220-Article Text-825-1-10-20210203
220-Article Text-825-1-10-20210203
Muhammad Ridho
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol
ridhonur@gmail.com
Asrizal Saiin
STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau
asrizal@stainkepri.ac.id
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan konsepsi moderasi beragama sebagai langkah preventif
dalam penanggulangan radikalisme di Indonesia. Karena tanpa melakukan konseptualiasi moderasi
keagamaan yang benar akan berdampak terhadap pemikiran masyarakat yang memiliki fanatisme
buta terhadap suatu pemahaman agama, oleh karena demikian hal ini akan melahirkan tindakan
tindakan anarkisme yang berakhir dengan melakukan tindakan kriminal. Karena radikalisme lahir
dari pemikiran dangkal masyarakat terhadap merespon konflik sosial keagamaan. Metode
penelitian yang digunakan adalah yuridis normative dengan sifat penelitiannya adalah deskriptif dan
sumber data yang digunakan adalah data sekunder adapun Teknik penelitian pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik penelitian kepustakaan (library research). hasil dari penelitian ini
akan memperkuat konseptualisasi moderasi dengan mendalami pemahaman moderasi siyasah,
mdoerasi fikih dan moderasi ibadah sebagai dasar pergerakan kemoderatan.
ABSTRACT
This study aims to provide a conception of religious moderation as a preventive step in tackling
radicalism in Indonesia. Because without the correct conceptualization of religious moderation it will
have an impact on the thinking of people who have blind fanaticism towards a religious
understanding, therefore this will give birth to acts of anarchism that end in committing crimes.
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020 1
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi Beragama
Because radicalism is born from the shallow thinking of society in responding to socio-religious
conflicts. The research method used is juridical normative with the nature of the research is
descriptive and the source of the data used is secondary data. The data collection research
technique used is the library research technique. The results of this study will strengthen the
conceptualization of moderation by deepening the understanding of siyasa moderation, fiqh
moderation and moderation of worship as the basis for moderation movements .
2 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020 187
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
3 Tim Penyusun Kementerian Agama RI, Tanya 4 Yunus and Arhanuddin Salim, ‘Eksistensi
Jawab Moderasi Beragama (Jakarta Pusat: Badan Moderasi Islam dalam Kurikulum Pembelajaran
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2019). PAI di SMA’, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam,
188 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
maka ekstrimisme dengan prilaku tak terpisahkan dari perubahan sosial yang
radikalisme lahir dari pandangan demikian cepat dan keras. Sementara
pandangan tidak bias menerima terhadap dipihak lainnya, sekularisasi dan
kebenaran dari pihak lain yang berbeda rasionalisme menjadi sesuatu yang tidak
dengannya. mungkin pula untuk ditolak kehadirannya
Salah satu contoh pendangan yang oleh umat beragama. Dua hal yang saling
tidak mampu untuk melakukan bertolak belakang akhirnya menjadi lahan
pemahaman moderasi beragama adalah tersubur untuk munculnya konflik
ketika seorang pemeluk agama kepentingan yang sama sama mengajukan
mengafirkan saudaranya sesama pemeluk alternatif dalam menapaki hidup.7 Pilihan
agama yang sama hanya gara-gara mereka pilihan ini merupakan sunnatullah
berbeda dalam paham keagamaan, padahal (ketetapan Allah) yang tidak bias dihindari
hanya Tuhan yang Maha Tahu apakah setiap fase kehidupan.
seseorang sudah masuk kategori kafir atau Umat beragama harus mempunyai
tidak. Seseorang yang bersembahyang langkah antisipatif terhadap pemahaman
terus-menerus dari pagi hingga malam agama yang tidak benar dan telah tersebar
tanpa mempedulikan problem sosial di di Indonesia. Salah satu langkah ini adalah
sekitarnya bisa disebut berlebihan dalam dengan menggunakan prinsip moderasi
beragama.5 Hal ini berlaku juga terhada beragama dalam menghadapi keberagaman
hinaan dan perlakukan tidak baik terhadap pemahaman terhadap norma dan aturan
pemahaman agama lain yang pada tataran agama. Oleh karena itu ini merupakan
norma memiliki perbedaan. alasan peneliti untuk mengkaji terkait
Konsep kemoderatan dalam pilihan konsepsi moderasi agama sebagai langkah
ekstrimisme yaitu tidak menjalankan agama prefentif terhadap penanganan radikalisme
secara berlebihan dan juga tindak di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
berlebihan dalam menganggap mudah bersifat deskriptif dengan pendekatan
aturan agama. Karena seharusnya setia normatif untuk membedah beberapa
manusia tidak boleh mengagungkan teks- konsep tentang moderasi dalam Islam.
teks keagamaan dengan cara fanatisme
tanpa menghiraukan akal dan logika, juga MODERASI BERAGAMA DAN
tidak berlebihan terhadap keagungan akal REKONTRUKSI PEMAHAMAN
sehingga mengabaikan norma norma yang KEAGAMAAN
terdapat dalam teks. Oleh karena itu Moderasi merupakan istilah kata
keberadaan moderasi beragama bertujuan yang dalam bahasa arab dikenal dengan al-
untuk menjadi solusi tengah terhadap dua wasathiyah yang berasal dari kata wasath.
kutub ekstrem dalam beragama, seharusnya Ulama kharismatik Ibnu Asyur
setiap manusia haruslah kembali pada memberikan pengertian bahwa wasath
esensialitas suatu ajaran agama, yaitu memiliki dua arti, yaitu :8 pertama, secara
memanusiakan manusia.6 Ekstrimisme bahasa adalah suatu posisi yang berada di
yang dihasilkan dari ketidak moderatan tengah tanpa memihak salah satu pihak.
akan membawa suatu pehaman kepada Kedua, perspektif terminologi bahwa
konsep Radikalisme, karena Radikalisme
dalam agama (Islam) akan menjadi bagian
7 Qodir, Zuly, Radikalisme Agama Di
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020 189
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
moderasi merupakan nilai nilai Islam yang setiap aksi tersebut selalu memperjuangkan
terbentuk dari pemikiran yang baik dan atas nama perjuangan konsep khilafah
tidak berlebihan akan hal sesuatu. Islamiyah. Hal ini dikarenaka mereka lebih
Moderasi dengan konsepsi jalan berpedoman kepada ‘fikih saja’ yang
tengah merupakan salah satu jalur untuk menilai segala sesuatunya hitam-putih,
menggapai keseimbangan nasional dalam halal-haram, dan cenderung hanya dua sisi.
segi keamanan sosial masyarakat, hal ini Kemudian dalam prakteknya, biasanya
mempertimbangkan banyaknya konflik perilaku golongan pemahaman ini seringa
kecil ditengah masyarakat yang berasal dari melakukan justifikasi sepert mengkafir-
ketidakpemahaman sosial dan keeklusifan kafirkan, dan bahkan membunuh yang
keagamaan yang berdampak terhadap lain.9
tindakan tindakan anarkisme atas nama Moderasi agama di Indonesia telah
agama. Pemerintah selalu mengambil dan atau akan diterapkan di berbagai insti-
peran penting dalam hal menanggulangi tusi ataupun komunitas komunitas agama
poros poros pergerakan oraganisasi dan sosial, seperti sekolah dan perguruan
masyarakat terutama mengarah kepada tinggi, bahkan telah banyak penelitian
gerakan gerakan anarkisme dan terkait pentingnya membentuk konsepsi
penghasutan publik. Salah satu alasan moderasi beragama di Indonesia seperti
fundamental dari pemerintah atas penelitian oleh Mimun dan Mohammad
keputusan keputusan dalam mengkooptasi Qosim bahwa ada tiga alasan menadasar
sebuah organisasi dengan berbagai pertim- pentingnya konsepsi moderat di institusi
bangan atas nama Negara yaitu menjaga pendidikan yaitu : terdapatnya ancaman
stabilitas, mulai dari stabilitas agama, paham radikal yang akhir-akhir ini
ekonomi, keamanan hingga stabilitas menyasar kalangan perguruan tinggi, baik
politik. unsur mahasiswa, dosen, maupun tenaga
Pertumbuhan Negara Republik kependidikan. Lima tahun yang lalu,
Indonesia selalu diwarnai dengan berbagai konsentrasi penyebaran paham Islam
konflik internal seperti anarksime radikal hanya mengandalkan perguruan
keagama-an yang mencederai tinggi umum, dua tahun terakhir justru
keberagamaan dan pemahaman mulai masuk ke perguruan tinggi-
pemahaman radikalisme di tengah perguruan tinggi keagamaan Islam, adanya
masyarakat. konsepsi radikalisme hingga kondisi sosio-politik yang dalam kurun
perbuatan terorisme selalu mengatas- waktu sepuluh tahun tarakhir cenderung
namakan agama disetiap perbuatan menjadikan isu agama sebagai jualan
mereka. Hingga saat ini, pesatnya utamanya, sehingga tidak perduli apakah
pergolakan radikalisme masih terus isu tersebut sesuai dengan yang
bermunculan dan melakukan berbagai aksi dikehendaki oleh teks agama atau justru
diberbagai wilayah, bahkan konsepsi sebaliknya, targetnya adalah meningkatkan
readikalisme ini telah tersebar di lembaga electoral kelompok-kelompok yang sedang
lembaga pendidikan. Berbagai aksi berkon-testasi dalam pilkades, pilkada,
radikalisme dan penyebaran-nya maupun pemilihan presiden. Isu agama
disebabkan oleh faktor doktrin agama yang menjadi sangat seksi untuk dilontarkan
ekstrem, sosial, ekonomi, politik dan mengingat masyarakat Indonesia mayoritas
sebagainya. Bergai aksi radikalisme
tersebut telah melanggar dan mencederai 9 Hasyim, Nanang Mizwar, ‘Tasawuf Dan
pancasila sebagai falsafah dan ideologi Internalisasi Moderasi Beragama Dalam
Negara dan Bangsa Indonesia, yang mana Menghadapi Problematika Bangsa’, Jurnal Analisis,
Volume XI Nomor 01 (2011).
190 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
Radikalisme di Indonesia’, PASCA : Jurnal Teologi Moderasi Pendidikan Islam Rahmatallil ’Alamin
dan Pendidikan Agama Kristen, 15.2 (2019), 9–14 Dengan Nilai-Nilai Islam’, Ri’ayah, Vol. 4 No. 01
<https://doi.org/10.46494/psc.v15i2.61>. (2019).
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020 191
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
192 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
ketika tidak mampu untuk menerapkan ini aktor dalam konflik fisik adalah
maka sama halnya belum mampu untuk masyarakat itu sendiri. Seharusnya dalam
bersikap moderat. Konsepsi Moderatisme pemikiran domokrai yang matang adalah
dalam ajaran Islam yaitu haruslah sesuai memiliki prinsip siap menang dan siap
dengan prinsip prinsip Rahmatan lil kalah dalam berbagai kompetisi terutama
‘Alamin, oleh karena itu sangat diperlukan perihal politik.
sikap anti kekerasan ditengah kalangan Konsep Islam dalam perihal pemilu
masyarakat, karena tanpa ada yang meulai adalah dianjurkan selama mambawa
maka sulit untuk dapat memahami kemaslahatan untuk umat, sedangkan
perbedaan yang mungkin sering terjadi, konsep moderasi siyasah dalam sebuah
mengutamakan kontekstualisasi dalam kontestasi politik juga memberikan arti
memaknai ayat ayat Allah SWT, siap kalah dan siap memang dengan
menggunakan istinbath untuk menerapkan ikhlash, karena dalam moderasi siyasah
hukum modern serta menggunakan juga menggunakan prinsip di sebuah
pendekatan ilmu sains dan teknologi untuk norma yang mengatakan bahwa “sesuatu
memberikan justifikasi dan mengatasi yang dibenci bukanlah hal yang buruk dan
dinamika persoalan sosial di masyarakat segala yang disukai belum tentu sebauh
Indonesia. seharusnya perbedaan sikap kebaikan” karena penting setiap umat
dan pilihan menjadi keragaman kehidupan beragama meyakini bahwa segala sesuatu
sosial yang menjadi bagian dari masyarakat merupakan sunnatullah dari Allah SWT
yang madani. Keberadaan Islam yang yang telah mengatur dan merumuskan
moderat cukup menjadi penjaga terhadap setiap peristiwa yang ada.
konsistensi Islam yang telah dibawa oleh
Rasulullah Saw. Untuk mengembalikan 2. Moderasi Ibadah
citra Islam yang sebenarnya, maka Selain moderasi siyasah yang
diperlukan moderasi agar penganut lain memberikan aturan dasar dalam bersikap
dapat merasakan kebenaran ajaran Islam moderat terhadap sebuah sistem
yang Rahmatan lil ‘Alamin.20 Karena prinsip pemerintahan, maka perlu juga untuk
moderasi pada dasarnya bukan untuk mengkaji hal yang sering dihadapi dan
orang orang yang sadar akan manfaat dan dipersoalkan oleh masyarakat terkait
fungsinya tetapi juga diperuntukkan penerapan penerapan ibadah seperti
kepada masyarakat yang tidak terlibat perihal menzaharkan basmalah,
dalam moderasipun mendapatkan manfaat melaksanakan qunut, hingga tata cara
tersebut. iabadah wajib lainnya. Melihat setiap
Salah satu persoalan yang sering alasan mempunyai sumber dan hukum
dihadapi adalah ketika mengikuti Pemilu yang berdalil, seperti hukum membawa
(Pemilihan Umum), setiap kontestan yang basmalah atau tidak, beberapa ulama
ikut berkompetisi sering melakukan berpendapat wajib dan beberapa ulama
mauver politik yang terkadang tidak tidak diharuskan bahkan perbedaan ini
membawa kemanfaatan untuk khalayak juga terdapat pada mengeraskan membaca
ramai. Tidak jarang pihak pihak tertentu basmalah dan menyembunyikan
melakukan perlakukan fitnah dan pembacaan basmalah.
kecurangan ketia pra ataupun pasca Seperti pengikut imam Syafii yang
kontestasi, masyarakat yang ikut dikenal sebagai Syafi’iyah mengemukakan
mendukungpun menjadi ikut serta dalam pendapat bahwa wajib hukumnya untuk
pertikaian tersebut bahkan yang menjadi membaca basmalah dengan dalil adalah
bagian dari Al Fatihah. Maka dengan
20 Mohammad Fahri, dkk, hlm. 97
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020 193
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
hukum wajib yang melekat pada membaca berpendapat basmalah bukan bagian dari
Al Fatihah juga menjadi wajib pembacaaan Al Fatihah, mereka mengatakan bahwa
basmalah yang mengikutinya, salah satu membaca basmalah sebelum Al Fatihah
dalilnya adalah : ataupun qira’ah hukumnya makruh.
Mereka berdalil dengan hadits Anas bin
اﲢ ِة الْ ِك َ ِاب
َ ِ َﻻ َص َﻼ َة ِل َم ْن لَ ْم يَ ْق َر ِب َف Malik:
“tidak ada salat bagi orang yang tidak
membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Al صل ْي ُت مﻊ: ِم ْع ُت ق اد َة ُ َﳛ ِّد ُث عن ٔ ٍس قال
Bukhari 756, Muslim 394) ، وع َن، وﲻرَ ، و ٔﰊ ك ٍر، ﷲ ﷺ ِ رسول
ِ
Di antara para golongan salaf yang الرحﲓ
ِ لرﲪن ِ ﷲا ِ فﲅ ْ َﲰ ْﻊ ٔ دً ا مﳯم يقر س ِم
juga memiliki pemikiran demikian adalah “Aku salat bersama Rasulullah
Al Kisa-i, ‘Ashim bin An Nujud, Abdullah Shallallahu’alaihi Wasallam, Abu
bin Katsir, dan yang lainnya. Golongan Bakar, Umar dan Utsman dan aku
Syafi’iyyah juga berkeyakinan wajib untuk tidak mendengar mereka membaca
membaca Al Fatihah sebelum qira’ah bismillahir rahmanir rahim” (HR.
setiap awal surat dari Al Qur’an dalam Muslim 399).
salat. Sementara pengikut imam hanafi
yang disebut sebagai Hanafiyah Namun ada riwayat dari Imam Malik
berpendapat bahwasanya membaca bahwa beliau berpendapat diperbolehkan
basmalah bukan bagian dari al-Fatihah, membaca basmalah, dan riwayat lain dari
adapun dalil argumentasi mereka adalah Malikiyyah yang mengatakan hukumnya
bahwa membaca basmalah ketika dalam wajib. Kesimpulannya, persoalan khilafiyah
salat hukumnya adalah sunnah sebelum ini berporos pada masalah apakah
membaca al-Fatihah di setiap rakaat. basmalah itu termasuk al-Fatihah ataukah
Disunnahkannya untuk membaca basmalah tidak dan apakah ia termasuk bagian dari
sebelum surah Al-Fatihah karena dalam setiap surat atau tidak. Maka dalam hal
rangka tabarruk dengan basmalah. Adapun membaca basmalah atau tidak membaca
pembacaan selain Al-Fatihah tidak basmalah perkaranya longgar.22 Dalam hal
disunnahkan. Namun berbeda dengan pembacaan basmalah secara dikeraskan
pemikiran pengikut imam Malik yaitu memiliki argumentasi dalil seperti
Malikiyyah berpendapat tidak disun- perkataan KH Muhyiddin Abdusshomad23
nahkan untuk membaca basmalah sebelum bahwa al-Fatihah itu terdiri dari ayat yang
qira’ah setelah al-Fatihah, sedangkan dibaca secara berulang-ulang pada tiap-tiap
menurut Hanabilah bahwa membaca raka'at salat. Dan ayat yang pertama adalah
basmalah adalah sunnah hukumnya baik basmalah. Dalam sebuah hadits
sebelum al-Fatihah maupun sebelum disebutkan:
qira’ah. Dan Malikiyyah membolehkan
tasmiyah sebelum al-Fatihah ataupun
sebelum qira’ah.21 22Ibid.
Adapun pendapat yang masyhur 23 KH Muhyiddin Abdusshomad, Apakah
adalah dari Malikiyyah, yang juga Wajib Mengeraskan Bacaan ’Basmalah’ dalam
Shalat
Berjamaah?,https://islam.nu.or.id/post/read/1481
21 Hukum Basmalah, muslim.or.id 2/apakah-wajib-
https://muslim.or.id/19744-hukum-basmalah- mengeraskanbacaanamp8217basmalahamp821 7-
dalam-shalat.html diakses pada 15 Desember 2020 dalam-shalat-berjamaah, diakses tanggal 15
pukul 08.30 WIB Desember 2020 pada pukul 20.40 WIB.
194 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
ﷲ
ُ ﷲ َصﲆ ِ قَا َل َر ُس ْو ُل:َع ْن ِ ْﰊ ه َُرْ َر َة قَا َل Hadits Fahuwa Madzhabi karangan Syeikh
as-Subki menjelaskan: "Ibn Khuzaimah
الْ َح ْمدُ ّ ِ َر ِ ّب الْ َعال َ ِم َﲔ م الْ ُق ْر ٓ ِن َو:َلَ ْي ِه َو َس َﲅ berkata dalam kitab Mushannaf-nya
menya-takan, pendapat yang menyatakan
◌ِ اب َوالس ْب ُﻊ الْ َمثَان ِ َ م ْال ِك sunnah mengeraskan basmalah merupakan
“Dari Abu Hurairah beliau berkata, pendapat yang benar. Ada hadits dari Nabi
Rasalullah SAW bersabda, ”alhamdu SAW dengan sanad yang muttashil (urutan
lillahi rabbil 'alamin” merupakan perawi hadfts yang sampai langsung
induk Al-Qur’an, pokoknya al-Kitab, kepada Nabi Muhanzmad SAW), tidak
serta Surat as-Sab'ul Matsani.” (HR diragukan, serta tidak ada keraguan dari
Abu Dawud) para ahli hadfts tentang shahih serta
muttashil-nya sanad hadfts ini.
Berdasarkan dalil ini, Imam Syafi'i Kemdian Ibn Khuzaimah berkata,
RA mengatakan bahwa basmalah telah jelas dan telah terbukti bahwa Nabi
merupakan bagian dari ayat yang tujuh SAW (dalam hadits tersebut) mengeraskan
dalam surat al-Fatihah. Jika ditinggalkan, bacaan basmalah dalam salat.” (Ma’na
baik seluruhnya maupun sebagian, maka Qawl al-Imam al-Muththalibi Izda Shahha
raka' at salatnya tidak sah. al-Hadits Fahuwa Madzhabi, hal 161)
Dengan demikian dapat kita ketahui
ﷲ الر ْﲪ ِن الر ِح ْ ِﲓ ا ٓ َ ُت ِ قَا َل الشا ِف ِعي ِْس ِم bahwa basmalah merupakan sebagian surat
dari al-Fatihah, sehingga harus dibaca
السا ِب َع ُة فَا ْن َ َر َكهَا ْو بَ ْعضَ هَا لَ ْم ُ ْﲡ ِز ِه الر ْك َع ُة ال ِ ْﱵ manakala membaca al-Fatihah dalam salat.
Dan juga basmalah disunnahkan untuk
َ َر َكهَا ِف ْ َها dikeraskan dalam salat jahriyyah atau salat
“Imam Syafi'f RA mengatakan bahwa yang disunnahkan untuk mengeraskan
basmalah merupakan tujuh ayat dari suara yakni maghrib, isya’ dan subuh dan
surat al-Fatiاah. Apabila ditinggalkan beberapa salat sunnah berjamaah yang
atau tidak dibaca sebagian ayatnya, maka dikerjakan pada malam hari. Sunnah
raka'atnya tidak cukup.” artinya lebih utama dikerjakan tapi tidak
sampai pada hukum wajib. Kesunnahan
Oleh karena merupakan bagian mengeraskan bacaan basmalah ini sebagai-
dari surat al-Fatihah, maka basmalah ini mana sunnahnya mengeraskan
juga dianjurkan untuk dikeraskan ketika keseluruhan al-Fatihah dalam salat
seseorang membaca al-Fatihah dalam jahriyyah tersebut.24
salatnya, sesuai dengan Hadits Nabi SAW: Maka pandangan moderasi ibadah
adalah tidak menjustifikasih salah dan
benar terhadap salah satu pendapat diatas,
ﷲ َع ْن ُه قَا َل ن الن ِﱯ ُ ﴈ َ ِ َع ْن ِ ْﰊ ه َُرْ َر َة َر karena pada dasarnya setiap argumentasi
ِ َ ﷲ َلَ ْي ِه َو َس َﲅ َﰷ َن َ ْﳚه َُر ِ لْ َ ْس َم
ُ َصﲆ memiliki alasan hukum dan dalil yang kuat.
Memilih dengan tidak memberikan
kesalahan adalah sifat moderasi beragama
“Dari Abu Hurairah RA, bahwa dan menerapkan keduanya dalam ibadah
Rasulullah SAW (selalu) mengeraskan adalah sikap moderasi ibadah.
suaranya ketika membaca basmalah
(dalam salat).” (HR Bukhari) 3. Moderasi Fikih
Konsep fikih dan ibadah merupakan
Menjelaskan hadits ini, 'Ali Nayif
Biqa'i dalam tahqiq kitab Idza Shahha al- 24 Ibid.
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020 195
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
dua dari satu kesatuan yang tidak dapat yang dapat dipilih untuk menjadikan
dipisahkan karena dasar dasar keadaan bangsa dan negara Indonesia
pelaksanakan ibadah adalah konsep dan menjadi lebih kondusif dari berbagai
prinsip prinsip yang berada didalam fikih. persoalan anarkisme yang bersumber dari
Dalam konsep fikih moderasi dikenal pemahaman pemahaman radikalisme.
dengan istilah wasatho yaitu wasit yang Islam moderat merupakan jalan tengah
bediri di tengah yang tidak memihak salah dari dua pemikiran yang berlawanan yaitu
satu pihak, dan wasit inipun bukan hanya fundamentalis dan liberalis.25 Langkah
sekedar mengambil posisi tanpa piker langkah dan jalur yang mengarah ke
panjang karena pilihan ditengah adalah radkalisme haruslah ditumpas dan dihi-
unsur yang dipilih karena ilmu yang langkan dengan memperkuat prinsip Islam
diperoleh. Tanpa ilmu maka pilihan rahmatalilalamin dalam bingkai konsep
tengahpun akan membawa kemudhorotan moderasi beragama. Oleh karena itu
terhadap para pihak. Misal persoalan yang haruslah agama sebagai topik utama dan
merupakan kesalahan pemikiran adalah dikaitkan dengan radikalisme khususnya di
ketika beribadah merasa semakin banyak Indonesia, kita agaknya tidak bisa lagi
rakaat adalah sesuatu hal yang baik dengan menempatkan agama hanya sekedar
memper-kirakan akan memperolah banyak sebagai “norma” dan pemahaman atas
pahala padahal pemikiran ini adalah sesat norma yang tersedia dalam kitab suci para
dan tidak dibenarkan oleh agaman. nabi dan dianut para umatnya. Kita harus
Karena penerapan fikih bukan pula menempatkan agama dalam
menerapkan konsep “Menurut saya, dll” perspektif sebagai agensi-agensi perubahan
tetapi berdasarkan dalil dan ketentuan sosial yang penting kehadirannya, juga kita
yang berlaku di dalam Al Quran dan Al harus menempatkan posisi agama dalam
Hadits. Pemahaman tanpa dasar yang jelas wilayah yang harus turut bertanggung
akan bermuara kepada kesesatan yang jawab dalam memberikan jawaban atas
salah. Salah satu kisah yang adanya krisis nasional bahkan krisis
mengaharuskan untuk bersikap moderat internasional tentang kemanusiaan dan
adalah kisah ketika zaman nabi peradaban, yang menimbulkan
Muhammad SAW. Ketika rasulullah pertempuran dan kekerasan massal.26
memerintahkan Bani Khuraizah untuk Moderasi agama haruslah difahami
pergi ke suatu tempat maka ketika di sebagai bentuk komitmen27 masyarakat
perjalan terjadi ikhtilaf diantara mereka untuk menanggulangi persoalan perbedaan
yang memperdebatkan apakah harus salat konsep fikih yang keseluruhan pendapat
ashar atau jama takhir ketika telah sampai adalah benar dengan dalil dalil yang
di tujuan dengan ebrbagai pertimbangan. mendukung secara lengkap. Salah satu
Pada akhir keputusan terbagilah kelompok bentuk kesungguhan para pemuka agama
mereka yang melaksanakan salat dan yang Islam dalam memperkuat moderasi
melanjutkan perjalanan. Setiba di tujuan keagamaan di Indonesia adalah dengan
dan bertemu Rasulullah maka rasulullah menciptakan konsep Islam Nusantara yang
memebrikan keputusan yang bijak untuk
tidak menyalahkan kedua pilihan tersebut, 25 Ahmad Agis Mubarok and Diaz Gandara
196 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
lahir dari keberagamaan budaya dan adat terhadap pembalasan sejarah masa lalu.31
istiadat dan kemudian saling mempe- Dengan sikap seperti ini maka sering yang
ngaruhi antara norma agama dan melakukan tindakan radikalisme hanya
kebudayaan masyarakat, oleh karena itu sebagai perilaku kesalahan dan bukan
dibentuknya konsepsi Islam Nusantara sebagai kejahatan.
adalah salah satu wujud moderasi Islam di
Nusantara.28 Konsepsi moderasi agama KESIMPULAN
Islam adalah menjadikan Islam sebagai Moderasi agama haruslah dijalan
wadah kemoderatan keagamaaan, salah sungguh sungguh dan didukung oleh
satu ciri dalam konsep moderasi Islam berbagai elmen masyarakat mulai dari
adalah menentukan amal prioritas, hal ini lembaga masyarakat hingga institusi
disebut juga sebagai fikih prioritas. Kajian pendidikan perguruan tingga dan sekolah
ini pun merupakan salah satu hal penting sekolah umum maupun keagamaan.
ketika akan menerapkan moderasi agama Pemahaman moderasi agama yang benar
dalam keberagaman, karena dengan akan mampu untuk menstabilkan diri
menentukan prioritas fikih akan dalam mehamai suatu teks norma agama
meminimalisir konflik yang terjadi dalam tanpa melakukan hal yang berlebihan dan
masyarakat. mubazir. Hal yang utama harus difahami
Pemahaman keagamaan seperti oleh masyarakat adalah konsep moderasi
kepercayaaan Islam yang tidak siyasah dalam menghadapi persoalan
menerapkan moderasi beragama akan Negara dan pemerintahan, kemudian
berujung pada konsep Islam radikal yaitu moderasi fikih untuk perihal pelaksanan
menggunakan cara cara kekerasan agar agama dari segi hukumnya dan hal ibadah
tujuan dan setiap keinginan tercapai, pada yang sering sebagai alasan untuk suatu
konsep ini merupakan berawal dari ketidak kaum agama melakukan pertikaian public
pemahaman mengenai konsep Islam yang antar anggota masyarakat. Pemikiran
kaffah. Hal ini dapat dilihat bahwa agama moderat keagamaan tidak hanya akan
Islam dan agama manapun tidak membawa dampak pisitif terhadap
membenarkan sikap sikap radikalisme seseorang pemeluk agama tersebut tetapi
sebagaima dijelaskan dalam sumber juga berdampak kepada umat dan
hukum Islam al-Qur’an bahwa dilarang pergerakan oraganisasi keagamaan. Maka
melakukan kegiatan kegiatan yang dengan konsepsi moderasi agama yang
merugikan diri sendiri dan manusia kuat maka akan mampu untuk lahirnya
lainnya.29 Agama sering dijadikan sebagai pemikiran pemikiran ekstrimisme yang
tameng atau bentuk pengakuan tindakan akan bermuara kepada radikalisme.[]
radikalisme untuk menutupi suatu
kejahatan,30 karena hanya konsepsi agama
yang terdapat pilihan untuk merasa benar DAFTAR PUSTAKA
atau memiliki otoritas untuk masuk surge, Akhmadi, Agus, ‘Moderasi Beragama
hal ini dipengaruhi oleh timbal balik Dalam Keragaman Indonesia
Religious Moderation In
Indonesia’s Diversity’, 13.2
28 Mubarok and Rustam. (2019), 11
29 Syaikhu Rozi, ‘PENDIDIKAN
MODERASI ISlam Kh. Asep Saifuddin Chalim;
Mencegah Radikalisme Agama Dan Mewujudkan
Masyarakat Madani Indonesia’, 18. Jurgensmayer, Mark, Terror In The Mind Of
30 Khamdan, Muh, Bina Damai Terorisme God: The Global Rise Of Religious Violence (California:
(Kudus: Parist, 2015). University Of California Press, 2001).
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020 197
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
198 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada
Ahmad Iffan, M Ridho Nur, Asrizal Konseptualisasi Moderasi
Beragama
(2019), 181
<Https://Doi.Org/10.24042/Atjpi.
V9i2.3622>
Zamimah, Iffati, ‘Moderatisme Islam
Dalam Konteks Keindonesiaan’,
16
Wikipedia,
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Si
yasah, Diakses Pada Tanggal 15
Desember 2020. Dapat Dilihat
Juga Pada Encyclopaedia Of
Islam, Second Edition
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 3, No. 2, Desember 2020 199
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/perada