Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN

IDENTIFIKASI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PETANI


JAGUNG DI DUSUN BENDOLAWANG DESA NGADIREJO

Oleh :
Ferina Rizqiasari (175040207111026)
Alifia Rizky Dalilah (175040207111043)
Farid Tri A.R (175040207111047)
Atikah Nurhayati (175040207111079)
Gagas Avief Haiqal (175040207111091)
Deka Andrias.P (175040207111095)

Kelompok: L 4
Kelas: L

LABORATORIUM SOSIOLOGI PEDESAAN DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN

IDENTIFIKASI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PETANI


JAGUNG DUSUN BENDOLAWANG DESA NGADIREJO

Disetujui,

Dosen Tutorial, Asisten Praktikum,

FITROTUL LAILI, SP., MP. NAUVAL FIKRI


NIK. 2016099004162001 NIM. 135040100111161
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Praktikum Sosiologi Pertanian dengan baik dan dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Sosiologi Pertanian dengan baik pula.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bu
Fitrotul Laili selaku dosen tutorial sosiologi pertanian serta saudara Nauval Fikri
selaku asisten praktikum yang telah membimbing selama proses praktikum sampai
pada penyusunan laporan akhir praktikum.
Pada laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan agar penulis dapat membuat laporan lebih baik lagi kedepannya.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Malang, April 2018

Penulis
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Soekanto (2010) mengatakan secara etimologi, sosiologi berasal dari dua
kata yaitu Socius dan logos. Socius artinya teman atau kawan, sedangkan logos
berarti ilmu pengetahuan. Atas dasar pengertian demikian sosiologi dapat diartikan
sebagai ilmu tentang kehidupan individu dalam hubungannya dengan individu lain
yang secara umum disebut masyarakat. Indonesia merupakan negara agraris dengan
mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan hidup di pedesaan.
Kehidupan dan aktivitas pertanian di desa memiliki kaitan yang sangat erat dengan
aspek sosiologi. Aspek sosiologi yang berkaitan yaitu interaksi dan proses sosial,
komunitas dan aset komunitas desa, kebudayaan dan gender dalam pertanian,
pelapisan sosial, kelompok dan organisasi sosial, lembaga atau pranata sosial, dan
perubahan sosial petani. Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang interaksi
manusia dalam kehidupan pertanian disebut sosiologi pertanian.
Soekanto (2010) interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang terjadi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok dan kedua pihak saling bekerja sama, berbicara, bersaing, dan lain
sebagainya. Interaksi dan proses sosial memiliki pengaruh yang besar dalam
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali masyarakat pedesaan yang bekerja di sektor
pertanian. Interaksi yang baik sangat dibutuhkan dalam terlaksananya aktivitas
sehari-hari. Namun, apabila terjadi intersksi yang tidak baik, maka akan muncul
hambatan-hambatan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Misalkan
interaksi antara petani dan pengepul yang tidak terjalin dengan baik maka usaha
pengepul tidak akan berjalan dengan baik. Begitu juga dengan petani, petani akan
kesulitan untuk menjual hasil panennya. Begitu juga dengan aspek sosiologi yang
lain juga berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat pedesaan khususnya yang
bermata pencaharian sebagai petani.
Desa Ngadirejo yang teletak di Kecamtan Jabung merupakan desa dengan
komoditas seperti gandum, jagung, kedelai, kopi, cengkeh, tebu, dan durian.
Penentuan Desa Ngadirejo sebagai lokasi Fieldtrip karena sebagian besar mata
pencaharian penduduk sebagai petani. Oleh karena itu, dilakukan Fieldtrip
Praktikum Sosiologi Pertanian untuk mengetahui dan memahami kehidupan sosial
di masyarakat pedesaan dan aspek sosiologi yang terdapat di Dusun Bendolawang,
Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari Praktikum Sosiologi Pertanian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis interaksi dan proses sosial yang terjadi
di Dusun Bendolawang, Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten
Malang.
1.3 Manfaat
Dari praktikum lapang Sosiologi Pertanian yang telah dilakukan memiliki
beberapa manfaat, antara lain:
a. Bagi mahasiswa, dapat menerapkan ilmu yang didapat dari akademik
kepada masyarakat petani di Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung,
b. Bagi mahasiswa dapat melatih maupun menerapkan interaksi dan proses
sosial yang baik dengan masyarakat petani di Desa Ngadirejo, Kecamatan
Jabung.
c. Bagi pembaca dapat menjadi bahan bacaan atau referensi mengenai aspek
sosiologi yang ada di Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Interaksi dan Proses Sosial
Menurut Ibrahim (2015) interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal
balik antara individu satu dengan individu lain yang terjadi karena adanya kontak
sosial dan komunikasi. Sedangkan proses sosial adalah suatu pengaruh timbal balik
antara individu satu dengan individu lain yang tercipta sebagai bentuk khusus dari
interaksi sosial. Proses sosial terdiri dari dua macam proses, yaitu asosiatif dan
disosiatif. Proses Asosiatif berupa proses interaksi yang menimbulkan persatuan
dalam interaksinya seperti proses Asimilasi, Akulturasi, Akomodasi, dan Kerja
sama. Sedangkan proses disosiatif berupa proses interaksi yang menyebabkan
perpecahan atau perselisihan dalam interaksinya seperti Konflik, Perselisihan, dan
Kontraversi.

2.2 Komunitas Desa Pertanian


Menurut Lestari (2013) komunitas desa pertanian adalah bagian dari
masyarakat desa yang berkumpul karena memiliki kepercayaan dan tujuan yang
sama dalam suatu wilayah desa dalam sektor pertanian. dengan kata lain komunitas
merupakan bentuk dari perkumpulan kecil dalam suatu wilayah desa yang memiliki
tujuan dan pandangan yang sama. komunitas memiliki beberapa unsur diantaranya
adalah unsur Manusia, Kelompok sosial, Daerah Teritorial, Peran dan Status Sosial,
serta kekayaan yang dimiliki oleh suatu komunitas desa.

2.3 Aset Komunitas


Menurut Green dan Goetting (2010, aset merupakan bakat, keterampilan
dan kemampuan individu di dalam komunitas. Sedangkan aset komunitas menurut
Dahlan (2015), adalah aset yang melekat dalam setiap masyarakat dan dapat
menjadi suatu kelebihandalam masyarakat tersebut. Sehingga aset komunitas dapat
diartikan sebagai segala bentuk kekayaan, potensi, kemampuan, kapabilitas dan
pemberian yang ada di dalam suatu komunitas. Aset tersebut berguna dan
berpotensi dalam pengembangan suatu komunitas.
Menurut Ferdryansyah dan Resnawaty (2017) aset komunitas merupakan
asset yang ada dan dimiliki oleh masyarakat di setiap desa. Terdapat lima tipe aset
yang ada di komunitas yaitu aset fisik, aset manusia, aset sosial, aset finansial, dan
aset lingkungan. Aset fisik merupakan aset dasar yang berada di setiap desa
meliputi infrastruktur dan sarana yang dapat digunakan untuk membantu
masyarakat dalam menunjang kehidupan yang lebih baik lagi. Aset finansial
merupakan asset yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kesejahteraan dan
kemudahan akses terhadap modal usaha. Aset lingkungan merupakan aset yang
berdasarkan pada sumberdaya alam yang ada pada suatu desa dan biasanya bersifat
pemberian. Aset sosial merupakan nilai dan norma yang mengatur hubungan satu
dengan yang lainnya di dalam komunitas. Aset sumberdaya manusia mencakup
keterampilan, pengetahuan dan kualitas manusia dalam bekerja. Hal tersebut dapat
dilihat melalui perkembangan penduduk, tingkat pendidikan penduduk, dan mata
pencaharian penduduk.

2.4 Kebudayaan dan Gender dalam Pertanian


Menurut Maryati dan Suryawati (2009), kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia. Kebudayaan juga dapat
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan segala daya dan akal yang
digunakan manusia untuk melakukan suatu kegiatan. Menurut Efendi dan
Makhfudli (2009) wujud kebudayaan dibagi menjadi tiga, yaitu gagasan, aktivitas,
dan artefak. Gagasan merupakan ide-ide yang bersifat abstrak dan tidak dapat
disentuh. Aktivitas merupakan tindakan yang dilakukan manusia dalam
masyarakat. Sedangkan artefak merupakan hasil karya dari aktivitas dan tindakan
manusia dalam masyarakat yang dapat dilihat dan diraba.
Menurut Wisadirina (2004) gender adalah suatu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial budaya.
Perbedaan gender menghasilkan pembagian peran dan tanggung jawab yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan. Dalam bidang pertanian sendiri, terlihat
pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Kaum laki-laki secara sukarela
memposisikan dirinya untuk melakukan pekerjaan yang dianggap layak dikerjakan
kaum laki-laki seperti membajak sawah, mencangkul,dll. Sedangkan perempuan
melakukan pekerjaan yang terikat dengan pekerjaan rumah tangga seperti mengirim
makanan untuk pekerja di sawah, menanam tanaman, memanen, dll.
2.5 Stratifikasi dan Differensiasi Soisal
Pelapisan sosuak atau Stratifikasi sosial pada dasarnya berbicara tentang
penguasaan sumber-sumber sosial. Sumber sosial adalah segala sesuatu yang oleh
masyarakat dipandang sebagai suatu yang berharga (Muin, 2004). Pitirin A.
Sorokin (2014) menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan
penduduk kedalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkhis).
PerwujudaNnya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih
rendah. Menurut Sorokin, dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat
adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-
kewajiban, dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengarahanya diantara
anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Andi Warisno, Stratifikasi Sosial adalah suatu lapisan
atau tingkatan yang ada ditengah masyarakat dan akan menentukan kedudukan
seseorang dalam masyarakat apakah ia menduduki lapisan atas atau menduduki
lapisan bawah. Lapisan-lapisan tersebut terjadi diakibatkan karena adanya ranking-
ranking dalam masyarakat yang kemudian ditentukan berdasarkan status, peranan
atau barang berharga dan lain sebagainya, yang kemudian dibandingkan satu sama
lainnya dan kemudian terjadilah lapisan-lapisan dalam masyarakat. Adapun kriteria
terjadinya strata sosial secara umum dalam penentuan status stratifikasi sosial,
yaitu:
1. Kekayaan dalam bentuk yang diketahui oleh masyarakat diukur dalam
kuantitas atau dinyatakan secara kualitatif. Standar kehidupan yang
diperlihatkan, serta sumber kekayaan, juga sosial bermakna untuk
menentukan status dalam sertifikasi yang ada.
2. Daya guna fungsional orang perorangan dalam hal pekerjaan sebagai
eksekutif, guru, ilmuan, buruh biasa atau buruh yang trampil, semua ini
menentukan dan mempengaruhi status.
3. Keturunan menunjuk pada reputasi keluarga, lamanya berdiam disuatu
tempat, latar belakang rasial atau etnis dan kebangsaan.
4. Agama menunjukkan pada tingkat kesalahan seseorang dalam
menjalankan ajaran agamanya. Makin saleh dan tidak berpura-pura
dalam menjalankan ajaran agamanya, makin dipadang lebih tinggi
statusnya di daerah tertentu.
5. Ciri-ciri biologis termasuk umur dan jenis kelamin. Umumnya orang tua
dan orang dewasa dipandang lebih tinggi disbanding bayi dan anak-anak.
Dalam beberapa masyarakat, pria dipandang mempunyai status yang
lebih tinggi dibandingkan wanita.
Kriteria diatas bukanlah bersifat baku, akan tetapi masih banyak
kriteriakriteria yang lainnya dalam masyarakat, hal ini dikarenakan dalam setiap
daerah dan desa memiliki kriteria-kriteria yang berbeda dan sudut pandang yang
berbeda pula (Andi Warisno, 2016).
Diferensiasi sosial atau perbedaan sosial menurut Wida widianti,
merupakan pembedaan warga masyarakat ke dalam golongan-golongan atau
kelompok-kelompok secara horisontal. Berbeda dengan stratifikasi sosial atau
pelapisan sosial yang mengelompokkan masyarakat ke dalam struktur kelas yang
bersifat hierarkhies dan vertical, diferensiasi sosial atau diferensiasi sosial
mengelompokkan masyarakat secara horizontal, yakni pengelompokan masyarakat
dari sudut fisik semata.
Diferensiasi sosial (perbedaan sosial) memang dapat menyebabkan
timbulnya stratifikasi sosial (pelapisan sosial) karena diferensiasi sosial (perbedaan
sosial) dapat mempengaruhi seseorang dalam memberikan pertimbangan,
penilaian, dan akhirnya pemilihan terhadap suatu golongan tertentu yang
dianggapnya cocok dengan bakat, minat, dan keyakinannya. Namun demikian,
tidak semua diferensiasi sosial (diferensiasi sosial) yang ada akan mengarah kepada
terbentuknya stratifikasi sosial (pelapisan sosial), meskipun stratifikasi sosial
(pelapisan sosial) sangat berperan dalam mengekalkan diferensiasi sosial
(perbedaan sosial). Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama yang berkaitan dengan teknologi komunikasi, merupakan kekuatan baru
yang dapat mengurangi lintas batas dari diferensiasi sosial (perbedaan sosial) yang
ada (Wida Widianti, 2009).
2.6 Kelompok Sosial Dan Organisasi Sosial
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama
akan keanggotaannya dan saling berinteraksi (Waluya, 2007). Menurut Soerjono
Soekanto (2014) Kelompok sosial dibagi menjadi kelompok sosial teratur yaitu
kelompok primer dan sekunder. Dan kelompok sosial tidak teratur yaitu kerumunan
dan publik.
Menurut Winardi (2003) organisasi sosial yaitu organisasi-organisasi yang
memenuhi kebutuhan sosial orang-orang untuk mencapai kontak dengan orang lain.
Kebutuhan akan identifikasi bantuan timbal balik, misalnya klub-klub untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Putri (2014) Organisasi pada
dasarnya merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang terdiri dari beberapa
anggota dan mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka. Masingmasing
anggota mendapat penghargaan (reward) untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko (2001) beberapa atribut organisasi
dapat diperinci sebagai berikut:
1. Organisasi adalah lembaga sosial yang terdiri dari sekumpulan orang
dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan.
2. Organisasi dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Oleh
karena itu, organisasi adalah kreasi sosial yang memerlukan aturan dan
koperasi.
3. Organisasi secara sadar dikoordinasikan dan dengan sengaja disusun.
Kegiatan-kegiatan dibedakan menurut berbagai pola yang logis.
Koordinasi bagian-bagian tugas yang saling tergantung ini memerlukan
penugasan wewenang dan komunikasi.
4. Organisasi adalah instrumen sosial yang mempunyai batasan-batasan
yang secara relatif dapat diidentifikasi dan keberadaannya mempunyai
basis yang relatif permanen.

2.7 Lembaga/Pranata Sosial (Alifia Rizky Dalilah)


Menurut Horton dan Hunt (1987) dalam buku Agus Santosa (2009) pranata
sosial sebagai lembaga sosial yaitu sistem norma untuk mencapai tujuan atau
kegiatan yang oleh masyarakat di nilai penting. Sedang menurut Koentjarningrat
(1979) dalam buku Agus Santosa (2009) pranata sosial adalah sistem-sistem yang
menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi
menurut pola-pola atau sistem tatakelakuan dan hubungan yang berpusat pada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam
kehidupan bermasyrakat.
Hidayati dan Genggor (2006) mengatakan bahwa pranata sosial merupakan
sekumpulan norma (sistem norma) dalam hubungannya dalam pemenuhan
kebutuhan pokok manusia. Pranata sosial adalah sistem norma yang mengatur
segala tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup
bermasyarakat. Pranata sosial terbentuk dari norma-norma yang ada di dalam
masyarakat dan saling berhubungan menjadi sistem norma. Dapat disimpulkan
bahwa lembaga/pranata sosial adalah suatu jenis lembaga yang memiliki aturan dan
prosedur selama mereka melakukan interaksi satu sama lain di dalam kehidupan
bermasyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang nyaman dan tentram.
Pranata sosial adalah sesuatu yang tidak selalu hal-hal yang ada dalam suatu
pranata sosial dapat diamati atau dapat dilihat secara empirik (kasat mata) dan tidak
semua unsur dalam suatu pranata sosial mempunyai perwujudan fisik. Pranata
sosial lebih bersifat konsepsional yaitu keberadan atau eksistensinya hanya dapat di
tangkap dan di pahami melalui pemikiran atau hanya dapat dibayangkan dalam
imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi yang ada di alam pikiran.

2.8 Perubahan Sosial Petani


Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan tak terkecuali
perubahan pada Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial merupakan salah
satu dari konsep pembangunan, masalah pembangunan bukan hanya persoalan
tentang ekonomi tetapi juga menyangkut aspek perubahan sosial (Mufattihah,
2014).
Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang
berlangsung terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena tidak ada satu
masyarakatpun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa (Djazifah,
2012). Proses yang berlangsung dalam sebuah masyarakat layaknya seperti fungsi
tubuh manusia yang menciptakan suatu hasil berupa perkembangan masyarakat
yang dianalogikan dengan pertumbuhan organik (dari embrio menuju kedewasaan).
Dalam kehidupan bersosial pasti akan terjadi suatu perubahan sosial entah
dikarenakan faktor dalam ataupun luar, berubah menjadi individu yang lebih baik
atau menjadi individu yang lebih buruk, semua hal tersebut tergantung bagaimana
seorang individu mengolah pola-pola interaksi yang telah ia terima (Sztompka,
2008). Dalam kehidupan bermasyarakat hal tersebut merupakan hal yang sudah
banyak terjadi apalagi di wilayah pedesaan yang dimana orang pedesaan banyak
mencari pekerjaan di wilayah perkotaan. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor
yang mempengaruhi, misalnya kualitas pendidikan, selain itu adalah kepemilikan
lahan.
III. LOKASI DAN WAKTU PRAKTIKUM
Praktikum sosiologi pertanian dilaksanakan Di Desa Ngadirejo, Kecamatan
Kromengan, Kabupaen Malang, Jawa Timur. Kegiatan praktikum ini berlangsung
pada hari Sabtu tanggal 28 April 2018. Lokasi praktikum ini memiliki batas-batas
geografis meliputi sebelah selatan berbatasan dengan Desa Benjor, bagian utara
berbatasan dengan Desa Pandan Rejo Cincing, sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Taji dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jeru.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Interaksi Sosial dan Proses Sosial
Ibrahim (2015) menyatakan bahwa, interaksi sosial adalah suatu hubungan
timbal balik antara individu satu dengan individu lain yang terjadi karena adanya
kontak sosial dan komunikasi. Sedangkan proses sosial adalah suatu pengaruh
timbal balik antara individu satu dengan individu lain yang tercipta sebagai bentuk
khusus dari interaksi sosial. Proses sosial terdiri dari dua macam proses, yaitu
asosiatif dan disosiatif. Berdasarkan Hasil wawancara dengan bapak Sehadi yang
merupakan seorang petani terjadi interaksi sosial bapak Sehadi dengan tengkulak.
Interaksi yang terjadi merupakan interaksi sosial asosiatif dan juga disosiatif,
asosiatif terjadi saat bapak Sehadi menjual hasil panennya dan mendapat uang dari
hasil panennya langsung, namun akan menjadi disosiatif apabila tengkulak
membayarnya dilain waktu.
4.4 Aset Komunitas
Aset komunitas mencakup lima aset, yakni fisik, alam, modal manusia
modal sosial, dan ekonomi (T Magdalena Rith Anna, 2008). Aset merupakan suatu
kekayaan yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok baik yang berwujud
ataupun tidak. Sehingga asset komunitas merupakan kekayaan yang dimiliki oleh
suatu komunitas. Baik yang berwujud atau tidak yang bermanfaat untuk komunitas
tersebut. Suatu aset komunitas terkadang digunakan untuk penambahan modal
suatu komunitas tersebut.
Dalam sebuah komunitas memiliki asset yang merupakan kekayaan yang
dimiliki komunitas tersebut. Aset yang dimiliki oleh Bapak Sehadi adalah lahan
yang luasnya ½ hektar. Komoditas yang ditanam adalah jagung, cengkeh, kopi, dan
durian. Lahan Bapak Sehadi berasal dari warisan. Bapak Sehadi memperoleh
pengetahuan dan keterampilannya dalam usahatani dari teman seperti kelompok
tani. Pengetahuan yang paling sering diperoleh berkisaran tentang produksi dan
pengolahan. Modal yang dikeluarkan Bapak Sehadi untuk memulai usahataninya
sekitar Rp 1.000.000,00 yang berasal dari keluarga. Adapun modal yang berasal
dari luar keluarga dan modal yang berasal dari luar keluarga adalah modal yang
diperoleh dari kelompok tani.
Dalam usahatani, Bapak Sehadi menggunakan bibit yang berasal dari
kelompok tani atau bisa juga dari diri sendiri. Akan tetapi yang dari kelompok tani
tidak terus menerus diberikan benih dan benih diberikan secara gratis. Untuk benih
yang diberikan kelompok tani itu ada cengkeh dan durian. Untuk benih yang berasal
dari diri sendiri itu ada cabai, kedelai, gandum dan rumput pendek.
Pupuk yang digunakan dalam usahatani dimiliki Bapak Sehadi adalah
pupuk kimia. Untuk jenis pupuk kimia yang dipakai adalah pupuk ZA dan urea.
Pupuk tersebut diperoleh dari took pertanian dengan sistem pembayaran tunai. Dan
untuk pestisida bapak Sekadi menggunakan pestisida organik dan kimia.
4.5 Kebudayaan dan Gender dalam Pertanian
Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang lain
(Nyoman Kutha Ratna, 2005).
4.6 Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial
Pitirin A. Sorokin (2014) menyatakan bahwa social stratification adalah
pembedaan penduduk kedalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkhis).
Perwujudanya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah.
Menurut Sorokin, dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak
adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dan
tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengarahanya diantara anggota masyarakat.
Berdasarkan Hasil Wawancara dengan bapak Sehadi yang merupakan seorang
petani, di desa Ngadirejo strata sosial yang terbentuk adalah adanya tingkatan
antara petani dengan tengkulak. Bapak Sehadi yang merupakan seorang petani yang
menggarap lahan miliknya sendiri seluas ½ ha tanpa bantuan orang lain, menjual
hasil panennya kepada tengkulak. Bapak Sehadi tidak dapat menentukan harga jual
hasil panennya sendiri, beliau selalu mengikuti harga yang diberikan oleh
tengkulak. Berdasarkan hal itu dapat terlihat bahwa terjadi tingkatan sosial antara
bapak Sehadi yang seorang petani dengan tengkulak, dimana tengkulak memiliki
tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani.
4.7 Kelompok Sosial dan Organisasi Sosial
Sebagai makhluk sosial manusia diciptakan untuk saling bergantung satu
sama lain. Terbentuknya sebuah kelompok atau organisasi sosial sendiri merupakan
berasal dari sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama yang terdapat dalam
pekerjaan atau hubungan lainnya. Organisasi sosial adalah suatu perkumpulan yang
dibentuk oleh masyarakat baik yang berbadan hukum maupun tidak beradan hukum
yang berfungsi untuk saling berinteraksi antar masyarakat dalam melaksanakan
usaha kesejahteraan sosial. Seperti yang diungkapkan Winardi (2003), organisasi
sosial yaitu organisasi-organisasi yang memenuhi kebutuhan sosial orang-orang
untuk mencapai kontak dengan orang lain. Kebutuhan akan identifikasi bantuan
timbal balik, misalnya klub-klub untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang berinteraksi dan memiliki
kesadaran ersama akan keanggotaannya dalam suatu kelompok yang timbuk karena
tumuhnya perasaan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh George Homans
dalam jurnal sosiologi DILEMA (2017) Kelompok Sosial adalah kumpulan
individu yang melakukan kegiatan, interaksi, dan memiliki perasaan untuk
membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi dan berhubungan timbal balik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sehadi dapat diketahui bahwa
di desa tersebut mempunyai kelompok tani. Kelompok tani tersebut diketuai oleh
Bapak Muhdin Majid. Bapak Sehadi sendiri selaku narasumber kami ikut berperan
aktif menjadi anggota kelompok tani tersebut. Menurut beliau, ada benyak manfaat
dengan adanya kelompok tani tersebut. Manfaat tersebut antara lain mereka
mendapatkan informasi tentang bagaimana cara bertani dengan baik, mendapatkan
bibit bibit tanaman berharga jual tinggi dan juga subsidi pupuk. Selain mendapatkan
subsidi pupuk atau bibit tanaman berharga jual tinggi, dalam kelompok tani tersebut
terdapat berbagai macam kegiatan. Bapak Sehadi bercrita bahwa kelompok tani
tersebut sering berkunjung ke kelompok tani daerah lain, bahkan mereka pernah
bersama sama malakukan liburan ke Bromo. Dalam kelompok tani tersebut juga
mengadakan kegiatan arisan, arisan tersebut dirasa sangat baik karena dapat
mempererat hubungan antar tani di desa tersebut. Menurut beliau, manfaat dan
kesenangan didapatkan dengan bergabung menjadi anggota kelompok tani di Desa
Ngadirejo.
4.8 Lembaga/Pranata Sosial.
Hidayati dan Genggor (2006) mengatakan bahwa pranata sosial merupakan
sekumpulan norma (sistem norma) dalam hubungannya dalam pemenuhan
kebutuhan pokok manusia. Pranata sosial adalah sistem norma yang mengatur
segala tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup
bermasyarakat. Pranata sosial terbentuk dari norma-norma yang ada di dalam
masyarakat dan saling berhubungan menjadi sistem norma. Dapat disimpulkan
bahwa lembaga/pranata sosial adalah suatu jenis lembaga yang memiliki aturan dan
prosedur selama mereka melakukan interaksi satu sama lain di dalam kehidupan
bermasyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang nyaman dan tentram.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sehadi terdapat
lembaga/pranata sosial yaitu keluarga. Hal ini terlihat dari kehidupan
masyarakatnya yang memiliki banyak kepala keluarga yang ada di Desa Ngadirejo.
Keluarga termasuk ke dalam lembaga/pranata sosial karena di dalam keluraga
memiliki sistem norma yang ada dalam kehidupan sehari-hari baik tertulis maupun
tidak tertulis. Sebagai contoh keluarga bapak Sehadi merupakan satu keluarga dan
Bapak Sehadi menjadi petani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
dengan norma yang ada di dalam keluarga Bapak Sehadi sendiri. Lembaga sosial
yang lain adalah kegiatan arisan yang di lakukan di Desa Ngadirejo. Menurut Bapak
Sehadi di Desa Ngadirejo terdapat kegiatan arisan yang dilakukan oleh kelompok
tani di Desa tersebut.
4.9 Perubahan Sosial Petani
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan tak terkecuali
perubahan pada Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial merupakan salah
satu dari konsep pembangunan, masalah pembangunan bukan hanya persoalan
tentang ekonomi tetapi juga menyangkut aspek perubahan sosial (Mufattihah,
2014).
Dari hasil wawancara dengan Bapak Sehadi perubahan sosial yang terjadi
dari hal pengetahuan terkait budidaya komodyas pertanian seperti cara pengolahan
lahan, cara penanaman, cara memperoleh bibit/benih, dan lain-lain. Pembaharuan
informasi yang di dapat oleh Bapak Sehadi beliau dapatkan dari teman, penyuluhan
dari kabupaten, kelompok tani, dan belajar dengan otodidak. Perubahan sosial
lainnya ialah pendidikan Bapak Sehadi dan Ibu Sri Tulus yang hanya tamat Sekolah
Dasar (SD) berhasil menyekolahkan anaknya hingga SMA dan bahkan ada yang
lulus sarjana (S1).
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Taufiqulloh. 2015. Kemampuan Pemahaman Matematis Komunikasi
Matematis Dan Kecemasan Matematis Siswa Mts Dalam Brain Based
Learning. Tesis UPI. Bandung: UPI.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ferdryansyah, Muhammad dan Risna Resnawaty. 2017. Penganggulangan
Kemiskinan Melalui Pengembangan Aset Komunitas. Social Work Jurnal:
Universitas Padjajaran. Vol.7 (1) hal. 124-129.
Green, Gary paul and Anna Goetting. 2010. Mobilizing Communities Asset Building
as a community Development Strategy. Philadelphia: Temple University
Press.
Muin, Indianto. 2004. Sosiologi. Jakarta: Erlangga. hal. 48.
Maryati, kun dan Juju Suryawati. 2009. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Putri, Melisa Dwi., Dan Erika Setyanti Kusumaputri. 2014. Kepercayaan (Trust)
Terhadap Pengurus Organisasi Dan Komitmen Afektif Pada Organisasi
Mahasiswa Daerah Di Yogyakarta. Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Yogyakarta.
Reksohadiprodjo, S., dan Handoko, H. 2001. Organisasi Perusahaan Teori
Struktur dan Perilaku. Yogyakarta: BPFE.
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soekanto, Soerjono. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Depok: PT Grafindo
Persada.
Waluya. 2007. Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Bandung: PT Setia
Purna Inves.
Warisno, Andi. 2016. Pembangunan dan Stratifikasi Sosial. STAI An-Nur:
Lampung.
Widianti, Wida. 2009. Sosiologi 2: untuk SMA dan MA Kelas XI IPS. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Winardi. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Divisi Buku Perguruan
Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Wisadirina, Darsono. 2004. Sosiologi Pedesaan. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai