A.LATAR BELAKANG
sastra adalah hasil kegiatan kreatif manusia yang dituangkan ke dalam media bahasa, baik lisan
maupun tulisan. Sebuah karya sarta dapat dikatakan sebagai karya yang bernilai sastra bukan
hanya karena bahasa indah, beralun-alun, penuh dengan irama dan perumpamaan, melainkan
harus dilihat secara keseluruhan; dari nilai-nilai estetika nilai-nilai moral, dan nlai-nilai konsepsi
yang terdapat dalam karya sastra tersebut. [1]
Eagleton, memberi pendapat bahwa sastra karya tulisan indah (belle letters) yang mencatatkan
sesuatu dalam bentuk bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangpendekkan
dan diputarbalikkan, dijadikan ganjil atau cara penggubahan estetis lainnya melalui alat bahasa.
Sumardjo dan Saini KM (1991: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi
manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu
bentuk gambaran kongkrit yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa
Semi (1988 : 8) berpendapat bahwa sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan seni kreatif,
yang mana objeknya (subjeknya) adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan
bahasa sebagai medium.[4
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan karya seni yang
berisi ungkapan ide kreatif manusia yang dituangkan dalam media bahasa, baik lisan maupun
tulisan kata dan maknanya mendalam dan dijadikan renungan dari setiap kejadian yang ditulis
pengarang sastra juga bersifat rekaan sehungga satra sifatnya tersirat atau tidak mengatakan
sesuai dengan kenyataan sastra tidak bisa dipisahkan dengan bahasa.
Selain itu menurut wicaksono manusia sekaligus merupakan objek dari karya satra dengan
bahasa dari segi media satra dinilai mampu mengungkapkan berbagai hal dari banyak segi.
Selain itu ,Gaya bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2010) ialah (1)
pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (2) pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; (3) keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok
penulis sastra; dan (4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau
lisan.
Keraf (2010:112—113) menyatakan bahwa gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style.
Gaya bahasa atau style merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
iiii
BAB 2
PEMBAHASAN
1.1 PEMBAHASAN
majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau
pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Majas berfungsi sebagai penunjang untuk
melengkapi gaya bahasa.
Pendapat serupa dari Tarigan (1986:32) bahwa salah satu yang dapat digunakan oleh para penyair
untuk membangkitkan imaji itu adalah dengan memanfaatkan majasatau figurative language, yang
merupakan bahasa kias atau gaya bahasa. Majas berfungsi untuk memperjelas maksud serta
menjelmakan imajinasi.
Keraf (1996) dalam Ratna (2009:439—447) menyatakan bahwa secara garis besar majas dibedakan
menjadi empat macam, yaitu: penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran. Kemudian
keempat macam majas tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1
A. majas perbandingan
Majas perbandingan adalah gaya bahasa kiasan yang menyatakan sebuah perbandingan antara
satu hal atau objek dengan yang lainnya yang dianggap sama.
Penggunaan majas perbandingan ini akan memberikan kesan dan pengaruh terhadap pembaca
atau pendengar.
Majas perbandingan biasanya menggambarkan tentang dua hal yang memiliki kesamaan,
berupa sifat, tingkah laku, keadaan, ataupun suasana tertentu.
1.Majas simile
Majas simile masuk dalam salah satu jenis dari majas perbandingan. Selain simile, terdapat
majas perbandingan lainnya, seperti asosiasi atau perumpamaan, metafora, personifikasi,
simbolik, metonimia, depersonifikasi, dan mengunakan kata bak, bagaikan ,umpama,
ibarat,seperti.
2. MAJAS METAFORA
Metafora berasal dari bahasa Yunani metaphora yang artinya memindahkan. Istilah
metaphora diturunkan dari kata meta yang artinya di atas dan pherein yang artinya
membawa.
Majas metafora membantu orang yang berbicara atau menulis untuk menggambarkan hal-
hal dengan jelas, dengan cara membanding-bandingkan suatu hal dengan hal lain yang
memiliki ciri-ciri atau sifat yang hampir atau sama persis.
2
3. Majas personifikasi
Selanjutnya adalah majas personifikasi. Majas personifikasi dikenal sebagai gaya
bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa
ataupun pada ide yang abstrak.
4. Majas hiperbola
Majas hiperbola adalah sebuah kiasan yang menggambarkan sesuatu secara berlebihan,
seakan lebih besar dari kenyataannya. Majas hiperbola digunakan untuk memberi kesan
dramatis.
5. Majas asosiasi
Majas asosiasi merupakan majas perbandingan yang disampaikan dengan cara melukiskan
suatu hal dengan cara membandingkan suatu hal dengan hal lain, sesuai dengan keadaan hal
yang dimaksud.
Majas asosiasi adalah perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan
sama.
Masalahnya bagai benang kusut yang sulit untuk ditemukan jalan keluarnya.
Suaranya merdu bagai buluh perindu.
Internet diibaratkan pedang bermata dua, bisa memudahkan manusia tapi juga bisa menjadi
persoalan jika tak digunakan dengan bijak.
Lihat Juga :
3
6. Majas metonimia
Majas metonimia bisa diketahui dengan mudah karena menggunakan merek dari sesuatu
yang sudah dikenal umum.
7. Majas sinestesia
Majas sinestesia berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indera yang dicurahkan lewat ungkapan rasa
indra lainnya.
Dalam majas sinestesia, perbandingan dilakukan dengan cara membandingkannya dengan sesuatu
yang dapat dirasakan oleh panca indera.
8. Majas alegori
Majas alegori merupakan sebuah majas yang membandingkan dua objek dengan penggambaran
atau cara lain.
Jangan sombong, karena hidup ibarat roda yang selalu berputar, kadang di atas, kadang di bawah.
Lidah manusia ibarat pisau yang sangat tajam, maka berhati-hatilah dalam bertutur.
Anak yang baru lahir itu ibarat kertas putih. Orang tualah yang akan menuliskan sesuatu di atasnya.
Majas pars pro toto adalah majas yang menggunakan sebagian dari objek untuk menunjukkan
keseluruhan dari objek tersebut.
Karena tak mampu bayar sewa, Ani terpaksa angkat kaki dari kontrakan itu.
Sedari pagi Arini tak menampakkan batang hidungnya di kantor
Majas ini merupakan kebalikan dari majas pars pro toto. Majas totem pro parte menggunakan
keseluruhan objek untuk merujuk sebagian dari objek tersebut.
4
Contoh majas totem pro parte:
11.majas eufimisme
Majas eufemisme digunakan untuk menggantikan istilah dengan istilah lain yang lebih halus
sehingga tidak menyinggung perasaan.
Bu Yati sekarang menjadi asisten rumah tanggaku yang baru, menggantikan Yuk Jum yang balik
kampung. (asisten rumah tangga = pembantu)
Akibat pandemi, sebagian buruh di pabrik itu harus rela dirumahkan tanpa diberi
pemberitahuan. (dirumahkan = di-PHK)
Banyak tunakarya di ibu kota yang terpaksa mengemis demi menghidupi keluarga. (tunakarya =
tidak punya pekerjaan)
Majas sindiran
. Majas sindiran biasanya berisi ungkapan kata-kata kiasan yang bertujuan untuk menyentil
seseorang atau keadaan tertentu. Berikut beberapa jenis majas sindiran beserta contohnya:
Ironi
Ironi merupakan majas sindiran yang umumnya menggunakan kata kiasan dengan makna yang
bertentangan dengan keadaan sebenarnya.
Contoh: Ruang bekerja kamu sangat rapi, sampai-sampai aku kesusahan duduk di sini.
Sinisme
Sinisme termasuk majas sindiran yang digunakan untuk memberi sindiran secara langsung
kepada orang lain.
Contoh: Badanmu bau sekali, tetapi kalau disuruh mandi tidak mau.
Sarkasme
Terakhir adalah majas sarkasme. Majas sindiran yang satu ini menggunakan kata-kata
berkonotasi kasar untuk memberikan sindiran kepada orang lain.
Contoh: Dasar tidak becus! Kalau tidak bisa kerja, kamu hanya akan jadi sampah masyaraka
5
Fungsi majas
Fungsi majas Berikut beberapa fungsi majas: Membuat kalimat lebih mudah diingat Mampu
melahirkan imajinasi Membuat kalimat lebih bermakna dan berkesan Meningkatkan daya tarik
sebuah karya sastra Mendekatkan penulis dan pembaca
Membuat kalimat lebih mudah diingat Mampu melahirkan imajinasi Membuat kalimat lebih
bermakna dan berkesan Meningkatkan daya tarik sebuah karya sastra Mendekatkan penulis dan
pembaca
Ada beberapa fungsi dari majas.
1. Menghasilkan kesenangan imajinatif.
2. Menghasilkan imaji tambahan sehingga hal-hal yang abstrak menjadi konkret dan menjadi dapat
dinikmati pembaca.
3. Menambah intensitas perasaan pengarang dalam menyampaikan makna dan sikapnya.
4. Mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara-cara menyampaikan sesuatu
dengan bahasa yang singkat.
B.DIKSI
Diksi adalah pilihan kata dalam tulisan yang biasa digunakan untuk menggambarkan suatu cerita
atau memberi makna sesuai dengan keinginan penulis.
Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar pembaca dapat
memahami teks dalam tulisan.
Dalam setiap penulisan kalimat, selalu membutuhkan diksi. Pemilihan kata atau diksi ini penting
untuk merangkai kata, kesesuaian dalam kalimat serta memberikan ekspresi pada kalimat penulis.
Diksi dapat menentukan gaya bahasa pada suatu tulisan. Setiap kalimat, paragraf bahkan wacana
membutuhkan gaya bahasa. Gaya bahasa yang dibentuk oleh diksi dapat membentuk kejujuran,
kesopanan, tingkat keresmian dari suatu tulisan dan bahkan suasana.
Fungsi diksi
1. Membantu pembaca dalam memahami pesan dari suatu karya sastra
Pemilihan diksi yang tepat dan baik
2. Komunikasi yang efektif
Pemilihan diksi dalam penulisan karya sastra dapat membantu membuat komunikasi menjadi lebih
efektif.
6
3. Sebagai bentuk ekspresi
Sesuai dengan pengertiannya, diksi berfungsi sebagai bentuk ekspresi yang hadir dalam gagasan
penulis yang dapat dituangkan dalam tulisan maupun lisan.
4. Hiburan
Pemilihan diksi yang tepat dapat berfungsi sebagai hiburan bagi pembaca. Hal ini berkaitan dengan
setiap pesan serta ekspresi yang dituangkan dalam sebuah karya sastra.
MACAM-MACAM DIKSI
6
a. Makna denotatif
Diksi makna denotatif merupakan diksi dengan makna yang sebenarnya dari suatu kalimat maupun
suatu kata. Makna denotatif juga dapat diartikan sebagai makna objektif tanpa membawa suatu
perasaan tertentu atau murni Berikut beberapa contoh dari diksi dengan makna denotatif.
Jerawat dapat disebabkan oleh sebum yang menumpuk pada wajah.
Jerapah memiliki leher yang lebih panjang dibandingkan hewan lainnya.
Bagus bekerja keras untuk menggapai cita-citanya.
b. Makna konotatif
Jenis berdasarkan makna konotatif merupakan diksi, kata maupun kalimat yang memiliki arti
bukan sebenarnya. Artinya, makna konotatif adalah makna kiasan yang berkaitan dengan
nilai rasa.
Diksi dengan jenis makna konotatif biasanya dipengaruhi oleh norma dan nilai-nilai yang
dipegang oleh masyarakat tertentu.
7
Berikut beberapa contoh dari diksi dengan makna konotatif.
Banyak pahlawan yang telah gugur dalam medan perang. (Gugur dalam kalimat tersebut memiliki
makna konotatif yaitu meninggal dunia.)
Tasya merupakan anak emas di kelas, karena ia berperilaku sangat baik dan rajin. (Anak emas dalam
kalimat tersebut bermakna anak yang paling disayang.)
Setelah lulus kuliah, Abdul memilih untuk berprofesi sebagai kuli tinta. (Kuli tinta dapat diartikan
sebagai penulis atau lebih spesifik sebagai wartawan dan bukan bermakna sebagai kuli yang
sebenarnya.)
2. Diksi Berdasarkan Leksikal
Diksi berdasarkan leksikal dibedakan menjadi delapan macam. Berikut penjelasan dari macam-
macam diksi berdasarkan leksikal.
a. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki persamaan makna antara satu kata dengan
lainnya.
Penggunaan diksi sinonim ini bertujuan untuk membuat apa yang dituliskan menjadi lebih cocok,
sesuai dengan ekspresi yang ingin diungkapkan oleh penulis.
7
Contohnya
ketika penulis ingin menggambarkan kematian dengan kata mampus.
Namun, kata mampus merupakan diksi yang mengekspresikan hal kasar. Sehingga mampus dapat
digantik dengan kata lain seperti wafat, meninggal, tiada atau lainnya yang memiliki ekspresi lebih
halus untuk menggambarkan kematian
b. Antonim
Antonim merupakan kebalikan dari sinonim yang artinya adalah pemilihan kata atau diksi
yang memiliki makna berbeda atau berlawanan.
Beberapa contoh dari antonim seperti tinggi – rendah, kecil – besar, naik – turun, sedih –
senang, hemat – boros dan lain sebagainya.
c. Homonim
Homonim adalah pemilihan kata atau diksi yang memiliki ejaan atau pelafalan yang sama
dengan suatu kata, akan tetapi memiliki arti yang berbeda.
Beberapa contoh homonim adalah seperti bulan yang memiliki dua makna, yaitu pertama
satelit Bumi dan kedua sebagai penunjuk waktu bulan.
8
d. Homofon
Homofon merupakan pemilihan kata atau diksi yang memiliki makna dan ejaan berbeda
namun pelafalannya sama.
Contohnya seperti kata berdasarkan leksikal homofon bang dan bank. Keduanya memiliki
perbedaan makna dan ejaan, akan tetapi pelafalan dari kedua kata tersebut terdengar mirip.
e. Homograf
Homograf adalah pemilihan kata atau diksi yang memiliki pelafalan dan arti berbeda namun
memiliki ejaan yang sama.
Contoh dari homograf adalah tahu. Dalam sebuah kalimat seperti, “Dia suka dengan tahu goreng,”
dan “Dia tahu tentang berita itu.”
Dua kalimat tersebut memiliki kata yang sama yaitu tahu, namun maknanya berbeda.
Pada kalimat pertama, kata tahu bermakna nama makanan, sedangkan pada kalimat kedua kata
tahu bermakna mengetahui suatu hal.
f. Polisemi
Polisemi merupakan diksi atau frasa yang memiliki lebih dari satu arti.
Contohnya seperti bunga dalam kalimat “Seseorang yang menabung di bank, akan mendapatkan
bunga setiap bulannya,” dan kalimat “Dinda adalah bunga desa yang diincar oleh banyak pria.”
Pada dua kalimat tersebut, kata bungan memiliki banyak makna dan berbeda, pada kalimat
pertama kata bunga dapat bermakna keuntungan atau tanaman, sedangkan pada kalimat
kedua kata bunga dapat bermakna kecantikan atau idaman atau bahkan pujangga.
g. Hipernim
Hipernim adalah diksi yang mewakili banyak kata lainnya atau mencakup makna dari kata
lain.Contoh pemilihan kata atau diksi berdasarkan leksikal hipernim ialah sempurna yang
memiliki makna bagus, luar biasa, baik, dan lainnya.
h. Hiponim
Hiponim adalah diksi yang dapat terwakilkan oleh kata hipernim. Contohnya pemilihan kata
yang berdasarkan hiponim adalah pada kalimat berikut ini, ‘binatang liar di kebun binatang
meliputi buaya, singa, rusa, gajah, kuda dan lainnya.’
Dalam kalimat tersebut kata binatang liar termasuk kata hipernim sedangkan kata gajah,
buaya, singa dan lainnya merupakan kata hiponim
9
dijelaskan bahwa diksi memiliki ciri-ciri yang meliputinya sebagai berikut ini.
1. Diksi digunakan sebagai pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang
diamanatkan oleh penulis.
Dapat digunakan untuk membedakan nuansa makna dengan bentuk yang sesuai terhadap
situasi, gagasan serta nilai rasa pembaca.
Menggunakan perbendaharaan kata yang didapatkan oleh masyarakat, bahasa yang
digunakan dapat menggerakan atau memberdayakan kekayaan menjadi suatu kata yang
lainnya.
2. Menggunakan pilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat yang digunakan
untuk mengungkapkan gagasan.
3. Pilihan kata yang digunakan dapat membedakan nuansa makna, kata, dan bentuk yang
sesuai dengan ide atau gagasan, situasi, dan nilai rasa pembaca maupun pendengar.
Kesimpulan
Majas dan Diksi adalah satukesatuan atau keterikatan pelengkap karya satra pemanfaatan
atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis. Selain itu bisa
diartikan sebagai pemakaian ragam tertentuuntuk memperoleh efek-efek tertentu
atau keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.
10
DAFTAR PUSAKA
Alek, dkk. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Asih. 2016
. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Cahyani, Ni Wyn Serra Yuni Ari.
2019.
Pengaruh Model Pembelajaran Concept Sentence Berbantuan Media Audio Visual Terhadap
Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia, Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran Vol 2 No 2. Dalman.
2018.
Keterampilan Menulis. Depok: PT Raja Grafindo Persada. Darmawan, Deni. 2018.
Model Pembelajaran di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fathurrohman, Muhammad.
2018.
Mengenal Lebih Dekat Pendekatan dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Kalimedia. Finoza,
Lamuddin. 2013.
Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan Bahasa. Jakarta: Diksi. Haini, Naeli Afri.
Penerapan Model Kooperatif Tipe Concept Sentence dengan Media Gambar Fotografi Untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Siswa Kelas IV SD, KALAM CENDEKIA, Volume 4,
Nomor 5.1. Hendriyanto, Agoes. 2014.
Teori Belajar dan Pembelajaran Bahasa. Surakarta: Cakrawala Media. Huda, Miftahul. 2017.
Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iskandarwassid. 2008.
Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Kusumaningsih, Dewi. 2013.
Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: ANDI. Mu’awwanah, Uyu. 2016. Bahasa Indonesia 1.
Serang: Madani Publishing. Mu’awwanah, Uyu. 2018.
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD/MI. Serang: Media Madani. Mulyati. 2017. Terampil Berbahasa
Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
11