Anda di halaman 1dari 19

Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D.

Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X


https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

Manajemen Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Beragama Dalam Keluarga Beda


Agama Di Kelurahan Bakunase 2 Kecamatan Kota Raja
Kota Kupang Nusa Tenggara Timur

Hendrik A.E.Lao1 Yandri Y.C. Hendrik2, Lanny I. D. Koroh3, Merensian Hale4


1
Pascasarjana IAKN Kupang; 2Progdi PAK IAKN Kupang; 3Pascasarjana IAKN Kupang
4
Fakultas Teologi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
hendriklao33@gmail.com1; yandri.hendrik29@gmail.com2

Riwayat Jurnal
Artikel diterima : 2 November 2022
Artikel direvisi : 8 November 2022
Artikel disetujui : 13 November 2022

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan nilai-nilai moderasi
beragama dalam keluarga beda Agama di Kelurahan Bakunase 2 Kecamatan Kota Raja
Kota Kupang. Dengan rumusan masalah bagaimana penerapan nilai-nilai moderasi
beragama dalam keluarga beda agama? Penelitian ini menggunakan metode deskripsi
kualitatif dengan teknik wawancara terhadap 3 keluarga yang nikah beda agama. Hasil
Penelitian menunjukan antara lain: 1) Komitmen Kebangsaan, Penerapan komitmen
kebangsaan dapat menumbuhkan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat dan berbangsa; 2) Toleransi, bahwa nilai toleransi yang diterapkan dapat
menumbuhkan sikap kebersamaan dan rasa hormat dengan anggota keluarga maupun orang
lain karena perbedaan pandangan ataupun keyakinan; 3) Anti Kekerasan, bahwa nilai anti
kekerasan dalam moderasi beragama memberikan nilai untuk berpikir secara bijaksana
dan tidak fanatik terhadap satu pandangan keagamaan atau kelompok namun harus
menciptakan kebaikan dan keadilan; 4) Akomodatif, bahwa nilai akomodasi moderasi
beragama menjadi bagian terpenting untuk dapat memahami perilaku orang lain sehingga
dapat menghindari terjadinya konflik untuk mewujudkan ketersediaan menerima nilai-nilai
keagamaan dan budaya lokal untuk saling menerima satu dengan yang lainnya. Kesimpulan
bahwa Nilai komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan akomodasi merupakan
landasan dalam menciptakan keharmonisan, dan kerukunan dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat serta bernegara.

Kata Kunci : Nilai-nilai Moderasi, Keluarga, Agama


I. Pendahuluan agama. (Anderson, 1991) menjelaskan
Indonesia merupakan salah satu bahwa keberagaman menjadi kekuatan
negara yang memiliki keberagaman yang besar dari sebuah bangsa ketika mampu
unik baik budaya, suka, ras, maupun dijaga dan dipelihara dalam suatu ikatan

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 68


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

persatuan.” Oleh karena itu, segala intensitasnya, sehingga kemampuan sosial


kemajemukan dalam berbagai aspek sosial warga masyarakat dalam berinteraksi antar
tersebut yang terdapat di Indonesia manusia perlu dimiliki setiap anggota
merupakan kekayaan dan keunggulan masyarakat. Kemampuan tersebut menurut
bangsa yang tak ternilai harganya. Curtis, mencakup tiga wilayah, yaitu :
Indonesia mampu mempertahankan nilai- affiliation (kerja sama), cooperation and
nilai keberagaman yang ada sebagai resolution conflict (kerjasama dan
perwujudan negara demokrasi yang penyelesaian konflik), kindness, care and
menghargai perbedaan sebagai pemersatu affection/ emphatic skill (keramahan,
bangsa sehingga tidak menimbulkan perhatian, dan kasih sayang), (Curtis,
perpecahan. 2006).
Menurut (Anderson, 1991) Manajemen penguatan moderasi
menyatakan, “di Indonesia keberagaman beragama menjadi salah satu indikator
dan kemajemukan etnis, agama, suku, dan utama sebagai upaya membangun
ras yang seharusnya menjadi penghalang kebudayaan dan karakter bangsa. Moderasi
bergabungnya bangsa secara komprehensif beragama juga menjadi salah satu prioritas
malah menjadi pendorong kesadaran di Rencana Pembangunan Jangka
nasional untuk bersatu.” Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
Dengan demikian Indonesia dikenal Kementerian Agama. Dalam konteks
dengan bangsa yang menjaga kerukunan keIndonesiaan, moderasi beragama dapat
beragama yang ada dan menjadi contoh dijadikan sebagai strategi kebudayaan
bagi negara yang lain. Sekalipun bangsa untuk merawat Indonesia yang damai,
Indonesia sanggup menjaga kerukunan toleran dan menghargai keragaman.
tersebut yang ada, namun ada orang-orang Moderasi Beragama adalah cara hidup
yang radikal dengan keyakinan dan untuk rukun, saling menghormati, menjaga
kepercayaannya sehingga menganggap dan bertoleransi tanpa harus menimbulkan
keyakinan yang lain sebagai bentuk konflik karena perbedaan yang ada.
ancaman. Dengan penguatan moderasi beragama
Dalam masyarakat multikultural, diharapkan agar umat beragama dapat
interaksi sesama manusia cukup tinggi memposisikan diri secara tepat dalam

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 69


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

masyarakat multireligius, sehingga terjadi prinsip wasathiyah. Dalam bahasa


harmonisasi sosial dan keseimbangan Indonesia wasit mempunyai tiga
kehidupan sosial. (Publikasi | Kementerian pengertian, pertama, penengah, perantara
PPN/ BAPPENAS, 2020). Selanjutnya dalam suatu urusan. Kedua, pelerai atau
(Tim Penyusun Kementerian Agama RI, mediator, pendamai antara yang berselisih.
2019b) menjelaskan bahwa moderasi Ketiga, pemimpin di dalam sebuah
beragama berarti cara beragama jalan pertandingan, (Tim Penyusun Kementerian
tengah sesuai dengan keyakinan dan Agama RI, 2019b). Sebagaimana moderasi
kepercayaannya dan tidak menjalaninya beragama dijelaskan (Indonesia (Ed.),
secara berlebihan atau ekstrim. Moderasi 2019) berarti cara beragama jalan tengah
beragama dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan moderasi beragama,
majemuk menjadi hal yang penting dalam seseorang tidak ekstrem dan tidak
menjalankan keberagaman yang ada di berlebih-lebihan saat menjalani ajaran
Indonesia. Moderasi membentuk karakter agamanya namun harus saling menghargai
bangsa untuk hidup saling menghargai, perbedaan yang ada sebagai kekayaan yang
menghormati antar setiap manusia dengan harus dimiliki, hal ini harus diajarkan pada
latarbelakang yang berbeda seperti, agama, generasi mudah karena generasi muda
suku, budaya dan kelompok sosial. merupakan agen penerus bangsa,
Pengertian moderat secara umum yakni sebagaimana diungkapkan oleh Generasi
mengunggulkan kesetaraan dalam hal muda penerus bangsa merupakan sasaran
kepercayaan, moral, dan watak ketika empuk bagi agen-agen propaganda radikal
memandang orang lain sebagai seorang dan intoleransi dalam beragama,
individu atau sebuah kelompok, maupun (Purwanto, 2019). Maka untuk
ketika berhadapan dengan institusi negara. menghindari persoalan demikian, perlu
Dalam bahasa Arab, moderasi disebut mengaplikasikan nilai-nilai moderasi
dengan kata wasath atau wasathiyah, yang beragama sebagaimana dijelaskan oleh
bermakna sama dengan kata tawassuth kementerian Agama Republik Indonesia
(tengah-tengah), I‟tidal (adil) dan tawazun dengan empat indikator moderasi
(berimbang). Dan wasith merupakan beragama di Indonesia yang dirumuskan
sebutan untuk seseorang yang menerapkan oleh Kemenag RI. Empat indikator

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 70


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

tersebut, meliputi komitmen kebangsaan, menjalani kehidupan yang harmonis. Lebih


toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif lanjut (Lao & Tari, 2021) menjelaskan
terhadap tradisi lokal (Indonesia (Ed.), Keluarga merupakan komunitas terkecil
2019). Terhadap indikator moderasi dalam masyarakat. Keluarga berfungsi
beragama yang sudah ditetapkan maka untuk memperkuat solidaritas, sosial
dalam konteks keluarga yang berbeda penanaman budaya, kerjasama ekonomi
agama, apakah fungsi religius dari keluarga dan pengisian kebutuhan psikologi
sudah berjalan dengan baik untuk termasuk didalamnya perkawinan.
membangun komitmen kebangsaan secara Fungsi religius dari keluarga adalah
bersama, menjaga toleransi terhadap sebagai wadah menumbuhkan nilai-nilai
anggota keluarga yang berbeda agama, agama dengan cara memberi bimbingan,
tidak melakukan tindakan kekerasan dan pemahaman dan praktek dalam
akomodati terhadap tradisi lokal. kehidupan (Juwono, 2019). Peran orang
Sehingga kehadiran moderasi tua dalam memberikan bimbingan
beragama untuk dapat menengahi antara kepada anak tentang prinsip-prinsip yang
kedua belah pihak supaya tidak terjadi perlu dipegang dalam agama, orang tua
kesalahpahaman dalam berinteraksi dapat memberi pemahaman kepada anak
terutama interaksi dalam keluarga yang tentang toleransi kepada pemeluk agama
menikah beda agama. Menurut Murdock yang berbeda dan orang tua dapat
dalam (Lestari, 2012) keluarga memiliki menunjukkan teladan dalam
karakteristik tertentu seperti tinggal melaksanakan praktek agama yang
bersama, terdapat kerja sama ekonomi dan dianut.
terjadi proses reproduksi dan juga terdapat Berdasarkan teori di atas, maka yang
interaksi atau komunikasi antara anggota menjadi research gap dalam penelitian
keluarga. Komunikasi menurut (Dunst, yaitu
C.J., & Trivette, C.M., & Deal, 1998) 1. Penelitian dari (Lao & Ezra, 2021)
merupakan arah kemampuan keluarga dan dengan Judul: Pola Komunikasi
anggotanya merancang dan Interpersonal bagi keluarga beda
mengembangkan pola-pola interaksi sosial agama di Kecamatan Kota Raja, Kota
baik di dalam maupun di luar untuk dapat Kupang dengan hasil: komunikasi

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 71


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

interpersonal merupakan komunikasi mengembangkan nilai-nilai agama


antar-individu atau antar kelompok. yang moderat dalam keluarga.
Komunikasi interpersonal akan lebih 3. Penelitian dari (Purwanto, 2019)
efektif bila suasananya setara. Artinya, dengan Judul: Internalisasi Nilai
harus ada pengakuan secara diam- Moderasi melalui pendidikan Agama
diam bahwa kedua pihak sama-sama Islam di Perguruan Tinggi Umum
bernilai dan berharga. Suami dan istri dengan Hasil: Metode internalisasi
mempunyai sesuatu yang penting dilakukan melalui tatap muka dalam
untuk disumbangkan. Dalam suatu perkuliahan, tutorial, seminar dan yang
hubungan interpersonal ditandai oleh semisalnya. Evaluasinya dilakukan
kesetaraan, tidak sependapatan dan melalui screening wawasan keislaman
konflik lebih dilihat sebagai upaya secara lisan dan tertulis secara laporan
untuk memahami perbedaan. berkala dari dosen dan tutor.
Komunikasi ini membantu dalam hal 4. Penelitian dari (Syam, Nia Kurniati,
menghindari dan mengurangi berbagai Syatibi, Arifin, Day, 2015) dengan
permasalahan, serta dapat berbagi Judul: Simbol-simbol dalam
pengetahuan dan pengalaman terhadap Komunikasi Keluarga Beda Agama.
anggota keluarganya. Hasil Penelitian: Peran komunikasi
2. Penelitian dari (Haryani, 2019) dengan antarpersona yaitu dalam keluarga
Judul: Pendidikan Moderasi beragama berbeda agama tidak terlepas dari
untuk Generasi Milenial Studi Kasus inisiasi, eksperimen, intensifikasi,
“Lone Wolf’ pada anak di Medan. integrasi, ikatan dan peran efektivitas
Hasil Penelitian: menyimpulkan komunikasi yang baik seperti saling
bahwa tindakan kekerasan agama oleh mendukung, empati, objektif dan
anak-anak dimotivasi oleh ajaran kesamaan. Makna simbol dalam
radikalisme yang dibaca di internet. komunikasi keluarga beda agama yaitu
Selain itu, orang tua perlu tentang bahasa, ritual, hari-hari besar,
meningkatkan kewaspadaan dampak makanan, pakaian. Faktor pendukung
negatif teknologi dan membangun yaitu saling menghormati, mengayomi,
lebih banyak kebersamaan dengan dan toleransi, bekerjasama gotong

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 72


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

royong. Faktor penghambat dapat menjadi pemersatu keluarga dan juga


komunikasi antarpersona dalam sebagai pemersatu bangsa.
keluarga beda agama, yaitu Dari uraian teori, research gap dan
menghindari pembicaraan mengenai fenomena gap tersebut membuat peneliti
keyakinan, kebebasan pendidikan tertarik untuk melakukan penelitian tentang
agama anak. Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Beragama
Berdasarkan research gap di atas dalam Keluarga beda Agama di Kecamatan
ternyata masih ada kesenjangan atau Kota Raja Kota Kupang Nusa Tenggara
perbedaan-perbedaan hasil penelitian Timur.
seperti masih ada keluarga yang mencoba Metode Penelitian
untuk menghindari untuk membicarakan Penelitian ini dilaksanakan dengan
perbedaan-perbedaan keyakinan yang ada memakai pendekatan kualitatif dengan
dalam keluarga. metode deskriptif untuk mendapatkan
Hal tersebut di atas menjadi sebuah gambaran berupa perilaku, persepsi dan
fenomena yang terjadi di Kecamatan Kita tindakan yang dialami subjek penelitian
Raja Kota Kupang Nusa Tenggara Timur, (Moleong, 2006). Teknik pengumpulan
bahwa dalam keluarga yang menikah beda data yang digunakan dalam penelitian
agama ternyata masih ada juga keluarga adalah wawancara untuk mendapatkan data
yang belum berani mengajarkan nilai-nilai empiris dari masalah penelitian. Metode
moderasi beragama kepada anak-anak wawancara digunakan untuk mendapatkan
dalam keluarga dikarenakan orang tua informasi untuk tujuan penelitian dengan
masih belum mampu menerapkan nilai- teknik tanya jawab antara pewawancara
nilai moderasi tersebut dalam keluarga dengan narasumber atau orang yang
secara baik. Kadang-kadang salah satu dari diwawancarai, dengan atau tanpa pedoman
orang sering menyinggung perbedaan yang wawancara (Emzi, 2012). Analisis data
ada terjadi disebabkan karena menikah yang dipakai berupa reduksi, penyajian
secara paksa oleh orang tua mereka. data dan analisis data.
Namun ada juga keluarga yang sudah II. Pembahasan
perlahan-lahan mengajarkan tentang Dalam penelitian ini akan diuraikan
bagaimana nilai-nilai moderasi beragama hasil penelitian yang telah dilakukan

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 73


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

tentang nilai-nilai moderasi beragama yang baik. Pendapat tersebut didukung oleh
terdiri dari: keluarga (wawancara dengan keluarga Into
Komitmen Kebangsaan Para, 22 Januari 202) bahwa komitmen
Berdasarkan hasil wawancara kebangsaan adalah bentuk sikap saling
dengan 3 orang keluarga yang nikah beda mencinta dan menghargai perbedaan-
agama di Kecamatan Kota Raja Kota perbedaan yang ada sebagai keragaman
Kupang Nusa Tenggara Timur, bagi yang memperkaya pengetahuan dan
keluarga (Wawancara dengan keluarga wawasan seseorang dalam bergaul dan
Viktor Mata, 20 Januari 2022) komitmen berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga
kebangsaan yang mereka jalani dalam tidak menjadi orang eksklusif atau tidak
keluarga adalah sikap saling menghargai mau bergaul dengan yang lainnya.
satu dengan yang lain sekalipun sebagai Berdasarkan hasil wawancara di
suami dan istri berbeda agama namun atas maka dapat disimpulkan bahwa
komitmen kebangsaan dan cinta tanah air komitmen kebangsaan sebagai sikap saling
harus tetap diajarkan kepada anak-anak menghargai dan cinta akan perbedaan
mereka. Sehingga anak-anak mereka sebagai bentuk keanekaragaman dari
menjadi orang tahu menghargai perbedaan kekayaan budaya, suku, agama dan ras
karena bangsa Indonesia beragam suku, yang ada di Indonesia yang harus
agama dan budaya. Sedangkan hasil dipertahankan dan menjadi ciri khas
wawancara dengan keluarga (Wawancara bangsa Indonesia di mata dunia.
dengan keluarga Lifing Bano, 21 Januari Bangsa Indonesia adalah bangsa
2022) mengungkapkan bahwa bagi mereka yang memiliki keberagaman dari berbagai
komitmen kebangsaan adalah sebuah sikap aspek dan memiliki masyarakat majemuk.
saling menghargai satu dengan yang lain, Sebagai bangsa yang mempunyai
sikap saling menghargai harus dimulai dari masyarakat yang majemuk maka perlu
dalam keluarga. Sehingga semua anggota komitmen kebangsaan. Moderasi harus
keluarga belajar menghormati perbedaan dipahami ditumbuh kembangkan sebagai
yang ada dan tidak menjadi orang yang komitmen bersama untuk menjaga
radikal terhadap keyakinan yang dianutnya keseimbangan yang komprehensif dalam
dan menganggap keyakinan yang lain tidak semua lini kehidupan sosial, apapun suku,

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 74


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

etnis, budaya, agama, dan pandangan pernikahan beda agama hal itu disebabkan
politiknya mau saling mendengarkan satu orang pribumi mempunyai hukum dan
sama lain serta saling belajar melatih sistem hukum. Berdasarkan kenyataan itu,
kemampuan mengelola dan mengatasi pemerintah kolonial membuat kebijakan
perbedaan di antara mereka sehingga hukum yang memberi kewenangan kepada
menumbuhkan keharmonisan, (Akhmadi, lembaga kehakiman tradisional
2019). Dalam upaya mewujudkan (kepenghuluan) maka perlu ada lembaga
keharmonisan hidup berbangsa dan yang dapat memberikan pemahaman yang
beragama, maka membutuhkan moderasi benar tetang moderasi beragama. Hal ini
beragama, yaitu sikap beragama yang senada dengan penelitian (Sutrisno, 2019)
sedang atau di tengah-tengah dan tidak bahwa untuk menerapkan moderasi
berlebihan. Tidak mengklaim diri atau beragama dimasyarakat multikultural yang
kelompoknya yang paling benar, tidak perlu dilakukan adalah menjadikan
menggunakan legitimasi teologis yang lembaga pendidikan sebagai basis
ekstrem, tidak menggunakan paksaan laboratorium moderasi beragama dan
apalagi kekerasan, dan netral dan tidak melakukan pendekatan sosio-religius
berafiliasi dengan kepentingan atau dalam beragama dan bernegara.
kekuatan tertentu, (Fahrudin, 2019). Hal ini Berdasarkan hasil penelitian dan
didukung dengan hasil penelitian (Iftidah, pendapat teori maupun hasil penelitian
2018) dengan judul Pengaruh Pemahaman terdahulu yang relevan yang mendukung
Keagamaan Masyarakat Desa Dempet maka dapat disimpukan bahwa penerapan
Terhadap Pola Relasi Suami Istri Bekerja komitmen kebangsaan dapat
bahwa perlu adanya pemahaman agama menumbuhkan keharmonisan dalam
ini mengakibatkan beberapa dampak kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan
terhadap pola relasi suami istri bekerja dan berbangsa.
memiliki nilai komitmen kebangsaan, Toleransi
yakni terjadinya pemahaman keagamaan Adapun hasil wawancara berkaitan
masyarakat yang bersifat konservatif dan dengan toleransi beragama bagi keluarga
bersifat moderat. Menurut hasil telaah yang beda agama bahwa menurut keluarga
(Kosasih, 2021) mereka meyakini bahwa (wawancara dengan keluarga Viktor Mata,

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 75


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

20 Januari 2022) toleransi menjadi bagian saya mengajarkan hal tersebut kepada
yang terpenting dalam kehidupan anggota keluarga agar mereka menjadi
bermasyarakat terutama dalam keluarga, pribadi yang tahu menghargai perbedaan.
maka perlu diajarkan kepada seluruh Berdasarkan hasil wawancara diatas
anggota keluarga arti sebuah toleransi dapat disimpulkan bahwa toleransi dalam
untuk mewujudkan moderasi beragama. keluarga beda agama sebagai
Sedangkan menurut keluarga (wawancara impelementasi nilai-nilai moderasi
dengan keluarga Lifing Bano, 21 Januari beragama sudah dijalankan dengan baik,
2022) memiliki pengaruh yang sangat baik sebab setiap anggota keluarga saling
baik anggota keluarga karena masyarakat menghargai dan menghormati antara
kita terdiri berbagai latar belakang ras, semua anggota yang ada. Hal demikian
agama dan juga budaya serta tingkat sosial harus dipertahankan dan menjadi contoh
yang berbeda-beda, sehingga sebagai bagi keluarga yang lain.
kepala keluarga selalu mengajarkan kepada Toleransi dalam kehidupan
semua anggota keluarga untuk saling berumah tangga menjadi hal yang sangat
menghargai dan menghormati kepada penting untuk menjaga keharmonisan
siapapun yang berbeda latar belakang. Dan berkeluarga. Penelitian (Safitri, 2020)
bersyukur dalam rumah tangga saya baik- menemukan bahwa pengaruh toleransi
baik saja sekalipun saya dan istri berbeda dalam keluarga memiliki dampak yang
keyakinan, bahkan anak-anak bebas sangat signifikan terhadap pertumbuhan
memiliki keyakinan sesuai dengan pilihan dan perkembangan karakter anak.
hati nurani mereka. Pendapat ini sejalan Pendidikan di keluarga yang utama karena
dengan hasil wawancara dengan keluarga ayah dan ibu memegang peran penting
(Wawancara dengan keluarga Into Para, 22 untuk mendidik anak sehingga bertumbuh
Januari 2022) yang mengatakan toleransi dengan karakter baik, keluarga menjadi
yang diajarkan selama ini dalam rumah tempat yang efektif untuk mengajarkan
tangga saya adalah harus mampu saling nilai dasar dan karakter anak. Menurut Ki
menghargai dan menghormati setiap orang Hajar Dewantara, lingkungan keluarga
yang memiliki budaya, ras, agama dan cara bertanggung jawab untuk pendidikan budi
pandang yang berbeda dari kami. Tujuan pekerti dengan menekankan proses

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 76


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

pembentukan moral (Roesminingsih, MV Solusi Menangkal Gerakan Radikalisme


dan Susarno, 2016). Moral yang baik dan Ekstrimisme menciptakan suasana
menghasilkan toleransi yang baik, yang toleran, damai dan harmonis di
penelitian (M. Islahuddin Misbah, Achmad tengah kehidupan yang serba multiagama
Yusuf, 2019) pendidikan toleransi dan multikultural. Hal seperti perlu adanya
beragama merupakan solusi terbaik untuk penerapan nilai-nilai agama secara
menyelamatkan konflik yang terjadi universal sebagaimana hasil penelitian
karena perbedaan pandangan, (Roro Sri Rejeki & Lia Ulfah, 2018)
keyakinan, perilaku dan praktik dengan judul Pola Interaksi Sosial
keagamaan dengan anggota keluarga Keagamaan Antara Penganut Agama Islam
ataupun orang lain. Hal ini didukung dan Kristen Advent dengan temuan Nilai-
dengan hasil penelitian (Casram, 2016). nilai universalitas agama dan kemanusiaan
Toleransi agama yang ideal mestinya menjadi ciri khas dalam setiap bentuk
dibangun melalui partisipasi aktif semua kegiatan sosial keagamaan yang di
anggota masyakarat beragama yang kembangkan dan dilaksanakan. Sedangkan
beragam guna mencapai tujuan-tujuan penelitian (Faisal, 2020) dengan hasil
yang sama atas dasar kebersamaan, sikap penelitian bahwa toleransi aktif dari para
inklusif, rasa hormat dan saling-paham pemeluk agama sangat dibutuhkan dalam
terkait pelaksanaan ritual dan doktrin- mewujudkan harmoni sosial dalam
doktrin tertentu dari masing-masing agama. kehidupan rumah tangga dan
Hal ini didukung dengan penelitian bermasyarakat dalam bingkai moderasi
(Yahya, 2020) dengan judul Slogan beragama. Sebagaiamana penelitian (Mhd.
“Torang Samua Ciptaan Tuhan” pada Abror, 2020) Inilah esensi moderasi dalam
Masyarakat Plural Dalam Konteks bingkai toleransi di mana masing-masing
Moderasi” bahwa interaksi terjadi secara pihak diharapkan bisa mengontrol diri dan
baik individu dalam masyarakat maupun bersedia untuk menyiapkan ruang toleransi
organisasi kemasyarakatan untuk sehingga bisa saling menghargai dan
mewujudkan moderasi beragama. menghormati kelebihan dan keunikan yang
Sebagaimana penelitian (Subhan, 2020) dimiliki masing-masing dengan tidak
dengan judul Moderasi Islam Sebagai adanya rasa ketakutan terhadap hak dan

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 77


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

juga keyakinannya sehingga perlu pola dibanggakan di mata dunia. Maka dalam
pendidikan yang moderat. Sebagaimana berkomunikasi dalam keluarga saya
penelitian (Hefni, 2020) bahwa kehadiran menerapkan pola interaksi yang lemah
Perguruan Tinggi Keagamaan sebagai lembut dan sopan sebagai contoh
laboratorium perdamaian untuk penerapan praktis anti kekerasan.
menguatkan konten-konten moderasi Sedangkan menurut keluarga Lifing Bano
beragama melalui media digital sebagai (wawancara dengan keluarga Lifing Bano,
penyeimbang dari arus informasi yang 21 Januari 2022) bahwa nilai anti
deras di media sosial. kekerasan yang diajarkan dalam keluarga
Berdasarkan hasil penelitian dan saya adalah menerapkan pola saling
pendapat teori maupun hasil penelitian menghargai dan menghormati antara
terdahulu yang relevan yang mendukung semua anggota keluarga sehingga tercipta
maka dapat disimpulkan nilai toleransi keharmonisan dan cinta damai di dalam
yang diterapkan dapat menumbuhkan sikap rumah tangga dan berusaha menghindari
kebersamaan dan rasa hormat dengan tindakan kekerasan. Karena keluarga
anggota keluarga maupun orang lain merupakan tempat pertama untuk
karena perbedaan pandangan atapun menciptakan kedamaian baru bisa terjadi
keyakinan. damai di masyarakat. Lebih lanjut menurut
Anti kekerasan keluarga Into Para (wawancara dengan
Hasil wawancara tentang anti keluarga Into Para, 22 Januari 2022)
kekerasan sebagai nilai moderasi yang penerapan nilai moderasi anti kekerasan
diterapkan dalam keluarga yang nikah beda dalam keluarga saya selama ini dimulai
agama diuraikan sebagai berikut: dari saya memperlakukan istri saya dengan
Menurut keluarga Viktor Mata baik sehingga anak-anak dapat melihat
(wawancara dengan keluarga Viktor Mata, contoh yang baik dari kami sebagai suami
20 Janurai 2022) bahwa dalam keluarga istri. Kalau hal ini sudah bisa diterapkan
diajarkan pola pendidikan anti kekerasan dengan baik maka secara otomatis anak-
dan mengajarkan bahwa Indonesia adalah anak belajar untuk bisa menciptakan hal
bangsa yang cinta akan keragaman sebagai kedamaian di tempat mereka bergaul atau
salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang berinteraksi. Jadi bagi saya nilai moderasi

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 78


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

beragama sudah diterapkan dengan baik murni karena motif agama.Sementara itu,
dalam rumah tangga saya. menurut (Shihab, 2019) sikap moderat
Berdasarkan hasil wawancara diatas diartikan sebagai keberadaan ditengah tapi
dapat disimpulkan bahwa penerapan nilai tetap dalam lingkung tarik menarik di
moderasi beragama anti kekerasan dalam kedua sisi. Moderasi bukan duduk stagnan
tiga keluarga yang nikah beda agama di di tengah tapi terlibat secara aktif
kecamatan Kota Raja sudah berjalan menyeimbangkan arus kiri dan kanan,
dengan baik karena semuanya dapat saling sehingga menuntut kesabaran dan keuletan
menghargai dan menghormati perbedaan dalam menghadapinya, melainkan juga
yang ada tanpa menjelekan salah satu membutuhkan pengetahuan dan
keyakinan yang dianut oleh mereka. pemahaman yang memadai, sehingga tidak
Kehidupan yang didasari pada terseret oleh salah satu ujungnya. Justru
unsur saling menghargai dan memelihara sebaliknya, kedua ujung di sisi harus
keberagaman maka terjadi keharmonisan ditarik ke tengah dalam rangka mencapai
hidup. Sebagaimana Masdar Hilmi dalam keadilan dan kebaikan yang merupakan
(Murtadlo M, 2021) mengusulkan syarat mutlak terciptanya moderasi yang
pendidikan moderasi beragama diarahkan anti kekerasan. Lebih lanjut (Tim
untuk membangun 1) ideologi anti Penyusun Kementerian Agama RI, 2019a)
kekerasan dalam pengembangan agama; 2) Moderasi beragama memberikan pelajaran
moderasi ini harus juga diterapkan dalam bagi kita untuk berfikir dan bertindak
bidang kehidupan modern dengan segala bijaksana, tidak fanatik terhadap satu
turunannya, meliputi sains, teknologi, pandangan keagamaan kelompok saja
demokrasi, hak asasi manusia, dan tanpa mempertimbangkan pandangan
sejenisnya; 3) menumbuhkan penggunaan keagamaan orang atau kelompok lain.
cara berpikir rasional; 4) pendekatan Sebagaimana Penelitian (Ni Komang,
kontekstual dalam memahami agama; dan 2019) dengan judul Karakteristik Keluarga
5) penggunaan ijtihad. Sedangkan menurut Hindu Di Desa Bayunggede Provinsi Bali
pandangan (Ma’arif, 2010), bahwa hampir bahwa secara umum tampak hidup penuh
dapat disimpulkan sebenarnya tidak ada dengan keharmonisan walaupun telah
tindakan kekerasan atau pengrusakan yang diterpa dengan modernisasi, mereka

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 79


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

memiliki keunikan dalam struktur dan adanya pemberdayaan Penghulu yang


pengorganisasian keluarga yang kontinyu.
membentuk karakter keharmonisan Berdasarkan hasil penelitian dan
berkeluarga. Dengan adanya keharmonisan pendapat teori maupun hasil penelitian
maka akan menciptakan toleransi yang relevan maka dapat disimpulkan
sebagaimana penelitian (Adeng Muchtar, bahwa nilai anti kekerasan dalam moderasi
2016) dengan judul Toleransi Beragama beragama memberikan nilai untuk
dan Kerukunan dalam Perspektif Islam berpikir secara bijaksana dan tidak fanatik
bahwa toleransi diharapkan manusia terhadap satu pandangan keagamaan atau
mampu mengakui keragaman termasuk kelompok namun harus menciptakan
keragaman agama yang disebut pluralisme kebaikan dan keadilan.
dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih Akomodatif
lanjut penelitian (N. P. S. Muhammad, Berdasarkan hasil wawancara
2019) dengan judul Memperlebar Batas dengan 3 keluarga yang nikah beda
Toleransi dan Membela Hak Minoritas tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai
dengan hasil penelitian bahwa melalui moderasi beragama dalam keluarga
toleransi sebagai pengakuan, dapat terkhususnya nilai akomodasi. Maka
dijumpai komitmen kalimatun sawa, menurut keluarga Viktor Mata (wawancara
sebuah titik perjumpaan antar berbagai dengan keluarga Viktor Mata, 20 Januari
entitas budaya dan keagamaan sebagai 2022) nilai akomodasi dalam keluarga
pemersatu umata atau keluarga yang nikah dengan mengutamakan menerima setiap
beda agama maka diperlukan layanan kebiasaan atau kebudayaan yang berbeda
nikah yang berkualitas. Sebagaimana darinya sebagai kepala keluarga. Dengan
penelitian (Natardi, 2019) terwujudnya menerapkan akomodasi sebagai
layanan nikah yang berorientasi pada internalisasi nilai budaya dalam keluarga
moderasi untuk kebersamaan umat yang maka proses interaksi akan berlangsung
didukung oleh regulasi yang kuat, fasilitas dengan harmonis. Hal ini senada dengan
yang memadai, pemahaman masyarakat pendapat dari keluarga Lifing Bano
yang tinggi, kerjasama lintas sekotral yang (wawancara dengan keluarga Lifing Bano,
baik, kemampuan Penghulu yang mumpuni 21 Januari 2022) bahwa nilai akomodasi

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 80


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

yang diterapkan dalam keluarga bermula dalam landasan hidup moderasi beragama
dari saling menerima perbedaan budaya, pada tataran pengenalan dengan mengkaji
baik budaya suami maupun budaya istri. lebih dalam tentang kesediaan untuk
Dengan saling menerima budaya maka menerima praktik alamiah keagamaan yang
akan terjadi proses akomodasi yang baik mengakomodasi kebudayaan lokal dan
sehingga tidak saling menjelekkan budaya tradisi; 2) Internalisasi Akomodatif
yang lain. Selanjutnya menurut keluarga terhadap kebudayaan lokal dalam landasan
Into Para (wawancara dengan keluarga Into hidup moderasi beragama pada tataran
Para, 22 Januari 2022) akomodasi yang ada Akomodasi dengan menghayati nilai-nilai
dalam keluarga yaitu saling menghargai tentang kesediaan untuk menerima praktik
antara budaya masing-masing yang ada amaliah keagamaan yang mengakomodasi
dalam rumah mulai dari cara memilih kebudayaan lokal dan tradisi; Lebih lanjut
keyakinan dan juga kebiasaan yang ada hasil penelitian (Windy Jullyan Funay,
sebagai tradisi dalam pola hidup Blajan Konradus, 2019) bahwa Proses
berkeluarga. Akomodasi Komunikasi dalam Interaksi
Berdasarkan hasil penelitian di atas antar Warga Asli dan warga pendatang,
maka dapat disimpulkan bahwa nilai terdapat proses akomodasi konvergensi
akomodasi moderasi beragama dalam yang merupakan strategi yang
keluarga yang nikah beda agama di digunakan untuk beradaptasi dengan
kecamatan Kota Raja Kota Kupang sudah perilaku orang lain. Dalam berkomunikasi
diterapkan dengan baik dan menjadi dengan orang lain pasti ada kendala yang
sebuah model akomodasi yang perlu di tiru dihadapi sebagaimana diungkapkan dalam
oleh keluarga yang lain sehingga saling penelitian (Nadila Opi Prathita Sari, 2019)
menghormati orang yang berbeda budaya. kendala–kendala interaksi yang dialami
Moderasi beragama dalam informan etnis yang berbeda adalah pada
kehidupan praktis harus memiliki nilai- gaya bahasa gaya bicara, perbedaan nilai-
nilai akomodasi. Menurut (R. Muhammad, nilai budaya, dan kurangnya informasi seta
2021) Dimensi Akomodatif terhadap pengetahuan tentang budaya lawan bicara.
kebudayaan lokal: 1) Internalisasi Upaya akomodasi yang dilakukan oleh
akomodatif terhadap kebudayaan lokal setiap individu etnis yang ada beragam, ada

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 81


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

yang melakukan konvergensi dan nilai keagamaan dan budaya lokal untuk
divergensi. Selain itu individu dan etnis saling menerima satu dengan yang lainnya.
lain juga melakukan akomodasi dengan III. Penutup
meminta bantuan orang ketiga atau teman Simpulan
untuk membantunya berkomunikasi Berdasarkan hasil penelitian dan
dengan stranger. Untuk menghindari pembahasan maka dapat disimpulkan
terjadinya konflik, sebagaimana penelitian tentang penerapan Nilai-nilai Moderasi
(Hamidah, 2018) dengan judul Resolusi Beragama dalam Keluarga yang Nikah
dan Negosiasi Konflik dalam Mewujudkan Beda Agama di Kecamatan Kota Raja Kota
Keharmonisan: Studi Kasus Gereja Kristen Kupang Nusa Tenggara Timur berdasarkan
Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid empat indikator yaitu:
AL-Hikmah bahwa faktor personal, a. Komitmen Kebangsaan
hubungan dan budaya juga merupakan Penerapan komitmen kebangsaan
faktor penting dalam keberlangsungan dapat menumbuhkan keharmonisan
hubungan yang harmonis antara umat atau dalam kehidupan berkeluarga,
jemaat, yang diwujudkan dalam bentuk bermasyarakat dan berbangsa.
komitmen perjanjian persaudaraan yang b. Toleransi
telah dibangun sejak berdampingannya Nilai toleransi yang diterapkan dapat
kedua rumah ibadah tersebut. menumbuhkan sikap kebersamaan dan
Berdasarkan hasil penelitian dan rasa hormat dengan anggota keluarga
pendapat teori serta hasil penelitian relevan maupun orang lain karena perbedaan
yang mendukung, maka dapat disimpulkan pandangan ataupun keyakinan.
bahwa nilai akomodasi moderasi beragama c. Anti Kekerasan
menjadi bagian terpenting untuk dapat Nilai anti kekerasan dalam moderasi
memahami perilaku orang lain dan juga beragama memberikan nilai untuk
mengelola perilaku sendiri dalam berpikir secara bijaksana dan tidak
berinteraksi dengan orang lain sehingga fanatik terhadap satu pandangan
dapat menghindari terjadinya konflik untuk keagamaan atau kelompok namun
mewujudkan ketersediaan menerima nilai- harus menciptakan kebaikan dan
keadilan.

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 82


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

d. Akomodasi Ucapan Terima Kasih


Nilai akomodasi moderasi beragama Ucapan terima kasih disampaikan
menjadi bagian terpenting untuk dapat kepada Lurah Bakunase 2 yang telah
memahami perilaku orang lain sehingga memfasilitasi peneliti untuk bertemu
dapat menghindari terjadinya konflik dengan tiga keluarga yang nikah beda
untuk mewujudkan ketersediaan Agama di Kecamatan Kota Raja. Ucapan
menerima nilai-nilai keagamaan dan terima kasih disampaikan kepada keluarga
budaya lokal untuk saling menerima Viktor Mata, Keluarga Lifing Bano dan
satu dengan yang lainya. keluarga Into Para sebagai sumber
informasi yang telah bersedia diwawancara
Dari keempat indikator tersebut di oleh peneliti. Dan ucapan terima kasih
atas disimpulkan bahwa Nilai komitmen disampaikan kepada Institut Agama
kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan Kristen Negeri Kupang yang telah
akomodasi merupakan landasan dalam mendukung peneliti dengan surat ijin
menciptakan keharmonisan, dan kerukunan penelitian. Kiranya penelitian ini dapat
dalam kehidupan berkeluarga, bermanfaat bagi semua yang membaca
bermasyarakat serta bernegara. artikel penelitian yang telah peneliti
Saran lakukan.
Hal yang menjadi rekomendasi atau Daftar Pustaka
saran dari hasil penelitian ini yaitu Perlu Adeng Muchtar, G. (2016). Toleransi
melakukan sosialiasi ke semua lembaga Beragama dan Kerukunan dalam
keagamaan dan sosial bahkan lembaga Perspektif Islam. Religious: Jurnal
pemerintah tentang pentingnya moderasi Agama Dan Lintas Budaya, 1(1), 25–
beragama dalam kehidupan berkeluarga, 40.
bermasyarakat serta berbangsa dan Akhmadi, A. (2019). Moderasi Beragama
bernegara. Dan hasil penelitian ini dapat dalam Keberagaman Indonesia.
menjadi sebuah rujukan bagi peneliti Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13(2),
selanjutnya karena masih ada banyak hal 50.
yang peneliti belum lakukan pada Anderson, B. (1991). Imagined
penelitian ini. Community: Reflections on the Origin

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 83


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

and Spread of Nationalism. Verso. Joyodiningratan dan Masjid AL-


Casram. (2016). Membangun Sikap Hikmah. Harmoni: Jurnal
Toleransi Beragama Dalam Multikultural & Multireligius, 17(1),
Masyarakat Plural. Wawasan: Jurnal 80–91.
Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya, Haryani, E. (2019). Pendidikan Moderasi
1(2), : 187-198. beragama untuk Generasi Milenia:
Curtis, M. B. (2006). Are Audit-related Studi Kasus ‘Lone Wolf’ pada Anak
Ethical Decisions Dependent upon di Medan. EDUKASI: Jurnal
Mood? Journal of Business Ethics, Penelitian Pendidikan Agama Dan
191–209. Keagamaan, 17(2), 110–124.
Dunst, C.J., & Trivette, C.M., & Deal, A. Hefni, W. (2020). Moderasi Beragama
G. (1998). Supporting and dalam Ruang Digital: Studi
Strengthening Families: Methods, Pengarusutamaan Moderasi Beragama
Strategies and Practice. MA: di Perguruan Tinggi Keagamaan
Brookline Books. Islam Negeri. Bimas Islam, 13(1–22).
Emzi. (2012). Metodologi Penelitian Hendrik Lao, Ezra Tari, M. H. (2021). Pola
Kualitatif; Analisis Data. Rajawali Komunikasi Interpersonal Bagi
Pers. Keluarga Beda Agama di Kecamatan
Fahrudin. (2019). Pentingnya Moderasi Kota Raja Kota Kupang. Harmoni,
Beragama bagi Penyuluh Agama. 20(1), 129–143.
April, 12. Iftidah. (2018). Pengaruh Pemahaman
Faisal, M. (2020). Manajemen Pendidikan Keagamaan Masyarakat Desa Dempet
Moderasi Beragama di Era Digital. Terhadap Pola Relasi Suami Istri
ICRHD: Journal of International Bekerja. Harmoni, 17(1), 519–531.
Conference On Religion, Humanity Indonesia (Ed.). (2019). Moderasi
and Development, 195–202. beragama (Cetakan pertama). In
Hamidah, T. E. Y. (2018). Resolusi dan Indonesia (Ed.) (Cetakan Pe). Badan
Negosiasi Konflik dalam Litbang dan Diklat, Kementerian
Mewujudkan Keharmonisan: Studi Agama RI.
Kasus Gereja Kristen Jawa (GKJ) Juwono, H. (2019). Membumikan Nilai-

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 84


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

nilai Nasionalis-Pancasilais dalam Batas Toleransi dan Membela Hak


Keluarga sebagai Implementasi Minoritas. Harmoni: Jurnal
Membangun Moderasi Bangsa. Jurnal Multikultural & Multireligius, 17(2),
Ilmiah Ilmu Sosial Dan Keagamaan: 570–588.
Momentum, 8(1), 92. Muhammad, R. (2021). Internalisasi
Kosasih, K. (2021). Dinamika Pelaksanaan Moderasi Beragama Dalam Standar
Syariah, Perkawinan dalam Kontestasi Kompetensi Kemandirian Pesrta
Negara dan Agama. Harmoni: Jurnal Didik. Jurnal Ilmiah Al-Muttaqin
Multikultural & Multireligius, 20(2). Jurnal Kajian Dakwah Dan Sosial
Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Keagamaan, 6(1), 95–102.
Penanaman Nilai dan Penanganan Murtadlo M. (2021). Wawasan moderasi
Konflik dalam Keluarga. Kencana beragama di lingkungan Aparatur
Prenada Media Group. Sipil Negara (ASN). OSF.
M. Islahuddin Misbah, Achmad Yusuf, Y. Nadila Opi Prathita Sari, T. R. (2019).
W. (2019). Pendidikan Toleransi Akomodasi Komunikasi Antarbudaya
dalam Keluarga beda Agama di Desa (Etnis Jawa Dengan Etnis Minang).
Kayukebek Kecamatan Tutur Jurnal Undip, 8(2).
Kabupaten Pasuruan. Jurnal Natardi. (2019). Moderasi Layanan Nikah
Mu’allim, 1(1). di KUA Kecamatan Kumun Debai.
Ma’arif, S. (2010). Nalar Anarkisme Bimas Islam, 12(1), 350–380.
Agama-Agama: Antara Doktrin dan Ni Komang, S. (2019). Karakteristik
Realitas. Jurnal Harmoni, 9(12). Keluarga Hindu Di Desa Bayunggede
Mhd. Abror. (2020). Moderasi Beragama Provinsi Bali. Religious: Jurnal Studi
dalam Bingkai Toleransi: Kajian Agama- Agama Dan Lintas Budaya,
Islam dan Keberagaman. Usydiah: 4(1), 12–28.
Jurnal Pemikiran Islam, 1(2), 143– Publikasi | Kementerian PPN/ BAPPENAS.
155. (n.d.). Retrieved January 21, 2022,
Moleong, L. J. (2006). Metode Penelitian from
Kualitatif. Remaja Rosdakarya. https://www.bappenas.go.id/datapubli
Muhammad, N. P. S. (2019). Memperlebar kasishow?q=Rencana Pembangunan

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 85


Hendrik A.E.Lao, Yandri Y.C. Hendrik, Lanny I. D. Koroh, Merensian Hale e-ISSN: 2797-586X
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing
Doi: 10.33363/satya-sastraharing.v6i2.903

dan Rencana Kerja Pemerintah Sutrisno, E. (2019). Aktualisasi Moderasi


Purwanto, Y. (2019). Internalisasi Nilai Beragama di Lembaga Pendidikan.
Moderasi melalui Pendidikan Agama Bimas Islam, 12(1), 322–348.
Islam di Perguruan Tinggi Umum. Syam, Nia Kurniati, Syatibi, Arifin, Day,
Edukasi :Jurnal Penelitian M. J. I. (2015). Simbol-simbol dalam
Pendidikan Agama Dan Keagamaan, Komunikasi Keluarga Beda Agama.
17(2), 110–124. Mimbar, 31(2), 419–428.
Roesminingsih, MV dan Susarno, L. H. Tim Penyusun Kementerian Agama RI.
(2016). Teori dan Praktik Pendidikan. (2019a). Moderasi Beragama.
Lembaga Pengkajian dan Kementerian Agama.
Pengembangan Ilmu Pendidikan Tim Penyusun Kementerian Agama RI.
Fakultas Ilmu Pendidikan. (2019b). Tanya Jawab Moderasi
Roro Sri Rejeki, W. &, & Lia Ulfah, F. Beragama. Badan Litbang dan Diklat
(2018). Pola Interaksi Sosial Kementerian Agama RI.
Keagamaan Antara Penganut Agama Windy Jullyan Funay, Blajan Konradus, F.
Islam dan Kristen Advent. Religious: T. H. (2019). Akomodasi Komunikasi
Jurnal Studi Agama- Agama Dan Dalam Interaksi Antarbudaya Antara
Lintas Budaya, 2(2), 84–91. Warga Asli Dusun Kiuteta Dengan
Safitri, R. N. (2020). Pengaruh Nilai Warga Timor Leste di Desa Noelbaki.
Toleransi Keluarga an Tingkat Jurnal Communio, 8(2).
Pendidikan Ibu terhadap Karakter Yahya, S. (2020). Slogan “Torang Samua
Toleransi Anak. Kajian Moral Dan Ciptaan Tuhan” pada Masyarakat
Kewarganegaraan., 08(03), 947–961. Plural Dalam Konteks Moderasi.
Shihab, M. Q. (2019). Wawasan Islam Dialog, 43(1–22).
tentang Moderasi Beragama. Lentera
Hati.
Subhan, H. A. D. & D. (2020). Moderasi
Islam Sebagai Solusi Menangkal
Gerakan Radikalisme dan
Ekstrimisme. Dialog, 43(2), 199–208.

Satya-Sastraharing: Vol. 6. No. 2. Tahun 2022 86

Anda mungkin juga menyukai