Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik
dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi
bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya-budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter
atau manusia-manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa
Indonesia.
Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari dalam dan
dari luar. Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya
permasalahan, seperti premanisme, separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat
perbuatan manusia. Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,
nasionalisme, dan patriotisme.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk ancaman integrasi nasional di bidang sosial budaya?
2. Bagaimana kondisi sosial budaya di Indonesia saat ini?
3. Ancaman apa yang timbul akibat kondisi sosial budaya saat ini?
4. Apa yang dimaksud dengan ancaman gaya hidup konsumtif?
5. Bagaimana upaya dalam mewujudkan ketahanan budaya nasional?
6. Bagaimana strategi mengatasi ancaman integrasi nasional di bidang sosial budaya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya


Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai upaya mempertahankan
kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari lingkungannya
untuk kemudian mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Karena itulah dapat dikatakan
bahwa kebudayaan merupakan wujud tanggapan aktif manusia terhadap tantangan yang
datang dari lingkungan. Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia,
lingkungan alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan sejarah. Dalam setiap
kebudayaan daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya asing
(local genuis). Local genuis itulah pangkal segala kemampuan budaya daerah untuk
menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kebudayaan nasional merupakan hasil (resultante) interaksi dari budaya-budaya
suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian diterima sebagai nilai
bersama seluruh bangsa. Interaksi budaya harus berjalan secara wajar dan alamiah tanpa
unsur paksaan dan dominasi budaya terhadap budaya lainnya.
Aspek sosial biasanya mengacu pada masalah struktur sosial dan pola hubungan
sosial yang ada di dalamnya, sedangkan kalau kita bicara aspek budaya, mengacu pada
kondisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Struktur masyarakat
Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal ditandai oleh
adanya kesatuan-kesatuan berdasarkan perbedaan suku-bangsa, agama, adat, serta
perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh
perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Pluralitas masyarakat Indonesia yang bersifat multi dimensional telah
menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara
horizontal, sementara stratifikasi sosial sebagaimana terwujud pada masyarakat Indonesia
akan memberi bentuk pada integrasi. Oleh karena itulah maka timbul persoalan yang
timbul dari struktur masyarakat Indonesia yang demikian adalah bagaimana masyarakat
Indonesia terintegrasi pada tingkat nasional sehingga menunjang penciptaan ketahanan
nasional yang mantap.
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan membentuk
dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas,
maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta
kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.

B. Kondisi Sosial Budaya di Indonesia Saat Ini


Lapisan sosial yang berbeda membawa perbedaan perilaku kebudayaan yang
diwujudkan dalam keadaan tertentu seperti bahasa yang digunakan, kebiasaan berpakaian,
kebiasaan konsumsi makanan dan sebagainya. Semua itu menambah keanekaragaman
tampilan budaya masyarakat Indonesia.
Modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru
yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sebagai
suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan bentuk perubahan sosial
yang terarah dan terencana. Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri
umum bagi masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu
perencanaan sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang
bagaimana suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang
lebih maju atau modern. Di Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di
berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan,
maupun sosial budayanya.
Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian proses yang
panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang berwujud pada kehidupan
masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan istilah modernisasi banyak disalahartikan
sehingga sisi moralnya terlupakan. Banyak orang yang menganggap modernisasi hanya
sebatas pada suatu kebebasan yang bersifat keduniawian. Tidak mengherankan juga bila
banyak anggota masyarakat yang salah melangkah dalam menyikapi atau memahami
tentang konsep modernisasi.
Kebudayaan baru yang lebih penting daripada kebudayaan-kebudayaan lain dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa adalah kebudayaan nasional atau
kebudayaan Indonesia. Kebudayaan ini tidak sama dengan kebudayaan daerah tertentu
tidak sama artinya dengan penjumlahan budaya-budaya daerah di kepulauan Indonesia.
Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah memasuki
tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan cepat, teknik dan jasa
telekomunikasi yang memanfaatkan spektrum frekuensi radio dan satelit ini telah
berkembang menjadi jaringan yang sangat luas dan menjadi vital dalam berbagai aspek
kehidupan dan keselamatan bangsa-bangsa di dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak
semata-mata untuk usaha hiburan, namun berkembang secara meluas dan digunakan
dalam teknologi pertelevisian, komunikasi, komputer, analisis cuaca, hingga penggunaan
untuk survei sumber daya alam.
Kondisi masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Terutama dilihat dari aspek
perilaku dan moralnya. Banyak kita dapatkan masyarakat yang tidak begitu peduli dengan
perilaku keseharian mereka. Hal ini tentu sangat berbahaya, terlebih apabila ada anak
kecil yang melihatnya, bisa saja anak kecil yang belum mengetahui mana yang benar dan
mana yang salah akan terpengaruh mengikuti perilaku maupun moral yang kurang baik
dari masyarakat saat ini.
Apa yang disebutkan kebudayaan bangsa dalam penjelasan UUD 1945
dirumuskan sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah si seluruh Indonesia.
Perkataan puncak-puncak kebudayaan itu artinya adalah kebudayaan yang diterima dan
dijunjung tinggi oleh sebagian besar suku-suku bangsa di Indonesia dan memiliki
persebaran di sebagian besar wilayah Indonesia.

