Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANCAMAN DI BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA


Disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Guru : Brian Maislatul S. Pd

DISUSUN OLEH :

Safitri Sasya Nainu


Siti Insyirah Olii
Syafa Salsabila Syam
Nurgina Amalia Mokoginta
Zahwa Navila Manoppo

MAN MODEL 1 PLUS KETERAMPILAN MANADO


SULAWESI UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ancaman di bidang Sosial Dan
Budaya.” Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata Pendidikan dan Kewarganegaraan. Dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan-kekuranganbaik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kamiharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhirnya kami
sebagai penulis berharap semoga Allah memberikan pahala yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan. bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah,
Amiin Yaa Robbal’Alamiin.

24 Mei 2023.
\\

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya…………………………….
B. Kondisi Sosial Budaya di Indonesia Saat Ini……………………………………….
C. Ancaman yang Timbul Akibat Kondisi Sosial Budaya Saat Ini……………………
1. Ancaman dari Dalam………………………………………………………………..
2. Ancaman dari Luar………………………………………………………………….
D. Ancaman Gaya Hidup Konsumtif………………………………………………….
E. Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya Nasional………………………….
1. Mengembangkan Bela Negara……………………………………………………...
2. Langkah-langkah Bela Negara……………………………………………………..
F. Strategi Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya……….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Integrasi Nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari
kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi
bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya-budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat. Namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Kita ketahui dengan Keragaman Sosial dan Budaya di Indonesia yang melimpah itu akan
menghasilkan karakter atau manusia-manusia yang berbeda pula sehingga dapat
mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari dalam dan dari luar.
Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,
dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti
premanisme, separatisme, terorism, kekerasan, dan Kerusakan Lingkungan Akibat Ulah
Manusia. Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme,
dan patriotisme.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa saja ancaman integrasi nasional di bidang sosial budaya?
2. Bagaimana kondisi sosial budaya di Indonesia saat ini?
3. Ancaman apa yang timbul akibat kondisi sosial budaya saat ini?
4. Apa yang dimaksud dengan ancaman gaya hidup konsumtif?
5. Bagaimana upaya dalam mewujudkan ketahanan budaya nasional?
6. Bagaimana strategi mengatasi ancaman integrasi nasional di bidang sosial budaya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya


Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai upaya mempertahankan
kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari lingkungannya
untuk kemudian mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Karena itulah dapat dikatakan
bahwa kebudayaan merupakan wujud tanggapan aktif manusia terhadap tantangan yang
datang dari lingkungan. Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia,
lingkungan alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan sejarah. Dalam setiap
kebudayaan daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya asing
(local genius). Local genius itulah pangkal segala kemampuan budaya daerah untuk
menetralisir pengaruh negatif budaya asing.

Kebudayaan nasional merupakan hasil (resultante) interaksi dari budaya-budaya suku


bangsa (daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian diterima sebagai nilai bersama
seluruh bangsa. Interaksi budaya harus berjalan secara wajar dan alamiah tanpa unsur
paksaan dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya. spek sosial biasanya mengacu
pada masalah struktur sosial dan pola hubungan sosial yang ada di dalamnya. Sedangkan
kalau kita bicara aspek budaya, mengacu pada kondisi kebudayaan yang ada dalam
masyarakat yang bersangkutan. Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya
yang bersifat unik. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan berdasarkan
perbedaan suku-bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan
lapisan bawah yang cukup tajam. Pluralitas masyarakat Indonesia yang bersifat multi
dimensional telah menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia
terintegrasi secara horizontal. Sementara stratifikasi sosial sebagaimana terwujud pada
masyarakat Indonesia akan memberi bentuk pada integrasi. Oleh karena itulah maka
timbul persoalan yang timbul dari struktur masyarakat Indonesia. Yang demikian adalah
bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada tingkat nasional sehingga menunjang
penciptaan ketahanan nasional yang mantap. Wujud ketahanan sosial budaya tercermin
dalam kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional. Yang
mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang
serba selaras, serasi dan seimbang. Serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing
yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.

B. Kondisi Sosial Budaya di Indonesia Saat Ini


Pelapisan sosial yang berbeda membawa perbedaan perilaku kebudayaan yang
diwujudkan dalam keadaan tertentu seperti bahasa yang digunakan, kebiasaan
berpakaian, kebiasaan konsumsi makanan dan sebagainya. Semua itu menambah
keanekaragaman tampilan budaya masyarakat Indonesia.

Modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang
lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai suatu
bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan bentuk perubahan sosial yang
terarah dan terencana. Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum
bagi masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan
sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu
kebudayaan dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau
modern. Di Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek
kehidupan masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan, maupun sosial
budayanya.

Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian proses yang panjang
sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang berwujud pada kehidupan masyarakat
modern. Sayangnya, penggunaan istilah modernisasi banyak disalahartikan sehingga sisi
moralnya terlupakan. Banyak orang yang menganggap modernisasi hanya sebatas pada
suatu kebebasan yang bersifat keduniawian. Tidak mengherankan juga bila banyak
anggota masyarakat yang salah melangkah dalam menyikapi atau memahami tentang
konsep modernisasi. Kebudayaan baru yang lebih penting daripada kebudayaan-
kebudayaan lain dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa adalah kebudayaan
nasional atau kebudayaan Indonesia. Kebudayaan ini tidak sama dengan kebudayaan
daerah tertentu tidak sama artinya dengan penjumlahan budaya-budaya daerah di
kepulauan Indonesia. Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah
memasuki tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan cepat, teknik
dan jasa telekomunikasi yang memanfaatkan spektrum frekuensi radio dan satelit ini
telah berkembang menjadi jaringan yang sangat luas dan menjadi vital dalam berbagai
aspek kehidupan dan keselamatan bangsa-bangsa di dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak
semata-mata untuk usaha hiburan, namun berkembang secara meluas dan digunakan
dalam teknologi pertelevisian, komunikasi, internet, analisis cuaca, hingga penggunaan
untuk survei sumber daya alam. Kondisi masyarakat saat ini sangat memprihatinkan,
terutama dilihat dari aspek perilaku dan moralnya. Banyak kita dapatkan masyarakat
yang tidak begitu peduli dengan perilaku keseharian mereka. Hal ini tentu sangat
berbahaya, terlebih apabila ada anak kecil yang melihatnya. Bisa saja anak kecil yang
belum mengetahui mana yang benar dan mana yang salah akan terpengaruh mengikuti
perilaku maupun moral yang kurang baik dari masyarakat saat ini. Apa yang disebutkan
kebudayaan bangsa dalam penjelasan UUD 1945 dirumuskan sebagai puncak-puncak
kebudayaan di daerah-daerah si seluruh Indonesia. Perkataan puncak-puncak kebudayaan
itu artinya adalah kebudayaan yang diterima dan dijunjung tinggi oleh sebagian besar
suku-suku bangsa di Indonesia dan memiliki persebaran di sebagian besar wilayah
Indonesia.

C. Ancaman yang Timbul Akibat Kondisi Sosial Budaya Saat Ini


Berdasarkan dengan kondisi sosial tersebut, terdapat kemungkinan ancaman yang
timbul, baik ancaman dari pihak luar maupun dari dalam. Adapun ancaman-ancaman
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Ancaman dari Dalam
Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,
dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti
separatisme, terorisme, kekerasan yang melekat-berurat berakar, dan bencana akibat
perbuatan manusia. Isu tersebut lama kelamaan menjadi “kuman penyakit” yang
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan patriotisme. Watak
kekerasan yang melekat dan berurat berakar berkembang, seperti api dalam sekam di
kalangan masyarakat yang menjadi pendorong konflik-konflik antar masyarakat atau
konflik vertikal Hubungan Struktural dan Fungsional Pemerintah Pusat dan Daerah.

Konflik horizontal yang berdimensi suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) pada
dasarnya timbul akibat watak kekerasan yang sudah melekat. Watak kekerasan itu pula
yang mendorong tindakan kejahatan termasuk perusakan lingkungan dan bencana buatan
manusia. Faktor-faktor tersebut berproses secara meluas serta menghasilkan efek domino
sehingga dapat melemahkan kualitas bangsa Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang
terus berlangsung telah mengakibatkan daya dukung dan kondisi lingkungan hidup yang
terus menurun. Bersamaan dengan itu merebaknya wabah penyakit pandemi, seperti flu
burung, demam berdarah, HIV/AIDS, dan malaria merupakan tantangan serius yang
dihadapi di masa datang. Selain itu terdapat ancaman lain, sebagai berikut.

a. Munculnya Guncangan Kebudayaan (Cultural Shock)


Guncangan budaya umumnya dialami oleh golongan tua yang terkejut karena melihat
adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh para generasi muda. Cultural shock atau
kejutan budaya dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda
sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya sering kali ditanggapi oleh masyarakat
dengan beragam. Bagi masyarakat yang belum siap menerima perubahan-perubahan yang
terjadi maka akan timbul guncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan budayanya yang
mengakibatkan seorang individu menjadi tertinggal atau frustrasi. Kondisi demikian
dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam
kehidupan. Contohnya, di era globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola
pergaulan hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif sudah menjadi pola
pergaulan dan gaya hidup para remaja kita. Bagi individu atau remaja yang tidak siap dan
tidak dapat menyesuaikan pada pola pergaulan tersebut. Mereka akan menarik diri dari
pergaulan atau bahkan ada yang frustrasi sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri atau
perilaku penyimpangan yang lain.

b. Munculnya Ketimpangan Kebudayaan (Cultural Lag)


Kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang secara
bersamaan. Salah satu unsur kebudayaan berkembang sangat cepat sedangkan unsur
lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah
ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan teknologi. Kondisi ini
terutama terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang seperti Indonesia. Untuk
mengejar ketertinggalan ini diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang
berdisiplin tinggi. Contohnya, akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengonversi
bahan bakar minyak menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke
masyarakat. Namun berhubung sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan
kenyamanan dan keamanan penggunaan tabung gas, maka masyarakat kebanyakan
menolak konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya ketertinggalan
budaya (cultural lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan
perkembangan kemajuan teknologi.

2. Ancaman dari Luar


Ancaman dari luar timbul bersamaan dengan dinamika yang terjadi dalam format
globalisasi dengan penetrasi nilai-nilai budaya dari luar negeri sulit dibendung yang
mempengaruhi nilai-nilai di Indonesia. Kemajuan teknologi informasi mengakibatkan
dunia menjadi kampung global yang interaksi antarmasyarakat berlangsung dalam waktu
yang aktual. Yang terjadi tidak hanya transfer informasi, tetapi juga transformasi dan
sublimasi nilai-nilai luar secara serta merta dan sulit dikontrol. Sebagai akibatnya, terjadi
benturan peradaban, lambat-laun nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa semakin
terdesak oleh nilai-nilai individualisme.
Fenomena lain yang juga terjadi adalah konflik berdimensi vertikal antara pemerintah
pusat dan daerah. Di samping konflik horizontal yang berdimensi etnoreligius masih
menunjukkan potensi yang patut diperhitungkan. Bentuk-bentuk ancaman sosial budaya
tersebut apabila tidak dapat ditangani secara tepat dapat membahayakan sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Selain itu terdapat ancaman lain, sebagai
berikut.
1) Beberapa waktu yang lalu kembali terdengar mengenai pengklaiman beberapa
kebudayaan asli Indonesia oleh Malaysia di antaranya adalah Batik Tulis, Wayang Kulit,
lagu Rasa Sayange, Angklung, Reog Ponorogo, hingga makanan khas Minang dari salah
satu wilayah Indonesia yaitu rendang di klaim berasal dari Malaysia. Sungguh
mengherankan bukan, dari mulai wilayah hingga menu makanan khas Indonesia diklaim
sebagai kebudayaan Malaysia.
2) Kasus Reog Ponorogo, yang waktu itu mengakibatkan terjadinya berbagai
demonstrasi di Indonesia. Salah satunya yaitu demonstrasi yang dilakukan di depan
kedubes Malaysia oleh para “warok” dan para budayawan reog Ponorogo yang tidak
terima dengan pengklaiman Malaysia atas Reog Ponorogo dengan nama Barongan. Kasus
ini cukup menarik perhatian dari berbagai pihak dan masyarakat, khususnya dari
pemerintah kabupaten Ponorogo yang tidak terima dengan pengklaiman tersebut. Karena
pemerintah kabupaten Ponorogo sebenarnya telah mendaftarkan tarian reog Ponorogo
sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo yang tercatat dengan nomor 026377
tertanggal 11 Februari 2004 dan disaksikan langsung oleh Menteri Hukum dan HAM RI.
3) Konon awal mulanya isu ini, kesenian Reog Ponorogo dibawa oleh TKI yang bekerja
di Malaysia yang sering mengadakan pertunjukan tarian Reog Ponorogo untuk
memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Tetapi polisi Malaysia memberikan syarat jika
reog tetap ingin dimainkan maka namanya harus diubah menjadi “Singa Barongan
UMNO”.
4) Diklaimnya Batik Tulis kita sebagai karya seni yang berasal dari Malaysia. Seni batik
ini sudah diwariskan oleh nenek moyang kita dari mulai kerajaan Majapahit dan hingga
digunakan sebagai pakaian untuk para Raja di dalam kerajaan. Dan Malaysia pun
mungkin iri dan ingin memiliki batik Indonesia untuk diperkenalkan kepada dunia bahwa
Batik merupakan karya seni yang berasal dari Malaysia. Hingga pada akhirnya
pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 02 Oktober sebagai hari Batik Indonesia.

D. Ancaman Gaya Hidup Konsumtif


Di tengah era globalisasi sekarang ini dan makin meningkatnya biaya hidup yang tinggi
dan tidak stabilnya harga komoditas bahan pokok. Maka diperlukan pengendalian
pengeluaran uang secara bijak. Hal ini dilakukan untuk menghindari perilaku konsumtif.
Kini sifat konsumerisme telah menjadi gaya hidup yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat kita. Gaya hidup yang menonjolkan kemewahan, kesenangan, dan berfoya-
foya menghamburkan uang karena pengaruh Westernisasi Budaya (berperilaku kebarat-
baratan). Adapun pengaruh globalisasi telah mencakup di berbagai bidang kehidupan
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya. Hal ini juga cenderung mempengaruhi nilai
nasionalisme bangsa.

Seiring dengan majunya pengetahuan di bidang IPTEK mau tidak mau kita pun harus
mengikuti perkembangannya. Pola pikir individu pun harus siap dengan tantangan global
dengan adanya budaya-budaya baru yang masuk ke Indonesia. Maka diperlukan filter kita
untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Dalam hal ini, globalisasi juga membawa
pengaruh dalam gaya hidup masyarakat seperti pola hidup konsumtif, dunia gemerlap
(dugem), penjualan narkoba dan senjata api, seks bebas, dan human trafficking
(perdagangan manusia).

Pola hidup konsumtif merupakan keinginan untuk mengonsumsi barang-barang yang


kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencari sisi kepuasan. Sesungguhnya
perilaku konsumtif memiliki banyak dampak negatif dibandingkan positifnya. Dalam
psikologi dikenal dengan sebutan compulsive buying disorder (penyakit kecanduan
belanja) sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan dan terjebak dalam dunia
konsumeristik yang dibawa pasar kapitalisme.

Perilaku konsumtif seharusnya bisa dikontrol oleh diri sendiri. Perilaku ini, sudah
mempengaruhi pada remaja kita. Pasalnya, produsen melihat usia remaja adalah pasar
potensial mereka. Mereka paham pada usia remaja, sangat mudah tergiur dengan iklan
yang menarik dan membuat remaja ingin memilikinya. Juga mereka belum memiliki
filter dan kontrol untuk memenuhi keinginan-keinginan yang tidak penting. Mereka
hanya ingin dipandang dan dianggap eksis oleh lingkungannya yang disebut peer group
(ada keinginan untuk diterima di dalam kelompok pergaulannya). Karena itu mereka
harus menyesuaikan diri dengan kelompoknya dalam segi penampilan dan gaya hidup.
Menurut Assuari (1987) perilaku konsumtif terjadi karena ingin tampak berbeda dengan
ikut-ikutan hal tersebut yang menjadi dasar mengapa remaja berperilaku konsumtif.
Maka dibutuhkan peran aktif orang tua agar remaja tidak menghambur-hamburkan uang
untuk hal-hal yang kurang penting.

Perilaku konsumtif menjadi sangat kompleks di tengah kebutuhan hidup yang melonjak
dan yang diingat hanya bagaimana cara memuaskan hasrat berbelanja. Masyarakat
dengan status sosial yang tinggi atau sering disebut kaum Sosialita cenderung berpola
konsumsi tinggi yaitu mengonsumsi produk tanpa melihat segi manfaatnya. Akibatnya
berpola hidup boros, tidak memikirkan kehidupan yang akan datang. Maka kita harus
mampu memilih secara selektif mana yang baik untuk kita dan sekitar kita.
E. Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya Nasional
Gerakan revitalisasi budaya lokal adalah salah satu alternatif jawaban untuk menahan
laju degradasi identitas bangsa dalam rangka bela negara. Meski terkesan reaktif, paling
tidak wacana ini mampu menyedot perhatian segenap bangsa untuk sekedar kembali
menengok budaya adiluhung warisan nenek moyang. Aksi penolakan atas klaim reog
oleh Malaysia salah satu contohnya. Apresiasi yang tinggi kita ucapkan atas gerakan
tersebut. Namun sekali lagi patut digarisbawahi, gerakan ini jangan hanya berhenti pada
titik gerakan reaktif yang tak jelas follow up-nya. Kekuatan yang terhimpun sekian
besarnya sangatlah mubazir jika tak memberikan dampak secara luas dan sistemik
terhadap ranah budaya kita.
Patut kiranya segenap komponen bangsa memikirkan bagaimana memaknai budaya
secara kontekstual dan bukan hanya sebagai aset yang layak untuk dijual. Seperangkat
komponen statis yang perlu dimuseumkan dan dijaga. Karena budaya adalah sesuatu
yang dinamis dan kontekstual dengan jamannya. Perlu diketahui bahwa perubahan sosial
budaya di antaranya disebabkan oleh faktor yang datangnya dari luar dan dari dalam, dan
faktor dari luar biasanya jauh lebih dominan. Oleh karena itu, faktor dari luar perlu
mendapat perhatian khusus.
1. Mengembangkan Bela Negara
Untuk itu hal-hal yang perlu dikembangkan sebagai wujud bela negara dalam wujud
kebudayaan sebagai upaya membentuk ketahanan budaya nusantara adalah sebagai
berikut:
- Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-
pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia.
- Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui pemahaman dan
penghayatan (bukan sekedar penghafalan nilai-nilai kebudayaan bangsa).
- Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam nasional termasuk
kekayaan budaya nasional Indonesia.
- Meningkatkan peran pemerintah dalam melindungi kebudayaan nusantara dengan cara
membuat perlindungan hukum terhadap hasil-hasil kebudayaan Indonesia dengan
mendaftarkan hak paten untuk setiap hasil budaya nusantara agar tidak diklaim oleh
bangsa lain.
- Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta menanamkan
semangat juang untuk membela negara, bangsa dan tanah air. Serta mempertahankan
Pancasila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan
bernegara.
- Memberi apresiasi kepada masyarakat yang berusaha mengembangkan kebudayaan asli
masyarakatnya.
2. Langkah-langkah Bela Negara
Selain hal-hal yang perlu dikembangkan di atas, langkah yang dapat diambil sebagai
wujud bela negara adalah sebagai berikut:
- Mendorong berkembangnya potensi budaya dalam masyarakat.
- Seharusnya pemerintah memberi perhatian yang sama terhadap pengembangan budaya
daerah.
- Bersikap bijaksana dalam perkembangan arus globalisasi.
- Membangkitkan lagi semangat kebudayaan nasional melalui berbagai media, misalnya
melalui jaringan internet.
- Memberi apresiasi kepada kalangan yang mengusahakan perkembangan budaya.
- Mendorong kesadaran masyarakat untuk merespons arus budaya asing yang baik.
- Memperkuat dan mempertahankan jati diri bangsa agar tidak luntur.
- Bersikap bijaksana dalam menerima segala macam perubahan.
- Tidak mencampuradukkan kebudayaan sendiri dengan kebudayaan bangsa asing.
- Memperkuat dan mempertahankan rasa cinta terhadap budaya sendiri.
Langkah nyata yang harus segera dilakukan dan mungkin dilakukan adalah membentuk
aturan perundang-undangan dalam negeri yang menyediakan kebutuhan pengelolaan
keragaman budaya nasional. Perlindungan secara hukum perundang-undangan terhadap
Keragaman Sosial dan Budaya di Indonesia. Selanjutnya dapat dijadikan pijakan dasar
untuk menjaga kedaulatan bangsa sehingga bisa diakui di dunia internasional. Lebih jauh,
harus ada sebuah kesadaran dan pengakuan oleh dunia internasional bahwa perundang-
undangan akan kepemilikan negara terhadap ekspresi budaya. Sangat diperlukan oleh
Indonesia guna menjaga ketahanan nasional dan kedaulatan negaranya. Hal ini tentunya
bisa dijadikan momentum bersama bangsa Indonesia dalam memaknai Kebangkitan
Nasional yang baru, yang diwujudkan dalam tindakan nyata dalam menegakkan
kedaulatan bangsa melalui konsep pertahanan budaya
Sudah saatnya kini bangsa Indonesia membuat suatu perlindungan hukum semisal
paten negara atau yang lebih jauh pengakuan internasional bagi ekspresi budaya bangsa
Indonesia. Usaha ini tentu harus pula dibarengi dengan upaya mendorong kesadaran
masyarakat untuk merespons arus budaya asing dengan baik. Budaya yang baik dapat
diterima dan yang tidak baik dibuang.

F. Strategi Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya


Kehidupan sosial budaya di negara-negara berkembang, perlu memperhatikan gejala
perubahan yang terjadi, terutama mengenai sebab-sebabnya. Banyak faktor yang
mungkin menimbulkan perubahan sosial, di antaranya yang memegang peranan penting
ialah faktor teknologi dan kebudayaan. Faktor-faktor itu berasal dari dalam maupun dari
luar. Biasanya, yang berasal dari luar lebih banyak menimbulkan perubahan. Agar dapat
memahami perubahan sosial yang terjadi, perlu dipelajari bagaimana proses perubahan
itu terjadi dan bagaimana perubahan itu diterima masyarakat.
Pengaruh dari luar yang perlu diperhatikan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan
serta dapat membahayakan kelangsungan hidup kebudayaan nasional. Bangsa Indonesia
harus selalu waspada akan kemungkinan adanya kesengajaan pihak luar untuk memecah
kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Dalam menghadapi pengaruh dari luar yang dapat membahayakan kelangsungan hidup
sosial budaya, bangsa Indonesia berusaha memelihara keseimbangan dan keselarasan
fundamental. Yaitu keseimbangan antara manusia dan lingkungan, manusia dengan alam
semesta, manusia dengan masyarakat, manusia dengan Tuhan, keseimbangan kemajuan
lahir dan kesejahteraan batin. Kesadaran akan perlunya keseimbangan dan keserasian
melahirkan toleransi yang tinggi sehingga dapat menjadi bangsa yang berbhinneka dan
bertekad untuk selalu hidup bersatu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan membentuk
dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas,
maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta
kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
Pola hidup konsumtif merupakan keinginan untuk mengonsumsi barang-barang yang
kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencari sisi kepuasan. Sesungguhnya
perilaku konsumtif memiliki banyak dampak negatif dibandingkan positifnya. Di dalam
psikologi dikenal dengan sebutan compulsive buying disorder (penyakit kecanduan
belanja) sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan dan terjebak dalam dunia
konsumeristik yang dibawa pasar kapitalisme.
B. Saran
Jika kebiasaan kredit konsumtif sudah mulai melebihi batas. Tentunya harus mulai
menyadari bahwa telah terjerumus dalam pola hidup tidak sehat atau gaya hidup
konsumtif. Dan harus mengambil tindakan agar kebiasaan ini tidak menjadi beban.
Jangan biarkan menjadi terlarut dalam pola hidup konsumtif. Maka banyaklah berpikir
untuk masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/rickoricardo/makalah-globalisasi-dan-ancaman-terhadap-
kebudayaan_568fad91e8afbda609b8569b
https://dokumen.tips/documents/ketahanan-nasional-di-bidang-sosial-budaya.html
http://pusatinformasi212.blogspot.co.id/2017/03/strategi-mengatasi-ancaman-di-bidang-
sosial-budaya-integrasi-nasional.html
http://www.firde7.xyz/2017/01/pkn-ancaman-di-bidang-sosial-budaya.html
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2017/09/pengertian-gaya-hidup-konsumtif-serta-
pengaruhnya.html
http://polahidupuntuk.blogspot.co.id/2013/06/gaya-hidup-konsumtif-masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai