Anda di halaman 1dari 11

MAKALA MAJAS/GAYA BAHASA

DOSEN PENGAMPU:
WINDA S.Meilala,S.Sos,.MSP

Disusun Oleh :

NAMA:ULI IBNU PERDANA


NPM:2203110411

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Dampak Penggunaan
Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Medan, 16 November 2022

Penyusun

ii
3.    DAFTAR ISI

1.         JUDUL ……………………………………………………………………………..…..
i
2.         KATA PENGANTAR ………………………………………………………..………..
ii
3.         DAFTAR ISI ………………………………………………………………..………….
iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang masalah…………………………………………….……………1
Rumusan masalah…………………………………………….…………….1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Majas/ Gaya Bahasa…………………………………………………………………..…2

B.  Majas Pertentangan…………………………………………………2

BAB III PENUTUP


Kesimpulan Dan Saran…………………………………………………………………..…6
Daftar Pustaka…………………………………………………………..…………………7

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya majas termasuk
dalam gaya bahasa. Dalam tulisan ini pengertian gaya bahasa adalah cara menggunakan
bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk tujuan tertentu.
Sebenarnya, apakah fungsi penggunaan gaya bahasa? Pertama-tama, bila dilihat dari fungsi
bahasa, penggunaan gaya bahasa termasuk ke dalam fungsi puitik yaitu menjadikan pesan
lebih berbobot.[1] Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai dengan waktu dan penerima
yang menjadi sasaran) dapat menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya
tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka, bahkan mengganggu
pembaca. Misalnya apabila dalam novel remaja masa kini terdapat banyak gaya bahasa dari
masa sebelum kemerdekaan, maka pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak akan
disukai pembacanya. Pemakaian gaya bahasa juga dapat menghidupkan apa yang
dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat mengemukakan gagasan yang penuh
makna dengan singkat.
Pemakaian majas baik dalam pendidikan atau yang lainnya diharapkan dapat membantu
dalam tulisan. Apalagi bagi para pendidik, penulis. Baik novel ataupun penulis puisi. Majas
dapat dijadikan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis dengan pilihan kata, frase, klausa, dan
kalimatnya.
Berkenaan dengan hal tersebut bagi peningkatan profesionalisme dan karier pendidik, perlu
disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana para pendidik untuk memperoleh
wawasan, pengetahuan, dan konsep keilmuan berkenaan tentang majas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1.Apa yang dimaksud dengan majas?
2.Apa saja pengelompokan majas?
3.Apa saja macam-macam di dalam kelompok-kelompok majas?
4.Bagaimana contoh-contoh kalimat majas?
1
Bab II

Pembahasan

A.          Definisi Majas/ Gaya Bahasa


Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu
untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan
cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun
tertulis. Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan
kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan
pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.[3] Dengan kata lain, gaya bahasa atau
majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau
lisan.
Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara
langsung menyatakan makna yang sebenarnya. Sedangkan menurut Prof.Dr.H.G.Tarigan
bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.
Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat.Menurut Goris Keraf,
sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran,sopan santun, dan
menarik.

B.     Majas Pertentangan
Majas pertentangan dibagi menjadi tujuh jenis yaitu :

a.       Hiperbola
b.      Litotes
c.       Ironi
d.      Oksimoron
e.       Paronomasia
f.       Paralisis
2
g.      Zeugma

a. Hiperbola

Kata Hiperbola berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemborosan,berlebihan, dan
diturunkan dari hyper ‘melebihi’ + ballein’melemparkan’.
Dengan kata lain, menurut Moeliono (dalam Tarigan, 1986 : 130) menyatakan ’’hiperbola
ialah ungkapan yang melebih-lebihkan apa yang sebernarnya dimaksudkan: jumlahnya,
ukurannya, atau sifat-sifatnya.”

Contoh hiperbola diantaranya:

1. Saya terkejut setengah mati melihat penampilan yang menegakkan bulu roma dan
menghentikan detak jantung seperti itu; namun demikian hal itu merupakan sejuta kenangan
indah begitu yang tidak dapat dibeli dengan uang berjuta-juta dan intan berbutir-butir.

2. Siapa yang berani mengganggu anak gadisnya itu akan dipenggal serta diremuk-redamkan
tulang belulangnya sehingga menjadi bubur.

3. Sampah-sampah bertumpuk setinggi gunung di muka gedung itu.

b. Litotes
Litotes berasal dari bahasa Yunani yaitu litos yang berarti sederhana.
Litotes adalah majas yang dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan
bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan.
Menurut Tarigan (dalam Tarigan, 1986 : 131) mengungkapkan litotes merupakan kebalikan
dari hiperbola, yaitu sejenis majas yang mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan,
dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri.

Contoh litotes misalnya :


Mampirlah ke gubuk saya.
Hasil usahanya tidak mengecewakan hati.
Kami disuguhi dengan makanan yang tidak membosankan.

3
c. Ironi

Moeliono (dalam Tarigan, 1986 : 133) menyatakan ironi adalah majas yang menyatakan
makna yang bertentangan, dengan maksud mengolok-olok. Maksud itu dapat dicapai dengan
mengemukakan :

a.       Makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya


b.      Ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya
c.       Ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan

Contoh ironi misalnya :


Aduh, bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran di lantai.
Bukan main rajinmu, sudah tujuh hari kamu bolos bulan ini.
Bersih benar hatimu, semua orang kamu caci dan kamu fitnah.

d. Oksimoron

Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1986:134) menyatakan Oksimoron adalah majas yang
mengandung penegakan atau pendirian sesuatu hubungan sintaksis (baik koordinasi maupun
determinasi) antara dua antonim.

Contoh oksimoron misalnya :

Olahraga mendaki gunung memang menarik perhatian walaupun sangat berbahaya.


Siaran televisi dapat dipakai sebagai sarana perdamaian tetapi dapat juga sebagai penghasut
peperangan.
Bahasa memang dapat dipakai sebagai alat pemersatu suatu bangsa namun dapat juga sebagai
alat pemecah-belah.

e. Paronomasia
4
Menurut Ducrot & Todorov (dalam Tarigan, 1986 : 135) menyatakan paronomasia adalah
majas yang berisi penjajaran kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain; kata-kata yang
sama bunyinya tetapi berbeda maknanya.

Contoh majas paronomasia misalnya :

Awas bisa ini bisa membahayakan kesehatan kita.


Pada pohon paku itu tertancap beberapa buah paku tempat menyangkutkan pot bunga.
Kembang yang kutanam dulu, kini telah berkembang.

f. Paralipsis

Menurut Ducrot & Todorov (dalam Tarigan, 1986 : 136) menyatakan paralipsis adalah majas
yang merupakan suatu formula yang digunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa
seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.

Contoh majas paralipsis misalnya :

Semoga nenek mendengarkan permintaan maaf kalian (maaf) bukan maksud saya
menolaknya.
Tidak ada orang yang menyenangi kamu (maaf) yang saya maksud membenci kamu di desa
ini.
Pak guru sering memuji anak itu, yang (maafkan saya) saya maksud memarahinya.

g. Zeugma

Menurut Ducrot & Todorov (dalam Tarigan, 1986 : 138) menyatakan zeugma adalah majas
yang merupakan koordinasa atau gabungan gratis dua kata yang mengandung ciri-ciri
semantik yang bertentabgan seperti abstrak dan kongkrit.

Contoh zeugma misalnya:

Anak itu memang rajin dan juga malas belajar di sekolah


Kita harus berbuat baik di dunia dan di akhirat.
5
Jauh atau dekat, anak-anak atau orang dewasa sama saja ongkos kendaraan tetap Rp 2000 per
orang.

A. Kesimpulan
Majas, kiasan, atau figure of speech adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan
untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan atau
memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih
umum. Peribahasa adalah kalimat atau beberapa kalimat yang tetap susunannya tetapi
mempunyai makna/maksud tertentu.
2. Jenis-jenis majas terbagi menjadi empat, yaitu majas perbandingan, pertenetangan,
pertautan, dan perulangan. Yang termasuk pada majas perbandingan (perumpamaan,
metafora, personifikasi, alegori, dan antitesis). Majas pertentangan terdiri dari (hiperbola,
litotes, ironi, oksimoron, paranomia, paralipsis, dan zeugma). Majas pertautan terdiri dari
(metonimia, sinekdoke, eufisme, elipsis, inversi, dan gradasi). Majas perulangan terdiri dari
( aliterasi, antanaklasis, kiasmus, dan repetisi). Contoh majas,misalnya seperti air di daun
talas.
3. Peribahasa terbagi menjadi tiga jenis yaitu pepatah, perumpamaan dan ungkapan. Contoh
peribahasa, misalnya bak alu pencungkil duri (Melakukan pekerjaan yang sia-sia,yang tak
mungkin berhasil).

B.     Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini.Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karna terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
maakalah ini

      

6
DAFTAR PUSTAKA

Sinaga,Mangatur.2009.Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia SMA .Pekanbaru:Yudistira


Parera, J.D. 1998/1999. Pintar Berbahasa Indonesia. Gunung Sahari Raya: PT. Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai