DAN KETEPATAN
MENGGUNAKAN DIKSI
MATERI
PEMBELAJARAN
V
BAHASA INDONESIA
denotasi).
Kata sarat dengan konotasi
Misalnya denotasi kata kuda ialah kelas hewan Kata pantang, khususnya yang berupa makian dan yang
mamalia pemakan rumput yang dipelihara manusia bersifat cabul (melanggar kesopanan, kesusilaan)
menarik muatan, mengangkut barang, atau untuk Nama orang yang menjadi pusat perhatian masyarakat
dikendarai.
KECERMATAN DAN KETEPATAN
Diksi yang cermat dan kuat berkurang nilainya karena pemakaian ungkapan klise, yakni frasa
yang telah sering digunakan penulis yang tidak berdaya cipta dan yang malas berpikir. Pidato
dan uraian tidak jarang terjadi dari untaian ungkapan yang berulang – ulang muncul dalam
karangan yang sejenisnya.
Misalnya:
Masyarakat yang adil dan makmur, maaf lahir batin, terimakasih sebelum dan sesudahnya, demi
pembangunan manusia yang seutuhnya, menurut Undang – undang dasar 1945 dan pancasila,
ilmu dan teknologi, terancam gulung tikar; agak unik, tonggak sejarah, arti tersendiri, saudara
sebangsa dan setanah air, dan segala kerendahan hati, generasi penerus, pembunuhan sadis.
Karena dalam pemakaian klise tidak dapat dihindari dalam tulisan yang harus dijaga ialah
pemakaiannya yang berlebih
Selanjutnya diksi yang tidak cermat yang hanya menegaskan sesuatu dengan kira
– kira dengan diksi yang tidak tepat, tidak betul, atau tidak kena.
Diksi yang tidak cermat berhubungan dengan pikiran yang kabur, diksi yang tidak
betul dengan tidak tahuan.
Majas pertautan
Dapat digolongkan menjadi metonomia, sinekdoke (sinekdoke), kiasan (allusion) dan eufemisme. Metonomia berupa
pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan barang atau hal sebagai penggantinya. Kita dapat
menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya, ataupun kita menyebut
bahannya jika yang kita maksudkan barangnya. Misalnya, (karya) chairil anwar dapat kita nikmati, amir hanya
mendapat (medali) perunggu.
Sinekdoke majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya.
Misalnya: tiga atap (rumah), (kesebelasan) jakarta lawan (kesebelasan) medan.
Eufemisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap
merugikan, atau tidak menyenangkan. Misalnya: meninggal, bersanggama, tinja, tuna karya. Nemun eufemisme dapat
juga dengan mudah melemahkan kekuatan diksi karangan. Misalnya: penyesuaian harga, membebas tugaskan.
Pemakaian idiom tidak terkena kaidah ekonomi bahasa yang sering dianjurkan
kepada penulis dan wartawan sehubungan dengan usaha penghematan kata
dalam tulisan. Ekonomi bahasa yang memang dapat menunjang diksi yang
kuat, lebih banyak berhubungan dengan kecermatan dan ketepatan dalam
pemilihan dan pemakaian kata.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad & Alek. 2017. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group