Anda di halaman 1dari 12

NILAI-NILAI KERUKUNAN DALAM KEARIFAN LOKAL

MASYARAKAT BAWEAN GRESIK

The Harmony Values in Local Wisdoms of


Bawean Gresik People

Rosidin

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama


Jl. Untung Suropati Kav. 70 Bambankerep Ngaliyan Semarang 50185
Email: nazalnifa@yahoo.co.id

Naskah diterima tanggal 6 Februari 2015. Naskah direvisi tanggal 9 Maret 2015. Naskah disetujui tanggal 22 Mei 2015

Abstrak

Setiap suku bangsa di Indonesia hampir memiliki acuan norma-norma yang bersumber dari kebudayaan
masing-masing, yang dikenal dengan kebijakan budaya lokal (local genius) atau kearifan lokal (local
wisdom), termasuk masyarakat Bawean Gresik. Penelitian ini untuk mengetahui kearifan lokal
sekaligus bagaimana nilai-nilai kerukunan umat pada kearifan lokal masyarakat Bawean. Pendekatan
penelitian kualitatif-deskriptif, artinya peneliti mencari deskripsi yang menyeluruh, mendalam, dan
cermat tentang kearifan lokal di masyarakat Bawean. Selanjutnya, digambarkan bagaimana kearifan
lokal berperan dalam memelihara kerukunan umat secara terbuka alamiah. Adapun hasil penelitian ini
(1) masyarakat Bawean mempunyai banyak kearifan lokal hampir di setiap desa. Beberapa diantaranya:
Pengantin amaen, pencak Bawean, perayaan maulud nabi, budaya merantau, dan berbagai jenis kesenian
Islam; dan (2) kearifan lokal dalam berbagai bentuk tersebut mempunyai nilai kerukunan dalam hal
sikap toleransi dan saling menghormati, bernilai kerja sama, dan solidaritas.

Kata kunci: kearifan lokal, kerukunan, masyarakat Bawean

Abstract

Almost each tribe in Indonesia has the reference norms derived from each of its culture, which is known
with the local cultural policy (local genius) or local wisdom, included the Bawean Gresik community.
The research aims to describe the local wisdom and how the harmony values among the local wisdom of
Bawean society are. The research is qualitative descriptive approach; it means the researcher investigated a
comprehensive, deep, and meticulous description about the local wisdom in Bawean society. Furthermore,
it was described how the local wisdom played a role in maintaining the natural harmony openly. The result
of this research as follows: (1) The Bawean society has a lot of local wisdoms in almost every village such as
The amaen marriage, traditional self defense of Bawean, Prophet Muhammad birthday commemoration,
culture abroad, and many types of Islamic arts; and (2) The local wisdoms in a variety of forms have a
harmony values in terms of tolerance and mutual respect among others, cooperation values, and solidarity.

Keywords: local wisdom, harmony, Bawean society

PENDAHULUAN yang dipercayai dan beribadah menurut agama

P
dan kepercayaannya itu (Pasal 29 UUD 1945).
luralitas agama yang dipeluk oleh penduduk Sementara itu Pasal 28I (3) UUD 1945 menyebutkan:
Indonesia telah mengilhami para pendiri “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
bangsa bahwa negara harus menjamin dihormati selaras dengan perkembangan zaman
kemerdekaan setiap individu untuk memilih agama peradaban”. Namun demikian, dalam menjalankan

Nilai-Nilai Kerukunan Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bawean Gresik - Rosidin | 129
kebebasan itu ada pembatasan-pembatasan, artinya “mangan ora mangan waton kumpul”, suku Bali
tidak sekehendak hati setiap orang menjalankan memiliki konsep “menyama braya”; suku Sasak
kebebasan beragama, tetapi harus memperhatikan memiliki konsep “Patut Patuh Patju”; Suku Dayak
hak dan kebebasan orang lain, memenuhi tuntutan memiliki konsep “rumah betang”; suku Timor
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai- memiliki tradisi “okomama”, dan sebagainya.
nilai keagamaan, dan ketertiban umum dalam satu Kearifan lokal tersebut secara spesifik berkaitan
masyarakat yang demokratis (Pasal 28 ayat (2) UUD dengan budaya tertentu sehingga mencerminkan
1945). cara hidup suatu masyarakat itu. Jika kearifan lokal
Kenyataan yang ada, hingga saat ini mampu menyelesaikan konflik kekerasan di Maluku
kehidupan beragama masyarakat antar dan intern dan Poso, seharusnya semakin dikembangkan
pemeluk agama di berbagai daerah di Indonesia kearifan lokal pada masing-masing daerah untuk
masih sering terjadi konflik, baik konflik yang menjaga kerukunan umat beragama. Bagi daerah-
masih laten maupun yang sudah manifes, bahkan daerah yang belum menemukan konsep kearifan
dengan kekerasan (violence). Kerukunan antar lokal terkait dengan kerukunan antar kelompok-
umat beragama di Indonesia menyisakan banyak golongan, maka bisa dilakukan inventarisasi atau
permasalahan. Seperti kasus Cikesik, Sampang, menggali dari budaya masyarakat itu sendiri.
Ambon, Lombok NTB, Kupang, Poso, dan di Sangat menarik lagi apabila setiap daerah memiliki
wilayah lainnya. Ibarat api dalam sekam yang kearifan lokal (local genius) yang bisa mencegah
sewaktu-waktu siap membara dan memanaskan atau tindakan preventif terhadap munculnya
suasana bahkan membakar sekelilingnya. Dalam konflik antar kelompok agama, sehingga tidak ada
konisi kehidupan beragama, maka tinggi rendahnya lagi kekerasan yang membawa isu agama maupun
integrasi sosial dalam suatu kelompok keagamaan isu-isu lain.
akan berpengaruh terhadap relasi sosial dengan Pada masing-masing komunitas budaya
kelompok lainnya. itu sangat penting untuk saling mengembangkan
Kajian atas beberapa konflik yang bernuansa kearifan lokalnya sebagai modal sosial (social
agama di Indonesia, misalnya konflik umat Islam capital) untuk menumbuhkan rasa persaudaraan
dan umat Kristen di Poso dan Maluku, agama yang kuat antar kelompok umat beragama.
bukanlah faktor utama (core of conflict) dalam Berkaitan dengan hal tersebut, Muhammad Maftuh
konflik kekerasan itu, tetapi hanya menjadi faktor Basyuni, mantan Menteri Agama dalam Seminar
konsideran maupun pendukung (supporting Nasional “Kerukunan Umat Beragama  Sebagai Pilar
conflict). Negara disinyalir melakukan kebijakan Kerukunan Nasional” di Jakarta pada hari Rabu, 31
yang tidak afirmatif, dalam berbagai hal, proses Desember 2009 menyatakan bahwa “Pemeliharaan
diskriminasi dan pengistimewaan terhadap kerukunan umat beragama bukan hanya tanggung
kelompok tertentu berpotensi menimbulkan jawab para pejabat pemerintah di bidang agama dan
konflik laten. Menurut Adan Saidi dalam Jati (2013, pemuka agama, melainkan tanggung jawab seluruh
395), perbincangan masalah konflik di ranah lokal lapisan masyarakat. Sesungguhnya masyarakat
bermuara pada proses marjinalisasi, ketertindasan, Indonesia di seluruh pelosok tanah air telah
dan ketidakadilan sehingga isu agama kemudian memiliki sejumlah kearifan lokal yang telah mampu
menjadi stimulus dalam melakukan konflik. menjadi penopang kerukunan umat beragama di
Penerapan standar ganda (double standart) dalam daerah masing-masing” (Wisnumurti, 2014).
menyelesaikan konflik, yakni strategi pluralis- Pertanyaan yang muncul kemudian adalah
humanis di satu sisi, dan di sisi lain menerapkan bagaimana potensi kearifan lokal bisa digunakan oleh
strategi penyelesaian birokratis-strukturalis, masyarakat untuk membangun dan meningkatkan
dianggap tidak mampu menyelesaikan konflik kerukunan umat beragama yang berasal dari social
anarkis yang bernuansa agama sampai pada akar capital yang dimilikinya. Masyarakat pemilik yang
masalahnya, yaitu marjinalisasi dan diskriminasi. menjadi obyek kajian dalam penelitian adalah
Setiap suku bangsa di Indonesia hampir masyarakat Pulau Bawean di kabupaten Gresik Jawa
memiliki acuan norma-norma yang bersumber Timur. Penelitian ini memiliki rumusan masalah
dari kebudayaan masing-masing, yaitu kebijakan bagaimana nilai kerukunan umat pada kearifan
budaya lokal (local genius/indeginous knowledge) lokal masyarakat Bawean Kab. Gresik ?.
atau sering disebut kearifan lokal (local wisdom).
Sebagai contoh, suku Jawa memiliki pepatah

130 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 1 Juni 2015


Tinjauan Pustaka atas kesadaran bersama, dari sebuah komunitas
Kearifan Lokal yang terintegrasi; (5) kearifan lokal akan mengubah
Kearifan lokal merupakan sintesis budaya pola pikir (way of thinking) dan hubungan timbal
yang diciptakan oleh aktor-aktor melalui proses balik individu dan kelompok, dengan meletakkan
yang berulang-ulang melalui internalisasi dan di atas kebudayaan yang dimiliki; dan (6) kearifan
interpretasi agama-agama dan budaya yang lokal dapat mendorong proses apresiasi, partisipasi
disosialisasikan dalam bentuk norma-norma dan sekaligus meminimalisir anasir yang merusak
dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari solidaritas dan integrasi komunitas.
bagi masyarakat. Kearifan lokal adalah bersumber
dari ajaran agama dan tradisi-tradisi yang dipelihara Kerukunan Umat Beragama
dan diyakini kebenarannya dan menjadi acuan Kerukunan umat beragama adalah terciptanya
dalam bertingkahlaku sehari-hari masyarakat suatu hubungan yang harmonis dan dinamis serta
setempat yang sifatnya mengikat anggota masyarakat rukun dan damai di antara sesama umat beragama
tersebut. Kearifan lokal menjadi acuan masyarakat di Indonesia, yakni hubungan harmonis antar umat
yang meliputi seluruh aspek kehidupan, antara lain: beragama, antara umat yang berlainan agama dan
(1) berkenaan dengan aturan yang menyangkut antara umat beragama dengan pemerintah dalam
hubungan antar sesama manusia, misalnya dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan
interaksi sosial, baik antar individu maupun bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-
kelompok, yang berkaitan dengan hierarkhi dalam sama membangun masyarakat sejahtera lahir dan
pemerintahan dan tata aturan perkawinan antar batin (Kemenag RI, 1989:90). Prinsip kerukunan
klan, dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari; umat beragama ini dalam konteks keindonesiaan
(2) tata aturan yang menyangkut hubungan manusia dipakai sebagai kerangka untuk menjaga stabilitas
dengan alam, dan mengarah pada konservasi; (3) pembangunan nasional. Kerukunan hidup
tata aturan yang menyangkut tata hubungan antara beragama menunjukkan pola hubungan antar
manusia dengan yang ghoib, seperti Tuhan, roh, berbagai kelompok umat beragama yang rukun,
dan lainnya. Dalam penelitian ini, kearifan lokal saling menghormati, saling menghargai dan damai,
lebih ditekankan pada aspek yang berkaitan dengan tidak bertengkar dan semua persoalan dapat
interaksi sosial antar individu maupun kelompok diselesaikan sebaik-baiknya dan tidak mengganggu
dalam kehidupan sosial keagamaan. Kearifan lokal kerukunan hubungan antarumat beragama pada
dapat berupa kata-kata bijak, pepatah, adat istiadat, suatu daerah tertentu (Ali [ed.] 2009: 6). Umat
folk lore, atau dalam bentuk setengah institusi. beragama merupakan penganut suatu agama
Menurut John Haba (dalam Abdullah, 2008: yang berkembang di masyarakat, seperti Islam,
334-335), kearifan lokal mengacu pada berbagai Nasrani, Hindu, dan Buddha. Sedang agama sendiri
kekayaan budaya yang bertumbuh kembang mempunyai tiga aspek, yaitu aspek kepercayaan,
dalam sebuah masyarakat dikenal, dipercayai peribadatan, dan sosiologis. Ketiga aspek tersebut,
dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang aspek sosiologislah yang dapat memiliki hubungan
mampu mempertebal kohesi sosial di antara warga antar sesama umat beragama.
masyarakat. Terdapat lima peran vital kearifan
lokal sebagai media resolusi konflik keagamaan: METODE PENELITIAN
(1) kearifan lokal sebagai penanda identitas Penelitian ini menggunakan pendekatan
(signified identity) sebuah komunitas; (2) kearifan kualitatif, cakupannya adalah masyarakat Bawean
lokal sebagai ruang maupun arena dialogis untuk Gresik. Jenis penelitian kuantitaif ini mempunyai
melunturkan segala jenis esklusivitas politik beberapa ciri, antara lain: setting yang aktual, peneliti
identitas yang melekat di antara berbagai kelompok; adalah instrumen kunci, data bersifat deskriptif,
(3) kearifan lokal sebagai bagian dari resolusi menekankan kepada proses, analisis datanya bersifat
konflik alternatf justu lebih ke arah mengajak semua induktif, dan meaning (pemaknaan) tiap event
pihak untuk berunding dengan memanfaatkan adalah merupakan perhatian yang esensial dalam
kedekatan emosi maupun kultural; (4) kearifan lokal penelitian kualitatif (Moleong, 2002: 3). Menurut
berfungsi mendorong terbangunnya kebersamaan, Sugiyono (2010: 8), metode kualitatif disebut juga
apresiasi, sekaligus sebagai sebuah mekanisme metode naturalistik, karena penelitiannya dilakukan
bersama menepis berbagai kemungkinan yang pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut
dapat meredusir, bahkan merusak solidaritas juga metode etnografi karena pada awalnya metode
komunal, yang dipercaya berasal dan tumbuh di ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang

Nilai-Nilai Kerukunan Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bawean Gresik - Rosidin | 131
antropologi budaya; disebut kualitatif karena dan 649.209 perempuan. Jumlah penduduk tersebut
datanya dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. berada pada 356.685 keluarga. Dengan luas wilayah
Penggunaan metode kualitatif dimaksudkan untuk 1.191,25 km2, Kab. Gresik mempunyai kepadatan
melaksanakan studi eksplorasi (exploration research) penduduk sebesar 1.098 jiwa/km2. Pada Tahun
dan pengkajian atas keterlibatan masyarakat dalam 2012, jumlah penduduk laki-lakinya lebih banyak
menciptakan kerukunan berbasis kearifan lokal. jika dibandingkan dengan penduduk perempuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini Hal ini dapat dilihat dari angka rasio jenis kelamin
adalah kualitatif-deskriptif, artinya peneliti akan sebesar 101. Artinya, dari 100 jiwa penduduk
mencari deskripsi yang menyeluruh, mendalam, perempuan terdapat 101 jiwa penduduk laki-laki
dan cermat tentang kearifan lokal (local genius) (BPS Kab. Gresik, 2013: 35).
pada masyarakat Bawean Kab. Gresik. Sedang Penduduk Kab. Gresik berbeda dengan
penyampaian secara deskriptif diharapkan mampu wilayah lainnya, yang biasanya, jumlah penduduk
menggambarkan bagaimana kearifan lokal berperan wanita lebih banyak. Kenyataan ini dipicu derasnya
dalam memelihara kerukunan umat secara terbuka arus urbanisasi, karena Gresik sebagai daerah
alamiah (Anas Saidi, 2006). Penelitian ini dilakukan industri penyangga bagi Ibukota Provinsi Jawa
pada masyarakat Bawean, Kab. Gresik, terutama Timur. Banyak pendatang yang mencari dan bekerja
di Kec. Sangkapura dan Tambak dipilih dengan kemudian menetap di Kab. Gresik (Mustakim, 2010:
pertimbangan bahwa dua kecamatan tersebut 23). Pola urbanisasi dan indrustrialisasi ini juga
merupakan daerah pesisir yang dengan karakteristik akan berdampak pada aspek sosilogis masyarakat
Gresik, sehingga terjadi pergeseran (shifting), yang
kearifan lokal yang masih eksis dan terdapat nilai-
semula penduduknya agamis dengan kota santri
nilai kearifan lokal yang mampu membangun
sebutannya menjadi kota yang multiagama. Selain
kerukunan hidup bersama. Pengumpulan data
itu, menurut Moh. Toha, budaya dari luar Gresik
lapangan dilaksanakan antara bulan Februari
pun lambat laun masuk berkembang (penetrasi)
sampai Mei 2014.
sehingga perlu diantisipasi agar benar-benar tidak
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
tercampur budaya yang merugikan generasi muda
ini dilakukan melalui tiga cara, yaitu: wawancara
(Wawancara, 10/02/2014).
mendalam, observasi terlibat dan teknik
Data pemeluk agama mayoritas Islam
dokumentasi (Hb. Sutopo, 1988). Teknik analisis
sebanyak 1.140.275 jiwa, disusul Kristen 9.487 jiwa,
data yang digunakan adalah model analisis interaktif Katholik 3.942 jiwa, Hindu 2.124 jiwa, Buddha 405
(interactive model of analysis) yang meliputi tiga jiwa sedangkan yang beragama Konghuchu tidak
tahapan, yaitu reduksi data, penyampaian data, terdaftar, tetapi sebenarnya ada. Ini dikarenakan
dan penarikan kesimpulan (Imam Suprayogo Konghuchu secara formal merupakan agama baru,
dan Tobrani, 2003: 196). Untuk lebih menghargai selama ini mereka menuliskan pada kolom data
perasaan informan peneliti menggunakan cara kependudukan beragama Budha. Selain itu, belum
penyajian model emik dan etik. Sedang penarikan
terdapat penduduk yang ber-KTP Konghuchu yang
kesimpulan dilakukan dengan memperhatikan
terdata di Kab. Gresik.
berbagai hal yang memiliki landasan data yang
Kehidupan sosial masyarakat Gresik,
kuat dalam penelitian. Dalam penelitian ini, uji
termasuk Bawean, secara umum dipengaruhi
validitas data dilakukan dengan dua cara: pertama,
oleh tingkat pengetahuan yang diperoleh lewat
triangulasi data (data triangulation), yaitu peneliti
pendidikan agama. Sebelum pendidikan agama,
menggunakan beberapa sumber data untuk
mengumpulkan data yang sama. Kedua, dengan disatukan dalam sistem pendidikan formal seperti
review informan (informant review), yang dilakukan sekarang ini, yang berlaku adalah pendidikan
melalui diskusi, dialog, seminar, atau FGD. agama dengan metode tradisional yaitu pesantren
(Mustakim, 2010: 19). Tidak hanya di pesantren,
PEMBAHASAN pendidikan agama juga diadakan di langgar/suara
Masyarakat Gresik secara etnis bersifat yang ada di setiap kampung dengan kyai masing-
majemuk. Kebanyakan berasal dari suku Jawa dan masing. Kesemarakkan syiar Islam dan banyaknya
Madura, lainnya merupakan suku Arab dan Cina pesantren maupun pemuka agama di Gresik ini
(Mustakim, 2010: 19). Data statistik tahun 2012 yang menjadikan orang menyebut kabupaten ini
menunjukkan bahwa penduduk Kab. Gresik sebesar dengan sebutan “Kota Santri” (Wawancara dengan
1.307.995 jiwa, yang terdiri dari 658.786 laki-laki Umar Zaenoedin, 17/03/2014).

132 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 1 Juni 2015


Folklore sebagai “Kota Santri” nampak pada com/2011/04/kumpulan-cerita-pulau bawean.html,
lembaga pendidikan agama yang ada di Gresik 10/04/2014). 
yang berjumlah 1.769. Lembaga tersebut terdiri atas Pulau Bawean secara administratif
Raudhatul Afthal/RA (187), Madrasah Ibtidaiyah pemerintahan masuk wilayah Kab. Gresik, Propinsi
Negrei/MIN (2), Madrasah Ibtidaiyah Swasta/ Jawa Timur. Letaknya sekitar 150 km dari Ibukota
MIS (363), Madrasah Tsanawiyah Negeri/MTsN Kab. Gresik ke arah utara wilayah Laut Jawa. Pulau
(1), Madrasah Tsanawiyah Swasta/MTsS (140), ini dapat dicapai dari Gresik dengan kapal lambat
Madrasah Aliyah Negeri/MAN (2), Madrasah selama kurang lebih 10 jam dan kapat cepat sekitar
Aliyah Swasta/MAS (60), Madrasah Diniyah/ 4-5 jam. Pulau Bawean terbagi dua kecamatan, yaitu
Madin (818), dan Pondok Pesantren (196). Ikon Kec. Sangkapura dengam 17 desa, berada dibagian
“Kota Santri” ditunjukkan selain dari bayaknya selatan; dan Kec. Tambak dengan 13 desa, dibagian
infrastruktur yang mendukung juga kesemarakan utara. Desa yang masuk Kec. Sangkapura meliputi:
keberagamaan masyarakat (BPS Gresik, 2013: 162). Kumalasa, Lebak, Bululanjang, Sungaiteluk,
Kotakusuma, Sawahmulya, Sungairunjing, Daun,
Pulau Bawean Gresik Sidigedungbatu, Kebun Teluk Dalam, Balikterus,
Nama Bawean tidak diketahui secara pasti. Gunungteguh, Patar Selamat, Pudakit Timur, Pudakit
Namun, ada beberapa cerita yang berkembang di Barat, Suwari, dan desa Dekatagung. Sedang desa
masyarakat bahwa pada masa keemasan kerajaan di Kec. Tampak meliputi: Telukjatidawang, Gelam,
Majapahit, Raja Hayam Wuruk dengan seorang Sukaoneng, Klompanggubuk, Sukalela, Pekalongan,
panglima perang yang sangat sakti bertekad untuk Grejek, Paromaan, Kepuhlegundi, Kepuhteluk,
mempersatukan Nusantara. Untuk itu, Hayam Diponggo, Tanjungori, dan Tambak (Wawancara
Wuruk mengutus pasukan penakluk baik darat Amin dan Ali, 21/05/2014). Jumlah desa secara
maupun laut (armada laut) ke kerajaan-kerajaan keseluruhan ada 30 desa dengan 143 dusun. Secara
kecil di wilayah seberang. Salah satu armada laut umum, dalam satu pulau ini mempunyai budaya,
yang diutus ke arah utara sampai di tengah perjalanan tradisi, dan adat istiadat yang hampir sama.
mendapat musibah. Mereka di hantam badai laut, Menurut Amin, kepala KUA Kec. Sangkapura,
di terpa angin kencang, dan di selimuti kabut jika dalam kondisi bagus, pulau ini dengan jalan
tebal terkatung-katung di tengah laut jawa. Banyak lingkar sekitar 60 km ini bisa dikelilingi dalam
prajurit yang meninggal dunia karena kelaparan tempo 3-3,5 jam dengan sepeda motor sambil
dan tidak kuat dengan keadaan alam yang menjebak bersantai (Wawancara Amin, 21/05/2014). Pulau
mereka. Setelah berhari-hari bahkan berminggu- ini memang cukup penuh dengan keindahan alam
minggu terombang-ambing di tengah laut, beberapa lingkungannya, sejarah, adat-istiadat, dan tradisi
orang prajurit yang selamat tiba-tiba melihat samar- kebudayaan masyarakatnya, serta keramahtamahan
samar dari kejauhan nampak gugusan-gugusan penduduknya. Bawean merupakan gugusan pulau
gunung. Maka dengan sisa tenaga yang ada mereka yang berada di wilayah Kab. Gresik sejak tahun 1974
segera menuju ke arah gugusan gunung itu, setelah dan dikelilingi oleh pulau-pulau kecil disekitarnya,
sampai ternyata gugusan gunung yang mereka lihat seperti Pulau Gili, Selayar, Nuko, Nasa, Karangbila,
dari jauh adalah sebuah pulau kecil. Cina, dan lainnya. Ada tiga keunikan dan bahkan
Setelah bersandar, mereka dengan susah ikon bila orang luar melihat Bawean, yaitu: (i)
payah turun dari kapal dan pergi memasuki pulau anyaman tikar Bawean;( ii) ikan pindang; dan (iii)
asing yang ibarat kapal penyelamat datang memberi rusa Axis Kuhli (Rusa Bawean). Keunikan ini tidak
bantuan pada mereka. Sampai di daerah pemukiman lepas dari apa yang ada di alam Bawean, dan tidak
penduduk, mereka disambut hangat oleh penduduk terdapat di tempat lain. Anyaman tikar Bawean ada
setempat. Karena rasa gembira yang begitu besar, karena bahan baku yang cukup tersedia di desa
dengan tanpa disadari keluarlah dari bibir Senopati tertentu, yaitu di Desa Gunung. Tikar Bawean dijual
Majapahit ungkapan singkat nan indah, “Ba-we- ke luar desa bahkan sering dijadikan souvenir oleh
an”. Ungakapan ini berasal dari bahasa Sansekerta, para penadatang yang berkunjung ke Bawean.
“ba” artinya sinar, “we” berarti matahari, dan “an” Ikan merupakan bahan pangan yang
artinya ada. Jadi kata “Bawean” secara terminologi melimpah bagi masyarakat Bawean. Mengingat
berarti “ada sinar matahari”. Sejak saat itu, mereka Bawean merupakan wilayah laut yang pada hampir
hidup di sana dan sejak saat itu pulalah pulau tiap desa ada yang bermata pencaharian sebagai
kecil penyelamat mereka di kenal dengan nama nelayan (Wawancara Ikbal, 22/05/2014). Ikan yang
Pulau Bawean (http://kakmuqrialgelamy.blogspot.

Nilai-Nilai Kerukunan Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bawean Gresik - Rosidin | 133
melimpah ini dibuat pindang untuk disajikan Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat Bawean
setiap waktu makan. Setiap waktu makan datang, Kearifan lokal yang dikemukakan di sini
menu ikan selalu menjadi menu utama. Lauk dibatasi pada tradisi, seni, dan budaya di Bawean,
tempe tahu yang selalu terhidang di sebagian besar yang merupakan bagian kecil dari Kab. Gresik.
masyarakat Jawa, tetapi tidak ditemukan di Pulau Bawean bagi masyarakatnya sebagai pulau tempat
Bawean (Observasi, 22-23/05/2014). Sedang rusa lahir dan tempat mati. Sebab, orang Bawean kalau
Bawean ada di penangkaran di tepi hutan masuk besar merantau dan kalau sudah tua kembali
wilayah Desa Pudakit Timur, Kec. Sangkapura ke Bawean. Ada prasasti yang terbaca apabila
(Wawancara Amin, 22/05/2014). Untuk menuju berkunjung ke pulau Bawean, yaitu: “Bawean
lokasi penangkaran rusa dapat ditempuh dengan hanya untuk lahir dan mati” (Wawancara Iqbal,
menyewa mobil atau sepeda motor. 15/03/2014). Adapun kearifan lokal masyarakat
Penduduknya Bawean merupakan pembauran Bawean dapat ditemukan dalam beberapa tradisi
beberapa suku yang berasal dari pulau Jawa, dan budaya yang berkembang di daerah tersebut,
Madura, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera seperti tradisi pengantin amaen dan pencak
termasuk budaya dan bahasanya (BPS Kab. Gresik, Bawean. Pertama, tradisi pengantin amaen. Tradisi
2013: 41). Dilihat dari jenis kelaminnya, terdiri dari pengantin bermain merupakan salah satu bagian
58.713 laki-laki dan perempuan berjumlah 57.674 dari prosesi pernikahan. Prosesi perkawinan di
jiwa. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata Bawean berbeda di tempat lain, terutama dalam hal
pencaharian sebagai nelayan, petani, selain juga proses melamar. Pihak perempuan melalui orang tua
melamar pihak laki-laki, maka laki-laki mempunyai
menjadi TKI di Malaysia dan Singapura, sebagian
daya pilih (bergaining position) yang tinggi. Jika
besar di antara mereka telah mempunyai status
diterima lamarannya, barulah proses perkawinan
penduduk tetap di negara tersebut, selain di kedua
selanjutnya dilaksanakan. Kedatangan laki-laki
negara tersebut, penduduk Bawean juga menetap di
ke perempuan menjelang akad nikah, membawa
Australia dan Vietnam. Etnis mayoritas penduduk
berbagai keperluan rumah tangga diantar sanak
Bawean adalah Suku Bawean, dan suku-suku lain kerabatnya. Setelah akad nikah dan resepsi selasai
misalnya Suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar, maka ada proses berikutnya.
Mandailing, Banjar, dan Palembang. Budaya Bawean dalam prosesi penikahan
Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi adalah pengantin amaen. Prosesi amaen dipahami
bahasa Madura, karena kata dasarnya yang berasal sebagai kegiatan keluarga besar mempelai
dari bahasa ini, namun bercampur aduk dengan putri mendatangi keluarga mempelai putra.
bahasa Jawa, Melayu, dan Inggris, karena banyaknya Kedatangannya dengan membawa oleh-oleh yang
orang Bawean yang bekerja atau bermigrasi ke diberikan kepada pihak yang didatangi, tujuannya
Malaysia dan Singapura. Bahasa Bawean memiliki adalah mengenalkan isterinya kepada keluarga
ragam dialek, biasanya setiap kawasan atau sang suami. Pada proses ini tidak hanya keluarga
kampung mempunyai dialek bahasa sendiri seperti mempelai puteri saja yang ikut, tapi selutuh
Bahasa Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa, keluarga besar pengantin wanita ikut mengiringi
Dialek Pudakit, dan Dialek Diponggo. Bahasa ini sehingga terkesan besar-besaran. Kekompakan dan
dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan kebersamaan keluarga sangat terlihat di sini. Sanak
Singapura. Untuk Malaysia dan Singapura, Bawean famili dari keluarga pengantin puteri mendukung
dikenal sebagai Boyanese. Intonasi orang Bawean proses ini sehingga kadang hampir satu desa
mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura. berpartisipasi. Pada gilirannya nanti, keluarga
Perbedaan kedua bahasa dapat diibaratkan dengan bergantian mendukung keluarga besar lainnya.
perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Pada saat proses biasanya sambil menyebar uang
Malaysia, yang serupa tapi tak sama meskipun baik ribuan, puluhan ribu, bahkan seratus ribu
masing-masing dapat memahami maksudnya. terkadang disebar. Pokoknya siapa yang merasa
Menurut Iqbal, bahasa asli Bawean seperti Bahasa keluarga besarnya ikut prosesi. Saat menyebar uang
Jawa, tetapi bukan Bahasa Jawa sebagai yang dipakai maka warga berebut uang terutama anak-anak
masyarakat Jawasecara luas, tetapi telah mengalami sehingga semarak dalam acara tersebut (Wawancara
perubahan fonem, dialek, dan ujaran, seperti yang Iqbal, 15/03/2014).
ada di Desa Diponggo. Kedua, pencak Bawean. Pencak Bawean
biasanya dimainkan saat ada acara pernikahan.
Semula setiap ada acara pernikahan, jawara

134 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 1 Juni 2015


kampung didatangkan untuk mencoba kembali lawan. Para pendekar dari kampung-kampung yang
kemampuan ilmu bela diri dengan membawa datang ditampilkan secara bergantian sebagaimana
tiga orang pengikut. Sekarang mereka tidak layaknya pertandingan. Makin sering menang
membawa tiga orang laigi, tetapi membawa banyak semakin dikenal masyarakat. Bawean yang alamnya
pengikut sehingga tuan rumah kewalahan dalam tidak begitu subur menjadikan penghuninya harus
memperkirakan konsumsinya (Ya’kup, 28/09/2010). berpikir dan berusaha keras untuk mempertahankan
Biasanya diawali dengan adu pedang, dilanjutkan hidupnya. Biasanya peserta dari anak muda
dengan duel tangan kosong. Keduanya sampai terutama yang menginjak dewasa dan menjelang
begulingan di atas panggung. Inilah pencak pergi merantau. Bela diri ini pada hakekatnya untuk
silat Bawean. Atraksi ini biasa ditampilkan pada membekali diri saat pergi jauh untuk merantau di
momentum tertentu. Dulu, pencak silat memang negeri orang.
sangat terkenal di Bawean. Hal ini meruipakan
bekal wajib bagi seorang yang akan ditasbihkan Seni Tradisi Bawean
menjadi lelaki. Pencak silat juga menjadi sarat Bawean sejak dulu dikenal sebagai pulau untuk
utama, sebelum kaum lelaki Bawean merantau. persinggahan beberapa etnis dari seluruh wilayah
Menurut Iqbal, seorang pendekar (dibaca: pan-dhi- Nusantara, sehingga tidak mengherankan jika pulau
kar) keberadaannya dan juga keluarganya, sangat ini memiliki kesenian dan tradisi yang beragam.
dihormati dan ditokohkan oleh warga setempat, Ada beberapa seni tradisi yang masih bertahan
karena selain mereka dapat memberikan rasa aman, dan dilestarikan masyarakat Bawean hingga kini,
juga menjadi tumpuan penduduk untuk berobat. diantaranya Bangsawan, Jibula, Saman, Mandiling,
Banyak pendekar menguasai ilmu tabib, Korcak, dan Kercengan. (1) Bangsawan (dibaca:
bahkan mereka dapat menyembuhkan orang patah bangsawen). Seni tradisi ini diadopsi dari Melayu,
tlang dengan hanya menyiramkan air. Namun, sejenis ketoprak Jawa atau drama, yang berkisah
mereka tidak mau disebut dukun, karena mereka tentang kaum bangsawan (raja-raja) terdahulu
tidak memelihara jin, sebagaimana umumnya di negeri Melayu. Bangsawen biasa dipentaskan
dimiliki dukun-dukun di Bawean. Karena ilmunya pada acara-acara khusus, dan kesenian ini terakhir
pula, seorang pendekar juga disegani kawan dipentaskan pada masa pra-kemerdekaan. Pada
maupun lawan juga ditakuti. Dulu, jika penduduk tahun 1930-an, Mahmud Said, lurah di Kotakusuma
akan membangunkan pendekar yang tengah tidur, kerap mementaskan Bangsawan dengan jumlah
mereka tak boleh menyentuh badannya, sebab bisa pemain sangat banyak, mencapai 30-an. Uniknya,
menjadi korban jurus refleks sang pendekar. Tetapi semua pemainnya bukan penduduk asli Bawaean,
ada caranya untuk membangunkan pendekar, yaitu namun didatangkan dari Jawa. (2) Jibula, kesenian
harus berdiri dari jarak sekitar 1 m, lalu sentuhlah yang diadopsi dari Aceh. Kesenian ini merupakan
ujung jemari kakinya, sembari memanggil namanya tradisi dongeng, di mana seorang lelaki tunanetra
dengan halus. Dengan demikian, si pendekar akan melantunkan kisah-kisah rakyat. Mirip
akan bangun tanpa melukai (Wawancara Ikbal, pementasan yang dilakukan pendongeng asal Aceh,
15/03/2014). PM. Toh. Jibula marak dipentaskan di Bawean pada
Setiap pendekar memiliki karakteristik tahun 1950-an ke bawah.
ilmu silat berbeda, jurus-jurus ilmu ini mereka Selanjutnya seni (3) saman (dibaca:
adopsi atau menggabungkan ilmu silat dari China, samman). Seni tari yang diadopsi dari Aceh, dan
Malaysia, dan Jawa. Keahlian tertentu dimiliki oleh di. Bawean, seni tari ini sudah jarang dipentaskan;
seorang pendekar seperti pendekar ahli kuntau, ada (4) Mandiling, merupakan grup seni pantun,
yang ahli memakai senjata tajam, semisal tombak sekarang masih tetap eksis dan sering dipentaskan.
dan trisula (orang Bawean biasa menyebut tik-pie). Biasanya, mereka berkelompok, di antara mereka
Adapun daerah yang banyak memiliki pendekar ada beberapa yang menabuh gendang lonjong dan
terkenal adalah Desa Daun dan Gunung Teguh gong. Selanjutnya, orang lelaki berkebaya mirip
Kec. Sangkapura. Biasanya, mereka memiliki perempuan, akan tampil menari sambil berpantun
perguruan silat sendiri, di aman semakin besar jenaka. Kadang pula pementasan ini melibatkan
nama si pendekar, semakin banyak pula muridnya penonton, sehingga membuat mandiling meriah; (5)
hingga merambah daerah lain. Anak muda Bawean Korcak, sebuah seni dimainkan secara berkelompok.
akan bangga jika menjadi murid seorang pendekar Semua pemainnya adalah laki-laki. Mirip saman,
besar atau biasa dipanggil pan-dhi-kar raje. Strata mereka berbaris rapi lalu menyanyikan lagu padang
pergaulan ikut naik dan disegani oleh kawan maupun pasir (nasyid, gambus), sambil menabuh rebana.

Nilai-Nilai Kerukunan Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bawean Gresik - Rosidin | 135
Penari memegang rebana sambil mengayunkan Dan jangan mengukir langit; Kalau belum
langkah ke kanan ke kiri. Pengiring lain berjajar menguasai ilmu lahir dan batin.
di sebelah pinggir. Tampak serasi dan kompak Arinya: Jangan kawin; Sebelum merantau;
serta menyenangkan. Pada saat ada even atau
kedatangan tamu atau kunjungan pejabat pejabat, Jangan merantau sebelum menguasai
tari ini dimainkan di dermaga Bawean saat kapal ilmu lahir; (llmu lahir yakni mahir dalam
merapat dan pengunjung bergegas turun ke daratan permainan silat);
(Observasi, 22/05/2014). Jangan merantau sebelum menguasai ilmu
Ada kesenian (6) Samrah. Seni ini masih batin; (llmu batin yaitu tamat (khatam) Al-
eksis dan dipentaskan, dan semua pemainya Qur’an, paham kitab Safinah, dan Mampu
adalah perempuan, biasanya mereka menyanyikan melagukan Barzanj dengan bagus).
lagu qasidah sambil menabuh rebana. Hampir Pada ungkapan di atas, senada dengan
di perkumpulan bernafaskan Islam, baik remaja Iqbal (Informan, 15/03/2014) bahwa merantau
maupun dewasa memiliki grup ini. Di Bawean, diibaratkan sebagai “mengukir langit”, sesuatu yang
beberapa organisasi memiliki grup Samrah. Salah sangat fantastis dan merupakan suatu tantangan
satu yang eksis yaitu grup samrah binaan Muslimat untuk dicapai bagi setiap orang di Bawean. Tentunya
NU Kec. Tambak. Anggota grup Samrah rata-rata sedapat mungkin dilakukan salah satu anggota
masih remaja. Pementasan Samrah pada saat ada dari setiap keluarga. Seorang informan penelitian
kegiatan keagamaan yang melibatkan berbagai menyatakan, setiap rumah tangga di Bawean, pasti
unsur masyarakat di daerah tambak; dan (7) ada salah satu anggotanya ada yang “merantau”,
Kercengan, merupakan perpaduan antara saman dan ke daerah mana saja. Merantau, bagi para pemuda
samrah. Dipentaskan sekelompok wanita dengan dan pemudi adalah suatu syarat sebelum memasuki
duduk berbaris. Mereka berseragam dan memakai perkawinan, membentuk mahligai rumah tangga.
sarung tangan warna putih. Kemudian mereka Ada pribahasa lain yang menyatakan bahwa
menggerakkan tangan ke sana-kemari, diiringi “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, ternyata
alunan irama padang pasir/gambus. Berbeda dengan bagi orang Bawean sudah terlampaui karena, bagi
samrah yang hanya memakai rebana, Kercengan,
mereka, bukan lagi hanya cita-cita yang perlu
menggunakan alat musik apapun diperkenankan.
bersentuhan dengan langit, tetapi lebih jauh dari
Hingga saat ini, selain kerap dipentaskan, Kercengan
itu mereka ingin melukis langit. Langit dengan latar
juga kerap dilombakan (Wawancara Ikbal, Amin,
belakang warnanya yang biru sebenarnya sudah
Ali, 22/05/2014).
sangat indah, tetapi bagi orang Bawean, masih
Budaya Merantau Orang Bawean akan diperindah lagi melalui tindakan “melukis”,
Migrasi merupakan tradisi dan kebudayaan yaitu dengan jalan merantau ke daerah/negeri lain
yang telah mengakar kuat bagi masyarakat Bawean. (Rahman, dkk., 2010: 25).
Menurut Rebecca (dalam Rahman, 2010: 24), Bertolak dari adanya ungkapan tersebut dan
tradisi merantau bagi orang Bawean disebabkan maknanya yang menekankan beberapa hal yang
adanya sejarah yang panjang bekerja di luar negeri. harus terpenuhi terlebih dulu sebelum merantau
Pada umumnya orang laki-laki diharapkan pergi ke menunjukkan bahwa untuk merantau persiapan yang
negara lain sedikitnya satu kali. Dari argumentasi lengkap, matang, harus betul-betul dipersiapkan.
berdimensi kultural tentang migrasi, Bawean yang Merantau bukan hanya mempersyaratkan adanya
diberikan memang tampak dengan jelas bahwa bekal biaya yang cukup atau segala sesuatu yang
bermigrasi, terutama ke luar negeri bagi masyarakat berwujud material, tetapi juga persiapan yang
Bawean, memang sudah merupakan sebuah tradisi bersifat immaterial, yaitu bekal ilmu lahir dan batin.
kebudayaan (habits of culture). Ia menjadi sebuah Meskipun tradisi merantau itu pada mulanya dirintis
tradisi kebudayaan karena dalam khasanah budaya oleh kaum laki-laki, tetapi dalam perkembangannya
dan kebudayaan mereka bermigrasi/merantau sejak awal juga bersentuhan dengan semua anggota
menjadi sebuah prasyarat yang semestinya keluarga baik laki-laki maupun perempuan.
didahulukan sebelum membentuk rumah tangga Merantau adalah tumpuan utama dan strategi
atau ikatan perkawinan. Kebudayaan merantau ini bertahan hidup yang paling penting bagi masyarakat
diungkapan dalam sebuah pantun, Bawean. Migrasi, terutama ke luar negeri (Singapura,
Jangan membuka sewek; Kalau belum Malaysia, Amerika Serikat, Pulau Chrismast
mengukir langit; Australia, dan lain-lain) tidak hanya menyangkut

136 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 1 Juni 2015


ketahanan untuk kehidupan ekonomi semata, tetapi dan membantu dengan sendirinya manakala
sudah bertalian pula dengan ketahanan sosial, saudarany sedang mempunyai hajat. Hampir
budaya, politik masyarakat Bawean. Sukses migrasi seluruh masyarakat menyaksikan kebersamaan
bahkan juga akan menjadi penentu bagi suksesnya dan saling membantu yang ditunjukkan keluarga
pembangunan Pulau Bawean dan masyarakatnya besar mempelai wanita. Hal ini menyebabkan arak-
pada masa-masa yang akan datang (Wawancara arakan atau iring-iringan yang panjang dan ramai
Iqbal, 15/03/2014). ketika rombongan menuju orang tua mempelai
pria. Rombongan ada yang berjalan kaki, sepeda
Perayaan Maulud warga  Bawean motor, dan juga mobil. Sikap membantu memenuhi
Setiap tahun, perayaan Maulud Nabi kebutuhan dan tolong menolong ini merupakan
Muhamma saw. selalu diadakan di masing -masing poin yang dapat dijaga kelestariannya.
langgar/masjid. Setiap warga membuat angkatan Sedang pada seni Kercengan yang merupakan
(Jawa: buceng, tumpeng) sesuai dengan kadar perpaduan antara saman dan samrah, juga
kemampuannya. Angkatan yang dibuat dibawa ke mengandung nilai kerjasama. Terlihat dari
masjid/surau dengan maksud akan diberikan kepada sekelompok wanita akan duduk berbaris, berseragam
orang yang dikehendaki, biasanya sesepuh, guru dan memakai sarung tangan warna putih. Mereka
ngaji, atau kyai. Angkatan berisi nasi, lauk pauk dan akan menggerakkan tangan ke sana-kemari dengan
buah. Ada juga diselipkan barang berharga seperti iringan alunan irama padang pasir. Dalam gerak
uang atau emas di antara isi angkatan tersebut membutuhkan perhatian dan konsentrasi yang
(Wawancara Iqbal, 15/03/2014). Pada tahun 2013, tinggi. Sangat susah dilaksanakan oleh orang yang
perayaan Maulud Nabi diadakan juga di Kota Gresik. tidak memiliki sikap kerja sama yang baik. Sehingga
Panitia berasal dari Ikatan Masyarakat Bawean. nilai kerjasama dan bersatu menjacap tujuan sangat
Sebelumnya, panitia mengumumkan kepada warga diperlukan. Seni ini mengilhami masyarakat untuk
Bawean di Gresik untuk mendaftarkan diri. Panitia dapat menyatukan gerak langkah dan bersatu dalam
memberi batasan “angkatan” dan isinya. Pada hari mencapai masyarakat yang diinginkan bersama.
pelaksanaan semua tokoh hadir, termasuk yang Dalam folklore Jawa disebutkan bahwa: “rukun
berasal dari pulau Bawean. Bupati dan Wakil Bupati agawe santoso, crah agawe bubrah”, “guyup rukun
juga hadir. Setelah selesai “angkatan” yang disiapkan saeko kapi”, dan ungkapan lain yang mengandung
warga Bawean ini di lelang kepada yang hadir. Salah makna ke arah kerjasama. Dengan demikian,
satu angkatan itu berhasil dilelang dengan nilai Rp tradisi ini merupakan tradisi yang sesuai dengan
150 juta kepada Bupati Gresik (Wawancara Iqbal, prinsip rukun yang dikemukakan Suseno bahwa
15/05/2014). rukun berarti menjaga kondisi agar tetap berada
dalam keadaan selaras, tenang dan tentram, tanpa
Nilai Kerukunan pada Kearifan Lokal perselisihan, tanpa pertentangan, bersatu dalam
Masyarakat Bawean maksud untuk saling membantu.
Budaya, adat istiadat, dan tradisi di Gresik
umumnya, dan Bawean pada khususnya, masih Toleransi dalam Pencak Bawean
eksis di tengah berbagai perubahan yang ada sesuai Pencak Bawean ini merupakan bekal wajib bagi
pola pikir masyarakat pelakunya. Budaya ini tidak seorang yang akan ditasbihkan menjadi lelaki dan
punah karena di dalamnya mengandung nilai atau menjadi sarat utama, sebelum kaum lelaki Bawean
khikmah yang dapat dipetik menjadi pelajaran dan merantau. Orang yang mahir memainkan pencak
bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat bagi silat ini disebut pendekar. Keberadaan seorang
masyarakat itu sendiri. Prinsip Kerukunan bertujuan pendekar juga keluarganya, sangat dihormati dan
untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan ditokohkan oleh warga setempat, karena selain
yang harmonis (Suseno, 1985:39 dalam Suryadi, M, mereka dapat memberikan rasa aman, juga menjadi
2012: 70). Beberapa nilai kerukunan pada kearifan tumpuan penduduk untuk berobat.
lokal masyarakat Bawen dapat dilihat dari tradisis Ketika ditanya apakah pernah terjadi
yang dikembangkannya. perselisihan antar desa karena pendekarnya kalah
dalam bertanding, Iqbal (48), menyebut bahwa
Nilai Kerja Sama dalam Seni Tradisi perselisihan antar kampung belum pernah terjadi.
Pada tradisi penganten amaen melibatkan
Mereka sudah menyadari bahwa pencak itu sebagai
keluarga besar yang tidak sedikit. Mereka yang
bekal sebelum meninggalkan kampung halaman.
merasa keluarga dari mempelai wanita akan bergerak
Penghormatan kepada yang menang tetap ada,

Nilai-Nilai Kerukunan Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bawean Gresik - Rosidin | 137
tetapi yang menang tidak merendahkan yang untuk lebih cepat mengeringkan bahan makanan
kalah. Permainan ini tidak sampai melukai satu yang disimpan di bawah atap tersebut sehingga
sama lain. Ada wasit dari kalangan sesepuh yang cepat kering. Bahan pangan ini akan dikeluarkan
akan menghentikan apabila lawan sudah dianggap pada saat dibutuh. Misalnya saat ada tamu datang
kalah. Ini sudah ditaati oleh semua pendekar yang atau saat terjadi musim kemarau yang sangat panas.
ada. Pendekar tetap akan menghormati dan percaya Dalam hal bahasa, masyarakat Sangkapura dan
dengan keputusan pemimpin pertandingan. Tambak tidak berbeda dengan masyarakat Gresik
Permainan diikuti seluruh utusan jawara dan tidak secara umum. Bahasa mereka berbeda, seperti Jawa,
dibeda-bedakan asal usul, apalagi etnisnya. tetapi bukan Jawa bukan pula Madura, meskipun
Tradisi pencak ini sesuai dengan Suseno seperti Madura. Bahasa dalam hal ini terbuka, tidak
dalam Suryadi (2012: 70) mengedapankan prinsip mengenal tingkatan dalam penuturannya. Sehingga
hormat, yang merupakan sebuah pengakuan atas semua orang dianggap sama. Tidak seperti bahasa
kedudukan masing-masing pada tatanan sosial yang Jawa yang akan berbeda cara berkomunikasi (Jawa:
terbentuk dalam kehidupan dan memiliki cita rasa, ondo usuk) dengan teman sebaya (ngoko), orang
serta dijaga oleh masing-masing individu untuk tua (kromo Inggil), dan kalangan bangsawan.
menjaga dan menyeimbangkan keselasan. Namun, Egaliter dalam bahasa ini menjadikan sifat khas
pelestarian tradisi ini diharapkan tidak hanya untuk dari masyarakat Gresik. Meskipun perilaku hormat
kepentingan budaya dan pariwisata saja tetapi dapat terhadap yang lebih tua tetap tertanam sesuai
memberi pelajaran yang bermakna bagi masyarakat tuntunan agama yang dianutnya.
untuk menjaga kerukunan dalam lingkup yang luas.
Solidaritas dalam Budaya Merantau
Memuliakan Tamu Ketika ditanya bagaimana Pulau Bawean
Selain itu, budaya memuliakan tamu sangat dikatakan bahwa tempat lahir dan tempatnya mati,
dijunjung tinggi oleh masyarakat Bawean. Mereka bahwa kehidupan orang Bawean dari hasil merantau.
sangat percaya bahwa tamu merupakan orang yang Sehingga saat lahir di Bawean besar merantau dan
patut dihormati. Tidak memandang siapapun yang ketika tua kembali lagi ke kampung halaman. Untuk
datang. Dicontohkan Ikbal (48 Th), kalau ada tamu bekal merantau tidak hanya berangkat saja, tetapi
apalagi dari luar pulau, mereka akan menghidangkan harus mempunyai persiapan yang matang.
yang terbaik yang dia miliki. Mungkin minuman Ungkapan yang telah dikemukakan di atas
susu bagi tamu sudah biasanya, tapi itu terbaik berarti bahwa jangan dulu berkeluarga kalau
karena sangat susah untuk mendatangkannya, yaitu belum merantau dan jangan dulu merantau kalau
dari luar pulau. Ini tidak lain didorong semangat belum menguasai ilmu lahir, yaitu mahir dalam
mengamalkan ajaran agama yang mereka anut permainan pencak Bawean (bela diri) serta jangan
selama ini. Ketaatan pada ajaran agama yang telah dulu merantau kalau belum menguasai ilmu batin,
mendarah daging dalam kehidupan ini berlaku yaitu ilmu agama berupa khatam Al-Qur’an, paham
tidak hanya untuk seseorang yang sudah kenal saja, kitab kuning Safinah, dan mampu melagukan kitab
tetapi penghormatan ini bagi semua tamu tidak Al-Barzanji dengan bagus. Falsafah ini menjadi
memandang ras atau agamanya. semangat bagi masyarakat Bawean untuk belajar
Masyarakat Bawean mempunyai bangunan pencak Bawean dengan tekun sejak usia dini. Ilmu
khas rumah panggung yang terletak di depan kanan agama juga dipelajari sejak dini. Ini dapat dilihat
atau kiri rumah. Bentuknya seperti gubuk yang dari dominannya lembaga pendidikan agama, baik
disebut Dhurung Bawean. Bangunan ini awalnya tingkat dasar, menengah, ataupun perguruan tinggi
beratapkan daun ilalang atau ijuk, namun saat ini agama ada di Bawean. Ini sesuai dengan tuntunan
sudah berubah menjadi seng atau genteng. Di bawah ajaran Islam bahwa orang Islam wajib menuntut
atap ada ruang yang biasanya untuk meletakkan ilmu, baik ilmu lahir mapun bathin. Kewajiban ini
hasil-hasil pertanian seperti padi, jagung, dan lain- tidak mengenal usia tetapi dari kandungan sampai
lain. Kurang lebih 1 m dari tanah dibuat alas tempat liang lahat. Selain itu, tuntunan yang berisi bahwa
duduk. Disitulah awalnya, apabila ada tamu datang kalau ingin berhasil hidup di dunia maka dengan
maka diterima di Dhurung Bawean yang telah ada ilmu, kalau ingin berhasil hidup di akhirat maka
hampir di setiap rumah. Di dekat Dhurung, ada dengan ilmu dan kalau ingin kedua-duanya, maka
juga tungku untuk memasak sehingga sajian yang dengan ilmu (hadis).
dihidangkan langsung bersala dari api yang masih Falsafah yang bernuansa ajaran agama
hangat rasanya. Kegunaan lain, dari api tersebut tersebut menjadikan masyarakat di Kec. Sangkapura

138 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 1 Juni 2015


dan Tambak Gresik berkemauan keras untuk revitalisasi kearifan lokal dalam berbagai bentuknya
membuktikan bahwa mereka berhasil ketika menjadi agenda yang mendesak untuk menjaga
merantau dengan segala persiapan lahir dan batin. keseimbangan kehidupan masyarakat. Dari uraian
Keberhasilan ini didukung oleh solidaritas warga di atas, dapat dipahami bahwa kearifan lokal yang
yang merantau terlebih dulu. ada di Bawean Kab. Gresik, yaitu di Kec. Sangkapura
Ketika ada warga Bawean merantau, biasanya dan Tambak, antara lain: pengantin amaen, pencak
akan ditampung dalam suatu keluarga yang sudah Bawean, perayaan Maulud Nabi Muhammad saw.,
berada di perantauan. Keluarga dalam arti mereka budaya merantau, dan berbagai jenis kesenian Islam.
yang sudah berumah tangga dan mempunyai Kearifan lokal dalam berbagai bentuknya tersebut
tempat tinggal ataupun perkumpulan dari orang- mempunyai nilai kerukunan antara lain: sikap saling
orang Bawean di pearantauan. Bahkan di Singapura, menghormati, bernilai kerja sama, memfasilitasi
orang Bawean mempunyai pondok tempat dalam pemenuhan kebutuhan, sikap saling percaya,
berkumpul. Pondok ini digunakan untuk tempat sikap tolong menolong, sikap toleransi, dan segala
tinggal warga Bawean yang baru datang. Mereka persoalan dapat diselesaikan dengan baik.
akan menanggung segala keperluan hidup sampai
pendatang tadi mulai mandiri. Begitu seterusnya, UCAPAN TERIMA KASIH
sehingga tidak terjadi orang Bawean tidak eksis di Tulisan ini hadir atas dukungan dari berbagai
daerah perantauan. Selain itu, semangat dan kerja pihak. Saya mengucapkan terima kasih kepada
keras yang menjadi mereka berhasil di luar kampung keluarga besar Balai Penelitian dan Pengembangan
halaman (Wawancara Ikbal, 22/05/2014). Sejalan Agama Semarang, Kepala Kantor Kementerian
dengan tradisi itu, Suryadi (2012: 70) menyatakan Agama Kabupaten Gesik, informan baik saat
bahwa aspek etos kerja yang berlandaskan ajaran maupun pasca lapangan seperti Ikbal (kemenag),
agama (Islam) sebagai pendorong dan motivator Amin (KUA Sangkapura), Ali (KUA Tambak),
dalam melaksanakan bermacam-macam kegiatan Hanafi, Ghofar, Idea Riseta P, Mibtadin dan lain-
untuk mencapai target yang dicita-citakan dan, lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tidak
bahkan sebuah bentuk panggilan bagi dan tantangan lupa terima kasih kepada motivator setia Prihatini
dalam pemanfaatan lingkungan laut sekitar pulau Sulistyaningsih (istri), Nazalia Rosadanti Hanan
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan ‘Adila dan Hanifa Rosadanti Adnani (anak). Juga
warga masyarakat pulau lainnya. kepada tim al-qalam yang mengapresiasi tulisan ini.
Selain itu, pada saat seseorang berangkat Semoga Allah Swt membalas semua kebaikannya.
merantau ada budaya ngater anteraken yang masih Amin
berlangsung. Masyarakat akan mengantar calon
perantau sampai dermaga pelabuhan. Pengantar DAFTAR PUSTAKA
sangat banyak sehingga dermaga dipenuhi ribuan Abdullah, Irwan. dkk. (ed.). 2008. Agama dan
pengantar. Mereka berangkat dengan bersepeda Kearifan Lokal dalam Tantangan Global.
motor, mobil pick-up, dan lain secara beriringan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rasa solidaritas dan kebersamaan ini menjadikan Ali, Mursyid (ed.). 2009. Pemetaan Kerukunan
kontak sosial di antara masyarakat sehingga dapat Kehidupan Beragama di Berbagai Ddaerah
mempererat hubungan di antara warga yang pada di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan
akhirnya akan menguatkan ikatan persaudaraan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
secara luas. Departemen Agama.
BPS, 2013. Gresik dalam Angka Tahun 2013. Gresik:
PENUTUP BPS Kabupaten Gresik.
Gresik merupakan Kota Santri dengan rasa Departemen Agama RI. 1989. Pedoman Dasar
kota budaya, yang mempunyai berbagai macam Kerukunan Umat Beragama. Jakarta:
tradisi dan adat. Seperti masyarkat lain, Bawean Sekretariat Jenderal Departemen Agama
memiliki kearifan lokal yang masih bisa untuk Republik Indonesia.
dipertahankan dan patut dilestarikan karena Hendrajaya, Lilik. dkk. 2010. Ragam Konflik di
msih fungsional dan sesuai dengan tuntutan Indonesia: Corak Dasar dan Resolusinya.
perkembangan zaman. Beberapa seni, adat, dan Badan Penelitian dan Pengembangan
keudayaan Bawean dipandang sebagai kearifan Kementerian Pertahanan kerjasama
lokal yang masih dijadikan acuan (frame) dalam dengan Kementerian Riset dan Teknologi.
mengarungi kehidupan sehari-hari. Maka, diperoleh dari: http://km.ristek.go.id/assets/

Nilai-Nilai Kerukunan Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Bawean Gresik - Rosidin | 139
files/RAGAM%20KONFLIK%20DI%20 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
INDONESIA.pdf, diakses 14 Januari 2014. Kualitatif, dan R&D (cet. 12). Bandung:
Jati, Wasisto, Raharjo,. 2013. “Kearifan Lokal Alfabeta.
sebagai Resolusi Konflik Keagamaan”. Jurnal Sutopo, Harbertus. 1988. Pengantar Penelitian
Walisongo Vol. 21 Nomor 2, November 2013 Kualitatif. Dasar-dasar Teoretis dan Praktis,
Moleong, Lexy P. J. 2002. Metodologi Penelitian Surakarta: Pusat Penelitian UNS.
Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2003. Metodologi
Mustakim. 2010. Gresik Dalam lintasan Lima Zaman Penelitian Sosial Agama, Bandung: Remaja
Kajian Sejarah Ekonomi, Politik, Sosial, dan Rosdakarya.
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Eureka. Suryadi, M. “Tipe Kesantunan Tuturan Jawa pada
Neuman, W Lawrence. 2013. Metodologi Penelitian Masyarakat Jawa Pesisir” Kajian Linguistik
Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, dan Sastra. Vol. 24, No. 1, Juni 2012.
edisi 7. Diterjemahkan oleh Edina T Sofia. Thohir, Mudjahirin. 2005. Kekerasan Sosial di Pesisir
Jakarta: Indeks. Utara Jawa. Semarang: Lengkongcilik Press
Rachman, Patji Abdul. 2010. “Strategi Bertahan bekerjasama dengan Puslit Sosial Budaya
Hidup Pada Masyarakat Pulau Kecil dan Lemlit UNDIP.
Terpencil Pulau Perbatasan dan Pulau Wisnumurti, AA G Oka. Mengelola Nilai Kearifan
Sengketa: Studi Etnografi Budaya”. Laporan Lokal dalam Mewujudkan Kerukunan
Akhir Program Insentif Peningkatan Umat Beragama. Satu Tinjauan Empiris-
Kemampuan Peneliti dan Perekayasa Sosiologisdikases dari alamat web: http://
LIPI Kementerian Riset dan Teknologi Di www.yayasankorpribali.org/artikel-dan-
Lingkungan LIPI. Jakarta: Pusat Penelitian berita/59-mengelola-nilai-kearifan-lokal-
Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga dalam-mewujudkan-kerukunan-umat-
Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-LIPI). beragama.html, diakses 13 Januari 2014
Saidi, Anas. 2006. Bahan Workshop Pengembangan _______. 2013. Potensi dan Produk Unggulan.
Penelitian Non-Positivistik Bagi Dosen-Dosen Berani Bersaing dalam Pasar Global.Gresik:
PTAI Se-Indonesia, Wisma Haji Armina Bag. Adm. Perekonomian Sekda Kab. Gresik.
Donohudan Boyolali, P3M STAIN Surakarta-
Ditjen Binbaga Islam Depag RI

140 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 1 Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai