Anda di halaman 1dari 7

PENELITIAN PSIKOLOGI INDIGENOUS

“Gambaran Penyesuaian Diri Orang Jawa setelah


Menikah dengan Orang Minangkabau”

Dosen Pengampu :
Rizal Kurniawan, S.Psi.I.,MA.

Disusun Oleh

Kelompok 7:

1. Adrian Malvisa (19011002)


2. Alhuda Hasdi (19011334)
3. Amatul Firdausya Damai (19011097)
4. Hikmatul Wazkia Putri (19011038)
5. Ibnu Hatta Ramadhan (19011139)
6. Rahmat Ramadhan (19011179)

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
BAB I
PENGANTAR

Di indonesia, pernikahan antarbudaya bukan sebuah fenomena baru. Terutama


pada kebudayaan yang memiliki adat yang berbanding terbalik, pernikahan
antarbudaya akan menjadi lebih menarik untuk dikaji karena di dalamnya terdapat
peleburan nilai-nilai yang bertolak belakang menjadi suatu nilai baru yang
menyatukan kedua budaya tersebut. Dalam konteks penelitian ini mengkaji budaya
etnis minang dengan budaya etnis jawa. Etnis minang dengan budayanya yang
berpedoman pada matrilineal, dimana garis keturunan ditarik melalui garis ibu.
Sedangkan pada etnis jawa dengan budayanya yang berpedoman pada parental atau
bilateral, dimana garis keturunan ditarik melalui garis kedua orang tua.
Karakteristik komunikasi yang dimiliki kedua etnis pun sangat tolak belakang.
Sehingga dapat menimbulkan perubahan-perubahan baik dalam berperilaku, sikap dan
kebiasaan sehari seperti etnis minang yang lugas dan etnis jawa yang lebih halus.
Perbedaan budaya pada pasangan etnis jawa dan etnis minang dapat menimbulkan
konflik-konflik salah satu faktornya perbedaan dalam bahasa, interaksi, dan budaya.
Suku jawa lebih mengendepankan sistem parental atau bilateral (Fitriatmoko,
Sudaryatmi & Triyono, 2017). Sistem ini merupakan sistem kekerabatan yang
menarik garis lurus keturunan dari kedua orang tua. Dimana dalam proses pernikahan,
keluarga ikut terlibat dalam urusan pribadi (Puspowardhani, 2018). Sedangkan suku
minangkabau menganut sistem matrilineal, walaupun ajaran mereka sangat kuat
dengan ajaran agama islam. Dan menjunjung tinggi adat dalam menentukan hal-hal
penting dan permasalahan hukum yang biasa dikenal dengan sistem proto-demokrasi
(Malik, 2016). Menurut Arika (2015) dalam sebuah pasangan, perempuan minang
memang disebut dengan budaya yang mayoritas pada kehidupan berkeluarga.
Sedangkan pria jawa memiliki budaya yang minoritas. Sehingga terjadinya proses
asimilasi dalam pernikahan antara pria jawa dengan perempuan minang.
Pernikahan antar budaya merupakan suatu bentuk relasi sepasang pria dan
wanita yang berasal dari dua suku, ras dan kebudayaan yang berbeda dalam suatu
ikatan komitmen secara institusional. Meskipun berasal dari dua kebudayaan yang
berbeda dan memerlukan proses adapatasi yang melebihi pernikahan dalam satu
budaya. Setiap pernikahan pasti akan mengharapkan kebahagiaan, namun harapan

1
dalam perkawinan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan setelah menjalani
kehidupan berumah tangga (Dewi dan Basti, 2008, h. 43). Sehingga perlu adanya
penyesuaian diri dari pasangan suami istri terhadap perubahan gaya hidup, peran, dan
tanggung jawab baru, agar rumah tangga menjadi harmonis dan bahagia (Dewi dan
Basti, 2008, 43). Sehingga memperoleh dukungan emosional, rasa nyaman,
pemenuhan kebutuhan seksual dan memiliki teman bertukar pikiran yang
menyenangkan dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan pernikahan
(Ginanjar, 2009, h. 67).
Aspek- aspek penyesuaian diri dalam pernikahan antara lain: saling
pengertian, kemampuan untuk bertanggung jawab, rela berkorban, dan mempunyai
relasi sosial yang memuaskan (Munandar, 1999, h. 40). Jenis penyesuaian diri dalam
pernikahan antara lain penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual,
penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. (Hurlock,
2006, h. 290-293). Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dalam pernikahan
antara lain karakteristik pribadi, latar belakang budaya, partisipasi sosial, pengalaman
berhubungan dengan lawan jenis, usia saat menikah, pendidikan, penyesuaian
terhadap keluarga, tingkah laku seksual, dan jumlah anak (Burgess & Locke, dalam
Prasetyo, 2007, h.6-7).
Dalam penelitian ini, peneliti ingin menemukan temuan baru terkait
bagaimana gambaran penyesuaian diri orang jawa setelah menikah dengan orang
Minangkabau, untuk mendapatkan data peneliti menggunakan metode wawancara
dengan subjek 3 orang pasangan yang menikah berbeda budaya yaitu budaya minang
dan budaya jawa, kami melakukan wawancara menggunakan aplikasi zoom.

2
BAB II
METODE

a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pasangan yang sudah menikah namun berbeda
budaya, yaitu orang yang berasal dari minang menikah dengan orang yang berasal
dari jawa.

b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang kami gunakan kepada subjek terdiri dari beberapa
topik, yakni pertama apa saja masalah yang muncul setelah menikah dengan orang
yang berbeda budaya, kedua bagaimana penyesuaian diri terhadap permasalahan
perbedaan budaya tersebut, ketiga bagaimana penyesuaian diri dalam bidang makanan
seperti cara makan serta selera makanan dengan pasangan, keempat bagaimana
penyesuaian diri dalam berkomnikasi dan menggunakan adat apa Ketika pernikahan

c. Prosedur Pengambilan Data


Wawancara menurut Johnson dan Cristenshen (Surya Gumilang, 2016)
merupakan metode pengumpulan data yang menunjukkan peneliti sebagai
pewawancara mengajukan sejumlah pertanyaan kepada partisipan sebagai subjek
yang diwawancarai. Dalam melakukan penelitian ini prosedur pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan mengunakan wawancara terstruktur. Peneliti melakukan
wawancara melalui media aplikasi ZOOM.

d. Teknik analisis data


Analisis data menurut Patton (dalam Zellatifanny dan Mudjiyanto, 2018) adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor (dalam Zellatifanny dan Mudjiyanto,
2018) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal
untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh
data dan sebagai saha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
interpretative phenomenological analysis (IPA), teknik IPA berfokus pada penelitian

3
fenomenologi dimana peneliti ingin menafsirkan bagaimana partisipan sebagai orang
yang mengalami langsung peristiwa tertentu dalam menafsirkan pengalamannya. IPA
dirancang untuk memahami pengalaman unik dengan menganalisisnya secara
mendetail. Teknik analisis IPA bermakna untuk pengalaman dan peristiwa, serta
keadaan tertentu (Kahija, 2017).

Menurut Kahija (2017) ada beberapa langkah dalam menganalisis data fenomenologi
dengan pendekatan IPA, yaitu:
1. Peneliti menyusun transkripsi verbatim atau transkrip orisinal.
2. Peneliti membaca transkrip verbatim berkali-kali untuk menentukan komentar
eksploratoris.
3. Peneliti membuat catatan-catatan awal yang disebut sebagai komentar
eksploratoris yang merupakan pernyataan interpretative peneliti terhadap
pernyataan subjek yang dianggap penting.
4. Peneliti membuat tema dari komentar eksploratoris disebut tema emergen
yang berupa kata atau sekelompok kata.
5. Peneliti membuat tema superordinat, yaitu tema yang menampung beberapa
tema emergen yang memiliki kemiripan makna.
6. Membuat tema superordinat masing-masing subjek, dengan menyatukan tema
superordinat seluruh subjek.
7. Peneliti membuat penaatan seluruh tema superordinat dengan cara membuat
tabel induk.
Teknik analisis yang digunakan untuk merepresentasikan data penelitian ini adalah
teknik analisis interpretative phenomenological analysis yang disingkat dengan IPA.

4
BAB III
HASIL PENELITIAN

BAB IV
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, N., Sakti, H., & Fauziah, N. (2013). Penyesuaian diri wanita etnis Jawa yang
menikah dengan pria etnis Cina. Jurnal EMPATI, 2(4), 305-315.

Gumilang, G. S. (2016). Metode Penelitian Kualitatif Dalam. Jurlan Fokus Konseling,


2(2), 1–16.

Pramudito, A. A. (2017). Merenda cinta melintas budaya hingga senja tiba (studi
literatur tentang perkawinan antar-budaya). Buletin Psikologi, 25(2), 76-88.

Putra, R. I. D., Afrilian, D., & Sya’fa, H. (2020, December). KOMUNIKASI LINTAS
BUDAYA PADA ASIMILASI PERNIKAHAN (Studi Etnografi Pada
Keluarga Etnis Jawa dan Minang). In Seminar Nasional Riset Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (Vol. 1, No. 2, pp. 1-10).

5
Tuapattinaya, Y. I. F., & Hartati, S. (2014). Pengambilan keputusan untuk menikah
beda etnis: Studi fenomenologis pada perempuan jawa. Jurnal
Psikologi, 13(1), 34-41.

Zellatifanny, C.M., & Mudjiyanto, B. (2018). Tipe Penelitian Deskripsi Dalam Ilmu
Komunikasi. Jurnal Diakom, 1(2), 83-90.

Kahija, Y. F. (2017). Penelitian fenomenologi jalan memahami pengalaman.


Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai