Anda di halaman 1dari 10

PUISI

1. Pengertian

Puisi adalah rangkaian atau susunan kata yg indah, bermakna, dan memiliki aturan serta unsur-unsur
bunyi.
Bagaimana menciptakan sebuah puisi yg indah?
Menulis puisi biasanya dijadikan media untuk mencurahkan perasaan, pikiran, pengalaman, dan kesan
terhadap suatu masalah, kejadian, dan kenyataan di sekitar kita. Nah langkah-langkah penciptaan puisi itu
sendiri terdiri atas empat tahap penting, yaitu :
1. PENCARIAN IDE, dilakukan dengan mengumpulkan atau menggali informasi melalui membaca,
melihat, dan merasakan terhadap kejadian/peristiwa dan pengalaman pribadi, sosial masyarakat,
ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan).
2. PERENUNGAN, yakni memilih atau menyaring informasi (masalah, tema, ide, gagasan) yg menarik
dari tema yg didapat. Kemudian memikirkan, merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks,
tujuan, dan pengetahuan yg dimiliki.
3. PENULISAN, merupakan proses yg paling genting dan rumit. Penulisan ini mengerahkan energi
kreatifitas (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi (peka rasa dan cerdas membayangkan),
serta pengalaman dan pengetahuan. Untuk itulah, tahap penulisan hendaknya mencari dan
menemukan kata ataupun kalimat yg tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan. Hasilnya kata-
kata tersebut menjadi bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi.
4. PERBAIKAN atau REVISI, yaitu pembacaan ulang terhadap puisi yg telah diciptakan. Ketelitian dan
kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat, baris, bait, sangat dibutuhkan. Kemudian,
mengubah, mengganti, atau menyusun kembali setiap kata atau kalimat yg tidak atau kurang tepat.
Oleh karena itu, proses revisi atau perbaikan ini terkadang memakan waktu yg cukup lama hingga
puisi tersebut telah dianggap ''menjadi'' tidak lagi dapat diubah atau diperbaiki lagi oleh penulisnya.
Dalam menulis puisi, yg pertama-tama dilakukan adalah menentukan tema. Tema adalah pokok persoalan
yg akan dikemukakan dalam puisi tersebut. Nah... jika sudah menemukan dan menentukan tema yg akan
ditulis menjadi puisi, kita perlu mengembangkan tema itu.
Hal-hal apa yg akan dikemukakan dalam puisi?
Hal-hal yg akan dikemukakan dalam puisi itu dapat dicari melalui pemikiran atau pengamatan. Secara
mudah, misalnya kita akan menulis puisi yg berhubungan dengan kehidupan seorang sahabat yg sedang
patah semangat karena menderita suatu penyakit. Setelah menentukan masalah tema tersebut kita akan
melakukan pengamatan di lapangan tentang kehidupan sang obyek. Dan dari hasil pengamatan itulah
kemudian dipilih lalu ditentukan mana-mana yg akan diungkapkan dalam puisi.
Dalam mengungkapkan kata-kata ke bentuk puisi diperlukan pemilihan kata-kata yg tepat, bukan hanya
tepat maknanya melainkan juga harus tepat bunyi-bunyinya. Penyusunan kata-kata itu harus sedemikian
rupa sehingga menimbulkan kesan estetis (indah). Selain itu, pendaya-gunaan majas dan personifikasi harus
diperhatikan agar puisi yg dibuat semakin bagus.
Menulis puisi sangat bertolak-belakang dengan menulis artikel. Kalo dalam penulisan artikel, kita di tuntut
untuk menggunakan kata yg tegas dan tidak berbelit-belit, maka dalam penulisan puisi adalah justru
sebaliknya. Kita dituntut untuk pandai meng-improvisasikan sebuah keadaan menjadi rangkaian kata-kata
yg enak dibaca dan penuh dengan makna tersembunyi.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika menulis puisi
 Diksi
 Gaya bahasa
 Rima/persajakan
 Citraan/imaji
DIKSI
Diksi adalah pilihan kata yang akan digunakan dalam penulisan puisi.
Tema : keindahan laut
Kapal, ombak, sampah, biru, pohon kelapa, pasir, matahari terbenam/terbit, ikan, air, putri duyung,
angin, karang, perahu, mutiara, rumput laut, pedagang, nelayan, pelabuhan, plankton, cemara,
burung, dll.
Kriteria diksi dalam puisi
 Berhubungan dengan tema puisi.
Kata ‘pedagang’ tentu kurang berhubungan dengan tema ‘keindahan laut’.
 Diksinya khas/unik/menarik.
Untuk menggambarkan bahwa ‘cinta terkadang bisa menyakitkan’, seorang penyair menulis ‘Dialah
badai yang menghempaskan segala benteng’
 Memiliki makna yang dalam/kuat.
Chairil Anwar lebih memilih kata ‘Aku’ daripada kata ‘Saya’ untuk judul puisinya karena makna kata
‘aku’ terasa lebih kuat/dalam maknanya dibandingkan kata ‘saya’.
2. Majas
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk memperindah sebuah karya tulis (puisi, pidato, dsb.)
Secara umum, majas dibagi empat macam :
A. Majas Perbandingan
B. Majas Sindiran
C. Majas Penegasan
D. Majas Pertentangan

