NASIONAL
KELOMPOK 11
ARYA
BERLIANA
PENGERTIAN
Konsep integrasi nasional secara vertikal melibatkan hubungan orang - orang dengan
pemerintah yang hubungannya saling terintegrasi secara vertikal. Konsep integrasi ini juga
mencakup bagaimana pemerintah pusat dan daerah dapat terintegrasi.
Konsep integrasi nasional secara horizontal mencakup penyatuan bangsa Indonesia yang
memiliki tingkat kemajemukan yang relatif tinggi. Bagaimana membangun identitas nasional
yang sama, meskipun kelompok masyarakat, agama, suku, dan identitas berbeda- beda.
Integrasi Nasional, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, menyatukan berbagai perbedaan
budaya atau kelompok sosial dalam satu wilayah untuk membentuk satu kesatuan yang
harmonis dalam satu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), atau merupakan bentuk
upaya untuk menggabungkan.
SYARAT INTEGRASI NASIONAL
1. Adanya Kesadaran Massa
Syarat utama untuk membangun integritas dan persatuan nasional adalah kesadaran
seluruh masyarakat bahwa hubungan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Integrasi nasional hanya dapat dicapai dengan kontribusi seluruh elemen
masyarakat.
• Integrasi asimilasi adalah bentuk integrasi yang merupakan perpaduan dua budaya atau
lebih yang menghilangkan ciri- ciri budaya asli yang diterima masyarakat.
• Integrasi akulturasi adalah perpaduan dua budaya atau lebih tanpa menghilangkan ciri-ciri
budaya asli di lingkungannya.
• Integrasi normatif adalah integrasi yang didasarkan pada norma- norma yang
menghubungkan masyarakat.
• Keterpaduan perangkat merupakan keterpaduan yang terbukti merupakan hasil kesatuan
individu dalam masyarakat.
• Integrasi idealis adalah integrasi yang dilakukan dan dibuktikan dengan ikatan spiritual
yang kuat tanpa adanya paksaan.
• Integrasi fungsional adalah integrasi yang berlangsung untuk fungsi tertentu semua pihak
dalam masyarakat.
FAKTOR PEMBENTUK INTEGRASI
NASIONAL
Terbentuknya integrasi nasional memiliki faktor-faktor tertentu seperti berikut
ini:
2. Menginginkan Persatuan
Salah satu peristiwa yang menunjukkan keinginan Indonesia untuk bersatu
adalah peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa
Indonesia ingin bersatu dengan semangat juang yang sama sesuai dengan
cita-cita bangsa.
.
3. Cinta Tanah Air
Faktor yang mempengaruhi integrasi nasional juga disebabkan oleh kecintaan masyarakat Indonesia
terhadap tanah air. Hal ini terbukti sampai hari ini dalam perjuangan penaklukan, pemeliharaan dan
pendudukan Republik Indonesia.
4. Bentuk Idealisme Nasional
Integrasi Nasional merupakan bentuk ideologi nasional yang disepakati bersama. Melalui ideologi
Pancasila, Indonesia yang memiliki banyak perbedaan dan keragaman dapat terus bersatu. Hal ini karena
nilai- nilai Pancasila berlaku bagi masyarakat, bangsa, dan kehidupan bangsa.
5. Budaya Gotong Royong
Faktor yang memungkinkan terjadinya integrasi nasional adalah adanya Budaya Gotong Royong. Budaya
Gotong Royong dikenal sebagai ciri khas dari individualitas masyarakat Indonesia yang diturunkan secara
turun temurun dan dilestarikan hingga saat ini.
6. Memprediksi Ancaman Asing
Integrasi nasional juga penting dalam memprediksi ancaman eksternal. Bentuk ancaman eksternal dapat
berupa pendudukan wilayah atau pulau terluar Indonesia.
PENGHAMBAT INTEGRASI NASIONAL
Selain faktor pendukung untuk membentuk integrasi nasional, adapun hal yang
bisa menghambatnya, seperti berikut ini:
2. Saling Menghargai
Saling menghargai dan menghormati adalah bentuk lain dari integrasi nasional.
Hal ini sangat penting dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Saling
menghormati dan berterima kasih di antara orang-orang yang berbeda suku,
berbeda budaya, berbeda adat, berbeda ras dan berbeda agama. Sikap ini
membimbing manusia untuk hidup rukun dan damai.
3. Akulturasi dan Akulturasi Budaya
Semua daerah di Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Proses integrasi bangsa dari
segi budaya terjadi melalui akulturasi dan asimilasi. Oleh karena itu, semua budaya yang sejalan berusaha untuk
bersatu dan beradaptasi. Akulturasi dan asimilasi seringkali menciptakan budaya negara yang lebih maju tanpa
mengabaikan budaya lokal.
Contoh akulturasi dan asimilasi paling terkenal terjadi ketika pendatang dari Jawa menetap di Lampung. Dua
budaya yang berbeda disatukan dalam bidang yang sama. Awalnya, karena perbedaan suku dan perbedaan, sering
terjadi konflik antara kedua suku tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat Lampung dan
pendatang dari Jawa mampu hidup berdampingan secara damai.