Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL OBSERVASI

KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG SINAU MALANG


Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dr. Zulkarnain, M.Si

Disusun Oleh :
Anselmus Kambia (220413623469)
Muhammad Afidho Andriano (220413605822)
Muhammad Barriq Marzuq (220413609826)
Nabillah Cahya Ning Tyas (220413609639)
Nayla Ziyadatul H (220413609137)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2022
A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman, manusia kini dibutakan oleh keberadaan


gadget. Selain memiliki sisi positif dengan banyaknya informasi yang
dimilikinya, gadget juga memiliki sisi negatif berupa ketergantungan bagi para
penggunanya, terlebih anak-anak. Ketergantungan akan gadget yang dirasakan
oleh anak-anak ini tentunya menjadi masalah bagi para orang dewasa, terkhusus
anak-anak di daerah Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Salah
satu anggota organisasi informal yakni Karang Taruna RW. 04 Sawojajar ini
kemudian mendirikan Kampung Sinau. Didirikannya Kampung Sinau ini tentu
dilatarbelakangi oleh penggunaan gadget yang berlebihan oleh anak-anak. Dengan
adanya Kampung Sinau, harapannya anak-anak di daerah tersebut dapat
meningkatkan pengetahuan serta kreativitas.

B. Fokus Observasi

Fokus observasi ini lebih diarahkan pada kehidupan masyarakat di Kampung


Sinau. Kehidupan masyarakat yang dimaksud terdapat kaitannya dengan
pengamalan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu,
kelompok kami melakukan observasi non-partisipatoris dimana pelaku observasi
(kelompok kami), melakukan pengamatan terhadap Kampung Sinau tanpa ikut
andil menjadi bagian dari Kampung Sinau. Fokus penelitian ini difokuskan
meliputi:

1. Faktor apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Kampung Sinau


kaitannya dengan sila Pancasila?
2. Bagaimana implementasi sila Pancasila dalam kehidupan masyarakat di
Kampung Sinau?

C. Kajian Teori

Hendropuspito OC (1989: 75) mendefinisikan masyarakat sebagai


kesatuan yang tetap dari orang-orang yang hidup di daerah tertentu dan bekerja
dalam kelompok-kelompok berdasarkan kebudayaan yang sama untuk mencapai
kehidupan yang sama. Unsur atau ciri yang menonjol dari masyarakat
diantaranya, kelompok manusia disebut masyarakat apabila memiliki perasaan
bersatu dan memiliki kepentingan yang sama, kelompok manusia tersebut hidup
dalam suatu kerangka organisatoris yang tumbuh dari kebiasaan, serta kelompok
manusia tersebut terdiri dari kelompok-kelompok yang lebih kecil.

Muthahhari (1998: 17) menjelaskan tiga pandangan, dimana pada


pandangan pertamanya, ia mengatakan bahwa manusia bersifat kemasyarakatan.
Kehidupan bermasyarakat manusia sama dengan kerekanan seorang pria dan
seorang wanita dalam kehidupan berumah tangga dimana masing-masing
merupakan bagian dari suatu keseluruhan dan masing-masing bersifat ingin
bersatu dengan keseluruhan itu. Pandangan kedua dikatakan bahwa manusia
terpaksa bermasyarakat. Pandangan tersebut meyakini bahwa kehidupan
bermasyarakat itu seperti halnya bekerja sama, seperti contohnya dua negara yang
yang tidak mampu mempertahankan diri dari serangan musuh terpaksa membuat
persetujuan Bersama. Dan yang terakhir, pandangan ketiga dijelaskan bahwa
manusia bermasyarakat berdasarkan pilihannya sendiri. Pandangan tersebut
berpendapat bahwa kehidupan bermasyarakat serupa dengan kerekanan dua orang
yang bermodal bersepakat membentuk suatu badan usaha untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar.

Dari ketiga pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan


pandangan pertama, faktor utama pembentuk kehidupan bermasyarakat adalah
fitrah manusia itu sendiri; sedangkan menurut pandangan kedua, faktor utama
membentuk kehidupan bermasyarakat adalah sesuatu yang berada di luar dan
lepas dari manusia dan pandangan ketiga percaya bahwa faktor utama pembentuk
kehidupan bermasyarakat adalah kemampuan akal dan kemampuan
memperhitungkan yang dimiliki manusia. (Eko, Tri Marhaeni, Rini, Yasir, Moh.
Solehatul. 2015. Studi Masyarakat Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Ombak)

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya diperlukan proses sosial demi


menunjang terjadinya hubungan sosial dalam masyarakat. Hubungan sosial
tersebut juga dikenal dengan interaksi sosial. Interaksi antara berbagai segi
kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari itu akan
membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan
membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat. Keadaan inilah yang
dinamakan proses sosial.

Keragaman hubungan sosial dalam suatu masyarakat bisa terjadi karena


masing- masing suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, bahkan
dalam satu suku bangsa pun memiliki perbedaan. Namun, perbedaan-perbedaan
yang ada itu adalah suatu gejala sosial yang wajar dalam kehidupan sosial.
Berdasarkan hal itulah maka didapatkan suatu pengertian tentang keragaman
hubungan sosial, yang merupakan suatu pergaulan hidup manusia dari berbagai
tipe kelompok yang terbentuk melalui interaksi sosial yang berbeda dalam
kehidupan masyarakat. (Pratiwi. 2012. Kehidupan Sosial Manusia, 1-2)

Masyarakat terbagi menjadi dua golongan yakni masyarakat perkotaan dan


pedesaan. Masyarakat desa yang ketera dengan nila-nilai kebersamaan dan
kekerabatan yang merupakan ciri khas dalam kehidupan sosial anggota
masyarakat di sektor ini, kebersamaan dan kebersahajaan menjadikan sebagai
perisai perekat dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat disektor ini.
Nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat pedesaan merupakan warisan dari
kegenerasi terdahulu, yang diperturunkan dari generasi kegenerasi selanjutnya.
Selain dari kekayaan budaya, sektor ini juga memiliki potensi dan sumber
kekayaan alam, sesuai dengan tripologi desa yang mereka diami, misalnya desa
tani, desa nelayan dan lain-lain. pada umunya memiliki potensi
sumeber daya alam yang banyak. Meskipun demkian, potensi sumber kekayaan
tersebut belum mampun menjadikan mereka dalam konteks kehidupan layak
dan kesejahteraan. (Husein. 2021. Budaya dan Karakteristik Masyarakat
Pedesaan, 189-190)

Masyarakat desa sama halnya dengan masyarakat kampung, dimana sistem


kekeluargaan mereka masih sangat kental. Dalam pengimplementasiannya
terhadap Pancasila, masyarakat desa masih memegang erat nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai dalam Pancasila dijadikan pedoman hidup dalam mencapai
kesejahteraan lahir dan batin dalam masyarakat yang heterogen atau beraneka
ragam. Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari kegiatan-kegiatan
sederhana yang menggambarkan hadirnya nilai-nilai Pancasila tersebut dalam
masyarakat. Misalnya saja, masyarakat selalu bahu-membahu dalam ikut
berpartisipasi membersihkan lingkungan, saling menolong, dan menjaga satu
sama lain. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai-nilai Pancasila telah
terinternalisasi dalam kehidupan bermasyarakat. (Septianingsih. 2015. Pentingnya
Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila di Lingkungan Masyarakat, 9-10)

D. Hasil Observasi

Kampung Sinau merupakan sebuah daerah di wilayah Kota Malang.


Kampung Sinau didirikan oleh pengurus daerah setempat yang bertujuan agar
anak-anak di daerah Kampung Sinau dapat meningkatkan kreativitas serta
mengurangi penggunaan gadget. Kepengurusan Kampung Sinau ditangani oleh
masyarakat setempat. Kehadiran Kampung Sinau tentunya mendapat sambutan
yang meriah bagi warga sekitar, terkhusus anak-anak. Kampung Sinau
memfasilitasi anak-anak untuk dapat mengembangkan kreativitasnya, seperti
contohnya permainan yang mengasah otak.

Masyarakat di Kampung Sinau pun menjadi lebih produktif seiring


dengan berkembangnya Kampung Sinau. Kehidupan masyarakat di Kampung
Sinau masih erat hubungannya dengan nilai-nilai Pancasila. Seperti contoh,
pengimplementasian pada sila pertama, yakni nilai ketuhanan. Masyarakat di
Kampung Sinau menjunjung tinggi nilai keagamaan dengan mayoritas warganya
yang menganut agama Islam. Meskipun demikian, warga yang non-muslim di
Kampung Sinau tetap dapat melaksanakan ibadah tanpa mendapat gangguan
karena masyarakat Kampung Sinau menghargai satu sama lainnya. Pada sila
kedua, nilai kemanusiaan di Kampung Sinau terletak pada warga yang tak segan
menolong satu sama lain saat kesusahan. Hal tersebut terlihat pada saat kami
mendatangi Kampung Sinau untuk pertama kalinya, masyarakat disana
menyambut kami dengan hangat dan membantu kami untuk menghubungi
pengurus Kampung Sinau dengan senang hati. Pada penerapan sila ketiga,
masyarakat Kampung Sinau tentunya memiliki nilai persatuan yang telah melekat
dalam diri masing-masing. Terbukti dari masyarakatnya yang rela berkorban demi
kepentingan bersama dengan mendirikan Kampung Sinau yang tentunya
mengeluarkan banyak energi dan usaha, namun hal tersebut dilakukannya demi
kepentingan masyarakat sekitar terkhusus anak-anak. Pada sila keempat,
masyarakat menganut sistem demokrasi dimana mereka dapat bebas berpendapat.
Lalu, sila kelima yakni keadilan sosial, apabila terdapat perselisihan satu sama
lain, ketua RT sebagai penengah akan menyelesaikan masalah tersebut secara adil
dengan sistem kekeluargaan.

Kampung Sinau juga memiliki budaya tersendiri dimana setiap tahunnya,


mereka mengadakan kegiatan bersih desa dan karnaval disetiap bulan Agustus
bersamaan dengan memperingati hari kelahiran Indonesia. Namun sayangnya,
karena adanya covid-19 yang mengubah kegiatan manusia terkhusus masyarakat
Kampung Sinau menyebabkan Kampung Sinau ditutup sementara hingga saat ini.
Faktor ekonomi pun memengaruhi ditutupnya sementara Kampung Sinau, Karena
kurangnya dana untuk dapat mengoperasikan Kampung Sinau ditengah pandemi
covid-19, Kampung Sinau direncanakan akan dioperasikan kembali setelah covid-
19 berakhir yakni awal tahun 2023 nanti. Demikian pengamatan kami akan
pengimplementasian nilai-nilai Pancasila pada masyarakat di Kampung Sinau.

E. Pembahasan

Kampung Sinau merupakan sebuah tempat yang didirikan oleh seorang


Karang Taruna RW. 04 Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Didirikannya kampung Sinau ini dilatarbelakangi oleh anak-anak di wilayah
Kampung Sinau yang ketergantungan akan gadget dan melalaikan kewajiban
mereka sebagai seorang pelajar. Juga, bertujuan untuk meningkatkan minat baca
anak-anak di wilayah Kampung Sinau itu sendiri. Dengan itu, pendiri atau
founder dari Kampung Sinau ini menerapkan sila kedua Pancasila yakni nilai
kemanusiaan. Dimana ia dengan suka rela membantu anak-anak di wilayah
Kampung Sinau untuk tidak lalai akan kewajibannya sebagai seorang pelajar,
yakni belajar.
Kampung Sinau tidak hanya dinaungi oleh pendirinya saja, namun juga
dibantu oleh beberapa komunitas-komunitas seperti komunitas tari, pecinta
lingkungan, musik, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, anak-anak yang belajar
dalam Kampung Sinau semakin banyak dan relawan yang ikut andil dalam
mengajar di Kampung Sinau pun bertambah. Hal tersebut mencerminkan
pengamalan sila ke-3 Pancasila, yakni nilai persatuan. Karena dengan adanya
Kampung Sinau, elemen-elemen masyarakat seperti komunitas pecinta
lingkungan, komunitas musik, dan komunitas lainnya yang awalnya tidak
memiliki kepentingan satu sama lain menjadi bersatu dan bertujuan sama, yakni
mensejahterakan anak-anak di Kampung Sinau.

Pada awal pendirian Kampung Sinau, masyarakat sekitar terutama para


orang tua menyambut dengan hangat keberadaan Kampung Sinau. Masyarakat di
Kampung Sinau terkenal akan keramah tamahannya yang mana hal tersebut
mencerminkan nilai kemanusiaan. Selain itu, karena mayoritas masyarakat di
Kampung Sinau menganut agama islam, mereka tidak menganggu ibadah warga
yang menganut kepercayaan lain serta menghargai perbedaan kepercayaan yang
ada. Hal tersebut mencerminkan nilai ketuhanan pada sila pertama Pancasila.
Apabila didapati kesalahpahaman antara satu dan lainnya, masyarakat di
Kampung Sinau akan menyerahkan masalah tersebut kepada pengurus setempat
seperti ketua RT untuk dapat diselesaikan secara kekeluargaan dan adil. Dimana
hal ini mencerminkan sila kelima Pancasila, yakni keadilan sosial. Lalu,
didirikannya Kampung Sinau itu sendiri mencerminkan nilai persatuan karena
masyarakatnya yang mengedepankan kepentingan bersama alih-alih kepentingan
pribadi. Pendirian Kampung Sinau tentunya memerlukan banyak usaha dan energi
yang harus dikeluarkan, masyarakat dengan sukarela mengorbankan hal tersebut
demi berdirinya Kampung Sinau. Pada pengamalan sila keempat, masyarakat di
Kampung Sinau menganut sistem demokrasi. Apabila didapati hal yang
mengganjal, masyarakat dapat dengan mudah mengutarakan pendapatnya.

Penerapan nilai-nilai Pancasila oleh masyarakat di Kampung Sinau telah


berjalan dengan baik. Namun, sayangnya dalam sistem pemilihan pengurus
Kampung Sinau, masih didapati isu nepotisme. Nepotisme adalah setiap
perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan
kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat,
bangsa, dan negara. (Luhuringbudi, Yani. 2018. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Perspektif Hadits, 230)

Isu nepotisme tersebut terjadi ketika dalam pemilihan pengurus Kampung


Sinau, pihak yang berwenang menawarkan kepengurusan Kampung Sinau hanyan
kepada pengurus RT atau RW setempat. Kepengurusan Kampung Sinau tidak
ditawarkan kepada warga setempat yang sekiranya berminat untuk melakukannya.
Padahal, bisa jadi masyarakat Kampung Sinau memiliki potensi untuk dapat
mengembangkan Kampung Sinau agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

F. Kesimpulan

Dari pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami mengenai Masyarakat di


Kampung Sinau, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kampung Sinau didirikan oleh Karang Taruna RW. 04 Sawojajar


disebabkan oleh ketergantungan anak-anak di Kampung Sinau akan
gadget. Pendirian Kampung Sinau ini tentunya erat kaitannya dengan
pengamalan sila Pancasila ke-2 dan ke-3, yakni nilai kemanusiaan dan
persatuan. Pendiri Kampung Sinau peduli akan sesama (anak-anak di
Kampung Sinau) dan memiliki keinginan untuk membantu anak-anak
Kampung Sinau untuk belajar. Lalu, masyarakat di Kampung Sinau pun
mementingkan kepentingan bersama dengan ikut andil dalam pendirian
Kampung Sinau yang mana membutuhkan banyak usaha dan energi yang
harus dikeluarkan.
2. Masyarakat di Kampung Sinau juga telah mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dengan baik. Seperti halnya dari nilai ketuhanan dimana mereka
menghargai warga yang menganut kepercayaan yang berbeda, sampai
pada nilai keadilan sosial dimana jika didapati perselisihan antar warga,
mereka tidak segan untuk menyelesaikan masalah tersebut secara adil
melalui ketua RT atau RW setempat.
G. Rekomendasi

Dari hasil analisis dan kesimpulan, kelompok kami memberikan beberapa


rekomendasi sebagai berikut.

1. Pemilihan kepengurusan haruslah dilakukan secara adil dan diikuti oleh


berbagai elemen masyarakat di Kampung Sinau itu sendiri, tidak hanya
pihak yang telah menjabat menjadi pengurus setempat melainkan semua
elemen masyarakat Kampung Sinau boleh mengikutinya.
2. Strategi pemasaran Kampung Sinau lebih ditekankan lagi supaya
Kampung Sinau dapat berkembang lebih baik, serta melibatkan aneka
ragam budaya tradisi setempat. Seperti contohnya, menciptakan sebuah
pentas seni yang dilakukan oleh anak-anak di Kampung Sinau.
3. Pelaksanaan pengembangan wisata terfokus pada identitas unik-lokal,
yang dikemas ke dalam tampilan wisata belajar dengan memperhatikan
aspek-aspek budaya tradisi setempat. (Fatkhullah. 2021. Agama,
Takhayul, dan Kearifan Lokal dalam Upaya Pengembangan Masyarakat
Berbasis Pariwisata, 27)
H. Daftar Pustaka

Hendropuspito OC. 1989. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta : Kanisius

Murtadha Muthahhari. 1998. Perspektif Al-Qur'an tentang Manusia dan Agama,

Penyunting. Haidar Baqir. Bandung : Mizan

Eko, Tri Marhaeni, Rini, Yasir, Moh. Solehatul. 2015. Studi Masyarakat

Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Pratiwi. 2012. Kehidupan Sosial Manusia, 1-2

Husein. 2021. Budaya dan Karakteristik Masyarakat Pedesaan, 189-190

Septianingsih. 2015. Pentingnya Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila di

Lingkungan Masyarakat, 9-10

Luhuringbudi, Yani. 2018. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Perspektif Hadits, 230

Fatkhullah. 2021. Agama, Takhayul, dan Kearifan Lokal dalam Upaya

Pengembangan Masyarakat Berbasis Pariwisata, 27

Anda mungkin juga menyukai