Anda di halaman 1dari 12

1

Available online at Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan


http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/dakwah
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan, 24 (1), 2020, 1-12

Harmoni dalam Perbedaan


Komunikasi Antarbudaya Pada Masyarakat Transmigran
di Kampung Bali Kabupaten Musi Rawas
Rama Wijaya K.W, Wawan Sopyan
Sekolah Tinggi Agama Islam Bumi Silampari Lubuklinggau, Indonesia
aldiscooter7@gmail.com

Abstract
The people of South Sumatra are very diverse in terms of culture, language, and
religion. This article is aimed to explore the portrait of religious harmony between
Hindus who are mostly Balinese and Muslims who are actually indigenous people
(of Musi Rawas) and Javanese in Kampung Bali, Musi Rawas, South Sumatra. The
method of this research is qualitative, and this type of research is phenomenology.
One of the research findings is a variety of factors that support the realization of
harmony among religious people in Kampung Bali: first, cultural factors; second,
social interaction and dialogue between religious leaders of Hinduism and Islam;
third, figures who engage in the social environment; fourth, the bond of a religious
collaboration to meet the needs of life.
Keywords: harmony, communication, transmigrants

Abstrak
Masyarakat Sumatera Selatan sangat beragam dalam hal budaya, bahasa, dan
agama. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi potret kerukunan umat
beragama antara umat Hindu yang sebagian besar orang Bali dan Muslim yang
merupakan masyarakat asli (Musi Rawas) dan Jawa di Kampung Bali, Musi
Rawas, Sumatera Selatan. Metode penelitian ini adalah kualitatif, dan jenis
penelitiannya adalah fenomenologi. Salah satu temuan penelitiannya adalah
berbagai faktor yang mendukung terwujudnya kerukunan umat beragama di
Kampung Bali: pertama, faktor budaya; kedua, interaksi sosial dan dialog antara
pemuka agama Hindu dan Islam; ketiga, tokoh yang terlibat dalam lingkungan
sosial; keempat, ikatan kolaborasi agama untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kata kunci: harmoni, komunikasi, transmigran

Permalink/DOI: http://doi.org/10.15408/dakwahv24i1.15485

DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020


2

Pendahuluan perimbangan antara kekuatan


Wilayah Negara Kesatuan integratif dan disintegratif dalam
Republik Indonesia (NKRI) sistem sosial.[2]
merupakan kepulauan yang Harmoni adalah kesatuan hati dan
terbentang dari Sabang sampai sepakat untuk tidak menciptakan
Marauke. Ribuan pulau perselisihan dan pertengkaran serta
membentuk keragaman budaya, kemampuan dan kemauan untuk hidup
suku agama, ras, dan golongan. berdampingan dan bersama-sama
Keragaman agama telah diatur dengan damai dan tentram.[3]
dalam UUD 1945 pasal 28E ayat 1 Pemerintah memegang peran
yang berbunyi :[1] “Setiap orang penting dalam pembinaan kerukunan
bebas memeluk agama dan antar umat/komunitas beragama.
beribadah menurut agamanya, Pemerintah hendaknya terus membina
memilih pendidikan dan keserasian dan keselarasan antar
pengajaran, memilih pekerjaan, pemeluk agama, antara lain dengan
memilih kewarganegaraan, memilih saling memahami dan menghargai tugas
tempat tinggal di wilayah Negara masing-masing dalam rangka
dan meninggalkannya serta berhak membangun masyarakat dan bangsa
kembali” Keragaman agama di tengah Indonesia yang beragama.[4]
masyarakat tidak lantas menimbulkan Kerukunan umat beragama
ketegangan dan konflik antar umat merupakan modal sosial terpenting untuk
beragama. Masyarakat Indonesia tetap menjaga keutuhan bangsa. Karena itu tak
aman dan damai hidup berdampingan ada toleransi untuk diskriminasi,
dalam perbedaan. intimidasi dan provokasi yang
Agama merupakan salah satu merongrong kerukunan umat beragama.
faktor pendorong bagi dinamika Dalam pembinaan keselarasan antar
interaksi sosial manusia. Keyakinan umat beragama di tengah komunitas
agama dapat membuka ruang sosial tertentu, para pendakwah dapat
dan dialog antar masing-masing menggunakan dialek bahasa dan budaya
pemeluknya. Ruang sosial tersebut lokal untuk pesan-pesan perdamaian. The
kemudian mempengaruhi pola language dialect in the preaching
interaksi sosial antara umat communication of the preachers contain
beragama. Terkait dengan hal primordial thoughts and local values
tersebut Cliffort Geertz (social values) of the local community. In
sebagaimana yang kutip oleh this way, they use them as media, tools, or
Nashir memandang bahwa agama means to communicating the message to
tidak hanya memainkan peranan the community.[5]
integratif dan menciptakan harmoni Dalam kasus-kasus tertentu
dalam kehidupan, tetapi juga menjadi relasi umat beragama masih terjangkit
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020
3
gejala ketegangan dan perselisihan dasarnya menunjukkan bahwa agama umat
sekalipun pemerintah telah turut Islam adalah agama yang satu dalam
hadir dalam menyelesaikan prinsip-prinsip usulnya: tiada perbedaan
perselisihan tersebut, sebagaimana dalam aqidahnya, walaupun dapat
diatur dalam UUD 1945 pasal 29 berbeda-beda dalam rincian (furu')
ayat 2 yang berbunyi : “ Negara ajarannya.
menjamin kemerdekaan tiap Sedangkan melalui implementasi dari
penduduk untuk memeluk ajaran Kitab Suci Veda serta makna filosofi
agamanya masing- masing dan dari Tri Hita Karana, umat Hindu
untuk beribadah menurut agamanya diarahkan untuk senantiasa berupaya
dan kepercayaannya itu”[6]. menjalin hubungan harmonis antarumat
Kenyataan tersebut memberi beragama. Kehidupan manusia sebagai
peringatan bahwa konflik dan makhluk sosial tidak bisa dilepaskan dari
ketegangan antar agama merupakan keberadaan manusia-manusia lainnya
kemungkinan yang bisa saja terjadi. untuk saling membantu dan bahu
Yang jelas, setiap agama selalu membahu demi terciptanya persatuan dan
menanamkan sikap atau tindakan kesatuan yang kokoh. Dengan demikian
perdamaian dan toleransi. Umat Islam setiap perbedaan yang ada di dunia
sebagai umat mayoritas seyogianya hendaknya dijadikan alat pemersatu,
berada di garda depan dalam membina karena dalam konsep Hindu, segala bentuk
solidaritas dan pluralisme agama. perbedaan adalah berasal dari Tuhan Yang
Persatuan dan kesatuan Maha Esa untuk memberi warna pada
merupakan salah satu prinsip ajaran kehidupan manusia agar kehidupan
Islam. Alquran mengajarkan umat manusia menjadi lebih indah.[9]
Islam untuk menjalin persatuan dan Kenyataan ini sudah barang tentu
kesatuan sebagaimana difirmankan harus dicatat sebagai modal sosial budaya
Allah : yang akan mengantarkan bangsa ini
“Sesungguhnya (agama tauhid) sebagai bagian dari komunitas penduduk
ini adalah agama kamu semua; dunia dengan keberagaman beragama.
agama yang satu dan Aku adalah Keragaman masyarakat memeluk agama
Tuhanmu, maka sembahlah aku”. [7] tertentu tak hanya berada dalam satu
Dalam ayat lain : pulau atau satu provinsi saja. Hampir
Sesungguhnya (agama tauhid) ini seluruh pulau, provinsi dan kota-
adalah agama kamu semua; agama kabupaten di Indonesia penduduknya
yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, hidup berdampingan secara rukun dan
maka bertakwalah kepada-Ku”.[8] damai dalam keragaman agama. Fenomena
Ri Kata agama dalam ayat tersebut ini memang sudah terbentuk sejak nenek
dikaitkan dengan tauhid sehingga umat moyang bangsa Indonesia yang berfikir
yang dimaksud adalah pemeluk agama terbuka terhadap budaya dan agama yang
Islam. Sehingga ayat tersebut pada datang ke Indonesia. Keragaman agama
juga mewarnai kehidupan masyarakat
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020
4
sumatera selatan. Sama halnya dengan (suku asli Musirawas) dan suku Jawa.
provinsi lain, masyarakat sumatera Dengan begitu tulisan ini akan
selatan yang sangat beragam baik dari memaparkan bagaimana kondisi
budaya, bahasa, dan agamanya tersebut masyarakat yang hidup berdampingan
hidup berdampingan saling tolong dalam keberagaman baik secara suku
menolong dan bahu membahu secara maupun secara agama.
sadar sebagai satu masyarakat. set dilakukan selama satu bulan
Penulis telah melakukan riset di dimulai pada 26 Desember 2018 hingga
Kampung Bali (Dusun 7 Tri Bina) desa 26 januari 2019. Selama satu bulan
Suro Kecamatan Muara Beliti Kabupaten penulis melakukan wawancara, observasi
Musi Rawas yang penduduknya dan dokumentasi terhadap masyarakat,
berjumlah 86 kepala keluarga (KK), tokoh agama, kepala dusun dan
terdiri dari 37 kepala keluarga etnis Bali, masyarakat Transmigran di Kampung
42 kepala keluarga etnis Jawa dan Bali Kabupaten Musi Rawas. Tujuannya
6 kepala keluarga masyarakat untuk mengetahui bagaimana kondisi
pribumi. Secara keseluruhan penduduk kerukunan antar umat beragama
di dusun Suro berjumlah 225 masyarakat dan untuk mengetahui
orang. Dengan beraneka ragam etnis bagaimana upaya masyarakat untuk
dan agama yang ada, masyarakat menjaga kerukunan antar umat
Kampung Bali selalu menjaga beragama. Dalam riset ini penulis
kerukunan dengan saling merumuskan dua hal yang harus digali
menghormati, membantu dan dan dipaparkan dalam tulisan ini sebagai
memahami setiap perbedaan. berikut : bagaimana kondisi kerukunan
Riset ini dilakukan menggunakan antar umat masyarakat Transmigran di
metode deskriftif kualitatif di mana data Kampung Bali Kabupaten Musi Rawas
diambil menggunakan teknik wawancara dan bagaimana upaya masyarakat
mendalam terhadap kepala dusun, warga Transmigran di Kampung Bali Kabupaten
dewasa suku Bali, warga dewasa suku Musi Rawas untuk menjaga kerukunan
Jawa, ketua adat suku Bali yang juga antar umat beragama.
tokoh agama Hindu, ketua adat Penelitian ini menggunakan
masyarakat Jawa yang juga tokoh agama pendekatan deskriptif kualitatif dan jenis
Islam di kampung Bali tersebut. Selain penelitian ini adalah fenomenologi. Adapun
wawancara mendalam penulis juga teknik pengumpulan data yang digunakan
melakukan pengambilan data melalui dalam penelitian ini adalah wawancara,
observasi lapangan dan dokumentasi. observasi dan dokumentasi, kemudian
Riset ini bertujuan untuk menggali teknik analisis data, reduksi data, penyajian
bagaimana potret kerukunan agama dan membuat kesimpulan.
antara masyarakat pemeluk agama
hindu yang mayoritas suku Bali dan A. Metode Penelitian
masyarakat pemeluk agama Islam yang Miles dan Huberman mengemukan
notabene adalah masyarakat pribumi bahwa aktivitas dalam analisis data
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020
5
kualitatif dilakukan secara interaktif dan datang ke Kabupaten Musi Rawas kami
berlangsung secara terus menerus berjumlah 10 (sepuluh) orang. Lalu
sampai tuntas, sehingga datanya sudah membeli tanah yang secara
jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu administrasi masuk kedalam wilayah
data reduction, data display dan data Desa Suro kecamatan Muara Beliti
conclusion drawing/ verification.[10] Kabupaten Musi Rawas, Meskipun
Kondisi Kerukunan di Tengah berdekatan dengan wilayah desa Satan
Masyarakat Transmigran Kampung Bali Indah. Membuka kampung, karena
merupakan sebuah dusun yang kampung ini dihuni oleh kami yang
penduduknya beragam baik dari latar berasal dari Bali orang-orang menyebut
belakang suku maupun dari latar ini Kampung Bali padahal nama asli
belakang agama. Dari sisi suku, di dari kampung ini sebenarnya adalah
kampung Bali terdapat tiga suku yang Dusun 7 (Tujuh) Tri Bina). Selain kami
hidup berdampingan yakni suku Pribumi masyarakat Bali, dua tahun kemudian
(Masyarakat Sindang) atau biasa disebut datang juga masyarakat suku Jawa dari
dengan Wang Cul, suku Jawa dan suku terawas yang datang kesini, salah satu
Bali. tokohnya adalah pak Wakidi.”
Suku Bali merupakan pendatang, Sumber Data : Hasil wawancara dengan
begitu juga suku Jawa yang mendiami Wayan Narbe (Tokoh Hindu adat suku
kampung Bali. Meskipun suku Jawa di Bali), pada tanggal 28 Desember 2018, jam
kampung Bali bukan pendatang dari 15.30 WIB (data diolah)
pulau Jawa melainkan pendatang dari Dari hasil wawancara dapat
Kecamatan Terawas yang masih masuk dijelaskan bahwa kedatangan masyarakat
dalam wilayah kabupaten Musi Rawas. Bali untuk memilih tinggal dan menetap
Sekarang kedua suku tersebut sudah pada tahun 1992 dengan tujuan
menjadi penduduk tetap di kampung transmigrasi dan bukan untuk mengarah
Bali, karena memang sudah sejak lama pada peribadatan saja tetapi masalah
mereka masuk ke Kampung Bali dan kemanusiaan.
secara bersama juga merintis membuka Wayan Narbe juga menyampaikan
Kampung Bali. tentang bagaimana kondisi kehidupan
Wayan Narbe adalah tokoh adat beragama di Kampung Bali:
Suku Bali yang juga merupakan tokoh
Agama Hindu di Kampung Bali. Dalam “Masyarakat kampung Bali sejak dulu
wawancara, beliau menyampaikan: saat kami datang ke sini sudah hidup
“Masyarakat dusun 7 Tri Bina, berdampingan dalam perbedaan. Kami
desa suro merupakan pendatang dari ketua adat dan tokoh-tokoh agama
Pulau Bali. Awalnya mereka menetap menjalin komunikasi yang sangat baik.
di Kabupaten Musi Banyuasin. Sehingga masyarakat yang berada di
Namun mereka memilih untuk bawah naungan ketua adat dan tokoh
berpindah ke Kabupaten Musi Rawas agama juga ikut saling menghormati dan
pada tahun 1992. Saat pertama kali menghargai perbedaan.”
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020
6
yang menjadikan kampung Bali kental
Sumber Data : Hasil dengan gotong royong. Dalam
wawancara dengan Wayan Narbe (Tokoh kehidupan sehari-hari masyarakat
Hindu adat suku Bali), pada tanggal yang berbeda baik secara agama
28 Desember 2018, jam 15.30 WIB (data maupun suku ini saling menghargai,
diolah) jika ada kegiatan seperti
menikahkan anak, maupun
Dari hasil pengamatan di lapangan, syukuran. Masyarakat saling
apa yang disampaikan oleh Pak Wayan mengundang, yang ibu-ibu biasanya
Narbe tentang kerukunan Umat bantu kegiatan masak dan yang
beragama benar adanya. bapak-bapak biasanya saling
Kerukunan umat beragama di membantu mendirikan tarub,
masyarakat Kampung Bali dalam menjadi panitia dalam setiap acara-
pengamatan penulis tak lepas dari acara dusun seperti
pembangunan komunikasi yang baik peringatan hari kemerdekaan 17
antara masyarakat beragama Hindu dan agustus maupun kegiatan bersih-
masyarakat Islam. Secara tidak langsung bersih dusun.”
masyarakat kampung Bali telah berhasil Sumber Data: Hasil wawancara
membangun komunikasi yang baik dan dengan Marlina (Kepala Dusun), pada
harmonis dalam berhubungan antar umat tanggal 26 Desember 2018, jam 13.00
beragama, baik dalam tataran personal WIB (data diolah).
antar warga kampung Bali maupun antar Selain itu, kami juga berupaya menggali
kelompok keagamaan sebagai masyarakat keterangan dari Pak Wakidi selaku tokoh
yang berbeda agama. Agama Islam yang juga ketua adat suku
Kerukunan tercipta dalam kehidupan Jawa. Berkaitan dengan kerukunan umat
keseharian umat beragama yang beragama Wakidi menyampaikan :
berdampingan secara damai, toleran, “Kami umat Islam yang ada di sini
saling menghargai kebebasan keyakinan (di Kampung Bali) Alhamdulillah, tak
dan beribadah sesuai dengan ajaran pernah sedikit pun berkonflik dengan
agama yang dianut, serta adanya saudara-saudara kita yang menganut
kesediaan dan kemauan melakukan agama lain terutama masyarakat suku
kerjasama sosial dalam membangun Bali. Kuncinya adalah saling
masyarakat, membangun dusun serta menghormati dan menghargai,
muaranya adalah membangun bangsa. tenggang rasa. Kami sadari bahwa
Marlina selaku Kepala Dusun perbedaan kami dalam menganut
(Kadus) Kampung Bali dalam wawancara agama adalah anugerah. Bahkan begitu
dengan penulis menyampaikan: baiknya hubungan kami umat muslim
yang ada di sini dengan saudara-
“Perbedaan agama di Kampung saudara kami beragama Hindu, kami
Bali ini merupakan suatu saling bantu dalam hal membangun
anugerah. karena perbedaan ini rumah ibadah. Misal mereka
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020
7
memperbaiki atau membangun pure masyarakat yang baik atas dasar
kami yang muslim ikut membantu. tolong menolong, berat sama dipikul,
Dan ketika kami yang muslim ringan sama dijinjing dan jangan
bangun masjid, mereka juga gotong- berkomplot dalam berbuat dosa
royong bantu bangun masjid. Selain dan permusuhan. Kemudian itu
itu kami tokoh-tokoh agama juga diujung ayat disuruh menegakkan
sering bertemu dan berdialog.” taqwa kepada Allah swt bersama-sama.
Sumber Data : Hasil wawancara Lalu diberi ancaman kalau tidak
dengan Wakidi (Tokoh Islam adat suku menempuh jalan yang lurus siksaan
Jawa ), pada tanggal 05 Januari 2019, Allah mengancam yaitu
jam 19.45 WIB (data diolah) kesengsaraan duni dan kecelakaan
di akhirat.”[16]
Dalam Al-Quran surat al- Maidah
ayat 2 Allah perintah tolong Bahkan melukiskan pribadi Mukmin
menolong itu disampaikan sebagai Rasulullah saw. bersabda:
berikut: “Perumpamaan orang beriman itu
bagaikan lebah. Ia makan yang baik,
Dan tolong-menolonglah kamu mengeluarkan sesuatu yang baik,
dalam (mengerjakan) kebaikan dan hinggap di tempat yang baik dan
takwa, dan jangan tolong-menolong tidak merusak atau mematahkan
dalam berbuat dosa dan (yang dihinggapinya).” (HR. Ahmad, Al-
pelanggaran. Dan bertakwalah Hakim dan Al-Bazzar)[17]
kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa- Nya.[15] Upaya Masyarakat Transmigran dalam
Menjaga Kerukunan antar Umat Beragama
Ayat ini tidak dikhususkan untuk Dari hasil wawancara dengan
tolong-menolong hanya dengan sesama masyarakat, beragam faktor dipandang
muslim, namun lebih universal ia memengaruhi terwujudnya kerukunan di
memerintahkan untuk tolong-menolong Kampung Bali:
dengan sesama manusia dalam kebaikan.
Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar a. Faktor Pendukung
menjelaskan bahwa tafsir ayat ini adalah Untuk menjaga kerukunan antar umat
sebagai berikut ini: beragama, ada sejumlah faktor pendukung:
“Pangkal ayat 1 dan 2 1) Pertama, faktor budaya. Pada
mengandung seruan kepada yang umumnya masyarakat kampung Bali yang
beriman. Disuruh memenuhi janji terdiri atas Suku Pribumi, Suku Jawa dan
dan ditunjukan makanan yang halal Suku Bali cenderung bersikap terbuka,
dimakan dan disuruhkan pula mudah akrab, senang bercanda, memiliki
memelihara kesucian segala tenggang rasa (tepo seliro), lebih suka
ibadah ditanah suci. Kemudian menghindari konflik dan santun dalam
mereka disuruh pula membentuk pergaulan.
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020
8
2) Kedua, nilai-nilai agama baik kondisi kerukunan umat beragama di
Islam maupun Hindu yang kental Indonesia. Seluruh umat beragama di
melekat dalam perilaku keseharian kampung Bali turut berkontribusi dalam
pergaulan sosial. Tatanan pergaulan membangun kerukunan umat beragama di
sosial seperti itu sangat berpengaruh sana. Secara tidak langsung masyarakat
terlebih masyarakat Kampung Bali kampung Bali telah menyumbang peran
merupakan masyarakat pendatang, baik dalam pembangunan keamanan dan
dalam komunikasi yang bersifat personal kenyamanan dan ketahan nasional yang
maupun komunal. Nilai-nilai agama dan selama ini dibangun bangsa Indonesia.
besarnya pengaruh tokoh-tokoh agama Nilai-nilai religius pada masyarakat
dapat difungsikan sebagai faktor beragama Hindu maupun Islam.
pemersatu, khususnya dalam rangka Setelah mengetahui faktor
penyelesian konflik, baik di lingkungan pendukung dan upaya masyarakat
keluarga, tetangga, pertemanan, maupun kampung Bali dalam menjaga kerukunan
konflik antar kelompok sosial, intern dan umat beragama, penulis mencoba untuk
antarumat beragama. memberikan rekomendasi kepada
3) Ketiga, faktor hubungan baik pemerintah Kabupaten Musi Rawas
dan persatuan antar tokoh agama Hindu khususnya dan Indonesia umumnya
dan Islam, sehingga terjadi proses dalam hal menjaga dan meningkatkan
pendekatan untuk saling memahami dan kerukunan hidup umat beragama dan
menerima perbedaan antar kelompok keutuhan bangsa, perlu dilakukan upaya-
keagamaan, sekaligus meningkatkan upaya sebagai berikut: 1) Peningkatan
kesadaran dan kerjasama sosial untuk wawasan keagamaan masyarakat; 2)
kepentingan bersama. Meningkatkan peran FKUB 3)
4) Keempat, Peran kunci para Peningkatan efektifitas fungsi lembaga-
tokoh agama Hindu yang mewakili Tokoh lembaga keagamaan masyarakat; 4)
adat suku Bali dan tokoh agama Islam Menggalakkan kerjasama sosial
yang mewakili tokoh adat suku Jawa. kemanusiaan lintas agama, budaya dan
Keberadaan tokoh seperti ini sangat etnis 5) Memperkaya wawasan dan
membantu dalam upaya menetralisir pengalaman tentang kerukunan melalui
suasana bila terjadi konflik. kurikulum di lembaga pendidikan.
5) Kelima, ikatan persatuan
warga satu dusun dan kesadaran saling b. Faktor Penghambat
ketergantungan setiap warga dan Setiap lingkungan, komunitas, atau
kelompok sosial termasuk kelompok bangsa menginginkan hidup rukun, namun
keagamaan dalam upaya pemenuhan realitas berbicara lain. Terkadang muncul
kebutuhan hidup. permasalahan-permasalahan sepele yang
Kondisi kerukunan umat beragama dapat mengganggu relasi antar umat
dalam masyarakat Transmigran di beragama. Adapun permasalahannya yaitu :
Kampung Bali Kabupaten Musi Rawas 1) Pertama, pembangunan rumah
bisa jadi hanya sampel dari bagaimana ibadah.
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020
9
Rumah ibadah bukan semata tempat elemen masyarakat. Isu suku, agama, ras
seorang hamba atau komunitas agama dan antar golongan biasanya yang paling
tertentu beribadah kepada Tuhannya, mudah menyulut amarah orang karena
namun juga menjadi tempat berkumpul, dianggap wilayah yang tabu.
bersosialisasi, bertukar pikiran, tempat Identitas bangsa Indonesia sebagai
bertemu dengan teman atau saudara bangsa toleran sempat terkoyak akhir-
seiman, dan barangkali menjadi tempat akhir ini seiring bermunculannya aksi-
pembicaraan berbagai tema dalam aksi mulai dari ujaran kebencian
kehidupan seperti agama, politik, hingga terhadap suatu kelompok atau agama
ekonomi. Tempat ibadah juga menjadi tertentu hingga aksi radikalisme dan
simbol eksistensi bagi keberadaan suatu terorisme yang dilakukan segelintir pihak
komunitas agama tertentu di suatu yang berpotensi merusak tenunan
daerah. Namun sayangnya, pendirian kebangsaan. Toleransi kemudian seolah
rumah ibadah tidaklah semulus yang menjauh dari jati diri bangsa
dibayangkan. Konflik dengan pihak yang Indonesia.[18]
memiliki keyakinan berbeda merupakan 3) Ketiga, Politik desa Politik
fenomena yang biasa muncul terkait isu merupakan ranah yang
pendirian rumah ibadah. Isu ini pula selalu menarik masyarakat secara luas
menjadi momok bagi terciptanya untuk terlibat di dalamnya. Hal ini
toleransi antar umat beragama. Konflik dikarenakan politik mengandaikan sebuah
pendirian rumah ibadah biasanya terjadi kekuasaan dan kekuatan dalam konteks
jika dalam proses pendiriannya tidak kebijakan publik dan pemerintahan desa.
melihat situasi dan kondisi umat Karena terkait soal kekuasaan, maka
beragama dalam kacamata stabilitas mayoritas dan minoritas selalu menjadi isu
sosial dan budaya masyarakat setempat aktual dalam perebutan simpati oleh
maka akan tidak menutup kemungkinan kalangan politisi. Langkah-langkah yang
menjadi biang dari pertengkaran atau diambil selalu memperhitungkan
munculnya permasalahan umat elektabilitas terhadap posisinya. Hal inilah
beragama. yang kerap membelenggu politisi untuk
2) Kedua, Ceramah/dakwah mengambil sebuah kebijakan yang adil dan
agama. sesuai dengan nurani yang dimilikinya.
Terbukanya akses informasi Dengan kompleksitas pengalaman
membuat setiap orang dapat sejarahnya itu, nilai kebangsaan
menyebarkan berbagai rekaman ceramah Indonesia yang bersatu dalam
maupun pembicaraan yang terekam ke keanekaragaman, telah membentuk
dunia maya dan dilihat oleh banyak orang watak asli bangsa Indonesia, yaitu untuk
tanpa terbatas. Kondisi ini tidak jarang hidup toleran antar sesama. Berbeda
memicu efek negatif, jika konten yang tetapi tetap bersatu dalam kebersamaan.
tersebar bebas ke publik ternyata alih- Bersama-sama bersatu padu tetapi tidak
alih menciptakan perdamaian namun menghilangkan keanekaan. Inilah yang
justru memicu kebencian antar berbagai dirumuskan menjadi perkataan
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020
10
“Persatuan Indonesia” sebagai sila kedua menyatakan bahwa toleransi itu cukup
Pancasila. Persatuan bukanlah mensyaratkan adanya sikap membiarkan
kesatuan. Dalam persatuan ada dan tidak menyakiti orang atau kelompok
dinamika dan keanekragaman, lain baik yang berbeda maupun yang
sedangkan dalam kesatuan hanya sama. Sedangkan, yang kedua adalah
ada keseragaman yang tidak memberi penafsiran positif yaitu menyatakan
tempat pada dinamika perbedaan. bahwa toleransi tidak hanya sekedar
Karena itu, meskipun warga bangsa seperti pertama (penafsiran negatif)
menganut banyak sekali ajaran dan tetapi harus adanya bantuan dan dukungan
aliran keagamaan, tetapi bangsa terhadap keberadaan orang lain atau
Indonesia tetap hidup rukun dan kelompok lain.[20]
damai. Setiap orang biar meyakini Setelah mengetahui faktor penghambat
agamanya masing-masing tanpa harus dan upaya masyarakat kampung Bali dalam
diganggu dan dipengaruhi. Setiap menjaga kerukunan umat beragama penulis
keyakinan harus dihargai dan mencoba untuk memberikan solusi yang
dihormati tanpa harus menjadi terjadi permasalahan diatas dapat
alasan sebagai sesama anak bangsa diselesaikan dengan menjaga dan
dan sesama warganegara untuk tidak meningkatkan kerukunan hidup umat
bekerjasama, untuk bahu membahu beragama dan keutuhan bangsa, perlu
membangun masyarakat, bangsa, dan dilakukan upaya- upaya sebagai berikut :
Negara.[19] 1) Pengaturan tempat ibadah
4) Keempat, kurangnya sesuai dengan lokasi rumah masing-masing
kesadaran. yang tidak menganggu lingkungan rumah
Masih kurang kesadaran di antar sekitar yang berlainan agama terutama
umat beragama dari kalangan tertentu umat hindu yang telah melakukan
menggap bahwa agamanya yang paling pembuatan tempat ibadah didepan rumah
benar, misalnya di kalangan umat Islam masing-masing dan umat Islam yang ada di
yang dianggap lebih memahami agama sekitar harus mengerti serta
dan masyarakat Hindu menggap bahwa
di kalangannya benar. dapat melakukan runitas ibadah seperti
Pembahasan soal dampak dari biasanya di masjid, mushala sekitar
intoleransi masih bersifat sosial pemukiman.
dan universal, belum personal. Misal, 2) Ceramah/dakwah agama, harus
ketika seseorang tidak berlaku toleran laporan terlebih dahulu kepada pemerintah
terhadap orang lain yang berbeda setempat agar bisa mendapatkan izin untuk
keyakinan adakah hukuman bagi si keramaian dan tidak memaksa kepada yang
pelaku seperti halnya kepada kasus berlainan agama untuk ikut serta dalam
kriminal dalam konteks keagamaan. Hal kegiatan tersebut.
ini dikarenakan terdapat dua penafsiran 3) Politik desa, ini yang sangat
tentang konsep konsep toleransi. rentan terjadi di desa-desa yang
Pertama, penafsiran negatif yang masyarakatnya berlainan agama, agar tidak
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020
11
terjadinya hal yang inginkan aparatur
pemerintah setempat harus kolektif
dalam membangun kerukunan umat
beragama, harus dipantau ketat seluruh
pelosok desa agar calon atau masyarakat
tidak membuat hal sepeleh masalah
agama dibawah dalam pemilihan kepada
desa.
4) Kurangnya kesadaran diri
dalam masyarakat tentang kedamaian
dan kerukunan umat beragama, yang
telah diajarkan sejak dini oleh tiap
agama.

A. Kesimpulan
Kerukunan umat beragama pada
masyarakat Kampung Bali tak lepas dari
pembangunan komunikasi yang baik
antara masyarakat beragama Hindu dan
masayarakat beragama Islam. Secara
tidak langsung masyarakat kampung Bali
telah berhasil membangun komunikasi
yang baik dan harmonis dalam dinamika
interaksi antarumat beragama, baik
dalam tataran interaksi personal antar
warga kampung Bali maupun antar
kelompok keagamaan sebagai masyarakat
yang berbeda agama. Beragam faktor
pendukung kerukunan di Kampung Bali
antara lain adalah faktor budaya yang
berbeda namun saling memahami,
hubungan baik dan harmonis antar tokoh
agama, peran kunci tokoh agama dalam
menetralisir konflik seandainya terjadi,
dan ikatan kesatuan antar warga dusun.

DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020


12
DAFTAR PUSAKA membangun keutuhan Negara Kesatuan
[1] “UUD 1945 Pasal 28E Ayat Republik Indonesia (NKRI),” J. Goverment
1.” Civ. Soc., vol. 1 No.1 Apr, pp. 23– 39, 2017.
[2] A. HM, M. Mualimin, and N. [12] MUI, Kumpulan Fatwa MUI,
Nurliana, “Elit Agama Dan Harmonisasi Revisi. Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas,
Sosial Di Palangka Raya,” Khazanah J. 2018.
Stud. Islam dan Hum., vol. 16, no. 2, p. [13] Mukti, Kehidupan beragama
277, 2018, doi: dalam proses pembangunan bangsa.
10.18592/khazanah.V16i2.2337. Bandung: Proyek Pembinaan Mental
[3] Maulidia, “Strategi Agama, 1975.
Komunikasi Antar Budaya Masyarakat [14] W. Gudykunst, Theorizing
Multi Etnis Dalam Membangun about intercultural communication.
Harmonisasi (studi kasus di Desa California: Sage, 2005.
Pemenang Timur Kabupaten Lombok [15] “QS. Al-Maidah 5:2.”
Utara),” vol. 2015312104, 2015. [16] Prof Dr. Hamka, Tafsir Al
[4] D. RI, Bingkai Teologi Azhar. Singapore: Pustaka Nasional PTE
Kerukunan Hidup Umat Beragama Di LTD.
Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan [17] U. Ahli, “Tafsir Surat Al-
Pengembangan Agama Proyek maidah,”
Peningkatan Kerukunan Umat Beragama 2012.
Di Indonesia, 1997. [18] A. Khalikin and Fathuri,
[5] B. Village, L. District, and L. “Toleransi Beragama Di Daerah Rawan
Regency, “Da ’ wah Konflik,” Puslitbang Kehidupan
Communication in the Keagamaan, Jakarta, 2016.
Sundawiwitan Community,” vol. 13, no. [19] A. Jimly, “Dialog kebangsaan
April, pp. 25–38, 2019, doi: tentang ‘toleransi beragama,’” Ormas
10.15575/idajhs.V12i1.4387. Gerak. Masy. penerus bung karno, no. Di
[6] “UUD 1945 Pasal 29 Ayat 2.” Hotel
[7] “QS. Al-Anbiya 21:92.”
Borobudur, 2014.
[8] “QS. Al-Mukmin 23:52.” [20] A. Maskuri, Pluralisme agama
[9] P. S. Jayendra, “Pandangan dan kerukunan keagamaan. Jakarta:
agama hindu dalam membangun sikap Penerbit Buku Kompas, 2001.
toleransi beragama sebagai karakter
budaya bangsa Indonesia.” Seminar
Nasional, 2015.
[10] Sugiyono, Metode
Penelitian : Kualitatif, Kuantitatif dan
R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2018.
[11] Nazmudin, “Kerukunan dan
toleransi antar umat beragama dalam
DAKWAH, Vol.24, No.1, 2020

Anda mungkin juga menyukai