Anda di halaman 1dari 8

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
MODERASI BERAGAMA DI DESA SARANG GITING

RAHMAINI1, KHAIRUL AMIN2, ANNISA CHAIRANI3, HUSAINI LUTFIAH


ERDANI SINAGA4, GINA SONIA SITEPU5, IRANIDA6
1, 2,3,4,5,6
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Indonesia
*Korespodensi: rahmaini@uinsu.ac.id

ABSTRACK
Moderation is a core tenet of Islam. Moderate Islam is a religion which in all respects,
religion, customs, ethnicity and the nation themselves, is highly relevant to the environment
of diversity. This Islamic moderation can respond to numerous religious and civilisational
concerns. The purpose of this study is to find out how religious moderation is in the village of
Sarang Gitting, Dolok Masihul sub-district. In this study using (field research), namely
observations or observations involved researchers in the field. As well as researchers
conducted interviews with the community of the village of nest gitting. The results of this
study are that the people of Sarang Gitting Village respect each other, help each other, and
protect each other without questioning the differences in beliefs that exist. The two of them
are not mutually anarchist and also understand Radicalism. This is what makes the people of
the village of Sarang Gitting live a safe and peaceful life.

Keyword: Community, Moderation, Social.

ABSTRAK
Moderasi adalah prinsip inti Islam. Islam moderat adalah agama yang dalam segala hal, agama, adat
istiadat, suku, dan bangsa itu sendiri, sangat relevan dengan lingkungan kebhinekaan. Moderasi Islam
ini dapat menanggapi berbagai masalah agama dan peradaban. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana moderasi beragama di Desa Sarang Gitting Kecamatan Dolok Masihul. Dalam
penelitian ini menggunakan (penelitian lapangan), yaitu observasi atau pengamatan yang melibatkan
peneliti di lapangan. Serta peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat desa sarang gitting.
Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat Desa Sarang Gitting saling menghormati, saling
membantu, dan saling melindungi tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan yang ada. Keduanya
tidak saling anarkis dan juga paham Radikalisme. Hal inilah yang membuat masyarakat Desa Sarang
Gitting hidup aman dan tentram.

Kata Kunci: Masyarakat, Moderat, Sosial.

263
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

A. PENDAHULUAN
Kuliah Kerja Nyata adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan
oleh mahasiswa dengan melakukan pendekatan dan merealisasikan program kerja dalam
kurun waktu di suatu daerah tertentu. Pengabdian kepada masyarakat memiliki tujuan
yang tidak hanya untuk menyelesaikan kewajiban mata kuliah saja. Beberapa tujuan
tersebut merupakan meningkatkan empati serta kepedulian mahasiswa, menanamkan nilai
kepribadian, berkonstribusi kepada masyarakat,dan masih banyak lagi.
Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa ini berada pada posisi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), dengan meningkatkan pemahaman,
keterampilan dan pengabdiannya kepada mahasiswa melalui disiplin ilmu sebagai sarana
mengimplementasikan ilmu yang diterima di perguruan tinggi agar mahasiswa untuk
menjawab tantangan zaman yang lebih modern.
Kuliah Kerja Nyata yang dilasanakan tahun ini mengambil tema "Kembali Ke
Desa, Benahi Desa Berbasis Moderasi Beragama dan Wahdatul'ulum". Pada penelitian ini
peneliti menjelaskan tentang moderasi beragama dengan menggunakan metode penelitian
lapangan (field research).
Moderasi adalah doktrin utama Islam. Islam moderat merupakan pendekatan
keagamaan yang sangat signifikan dalam segala aspek, baik agama, adat, etnis maupun
nasional dalam hal keragaman.1 Moderasi Islam ini dapat menjawab sejumlah tantangan
dalam agama dan masyarakat dunia. Terlebih lagi, Muslim moderat, yang didukung oleh
upaya damai, sangat penting untuk merespons secara keras dengan kelompok radikal,
ekstrem, dan puritan yang melakukan semuanya dengan kekerasan.
Penyelenggaran KKN DR ini membagi 30 mahasiswa untuk terjun secara langsung
ke 3 Dusun di Desa Sarang Giting, Kecamatan Dolok Masihul. Wilayah tersebut di
dominasi masyarakat yang menganut agama Islam dengan jumlah umat non muslim yang
dapat di hitung jari. Pertama, pada saat ini dalam memahami teks-teks keagamaan umat
Islam tidak akan bersikap ekstrim dan ketat, bahkan dalam hal yang melibatkan kekerasan;
Kedua, bersikap longgar dalam beragama dan tunduk pada perilaku merupakan
kecenderungan yang ekstrim, baik dari pemikiran yang berasal dari budaya juga peradaban
lain. Dalam upayanya, Al-Qur'an dan Hadits, serta karya-karya ulama klasik dijadikan
sebagai landasan dan kerangka pemikiran, terlepas dari konteks kesejarahan dengan
memahaminya secara tekstual, seakan-akan membuat mereka layaknya generasi yang
terlambat lahir, karena hidup ditengah-tengah masyarakat modern dengan cara berfikir
generasi terdahulu.2
Implementasi moderasi beragama di Desa Sarang Giting ini sudah terjalin dengan
sangat baik. Walaupun desa ini dominasi Muslim namun ada beberapa juga beragama non-
Muslim. Namun perbedaan agama tidak membedakan satu sama lain antara agama Islam
dan non-Muslim. Sebab kepala desa memegang teguh pada prinsip moderasi beragama.
Dengan terciptanya moderasi beragama akan tercipta kerukunan dan toleransi satu sama
lain, maka dengan begitu setiap umat beragama dapat menjalin hubungan dengan orang
lain, menerima perbedaan-perbedaan yang timbul antara Muslim dan non-muslim dan
terjalin persaudaraan secara tentram dan damai. Oleh sebab itu, moderasi beragama
menjadi sangat penting diimplementasikan dalam pemerintahan, karena dengan
mengamalkan konsep moderasi beragama dipemerintahan pada hakikatnya dapat
membangun suatu kondisi yang harmonis antar umat beragama, sehingga dengan kondisi

1
Dawing, D. MENGUSUNG MODERASI ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL.
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin Dan Filsafat, 13(2), 225–255, 2017.
2
Hanafi, M. Moderasi Islam. (Ciputat: Pusat Studi Ilmu al-Qur’an 2013).

264
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
tersebut kehidupan masyarakat akan tetap terjalin secara damai dan tentram tanpa
perselisihan antar agama.

B. METODE
Peneliti pada penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kualitatif. Yang
mana menurut Lincoln dan Denzin penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang
menggunakan latar (setting) alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
yang dilakukan dengan cara melibatkan berbagai metode penelitian yang ada. 3 Metode
penelitian kualitatif ini juga sering disebut metode penelitian naturalistic karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).4
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research), yaitu pengamatan
atau observasi terlibat peneliti dilapangan. Selain melakukan observasi, wawancara yang
mendalam juga dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Menurut
Kerlinger, wawancara adalah peran situasi tatap muka interpersonal di mana satu orang
(interviewer), bertanya kepada satu orang yang diwawancarai, beberapa pertanyaan yang
dibuat untuk mendapatkan jawaban yang berhubungan dengan masalah penelitian. 5
Wawancara terstruktur adalah jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini, di mana pengumpul data telah menyiapkan beberapa pertanyaan-pertanyaan
yang akan ditujukan kepada subjek yang akan diteliti.
Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yang berada di desa Sarang Giting,
dengan subjek penelitian ini sebagai narasumber yang berasal dari tokoh masyarkat yaitu
bapak Frans Bastanta Sembiring selaku kepala desa Sarang Gitting, juga dibantu dengan
beberapa perangkat Desa Sarang Giting yang berperan dalam membantu mengumpulkan
informasi dan data-data untuk mendukung penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan
waktu kurang lebih selama 10 hari, terhitunng sejak tanggal 26 Juli hingga 5 Agustus
2021.
Kuliah Kerja Nyata adalah bentuk pengadian kepada masyarakat yang dilakukan
oleh mahasiswa dengan melakukan pendekatan dan merealisasikan program kerja dalam
kurun waktu di suatu daerah tertentu. KKN DR Oleh Kelompok 82 UINSU, yang
diselenggarakan di Desa Sarang Giting, Kecamatan Dolok Masihul, Serdang Bedagai,
Sumatera Utara pada tanggal 10 Juli-10 Agustus 2021 diikuti oleh 30 mahasiswa dari
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dan dibimbing oleh dosen pembimbing yaitu Ibu
Rahmaini M.A.
Pemilihan tempat KKN di Desa Sarang Giting bukan semata-mata tanpa
pertimbangan. Hal ini sesuai dengan tema KKN DR UINSU" kembali de Desa, Benahi
Desa Berbasis Moderasi Beragama dan Wahdatul'ulum".
Adapun partisipan yang mengikuti KKN DR di desa Sarang Gitting Sebagai
berikut:

Tabel 1. Data partisipan KKN DR 82 UINSU


No Nama Jabatan
1 Khairul Amin Ketua kelompok KKN DR 82
2 Zhein A.T A Siregar Wakil ketua
3 Jihan Syahira Sekertaris
4 Sintya Hardiati Bendahara
5 Adei A.Nst Anggota

3
Albi Anggito, dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV Jejak, 2018), 7.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 8.
5
R.A Fadhallah, Wawancara (Jakarta: UNJ Press, 2020), 1.

265
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
6 Gina Sonia Sitopu Anggota
7 Azkia Basya Syahzian Anggota
8 Dinda A. Siregar Anggota
9 Norma Isani Purba Anggota
10 Citra Devi Anggota
11 Novita Sari Anggota
12 Adella Safitri Anggota
13 Siti A. Hutagalung Anggota
14 Sulita Anggota
15 Mutia Maulidya Anggota
16 Alda Safela Anggota
17 Asti Indah F. lubis Anggota
18 Jenni Juwita Anggota
19 Husaini Lutfia Erdani Sinaga Anggota
20 Elsa Septriana W. Nst Anggota
21 Annisa Chairani Anggota
22 Tri oktaria Angreani Anggota
23 Nur Mhd Ridho Anggota
24 Nur Azizah Siti Anggota
25 Ratih Amalia Anggota
26 Asnita Saragih Anggota
27 Rizki Amelia Pohan Anggota
28 Chairurizka Ghafany Nst Anggota
29 Dilla Shabrina Anggota
30 Iranida Anggota

Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu: Meningkatkan empati dan kepedulian
mahasiswa, Menerapkan IPTEKS secara team work dan interdispliner, Menanamkan nilai
kepribadian, Menanamkan jiwa peneliti sejak dini, Kontribusi nasional melalui aktivitas
yang bisa memecahkan permasalahan di tengah masyarakat, Sebagai sarana tidak langsung
dalam promosi dan branding institusi.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara kepada salah satu
warga Desa sarang Giting. Kegiatan wawancara dilakukan di kantor Desa Sarang Giting
pada tangga 1 Agustus 2021 dalam durasi waktu 30 menit. Pertanyaan yang diberikan
mencakup (1) Bagaimana kerukunan umat islam dan kristen di Desa Sarang Giting dalam
melaksanakan Peribadahan di masing-masing tempat ibadah? (2) Misalnya hari raya besar,
menurut masyarakat pandangan islam dan kristen itu bagaimana? (3) Bagaimana sikap
masyarakat Kristen tentang ibadah orang Islam?Apakah Sarang Giting saling menghargai
pendapat orang lain yang berbeda agama? (4) Apakah masyarakat di daerah tersebut saling
tolong-menolong tanpa memandang agama? (5) apakah masyarakat Islam dan Kristen
saling berkontribusi untuk saling tolong-menolong dalam berjalannya acara?

C. HASIL & PEMBAHASAN


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana moderasi beragama
di Desa Sarang Giting. Informasi yang didapat peneliti yaitu bersumber dari masyarakat
dan kepala desa setempat. Pada temuan ini peneliti membuat beberapa pertanyaan yang
akan di jawab oleh partisipan. Pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel:

266
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
Partisipan Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana kerukunan 1. Respon dari masinng-masing
umat Islam dan kristen di pemeluk agama pada desa
Desa Sarang Giting dalam Sarang Giting sangat baik dan
melaksanakan tidak ada gangguan akan
Peribadahan di masing- kegiatan-kegiatan di mesjid
masing tempat ibadah? maupun Gereja.
2. Misalnya hari raya besar, 2. Kerukunan yang terjalin pada
menurut masyarakat kedua agama tersebut sanga baik
pandangan Islam dan dan tidak ada perpecah belahan
Kristen itu bagaimana? dan saling bertoleransi
Kepala Desa Sarang 3. Bagaimana sikap 3. Tidak mengganggu masyarakat
Giting masyarakat kristen tentang islam dalam melaksanakan
ibadah orang ibadah.
Bapak Frans Bastanta Islam?Apakah Sarang 4. Tentu sangat menghargai akan
Sembiring Giting saling menghargai pendapat-pendapat yang datang
pendapat orang lain yang dari masing-masing pribadi.
berbeda agama? 5. Iya, hal itu selalu dilakukan oleh
4. Apakah masyarakat di masyarakat desa Sarang Giting
daerah tersebut saling dan Kerukunan umat Islam dan
tolong menolong tanpa kristen didesa Sarang Giting
memandang agama? sangat baik tidak ada gangguan
5. Apakah masyarakat Islam dari kedua agama tersebut.
dan Kristen saling
berkontribusi untuk saling
tolong menolong dalam
berjalannya acara?

Makna moderasi dalam Islam dikenal sebagai Al-Washliyah, yaitu artinya di


tengah dan memiliki makna berkesinambungan atau keadilan tidak terjebak pada
perbuatan yang berlebihan, sedangkaan lawan katanya adalah ekstrem. Yusuf Qordowi
menunjukkan bahwa tawazu, i’tidal dan istiqomah adalah kata-kata yang sama dengan
moderasi; Ia mencontohkan, dalam Islam moderasi beragama berarti posisi yang selalu
menjadi jalan tengah dan tidak melebih-lebihkan tindakan agar pikiran dan sikap tidak
mendominasi. Bagi seseorang yang memiliki sifat moderat dalam beragama . Ia
menempatkan nilai atau sesuatu yang berlawanan dan tidak berlebihan dalam menyikapi
seseorang yang berwatak moderat dalam beragama6.
Pada zaman sekarang, moderasi berarti keseluruhan keseimbangan dalam sikap,
keyakinan, muamalah dan moralitas, ini berarti agama islam termasuk agama moderat
karena Islam tidak berlebihan dan tidak terlalu ekstrim ketika melakukan perbuatan.
Dalam pemikiran Islam, pengekangan adalah mendorong toleransi yang berbeda.
Keterbukaan untuk menoleransi perbedaan, baik dalam aliran yang berbeda maupun dalam
agama. Perbedaan agama tidak menghalangi kita untuk terlibat secara wajar dengan umat
manusia dan keyakinan Islam, juga tidak mengganggu agama lain untuk mengembangkan

6
Fajar Senjaya, “Modernisasi Beragama: Peran Guru, Kepala Madrasah Dan Pengawas”, Jurnal Guru
Inovatif, 24

267
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
hubungan persaudaraan dan kerjasama antar agama, seperti yang terjadi di Madinah di
bawah Nabi Muhammad.7
Sedangkan pengertian keberagamaan menurut Jalalludin Rahmat adalah prilaku
yang datang kepada Tuhan secara langsung atau tidak langsung. Dalam mengamalkan
ajaran agamanya dalam kehidupannya, keberagaman juga diartikan sebagai keadaan
pemeluk agama sehingga dapat disimpulkan bahwa keragaman berarti seseorang yang taat
pada ajaran agama dalam hal menghayati atau mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya. Melibatkan bagaimana berperilaku dan bersikap baik dalam kehidupan pribadi
dan sosial yang diukur melalui dimensi keberagamaan yaitu keyakinan, praktek agama,
pengalaman dan pengetahuan.8
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa modernisasi agama adalah
kehidupan manusia yang berkaitan dengan cara ajaran agama yang dijalankan dan
dipengaruhi oleh perubahan sistem politik, ilmu pengetahuan dan teknis. Lebih sederhana,
modernisasi agama adalah sikap yang berada di tengah (moderat) dalam mengekspresikan
pengalaman ajaran agamanya, dalam dimensi spiritual, sosial, dan budaya, serta politik
untuk bertoleransi terhadap agama lain.

1. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Modernisasi Beragama di Desa Sarang


Giting Kecamatan Dolok Masihul
Modernisasi beragama dalam menyikapi pandemi Covid-19 adalah kembali pada
maqashidus syariah tentang hifz (penjagaan) yang terdiri atas penjagaan agama, penjagaan
jiwa, penjagaan keturunan serta penjagaan harta. Dalam kondisi pandemi Covid-19,
penjagaan terhadap jiwa menjadi sangat penting, oleh karena itu berlaku kaidah-kaidah
dalam menjalankan syariat atau hukum agama, yaitu kaidah dalam menghindari
kemudratan lebih utama dari pada memperoleh kemaslahatan, khususnya dalam kaidah
Ushul Fiqih untuk tetap menjaga modernisasi beragama di masa pandemi Covid-19
maupun di masa new normal.9
Prinsip dasar modernisasi beragama adalah adil dan seimbang, artinya menjaga
keseimbangan antara dua hal, misalnya keseimbangan antara jasmani dan rohani,
menyeimbangkan kepentingan individu dan kemaslahatan bersama maupun
menyeimbangkan gagasan ideal dengan kenyataan yang ada. Dalam hal ini pandemi
Covid-19 sudah semakin nyata dan beresiko bagi keselamatan jasmani karena
berhubungan dengan kesehatan. Oleh karena itu implementasi modernisasi beragama
adalah mematuhi protokol kesehatan demi mencegah dan memutus rantai penyebaran
virus Covid-19 dengan menjaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker serta
mengkonsumsi makan makanan yang bergizi.10
Desa Sarang giting yang merupakan wilayah perkebunan telah
mengimplementasikan modernisasi beragama terutama dalam bidang pendidikan maupun
keagamaan, dampak pandemi covid-19 telah dirasakan sejak lama oleh anak-anak didik
maupun masyarakat yang dapat menghambat aktivitas mereka serta banyak kehilangan
mata pencaharian. Sangat banyak perubahan-perubahan yang terjadi di Desa Sarang Giting
salah satunya ialah anak-anak didik beserta guru nya diwajibkan belajar dirumah dan
waktu yang digunakan terbilang sedikit serta masyarakat yang melaksanakan ibadah
menurut ajaran agamanya juga wajib memenuhi protokol kesehatan.
7
Agus Akhmadi, Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia, Jurnal Diklat Keagamaan,
Vol. 13, No. 2, 2019, halaman. 49
8
Ibid,h.125.
9
Sabara, Beragama Dengan Moderat Di Era Pandemi Covid-19, Jurnal Agama dan Kebudayaan,
Vol. 6, N0. 2, 2476-9320, 2020. halaman. 143
10
Ibid, h. 144

268
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
Berdasarkan obeservasi awal dampak pandemi Covid-19 di Desa Sarang Giting
Kecamatan Dolok Masihul terhambatnya proses belajar mengajar yang tidak efektif dan
dilakukan secara online, sebagian masyarakat di Desa Sarang Gitting banyak kehilangan
mata pencaharian dan kegiatan keagamaan serta sosial kemasyarakatan di Desa Sarang
Gitting menjadi tidak efektif.

2. Pengaruh dan Perubahan Modernisasi Beragama di Desa Sarang Giting


Kecamatan Dolok Masihul Setelah Pandemi Covid-19
Desa Sarang Giting merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dolok
Masihul Kabupaten Serdang Bedagai yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Mayoritas
masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut bersuku Jawa. Masyarakat rentan akan
pengaruh modernisasi yang terjadi dari lingkungannya sehingga berpengaruh terhadap
tradisi beragama masyarakat Islam di Desa Sarang Giting tersebut. Karena modernisasi
merupakan bentuk nyata dari perubahan sosial, pada dasarnya setiap individu dan
masyarakat pasti akan mengalami suatu perubahan. Sebab, manusia mempunyai
kepentingan yang tidak terbatas.
Desa Sarang Giting terletak sangat dekat dengan kota sehingga menjadikan desa ini
lebih cepat menerima pengaruh dan perubahan modernisasi di bandingkan dengan desa
yang letak nya sangat jauh dari perkotaan. selain jaraknya dekat dari perkotaan desa ini
juga berdekatan dengan perkebunan karet (PTPN Sarang Giting).

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijalankan, maka dapat disimpulkan
bahwa: Implementasi moderasi beragama di desa Sarang Gitting itu sudah terjalin dengan
sangat baik. Walaupun ada beberapa juga beragama non muslim. Namun perbedaan agama
tidak membedakan satu sama lain antara agama Islam dan non muslim. Sebab kepala desa
memegang teguh pada prinsip moderasi beragama.
Moderasi beragama sangat penting diimpelementasikan dalam pemerintahan,
karena mengamalkan moderasi beragama pada hakikatnya dapat menjaga keharmonisan
antar umat beragama sehingga kondisi kehidupan masyarakat tetap akan damai dan
kehidupan berjalan harmonis.Fenomena pandemi tentu saja mengubah nilai-nilai sosial
dan budaya yang berdampak pola perubahan pola pikir serta sikap masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari untuk menjalankan protokol kesehatan seperti menggunakan masker
selalu, mencuci tangan dengan sabun atau handsanitaizer,tidak berkerumunan, menjaga
jarak, dan menghindari sentuhan fisik secara langsung.

269
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Akhmadi. Moderasi Beragama dalam Keragaman Indonesia, Jurnal Diklat Keagamaan
13, no. 2 (2019). https://bdksurabaya.e-journal.id/bdksurabaya/article/download/82/45.
Albi, Anggito & Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV. Jejak,
2018.
Dawing. Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural, Rausyan Fikr:
Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 13, no. 2 (2017): 225–255.
https://www.academia.edu/download/57136941/266-Article_Text-327-1-10-
20180224_1.pdf.
Fadhallah, R. A. Wawancara. Jakarta: UNJ Press 2020.
Fajar, Senjaya. Modernisasi Beragama: Peran Guru, Kepala Madrasah dan Pengawas,
Madaris: Jurnal Guru Inovatif 1, no. 2 (2020).
https://jurnalmadaris.org/index.php/md/article/view/195.
Hanafi, M. Moderasi Islam. Ciputat: Pusat Studi Ilmu al-Qur’an, 2013.
Sabara, “Beragama dengan Moderat di Era Pandemi Covid-19”, Jurnal Agama dan
Kebudayaan 6, no. 2 (2020). https://blamakassar.e-journal.id/mimikri/article/view/429.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuanttitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.

270

Anda mungkin juga menyukai