Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN GAYA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA DI SMP N 7 BANDA ACEH

Kajian Pustaka ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah

“Tinjauan Literatur”

Dosen Pengampu :

Jamilah Aini Nasution, S.Pd., M.Pd

Fitra Marsela, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :

Shalliha Nurul Putri

1906104030037

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

TAHUN AJARAN 2021


DAFTAR ISI
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

I. Landasan Teori

a. Definisi Interaksi Sosial

Maryati dan Suryawati (dalam Maunah, 2016:5) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial
adalah kontak atau hubungan timbal balik atau antar individu dan kelompok”. Selanjutnya
Gillin dan Gillin (dalam Soekanto dan Sulistyowati, 2015:55) mengemukakan bahwa
“Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia”. Soekanto (dalam Hambali, 2015)
menyebutkan bahwa interaksi sosial merupakan proses sosial yang mencakup hubungan antar
individu, antar kelompok, antar individu dan kelompok.

Pengertian lain dari interaksi sosial menurut Thibaut dan Kelly dalam (Ali dan Arsori,
2004:87) yaitu “peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih
hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama
lain”. Menurut Warren dan Roucech (dalam Santosa, 2014) interaksi sosial adalah proses
menyampaikan reaksi emosional dan sikap pada orang lain. Sementara itu menurut Abu
Ahmadi interaksi sosial ialah sebagai suatu hubungan antara dua individu atau lebih, di mana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain atau sebaliknya (Abu Ahmadi, 2002:54).

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu lainnya
yang saling mempengaruhi satu sama lain.

b. Tujuan Interaksi Sosial

Manusia sebagai individu memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda.


Kehidupan sosial terdiri dari kelompok manusia yang beragam karakter dan kepribadian. Jika
dua orang saling mengadakan interaksi, maka dalam proses sosial tersebut akan bertemu dua
kepribadian yang berbeda. Pola-pola kelakuan manusia tentu erat kaitannya dengan tujuan
dari masing-masing individu, sehingga dalam setiap langkah atau pergerakan tentu tidak akan
lepas dari faktor kepentingan individu. Akan tetapi, hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu adalah tidak ada satu pun individu yang memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa hidup dalam kelompok, dengan demikian, dalam kehidupan
kelompok akan ditemukan berbagai kepentingan. Dengan beragamnya kepentingan dan
tujuan masing-masing individu, maka akan lahir lah interaksi sosial. (Alfitri, 2017).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari interaksi sosial yaitu
untuk saling membantu dan memenuhi kebutuhan hidup antara individu satu dan individu
lain, karena pada dasarnya individu tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya tanpa hidup dalam kelompok.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Menurut Monks dkk (dalam Lestari, 2018) ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi interaksi sosial yaitu :

1. Jenis Kelamin
Kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan teman sebaya/sejawat lebih besar
daripada perempuan.
2. Kepribadian Ekstrovert.
Orang-orang ekstrovert lebih komformitas daripada introvert.
3. Besar Kelompok
Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila besarnya kelompok semakin
bertambah.
4. Keinginan Untuk Mempunyai Status
Adanya dorongan untuk memiliki status inilah yang menyebabkan seseorang
berinteraksi dengan sejawatnya, individu akan menemukan kekuatan dalam
mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat atau status terlebih di dalam
suatu pekerjaan.
5. Interaksi Orang Tua
Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua menjadi
dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sejawatnya.
6. Pendidikan
Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam mendorong individu untuk
interaksi, karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan pengetahuan
yang luas, yang mendukung dalam pergaulannya.
Adapun menurut Gerungan (2004:62-74), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
interaksi sosial yaitu :

1. Imitasi, mempunyai peran yang penting dalam proses interaksi. Salah satu segi positif
dari imitasi adalah dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai
yang berlaku. Tetapi imitasi juga dapat menyebabkan hal-hal negatif, misalnya yang
ditirunya adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dan mematikan daya kreasi
seseorang.
2. Sugesti, hal ini terjadi apabila individu memberikan suatu pandangan atau sikap yang
berasal dari dirinya yang kemudian diterima pihak lain. Berlangsungnya sugesti bisa
terjadi pada pihak penerima yang sedang dalam keadaan labil emosinya sehingga
menghambat daya pikirnya secara rasional. Biasanya orang yang memberi sugesti
orang yang berwibawa atau mungkin yang sifatnya otoriter.
3. Identifikasi, sifatnya lebih mendalam karena kepribadian individu dapat terbentuk atas
dasar proses identifikasi. Proses ini dapat berlangsung dengan sendirinya ataupun
disengaja sebab individu memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses
kehidupannya.
4. Simpati, merupakan suatu proses dimana individu merasa tertarik pada pihak lain.
Didalam proses ini perasaan individu memegang peranan penting walaupun dorongan
utama pada simpati adalah keinginan untuk kerjasama.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor


yang mempengaruhi interaksi sosial yaitu jenis kelamin, kepribadian ekstrovert, besar
kelompok, keinginan untuk memperoleh status, interaksi dengan orang tua, pendidikan,
imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.

d. Aspek-Aspek Interaksi Sosial

Menurut Sarwono (Dalam Fithroh, 2017) ada beberapa aspek yang mendasari interaksi sosial,
yaitu :

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan proses pengiriman berita atau informasi dari seseorang


kepada orang lainnya. Dalam kehidupan sehari–hari kita melihat komunikasi ini dalam
berbagai bentuk, misalnya bergaul dengan teman, percakapan antara dua orang, pidato, berita
yang dibacakan oleh penyiar, buku cerita, koran, dan sebagainya. Terdapat lima unsur dalam
proses komunikasi, yaitu adanya pengirim berita, adanya penerima berita, adanya berita yang
dikirimkan, adanya media atau alat pengirim berita, adanya sistem simbol yang digunakan
untuk menyatakan berita.

2. Sikap

Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau
perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda,
kejadian, situasi, orang orang, atau kelompok. Sikap dinyatakan dalam tiga domain, yaitu
Affect (merupakan perasaan yang timbul), Behavior (merupakan perilaku yang mengikuti
perasaan itu), Cognition (merupakan penilaian terhadap objek sikap)

3. Tingkah Laku Kelompok

Teori yang pertama dikemukakan oleh tokoh-tokoh psikologi dari aliran klasik yaitu
bahwa tingkah laku kelompok merupakan sekumpulan individu dan tingkah laku kelompok
adalah gabungan dari tingkah laku-tingkah laku individu-individu secara bersama-sama.
Teori yang kedua dikemukakan oleh Gustave Le Bon, bahwa tingkah laku kelompok yaitu
bahwa bila dua orang atau lebih berkumpul disuatu tempat tertentu, mereka akan
menampilkan perilaku yang sama sekali berbeda daripada cirri-ciri tingkah laku individu-
individu itu masing-masing.

4. Adanya Kontak Sosial

Terjadi apabila ada hubungan dengan pihak lain. Dalam hubungan kontak sosial
memiliki tiga bentuk yaitu hubungan antar perorangan, hubungan antar orang dengan
kelompok, hubungan antar kelompok. Hubungan ini bisa terjadi bila kita bicara dengan pihak
lain secara berhadapan langsung maupun tidak langsung. Dalam kontak sosial sendiri terdiri
dari tiga, yaitu hubungan antar perorangan, hubungan antar orang dengan kelompok, dan
hubungan antar kelompok. Dengan adanya kontak sosial tersebut maka ada yang bersifat
positif serta negatif.

Selanjutnya menurut Gerungan (dalam Sandy, 2018) aspek dari interaksi sosial yaitu
situasi sosial. Situasi sosial merupakan setiap situasi dimana terdapat saling hubungan antara
manusia yang satu dengan manusia lainnya. Menurut M. Sherif seorang ahli ilmu jiwa
Amerika Serikat, situasi- situasi sosial itu dapat dibagi kedua golongan utama, yaitu :
1. Situasi Kebersamaan
Pada situasi ini, individu-individu yang turut serta dalam situasi tersebut belum
mempunyai saling hubungan yang teratur seperti yang terdapat pada situasi kelompok
sosial. Situasi kebersamaan itu merupakan situasi di mana berkumpul sejumlah orang
yang sebelumnya salimg tidak mengenal, dan interaksi sosial yang lalu terdapat
diantara mereka itu tidak seberapa mendalam.Mereka kebetulan ada bersamaan pada
suatu tempat dan kesemuanya yang kebetulan berada bersama itu, belum merupakan
suatu keseluruhan yang utuh.

2. Situasi Kelompok Sosial


Situasi ini merupakan situasi di dalam kelompok, dimana kelompok sosial tempat
orang-orangnya berinteraksi itu merupakan suatu keseluruhan tertentu. Hubungan
tersebut berdasarkan pembagian tugas di antara para anggotanya yang menuju ke
suatu kepentingan bersama

Dari aspek-aspek yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa aspek-aspek dari interaksi sosial ialah komunikasi, sikap, tingkah laku
kelompok, adanya kontak sosial, dan situasi sosial.

II. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah diuraikan sebagai berikut
:

1. Hasil penelitian Mona Yolanda dan Rani Agustia (2019), yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan dan Komunikasi Keluarga dengan Interaksi Sosial Pada
Remaja”, menunjukkan bahwa remaja yang memiliki interaksi sosial yang kurang
baik paling banyak terjadi pada remaja yang mempunyai komunikasi keluarga yang
kurang baik, dibandingkan dengan remaja yang mempunyai komunikasi keluarga
yang baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil uji statistik (chi square) yang memperileh
nilai p = 0,000, artinya hasil penelitian ini menunjukkan terdapatnya hubungan antara
komunikasi keluarga dengan interaksi sosial pada remaja,

2. Hasil penelitian Abri Sussandha (2014), yang berjudul “Hubungan Interaksi Sosial
dan Perhatian Orang Tua Terhadap Minat Bekerja Pada Siswa Kelas XII di SMK
Ma’Arif Nu Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah”, menunjukkan adanya hubungan
positif antara interaksi sosial dan perhatian orang tua terhadap minat bekerja siswa
kelas XII SMK Ma’arif NU Bobotsari. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji analisis
data yang memperoleh nilai Rhitung 0,955 dan Fhitung 7,983 yang artinya bahwa
terdapatnya hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi sosial dan perhatian
orang tua dengan minat bekerja siswa SMK Maarif NU Bobotsari. Interaksi sosial dan
perhatian orang tua secara bersama-sama mempunyai kontribusi hubungan terhadap
minat bekerja siswa SMK Ma’arif NU Bobotsari yaitu sebesar 91,2%.

3. Hasil penelitian Virgia Ningrum Fatnar dan Choirul Anam (2014), yang berjudul
“Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren
dengan yang Tinggal Bersama Keluarga” menunjukkan bahwa tidak ada nya
perbedaan kemampuan interaksi sosial remaja yang tinggal di pondok pesantren
dengan yang tinggal bersama keluarga, hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis
uji-t dengan dengan 62 responden yang terdiri dari 31 remaja yang tinggal di pondok
pesantren dan 31 remaja yang tinggal bersama keluarga pada SMA IT Abu Bakar
Yogyakarta di dapatkan hasil t=0,983 dan p=0,330 (p>0,05) yang berarti tidak
signifikan. Hasil ini menunjukkan tidak ada perbedaan kemampuan interaksi sosial
remaja yang tinggal di pondok pesantren dengan yang tinggal bersama keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Alfitri, Annisa . 2017. Perbedaan Interaksi Sosial Antara Siswa Kelas Binaan Khusus dan
Siswa Kelas Reguler di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 1 Pekanbaru.
Skripsi. Pekanbaru : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau

Fatnar, Ningrum, Virgia dan Anam, Choirul. 2014. Kemampuan Interaksi Sosial Antara
Remaja Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga.
Jurnal Empathy Fakultas Psikologi. Vol, 2. Hlm. 71-75

Fithroh, Ummul. 2017. Hubungan Religiusitas dan Interaksi Sosial dengan Intensi Perilaku
Prososial Pada Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Humaniora. Skripsi. Semarang :
Fakultas Ushuluddin Islam Negeri Walisongo. Universitas Islam Walisongo
Semarang

Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Rafika Aditama.

Hambali, A. 2015. Psikologi Sosial. Bandung : CV. Pustaka Setia

Lestari, Dwi, Apriani. 2018. Hubungan Antara Keterbukaan Diri (Self Disclousure) dengan
Kemampuan Interaksi Sosial Korban Bullying Pada Siswa Kelas X Jurusan TKR
(Teknik Kendaraan Ringan) di SMK Ma’Arif Nu Margasari-Tegal. Skripsi.
Purwokerto : Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah

Maunah, Binti. 2016. Interaksi Sosial Anak di Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Surabaya : Penerbit Jenggala Pustaka Utama

Sandy, Adhitya. 2018. Pengaruh Interaksi Sosial Dalam Belajar Terhadap Prestasi Belajar.
Skripsi. Tasikmalaya : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Siliwangi

Santosa, S. 2014. Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama

Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Grafindo Persada

Sussandha, Abri. Hubungan Interaksi Sosial dan Perhatian Orang Tua Terhadap Minat
Bekerja Pada Siswa Kelas XII di SMK Ma’Arif Nu Bobotsari, Purbalingga, Jawa
Tengah. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta
Yolandan, Mona, dan Agustina, Rani. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Komunikasi Keluarga dengan Interaksi Sosial Pada Remaja. Journal of
Pharmaceutical Care Anwar Medika. Vol.1, hlm. 96-108

Anda mungkin juga menyukai