FLOURISHING
Salah satu faktor yang dianggap mampu mempengaruhi tingkat digital flourishing
individu adalah pengaruh teman sebaya, khususnya pada dukungan sosial yang dilakukan
oleh teman sebaya. Dukungan sosial teman sebaya adalah sumber bantuan yang diberikan
oleh teman sebaya atau remaja yang sebaya atau dewasa dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan (Yunanto, 2020).
Dukungan sosial teman sebaya memainkan peran penting dalam kesehatan mental
individu, dimana setiap komponennya berfungsi untuk melindungi individu dari pemicu stres
dan menjaga kesejahteraan mental (Longest dan Kang, 2022). Ickes dkk (2016) mengatakan
bahwa dukungan sosial teman sebaya pada anak usia 2-6 tahun akan mempengaruhi tumbuh
kembang anak secara kognitif, meningkatkan kepercayaan diri, dan lebih bahagia. Sedangkan
pada remaja, teman sebaya merupakan konteks sosialisasi utama, karena persahabatan
berkontribusi pada perkembangan emosional dan sosial selama tahap perkembangan remaja
(Bagwell and Bukowski, 2018; Bukowski et al., 2020; Schwartz-Mette et al., 2020;
Fernández-Zabala, 2020). Dukungan sosial teman sebaya juga dapat meningkatkan well being
individu (Adyani, dkk, 2018; Setiawan dan Maryanti, 2023; Gao dkk, 2023) dan memainkan
peran positif terhadap level self-determination individu, dimana semakin kuat dukungan
sosial teman sebaya yang diterima individu maka self-determination yang dirasakan juga
akan meningkat (Oktavianda, Husen, dan Nurbaity, 2019; Yuris, Darmayanti, dan Minauli,
2020).
A. AUTHENTIC SELF-PRESENTATION
Chua dan Chang (2016) menyebutkan bahwa teman sebaya memainkan peran penting
dalam self-presentation. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa individu yang
kurang atau bahkan tidak menerima dukungan sosial berupa informational-emotional
support, affectionate support, dan positive social interaction cenderung melakukan perilaku
inauthentic self-presentation, atau perilaku menampilkan identitas diri yang ideal tetapi palsu
(Yau dan Reich, 2018; Leung, 2011). Harter, Marold, Whitesell, Cobbs (1996) Sejalan
dengan temuan tersebut, dukungan sosial ternyata terbukti berperan sebagai anteseden dari
tingkat false-self behaviour (perilaku diri palsu), dimana semakin rendah kualitas dukungan
dan tingkat dukungan, maka akan meningkatkan resiko perilaku false-self behaviour.
penelitian Leung (2011) menyebutkan bahwa individu yang memiliki tingkat emotional dan
affectionate support yang rendah cenderung memiliki keinginan yang lebih kuat untuk
bereksperimen dengan identitas mereka, melarikan diri dari diri mereka yang sebenarnya,
atau menjalani fantasi online.
C. CIVIL PARTICIPATION
Dalam penelitian yang dilakukan Garland dkk (2022) mengenai dampak dan dinamika
ujaran kebencian dan kontra secara online, kehadiran teman sebaya yang mendukung (dalam
hal ini, individu lain yang bersedia terlibat dalam ujaran balasan) memotivasi orang untuk
menentang ujaran kebencian dan mempertahankan targetnya.
D. SOCIAL CONNECTEDNESS
Dukungan sosial teman sebaya yang dirasakan individu berkaitan erat dengan rasa
keterhubungan sosial yang dirasakan. Perasaan keterhubungan sosial terhadap teman sebaya
yang dirasakan individu merupakan salah satu aspek penting dalam dukungan teman sebaya.
Misalnya Leung dan Lee (2005) dalam Longest dan Kang (2022) menyebutkan bahwa aspek
positive social interaction, atau menghabiskan waktu bersama dalam kegiatan waktu luang
dan rekreasi merupakan salah satu dimensi dalam dukungan teman sebaya. Wahyudi (2016)
dalam Wahyuni dan Costadinov (2020) mendefinisikan rasa keterhubungan sosial sebagai
dimensi dukungan jaringan sosial (companionship support) dalam menentukan tingkat
dukungan sosial teman sebaya. Berbeda dengan peneliti lain, Sarafino (2011) menggunakan
frasa “dukungan persahabatan” sebagai perasaan keanggotaan dalam sekelompok orang yang
memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial.
E. SELF CONTROL
Pilcher dan Bryant (2016) menyebutkan bahwa menerima dukungan sosial dapat
meningkatkan pelepasan hormon oksitosin yang dapat membuat individu menjadi lebih rileks
dan tenang. Jumlah hormon oksitosin dalam tubuh berpotensi menimbulkan respon yang
tenang ketika individu berada dibawah tekanan stres (Heinrichs et al., 2003). Respon yang
lebih tenang pada individu dapat meningkatkan kontrol diri, sehingga dapat dikatakan bahwa
dukungan sosial berpotensi meningkatkan self-control pada individu.
ASPEK DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN ALAT UKUR
Menurut Leung dan Lee (2005) dalam Longest dan Kang (2022) dan Leung (2011),
dukungan sosial teman sebaya memiliki tiga sub-dimensi:
Scale used: 1 (none of the time), 2 (a little of the time), 3 (some of the time), 4 (most of the
time), and 5 (all of the time).
(Skala dukungan sosial teman sebaya ini direkomendasikan menggunakan skor subskala daripada
menggunakan skor total)
Sedangkan menurut Wahyudi (2016) dalam Wahyuni dan Costadinov (2020), terdapat
beberapa aspek dari dukungan sosial seperti: dukungan informasi (informational support),
dukungan instrumental (instrumental support), dukungan emosional (emotional support),
dukungan penghargaan (esteem support) dan dukungan jaringan sosial (companionship
support). (item lengkap dari skala dukungan sosial teman sebaya dapat diakses di:
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1jlheG9isQyBU-3MCbeZIoGgkAIhjR4IuTuYXHJm
QZv0/edit?usp=sharing )
Chua, T.H.H, dan Chang, L. (2016). Follow me and like my beautiful selfies: Singapore
teenage girls’ engagement in self-presentation and peer comparison on social mediaa.
Computers in Human Behavior, Volume 55, Part A Pages 190-197, ISSN 0747-5632.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.09.011.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0747563215301424)
Garland, J., Ghazi-Zahedi, K., Young, J. G., Hébert-Dufresne, L., & Galesic, M. (2022).
Impact and dynamics of hate and counter speech online. EPJ data science, 11(1), 3.
Gao, W., Wei, J., Li, Y., Wang, D., & Fang, L. (2023). Motivations for social network site use
and users' well-being: mediation of perceived social support, positive self-presentation and
honest self-presentation. Aslib Journal of Information Management, 75(1), 171-191. doi:
10.1108/ajim-08-2021-0224
Pilcher, J. J., & Bryant, S. A. (2016). Implications of social support as a self-control resource.
Frontiers in Behavioral Neuroscience, 10, 228.
Leijse, M. M., Koning, I. M., & van den Eijnden, R. J. (2023). The influence of parents and
peers on adolescents’ problematic social media use revealed. Computers in Human Behavior,
107705.
Leung, L. (2011). Loneliness, social support, and preference for online social interaction: The
mediating effects of identity experimentation online among children and adolescents. Chinese
journal of communication, 4(4), 381-399.
Longest K and Kang J-A (2022) Social Media, Social Support, and Mental Health of Young
Adults During COVID-19. Front. Commun. 7:828135. doi: 10.3389/fcomm.2022.828135
Prievara, D.K., Piko, B.F. & Luszczynska, A. (2019). Problematic Internet Use, Social Needs,
and Social Support Among Youth. Int J Ment Health Addiction 17, 1008–1019 .
https://doi.org/10.1007/s11469-018-9973-x
Setiawan, E. D., & Maryanti, L. I. (2023). The Relationship Between Peer Social Support and
Psychological Well-Being of the Elderly in Surabaya. Psikologia: Jurnal Psikologi, 10,
10-21070.
Wang, Z. and Fu, Y. (2015). Social support, social comparison, and career adaptability: a
moderated mediation model." Social Behavior and Personality: An International Journal, vol.
43, no. 4, May 2015, pp. 649+. Gale Academic OneFile,
https://go.gale.com/ps/i.do?p=AONE&u=googlescholar&id=GALE|A419268206&v=2.1&it=
r&sid=googleScholar&asid=f229b2d1. Accessed 19 Mar. 2023
Widowati, F. S. (2018). Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan penerimaan diri
remaja panti asuhan (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Yunanto, T. A. R. (2020). The power of positivity: The roles of prosocial behavior and social
support toward gratitude. Jurnal Psikologi Ulayat, 7(1), 57-68.
Yuris, E., Darmayanti, N., & Minauli, I. (2019). Hubungan peran ayah dan dukungan sosial
teman sebaya dengan determinasi diri pada remaja pecandu narkoba di klinik pemulihan
adiksi medan plus. Tabularasa: Jurnal Ilmiah Magister Psikologi, 1(2), 138-153.