Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan
Disusun Oleh:
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, tauhid,
dan hidayah yang telah dilimpahkanNya sehingga tugas makalah mata kuliah Psikososial dan
Budaya dalam Keperawatan yang berjudul “PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
BERDASARKAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA TODDLER” dapat diselesaikan.
Dalam pembuatan makalah ini terasa tidak sulit karena mendapat bantuan dari
sumber-sumber seperti internet dan buku pedoman. Bantuan dari berbagai pihak juga
didapatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu disampaikan terima
kasih kepada :
1. Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep (SW) selaku dosen pengampu mata kuliah Psikososial
dan Budaya dalam Keperawatan yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu.
2. Kedua orang tua di kampung halaman tercinta
3. Teman-teman Sarjana Keperawatan Kelas RSU Pindad Bandung
Makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL BERDASARKAN
TUMBUH KEMBANG ANAK USIA TODDLER” ini dibuat sebagai salah satu upaya agar
semua orang mengetahui bagaimana perkembangan psikososial berdasarkan tumbuh kembang
anak usia toddler. Sehingga dapat menambah ilmu untuk digunakan dalam kehidupan sehari-
hari khususnya di dunia keperawatan.
Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan, agar isi dan makna makalah ini dapat mendekati tujuan
dan sasaran yang sebenarnya. Makalah ini dipersembahkan dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga makalah ini bermanfaat.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
BAB 1..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
A. Definisi.........................................................................................................................6
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Toddler.................................................6
C. Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Toddler....................20
D. Masalah yang Berhubungan dengan keamanan / Kesehatan pada Toddler...............21
BAB III......................................................................................................................................23
PENUTUP.................................................................................................................................23
A. Kesimpulan.................................................................................................................23
B. Saran...........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................24
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia toddler merupakan anak yang berada di rentang usia 12-36 bulan
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Anak usia toddler adalah anak yang berada pada
usia 1-3 tahun (Wong, 2008). Salah satu hal yang penting untuk dipantau adalah
perkembangan anak khususnya pada anak usia toddler. Usia toddler merupakan masa
golden period/periode keemasan bagi kecerdasan anak, termasuk juga perkembangan anak
(Loeziana Uce, 2015). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari pematangan diri seseorang (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Aspek yang
dikaji pada perkembangan anak meliputi motorik kasar, motorik halus, kemampuan
berbahasa, kognitif, emosi, dan psikososial (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
5
Kemudian dalam tahap perkembangan tumbuh kembang anak, anak berusia 12
bulan seharusnya sudah bisa untuk berjalan dituntun, makan dengan sendok, dipanggil
datang, dan bicara lebih dari 8 kata. Usia 18 bulan sudah bisa untuk naik tangga dibantu,
susun balok 6, dan mengikuti mimik. Anak usia 1-2 tahun cenderung gerakannya
memakai otot-otot besar, bergerak dengan banyak komponen tubuh dan dapat merangsang
oksigenasi otak. Dan untuk mengetahui anak sudah siap jalan atau belum dapat dilihat dari
refleks jinjit (plantar refleks) yang mulai hilang, atau sudah dapat melakukan koordinasi
kompleks.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah “Bagaimana perkembangan psikososial berdasarkan tumbuh kembang anak usia
toddler?”
C. Tujuan
Selain sebagai tugas mata kuliah Psikososial, pembuatan makalah ini juga
bertujuan agar mampu mengetahui tentang proses pertumbuhan dan perkembangan anak
pada usia toodler.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan (1-3 tahun) pada periode ini anak
berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain
melalui kemarahan, penolakan dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang
sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara
optimal.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara
bertahap, berat dan tinggi anak senakin bertambah dan secara simultan mengalami
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun spiritual (Supartini,
2000).
Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik antara lain
berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam keinginan dan sikap atau perasaan
si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, ini akan menyatakan sikap
7
dan nalurinya mengatakan " tidak" baik dengan kata-kata maupun perbuatan, meskipun
sebetulnya hal itu di sukai (Psikolog menyebutnya Negatifisme). Kenyataan ini berbeda
pada saat usia di bawah sate tahun, si kecil akan menjadi seorang penyidik yang sangat
menjengkelkan, mereka akan menyelinap keluar masuk setiap sudut rumah, menyentuh
semua benda yang ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda
apapun yang dapat dijatuhkan, memanjat apa yang bisa dipanjat, memasukkan benda-
benda kecil kedalam benda yang lebih besar dan sabagainya. Pendek kata tangannya tidak
bisa diam setiap hari.
Pada usia 2 tahun si kecil akan cenderung mengikuti orang tuanya kesana-kemari,
ikut ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini di lakukan dengan penuh
kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai belajar bergaul, ia senang sekali
menonton anak lain bermain, perasaan takut dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya
meninggalkan anak sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan
untuk kembali bekerja dan meminta bantuan orang lain untuk mengawasi anaknya,
biasanya anak tidak rewel pada saat orang tua pergi tetapi pada saat mereka kembali anak
akan terusmenerus melekat pada ayah dan ibunya dan tidak mengizinkan siapapun juga
mendekatinya, karena ia takut orang tuanya akan pergi lagi. Perasaan takut akan semakin
menghambat pada saat tidur ia mau berbaring jika ayah atau ibunya duduk di sampingnya.
Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak sudah
dalam perkembangan emosi, sehingga mereka menganggap ayah dan ibunya sebagai
orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang muncul pada usia antara 2
½ - 3 tahun tampaknya makin berkurang, Sikap pada orang tua bukan saja bersahabat
tetapi sangat ramah dan hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang tuanya, sehingga
mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika keinginan mereka bertentangan
dengan kehendak orang tuanya karena mereka tetap makluk hidup yang mempunyai
pendapat sendiri. Pada usia 3 tahun anak cenderung meniru siapa pun yang dilakukan
orang tuanya sehari-hari disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak di
bentuk jauh lebih banyak dari petunjuk yang diterima dari orang tuanya, seperti
membentuk model diri mereka, membina kepribadian, membentuk sikap dasar, baik
terhadap pekerjaan, orang tua dan dirinya sendiri.
8
Ukuran peningkatan dalam setiap tahap agak seperti pola linear, yang merupakan
refleksi dari pertumbuhan yang cepat dan karakteristik pertumbuhan yang lambat dari
toddler. Karakteristik yang menonjol pada perut toddler merupakan hasil dari otot-otot
abdomen yang kurang berkembang. Kaki bengkok yang kas yang terjadi terus-menerus
pada toddler karena otot kaki harus menopang berat badan yang terlalu besar.
1. Tinggi Badan
Rata-rata 7,5 cm pertahun. Untuk usia 2 tahun tinggi badan ± 86,6 cm. Tinggi
badan pada usia 2 tahun diharapkan setengah tinggi badan pada saat dewasa.
2. Berat Badan
Rata-rata naik 1,8-2,7 kg pertahun. Pada usia 2 tahun berat badannya rata-rata
12,3 kg. Berat badan naik empat kali pada usia 2,5 tahun.
3. Lingkar Kepala
Usia 1-2 tahun lingkar copula sama dengan lingkar dada. Lingkar kepala
meningkat total pada tahun ke dua yaitu 2,5 tahun, kemudian meningkat secara
perlahan-lahan rata-rata 0,5 inchi tiap tahun sampai 5 tahun kemudian.
4. Nutrisi
Berkembang secara perlahan-lahan, terjadi penurunan kebutuhan kalori,
protein, dan cairan. Kalori yang dibutuhkan 102 kcal/kg/hari. Protein yang dibutuhkan
112 g/kg/hari. Pada usia 18 bulan, toddler mengalami anoreksia, dan menjadi anak
yang suka memilih makanan, mempunyai makanan kesukaan, dan pada suatu waktu
makan dalam jumlah yang besar dan dilain waktu makan sangat sedikit.
Toddler berisiko tinggi untuk mengalami aspirasi terhadap makanan kecil,
seperti kacang. Toddler lebih suka makan sendiri dan dalam porsi yang kecil untuk
merangsang makannya. Frekuensi makan makanan kecil dapat diganti dengan makan
makannan lengkap. Makan tidak seharusnya dijadikan sebagai reward atau
punishment. Minum susu dibatasi tidak lebih dari satu lietr perhari intuk membantu
pemasukkan makanan yang kaya dengan zat besi. Hematokrit sehabaiknya digunakan
untuk pemeriksaan anemia.
5. Pola Tidur
9
Total jumlah jam tidur dikurangi selama tahun kedua, menjadi ± 12 jam / hari.
Sebagian toddler tidur siang setiap harinya berakhir sampai pada tahun kedua atau
ketiga. Masalah tidur biasanya karena takut atau berpisah dengan orang tua.
6. Kesehatan Gigi
Gigi primer sejumlah 20 lengkap pada usia 2,5 tahun. Kunjungan pemeriksan
gigi yang pertama sebaiknya bukan karna traumatik dan dilakukan sebelum toddler
berusia 2,5 tahun.
Gigi dibersihkan dengan sikat yang lembut dan air. Pasta gigi tidak yang
berbuih dan jika mengandung florida ini sangat berbahaya jika ditelan. Penambahan
florida diperlukn jika air tidak mengandung florida dan seharusnya makanannya tidak
menyebabkan gigi karies, seperti gula-gula.
8. Bahasa
Bahasa adalah alat berkomunikasi berdasarkan visual daripada rangsangan
pendengaran,dan penglihatan,yang mempunyai tiga bentuk secara umum yaitu bahsa
lisan,tulisan,dan bahasa isyarat.
Lev Vygotsky Tokoh psikologi Rusia menyatakan bahwa bahasa memegang
peranan kunci dalam perkembangan kognitif anak. Bahasa adalah "alat" menuju
kecerdasan-kecerdasan lain karena bahasa adalah alat untuk berkomunikasi.
10
Katakanlah begini, jika si kecil belajar matematika ia perlu memahami soal-soalnya.
Itu berarti ia perlu memahami bahasa. Begitu juga dengan kecerdasan lainnya.
11
• Berkomunikasi dengan kata-kata.
• Berperilaku sosial yang pantas.
• Interaksi egosentrik dengan yang lain.
• Toddler belajar menunda kesenangan yang diinginkan.
Toddler sering mengatakan "tidak " kata "ya" digunakan untuk menunjukkan
ketergantungannya. Perasan ragu dan malu dapat berkembang jika ia tegantung pada
saat-saat tertentu. Dimana ia dapat menggunakan keterampilan barunya atau jika ia
merasa tidak mampu ketika mencoba keterampilan yang baru.
Takut
Umumnya ketakutan toddler meliputi :
• Kehilangan orang tua (kecemasan untuk berpisah)
• Cemas terhadap orang-orang yang baru
• Suara yang keras, seperti vacum cleaner
• Pergi tidur
• Binatang yang besar
• Dukungan emosi, kenyamanan, dan pemberian contoh yang sederhana dapat
mengurangi ketakutan pada toddler.
10. Sosialisasi
Interaksi toddler didominasi oleh sifat keagamaan, sifat negatif, dan
ketidaktergangtungan. Kecemasan berpisah yang memuncak berbeda-beda pada
toddler. Pergantian terhadap benda-benda tertentu sangat penting khususnya selama
waktu berpisah, seperti saat tidur siang.
Kemarahan dapat digunakan untuk menyatakan ketidaktergantungan dan
pengabaian terhadap mereka. Sering berannganggapan negatif. Jalan terbaik untuk
mengurangi kata"tidak" adalah dengan mengurangi pertanyaan –pertanyaan yang
dapat dijawa hanya dengan kata "tidak ".
Disiplin
Tidak membatasi kebebasan toddler adalah suatu penangan karena jika
dibatasi / dilarang toddler menjadi ingin mencobanya. Seharusnya disiplin diukur
dengan :
• Konsisten
• Dilakukan setelah ada kesalahan
• Direncanakan sebelumnya
• Diorientasikan untuk berperilaku tidak seoerti anak-anak Dilakukan secara
pribadi sehingga tidak menyebabkan malu
• Usia 15 bulan, menyusun dua balok menar dan scribbles secara spontan
• Usia 18 bulan, menyusun 3-4 balok menara.
• Usia 24 bulan, membuat gerakan yang lurus
• Usia 30 bulan, menyusun 8 balok menara
14
Fase anal, 8 bulan – 4 tahun, meliputi daerah anus dan pantat, dan aktivitas
seksual berpusat pada pengeluaran dan menahan kotoran tubuh. Tahap ini fokus pada
perubahan dari fase oral ke anal, dengan penekanan pada kontrol BAB yaitu kontrol
dari neuromuskular dan spinkter analnya.
Pengalaman antara kepuasan dan frustasi merupakan akibat dari kontrol yang
berlebihan dan pemaksaan dari menahan dan mengeluarkan. Konflik antara "holding
on" dan "letting go" berangsur-angsur berubah sebagai hasil dari kemajuan bowel
training.
a. Perkembangan Seksualitas
• Masturbasi dapat terjadi akibat dari eksplorasi tubuh.
• Belajar kata-kata mungkin dari penggabungan dengan anatomi dan eliminasi.
• Perbedaan seks menjadi jelas.
b. Toilet Training
Merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia toddler. Latihan
untuk bekemih dan defekasi adalah tugas anak usia toddler. Pada tahap usia
toddler, kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin beerkemih dan
sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang.
Wong (2000) mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan anak mampu
berjalan, kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih
dan defekasi. Sensasi untuki defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan
kemampuan untuk mengkomunikasikannya lebih dahulu dicapai oleh anak,
sedangkan kemampuan untuk mengontrol berkemih biasanya baru akan tercapai
sampai usia 4-5 tahun
Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalm melakukan buang air kecil dan buang air besar. Tolet
training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak: 18 bulan-2 tahun.
Keberhasilan toilet training tergantung pada: Persiapan fisik, Persiapan psikologis,
Persiapan intelektual.
Toilet training sebagai sex education. Dalam proses toilet training
diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak dalam
melakukan buang air besar atau buang air kecil. Defekasi merupakan suatu alat
15
pemuasan untuk melepaskan ketegangan toilet training usaha penundaan
pemuasan.
Suksesnya toilet training tergantung kesiapan yng ada pada diri anak &
keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat
dan mampu. Indikator anak kesiapan fisik: anak mampu duduk atau berdiri.
Indikator kesiapan psikologis: adanya rasa nyman sehingga anak mampu
mengotrol dan konsentrasi dalam merangsang BAK dan BAB
Indiklator kesiapan intelektual: anak paham arti BAK atau BAB
memudahkan pengontrolan anak dapat mengetahui kapan saatnya harus BAB
dan BAK anak memiliki kemandirian dalam mengontrol BAB dan BAK.
16
• Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu membuka celana dan
berpakaian.
b) Psikologis
• Mengenai adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
• Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal mengindikasikan
dorongan untuk miksi atau defikasi.
• Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkah laku dan mengikuti
pengarahan.
• Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua.
• Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa cerewet atau
turun.
• Mengikuti tingkat kesiapan anak.
• Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan pengertian.
• Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti : perceraian, pindah
rumah, mendapat adik baru atau akan berlibur.
• Memberi pujian jika anak berhasil.
c) Mental
• Mengenal rasa yang dating
• Komunikasi secara verbal dan nonverbal
• Ketrampilan kognitif untuk mengikuti perintah atau mengikuti orang lain
d) Persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry)
Keluarga mendapat bayi baru : dapat menimbulkan krisis bagi
toddler. Toddler tidak membenci atau marah pada bayi, tetapi karena :
• Perubahan merasa ada saingan.
• Perhatian ibu terbagi.
• Kebiasaan rutin menjadi berubah menyebabkan anak bertingkah laku
invantil
Perlu persiapan toddler untuk menerima kehadiran saudara kandungnya
mulai sejak bayi dalam kandungan.
4) Petunjuk bimbingan usia toddler
a) Petunjuk bimbingan usia 12-18 bulan
17
• Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah
laku dari toddler, terutama negativistic dan ritualisme. Negativistic
adalah perilaku yang bertentangan dengan kebiasaaan.
• Mengkaji kebiasaan makan sekarang dan menganjurkan penyapihan dari
botol secara bertahap, serta meningkatkan pemasukan makanan padat.
• Menyediakan makanan kecil/selingan diantara 2 waktu makan dengan
rasa yang disukai, serta adanya jadwal waktu makan yang rutin.
• Mengkaji pola tidur malam, terutama kebiasaan minum malam memakai
botol yang merupakan penyebab utama gigi berlubang dan perilaku
menunda yang memperlambat jam tidur.
• Menyiapakan orang tua untuk mencegah bahaya yang potensial terjadi di
rumah, seperti kecelakaan kendaraan bermotor dan bahaya/kecelakaan
jatuh. Berikan saran yang sesuai untuk pengamanan di rumah.
• Mendiskusikan kebutuhan akan adanya ketentuanketentuan atau aturan
yang disertai dengan disiplin yang lembut dan cara-cara yang mengatasi
negativistic dan tempertantrum, serta menekankan pada keuntungan yang
positif dari disiplin yang tepat atau sesuai.
• Mendiskusikan mainan baru yang dapat mengembangkan motorik halus,
motorik kasar, bahasa, pengetahuan dan keterampilan social.
18
self assertion (penonjolan/tntutan diri) dan independensi dan bukan
merupakan tanda kemanjaan.
• Mendiskusikan tanda-tanda kesiapan untuk toilet training dan
menekankan pentingnya menunggu kesiapan fisik dan psikologi anak.
• Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti yang timbul ketika ada
kegelapan atau suara keras, dan kebiasaan seperti membawa selimut atau
mengisap jari. Menekankan bahwa hal ini normal dan merupakan
perilaku yang bersifat sementara.
• Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi ketika anak
mengalami stress.
• Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah sesaat dengan mudah dari
orang tuanya di bawah asuhan keluarga.
• Memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengekspresikan
perasaan lelah, frustasi dan jengkel dalam merawat balita.
• Menunjukkan harapan akan adanya perubahan pada anak di tahun
mendatang seperti lingkup perhatian anak yang semakin luas dan
berkurangnya negativistic serta adanya perhatian yang menyenangkan
orang lain.
19
• Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau pusat penitipan anak
pada siang hari (play group)
14. Hospitalisasi
Konsep body image, khususnya batasan tubuh, adsalah hal yang kurang
dipahami pada toddler. Reaksi toddler terhadap nyeri sebagian besar seperti pada
infant dan banyak dipengaruhi oleh pengalaman yang lalu. (Usia 18 bulan waktu
kecemasan untuk berpisah memuncak)
Reaksi terhadap hospitalisasi : Respon stress, mekanisme pertahanannya yang
utama mengalami kemunduran. Toddler juga merasakan kehilangan kontrol terhadap
pembatasan fisik, kehilangan rutinitas, ketidak bebasan, dan takut terhadap luka atau
nyeri tubuh.
Hospitalisasi mendukung timbulnya kecemasanuntuk berpisah, yang memiliki
tiga fase :
• Protes : respon normal dalam hospitalisasi, menangis ke orang tuanya, secara
verbal atau fisik menyerang yang lainnya,dan berusaha mencari orang tuanya.
• Putus asa : tidak tertarik terhadap lingkungan dan mainan disekitarnya, pasif,
depresi, dan tidak nafsu makan.
• Denial : penyesuaian diri dengan menunjukan rasa benar-benar tertarik , tapi dalam
kenyataannya tetap denial, biasanya terjadi setelah waktu yang yang lama
berpisah, jarang terlihat dalam hospitalisasi anak-anak.
Intervensi Keperawatan
• Mengijinkan protes dan mengijinkan untuk tinggal bersama.
• Mendorong penggunaan benda-benda dari rumah (anak berpikir bergabung
dengan orang tuanya) yang dapat diletakkan disebelah anak.
• Menganjurkan orang tua untuk tidak diam-diam meninggalkan ruangan atau
keluar dari rumah sakit ketika anak tidur.
• Menggunakan kata-kata yang digunakan anak (untuk benda-benda yang
berbeda, toileting, dan sebagainya).
20
Kenyaman fisik dan keamanan
• Mengeksplor kemampuan toddler untuk siap mengembangkan ketrampilan
otot (Mengkaji kemampuan sebelum di rumah sakit) kemudian memberi
mainan yang dapat dimanipulasi, memberikan aktivitas yang dapat di awasi,
sehingga menggunakan ruang bermain.
• Setelah mengkaji level fungsi anak, perawatan mandiri yang tepat (dalam
semua kelomoik usia), untuk contoh makan sendiri, toileting di rumah,
menggunakan baju sendiri, dan menjaga kebersihan diri (mencuci muka dan
tangan, mengosok gigi).
Intervensi Kognitif
• Mendorong belajar sensori motorik melalui meniru.
21
C. Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Toddler
2) Lingkungan postnatal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi
anak dalam orang tua dan status kesehatan.
• Jatuh
• Aspirasi
• Keracunan
• Luka bakar
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia batita merupakan masa keemasan bagi perkembangan anak. Pada usia 1-3
tahun inilah perkembangan otak, psikologi, sosial, dan fisik anak berjalan dengan cepat.
Tahaptahap perkembangan batita dapat dilihat dari bertambahnya kemampuan anak
dalam bersosialisasi, perkembangan mental, dan aktifitas fisiknya.
B. Saran
Hal – hal yang perlu diperhatikan Didalam melakukan didikan anak usia toddler
dengan tujuan meningkatkan kecerdasan anak perlu diperhatikan perkembangan dan
pertumbuhannya dalam aspek fisik dan pisikis yang didampingi dengan perhatian pula
pda gangguan – gangguan yang dialami oleh anak dan cara penanggulangan serta cara
mengatasinya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Sulistyawati. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Salemba Medika
Barbara, Konzier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Volume 1. Jakarta :
EGC
Dian, Adriyana. 2011. Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain PadaAnak. Jakarta : Salemba
Medika.
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/tumbuh-kembang/perkembangan-anak-
masatoddler-dan-school-age/. Diakses pada 19 Februari 2015.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24528/Chapter%20II.pdf?
sequence=4.
Diakses pada 12 februari 2015
25