A. Majas Perbandingan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan
juga pengaruhnya terhadap pendengar ataupun pembaca. Ditinjau atau dilihat dari cara pengambilan
perbandingannya, Majas Perbandingan terbagi atas :
1) Asosiasi atau Perumpamaan
Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan terhadap dua hal yang pada hakikatnya berbeda,
tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti,
dan laksana. Berikut ini Espilen Blog sampaikan contoh majas asosiasi :
Contoh :
Semangatnya keras bagaikan baja.
Mukanya pucat bagai mayat.
Wajahnya kuning bersinar bagaikan bulan purnama
2) Metafora
Metafora adalah majas yang memberikan ungkapan secara langsung berupa perbandingan
analogis. Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan
yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah
tulang punggung negara. Contoh majas metafora seperti berikut ini.
Contoh:
Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)
Raja siang keluar dari ufuk timur
Jonathan adalah bintang kelas dunia.
Harta karunku (sangat berharga)
Dia dianggap anak emas majikannya.
Perpustakaan adalah gudangnya ilmu.
3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat
seperti manusia.
Contoh:
Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.
4) Alegori
Alegori adalah Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Alegori: majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.
Contoh: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit
ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu
dengan laut.
5) Simbolik
Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan
mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
Contoh:
Ia terkenal sebagai buaya darat.
Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
Ia adalah seorang bunga desa
Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
Melati, lambang kesucian
Teratai, lambang pengabdian

6) Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda
tersebut.Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas,
atau atribut.
Contoh:
Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api)
Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat)
7) Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau
sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut.
(a) Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
    Contoh:
-Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
-Per kepala mendapat Rp. 300.000.
b) Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
    Contoh:
-Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07.
-Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.
8. Simile:
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti
layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".
Contoh: 
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.

B. Majas Pertentangan 
Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan
sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan
pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Macam-macam Majas Pertentangan dibedakan menjadi
berikut.
1) Antitesis
Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
a) Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
b) Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.
2) Paradoks
Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.

Contoh;
a) Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
b) Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.

3) Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud
memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.
Contoh:
a) Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b) Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.

4) Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan
mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh:
a) Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
b) Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya
ini?

C. Majas Penegasan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan
pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”.Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk berikut.

1) Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti
suatu kata.
Contoh:
a) Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
b) Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.

2) Repetisi
Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh:
a) Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
b) Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.

3) Paralelisme
Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.
Contoh:
Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban

4) Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat
dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata bersinonim.
Contoh:
a) Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
b) Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.

5) Klimaks
Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut dan makin lama makin
meningkat.
ontoh:
a) Semua pihak mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua pun mengikuti lomba Agustusan.
b) Ketua RT, RW, Kepala Desa, Gubernur, bahkan Presiden sekalipun tidak mempunyai berhak untuk
mengurusi hal pribadi seseorang.
6) Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut yang makin lama semakin
menurun.
a) Kepala sekolah, guru, staff sekolah, dan siswa juga hadir dalam pesta perayaan kelulusan itu.
b) Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke -62.
7) Retorik
Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya
memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.
Contoh:
a) Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
b) Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan ?
D. Majas Sindiran
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan
pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Majas sindirian dibagi menjadi:
1) Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir seseorang.
Contoh:
a) Ini baru namana siswa teladan, setiap hari selalu pulang malam.
b) Bagus sekali tulisanmu, saking bagusnya sampai tidak dapat Aku baca.
2) Sinisme
Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung kepada orang lain
Contoh :
a) Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar seperti dirimu.
b) Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu yang tidak wajar itu.

3) Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang
marah.
Contoh:
a) Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
b) Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!

Rima / Persajakan
Persamaan bunyi dalam puisi untuk menimbulkan efek irama, estetika, dan suasana tertentu.
 Rima Akhir
a. RIMA BEBAS
Rima yang tidak berpola / beraturan
Angin kencang datang dari jiwa
Air berpusar dan gelombang naik
Memukul hati kita yang telanjang
Dan menyelimuti dengan kegelapan
b. RIMA BERATURAN
Rima yang berpola / beraturan (aaaa, abab, aabb, abba, dsb).
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
CITRAAN / IMAJI
Bayangan, khayalan, pikiran, gambaran. Citraan berfungsi untuk menggugah perasaan, merangsang
imajinasi, dan menggugah pikiran di balik sentuhan indera.
Jenis – jenis Citraan
 Citraan visual (penglihatan)
 Citraan auditif (pendengaran)
 Citraan kinestetik (gerak)
 Citraan termal (rabaan/peraba)
 Citraan penciuman
 Citraan perasaan
 Citraan pencecapan (lidah)

DEWA TELAH MATI


(Subagio Sastrowardojo)
Tak ada dewa di rawa-rawa ini
Hanya gagak yang mengakak malam hari
Dan siang terbang mengitari bangkai
Pertapa yang terbunuh dekat kuil -----------

Baris pertama = citraan visual (tak ada)


Baris kedua = citraan auditif (mengakak)
Baris ketiga = citraan kinestetik (terbang) dan penciuman (bangkai)
Baris keempat = citraan visual (dekat kuil)

3. Membaca Puisi

Beberapa hal yang harus dipahami ketika akan membacakan puisi, yaitu mengetahui
cara membacanya. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan. Rima dan irama,
artinya dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Membaca puisi
berbeda dengan membaca sebuah teks biasa karena puisi terikat oleh rima dan irama
sehingga dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun juga terlalu lambat.

Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan
membacakan puisi yaitu sebagai berikut.

1. Vokal

Suara yang dihasilkan harus benar. Salah satu unsur dalam vokal ialah artikulasi
(kejelasan pengucapan). Kejelasan artikulasi dalam mendemonstrasikan puisi sangat
perlu. Bunyi vokal seperti /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus
jelas terdengar. Demikian pula dengan bunyi-bunyi konsonan.

2. Ekspresi

Ekspresi ialah pengungkapan atau proses menyatakan yang memperlihatkan atau


menyatakan maksud, gagasan, dan perasaan. Ekspresi mimik atau perubahan
raut muka harus ada, namun harus proporsional, sesuai dengan kebutuhan
menampilkan gagasan puisi secara tepat.

3. Intonasi (tekanan dinamik dan tekanan tempo)

Intonasi ialah ketepatan penyajian dalam menentukan keras dan lemah pengucapan
suatu kata. Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan dinamik (tekanan pada
kata-kata yang dianggap penting) dan tekanan tempo (cepat lambat pengucapan
suku kata atau kata).

Setelah kalian memahami langkah-langkah di atas dalam mendemonstrasikan puisi,


dan untuk mendukung cara pembacaaannya, kita dapat menggunakan teknik- teknik
sebagai berikut.

1. Membaca dalam hati puisi tersebut berulang-ulang.


2. Memberikan ciri pada bagian-bagian tertentu, misalnya tanda jeda. Jeda pendek
dengan tanda (/) dan jeda panjang dengan tanda (//). Penjedaan panjang
diberikan pada frasa, sedang penjedaan panjang diberikan pada akhir klausa
atau kalimat.
3. Memahami suasana dan menghayati tema, dan makna puisinya.
4. Menghayati suasana, tema, dan makna puisi untuk mengekspresikan puisi yang
kitabaca

Menentukan Suasana dalam Puisi

Setelah membaca puisi, seringkali perasaan kita jadi terpengaruh oleh isinya baik rasa
sedih, marah, atau bersemangat. Puisi yang baik senantiasa mampu meninggalkan kesan
mendalam bagi perasaan pembaca. Misalnya, sebuah puisi cinta yang membuat hatimu
menjadi berbunga-bunga atau puisi kritik sosial yang membuat perasaan kemanusiaanmu
tersentuh. Itulah yang disebut sebagai suasana, yaitu keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi itu. Dengan kata lain, suasana merupakan akibat psikologis yang
ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Suasana ialah keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi itu
Contoh analisis suasana dalam puisi berikut.
Aku Ingin

Karya : Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata


yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada


hujan yang menjadikannya tiada

Puisi di atas merupakan ungkapan cinta seseorang kepada kekasihnya.


Dapatkan kalian merasakan bagaimana perasaan seseorang istri ketika suaminya
menyatakan kerelaannya untuk berkorban, seperti pengorbanan kayu kepada api?

Kalian diajak membayangkan bagaimana perasaan seseorang istri ketika suaminya


menyatakan kesediaannya berkorban seperti pengorbanan awan yang musnah demi
menjadi hujan? Benar. Siapa pun perempuan yang menjadi istri lelaki itu akan
merasakan perasaan yang romantis, merasa disayangi, dan terlindungi. Perasaan kalian
yang terasa setelah membaca puisi di atas itulah yang dinamakan suasana.

Menemukan Makna Puisi

Mari kita renungkan dan diskusikan mendiskusikan maksud yang ingin disampaikan
oleh penyair, W.S. Rendra dalam puisi “Sajak Anak Muda”. Pesan yang ingin
disampaikan oleh penyair itulah yang dimaksud makna. Tentu saja, pesan itu boleh
lebih dari satu. Berikut adalah contoh analisis makna puisi “Sajak Anak Muda”.
4. Ciri-Ciri Puisi

a. Puisi Lama

Puisi Lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan yaitu sebagai
berikut ini :

1) Jumlah kata dalam 1 baris

2) Jumlah baris dalam 1 bait

3) Persajakan (rima)

4) Banyak suku kata di tiap baris

5) Irama

Ciri-Ciri Puisi Lama

1) Tak diketahui nama pengarangnya

2) Penyampaiannya yang bersifat dari mulut ke mulut sehingga merupakan sastra lisan.

3) Sangat terikat akan aturan-aturan misalnya seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata ataupun rima.

b. Puisi Baru

Puisi Baru merupakan puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan yang bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, ataupun rima.

Ciri-Ciri Puisi Baru

1) Mempunyai bentuk yang rapi, simetris

2) Persajakan akhir yang teratur

3) Memakai pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain

4) Umumnya puisi 4 seuntai

5) Disetiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

6) Ditiap gatranya terdiri dari dua kata (pada umumnya) : 4-5 suku kata

5. Jenis-Jenis Puisi

a. Puisi Naratif

Puisi naratif mengungkapkan suatu cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi ke
dalam beberapa macam, yakni balada dan romansa. Balada ialah puisi yang berisi
cerita tentang orang-orang perkasa ataupun tokoh pujaan. Contohnya yaitu “Balada
Orang-orang Tercinta” dan “Blues untuk Bonnie” karya WS Rendra. Romansa ialah jenis
puisi cerita yang memakai bahasa romantik yang berisi kisah percintaan yang diselingi
perkelahian dan petualangan.

b. Puisi Lirik

Jenis puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, yakni elegi, ode, dan serenade.

