Anda di halaman 1dari 6

Faktor Penghambat dan Pendorong Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia

SELASA, 03 APRIL 2018

A.        Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Persatuan/kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah.
Persatuan/kesatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi
satu kebulatan yang utuh dan serasi.”

Indonesia: Mengandung dua pengertian, yaitu pengertian Indonesia ditinjau dari segi geografis dan dari
segi bangsa.

Dari segi geografis, Indonesia berarti bagian bumi yang membentang dari 95° sampai 141° Bujur Timur
dan 6° Lintang Utara sampai 11o Lintang Selatan atau wilayah yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke.

Indonesia dalam arti luas adalah seluruh rakyat yang merasa senasib untuk mencapai kehidupan yang
bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

B.     Makna dan Pentingnya Persatuan Dan Kesatuan Bangsa

Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang dinamis dan
berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari
unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang
lama sekali.

Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Kedua
unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan
kebudayaan. Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi proses akulturasi (percampuran
kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen dan unsur-unsur
kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi
oleh bangsa Indonesia. Kemudian sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang
menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal
itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi makna dan pentingnya persatuan
dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain
sebagainya.

 Faktor Internal Pengahambat dalam Integrasi Nasional di Indonesia

Adapun yang menjadi faktor internal yang mengahambat terwujudnya integrasi nasional di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1.          Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) 

dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah,


agama yang dianut, ras dan sebagainya.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia yaitu lebih dari 237 juta jiwa dan
dari jumlah tersebut terdiri dari 1.128 suku bangsa yang tinggal di Indonesia.Bukan hanya itu, Indonesia
juga memiliki 6 agama resmi yaitu Islam, Khatolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu.Hal itu
membuktikan bahwa Indonesia memang kaya akan keberagamannya.

Untuk mewujudkan integrasi nasional di Indonesia jika dilihat dari faktor internalnya sangat sulit untuk
mencapainya dengan mudah. Karena syarat dari tercapainya integrasi nasional adalah terciptanya
kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan
menjadi suatu pedoman. Dengan beragamnya kebudayaan di Indonesia sulit juga untuk menyepakati
suatu norma dan nilai sosial yang akan dijadikan suatu pedoman, karena tiap daerah mempunyai
kebudayaan, adat dan pandangan hidup masing-masing yang sulit untuk diubah.

2.          Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.

Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua
Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia dan merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau dengan luas wilayah lebih dari 1,9 juta Km2. Dengan
wilayah yang begitu luas, menjadi salah satu faktor yang menghambat terwujudnya integrasi nasional di
Indonesia karena begitu jauhnyan jangkauan antar daerah di Indonesia.

3.          Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing rakyat Indonesia terhadap segala ancaman
dan gangguan yang muncul dari luar.

Masyarakat Indonesia seringkali menyepelekan apa yang terjadi di sekitarnya, karena pengaruh yang
ada tidak berdampak apa-apa pada dirinya, sehingga rasa kebersamaan dan kekeluargaan semakin lama
semakin memudar.

Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing rakyat Indonesia terhadap segala ancaman dan
gangguan yang muncul dari luar  ini akan berdampak pada munculnya disintegrasi nasional, karena pada
zaman sekarang ini bentuk ancaman tidak berupa peperangan fisik ataupun penjajahan secara fisik, akan
tetapi ancaman dan gangguan tersebut adalah dalam bentuk perang pemikiran dan perang budaya,
dimana terjadinya perubahan sosial akibat masuknya budaya luar yang dapat memecahbelahkan
masyarakat Indonesia, mungkin dampaknya bisa berupa tidak adanya persamaan pandangan mengenai
tujuan semula yang ingin dicapai, norma-norma masyarakat mulai tidak berfungsi dengan baik sebagai
alat pengendalian sosial demi mencapai tujuan bersama, sanksi yang diberikan kepada pelanggar norma
tidak dilaksanakan secara konsekuen, tindakan-tindakan warga masyarakat tidaklagi sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan terjadi proses-proses sosial yang bersifat disosiatif.

Maka jika telah terjadi hal demikian, berarti disintegrasi nasional di Indonesia telah ada. Dan hal
tersebut akan mengancam terwujudnya integrasi nasional di Indonesia.

4.          Lemahnya nila-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa.

Beberapa golongan masyarakat Indonesia ada yang memiliki pandangan bahwa semua unsur-unsur yang
masuk dalam suatu masyarakat dianggap baik dan lebih maju, sehingga perlu diikuti, terutama unsur-
unsur budaya dari dunia barat. Hal ini karena perkembangan ilmu dan teknologi mereka demikian maju
dan cepat perkembangannya.

Keadaan ini membuat sebagian masyarakat lupa bahwa tidak semua yang datang dari barat merupakan
hal-hal yang modern. Proses menerima semua unsur-unsur barat tanpa seleksi disebut Westernisasi.
Semua yang datang dari barat tidak dapat digolongkan modern. Pergaulan bebas, seks bebas,
merupakan kerusakan moral dan tidak sesuai dengan nilai dan norma bangsa Indonesia.

Modern tidak sama dengan westernisasi. Hal ini berarti tidak semua yang datang dari Barat itu modern.
Westernisasi harus ditolak karena Indonesia bukan negara Barat, tapi Indonesia memiliki nilai-nilai
budaya dan norma-norma sosial sendiri yang jauh lebih baik dari norma-norma sosial yang ada di Barat.
Sehingga jika westernisasi terjadi pada masyarakat Indonesia, maka akan semakin sulit terwujudnya
integrasi nasional di Indonesia, karena terjadinya pertentangan antar norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia
serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
yang terdiri dari 13.466 pulau dengan luas wilayah lebih dari 1,9 juta Km2. Dengan wilayah yang begitu
luas, menjadi salah satu faktor yang menghambat terwujudnya integrasi nasional di Indonesia karena
begitu jauhnyan jangkauan antar daerah di Indonesia.

 Faktor Eksternal Pengahambat dalam Integrasi Nasional di Indonesia, Berikut ini adalah yang
menjadi faktor eksternal penghambat terwujudnya integrasi nasional di Indonesia:

1. Kerukunan Antar Umat Beragama.


Sudah menjadi pendapat umum pada tingkat nasional ataupun tingkat  internasional, bahwa Republik
Indonesia adalah negara yang mempunyai penganut Agama Islam terbesar di dunia. Dari data statistik
sering diungkapkan bahwa dari 148 juta (tahun 1984) penduduk indonesia, 90% menganut Agama Islam.

Akan tetapi sejak Indonesia merdeka kedudukan islam dalam area politik nasional seringkali menjadi
persoalan yang menimbulkan pertentangan, sehingga mengakibatkan kemacetan politik,
pemberontakan berlatar belakang agama dan kedaerahan, juga pertentangan sosial lainnya. Di kalangan
umat islam dalam kenyataannya terdapat berbagai derajat kaum muslimin, dari yang saleh sampai
mereka yang abangan. Sedangkan di barisan orang-orang saleh pun terdapat bermacam-macam aliran.
Dengan kondisi seperti itu, menjadikan masalah islam di Indonesia sebagai persoalan yang cukup rumit.

Bersamaan dengan isu Kristianisasi di kalangan umat islam belum kunjung lenyap, dan belakangan ini
muncul isu Islamisasi  di kalangan umat kristen. Semua ini menunjukkan betapa berkembangnya
solidaritas sempit yang membawa kemrosotan semangat kebangsaan Indonesia.Dengan demikian
kesadaran untuk menumbuhkan sikap saling pengertian kesulitan yang dihadapi masing-masing
kelompok agama masih sangat rendah.

2. Ekonomi.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup dalam taraf
kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara masyarakat kaya
dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu
melalui KKN.

3. Pertahanan Keamanan.

Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan dapat terjadi dari seluruh
permasalahan aspek asta gatra  itu sendiri.   Dilain pihak turunnya wibawa TNI dan Polri akibat kesalahan
dimasa lalu dimana TNI dan Polri digunakan oleh penguasa sebagai alat untuk mempertahankan
kekuasaannya bukan sebagai alat pertahanan dan keamanan negara.

 Terdapat beberapa faktor yang mendorong terwujudnya integrasi nasional di Indonesia.


Adapun faktor pendorong tersebut diantaranya:

1. Rasa Senasib-Seperjuangan.
Indonesia telah mengalami sejarah yang kelam di masa lalu, terutama zaman dimana Indonesia dijajah
oleh bangsa lain selama bertahun-tahun. Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945,
perjuangan yang dilakukan oleh setiap elemen masyarakat untuk memperoleh kemerdekaan bukanlah
sesuatu yang sifatnya main-main. Berbagai perbedaan yang ada dimiliki oleh masyarakat saat itu
dikesampingkan demi memperjuangkan terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Rasa senasib
seperjuangan di masa lalu yang terbawa sampai dengan masa sekarang menjadi salah satu faktor
pendorong untuk mewujudkan integrasi nasional. Jika di masa lalu rasa senasib seperjuangan digunakan
untuk memujudkan kemerdekaan Indonesia, di era sekarang ini rasa senasib seperjuangan digunakan
untuk memperkuat stabilitas nasional demi terwujudnya persatuan Indonesia dalam integrasi nasional.

2. Pemaknaan Ideologi Nasional.

Ideologi nasional negara kita Indonesia adalah Pancasila. Sebagai ideologi nasional, Pancasila tidak dapat
digantikan oleh ideologi manapun. Walalupun Indonesia terdiri dari banyak kepercayaan, arti penting
dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia tidak bisa terlepas dari kehidupan
sehari-hari masyarakat. Pemaknaan ideologi nasional yaitu Pancasila dilakukan melalui implementasi
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan integrasi nasional di Indonesia.
Melalui pemaknaan ideologi nasional yaitu Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, integrasi nasional
akan lebih mudah untuk diwujudkan.

3. Antisipasi Ancaman Dari Luar. 

Walupun Indonesia sudah merdeka selama 71 tahun, bukan tidak mungkin ancaman dari luar itu masuk
ke Indonesia. Ancaman-ancaman dari luar di era globalisasi sekarang ini tidak dapat diartikan sebagai
ancaman yang menjajah seperti pada masa kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi ancaman dari luar dalam kaitannya dengan bahaya globalisasi dan modernisasi, integrasi
nasional perlu diwujudkan di setiap lapisan masyarakat yang ada tinggal di wilayah Indonesia.

Diposting oleh maylinda saskia di 00.27 Tidak ada komentar: 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Beranda

Langganan: Postingan (Atom)

MENGENAI SAYA
maylinda saskia 

Lihat profil lengkapku

ARSIP BLOG

 ▼  2018 (1)

o ▼  April (1)

 A.    Pengertian Persatuan dan Kesatuan BangsaPers...

Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai