Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Manthiq: Vol VII Edisi II 2022

MODERASI BERAGAMA: WACANA DAN IMPLEMENTASI DALAM


KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DI INDONESIA

Suimi Fales
wansuibkl19@gmail.com

Iwan Romadhan Sitorus


UIN FAS Bengkulu
iwanramadhan@iainbengkulu.ac.id

….………………………………………………………………………………………
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji praktik beragama di Indonesia yang layak
diajukan sebagai contoh bagaimana seharusnya menempatkan hubungan antara agama dan
negara yang ideal dalam masyarakat modern. Indikator moderasi yang disusun menjadi
acuan bagi seluruh masyarakat dalam kerangka membangun dan memperkokoh moderasi
beragama di Indonesia. Moderasi beragama menjadi sebuah keniscayaan yang harus
diimplementasikan oleh seluruh Kementerian/Lembaga, bahkan Kementerian Agama
sebagai leading sector-nya. Maka perlu upaya-upaya untuk mempertahankan praktik
moderasi beragama ini agar tetap menjadi karakter khas beragama di Indonesia.
Menggunakan penelitian studi pustaka, yaitu dengan mengkaji pustaka yang tersedia baik
pustaka offline maupun online yang banyak tersedia di berbagai platform. Hasil dari
penelitian ini pertama, Indonesia memiliki keragaman budaya, agama dan etnisitas yang
komplek, sehingga memerlukan pengelolaan yang baik. Kedua, dengan terus mendorong
moderasi beragama keragaman tersebut memungkinkan bisa dikelola dengan baik. Ketiga,
diharapkan Indonesia bisa menjadi contoh bagi pengelolaan masyarakat multikultural.

Kata kunci : Moderasi, Agama, Indonesia

ABSTRACT
The purpose of this research is to examine religious practices in Indonesia which are worthy of being
proposed as examples of how ideal relations between religion and the state should be placed in modern
society. The moderation indicators compiled are a reference for all people in the framework of building
and strengthening religious moderation in Indonesia. Religious moderation is a necessity that must be
implemented by all Ministries/Institutions, even the Ministry of Religion as the leading sector. So
efforts are needed to maintain this practice of religious moderation so that it remains a distinctive
character of religion in Indonesia. Using literature study research, namely by reviewing the available
literature both offline and online literature which is widely available on various platforms. The results
of this study are first, Indonesia has a complex diversity of cultures, religions and ethnicities, so it
requires good management. Second, by continuing to encourage moderation in religion, diversity
allows it to be managed properly. Third, it is hoped that Indonesia can become an example for the
management of a multicultural society.

Keywords: Moderation, Religion, Indonesia

221 | J u r n a l M a n t h i q
Sumi Fales: Moderasi beragama

PENDAHULUAN toleran, dan maslahat yang menunjukan


Indonesia adalah negara yang sikap moderat dalam beragama.2
memiliki keragaman baik etnis, kultur, Beberapa penelitian telah
agama, ras yang mewarnai kehidupan mengkaji bagaimana praktik kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam bingkai beragama di Indonesia menunjukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. sikap yang moderat dalam kehidupan
Karena keragaman inilah maka Indonesia bermasyarakat. Penelitian Nanang
menjadi Negara berbeda kekhasannya, Zamroji dkk bertajuk Model Moderasi
tidak terdapat pada bangsa lain di dunia. Beragama di Desa Sidodadi Kabupaten
Oleh karena itu, harus ada apresiasi serta Blitar menyimpulkan bahwa masyarakat
mensyukuri nikmat besar dari Allah SWT telah terbiasa dengan pola interaksi
yang dimiliki negara Indonesia.1 seperti hubungan kerjasama, akomodasi
Menangani masalah di dan asimilasi. Pluralisme agama di desa
masyarakat dengan keberagaman agama Sidodadi bukan menjadi penghalang
seperti Indonesia diperlukan langkah pembangunan desa. 3
dan kebijakan strategis sehingga dapat Dalam penelitian Rahmani dkk
menjaga kejujuran satu sama lain, tidak tentang moderasi beragama di desa
saling menyakiti atau mengkritik Sarang Ginting ditemukan sebuah
keberagamaan orang lain karena agama kesimpulan bahwa perbedaan agama
yang dianut berbeda. Untuk itulah tidak menghalangi pembangunan desa
moderasi diperlukan dalam tatanan sebab masing-masing umat beragama
kehidupan berbangsa dan bernegara di berperan serta dalam pembangunan
Indonesia. Di dalamnya terdapat nilai sesuai dengan bidangnya. Rahmani juga
adil dan berimbang, kerjasama, rahmat, menyimpulkan bahwa menjalankan

2
Sumarto, “Rumah Moderasi Beragama
1
Mustaqim Pabbajah, Ratri Nurinda IAIN Curup Dalam Program Wawasan
Widyanti, and Widi Fajar Widyatmoko, Kebangsaan Toleransi Dan Anti Kekerasan,”
“Membangun Moderasi Beragama: Perspektif Jurnal Literasiologi 5, no. 2 (2021): 94.
Konseling Multikultural Dan Multireligius Di 3
Nanang Zamroji dkk. “Model
Indonesia,” Jurnal Darussalam: Jurnal Moderasi Beragama di Desa Sidodadi
Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum Kecamatan Garum, Blitar,” Jurnal Riset dan
Islam 13, no. 1 (2021): 194. Konseptual Volume 5 Nomor 4 (2021): 572.

222 | J u r n a l M a n t h i q
moderasi hakikatnya adalah menjaga membuat kontras humanistik untuk
keharmonisan kehidupan masyarakat.4 menjaga keutuhuan dalam beragama6.
Penelitian Muhammad Fahri
menyimpulkan bahwa Islam tidak
menganggap semua agama itu sama tapi METODE PENELITIAN
memperlakukan semua agama itu sama, Penelitian ini menggunakan kualitataif
dan ini sesuai dengan konsep-konsep dengan pendekatan studi pustaka.
dari Islam wasattiyah itu sendiri yaitu Sebagai sebuah penelitian kualitatif,
konsep egaliter atau tidak data yang digunakan yaitu data primer
mendiskriminasi agama yang lain. 5 dan sekunder data. Data primer yaitu
Konsteks kehidupan saat ini, sumber-sumber pustaka yang berkaitan
keragaman agama berada fase di mana dengan islam dan wacana keagamaan
banyak aktivitas yang bertolak belakang yang menyangkut moderasi beragama.
dengan upaya membangun moderasi Sedangkan data sekunder bisa
seperti kekerasan, baik fisik maupun didapatkan dari sumber-sumber lain
verbal, tidak hanya itu seiring dengan misalanya pendapat para ahli dan
kecenderungan masyarakat sebagainya.Kemudian data Analisis
menggunakan media sosial sebagai adalah suatu proses untuk menyusun
wadah interaksi social, bahkan data baik dengan cara
cenderung bebas tanpa terawasi. Karena mengklasifikasikan pola atau tema,
itu, banyak Negara di dunia sedang kategori sehingga peneliti dapat
berupaya keras menjaga keutuhan dalam menginterpretasikan mereka.
sikap beragama di saat banyak kelompok HASIL DAN PEMBAHASAN
yang bersikap eksklusif, eksplosif, Konsep Moderasi Beragama
intoleran dalam masyarakat mereka. Di Kata moderasi diadopsi dari
Indonesia, moderasi beragama dibangun Bahasa Inggris yakni moderation yang
di tengah keragaman yang agama dan artinya tidak berlebihan dan tidak
menjauhi bentrokan yang terjadi dalam memihak. Kemudian dalam Kamus besar
perkumpulan setiap agama, serta Bahasa Indonesia ditemukan arti dari
kata moderasi adalah perbuatan dalam
4
Rahmani dkk. “Moderasi Beragama di
Desa Sarang Ginting,” Jurnal Al-Amin. Volume kewajaran dan tidak menyimpang dan
4 Nomor 2 (2021): 263.
5
Muhammad Fahri. “Moderasi 6
Rahmad Hidayat et al., Sindang Jati
Beragama di Indonesia,” Jurnal Intizar Volume (Multikultural Dalam Bingkai Moderasi)
25 Nomor 2 (20191): 572. (Curup: Penerbit Buku Literasiologi, 2019).

223 | J u r n a l M a n t h i q
mau mempertimbangkan pendapat pihak siapa yang mengikuti Rasul dan siapa
yang membelot. dan sungguh
lain. Dalam Bahasa Arab moderasi
(pemindahan kiblat) itu terasa Amat
beragama dikenal dengan istilah berat, kecuali bagi orang-orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah; dan
wasathiyyah yaitu suatu karakteristik
Allah tidak akan menyia-nyiakan
yang menjauhi seorang individu atau imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
kelompok dari bersikap ekstrem7.
manusia.
Wasatiyah merupakan suatu
Prinsip-prinsip Moderasi Beragama
karakteristik terpuji antara dua sisi yang
Tawassuth (Mengambil Jalan Tengah)
berbeda atau berada di tengah-tengah8.
Tawassuth adalah sikap tengah
Terminologi wasathiyyah
atau berada di antara dua sikap, yaitu
berkamna sikap pengertian adil,
tidak bersikap fundamentalis atau terlalu
berkonsekuensi kualitas kesaksian
jauh bersikap liberal. Dengan sikap inilah
yang dapat diterima9. Firman Allah Swt
maka, Islam akan mudah diterima di
dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat
segala lapisan masyarakat10.
143:
Tawazun (Berkeseimbangan)
Artinya : dan demikian (pula) Tawazun berarti memberi
Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kestabilan dan ketenangan dalam
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) aktivitas hidup11. Sikap tawazun sangat
manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. diperlukan dalam kehidupan dalam
dan Kami tidak menetapkan kiblat yang rangka menyeimbangkan hak dan
menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan
agar Kami mengetahui (supaya nyata) kewajiban manusia sehingga tercipta
kondisi yang aman, tenteram dan
7
Sumarto Sumarto, “Implementasi nyaman. Hal ini dikarenakan tawazun
Program Moderasi Beragama Kementerian
Agama Ri,” Jurnal Pendidikan Guru 3, no. 1 merupakan model sikap dan kemampuan
(2021): 2,
https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.294. seseorang untuk berada di posisi tengah
8
Tahar Rachman, Implementasi dalam menghadapi kehidupan
Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam,
Angewandte Chemie International Edition, bermasyarakat, berbangsa dan
6(11), 951–952. (Jakarta: Kelompok Kerja
Implementasi Moderasi Beragama Direktirat bernegara.
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Jika kehidupan seseorang tidak
Republik Indonesia, 2018), 8.
9
Muhammad Khoirul Hadi AL Asy ari seimbang dalam kehidupan maka
and Khoirul Rochim, “Pendidikan Agama Islam
Berbasis Moderasi Beragama (Studi Kasis Di
Sekolah Dasar Katholik Santo Yusuf Sekoreno 10
Rachman, Implementasi Moderasi
Kabupaten Jember),” Prosiding Beragama Dalam Pendidikan Islam, 10.
MukhtamarPMII, no. Imc (2021): 117. 11
Rachman, 11.

224 | J u r n a l M a n t h i q
hubungan sosialnya akan terganggu.
Karena itulah, sikap tawazun menjadi Syura (Musyawarah)
sebuah keniscayaan dan menjadi Syurā atau musyawarah adalah
keharusan sosial. saling menjelaskan dan merundingkan
I’tidal (Lurus dan Tegas) atau saling meminta dan menukar
I’tidal memiliki arti lurus dan pendapat mengenai sesuatu
tegas, yang bermakna bahwa perkara15.
menempatkan sesuatu pada tempatnya
Artinya : dan (bagi) orang-orang
dan melaksanakan kehidupan secara yang menerima (mematuhi) seruan
proporsional. Sikap inilah yang menjadi Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan
bagian dari penerapan keadilan dan etika musyawarat antara mereka; dan mereka
bagi setiap muslim12. menafkahkan sebagian dari rezki yang
Kami berikan kepada mereka. (QS. Asy-
Tasamuh (Toleransi) Syuura : 38)
Tasāmuh adalah menerima
Dalam ayat lain Allah Swt
perkara dan perbedaan secara sadar dan
lapang dada. Hasyim berpendapat bahwa memerintahkan :

toleransi merupakan memberikan Artinya : Maka disebabkan rahmat dari


kebebasan kepada sesama masyarakat Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu
untuk menjalankan keyakinan tanpa bersikap keras lagi berhati kasar,
intimidasi atau paksaan.13. tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
Musawah (Egaliter) mereka, mohonkanlah ampun bagi
Musāwah adalah persamaan dan mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. kemudian
penghargaan terhadap sesama manusia apabila kamu telah membulatkan tekad,
sebagai makhluk Allah. Di hadapan Allah, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-
semua manusia memiliki harkat dan orang yang bertawakkal kepada-Nya.
martabat yang sama tanpa memandang (QS. Ali Imran : 139)

jenis kelamin, ras ataupun suku bangsa14.


Indikator Moderasi Beragama
Rachman, 12.
12 Komitmen Kebangsaan
13
Idi Warsah, “Pendidikan Keluarga
Muslim Di Tengah Masyarakat Multi- Agama: Untuk mengukur
Antara Sikap Keagamaan Dan Toleransi ( Studi pandangan dan sikap individu atau
Di Desa Suro Bali Kephiang- Bengkulu),”
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam kelompok tertentu terhadap falsafah
13, no. 1 (2018): 11.
14
Rachman, Implementasi Moderasi
Beragama Dalam Pendidikan Islam, 14. 15
Rachman, 14.

225 | J u r n a l M a n t h i q
Pancasila sebagai dasar Negara dapat ajaran Islam itu secara utuh dalam
dilihat dari tanggung jawabnya dalam kehidupan masyarakat di Indonesia tidak
kehidupan. Sehingga dapat menyaring harus dengan meniadakan pemeluk
munculnya pemikiran-pemikiran baru agama lain dan menjauh dari umat
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan agama lain. Sebab, bangsa Indonesia
budaya bangsa Indonesia. Karena berdiri, tumbuh dan berkembang
pertentangan cara pandang tentang merupakan andil dari seluruh bangsa
beragama yang bertolak belakang Indonesia secara bersama-sama, apapun
dengan nilai dan budaya bangsa agamanya.
dikhawatirkan dapat memunculkan Akomodatif Terhadap Budaya Lokal
sikap menumbuh kembangkan rasa Indonesia merupakan Negara kaya
kebangsaan.16 budaya sebab memiliki ribuan ragam
Toleransi budaya lokal yang menjadi cikal bakal
Toleransi adalah sikap memberikan tumbuh dan berkembangnya budaya
kesempatan kepada orang lain untuk nasional. Dapat dikatakan bahwa budaya
menjalankan keyakinannya dalam lokal adalah sebuah kekuatan bangsa
beragama. Sikap ini juga ditunjukan yang harus dijaga dan dipertahankan.
dengan budaya menerima perbedaan Karena itu, terhadap keragaman budaya
dalam ritual intern pemeluk agama dan maka diperlukan sikap menghormati,
ritual beragama bagi pemeluk agama lain. menghargai dan
Anti Radikalisme dan Kekerasan menumbuhkembanggkan rasa cinta dan
Islam hadir di muka bumi bangga terhadap budaya lokal.
sebagai rahmat bagi seluruh alam
semesta (rahmatan lil'alamin). Esensi Moderasi Beragama dalam Berbangsa
Islam adalah agama yang penuh dengan dan Bernegara di Indonesia
kasih sayang sebagaimana misi Islam itu Indonesia bukanlah negara
sendiri seperti yang ditunjukan oleh agama, tetapi negara yang beragama
RAsulullah Saw dalam menyebarkan sebagaimana dirumuskan dalam
rahmat ke seluruh alam semesta. Pancasila (sila pertama). Rumusan ini
Meyakini Islam adalah agama menunjukan bahwa sistem negara ini
yang paling benar dan menjalankan berdasarkan pada prinsip, ajaran, dan
tata nilai agama-agama yang ada di
16
Yeni Hurizah dkk. Buku Saku
Moderasi Beragama Untuk Perempuan Muslim Indonesia. Hal ini membangunkan
(Bandung, UIN Sunan Gunung Jati, 2022) h. 9

226 | J u r n a l M a n t h i q
kesadaran masyarakat tentang menjadi pemantik kesadaran atas
kesakralan agama tetapi, tetapi pilihan perlunya bersikap moderat.17
beragama itu plural. Meski demikian, membangun
Indonesia telah berhasil moderasi di Indonesia bukan tanpa
membuktikan bahwa perbedaan dan hambatan. Agama menjadi alat untuk
keragaman sosial masyarakat bukanlah melakukan gerakan-gerakan politik.
kondisi yang perlu dikhawatirkan Dapat terlihat ketika selama proses
menghambat kehidupan bangsa dan pemilihan kepala daerah baik
Negara. Mayoritas umat Islam di kabupaten/kota maupun provinsi atau
Indonesia mampu menunjukkan diri pemilihan presiden-wakil presiden. Pada
sebagai umat yang toleran terhadap dasarnya ini bukanlah gerakan agama,
perbedaan praktik-praktik keagamaan tetapi gerakan politik yang memakai
umat yang lain. Islam yang rahmatan lil agama sebagai bagian dari upaya
alamin sebagai menjadi dasar mengumpulkan massa.
tumbuhnya rasa cinta dan kasih sayang Meskipun dihadapkan dengan
kepada sesama. berbagai tantangan yang berat, bangsa
Hubungan antara agama dan Indonesia tetap harus menjaga
negara adalah dialogis-integratif. Agama kestabilan dan keharmonisan
melalui ajaran-ajarannya dan negara masyarakat dengan tetap menjaga
melalui aturan-aturannya merupakan karakter khas bangsa Indonesia
“tali kasih” yang idealnya diproyeksikan sebagaimana sikap moderasi beragama
untuk mengawal harmonisasi kehidupan yang telah ditanamkan. Moderasi
beragama dan bernegara. Hal ini karena beragama di Indonesia yang telah
belum tentu orang atau kelompok yang terbangun sedemikian rupa menjadi
merasa menguasai ilmu keagamaan modal sosial dalam pembangunan
dengan baik, secara otomatis akan dapat nasional dan telah ditetapkan dalam
memahami dan menguasai pengetahuan Perpres No 18 Tahun 2020 tentang
tentang kebangsaan dan Rencana Pembangunan Jangka
kewarganegaraan secara baik pula. Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
Terlebih, di saat intensitas suhu 2020-2024. Dengan demikian, moderasi
perpolitikan dan semangat keagaaman
yang sama-sama “meninggi‟, hal itu
17
Masykuri Abdullah, Toleransi
Beragama Dalam Masyarakat demokrasi dan
Multikultural. (Jakarta, Leiden,Pusat Bahasa
UIN Syarif Hidayatullah, 2003) h. 177

227 | J u r n a l M a n t h i q
beragama menjadi sebuah keniscayaan dunia, praktik beragama di Indonesia
yang harus diimplementasikan oleh layak diajukan sebagai contoh bagaimana
seluruh Kementerian/Lembaga, bahkan seharusnya menempatkan hubungan
Kementerian Agama sebagai leading antara agama dan negara yang ideal
sector-nya. Maka perlu upaya-upaya dalam masyarakat modern. Indikator
untuk mempertahankan praktik moderasi yang disusun menjadi acuan
moderasi beragama ini agar tetap bagi seluruh masyarakat dalam kerangka
menjadi karakter khas beragama di membangun dan memperkokoh
Indonesia. moderasi beragama di Indonesia.
Moderasi harus dipahami dan Moderasi beragama menjadi
ditumbuh kembangkan sebagai sebuah keniscayaan yang harus
komitmen bersama untuk menjaga diimplementasikan oleh seluruh
keseimbangan yang paripurna, di mana Kementerian/Lembaga, bahkan
setiap warga masyarakat, apapun suku, Kementerian Agama sebagai leading
etnis, budaya, agama dan pilihan sector-nya. Maka perlu upaya-upaya
politiknya mau saling mendengarkan untuk mempertahankan praktik
satu sama lain serta saling belajar moderasi beragama ini agar tetap
melatih kemampuan mengelola dan menjadi karakter khas beragama di
mengatasi perbedaan di antara mereka. Indonesia.

KESIMPULAN
Negara Indonesia memiliki
keanekaragaman yang tidak dimiliki oleh
bangsa lain. Oleh karena itu, meski bukan
negara agama, tetapi Indonesia adalah
yang memegang prinsip, ajaran, dan tata
nilai agama-agama menjadi dasar dalam
kehidupan.
Indonesia dapat menjadi contoh
negara beragama yang demokratis dan
tidak saling bermusuhan karena
perbedaan keyakinan. Menyambut
gejolak post-sekularisme yang melanda

228 | J u r n a l M a n t h i q
DAFTAR PUSTAKA Prosiding MukhtamarPMII, no. Imc
(2021): 113–22.
Abdullah, Masykuri. 2003. Toleransi Malik Karim Amrullah, Abdul. Pendidikan
Beragama Dalam Masyarakat Islam Kontemporer. Malang:
demokrasi dan Multikultural. Universitas Negeri Malang, 2017.
Jakarta : Leiden,Pusat Bahasa UIN Pabbajah, Mustaqim, Ratri Nurinda
Syarif Hidayatullah Widyanti, and Widi Fajar
Aminuddin, Aliaras Wahid, and Moh Widyatmoko. “Membangun
Rofiq. Membangun Karakter Melalui Moderasi Beragama: Perspektif
Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Konseling Multikultural Dan
Graha Ilmu, 2006. Multireligius Di Indonesia.” Jurnal
Elisvi, Julia, Rafia Archanita, Deri Wanto, Darussalam: Jurnal Pendidikan,
and Idi Warsah. “Analisis Komunikasi Dan Pemikiran Hukum
Pemanfaatan Fukuyama. Mayumi. Islam 13, no. 1 (2021): 193–209.
“Society 5.0: Aiming for a New Pereira, Andreia G, Tânia M Lima, and
Human-Centered Society.” Japan Fernando Charrua-santos. “Industry
Spotlight, no. August (2018): 8–13. 4.0 and Society 5.0: Opportunities
Fahri. Muhammad “Moderasi Beragama and Threats.” International Journal
di Indonesia,” Jurnal Intizar Volume of Recent Technology and
25 Nomor 2 (20191) Engineering 8, no. 5 (2020): 3305–8.
Hurizah Yeni dkk. 2022. Buku Saku https://doi.org/10.35940/ijrte.d87
Moderasi Beragama Untuk 64.018520.
Perempuan Muslim (Bandung, UIN Rachman Assegaf, Abd. Pendidikan Islam
Sunan Gunung Jati Kontekstual. yogyakarta:
Karolina, Asri. “Rekonstruksi Pendidikan PustakaPelajar, 2010.
Islam Berbasis Pembentukan Rahmani dkk. “Moderasi Beragama di
Karakter : Dari Konsep Menuju Desa Sarang Ginting,” Jurnal Al-Amin.
Internalisasi Nilai-Nilai Al Qur’an.” Volume 4 Nomor 2 (2021)
Jurnal Penelitian 11, no. 2 (2017): Wija. 2021. Tantangan Moderasi
237–66. Beragama di Indonesia. Jakarta :
Khoirul Hadi AL Asy ari, Muhammad, and Binangkit.
Khoirul Rochim. “Pendidikan Zamroji, Nanang dkk. “Model Moderasi
Agama Islam Berbasis Moderasi Beragama di Desa Sidodadi
Beragama (Studi Kasis Di Sekolah Kecamatan Garum, Blitar,” Jurnal
Dasar Katholik Santo Yusuf Riset dan Konseptual Volume 5
Sekoreno Kabupaten Jember).” Nomor 4 (2021)

229 | J u r n a l M a n t h i q

Anda mungkin juga menyukai