkapkan kempali dengan urutan dan
susunan yang logis. Anak telah menunjukkan niatanya terhadap puisi, dan juga mampu
mengungkapkan perasaan dan pikirannya dalam bentuk puisi. Anak memiliki
kemampuan untuk memahami lebih dari satu arti, dan memperkaya kata menjadi sebuah
humor. (Surna. 2014).
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak SD ialah faktor
lingkungan. Anak SD telah banyak belajar dari orang disekitar lingkungannya khususnya
lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan terdekat anak. Oleh karena itu,
hendaknya orang tua dan masyarakat menggunakan istilahistilah bahasa yang lebih
selektif dan lebih baik jika berada disekitar anak, karena pada dasarnya bahasa anak akan
dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya. (Adriana, 2008).
5) Perkembangan Moral Keagamaan
Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang lebih luas di luar keluarga
menjadi pusat dari pelajaran perkembangan moral bagi anak. Konsep perkembangan
moral menjelaskan bahwa norma dan nilai yang ada dilingkungan sosial siswa akan
mempengaruhi diri siswa untuk memiliki moral yang baik atau buruk (Trianingsih ,
2016). Pada masa perkembangan kanak-kanak awal, moral anak belum berkembang pesat
karena disebabkan oleh perkembangan kognitif anak yang belum mencapai pemahaman
menganai prinsip benar salah menganai suatu hal, pada masa ini anak belum mampu
membedakan hal-hal yang benar untuk dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
(Murni, 2017).
Berdasarkan periodesasi perkembangan Piaget, anak sekolah dasar kelas I, II, III,
dan IV berada dalam periode transisi, yaitu meninggalkan periode moral realisme
memasauki periode moral otonom. Akibat periode transisi itu tingkah laku moral anak
kadang-kadang seperti tingkah laku moral anak periode heterenom dan kadangkadang
seperti tingkah laku anak yang otonom. Bagi anak kelas II, III, dan IV yang masih berada
dalam perkembangan moral heterenom, yaitu anak mulai melihat tingkah laku baik atau
buruk yang dipanang dari akibat yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu, dan bukan dari
niat atau maksud si pelaku. Misalnya, ketika 12 buah gelas secara tidak sengaja
dipecahkan oleh anak, hal ini akan dipandang anak sebagai tingkah laku yang lebih buruk
dibandingkan dengan memecahkan sebuah gelas yang maksudnya untuk mencuri kue
Bagi anak yang dalam periode perkembangan moral otonom justru berpandang
sebaliknya, bahwa memecahkan 12 buah gelas secara tidak sengaja lebih baik daripada
memecahkan sebuah gelas karena ingin mencuri kue.
Bagi anak itu kesalahan tingkah laku dilihat dari maksud orang bertingkah laku,
bukan dari akibat yang ditimbulkan dari oleh tingkah laku itu. Sehubungan dengan aspek
perkembangan moral anak, guru hendaknya dapat menanamankan moral pada anak yang
dilakukan. tanpa disadari anak sehingga mendorong kesadaran dalam diri anak untuk
berbuat sesuai dengan moral yang baik. (Trianingsih , 2016).
Pada teori yang lain Parten dan Rogers (Sujiono) dalam (Pratiwi, 2017:114-115)
mengemukakan bahwa ada enam tahapan perkembangan bermain pada anak yaitu sebagai
berikut.
Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bermain merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh anak dengan dengan spontan, dan perasaan gembira tidak memiliki tujuan
ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar
bermain (seperti perkembangan kreativitas) dan merupakan interaksi antara anak dengan
lingkungannya serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut.
Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuai dengan perkembangan anak baik
kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini
memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain aktif,
dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi
rasa ingin tahunya anak bebas mengekspresikan gagasannya melalui khayalan, drama, bermain
konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk mengembangkan
perasaan bebas secara psikologis.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bermain adalah suatu aktivitas yang menyenangkan serta dapat menjadi sarana
belajar bagi anak yang sekaligus menjadi suatu proses yang terjadi secara terus
menerus dalam kehidupan dan mempunyai manfaat untuk merangsang perkembangan
anak secara umum, membantu anak dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya
(Sekartini, 2011). Dalam perkembangannya terdapat fase-fase perkembangan seperti
perkembangan fisik motoric, kognisi, sosio emosional, Bahasa dan perkembangan
moral keagamaan. Begitu juga dengan tahap perkembangan bermain anak, seperti
yang telah diungkapkan oleh para ahli seperti jean piaget, yang mengatakan bahwa
tahap perkembangan bermain anak terdiri dari Sensory motor play, symbolic make
believe play, Social play games with rules.
3.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Pupung Puspa., & Anik Lestariningrum. 2018. Bermain dan Permainan Anak Usia Dini
(Sebuah Kajian Teori dan Praktik). Nganjuk. PT : Adjie Media Nusantara.
Khaulani, Fatma. Dkk. 2019. “Fase dan Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar”. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Dasar. Vol. VII No. 1
Pratiwi, Wiwik. 2017. KONSEP BERMAIN PADA ANAK USIA DINI. TADBIR : Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam. Vol 5 (2). Hal 106-117.
Syaodih, Ermawulan. “Psikologi Perkembangan”.
DESKRIPSI TUGAS ANGGOTA KELOMPOK
N NAMA ANGGOTA PERAN DALAM PEKERJAAN
O KELOMPOK KELOMPOK/ DESKRIPSI TUGAS
01. RYAN ARYANTO (E1E019291) Membuat Bab 1
Menyampaikan Materi
Membuat resume diskusi
02. SITI MAULIDIYA NABILA Mencari materi
(E1E019302) Menjadikan satu hasil refrensi menjadi
makalah
Menyampaikan materi
03. SRI RAHMAWATI (E1E019307) Mencari materi
Membuat PPT
Menyampaikan materi