C. Ancaman yang Timbul Akibat Kondisi Sosial Budaya Saat Ini


Berdasarkan dengan kondisi sosial tersebut, terdapat kemungkinan ancaman yang
timbul, baik ancaman dari pihak luar maupun dari dalam. Adapun ancaman-ancaman
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Ancaman dari Dalam
Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya
permasalahan, seperti separatisme, terorisme, kekerasan yang melekat-berurat
berakar, dan bencana akibat perbuatan manusia. Isu tersebut lama kelamaan menjadi
“kuman penyakit” yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme,
dan patriotisme. Watak kekerasan yang melekat dan berurat berakar berkembang,
seperti api dalam sekam di kalangan masyarakat yang menjadi pendorong konflik-
konflik antar masyarakat atau konflik vertikal antara pemerintah pusat, dan daerah.
Konflik horizontal yang berdimensi suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA) pada dasarnya timbul akibat watak kekerasan yang sudah melekat. Watak
kekerasan itu pula yang mendorong tindakan kejahatan termasuk perusakan
lingkungan dan bencana buatan manusia. Faktor-faktor tersebut berproses secara
meluas serta menghasilkan efek domino sehingga dapat melemahkan kualitas bangsa
Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang terus berlangsung telah mengakibatkan daya
dukung dan kondisi lingkungan hidup yang terus menurun. Bersamaan dengan itu
merebaknya wabah penyakit pandemi, seperti flu burung, demam berdarah,
HIV/AIDS, dan malaria merupakan tantangan serius yang dihadapi di masa datang.
Selain itu terdapat ancaman lain, sebagai berikut.
a. Munculnya Guncangan Kebudayaan (Cultural Shock)
Guncangan budaya umumnya dialami oleh golongan tua yang terkejut
karena melihat adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh para generasi
muda. Cultural Shock dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian unsur-unsur yang
saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya sering kali
ditanggapi oleh masyarakat dengan beragam. Bagi masyarakat yang belum siap
menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul guncangan (shock)
dalam kehidupan sosial dan budayanya yang mengakibatkan seorang individu
menjadi tertinggal atau frustrasi.
Kondisi demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang
tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan. Contoh: di era globalisasi ini
unsur-unsur budaya asing seperti pola pergaulan hedonis (memuja kemewahan),
pola hidup konsumtif sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup para remaja
kita. Bagi individu atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan
pada pola pergaulan tersebut, mereka akan menarik diri dari pergaulan atau
bahkan ada yang frustrasi sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri atau
perilaku penyimpangan yang lain.
b. Munculnya Ketimpangan Kebudayaan (Cultural Lag)
kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang
secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan berkembang sangat cepat
sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat
mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya
perkembangan teknologi, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang
sedang berkembang seperti Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini
diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin tinggi.
Contohnya, akibat kenaikan harga BBM pemerintah mengonversi bahan
bakar minyak menjadi gas dengan cara mensosialisasikan tabung gas ke
masyarakat. Namun berhubung sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan
kenyamanan dan keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebanyakan
menolak konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya ketertinggalan
budaya (cultural lag) oleh sebagian masyarakat terhadap perubahan budaya dan
perkembangan kemajuan teknologi.

2. Ancaman dari Luar


Ancaman dari luar timbul bersamaan dengan dinamika yang terjadi dalam
format globalisasi dengan penetrasi nilai-nilai budaya dari luar negeri sulit dibendung
yang mempengaruhi nilai-nilai di Indonesia. Kemajuan teknologi informasi
mengakibatkan dunia menjadi kampung global yang interaksi antarmasyarakat
berlangsung dalam waktu yang aktual. Yang terjadi tidak hanya transfer informasi,
tetapi juga transformasi dan sublimasi nilai-nilai luar secara serta merta dan sulit
dikontrol. Sebagai akibatnya, terjadi benturan peradaban, lambat-laun nilai-nilai
persatuan dan kesatuan bangsa semakin terdesak oleh nilai-nilai individualisme.
Fenomena lain yang juga terjadi adalah konflik berdimensi vertikal antara
pemerintah pusat dan daerah, di samping konflik horizontal yang berdimensi
etnoreligius masih menunjukkan potensi yang patut diperhitungkan. Bentuk-bentuk
ancaman sosial budaya tersebut apabila tidak dapat ditangani secara tepat dapat
membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Selain itu
terdapat ancaman lain, sebagai berikut.
a. Beberapa waktu yang lalu kembali terdengar mengenai pengklaiman beberapa
kebudayaan asli Indonesia oleh Malaysia di antaranya adalah Batik Tulis, Wayang
Kulit, lagu Rasa Sayange, Angklung, Reog Ponorogo, hingga makanan khas
minang dari salah satu wilayah Indonesia yaitu rendang di klaim berasal dari
Malaysia. Sungguh mengherankan bukan, dari mulai wilayah hingga menu
makanan khas Indonesia diklaim sebagai kebudayaan Malaysia.
b. Kasus Reog Ponorogo, yang waktu itu mengakibatkan terjadinya berbagai
demonstrasi di Indonesia. Salah satunya yaitu demonstrasi yang dilakukan di
depan kedubes malaysia oleh para “warok” dan para budayawan reog ponorogo
yang tidak terima dengan pengklaiman Malaysia atas Reog Ponorogo dengan
nama Barongan. Kasus ini cukup menarik perhatian dari berbagai pihak dan
masyarakat, khususnya dari pemerintah kabupaten Ponorogo yang tidak terima
dengan pengklaiman tersebut. Karena pemerintah kabupaten Ponorogo sebenarnya
telah mendaftarkan tarian reog ponorogo sebagai hak cipta milik Kabupaten
Ponorogo yang tercatac dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan
disaksikan langsung oleh Menteri Hukum dan HAM RI.
c. Konon awal mulanya isu ini, kesenian Reog Ponorogo dibawa oleh TKI yang
bekerja di Malaysia yang sering mengadakan pertunjukan tarian Reog Ponorogo
untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia tetapi polisi Malaysia memberikan
syarat jika reog tetap ingin dimainkan maka namanya harus diubah menjadi
“Singa Barongan UMNO”.
d. Diklaimnya Batik Tulis kita sebagai karya seni yang berasal dari Malaysia. Seni
batik ini sudah diwariskan oleh nenek moyang kita dari mulai kerajaan Majapahit
dan hingga di gunakan sebagai pakaian untuk para Raja di dalam kerajaan. Dan
Malaysia pun mungkin iri dan ingin memiliki batik indonesia untuk diperkenalkan
kepada dunia bahwa Batik merupakan karya seni yang berasal dari Malaysia.
Hingga pada akhirnya pemerintah indonesia menetapkan tanggal 02 Oktober
sebagai hari Batik Indonesia.

D. Ancaman Gaya Hidup Konsumtif


Di tengah era globalisasi sekarang ini dan makin meningkatnya biaya hidup yang
tinggi dan tidak stabilnya harga komoditas bahan pokok. Maka diperlukan pengendalian
pengeluaran uang secara bijak. Hal ini dilakukan untuk menghindari perilaku konsumtif.
Kini sifat konsumerisme telah menjadi gaya hidup yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat kita. Gaya hidup yang menonjolkan kemewahan, kesenangan, dan berfoya-
foya menghamburkan uang karena pengaruh wesrtenisasi budaya (berperilaku kebarat-
baratan). Adapun pengaruh globalisasi telah mencakup di berbagai bidang kehidupan
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya. Hal ini juga cenderung mempengaruhi nilai
nasionalisme bangsa.
Seiring dengan majunya pengetahuan di bidang IPTEK mau tidak mau kita pun
harus mengikuti perkembangannya. Pola pikir individu pun harus siap dengan tantangan
global dengan adanya budaya-budaya baru yang masuk ke Indonesia. Maka diperlukan
filter kita untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Dalam hal ini, globalisasi juga membawa
pengaruh dalam gaya hidup masyarakat seperti pola hidup konsumtif, dunia gemerlap
(dugem), penjualan narkoba dan senjata api, seks bebas, dan human trafficking
(perdagangan manusia).
Pola hidup konsumtif merupakan keinginan untuk mengonsumsi barang-barang
yang kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencari sisi kepuasan.
Sesungguhnya perilaku konsumtif memiliki banyak dampak negatif dibandingkan
positifnya, dalam psikologi dikenal dengan sebutan compusive buying disorder (penyakit
kecanduan belanja) sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan dan terjebak
dalam dunia konsumeristik yang dibawa pasar kapitalisme.
Perilaku konsumtif seharusnya bisa dikontrol oleh diri sendiri. Perilaku ini, sudah
mempengaruhi pada remaja kita. Pasalnya, produsen melihat usia remaja adalah pasar
potensial mereka. Mereka paham pada usia remaja, sangat mudah tergiur dengan iklan
yang menarik dan membuat remaja ingin memilikinya. Juga mereka belum memiliki filter
dan kontrol untuk memenuhi keinginan-keinginan yang tidak penting. Mereka hanya
ingin dipandang dan dianggap eksis oleh lingkungannya yang disebut peer group (ada
keinginan untuk diterima di dalam kelompok pergaulannya), karena itu mereka harus
menyesuaikan diri dengan kelompoknya dalam segi penampilan dan gaya hidup.
Menurut Assuari (1987) perilaku konsumtif terjadi karena ingin tampak berbeda
dengan ikut-ikutan hal tersebut yang menjadi dasar mengapa remaja berperilaku
konsumtif. Maka dibutuhkan peran aktif orang tua agar remaja tidak menghambur-
hamburkan uang untuk hal-hal yang kurang penting,
Perilaku konsumtif menjadi sangat kompleks di tengah kebutuhan hidup yang
melonjak dan yang diingat hanya bagaimana cara memuaskan hasrat berbelanja.
Masyarakat dengan status sosial yang tinggi atau sering disebut kaum Sosialita cenderung
berpola konsumsi tinggi yaitu mengonsumsi produk tanpa melihat segi manfaatnya.
Akibatnya berpola hidup boros, tidak memikirkan kehidupan yang akan datang. Maka
kita harus mampu memilih secara selektif mana yang baik untuk kita dan sekitar kita.

E. Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya Nasional


Gerakan revitalisasi budaya lokal adalah salah satu alternatif jawaban untuk
menahan laju degradasi identitas bangsa dalam rangka bela negara. Meski terkesan
reaktif, paling tidak wacana ini mampu menyedot perhatian segenap bangsa untuk
sekedar kembali menengok budaya adiluhung warisan nenek moyang. Aksi penolakan
atas klaim reog oleh Malaysia salah satu contohnya. Apresiasi yang tinggi kita ucapkan
atas gerakan tersebut. Namun sekali lagi patut digarisbawahi, gerakan ini jangan hanya
berhenti pada titik gerakan reaktif yang tak jelas follow up-nya. Kekuatan yang terhimpun
sekian besarnya sangatlah mubazir jika tak memberikan dampak secara luas dan sistemik
terhadap ranah budaya kita.
Patut kiranya segenap komponen bangsa memikirkan bagaimana memaknai
budaya secara kontekstual dan bukan hanya sebagai aset yang layak untuk dijual.
Seperangkat komponen statis yang perlu dimuseumkan dan dijaga. Karena budaya adalah
sesuatu yang dinamis dan kontekstual dengan jamannya. Perlu diketahui bahwa
perubahan sosial budaya di antaranya disebabkan oleh faktor yang datangnya dari luar
dan dari dalam, dan faktor dari luar biasanya jauh lebih dominan. Oleh karena itu, faktor
dari luar perlu mendapat perhatian khusus.
1. Mengembangkan Bela Negara
Untuk itu hal-hal yang perlu dikembangkan sebagai wujud bela negara dalam
wujud kebudayaan sebagai upaya membentuk ketahanan budaya nusantara adalah
sebagai berikut:
a. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma
kehidupan bangsa Indonesia.
b. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui pemahaman dan
penghayatan (bukan sekedar penghafalan nilai-nilai kebudayaan bangsa).
c. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam nasional termasuk
kekayaan budaya nasional Indonesia.
d. Meningkatkan peran pemerintah dalam melindungi kebudayaan nusantara dengan
cara membuat perlindungan hukum terhadap hasil-hasil kebudayaan Indonesia
dengan mendaftarkan hak paten untuk setiap hasil budaya nusantara agar tidak
diklaim oleh bangsa lain.
e. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta
menanamkan semangat juang untuk membela negara, bangsa dan tanah air serta
mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai
landasan berbangsa dan bernegara.
f. Memberi apresiasi kepada masyarakat yang berusaha mengembangkan
kebudayaan asli masyarakatnya.
2. Langkah-langkah Bela Negara
Selain hal-hal yang perlu dikembangkan di atas, langkah yang dapat diambil
sebagai wujud bela negara adalah sebagai berikut:
a. Mendorong berkembangnya potensi budaya dalam masyarakat.
b. Seharusnya pemerintah memberi perhatian yang sama terhadap pengembangan
budaya daerah.
c. Bersikap bijaksana dalam perkembangan arus globalisasi
d. Membangkitkan lagi semangat kebudayaan nasional melalui berbagai media,
misalnya melalui jaringan internet.
e. Memberi apresiasi kepada kalangan yang mengusahakan perkembangan budaya.
f. Mendorong kesadaran masyarakat untuk merespons arus budaya asing yang baik.
g. Memperkuat dan mempertahankan jati diri bangsa agar tidak luntur.
h. Bersikap bijaksana dalam menerima segala macam perubahan.
i. Tidak mencampuradukkan kebudayaan sendiri dengan kebudayaan bangsa asing.
j. Memperkuat dan mempertahankan rasa cinta terhadap budaya sendiri.
Langkah nyata yang harus segera dilakukan dan mungkin dilakukan adalah
membentuk aturan perundang-undangan dalam negeri yang menyediakan kebutuhan
pengelolaan keragaman budaya nasional. Perlindungan secara hukum perundang-
undangan terhadap keragaman budaya nasional, selanjutnya dapat dijadikan pijakan
dasar untuk menjaga kedaulatan bangsa sehingga bisa diakui di dunia internasional.
Lebih jauh, harus ada sebuah kesadaran dan pengakuan oleh dunia internasional
bahwa perundang-undangan akan kepemilikan Negara terhadap ekspresi budaya,
sangat diperlukan oleh Indonesia guna menjaga ketahanan nasional dan kedaulatan
negaranya. Hal ini tentunya bisa dijadikan momentum bersama bangsa Indonesia
dalam memaknai Kebangkitan Nasional yang baru, yang diwujudkan dalam tindakan
nyata dalam menegakkan kedaulatan bangsa melalui Konsep Pertahanan Budaya.
Sudah saatnya kini bangsa Indonesia membuat suatu perlindungan hukum
semisal Paten Negara atau yang lebih jauh Pengakuan Internasional bagi Ekspresi
Budaya Bangsa Indonesia. Usaha ini tentu harus pula dibarengi dengan upaya
mendorong kesadaran masyarakat untuk merespons arus budaya asing dengan baik.
Budaya yang baik dapat diterima dan yang tidak baik dibuang.

F. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Sosial Budaya


Kehidupan sosial budaya di negara-negara berkembang, perlu memperhatikan
gejala perubahan yang terjadi, terutama mengenai sebab-sebabnya. Banyak faktor yang
mungkin menimbulkan perubahan sosial, di antaranya yang memegang peranan penting
ialah faktor teknologi dan kebudayaan. Faktor-faktor itu berasal dari dalam maupun dari
luar. Biasanya, yang berasal dari luar lebih banyak menimbulkan perubahan. Agar dapat
memahami perubahan sosial yang terjadi, perlu dipelajari bagaimana proses perubahan itu
terjadi dan bagaimana perubahan itu diterima masyarakat.
Pengaruh dari luar yang perlu diperhatikan adalah hal-hal yang tidak
menguntungkan serta dapat membahayakan kelangsungan hidup kebudayaan nasional.
Bangsa Indonesia harus selalu waspada akan kemungkinan adanya kesengajaan pihak luar
untuk memecah kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Dalam menghadapi pengaruh dari luar yang dapat membahayakan kelangsungan


hidup sosial budaya, bangsa Indonesia berusaha memelihara keseimbangan dan
keselarasan fundamental, yaitu keseimbangan antara manusia dan lingkungan, manusia
dengan alam semesta, manusia dengan masyarakat, manusia dengan Tuhan,
keseimbangan kemajuan lahir dan kesejahteraan batin. Kesadaran akan perlunya
keseimbangan dan keserasian melahirkan toleransi yang tinggi sehingga dapat menjadi
bangsa yang berbhinneka dan bertekad untuk selalu hidup bersatu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan membentuk
dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas,
maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta
kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
Pola hidup konsumtif merupakan keinginan untuk mengonsumsi barang-barang
yang kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencari sisi kepuasan.
Sesungguhnya perilaku konsumtif memiliki banyak dampak negatif dibandingkan
positifnya, dalam psikologi dikenal dengan sebutan compusive buying disorder (penyakit
kecanduan belanja) sulit membedakan antara keinginan dan kebutuhan dan terjebak
dalam dunia konsumeristik yang dibawa pasar kapitalisme.

B. Saran
Jika kebiasaan kredit konsumtif sudah mulai melebihi batas. Tentunya harus mulai
menyadari bahwa telah terjerumus dalam pola hidup tidak sehat atau gaya hidup
konsumtif. Dan harus mengambil tindakan agar kebiasaan ini tidak menjadi beban.
Jangan biarkan menjadi terlarut dalam pola hidup konsumtif. Maka banyaklah berpikir
untuk masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/rickoricardo/makalah-globalisasi-dan-ancaman-terhadap-
kebudayaan_568fad91e8afbda609b8569b

https://dokumen.tips/documents/ketahanan-nasional-di-bidang-sosial-budaya.html

http://pusatinformasi212.blogspot.co.id/2017/03/strategi-mengatasi-ancaman-di-bidang-
sosial-budaya-integrasi-nasional.html

http://www.firde7.xyz/2017/01/pkn-ancaman-di-bidang-sosial-budaya.html

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2017/09/pengertian-gaya-hidup-konsumtif-serta-
pengaruhnya.html

http://polahidupuntuk.blogspot.co.id/2013/06/gaya-hidup-konsumtif-masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai