Anda di halaman 1dari 3

INTERGROUP RESOURCE ALLOCATION BEHAVIOR DI INDONESIA

Indonesia sebagai negara multi-identitas menjadikan relasi antar-kelompok di dalamnya sangat


berdinamika, sekaligus memiliki kerentanan yang cukup tinggi, termasuk ketika ingin melihat
secara spesifik bagaimana pembagian sumber daya antar-kelompok bekerja. Variasi identitas
sosial tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan suku, agama/kepercayaan lokal, serta
organisasi politik/kemasyarakatan yang diikuti. Dilihat berdasarkan suku, data sensus
penduduk tahun 2010 menyebutkan terdapat 1.340 jumlah suku bangsa dari 270 juta penduduk
di Indonesia. Populasi suku Jawa sebagai mayoritas dengan persentasi 40%, disusul Sunda,
Batak, Bugis-Makassar, dan Madura. Sementara pada identitas agama, sekitar 87% penduduk
memeluk agama Islam, 13% lainnya terbagi pada beberapa agama, seperti Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, Kong-Hu Cu, serta local religion yang masih eksis pada beberapa daerah di
Indonesia. Data tersebut belum terhitung identitas sosial lainnya dalam bentuk organisasi
politik dan kemasyarakatan yang jumlahnya sangat masif.
Identitas sosial yang sangat bervariasi ini memiliki dua konsekuensi secara simultan. Pertama,
dimensi sosio-psikologis pada level individual menjadi sangat kaya. Kedua, jika tidak dikelola
dengan baik akan menghadirkan ancaman disintegrasi (Fikriyati et al., 2021; Karmiyati et al.,
2021; Khasanah et al., 2021). Sejarah telah mencatat beberapa konflik horizontal dengan latar
belakang identitas sosial yang pernah terjadi di Indonesia. Sebut saja konflik Ambon di tahun
1999-2003, Sampit tahun 2001, Poso pada tahun 1998-2001, hingga Wamena di tahun 2019.
Pasca konflik, sebagian warga masih hidup tersegragasi, dan masih sulit menuju proses
intergrasi antar-kelompok. Beberapa literatur menyebutkan bahwa pasca konflik hal tersebut
terjadi karena persoalan alokasi/distribusi kekuasaan dan sumber daya yang dinilai tidak
proporsional, sehingga menjadikan in-group juga hanya berfokus pada proses distribusi sumber
daya bagi anggota mereka saja (Sapulette, 2019; Susanto, 2019; Mashuri & Hi. Ishak, 2022).
Fenomena ini seringkali disebut dengan inter-group resource allocation behavior.
Studi terdahulu telah menjelaskan beberapa prediktor inter-group resource allocation behavior
pada relasi antar-kelompok, yaitu status dan pengaruh kelompok (mayoritas dan minoritas),
anticipated emotions yang berkaitan dengan index cooperative and competitive emotions, serta
social dominance orientation (Bono et al., 2020; Dhont et al., 2014; King, 2016); persepsi dan
penilaian tentang keadilan untuk mengakses kebijakan negara dan sumber daya (Elenbaas et
al., 2016; Mulvey et al., 2016). Selain itu, studi lainnya juga menemukan bahwa intergroup
anxiety akan meningkatkan kecenderungan individu menarik diri dalam relasi antar-kelompok,
termasuk intensi yang rendah dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki kepada out-
group (Stephan & Stephan, 2017; Mashuri & Hi. Ishak, 2022; Mashuri & Putri; Mashuri &
Akhmad, 2022; Yustisia & Hudijana, 2021)
Beberapa setting yang dapat digunakan untuk menelaah fenomena ini adalah; Pertama, pada
setting daerah pasca konflik di Indonesia; Kedua, pada aktivitas kerelawanan bencana. Hal ini
merujuk pada studi sebelumnya yang menjelaskan bahwa pada situasi bencana budaya
kolektivisme pada masyarakat Indonesia menjadikan mereka lebih mudah mengalokasikan
bantuan dan sumber daya terhadap out-group. Ada kecenderungan dalam collective action
tersebut mereka tidak terlalu memandang identitas sosial, seperti agama, etnisitas, dan
kelompok (Akhtar et al., 2020). Konteks ini akan menjadi pembeda yang unik untuk melihat
peran-peran dari variabel yang diteliti.
References

Akhtar, H., Pertiwi, R. E., & Mashuri, M. F. (2020). Eksplorasi motivasi relawan: Sebuah
perspektif indigenous psychology. Jurnal Psikologi Sosial, 19(3), 206–216.
https://doi.org/10.7454/jps.2021.23

Bono, S. A., van der Schalk, J., & Manstead, A. S. R. (2020). The Roles of Social Value
Orientation and Anticipated Emotions in Intergroup Resource Allocation Decisions.
Frontiers in Psychology, 11(July), 1–13. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.01455

Dhont, K., Van Hiel, A., & Hewstone, M. (2014). Changing the ideological roots of prejudice:
Longitudinal effects of ethnic intergroup contact on social dominance orientation. Group
Processes and Intergroup Relations, 17(1), 27–44.
https://doi.org/10.1177/1368430213497064

Elenbaas, L., Rizzo, M. T., Cooley, S., & Killen, M. (2016). Rectifying social inequalities in a
resource allocation task. Cognition, 155, 176–187.
https://doi.org/10.1016/j.cognition.2016.07.002

Fikriyati, A., Mashuri, M. F., & Karmiyati, D. (2021). Konformitas Kelompok dan
Polikulturalisme pada Mahasiswa Perantau. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian
Psikologi, 6(1), 110–119. https://doi.org/10.33367/psi.v6i1.1376

Karmiyati, D., Corsha, C. N., & Mashuri1, M. F. (2021). Group cohesiveness and poly-
culturalism: The study of student nomads in Malang. AMCA Journal of Community
Development, 1(2), 39–43. https://doi.org/10.51773/ajcd.v1i2.69

Khasanah, N., Mashuri, M. F., & Karmiyati, D. (2021). Manifestations of Polyculturalism in


Indonesia : A study of indigenous psychology. 6(2), 1–13.

Mashuri, M.F., Hi. Ishak, Windasari. (2022). Beta masih takut: pemaafan dan kecemasan antar-
kelompok pada penyintas pasca konflik Maluku. [Manuscript submitted for publication].
Department of Psychology, University of Muhammadiyah Malang.

Mashuri, M.F., Putri, A.A.P. (2022). Pengalaman intergroup anxiety pada relasi kelompok
mayoritas dan minoritas seksual: sebuah studi fenomenologi. [Manuscript submitted for
publication]. Department of Psychology, University of Muhammadiyah Malang.

Mashuri, M.F., Akhmad, F.M. (2022). Pengalaman intergroup anxiety pada mahasiswa
perantau dari wilayah indonesia timur di malang: sebuah studi fenomenologi. [Manuscript
submitted for publication]. Department of Psychology, University of Muhammadiyah
Malang.

Mulvey, K. L., Buchheister, K., & McGrath, K. (2016). Evaluations of intergroup resource
allocations: The role of theory of mind. Journal of Experimental Child Psychology, 142,
203–211. https://doi.org/10.1016/j.jecp.2015.10.002

Sapulette, A. A. (2019). Interaksi Sosial Antarumat Beragama Di Desa Nania, Kota Ambon,
Provinsi Maluku. Dialektika, 12(1), 1. https://doi.org/10.33477/dj.v12i1.786
Stephan, C. W., & Stephan, W. G. (2017). Intergroup anxiety. The International Encyclopedia
of …. https://doi.org/10.1002/9781118783665.ieicc0165

Susanto, D. (2019). Interaksi dan perubahan sosial budaya pasca konflik antarsuku. 144–179.

Yustisia, W., & Hudijana, J. (2021). Extended Intergroup Contact and Outgroup Attitude of
Students in Public and Religious Homogeneous Schools: Understanding the Mediating
Role of Ingroup Norms, Outgroup Norms, and Intergroup Anxiety. Jurnal Psikologi,
48(1), 1. https://doi.org/10.22146/jpsi.42419

Anda mungkin juga menyukai