Diversity (Keragaman)
Keragaman adalah hakikat alam manusia (Y. Sutanto ddk,2011) keragaman tidak
dapat di tolak dan di kehendaki. Resitensi keragaman sama halnya dengan meolak
kenyataan hidup manusia. Keragaman merupakan modal sosial dan aset budaya sebagi
perekat kehidupan masyarakat. Kodrat keragaman tidak dapat di buat secara instan ia
merupakan suatu proses interaksi dan akulturasi budaya yang tumbuh dan berkembang
secara alami, yang di adopsi oleh masyarakat.
Berbagai keragaman tersebut melahirkan tata kehidupan dan norma hukum, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis sebagai pedoman dalam mengatur prilaku hidup
masyarakat nya yang tertuang dalam bentuk tradisi dan hukum. Tradisi ini lah yang
membentuk suatu prilaku hukum dalam bentuk adat.
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa indonesia
artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragi, laras.
Sehingga keragaman berarti perihal beragam – ragam atau berjenis-jenis perihal ragam
hal, jenis keragaman yang di maksud di sini merupakan suatu kondisi dalam masyarakat
dimana terdapat perbedaan - perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa
dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi ekonomi.
1
Kondisi wilayah yang demikian menjadikan keterpisahan antara satu bagian wilayah
negara dengan wilayah negara yang lain dalam negara Indonesia. Di samping itu juga
terdapatnya jarak yang jauh antara pusat dengan daerah. Terbawa oleh kondisi
kewilayahan tersebut, perlu disadari oleh semua pihak bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia sesungguhnya rawan terjadinya perpecahan (disintegrasi).
Kenyataan lain menunjukkan, bahwa pemerintah dihadapkan pada persoalan adanya
daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek
sosial budaya menjelaskan, bahwa masyarakat Indonesia diwarnai oleh berbagai
macam perbedaan, baik perbedaan suku, ras, agama, kebudayaan, dan bahasa.
Kondisi sosial budaya yang demikian menjadikan kehidupan bangsa Indonesia
menyimpan potensi terjadinya konflik. Kenyataan juga menunjukkan, bahwa dalam
kehidupan bangsa Indonesia sering terjadi konflik antar – kelompok masyarakat yang
dilatarbelakangi oleh perbedaan – perbedaan tersebut. Sampai saat ini, konflik – konflik
yang terjadi tidak menimbulkan perpecahan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Namun
demikian kenyataan semacam itu perlu menjadikan perhatian semua pihak agar dapat
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap terjaga.
Atas dasar dua alasan tersebut, maka penting sekali memahami keragaman dalam
masyarakat Indonesia yang ditujukan untuk mengusahakan dan mempertahankan
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa kesadaran akan
keberagaman yang kita miliki, bangsa Indonesia bisa saja terjerumus ke arah
perpecahan.
2
B. Macam-Macam Keragaman
1. Ada tiga macam istilah yang digunakan untuk menggambarkan masyarakat
yang majemuk yang terdiri dari ras, agama, bahasa dan budaya yang berbeda
yaitu masyarakat pural, masyarakat heterogen dan masyarakat multikultural.
2. Pluralitas yakni mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu.
3. Heterogen yakni menunjukan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu
berbeda-beda, bermacam-macam dan bahkan tidak dapat disamakan.
4. Multikultural yakni inti dari multikulturalisme ialah kesediaan menerima
kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa memperdulikan perbedaan
budaya, etnik, gender, bahasa maupun agama. Multikulturalisme memberikan
penegaasan bahwa dengan segala perbedaaannya itu mereka ialah sama di
ruang publik, menekankan pengakuan dan penghargaan pada perbedaan.
Di indonesia, terutama bagian barat mulai dari sulawesi adalah termasuk ras
mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang termasuk mongoloid melayu
tua sebelah timur indonesia termasuk ras austroloid, termasuk bagian NTT.
Sedangkan kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah
golongan china yang termasuk atratic mongooid
3
2. Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi manusia.
Ikatan yang di maksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai
kekuatan gaib yang tak dapat di tangkap dengan panca indra. Namun mempunyai
pengaruh besar yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari – hari (Haru
nasution : 10)
Agama sebagai keyakinan memang sulit di ukur secaratepat dan rinci.Hal ini
pula yang barang kali menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat
tentang agama. Namun apapun bentuknya kepercayaan yang di anggap sebagai
agama, tampaknya memang memilki ciri umum yang hampir sama, baik dalam
agama pitif maupun agama monoteisma. Menurut Robert H. Thouless, fakta
menunjukkan bahwa agama berpusat pada tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran
yang menentukan yang takboleh di abaikan. (Psikologi Agama : 14)
Masalah agama tak akan mungkin dapat di pisahkan dari kehidupan masyarakat.
Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah :
3. Tata Krama
Tata krama yang di anggapsebagai dari bahasa jawa yang berarti “adat
sopansantun, basa basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, prilaku, adat istiadat,
tegur sapa,ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata krama di bentuk
4
dan di kembangkan oleh masyarakat yang terdiri dari aturan-aturan yang kalo di
patuhi di harapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam
masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki keragaman suku bangsa
dimanadi setiap suku bangsa memiliki adat tersendiri meskipun kerena adanya
sosialisasi nila-nilai dan norma secara turun menurun dan berkesinambungan dari
generasi ke generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suatu suku
bangsa yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.
4. Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi salah satu perhatian yang
harus di tingkatkan namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat
ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya
kesenjangan yang tak dapat di hindari lagi
5. Kesenjangan Sosial
5
E. Pengaruh Keragaman dam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara,
dan Kehidupan Global
Berdirinya negara indonesia di latar belakangi oleh masyarakat yang demikian
majemuk baik secara eknis, biogarfis. Kultural, maupun religius. Kita tidak dapat
mengingkari prulalistik bangsa kita. Sehingga kita perlu memberi tempat bagi
berkembangnya kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan beragama yang di anut
oleh warga indonesia. Masalah suku bangsa dan, kesatuan nasional di Indonesia telah
menunjukkan kepada kita bahwa suatu negara yang multietnik memerlukan suatu
kebudayaan nasional untuk memastikan peranan identitas nasional dan solidaritas
nasional di antara warganya. Gagasan tentang kebudayaan nasional yang menyangkut
kesadaran dan identitas suatu bangsa telah di rancang saat bangsa kita belum
merdeka.
6
f. Adanya dominasi politikoleh suatu kelomok terhadap kelompok yang lain.
Realitas di atas harus di akui dengan sikap terbuka logis, dan dewasa karena
dengannya, kemajemukkan yang adab dapat di pertumpul. Jika keterbukaan dan
kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah –
masalah menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti:
1. Semangat religius
2. Semangat nasionalisme
3. Semangat pluralisme
4. Semangat humanisme
5. Dialog antar umat beragama
6. Membangun suatu pola komikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antara agama,media massa, dan harmonisasi dunia.
7
modalyang menentukan bagi terujudnya sebuah bangsa yang di Bhineka
Tunggal Ika. Menyatu dalam keragaman, dan beragam dalam kesatuan.
Segala bentuk kesenjangan di dekatkan, segala keanekaragaman di
pandang sebagai kekayaan bangsa milik bersama. Sikap inilah yang perlu
di kembangkan dalampikir masyarakat untuk menuju indonesia raya
merdeka.
F. Problem Deskriminasi
Dsiskriminasi adalah sebuah tindakan yang melakukan perbedaan terhadap
seseorang atau kelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok,
golongan, status, dan kelas sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia,
orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik. Serta batas negara, dan kebangsaan
seseorang.
Tuntutan atas kesamaan hak bagi setiap manusia di dasarkan pada prinsip
-prinsip hak asasi manusia. Sifat dari HAM adalah universal dan tanpa pengecualian
tidak dapat di pisahkan dan saling tergantung. Berangkat dari pemahaman tersebut
seyogianya sikap – sikap yang didasarkan pada ethnosentrisme, resisme, religius
fanatisme,dan diskrimination harus dipandang sebagai dipandang sebagai tindakan
yang menghambat pengembangan kesederajatan dan demokrasi, penegakan hukum
dalam kerangka pemajuan dan pemenuhan HAM.
PASAL 218 Ayat (2) UUD NKRI 1945 telah menegaskan bahwa: “Setiap orang
berhak bebas dari perlakuan bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.”
Sementara itu pasal 3 UU No 1999 tentang HAM telah menegaskan bahwa “... setiap
orang di lahirkan bebas dengan harkat dan martabat yang sama dan sederajat...”
Ketentuan tersebut merupakan landasan hokum yang mendasari prinsip non –
diskriminasi di Indonesia.
Pencantuman prinsip ini pada awal pasal berbagai instrumen hukum yang
mengatur HAM pada dasarnya menunjukkan bahwa diskriminasi telah menjadi realitas
yang promblematik sehingga:
8
a. Komunitas internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi di
berbagai belahan dunia.
b. Prinsip non – diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat
hidup dalamkebebasan keadilan dan perdamaian.
1. Kegagalan kepemimpinan
2. Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
3. Krisispolitik
4. Krisis sosial
5. Demoralisasi tentara dan polisi
6. Intervensi asing
9
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarinah. 2019. “Ilmu Sosisal Budaya Dasar (Di Perguruan Tinggi)”. Yogyakarta : Budi
Utama
2. Setiadi M, Elly. Hakam A, Kama. Effendi, Ridwan. 2006. “Ilmu Sosial Dan Budaya
Dasar edisi ke-3”. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
3. Suardi ismail. 2018. “islam dan adat keteguhan adat dalam kepatuhan beragama”
.Yogjakarta : CV BUDI UTAMI
11