Anda di halaman 1dari 40

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan tentang landasan teori yang mendasari

penelitian ini, antara lain, konsep interaksi sosial, konsep kesepian, konsep lansia,

kerangka teori, kerangka konsep, dan hipotesis penelitian.

2.1 Konsep Interaksi Sosial

2.1.1 Definisi Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,

kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial terjadi jika ada komunikasi dan

saling mempengaruhi satu sama lain dalam pikiran dan tindakan. Terjadinya

penurunan kesehatan seseorang dan kemampuan fisik akan mengakibatkan lanjut

usia perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal ini dapat

mengakibatkan interaksi sosial menjadi menurun (Shintania, D.,Huriani.E., 2012).

Menurut (Walgito, 2013)interaksi sosial merupakan suatu hubungan atara

individu dengan individu, individu dapat mempengaruhi individu lain dan

sebaliknya, sehingga terdapat adanya hubungan timbal balik (Jenita Doli Tine

Donsu, 2017). Interaksi sosial merupakan hubungan dinamis antara individu

dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok

dalam bentuk kerjasama, persaingan, ataupun pertikaian (Sunaryo, 2016).

Interaksi sosial yang dapat dilakukan oleh lansia diantaranya dengan mengikuti

kegiatan didalam maupun diluar rumah seperti pengajian, berekreasi dengan

keluarga, makan dan menonton tv bersama keluarga serta bertukar pendapat


dengan keluarga, sehingga memperoleh dukungan dari keluarga untuk

mengurangi kesepian (handyani sri, 2010).

Kesimpulan dari definisi diatas adalah interaksi sosial merupakan hubungan

antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan

kelompok sehingga dapat menimbulkan hubungan timbal balik.

2.1.2 Jenis- Jenis Interaksi Sosial

Menurut (Jenita Doli Tine Donsu, 2017)menjelaskan interaksi sosial dibagi

menjadi tiga, antara lain:

1. Individu dengan individu

Suatu hubungan yang terjalin antara satu orang dengan satu orang lainnya.

Interaksi bisa terjalin saat dua individu bertemu, walaupun tidak ada tindakan

dalam interaksi tersebut.

2. Individu dengan kelompok

Suatu hubungan yang terjalin anatara satu orang dengan suatu kelompok

lainnya. Interaksi ini memiliki bentuk berbeda-beda sesuai dengan keadaan.

3. Kelompok dengan kelompok

Suatu hubungan yang terjalin sebagai satu kesatuan dari beberapa kelompok

dan bukan karena kehendak pribadi. Kelompok meliputi ada pelaku dengan

jumlah lebih dari satu orang dan ada komunikasi diantara pelaku.

2.1.3 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial terjadi karena ada beberapa syarat tertentu, kontak sosial dan

ada dua syarat (Jenita Doli Tine Donsu, 2017):

4. Kontak sosial mempunyai beberapa jenis antaranya:


a. Kontak langsung dan tidak langsung

1. Kontak langsung diantaranya berbicara, tersenyum, dan bahasa

isyarat.

2. Kontak tidak langsung diantaranya surat, media massa, dan media

elektronik.

b. Kontak antar-individu, antar-kelompok, dan antar individu dengan

kelompok.

c. Kontak positif dan negatif

1. Kontak postif

Kontak sosial yang saling memberikan keuntungan satu sama lain.

2. Kontak negatif

Mengarah pada satu pertentangan.

d. Kontak primer dan sekunder

1. Kontak primer terjadi saat individu mengadakan hubungan lansung

bertemu dan bertatap muka.

2. Kontak sekunder terjadi saat memerlukan perantara dan media sosial.

5. Komunikasi

Komunikasi hampir sama dengan kontak sosial. Dalam berkomunikasi

individu dituntut untuk memahami makna yang telah disampaikan oleh

komunikator. Komunikasi belum tentu terjadi meskipun sudah ada kontak sosial.

Kontak sosial tidak ada artinya jika ada komunikasi. Kontak lebih ditekankan

pada seseorang ataupun kelompok yang ingin berinteraksi. Sedangkan komunikasi


lebih ditekankan bagaimana dalam pemrosesan pesan. Menurut (W. Nugroho,

2008) faktor yang mempengaruhi proses dalam berkomunikasi anatara lain:

a. Perkembangan

Perkembangan manusia memperoleh komunikasi dalam dua aspek.

Yaitu kemampuan untuk menggunakan teknik komunikasi dan

mempersiapkan pesan yang akan disampaikan pada orang lain, dan

perkembangan penguasaan bahasa bergantung pada perkembangan

kognitif seseorang.

b. Sosio-kultural

Secara sosiokultural sangat mempengaruhi perilaku komunikasi

antar individu karena sosio kultural membentuk tata cara komunikasi.

c. Atensi

Mempengaruhi kemampuan individu untuk berinteraksi. Atensi

terhadap suatu hal dapat menyebabkan kemampuan fungsi panca indra

menurun bahkan berkurang.

2.1.4 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Menurut (Jenita Doli Tine Donsu, 2017) terdapat enam bentuk interaksi

sosial, sebagai berikut :

6. Kerja sama

Salah satu bentuk interaksi sosial yang terutama. Kerja sama

merupakan suatu usaha bersama antara individu per individu atau antar

kelompok agar mencapai tujuan bersama. Kerja sama juga dapat bersifat

agresif apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaan tidak puas.


7. Persaingan

Merupakan suatu proses sosial ketika individu atau kelompok

manusia bersaing dan mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang

pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik

perhatian publik.

8. Pertentangan

Suatu proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha memenuhi

tujuannya dengan cara menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman

atau kekerasan. Pertentangan itu sendiri dapat terjadi karena adanya beberapa

faktor. Faktor penyebab terjadinya pertentangan tersebut meliputi perbedaan

antar individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan

perubahan sosial.

9. Akomodasi atau penyesuaian

Akomodasi atau penyesuaian diri menujuk pada suatu keadaan.

Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyesuaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga pihak lawan tidak

kehilangan kepribadiannya. Akomodasi dilakukan untuk mengurangi

pertentangan, mencegah meledaknya pertentangan, memungkinkan terjadinya

kerja sama dan mengusahakan peleburan di anatara kelompok sosial.

10. Asimilasi

Proses sosial dalam taraf lebih lanjut yang ditandai dengan adanya

usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang per orang atau

kelompok manusia.
11. Kontravensi

Merupakan bentuk proses sosial yang berbeda antara persaingan dan

pertentangan. Bentuk kontravensi yang umum terjadi antara lain penolakan,

keengganan, perlawanan, menghalang-halangi, protes, perbuatan kekerasan,

penghasutan, menyangkal dan membinggungkan pihak lain.

2.1.5 Penyebab Interaksi Sosial


Menurut (Mahmudah Siti, 2010) berlangsungnya suatu proses interaksi

didasarkan pada berbagai faktor, diantaranya adalah:

a. Imitasi

Faktor ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan

bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor

imitasi saja. Pendapat ini dalam realitasnya banyak yang mengatakan tidak

seimbang atau berat sebelah. Hal ini tidak lain karena tidak semua interaksi

sosial disebabkan oleh faktor ini.

b. Sugesti

Yang dimaksud sugesti disini ialah pengaruh psikis, baik yang

datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya

diterima tanpa adanya daya kritik. Gerungan mendefinisikan sugesti sebagai

prosesdimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau

pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa kritik terlebih dahulu

(Mahmudah Siti, 2010).

c. Identifikasi

Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik


(sama) dengan orang lain, baik secara fisik maupun non fisik. Proses

identifikasi pada kenyataannya seringkali untuk pertama kali berlangsung

secara tidak sadar (secara dengan sendirinya). Kedua, bersifat irasional,

yaitu berdasarkan perasaan- perasaan atau kecenderungan-kecenderungan

dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional. Ketiga, identifikasi

berguna untuk melengkapi system norma- norma, cita-cita, dan pedoman-

pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu. Hal ini merupakan

efek lanjut dari aktivitas identifikasi yang dilakukan seseorang (Mahmudah

Siti, 2010).

d. Simpati

Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu dengan orang

yang lain. Simpati muncul dalam diri seirang individu tidak atas dasar

rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses

identifikasi. Seorang individu tiba-tiba merasa dirinya tertarik kepada orang

lain seakan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena salah

satu ciri tertentu, melainkan karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku

menarik baginya (Mahmudah Siti, 2010).

2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Hubungan sosial terjadi ketika terdapat stimulus dan respon. Artinya, tiap-

tiap pihak memahami pesan yang disampaikan dan saling memberikan respon,

Interaksi sosial tidak terjadi tanpa faktor yang mempengaruhi, Adapun faktor

yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut:

1. Latar Belakang Budaya


Dimana interaksi sosial akan terbentuk dari pola pkir seseorang

melalui kebiasaannya sehingga semakin sama latar belakang budaya antara

seseorang dengan orang lain, maka akan membuat interaksi tersebut semakin

kuat (Lestari, 2013).

2. Ikatan dengan kelompok Grup

Dimana nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat

mempengaruhi cara mereka berinteraksi(T. Nugroho, 2010).

3. Pendidikan

Dimana semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin kompleks

sudut pandang dalam menyikapi komunikasi yang disampaikan (T. Nugroho,

2010).

4. Status Fisik, Mental dan Emosional

Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan individu melakukan

interaksi sosial, adanya kondisi sakit atau menderita secara fisik

menyebabkan penurunan minat individu untuk melakukan hubungan sosial

dengan orang lain (T. Nugroho, 2010).

2.1.7 Akibat Interaksi Sosial

Orang yang melakukan interaksi sosial akan memberikan manfaat

tersendiri. Misalnya akan selalu terasa kemampuan memori dan kemampuan

bahasa pada lansia, dapat meningkatkan kesehatan fisik dan kesehatan mental bagi

lansia.Interaksi sosial yang baik memungkinkan lansia mendapatkan perasaan

memiliki suatu kelompok sehingga dapat berbagi cerita, minat, perhatian dan

dapat melakukan aktivitasnya secara bersama-sama yang kreatif dan inovatif


(Agustina, 2016).Selain itu apabila lansia jarang melakukan interaksi sosial dapat

menurunkan kemampuan bahasa dan kemampuan memorinya.

2.1.8 Instrumen Penelitian Interaksi Sosial

Menurut (Wardhana Wisnu Satriya, 2015) interaksi sosial seseorang dapat

diukur dengan Kuesioner ini terdapat 24 pertanyaan yang terdiri dari 12

pertanyaan yang bersifat negatif atau menunjukkan interaksi sosial baik dan 12

pertanyaan yang bersifat positif atau tidak menunjukkan interaksi sosial .

Pertanyaan negatif tersebut yaitu pertanyaan nomer 3,4,7,8,11,12,15,16,19,20,23

dan 24 sedangkan pertanyaan postif yaitu nomer 1,2,5,6,9,10,13,14,17,18,21, dan

22. Skor

untuk pertanyaan negatif yaitu tidak pernah skor 5, jarang skor 4, kadang-

kadang skor 3, sering skor 2, selalu skor 1, dan untuk pertanyaan positif

memiliki skor sebaliknya yaitu tidak pernah skor 1, jarang skor 2, kadang-

kadang skor 3, sering skor 4, selalu skor 5. Tingkat Interaksi Sosial dapat

dikategorikan berdasarkan jumlah skor dari seluruh pertanyaan sebagai berikut:

12. Nilai 76-100 :interaksi sosial baik

13. Nilai 56-75:interaksi sosial cukup

14. Nilai <55: interaksi sosial kurang


Tabel 0.1 kuesioner Interaksi Sosial

No. Pertanyaan SL SR KK JR TP

1. Saya bisa berkumpul dengan


masyarakat sekitar

2. Saat ada orang yang kesusahan


saya siap membantu

3. Saya malas mengikuti semua


kegiatan yang ada di
masyarakat

4. Saya lebih senang melakukan


aktivitas sendirian dari pada
dengan masyarakat

5. Saya selalu berusaha untuk


menyenangkan orang lain

6. Saya adalah orang yang tidak


mau menang sendiri

7. Ketika berdebat, saya akan


mempertahankan pendapat
saya

8. Saya bersaing dengan orang


lain untuk
mendapatkan/mencapai sesuatu

9. Saya akan sedikit mengalah


dan menghargai pilihan lain,
ketika terlibat dalam sebuah
perdebatan yang sulit
mendapatkan jalan keluar

10. Saya akan berusaha untuk


mendamaikan teman, ketika
ada teman yang saling
bermasalah

11. Saya dan beberapa teman


memiliki masalah dengan
sekelompok teman yang lain

12. Saya akan meminta bantuan


teman lain untuk
menyelesaikan masalah dengan
sesorang teman

13. Saya biasa tersenyum untuk


menciptakan suasana akrab
dengan orang lain

14. Saya bisa menuruti apa


permintaan teman saya

15. Saya mendahulukan


kepentingan sendiri dari pada
kepentingan orang lain

16. Saya malas untuk berkumpul


dengan masyarakat dan lebih
suka tinggal dirumah

17. Saya tidak memilih teman dari


kalangan tertenu

18. Saya menghargai pilihan orang


lain meskipun berbeda dengan
pilihan saya

19. Saya menganggap kemampuan


saya kalah dengan kemampuan
orang lain

20. Saya merasa dikucilkan karena


menganut kepercayaan yang
berbeda

21. Saya akan mempertahankan


pendapat saya meskipun
berbeda dengan kebijakan

22. Saya akan menyebarkan berita


meskipun tidak jelas asalnya

23. Saya bisa menjaga rahasia


yang dibebankan kepada saya

24. Saya tidak akan menggunakan


kekerasan saat keinginan saya
tidak terpenuhi
2.2 Konsep Kesepian

2.2.1 Definisi Kesepian

Kesepian adalah masalah meresap di kalangan orang tua dengan kuat

padahubungan yang ada pada dukungan sosial, baik secara mental dan kesehatan

fisikdisertai dengan kognisi. Ketika memeriksa kesepian pada lansia, penting

untukmempertimbangkan sebagai pengalaman subyektif yang berbeda dari isolasi

sosialdan dukungan sosial(Rebecca E, 2006).

Untuk lansia, banyak hubungan sosial akan menurun dalam suatu ukuran

karena mereka sendiri biasanya mempunyai berbagai macam kendala. Namun

tidak semua individu yang terisolasi secara sosial atau yang memiliki sedikit

dukungan sosial akan merasa kesepian. Secara signifikan, menurut perspektif

kognitif, ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang aktual dan yang diinginkan

tidak cukup untuk merasakan kesepian yang terjadi, akan tetapi hal itu sendiri

dimodulasi oleh proses kognitif seperti kausal atribusi, perbandingan sosial dan

dirasakan adanya kontrol. Apapun itu, jelas bahwa ada yang kuat saat hubungan

antara jaringan dukungan sosial dan kesepian (Rebecca E, 2006).

Kesepian telah di identifikasi sebagai masalah kesehatan mental yang utama

mempengaruhi lansia (Pettigrew dan Michele R, 2008) dan harus menjadi fokus

penelitian dalam upaya untuk meningkatkan kualitas orang tua tentang kehidupan.

Sejumlah penelitian telah menunjukkan hubungan erat antara kesepian dan

depresi pada usia yang lebih tua, terutama di kalangan perempuan. Namun,

kemungkinan hubungan dua arah karena ada beberapa bukti bahwa depresi
dapat menyebabkan kesepian, disebabkan oleh ketidakmampuan untuk

mempertahankan hubungan sosial (Pettigrew dan Michele R, 2008).

Kesimpulan dari definisi diatas adalah kesepian merupakan kegelisahan

subjektif yang kita rasakan, kurangnya keintiman hubungan yang dimiliki

individu dan persaan yang tidak menyenangkan dengan merangsang kecemasan

subjektif yang dirasakan kurang memadai dalam kebutuhan bersosialisasi.

Stereotip di masyarakat sering kali menganggap bahwa seseorang yang tidak

mempunyai teman, selalu sendirian dan jarang bergaul, adalah individu yang

sedang mengalami kesepian, namun pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar.

Seseorang dapat saja mengalami kesepian meskipun selalu terlihat dikelilingi oleh

banyak individu dan memiliki pergaulan yang luas. Kesepian lebih menunjuk

pada kualitas hubungan antar pribadi seseorang dari pada kuantitasnya.

2.2.2 Bentuk-Bentuk Kesepian

(Cheryl & K. Parello, 2008) menyebutkan adanya dua bentuk kesepian yang

berkaitan dengan tidak tersedianya kondisi sosial yang berbeda, yaitu:

1. Kesepian Emosional (emotionallonelinnes)

timbul dari ketiadaan figur kasih sayang yang intim, seperti yang bisa

diberikan oleh orang tua kepada anaknya atau yang bisa diberikan tunangan

atau teman akrapkepadaseseorang.

2. Kesepian Sosial (sociallonelinnes)

terjadi bila orang kehilangan rasa terintegrasi secara sosial atau terintegrasi

dalam suatu komunikasi, yang bisa diberikan oleh sekumpulan teman atau

rekan kerja. Jadi, kesepian terjadi karena ketiadaan figur kasih sayang yang
intim, dan kurang lekat dalam menjalin hubungan dengan seseorang,

sehingga tidak mempunyai teman dekat untuk berbagi.

Menurut Young (Weiten & Lioyd, 2006)kesepian dapat dibagi menjadi

dua bentuk berdasarkan durasi kesepian yang dialaminya,yaitu:

a. TransientLonelinessyakni perasaan kesepian yang singkat dan muncul

sesekali, yang banyak dialami individu ketika kehidupan sosialnya sudah

cukup layak. TransientLonelinesshanya berlangsung sebentar saja,

seperti ketika mendengarkan sebuah lagu atau ekspresi yang

mengingatkan pada seseorang yang dicintai yang telah pergijauh.

b. TransitionalLonelinessyakni ketika individu yang sebelumnya sudah

merasa puas dengan kehidupan sosialnya. Seseorang menjadi

kesepian setelah mengalami gangguan dalam jaringan sosialnya

tersebut (misalnya meninggalnya orang yang dicintai, bercerai atau

pindah ke tempatbaru).

c. ChronicLonelinessadalah kondisi ketika individu merasa tidak dapat

memiliki kepuasan dalam jaringan sosial yang dimilikinya setelah

jangka waktu tertentu. Kesepian kronis berlangsung dalam waktu yang

lama dan tidak dapat dihubungkan dengan stressor yang spesifik.

Orang yang mengalami Kesepian kronis bisa saja berada dalam kontak

sosial namun tidak memperoleh tingkat intimasi dalam interaksi tersebut

dengan orang lain. Sebaliknya, individuyangmemiliki kemampuan sosial

tinggi, yaitu meliputi kemamampuan untuk bersahabat, kemampuan

berkomunikasi, kesesuaian perilaku nonverbal dan respon terhadap


orang lain, memiliki sistem dukungan sosial yang lebih baik dan tingkat

kesepian yangrendah.

2.2.3 Aspek-Aspek kesepian


Menurut(Bruno, F, 2000) yang menjadi aspek-aspek kesepian ada delapan,

yaitu:

a. Isolasi

Suatu keadaan dimana seseorang merasa terasing dari tujuan-tujuandan

nilai- nilai dominan dalam masyarakat kemenangan,agresivitas, manipulasi

merupakan faktor-faktor pemicumunculnyaketerasingan.

b. Penolakan

Penolakan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak diterima,diusir

dan dihalau oleh lingkungannya. Seseorang yang kesepianakan merasa dirinya

ditolak dan ditinggalkan walaupun beradaditengah-tengah keramaian.

c. Merasa disalah mengerti

Suatu keadaan dimana seseorang merasa seakan-akan dirinyadisalahkan

dan tidak berguna. Seseorang yang selalu merasadisalah mengerti dapat

menimbulkan rasa rendah diri, rasa tidakpercaya diri dan merasa tidak mampu

untuk bertindak.

d. Merasa tidak dicintai

Adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mendapatkan kasih

sayang, tidak diperlukan secara lembut dan tidak dihormati, merasa tidak

dicintai akan jauh dari persahabatan dan kerjasama.

e. Tidak mempunyaisahabat
Tidak ada seseorang yang berada disampingnya, tidak adahubungan,

tidak dapat berbagi. Orang yang paling tidak berhargaadalah orang yang tidak

mempunyai sahabat.

f. Malas membuka diri

Suatu keadaan dimana seseorang malas menjalin keakraban, takutterluka,

senantiasa merasa cemas dan takut jangan-jangan orang lain akan melukainya.

g. Bosan

Suatu perasaan seseorang yang merasa jenuh tidak menyenangkantidak

menarik, merasa lemah, orang-orang yang pembosanbiasanya orang-orang

yang tidak pernah menikmati keadaankeadaanyangada.

h. Gelisah

Suatu keadaan dimana seseorang merasa resah, tidak nyaman

dantentramdidalam hati atau merasa selalu khawatir, tidak senang,dan perasaan

galau dilanda kecemasan.

2.2.4 Penyebab kesepian


Menurut(Brehm, 2002)terdapat empat hal yang dapat menyebabkan

seseorang mengalami kesepian, yaitu :

i. Ketidakadaanya kekuatan dalam hubungan interaksi sosial

yang dimiliki seseorang.Menurut(Brehm, 2002) hubungan interaksi sosial

seseorang yang tidak adekuat akan menyebabkan seseorang tidak puas akan

hubungan interaksi yang dimiliki. Ada banyak alasan seseorang merasa

tidak puas dengan hubungan yang tidak kuat. (Rubenstein & Shaver,P,
1979) menyimpulkan beberapa alasan yang banyak dikemukakan oleh orang

yang kesepian, yaitu sebagai berikut:

1) BeingUnattached: Tidak memiliki pasangan, tidak memiliki partner

seksual, berpisah dengan pasangannya.

2) Alienation: Merasa berbeda, merasa tidak dimengerti, tidak

dibutuhkan dan tidak memiliki teman dekat.

3) BeingAlone: Pulang ke rumah tanpa ada yang menyambut, selalu

sendirian.

4) ForcedIsolation: Dikurung di dalam rumah, dirawat inap di rumah

sakit, tidak bisa kemana-mana.

5) Dislocation: Jauh dari rumah (merantau), memulai pekerjaan atau

sekolah baru, sering pindah rumah, sering melakukan perjalanan

(Brehm, 2002).

Dua kategori pertama dapat dibedakan menurut tipe kesepian dari Weiss

yaitu Isolasi Emosional (BeingUnattached) dan Isolasi Sosial (Alienation).

Kelima kategori ini juga dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu

BeingUnattached, Alienationdan BeingAlonedisebabkan oleh karakteristik

individu yang kesepian, sedangkan ForcedIsolationdan Dislocationdisebabkan

oleh karakteristik orang-orang yang berada di sekitar lingkungan individu yang

merasa kesepian.

j. Terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu

hubungan. Menurut (Brehm, 2002) kesepian juga dapat muncul karena

terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu


hubungan. Pada saat tertentu hubungan sosial yang dimiliki seseorang cukup

memuaskan. Sehingga orang tersebut tidak mengalami kesepian. Tetapi di

saat lain hubungan tersebut tidak lagi memuaskan karena orang itu telah

merubah apa yang diinginkannya dari hubungan tersebut. Menurut

Peplau(Brehm, 2002), perubahan itu dapat muncul dari beberapa sumber

yaitu:

1. Perubahan MoodSeseorang.

Jenis hubungan yang diinginkan seseorang ketika sedang

senangberbeda dengan jenis hubungan yang diinginkan ketika

sedang sedih. Bagi beberapa orang akan cenderung membutuhkan

orangtuanya ketika sedang senang dan akan cenderung

membutuhkan teman-temannya ketika sedangsedih.

2. Usia.

Seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan seseorang

membawa berbagai perubahan yang akan mempengaruhi harapan

atau keinginan orang itu terhadap suatu hubungan.

3. PerubahanSituasi.

Banyak orang tidak mau menjalin hubungan emosional yang

dekat dengan orang lain ketika sedang membina karir. Namun,

ketika karir sudah mapan orang tersebut akan dihadapkan pada

kebutuhan yang besar akan suatu hubungan yang memiliki

komitmen secara emosional. (Brehm, 2002)menyimpulkan bahwa

pemikiran, harapan dan keinginan seseorang terhadap hubungan


yang dimiliki dapat berubah. Jika hubungan yang dimiliki orang

tersebut tidak ikut berubah sesuai dengan pemikiran, harapan dan

keinginannya maka orang itu akan mengalami kesepian.

k. Self-Esteem

Kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah.Orang yang

memiliki self-esteem yang rendah cenderung merasa tidak nyaman pada

situasi yang beresiko secara sosial (misalnya berbicara didepan umum dan

berada di kerumunan orang yang tidak dikenal). Dalam keadaan seperti ini

orang tersebut akan menghindari kontak-kontak sosial tertentu secara terus

menerus akibatnya akan mengalamikesepian.

l. Perilaku Interpersonal

Perilaku interpersonal akan menentukan keberhasilan individu dalam

membangun hubungan yang diharapkan. Dibandingkan dengan orang yang

tidak mengalami kesepian, orang yang mengalami kesepian akan menilai

orang lain secara negatif, tidak begitu menyukai orang lain, tidak

mempercayai orang lain, menginterpretasikan tindakan dan intensi

(kecenderungan untuk berperilaku) orang lain secara negatif, dan cenderung

memegang sikap-sikap yangbermusuhan.Orang yang mengalami kesepian

cenderung terhambat dalam keterampilan sosial, cenderung pasif bila

dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kesepian dan ragu-ragu

dalam mengekspresikan pendapat di depan umum. Orang yang mengalami

kesepian cenderung tidak responsif dan tidak sensitif secara sosial. Orang

yang mengalami kesepian juga cenderung lambat dalam membangun


keintiman dalam hubungan yang dimilikinya dengan orang lain. Perilaku ini

akan membatasi kesempatan orang itu untuk bersama dengan orang lain dan

memiliki kontribusi terhadap pola interaksi yang tidak memuaskan

m. Atribusi Penyebab

Menurut pandangan Peplau dan Perlman(Brehm, 2002) perasaan

kesepian muncul sebagai kombinasi dari adanya kesenjangan hubungan

sosial pada individu ditambah dengan atribusi penyebab. Atribusi penyebab

dibagi atas komponen internal-eksternal dan stabil-tidakstabil.

2.2.5 Faktor-FaktorYangMempengaruhi Kesepian

n. Usia

Orang yang berusia tua memiliki stereotipe tertentu di dalam

masyarakat. Banyak orang yang menganggap semakin tua seseorang

semakin merasa kesepian. Tetapi banyak penelitian yang telah

membuktikan stereotipe ini keliru. Berdasarkan penelitian

Ostrov&Offer (Brehm, 1992) ditemukan bahwa orang yang paling

merasakan kesepian justru berasal dari orang-orang yang berusia

remaja dan dewasa awal. Fenomena ini kemudian diteliti lagi oleh

Perlman pada tahun 1990 dan menemukan hasil yang sama bahwa

kesepian lebih tinggi di antara remajadandewasa muda dan lebih rendah

di antara orang-orang yang lebih tua. Menurut Brehm(1992)orang-orang

yang lebih muda menghadapi banyak transisi sosial yang besar, seperti

meninggalkan rumah untuk pertama kali, merantau, memasuki dunia

kuliah, atau memasuki dunia kerja fulltime untuk pertama kalinya ,


yang mana semuanya ini dapat menyebabkan kesepian.Sejalan dengan

bertambahnya usia, kehidupan sosial menjadi semakin stabil. Dengan

bertambahnya usia seiring dengan meningkatnya keterampilan sosial

seseorang dan menjadi semakin realistik terhadap hubungan sosial

yang diharapkan.

o. Status Perkawinan

Secara umum, orang yang tidak menikah lebih merasa

kesepian bila dibandingkan dengan orang yang sudah menikah (Brehm,

2002). Perbedaan ini diperhitungkan dengan membandingkan antara

orang yang menikah dengan orang yang bercerai . Ketika kelompok

orang yang menikah dan kelompok orang yang belum menikah

dibandingkan, kedua kelompok ini menunjukkan level kesepian yang

sama . Berdasarkan penelitian ini (Brehm, 2002)menyimpulkan bahwa

kesepian lebih merupakan reaksi terhadap kehilangan hubungan

perkawinan (Marital Relationship) daripada ketidakhadiran dari

pasangan suami atau istri pada diriseseorang.

p. Gender

Studi mengenai kesepian menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan Kesepian antara laki-laki dan perempuan. Menurut Borys

dan Perlman(Brehm, 2002) laki-laki lebih sulit menyatakan

kesepian secara tegas bila dibandingkan dengan perempuan. Hal ini

disebabkan oleh stereotipe peran gender yang berlaku dalam

masyarakat. Berdasarkan stereotipe peran gender, pengekspresian emosi


kurang sesuai bagi laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan

(Deaux,K,F, Dane, & Wrightsman, 1993).

q. Status SosialEkonomi

(Brehm, 2002)melaporkan fakta bahwa individu dengan tingkat

penghasilan rendah cenderung mengalami kesepian lebih tinggi daripada

individu dengan tingkat penghasilantinggi.

2.2.6 Ciri-Ciri Kesepian

Orang yang kesepian mempunyai masalah dalam memandang eksistensi

dirinya, seperti merasa tidak berguna atau tidak berharga, merasa gagal dan bosan

dalam menjalani hidup, merasa terpuruk, merasa sendiri atau terasing, merasa

tidak ada yang mengerti, merasa tidak diperhatikan dan dicintai, serta perasaan

negatif lainnya (Matillah, Susumaningrum, & A, 2018). Selain perasaan negatif

tersebut, ciri-ciri lansia yang mengalami kesepian adalah kurangnya hubungan

yang bermakna dengan orang lain (Umi romayati keswara, 2017).

2.2.7 Dampak Kesepian

Kesepian pada lansia dipandang hal yang unik karena berdampak pada

gangguan kesehatan yang komplek(Umi romayati keswara, 2017). Meskipun

kesepian pada lansia dianggap sebagai hal normal, namun kesepian dapat

mengakibatkan munculnya berbagai masalah-masalah kesehatan fisik dan

psikologis mulai dari depresi, gangguan tidur, stres, keinginan bunuh diri, dan

sistem kekebalan tubuh menurun (Amalia, 2015).Adapun dampak dari kesepian

menurut(Matillah et al., 2018) yaitu:

15. Lansia akan mengalami rendah diri


16. Tidak ingin terlihat pada kegiatan sosial

17. Mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan

18. Takut bertemu orang lain dan menghindari situasi baru

19. Mempunyai persepsi negatif tentang diri sendiri

20. Merasakan keterasingan, kesendirian, dan perasaan tidak bahagia terhadap

lingkungan sekitar

2.2.8 Penanganan Kesepian

Cara untuk mengatasi kesepian pada lansia dapat dilakukan oleh diri sendiri

atau oleh orang lain. Beberapa hal yang bisa dilakukan lansia dalam menghadapi

kesepian oleh diri sendiri adalah bersikap ramah, mengunjungi teman sebaya,

melakukan kegiatan atau kesibukan yang bermanfaat, berpasrtisipasi dalam

kegiatan masyarakat, dan meminta hubungan baru dengan orang lain (Dina

Andesty, 2018). Upaya lain yang dapat dilakukan dalam menghadapi kesepian

antara lain (Dina Andesty, 2018)

21. Berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain

22. Memperhatikan dan menghibur orang yang mengalami kesusahan

23. Bagi lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana, upaya ini dapat

dilakukan melalui berhubungan dengan orang lain melalui telephon.

24. Membuka diri untuk bergaul

25. Melakukan ibadah menurut agama yang dianutnya dengan tekun

26. Menciptakan kegiatan atau kesibukan yang bermanfaat bagi dirinya,

keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki


2.2.9 Instrumen Penelitian Kesepian

Menurut (Rinda ayu dwi apriska, 2016) tingkat kesepian seseorang dapat

diukur dengan The UCLA LonelinessScale. Merupakan Kuesioner yang terdapat

20 pertanyaan yang terdiri dari 11 pertanyaan yang bersifat negatif atau

menunjukkan kesepian dan 9 pertanyaan yang bersifat positif atau tidak

menunjukkan kesepian. Pertanyaan negatif tersebut yaitu pertanyaan nomer

2,3,4,7,8,11,12,13,12,17, dan 18 sedangkan pertanyaan postif yaitu nomer

1,5,6,9,10,15,16,19 dan 20. Skor untuk pertanyaan negatif yaitu pertanyaan tidak

pernah skor 1, jarang skor 2, sering skor 3, selalu skor 4, dan untuk pertanyaan

positif memiliki skor sebaliknya yaitu tidak pernah skor 4, jarang skor 3, sering

skor 2, selalu skor 1. Tingkat kesepian dapat dikategorikan berdasarkan jumlah

skor dari seluruh pertanyaan sebagai berikut:

27. Nilai 20-34 :tidak kesepian

28. Nilai 35-49 :kesepian rendah

29. Nilai 50-64 :Kesepian sedang

30. Nilai 65-80 :Kesepian berat

Tabel 0.2 Kuesioner kesepian The Ucla Loneliness Scale

No. Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Selalu


pernah kadang
1. Seberapa sering anda merasa
tidak cocok dengan orang-orang
dari sekitar anda?
2. Seberapa sering anda merasa
tidak memiliki teman
3. Seberapa sering anda merasa
tidak ada seseorang pun yang
dapat andamintai tolong?
4. Seberapa sering anda merasa
sendiri?
5. Seberapa sering anda merasa
menjadi bagian dari kelompok
teman-teman anda?
6. Seberasa sering anda merasa
bahwa anda memiliki banyak
persamaan dengan orang-orang
disekitaranda?
7. Seberapa sering anda merasa
bahwa anda tidak dekat
dengan orang lain?
8. Seberapa sering anda bahwa
hobi dan ide anda tidak sama
dengan orang-orang
disekitaranda?
9. Seberapa sering anda merasa
ramah dan bersahabat?
10. Seberapa sering anda merasa
dekat dengan orang lain?
11. Seberapa sering anda merasa
ditinggalkan?
12. Seberapa sering anda merasa
hubungan anda dengan
oranglain tidak berarti?
13. Seberapa sering anda merasa
tak satupun orang mengenal
anda dengan baik?
14. Seberapa sering anda merasa
terisolasi dari orang lain?
15. Seberapa sering anda dapat
menemukan teman ketika
anda membutuhkannya?
16. Seberapa sering anda merasa
bahwa ada seseorang yang
benar-benar dapat mengerti
anda?
17. Seberapa sering anda merasa
malu?
18. Seberapa sering andameras
bahwa orang-orang ada
disekitaranda, tetapi tidak
bersama anda?
19. Seberapa sering anda merasa
bahwa ada orang yang dapat
anda ajak bicara (ngobrol)?
20. Seberapa sering anda merasa
bahwa ada orang yang dapat
andamintai tolong?

2.3 Konsep Dasar Lanjut Usia

2.3.1 Definisi Lanjut Usia

Menurut (Siti Nur Kholifah, 2016) lanjut usia adalah bagian dari proses

tumbuh kembang, manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, akan tetapi

berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini

normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan

terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan

kronologis tertentu.

Penduduk diatas 15 tahun dan dibawah 65 tahun semakin membengkak

karena pertumbuhan penduduk anak-anak peninggalan masa lalu. Begitu juga

penduduk diatas usia 60 tahun, atau diatas usia 65 tahun. Penduduk usia ini

dikenal sebagai penduduk lanjut usia yang tumbuh dengan kecepatan paling

tinggi(Sunaryo, 2010).

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60(enam puluh) tahun

keatas, menurut UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 pasal 1. Organisasi Kesehatan


Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan

(Middleage) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (Eldery) adalah 60-75 tahun, lanjut

usia tua (Old) adalah 75-90 tahun dan usia sangat tua (veryold) diatas 90 tahun

(W. Nugroho, 2008). Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas

baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun

mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung

kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (yasinta Ema soke, Mohamad Judha,

2016)

2.3.2 Batasan Usia Lansia

Menurut WHO, Lansia dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:

31. Usia pertengahan (Middle Age) : usia 45-59 tahun

32. Usia Lanjut (elderly) : usia 60-74 tahun

33. Usia lanjut tua(Old) : usia 75-90 tahun

34. Usia sangat tua(Very Old) : usia diatas 90 tahun

Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam Bab I pasal 1 ayat II

yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

2.3.3 Ciri-Ciri Lansia

Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-

efek tersebut menentukan sampai sejauh tertentu, apakah pria dan wanita usia

lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Menurut

(Hurlock, 2012). Ciri-ciri lansia antara lain:

a. Lansia merupakan periode kemunduran


Kemunduran yang terjadi pada lansia berupa kemunduran fisik dan

juga mental. Kemunduran tersebut sebagian datang dari faktor fisik dan

sebagian lagi dari faktor psikologis. Penyebab kemunduran fisik merupakan

suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi

karena proses menua. Penyebab kemunduran psikologis karena sikap tidak

senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada

umumnya.

b. Perbedaan individual pada efek menua

Individu menjadi tua secara berbeda karena mereka mempunyai sifat

bawaan yang berbeda, sosial ekonomi, dan latar belakang pendidikan yang

berbeda, serta pola hidup yang berbeda. Perbedaan terlihat diantara

individu- individu yang mempunyai jenis kelamin yang sama, dan semakin

nyata bila pria dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi dengan

laju yang berbeda pada masing-masing jenis kelamin yang sama, dan

semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi

dengan laju yang berbeda pada masing-masing jenis kelamin.

c. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda

Arti usia itu sendiri tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada anak

muda, maka individu cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan

kegiatan fisik.

d. Berbagai stereotipe lansia

Banyak stereotipe lansia dan banyak pula kepercayaan tradisional

tentang kemampuan fisik dan mental. Stereotipe dan kepercayaan


tradisional mencul dari berbagai sumber, ada yang menggambarkan bahwa

usia pada lansia sebagai usia yang tidak menyenangkan, diberi tanda sebagai

orang tidak menyenangkan oleh berbagai media massa.

e. Sikap Sosial terhadap lansia

Pendapat klise tentang lansia mempunyai pengaruh besar terhadap

sikap sosial lansia. Kebanyakan pendapat klise tersebut tidak

menyenangkan, sehingga sikap sosial tampaknya cenderung menjadi tidak

menyenangkan.

2.3.4 Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson (dalam Maryam,Dkk,2008) kesiapan lansia dalam

beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut

dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.

Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan

kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi

dengan orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan

kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti

olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-lain.

Adapun tugas perkembangan lanjut usia adalah sebagai berikut:

35. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

36. Mempersiapkan diri untuk pensiun

37. Membentuk hubungan baik dengan sebayanya

38. Mempersiapkan kehidupan baru


39. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/ masyarakat secara

santai

40. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya

2.3.5 10 kebutuhan Lansia ( 10 needsoftheeldery)

Menurut (Dina Andesty, 2018) adalah sebagai berikut:

1. Makanan cukup dan sehat (healty food)

2. Pakaian dan kelengkapannya (clothandcommonaccessories)

3. Perumahan tempat tinggal/ tempat berteduh (home, pleacetostay)

4. Perawatan dan pengawasan kesehatan (healthcareandfacilities)

5. Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hukum (technical, judial

assistance)

6. Transportasi umum ( facilities for publict ransportations)

7. Kunjungan teman bicara/informasi (visits,companies,informations)

8. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreationalactivities,picnic)

9. Rasa aman dan tentram (safetyfeeling)

10. Bantuan alat-alat pancaindra (other assistance/aids) kesinambungan

bantuan dana dan fasilitas (continuation of subsidies and facilities)

2.3.6 Masalah Dan Penyakit Yang Sering Dihadapi Oleh Lansia

1. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia

a. Mudah jatuh

b. Mudah lelah

c. Berat badan menurun

d. Gangguan dalam ketajaman penglihatan


e. Sukar membuang air besar

2. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia

f. Penyakit yang disebabkan proses keganasan kanker

g. Penyakit persendian dan tulang

h. Penyakit gangguan endokrin

i. Penyakit urogenital

j. Gangguan sistem paru dan kardiovaskuler

k. Penyakit pencernaan makanan

2.3.7 Perubahan mental pada usia lanjut

1. Ingatan

2. Mengingat kembali

3. Kekerasan mental

4. Rasa humor

5. Mengenang

6. Kreativ

7. Belajar

8. Berpikir dalam menggunakan argumentasi

2.3.8 Faktor Psikologis pada lansia

Faktor psikologis yang digunakan oleh ahli gerontologi untuk memprediksi

usia. Yang pertama dilakukan , perhatikan keadaan yang mempercepat penuaan

dan memperpendek usia dibawah ini:

1. Kesepian, tidak memiliki teman dekat

2. Mudah marah, atau tidak mampu mengekspresikan kemarahan


3. Terlalu kritis terhadap diri sendiri dan orang lain

4. Pola kerja yang tidak teratur

5. Tidak puas dengan pekerjaan

6. Bekerja lebih dari 40 jam per minggu

7. Beban finansial

8. Rasa sesal akan perbuatan masa lalu

9. Kekhawatiran yang berlebihan

10. Hidup sendiri

2.3.9 Sumber kontak sosial yang mempengaruhi usia

1. Kelompok atau perkumpulan formal

2. Kelompok persahabatan

3. Persahabatan yang akrab

2.3.10 Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial lain yang terjadi pada lansia, antara lain yang

pertama, Minat dalam aktivitas fisik cenderung menurun karena pengaruh dari

menurunnya kemampuan fisik dan faktor sosial. Kedua, Isolasi dana sosial.

Secara fisik mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha.

Kualitas organ indra yang makin mneurun, seperti terjadinya penurunan fungsi

pendengaran, pengelihatan makin kabur, dan sebagainya. Faktor lain yang

membuat isolasi makin menjadi parah adalah perubahan sosial (menurunnya

ikatan keluarga). Ketiga, peran iman. Kesadaran religius lansia perlu dibangkitkan

dan diperkuat. Keyakinan iman juga harus diperteguh, bahwa kematian bukanlah
akhir, tetapi merupakan permulaan yang baru dam memungkinkan individu

melewati akhir hidup dengan tenang dan tentram.


2.4 Penelitian Yang Terkait
Tabel 0.3 Penelitian yang terkait

No. Penelitian Judul Variabel Hasil Penelitian


penelitian
1. Umi Hubungan Interaksi 1) Variabel Nilai rata-rata responden
Rohmayati Sosial Dengan Dependent: yang mengalami
Keswara Kesepian Pada kesepian interaksi sosial yang
Lansia di UPT 2) Variabel kurang baik sebanyak 45
Panti Sosial Usia independen responden (52,3%),
Lanjut Kecamatan t: interaksi sementara nilai rata-rata
Natar Kabupaten sosial responden yang
Lampung Selatan mengalami kesepian
Tahun 2015 sebanyak 50 responden
(58,1%). Berdasarkan
hasil analisis data
diketahui dan
disimpulkan terdapat
hubungan antara
interaksi sosial dengan
kesepian pada lansia
2. Nuraini, Hubungan interaksi 1) Variabel Nilai rata-rata responden
Farida sosial dengan Dependent: yang memiliki interaksi
Halis Dyah kesepian pada kesepian sosial yang baik yaitu
Kusuma, lansia di Kelurahan 2) Variabel sebanyak 13 responden
Wahidyanti Tlogomas Kota independen (39,4%) dan memiliki
Rahayu H. Malang t: interaksi interaksi sosial cukup
sosial sebanyak 13 responden
(39,4%). Sementara nilai
rata-rata responden yang
meengalami kesepian
sebanyak 22 responden
(66,7%). berdasarkan
hasil analisis dan
disimpulkan terdapat
hubungan antara
interaksi sosial dengan
kesepian pada lansia.
3. Dina Hubungan interaksi 1) Variabel Dari hasil penelitian di
Andesty, sosial dengan Dependent: dapatkan bahwa lansia
Farina kualitas hiudp kualitas yang memiliki hubungan
Syahrul lansia di Unit hidup lansia sosial yang buruk dan
Pelayanan Terpadu 2) Variabel cukup sebagian besar
(UPTD) Griya independen memiliki kualitas hidup
Werdha Kota t: interaksi yang rendah dan
Surabaya sosial sebaliknya lansia yang
memiliki kualitas hidup
yang tinggi memiliki
hubungan sosial yang
baik.
Dari hasil analisis
didaptkan nilai
sehingga
menunju
kkan bahwa ada
hubungan antara
interaksi sosial dengan
kualitas hidup lansia di
UPTD Griya Werdha
Kota Surabaya
4. Trisnawati Hubungan interaksi 1) Variabel Nilai rata-rata responden
P.Samper, sosial dengan Dependent: yang mengalami
Odi R. kualitas hidup kualitas interaksi sosial baik
Pinontoan, lansia di BPLU hidup lansia yaitu sebanyak 21
Mario E. Senja Cerah 2) Variabel responden dimana 4
Katuuk Provinsi Sulawesi independen responden (12,5%)
Utara t: interaksi mengalami kualitas
sosial hidup yang cukup, 16
responden (50,0%)
mengalami kualitas
hidup tinggi,
berdasarkan hasil
analisis dan
dapat disimpulkan ada
hubungan interaksi sosial
dengan kualitas hidup
lansia
2.5 Kerangka Teori

Batasan lanjut usia: Proses Menua Perubahan pada Lansia:


1. Usia pertengahan (Middle 1. Perubahan Fisik
age) 2. Perubahan psikologi
Usia 45-59 tahun lansia 3. Perubahan spiritual
2. Usia lanjut (Elderly): usia 4. Perubahan psikososisal
60-74 tahun
3. Usia tua (Old): usia 75-90 Interaksi sosial
tahun Faktor psikologis pada Lansia:
4. Usia sangat tua (very old); Aspek-aspek interaksi 1. Kesepian, tidak memiliki teman
usia diatas 90 tahun sosial: dekat
2. Mudah marah, tidak mampu
1. Aspek kontak sosial
mengekspresikan kemarahan
2. Aspek komunikasi 3. Terlalu kritis terhadap diri
sendiri dan orang lain
4. Pola kerja yang tidak teratur
Proses terjadinya interaksi Bentuk interaksi sosial:
sosial: kesepian
1. Kerjasama
1. Imitasi 2. Persaingan
2. Sugesti 3. Pertentangan/pertikaian
3. Identifikasi 4. Akomodasi Jenis-jenis kesepian:
4. simpati 5. Asimilasi
1. Kesepian emosional
6. kontravensi
2. Kesepian sosial
Faktor-faktor yang
Faktor-faktoryang
mempengaruhi interaksi
mempengaruhi Aspek-aspek kesepian:
sosial:
kesepian:
1. Latar belakang budaya 1. Isolasi
1. Usia 2. Penolakan
2. Ikatan dengan kelompok
2. Status perkawinan 3. Merasa disalah mengerti
grup
3. Gender 4. Merasa tidak dicintai
3. Pendidikan
4. Status ekonomi 5. Tidak mempunyai sahabat
4. Status fisik, mental &
emosional 6. Malas membuka diri
7. Bosan dan Gelisah

Gambar 0.1 Kerangka Teori Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada
Lansia

37
2.6 Kerangka Konseptual

Faktor Faktor Penyebab


kesepian:

1. perilaku interpesonal
seseorang kesepian
akan menyelidiki
orang itu untuk
membangun suatu
hubungan
2. terjadi perubahan
terhadap apa yang
diinginkan seseorang
dari suatu hubungan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi 3. ketidakadekuatan
sosial: atau kecocokan
1. Latar Belakang Budaya dalam hubungan
2. Ikatan dengan kelompok Kesepian
Interaksi Sosial
grup
dengan seseorang
3. Pendidikan
4. Status fisik, mental dan
emosional

Kurang Rendah sedang Berat

Keterangan:

: Diteliti

:Tidak diteliti

Gambar0.2 Kerangka Konseptual Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian


Pada Lansia
2.7 Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap terjadinya hubungan variabel

yang akan diteliti (Notoatmojo,2012). Hipotesis penelitian ini adalah

H1: Ada hubungan interaksi sosial dengan kesepian pada lansia di RW X

Kelurahan Manukan Kulon ,Kecamatan Tandes, Kota Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai