Anda di halaman 1dari 17

INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT UMAT BERAGAMA

DI DESA LAWANGKE KECAMATAN LEMBO RAYA


KABUPATEN MOROWALI UTARA

VITA YANI SUDAMARA


A 321 19 062

ARTIKEL JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT UMAT BERAGAMA
DI DESA LAWANGKE KECAMATAN LEMBO RAYA
KABUPATEN MOROWALI UTARA

Vita Yani Sudamara1


Kaharuddin Nawing2
Mahasiswa Program Studi PPKn FKIP UNTAD Email : vitayanisudamara@gmail.com1
Dosen Program Studi PPKn FKIP UNTAD Email : karnam_2010@yahoo.com2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk integrasi sosial umat beragama
pada masyarakat Desa Lawangke Kecamatan Lembo Raya, Faktor pendukung dan
penghambat integrasi umat beragama Desa Lawangke Kecamatan Lembo Raya. Adapun
subjek penelitian ini yaitu Kepala Desa, ketua Adat Lawangke , tokoh agama Desa
Lawangke dan Masyarakat . Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif, dan teknik pengumpulan data meliputi, observasi, wawancara, dokumentasi.
Analisis data dan selanjutnya menggunakan teknik analisis deskriptif yakni
menggambarkan hasil penelitian dalam bentuk uraian kualitatif dengan cara reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Bentuk integrasi
di Desa Lawangke meliputi integrasi normatif fungsional dan koersif semuanya
terlaksana dengan baik melalui kegiatan-kegiatan yang ada. 2) Faktor pendukung
integrasi umat beragama terdiri dari pengakuan kebhinekaan, koordinasi atau unsur
keterbukaan serta kerjasama semuanya terlaksana melalui kegiatan keagamaan dan
gotong royong yang ada di desa Lawangke Kecamatan Lembo Raya sedangkan faktor
penghambat integrasi sosial yang ada di Desa Lawangke yaitu konflik antar masyarakat
yang diakibatkan oleh permasalahan hewan ternak dan juga konflik yang diakibatkan
pengaruh alkohol.

Kata Kunci : Integrasi Sosial, keragaman, Umat Beragama

1
Mahasiswa Program Studi PPKn FKIP UNTAD
2
Pembimbing

1
I. PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat yang beragam, baik
dari segi suku, ras bahkan agamanya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena hal
tersebut merupakan keunikan sendiri bagi bangsa ini. Karena istimewanya hal
tersebut masyarakat Indonesia diberikan hak untuk memilih dan memeluk
agamanya masing-masing. Karena di negara Indonesia ada enam agamanya yang
diakui yaitu, islam, khatolik, Kristen, Hindu, Budha dan konghucu.
Kerukunan umat beragama merupakan satu unsur yang penting yang harus
dijaga di Indonesia yang hidup dalam berbagai macam suku, ras, aliran dan
agama. Untuk itu sikap toleransi yang baik diperlakukan dalam menyikapi
perbedaan-perbedaan tersebut agar kerukunan antar umat beragama tetap terjaga,
sebab perdamaian nasional hanya bisa dicapai jika masing-masing golongan
agama pandai menghormati identitas golongan lain (Gomgom Purba, 2022)3.
Nur Hidayat M, (2014:125-126)4 menjelaskan bahwa toleransi beragama
adalah menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain dengan
tidak mencampuri urusan masing-masing. Artinya kita boleh bekerjasama dengan
mereka baik dalam aspek sosial, ekonomi atau hal-hal lain yang terkait dan
bersifat duniawi.
Adanya toleransi masyarakat kita pada umumnya tampak rukun, walaupun
terkadang ada masalah kecil yang terlihat, tetapi hal tersebut merupakan hal yang
wajar karena pada dasarnya setiap umat beragama memiliki keyakinan untuk
menganggap benar terhadap agamanya masing-masing. Namun demikian ketika
persinggungan dan ketegangan itu bisa menjadi suatu konflik yang tidak
terkendali dan mengarah pada rusaknya tata hubungan dalam masyarakat. Konflik
dan ketegangan itu dapat dihindari antar pemeluk agama apabila terjadi integrasi
sosial yang positif diantara kelompok dengan kelompok.
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial, kenyataan tersebut menyebabkan
manusia tidak akan dapat hidup normal tanpa kehadiran manusia yang lain.

3
Purba, G. (2022). Pastisipasi Sosiologis Generasi Z Kristiani Dalam Peningkatan
Kerukunan Antar Umat Beragama Di Kota Batam. Jurnal Tabgha, 3(1), 56-66.
4
Muhammad, N. H. (2014). Fiqih sosial dan toleransi beragama: menjawab problematika
interaksi sosial antar umat beragama di Indonesia. Nasyrul'Ilmi Publishing.

2
Hubungan tersebut dapat dikategorikan sebagai interaksi sosial. Adapun
pengertian interaksi sosial menurut para ahli dapat dikemukakan sebagai berikut.
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang berkaitan
dengan orang perorangan, kelompok perkelompok, maupun perorangan terhadap
perkelompok ataupun sebaliknya (Hasanah Aini, 2023 ) 5. Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok.(Arghob Khofiyya Haqiqi, 2019) 6.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian interaksi sosial adalah
hubungan yang terjadi antara manusia dengan manusia yang lain, baik secara
individu maupun dengan kelompok.
Data yang diperoleh dari hasil survei yaitu: masyarakat di Desa Lawangke
Kecamatan Lembo Raya Kabupaten Morowali Utara terdapat pemeluk agama
yang berbeda-berbeda, yaitu islam, budha, kristen, dan hindu. Akan tetapi, mereka
tetap hidup rukun dan damai, toleransinya sangat tinggi dalam beragama, tidak
pernah terjadi konflik dan perselisihan. Masyarakat di Desa Lawangke Kecamatan
Lembo Raya Kabupaten Morowali Utara memiliki beberapa jumlah rumah ibadah
yang menggambarkan keberagaman di daerahnya seperti, 4 gereja, 1 masjid, 3
pura dan 1 wihara.
Seperti yang telah kemukakan di atas dalam kehidupan bermasyarakat masalah
perbedaan umat tersebut mempunyai hubungan yang erat sekali dengan integrasi
antar individu yang satu dengan yang lain serta menjalin hubungan timbal balik
antara penganut agama yang satu dengan yang lain. Namun, kondisi
keberagamaan tersebut tetap rukun dan damai serta berintegrasi secara positif.
Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui
bagaimana proses “Integrasi Sosial Masyarakat Umat Beragama di Desa
Lawangke Kecamatan Lembo Raya Kabupaten Morowali Utara”.

5
Aini, H. (2023). Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan
Interaksi Sosial Siswa Di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya (Doctoral dissertation, UIN
Ar-Raniry Fakultas Tarbiyah dan Keguruan).
6
Haqiqi, A. K. (2019). Interaksi Sosial Wanita Pengrajin Batik Terhadap Keluarga Di
Desa Bakaran Kabupaten Pati. IJTIMAIYA: Journal of Social Science Teaching, 3(1).

3
II. METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Menurut (Suardi, 2017)7 penelitian kualitatif adalah suatu proses
penelitian untuk memahami fenomena-fenomena manusia atau sosial dengan
menciptakan gambaran yang menyeluruh dan kompleks yang dapat disajikan
dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari sumber
informan.
Menurut (Sugiyono, 2016)8 pendekatan deskriptif bertujuan dilakukan untuk
mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungannya
dengan variabel lain.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Lawangke Kecamatan Lembo Raya
Kabupaten Morowali Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
2023
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017) 9. Subyek dalam penelitian
ini yaitu Kepala Desa, Ketua Adat, tokoh agama dan masyarakat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara : 1) Observasi, 2) Wawancara, dan 3)
Dokumentasi(Sugiyono, 2017)10.
E. Teknik Analisis Data

7
Suardi, W. (2017). Catatan kecil mengenai desain riset deskriptif kualitatif. Ekubis, 2(1),
1–11.
8
Sugiyono, S. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r & d. Bandung:
Alfabeta.
9
Sugiyono. (2017). Metode penelitian bisnis: pendekatan kuantitatif, kualitatif, kombinasi,
dan R&D. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung, 225, 87.
10
Sugiyono. (2016) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta

4
Terdapat tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan (Miles, Huberman dan Saldana, 2014)11.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh melalui teknik pengumpulan data dengan
wawancara, teknik tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang alamiah.
Struktur wawancara yang peneliti rancang bukan merupakan pedoman yang baku,
jadi apabila jawaban yang diberikan informan kurang jelas, maka peneliti
mengajukan pertanyaan lain agar jawaban yang diberikan bisa lebih jauh saat
mereka menjabarkan, maka peneliti dapat menganalisa “Integrasi Sosial
Masyarakat Umat Beragama di Desa Lawangke Kecamatan Lembo Raya
Kabupaten Morowali Utara”.
1. Bentuk Integrasi Umat Beragama Di Desa Lawangke
Agama merupakan suatu pegangan hidup yang harus dimiliki oleh setiap
umat dimanapun ia berada, untuk mendapatkan keselamatan, baik keselamatan di
dunia maupun keselematan di akhirat kelak. Dalam usaha menampung ide-ide
masyarakat desa dalam bidang keagamaan merupakan hal yang sangat penting,
karena lembaga keagamaan, umat manusia akan menjadi umat yang penuh
tanggung jawab, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Apabila
manusia di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari menjalankan pedoman hidup
menurut agama dan ajarannya masing-masing, hidup manusia itu akan tenang dan
damai.
Integrasi umat beragama yang terwujud antar masyarakat di Desa Lawangke
ini juga tidak terlepas dari peran pemerintah, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh
agama sebagai mediator dan fasilitator dalam permasalahan yang mempengaruhi
terwujudnya integrasi sosial di Desa Lawangke.
Berdasarkan wawancara bersama narasumber pada 06 maret 2023 maka dapat
diketahui bahwa penduduk desa Lawangke adalah sebagaian besar menganut
agama Hindu. Penganut agama Islam berjumlah 106 KK, penganut agama Budha
berjumlah 5 KK, penganut agama Kristen 164 KK, dan penganut agama Hindu
11
Miles, Huberman dan Saldana (2014). “Qualitative Data Analysis: A methods
sourcebook”. Sage publications.

5
204 KK. Masyarakat Desa Lawangke tidak mempersoalkan masalah agama, sebab
mereka berpendapat semua agama mengajarkan hal yang baik, dan mereka tidak
ingin memutuskan tali silaturahmi, atau persaudaraan akibat dari perbedaan
agama dalam pelaksanaan peribadatan masyarakat saling menghormati dan selalu
memberikan toleransi yang tinggi.
Selain itu juga hasil ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan
oleh peneliti, dimana peneliti memperoleh hasil bahwa masyarakat di Desa
Lawangke membentuk kelompok tani menanam rica secara bersama-sama,
kegiatan kelompok tani Desa Lawangke dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 4.2.1. Kegiatan Kelompok Tani Membudidayakan Rica


Berdasarkan wawancara bersama narasumber pada 07 maret 2023 maka dapat
diketahui bahwa kepala desa selaku pemerintah desa melakukan musyawarah
bersama masyaraka untuk membuat aturan agar kedepannya desa tersebut jauh
lebih baik seperti aturan hewan ternak yang berkeliaran di jalan, oleh karena itu
dibutuhkannya aturan yang mengatur tentang hal tersebut.
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Integrasi Sosial Umat Beragama Di
Desa Lawangke
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari narasumber diketahui bahwa
adanya perbedaan keyakinan masyarakat terutama dalam keluarga bukan menjadi
penghalang dalam berdampingan dan hidup saling menghargai, menghormati
bahkan tolong menolong tanpa harus menimbulkan sebuah konflik tertutama
dalam berbeda keyakinan. Oleh karena itu dengan kondisi sosial keberagaman
pada masyarakat agar tetap menjaga hubungan dengan baik terutama dalam
integrasi sosial antar umat beragama.

6
Berdasarkan hasil wawancara bersama narasumber yang dilakukan pada
taggal 07 Maret 2023 maka diketahui bahwa walaupun kita berbeda dalam
keyakinan terutama dalam agama itu bukan menjadi penghalang bagi kita dalam
membantu saudara kita dalam menjalankan suatu acara tertutama dalam adat-
istiadat, seperti di Desa Lawangke adat-istiadat sangan mendukung akan adanya
toleransi beragama sebab dalam suatu adat yang dilakukan terutama dalam
upacara baik pernikahan, syukuran, maupun pemakaman yang diadakan menjadi
sarana masyarakat yang beda agama untuk saling berinteraksi.
Interaksi yang dilakukan oleh umat beragama di Desa Lawangke tidak hanya
interaksi yang bersifat sementara saja namun masyarakat Desa Lawangke juga
menunjukkan bahwa keakraban diantara masyarakat tidak hanya dalam bentuk
adat-istiadat saja, akan tetapi bila salah satu dari masyarakat ada yang mengalami
kesulitan, maka dari masing-masing masyarakat memiliki rasa solidaritas yang
tinggi untuk turut ikut membantu meringankan beban yang ditanggung. Inilah
salah satu alasan mengapa di Desa Lawangke sangat erat akan toleransi beragama.
Selain faktor yang mendukung integrasi sosial antar umat beragama di Desa
Lawangke, ada beberapa faktor juga yang menghambat integrasi sosial antar umat
beragama di Desa Lawangke. Berdasarkan hasil wawancara yag diperoleh dari
narasumber maka dapat diketahui bahwa dalam membangun integrsi antar umat
beragama ada beberapa faktor yang menghambat terciptanya integrasi sosial antar
masyarakat di Desa Lawangke salah satu faktor penghambat terbesar yaitu masih
ada masyarakat di Desa Lawangke yang masih sangat mementingkan egonya dan
juga masih adanya persaingan ditengah-tengah masyarakat dalam hal kedudukan
seperti pemilihan calon kepala desa, banyak masyarakat yang bebeda pendapat
mengenai calon pasangan yang menurut mereka masing-masing berbeda.
B. Pembahasan
1. Bentuk Integrasi Sosial Umat Beragama Di Desa Lawangke

7
Menurut Kumanto Sunarto (Taufik Hidayatulloh, 2023)12 integrasi merupakan
salah satu topik menarik sosiologi, yang menjelaskan bagaimana berbagai elemen
masyarakat menjaga kesatuan satu dengan yang lain. Hakikat integrasi dalam
lingkungan komunitas terjadi melalui cara membangun solidaritas sosial dalam
kelompok dan dapat menjalani kehidupan dalam kebersamaan. Dan Integrasi
sosial mengacu pada suatu keadaan dalam masyarakat dimana orang-orang saling
berhubungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilaksanakan Desa
Lawangke terkait dengan integrasi sosial antar umat beragama di Desa Lawangke,
dimana peneliti memperoleh data bahwa masyarakat di Desa Lawangke sebagaian
besar menganut agama Hindu. Penganut agama Islam berjumlah 106 kk, penganut
agama Budha berjumlah 5 kk, penganut agama Kristen 164 kk, dan penganut
agama Hindu 204 orang.
Integrasi sosial masyarakat Desa Lawangke menjadi lebih kompleks lagi
karena adanya sejumlah warga/masyarakat Desa Lawangke yang tergolong
sebagai keturunan orang asing (Komunitas Tionghua) yang hidup di dalam dan
menjadi sebagian dari masyarakat Desa Lawangke. Mereka ini mempunyai
kebudayaan yang berbeda-beda dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada pada
umumnya yang dipunyai oleh masyarakat Desa Lawangke. Dari adanya
kemajemukan suku bangsa dan agama serta pelapisan sosial yang terjadi dalam
masyarakat maka secara tidak langsung masyarakatnya juga memiliki
kemajemukan budaya yang dibawa oleh masing-masing etnis.
Selain itu integrasi sosial masyarakat di Desa Lawangke sangat tinggi
terutama dalam hal toleransi antar umat beragama, hal ini karena masyarakat Desa
Lawangke tidak mempersoalkan masalah agama, sebab mereka berpendapat
semua agama mengajarkan hal yang baik, dan mereka tidak ingin memutuskan tali
silaturahmi, atau persaudaraan akibat dari perbedaan agama dalam pelaksanaan

12
Hidayatulloh, T.(2023). Dinamika Paguyuban Kerukunan Desa Pabuaran (Pkdp) Dalam
Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Desa Pabuaran Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor (Bachelor's thesis, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).

8
peribadatan masyarakat saling menghormati dan selalu memberikan toleransi
yang tinggi.
Serta juga adapun bentuk-bentuk integrasi ditengah masyarakat di Desa
Lawangke, dimana masyarakat di Desa Lawangke masih menjunjung tinggi
norma norma yang ada dan hal ini diperkuat dengan adanya aturan bahwa setiap
umat beragama memilik aturan-aturan sendiri seperti orang yang halanggan
dilarang masuk kedalam pura atau tempat suci umat agama hindu.
Dalam membangun integrasi social antar umat beragama di Desa Lawangke
pemerintah desa membentuk suatu kelompok tani yang dimana kelompok tani ini
membudidayakan tanaman rica yang nantinya hasil dari tersebut digunakan untuk
kepentingan semua umat beragama, sehingga dengan adanya kelompok tani ini
maka dapat meningkatkan kerja sama antar umat beragama di Desa Lawangke ini.
Kegiatan kelompok tani Desa Lawangke dapat dilihat dibawah ini

Gambar 4.3.1. Kegiatan Kelompok Tani Membudidayakan Rica


2. Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Sosial Antar Umat
Beragama Di Desa Lawangke
Manusia sebagai makhluk sosial didalam kehidupan senantiasa berhubungan
dengan manusia lain, hal ini dilakukan dalam usaha pemenuhan kebutuhan
hidupnya, baik itu yang sifatnya material maupun non material. Maka dalam
kehidupan masyarakat terdapat pola hubungan yang bermacam-macam sesuai
dengan kebutuhannya karena keterbatasan yang dimiliki. Dalam menjalin sebuah
hubungan yang baik pasti ada hal yang menjadi sebab terjadinya hubungan yang
baik tersebut, begitupula dengan integrasi sosial antar umat beragama. Dalam
membangun integrasi sosial antar umat beragama sangat mustahil rasanya apabila

9
tidak ada hal yang menjadi faktor atau yang menjadi penyebab sehingga integrasi
sosial antar umat beragama itu dapat tercipta.
Menurut Rusman (Yehezkiel Mais, 2019)13 faktor pendukung integrasi ada
beberapa yaitu: (a) Pengakuan kebhinekaan Apabila homogenitas telah tercapai,
dalam arti bahwa setiap anggota masyarakat mengakui, menerima dan
memberikan toleransi yang besar terhadap unsur-unsur yang berbeda dengan diri
dan kelompoknya, maka kelangsungan hidup kelompok akan terpelihara.
(b).keterbukaan atau koordinasi Koordinasi menurut Kamus Sosiologi (Lukman
Ismail, 2021)14, merupakan pengaturan secara sentral untuk mencapai integrasi
dengan mempersatukan individu maupun kelompok agar tercapai keseimbangan
dan keselarasan dalam hubungan di masyarakat. Dalam organisasi masyarakat,
koordinasi merupakan faktor yang dominan. Tanpa adanya koordinasi, suatu
organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan dalam kelompok
terdiri atas orang-orang dengan sifat dan kepribadian yang berbeda. (c).kerjasama
Menurut Charles H. Cooley dikutip dari (Supri Ariyadi, 2017) 15, kerja sama
muncul apabila seseorang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang
sama. Selain itu, pada saat bersamaan mereka memiliki pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut.
Faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam membentuk integrasi sosial
antar umat beragama di Desa Lawangke, dimana meskipun ada perbedaan
keyakinan masyarakat terutama dalam keluarga itu bukan menjadi penghalang
dalam berdampingan dan hidup saling menghargai, menghormati bahkan tolong
menolong tanpa harus menimbulkan sebuah konflik tertutama dalam berbeda
keyakinan. Oleh karena itu dengan kondisi sosial keberagaman pada masyarakat

13
Mais, Y., & Purwanto, A. (2019). Integrasi Sosial Antara Masyarakat Pendatang Dengan
Masyarakat Setempat Di Desa Trans Kecamatan Sahu Timur. HOLISTIK, Journal Of
Social and Culture, 12(1).
14
Ismail, L., & Kaharuddin, K. (2021). Resolusi Konflik Agama Dalam Integrasi Sosial di
Kabupaten Sidenreng Rappang. Aksiologi: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 1(2), 77-
82.
15
Ariyadi, S., & Muchtarom, M. (2017). Internalisasi nilai-nilai toleransi sebagai upaya
meningkatkan integrasi sosial melalui forum persaudaraan bangsa indonesia (fpbi) di kota
Surakarta. Educitizen, 2(1).

10
agar tetap menjaga hubungan dengan baik terutama dalam integrasi sosial antar
umat beragama.
Integrasi sosial antar umat beragama di Desa Lawangke terjadi juga tidak
lepas dari peran pemerintah desa dimana pemerintah desa dalam menyeselesaikan
konflik yang terjadi ditengah masyarakat hal ini membuktikan bahwa integrasi
koersif di Desa Lawangke benar adanya, seperti kerukunan, gotong royong,
tolong-menolong, dan lain sebagainya. Kerja sama yang terjalin antar kelompok
sosial dalam masyarakat multikultural memiliki pengaruh yang besar dalam
integrasi sosial. Hal ini dikarenakan dalam kelompok sosial yang berbeda saling
menyesuaikan diri, melengkapi, membutuhkan, dan tidak memaksakan kehendak
yang dapat dapat memicu timbulnya konflik dalam masyarakat. Kelompok sosial
yang berbeda tersebut melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai bersama. Tercapainya suatu konsensus mengenai nilai-nilai dan norma
sosial. Dari penjabaran di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat
Desa Lawangke ditemukan faktor pendukung integrasi sosial seperti pengakuan
kebhinekaan, keterbukaan atau koordinasi dan kerjasama.
Berdasarkan beberapa faktor pendukung di atas diketahui bahwa untuk
memantapkan toleransi beragama, hal serius yang harus diperhatikan adalah adat-
sitiadat. Dalam hal ini adat-istiadat adalah figur yang dapat membangun sifat
saling menghargai dan menghormati sesama umat beragama. Hal yang dapat kita
lakukan sebagai generasi muda agar sikap toleransi beragama semakin kuat di
antara umat beragama sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Dengan cara
seperti itu dapat meningkatkan keimanan kita, jika iman kita sudah kuat maka kita
akan terbiasa untuk melakukan hal-hal baik dalam kehidupan, selain itu juga dapat
meningkatkan ketaqwaan kita dengan cara menjalankan agama secara benar
sehingga mempunyai dampak positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Selain faktor yang mendukung integrasi sosial antar umat beragama di Desa
Lawangke, ada beberapa faktor juga yang menghambat integrasi sosial antar umat
beragama di Desa Lawangke seperti mengenai masalah hewan ternak yang
merusak tanaman sehingga ada warga yang berseteru, tetapi hal tersebut sudah
dimediasi oleh pemerintah desa, namun setelah adanya mediasi warga yang

11
memiliki konflik hingga sekarang masih tak kunjung berbicara atau saling
berseteru satu sama lain, selain masalah konflik terkait hewan ternak juga terdapat
faktor peghambat lain dimana alkhohol dan mabuk-mabukan sehingga
menyebabkan kegaduhan di Desa ini.
Hasil wawancara bersama narasumber juga didukung dengan hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti dimana peneliti memperoleh hasil bahwa sering kali
terjadinya konflik di tengah-tengah masyarakat dimana konflik tersebut
diakibatkan kerena masalah hewan ternak yang merusak tanaman sehingga ada
warga yang berseteru, selain itu juga peneliti menemukan bahwa selain konflik
yang diakibatkan karena hewan ternak juga terdapat konflik yang diakibatkan
kerena pengaruh alkohol apalagi pada saat pesta dimana masyarakat khususnya
pemuda di Desa Lawangke yang mengomsumsi alkohol berlebihan sehingga
sering kali juga mengakibatkan kegaduhan.
Hal ini sejalan denga hasil penelitian yang dilakukan oleh Danar Aswim, dkk
(2021)16, yang menyatakan bahwa konflik sudah menjadi bagian dari kehidupan
manusia. Konflik kerap kali hadir di kehidupan sehari-hari kita, antara
perorangan, anggota kelurga maupun antara warga masyarakat. Konflik sebagai
bentuk interaksi sosial munculnya konflik biasanya karena perbedaan antara
individu maupun kelompok. Baik itu perbedaan pendapat, penampilan, ras,
ideologi, budaya dan perbedaan lain.
Adapun beberapa hal yang pemerintah Desa Lawangke lakukan untuk
mengatasi faktor penghambat dalam meningkatkan integrasi sosial antar umat
beragama di Desa Lawangke yaitu pemerintah Desa memfasilitasi masyarakat
dengan proses mediasi di kantor Desa dengan melibatkan aparat Desa, Kepala
Desa, tokoh Adat jika masalah berat dan juga orang yang sedang bermasalah.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari Rahayu
(2016)17, yang menyetakan bahwa peran seorang kepala desa menjadi sangat
penting dalam penyelesaian perselisihan di masyarakat desa. Penyelesaian konflik
16
Aswim, D., Kpalet, P., & Afilanti, T. (2021). Peran Pemerintah Desa Dalam Mengatasi
Konflik Perkelahian Warga Akibat Minuman Keras Di Desa Aibura. Journal Civics and
Social Studies, 5(2), 192-197
17
Rahayu, S. L., & Mayastuti, A. (2016). Penguatan Fungsi Kepala Desa Sebagai Mediator
Perselisihan Masyarakat Di Desa. Yustisia Jurnal Hukum, 5(2), 340-360.

12
secara damai sangat penting dikedepankan untuk mempertahankan harmoni sosial
dalam kehidupan masyarakat, serta tidak menimbulkan luka batin yang
menyisakan dendam berkepanjangan. Penyelesaian secara damai dan
kekeluargaan ini, intinya adalah permohonan maaf dari pihak yang melakukan
kesalahan kepada pihak yang dirugikan dan pihak yang dirugikan bersedia
menerima permohonan maaf serta bersedia pula untuk memaafkan pihak yang
melakukan kesalahan.

IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dalam hal ini
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Bentuk-bentuk Integrasi sosial masyarakat di Desa Lawangke terdapat 3
bentuk yaitu normatif dimana terdapat penerapan norma-norma yang ada di
masyarakat seperti hal toleransi umat beragama, bentuk fungsional yang
didapatkan di Desa Lawangke yaitu keikutsertaan masyarakat saat ada
kegiatan keagamaan untuk menjaga keamanan dan ketertiban dan juga
melakukan berbagai kegiatan secara gotong royong dalam bidang pertanian
dan bentuk koersif di Desa Lawangke yaitu kewenangan kepala desa dalam
mengatur dan mengumpulkan masyarakatnya dalam melakukan musyawarah.
2) Faktor pendukung integrasi yaitu faktor pengakuan kebhinekaan dimana
menghargai keberagaman agama dan budaya di Desa Lawangke, kemudian
faktor kerjasama yaitu masyarakat di Desa Lawangke melakukan kerja bakti
bersama-sama pada saat kedukaan atau kegiatan yang bersifat gotong royong
dan faktor keterbukaan/koordinasi dimana masyarakat Desa Lawangke
melakukan keterbukaan/koordinasi antar umat beragama saat melaksanakan
kegiatan keagamaan kemudian faktor penghambat integrasi yaitu faktor
konflik dimana di Desa Lawangke pernah terjadi adanya konflik hewan ternak
yang masuk dalam perkebunan warga namun hal tersebut telah diselesaikan

13
secara kekeluargaan melalui mediasi dan faktor alkohol yaitu terpengaruhnya
anak muda di Desa Lawangke terhadap minuman keras sehingga
mengakibatkan ketertiban dan keamanan di Desa Lawangke terganggu dan
mengakibatkan perkelahian.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, ada beberapa hal yang menjadi saran dari
penulis yaitu sebagai berikut :
1) Masyarakat Desa Lawangke diharapkan mampu menjaga bentuk integrasi
yang sudah terjalin. Terkhusus untuk masyarakat lain diharapkan mampu
mengikuti hal yang baik yang ada di Desa Lawangke.
2) Bagi masyarakat Lawangke diharapkan mampu mengembangkan dan
mempertahankan faktor pendukung yang ada.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aini, H. (2023). Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan


Interaksi Sosial Siswa Di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya (Doctoral
dissertation, UIN Ar-Raniry Fakultas Tarbiyah dan Keguruan).

Ariyadi, S., & Muchtarom, M. (2017). Internalisasi nilai-nilai toleransi sebagai


upaya meningkatkan integrasi sosial melalui forum persaudaraan bangsa
indonesia (fpbi) di kota Surakarta. Educitizen, 2(1).

Aswim, D., Kpalet, P., & Afilanti, T. (2021). Peran Pemerintah Desa Dalam
Mengatasi Konflik Perkelahian Warga Akibat Minuman Keras Di Desa
Aibura. Journal Civics and Social Studies, 5(2), 192-197

Haqiqi, A. K. (2019). Interaksi Sosial Wanita Pengrajin Batik Terhadap Keluarga


Di Desa Bakaran Kabupaten Pati. IJTIMAIYA: Journal of Social Science
Teaching, 3(1).

Hidayatulloh, T.(2023). Dinamika Paguyuban Kerukunan Desa Pabuaran (Pkdp)


Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Desa Pabuaran
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor (Bachelor's thesis, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta).

Ismail, L., & Kaharuddin, K. (2021). Resolusi Konflik Agama Dalam Integrasi
Sosial di Kabupaten Sidenreng Rappang. Aksiologi: Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Sosial, 1(2), 77-82.

Mais, Y., & Purwanto, A. (2019). Integrasi Sosial Antara Masyarakat Pendatang

15
Dengan Masyarakat Setempat Di Desa Trans Kecamatan Sahu Timur.
HOLISTIK, Journal Of Social and Culture, 12(1).

Miles, Huberman dan Saldana (2014). “Qualitative Data Analysis: A methods


sourcebook”. Sage publications.

Muhammad, N. H. (2014). Fiqih sosial dan toleransi beragama: menjawab


problematika interaksi sosial antar umat beragama di Indonesia.
Nasyrul'Ilmi Publishing.

Purba, G. (2022). Pastisipasi Sosiologis Generasi Z Kristiani Dalam Peningkatan


Kerukunan Antar Umat Beragama Di Kota Batam. Jurnal Tabgha, 3(1),
56-66.
Rahayu, S. L., & Mayastuti, A. (2016). Penguatan Fungsi Kepala Desa Sebagai
Mediator Perselisihan Masyarakat Di Desa. Yustisia Jurnal Hukum, 5(2),
340-360.

Suardi, W. (2017). Catatan kecil mengenai desain riset deskriptif kualitatif.


Ekubis, 2(1), 1–11.

Sugiyono. (2016) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. (2017). Metode penelitian bisnis: pendekatan kuantitatif, kualitatif,


kombinasi, dan R&D. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung, 225, 87.

16

Anda mungkin juga menyukai