1) Elegi ialah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya “Elegi Jakarta” karya
Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di Kota Jakarta.

2) Serenada merupakan sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata “serenada”


bermakna nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak
menciptakan serenada dalam 4 Kumpulan Sajak. Misalnya “Serenada Biru”, “Serenada
Hitam”, “Serenada Merah Jambu”, “Serenada Kelabu”, “Serenada Ungu”, dan lain
sebagainya. Warna-warna di belakang serenade itu menggambarkan sifat nyanyian cinta
itu, ada yang bahagia, sedih, dan kecewa.
3) Ode ialah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau sesuatu
keadaan. Ode banyak ditulis sebagai pemujaan terhadap tokoh- tokoh yang dikagumi.
Contohnya adalah “Teratai” karya Sanusi Pane, “Diponegoro” karya Chairil Anwar, dan
“Ode Buat Proklamator” karya Leon Agusta.

6. Puisi Deskriptif

Dalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap

keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian. Puisi yang
termasuk ke dalam jenis puisi deskriptif adalah satire dan puisi kritik sosial.

1) Satire ialah puisi yang mengungkapkan perasaan ketidakpuasan penyair terhadap


suatu keadaan dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya.

2) Puisi kritik sosial ialah puisi yang menyatakan ketidakpuasan penyair terhadap
keadaan atau terhadap diri seseorang dengan cara membeberkan kepincangan atau
ketidakberesan keadaan atau orang tersebut. Kesan penyairan ini juga dapat kita hayati
dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap
suatu hal.

4. Unsur-Unsur dalam Puisi

a. Unsur intrinsic

Unsur intrinsik puisi merupakan unsur-unsur yang terkandung dalam puisi dan
memengaruhi puisi sebagai karya sastra. Yang termasuk unsur intrinsik puisi ialah diksi,
imaji, majas, bunyi, rima, ritme, dan tema.
1) Diksi atau pilihan kata

Dalam membangun puisi, penyair hendaknya memilih kata dengan cermat dengan cara
mempertimbangkan makna, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata di
tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam suatu puisi keseluruhan.

2) Daya bayang atau imaji

Yang dimaksud dengan daya bayang atau imaji ketika membangun puisi ialah
penggunaan kata-kata yang konkret dan khas yang dapat menimbulkan imaji visual,
auditif, ataupun taktil.

3) Gaya bahasa atau majas

Gaya bahasa atau majas atau bahasa figuratif dalam puisi ialah bahasa yang dipakai
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa atau memakai kata-
kata yang bermakna kiasan atau lambang.

4) Bunyi
Bunyi dalam puisi mengacu pada dipakainya kata-kata tertentu sehingga
menimbulkan efek nuansa tertentu.
5) Rima

Rima ialah persamaan bunyi atau perulangan bunyi dalam puisi yang bertujuan untuk
menimbulkan efek keindahan.

6) Ritme

Ritme dalam puisi adalah dinamika suara dalam puisi agar tidak dirasa monoton bagi
penikmat puisi.

7) Tema

Tema dalam puisi ialah ide atau gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang
melalui puisinya.
b. Unsur ekstrinsik

Unsur ekstrinsik puisi merupakan unsur-unsur yang berada di luar puisi dan
memengaruhi kehadiran puisi sebagai karya seni. Adapun yang termasuk dalam unsur
ekstrinsik puisi ialah aspek historis, psikologis, filsafat, dan religius.

1) Aspek historis merupakan unsur-unsur kesejarahan atau gagasan yang terkandung


dalam puisi.

2) Aspek psikologis merupakan aspek kejiwaan pengarang yang termuat dalam puisi.

3) Aspek filsafat, beberapa ahli menyatakan bahwa suatu filsafat berkaitan erat dengan
puisi atau karya sastra keseluruhan. Beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa
filsafat dan karya sastra dalam hal ini puisi, tidak saling terkait satu sama lain

4) Aspek religius dalam puisi mengacu pada tema yang umum diangkat dalam puisi oleh
pengarang.

5. Struktur dalam Puisi

a. Struktur Batin

Struktur batin puisi bisa disebut juga sebagai hakikat suatu puisi yang terdiri dari beberapa
hal, seperti :

1) Tema/ Makna (sense)

Tema/Makna (sense) adalah unsur utama dalam puisi karena dapat


menjelaskan makna yang ingin disampaikan oleh seorang penyair yang medianya berupa
bahasa.

2) Rasa (feeling)

Rasa (feeling) adalah sikap sang penyair terhadap suatu masalah yang diungkapkan
dalam puisi. Pada umumnya, ungkapan rasa ini berkaitan dengan latar belakang sang
penyair, misalnya agama, pendidikan, kelas sosial, jenis kelamin, pengalaman sosial, dan
lain-lain.

3) Nada (tone)

Nada (tone) adalah sikap seorang penyair terhadap audiensnya serta sangat berkaitan
dengan makna dan rasa. Melalui nada, seorang penyair dapat menyampaikan suatu puisi
dengan nada mendikte, menggurui, memandang rendah, dan sikap lainnya terhadap
audiens.

4) Tujuan (intention)

Tujuan (intention)/maksud/amanat adalah suatu pesan yang ingin


disampaikan oleh sang penyair kepada audiensnya.

b. Struktur Fisik

Struktur fisik suatu puisi bisa disebut juga dengan metode penyampaian hakikat
suatu puisi, yang terdiri dari beberapa hal berikut ini :

1) Perwajahan Puisi (tipografi)

Tipografi ialah bentuk format suatu puisi, seperti pengaturan baris, tepi kanan-kiri,
halaman yang tidak dipenuhi kata-kata. Perwujutan puisi ini sangat berpengaruh pada
pemaknaan isi puisi itu sendiri.

2) Diksi

Diksi merupakan pemilihan kata yang dilakukan oleh seorang penyair dalam
mengungkapkan puisinya sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan.
Pemilihan kata pada puisi sangat berkaitan dengan makna yang ingin disampaikan oleh si
penyair.
3) Imaji

Imaji ialah susunan kata dalam puisi yang bisa mengungkapkan pengalaman indrawi
sang penyair (pendengaran, penglihatan, dan perasaan) sehingga dapat memengaruhi
audiens seolah-olah merasakan yang dialami sang penyair.

4) Kata Konkret

Kata konkret merupakan bentuk kata yang bisa ditangkap oleh indra manusia
sehingga menimbulkan imaji. Kata-kata yang dipakai umumnya berbentuk kiasan
(imajinatif), misalnya penggunaan kata “salju” untuk menjelaskan kebekuan jiwa.

5) Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa yang bisa menimbulkan efek dan
konotasi tertentu dengan bahasa figuratif sehingga mengandung banyak makna. Gaya
bahasa ini bisa disebut juga dengan majas (metafora, ironi, repetisi, pleonasme, dan
lain-lain).

6) Rima/ Irama

Irama/ rima ialah adanya persamaan bunyi dalam penyampaian puisi, baik di awal,
tengah, maupun akhir puisi. Beberapa bentuk rima yakni :

a) Onomatope, yakni tiruan terhadap suatu bunyi. Misalnya ‘ng’ yang mengandung
efek magis.

b) Bentuk intern pola bunyi, yakni aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan
awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi, dan sebagainya.

c) Pengulangan kata, yakni penentuan tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemah


suatu bunyi.

SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai