Anda di halaman 1dari 13

Pendidikan Kewarganeraan

“Integrasi Nasional dan Perbandingan Antara


Akulturasi, Pluralis dan Asimilasi”

Nama : Alwi Nadhif Arasyid

Npm : (183112351550276)

Dosen : Bapak Andi Yusran

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Nasional
Integrasi Nasional
Pengertian:
Secara etimologi, integrasi nasional berasal dari bahasa Latin yaitu Integrate yang artinya
memberi tempat bagi unsur tertentu demi mewujudkan suatu keseluruhan. Sementara itu, kata
Nasional berasal dari bahasa Inggris yaitu Nation yang artinya bangsa. Jadi istilah Nasional ini
mengandung beberapa pengertian yaitu kebangsaan dan bersifat bangsa sendiri.
Secara umum integrasi nasional secara politis adalah penyatuan berbagai kelompok sosial dan
budaya dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional. Sementara
itu, secara antropologis, integrasi nasional adalah proses penyesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan yang beranekaragam untuk mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan
bermasyarakat.
Integrasi nasional juga dapat diartikan sebagai suatu usaha maupun proses yang memiliki
tujuan untuk mempersatukan perbedaan – perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga dapat
tercapai keserasian dan keselarasan secara nasional.
Dari berbagai uraian mengenai pengertian integrasi nasional dapat disimpulkan bahwa integrasi
nasional merupakan bentuk persatuan dan kesatuan antara beragam kelompok sosial dan budaya
dalam suatu negera yang bertujuan untuk mewujudkan keserasian dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Syarat Integrasi Nasional:

1. KESADARAN
Rasa kesadaran merupakan hal yang penting dalam mewujudkan integrasi nasional, khsusunya
kesadaran akan perbedaan dan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. Selain itu
juga adanya rasa kesadaran akan pentingnya saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. ADANYA KONSENSUS BERSAMA


Untuk masyarakat yang majemuk seperti Indonesia ini, pastinya ada suatu kesepakatan atau
konsensus bersama mengenai aturan dan nilai dalam menjalani kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hal itu bertujuan agar keragaman tidak menjadi penghalang untuk mewujudkan nilai
persatuan dan kesatuan.

3. ADANYA NILAI DAN NORMA


Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara pastinya ada nilai dan norma yang harus ditaati
oleh setiap anggotanya. Hal itu memang sudah menjadi kesepakatan bersama sebagai pedoman
dalam kehidupan sehari-hari maupun bernegara.
Nilai dan norma tersebut sebenarnya ada yang berbeda antara suatu kelompok dengan yang
lainnya. Namun, untuk nilai dan norma yang sama itu seringkali dalam skala nasional yang
sifatnya universal atau menyeluruh bagi setiap masyarakat meskipun mereka juga beragam.
Faktor Pendorong Terjadi Integrasi Nasional:

1. RASA SENASIB-SEPERJUANGAN
Faktor ini merupakan hal yang sangat realistis dan sering terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seperti halnya pada masa kolonialisme dulu di
Indonesia banyak sekali masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan maupun suku bersatu,
bersama-sam melawan kolonialisme Belanda.
Mereka tidak mempedulikan perbedaan yang ada termasuk perbedaan usia dan agama. Hal itu
disebabkan karena mereka mempunyai rasa senasib yaitu sama-sama dijajah dan seperjuangan
yaitu sama-sama berjuang melawan kolonialisme. Mereka menggunakan berbagai cara dari
diplomasi hingga perang fisik juga melalui organisasi-organisasi tertentu. Hingga akhirnya
masyarakat Indonesia berhasil memproklamirkan diri sebagai bangsa dan negara yang merdeka
pada 17 Agustus 1945.

2. PEMAKNAAN IDEOLOGI NASIONAL


Setiap negara mempunyai ideologi tersendiri sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, termasuk Indonesia dengan Pancasilanya. Ideologi pancasila ini tidak bisa digantikan
dengan ideologi lain karena memang itu merupakan keputusan final yang telah dirancang oleh
founding father kita sebagai pandangan hidup.
Meskipun Indonesia mempunyai banyak perbedaan atau keragaman, namun bisa tetap bersatu
karena masyarakat senantiasa menanmkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Jadi, setiap masyarakat Indonesia mempunyai pemaknaan yang relatif
sama terhadap ideologi Pancasila.

3. KEINGINAN BERSATU
Tidak semua perbedaan membuat perpecahan, justru sebaliknya keragaman itu membawa suatu
masyarakat pada suatu keinginan untuk bersatu. Keinginan tersebut salah satunya bertujuan
untuk memperkuat suatu kelompok maupun negara. Mengingat persatuan merupakan cita-cita
atau nilai-nilai dalam Pancasila yang harus diterapkan dalam kehidupan.
Seperti halnya ketika terjadi peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Para pemuda
Indonesia yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan latarbelakang bersatu mengucapkan
sumpah yang bertujuan membentuk persatuan bangsa, negara, dan bahasa Indonesia.

4. ANTISIPASI ANCAMAN LUAR


Ancaman dari luar bisa mempersatukan kelompok atau bangsa dalam suatu negera. Indonesia
sudah sekian lama merdeka dengan beragam kebudayaan dan bentangan wilayah yang berdaulat.
Hal itu memungkinkan terjadinya suatu ancaman dari luar seperti pengambilan wilayah atau
pulau paling luar.
Hal itu menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk tetap bersatu dan
mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia. Begitu pula dengan masalah kebudayaan,
dimana masyarakat Indonesia cenderung fanatik dengan hal-hal yang berkaitan dengan budaya.
Ketika suatu budaya yang sudah lama berkembang di Indonesia kemudian diklaim oleh negara
lain, hal itu akan membuat bangsa Indonesia terusik dan menjadi bersatu untuk mempertahankan
eksistensi kebudayaan tersebut.
Faktor Penghambat Integrasi Nasional:

Terciptanya suatu integrasi nasional juga bisa terhambat akibat beberapa hal. Terlebih lagi
dengan negara Indonesia yang mempunyai beragam perbedaan dan bentangan wilayah yang
sangat luas. Hal itu pastinya menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Berikut adalah
beberapa faktor penghambat integrasi nasional:

1. KURANGNYA PENGHARGAAN TERHADAP KEMAJEMUKAN


Tidak semua orang bisa memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Mereka cenderung
sulit untuk diajak mewujudkan persatuan dan kesatuan di tengah keragaman bangsa. Padahal
kemajemukan sendiri merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya.
Oleh sebab itu, setiap masyarakat perlu memahami arti toleransi dan semacamnya, khususnya di
Indonesia ini. Hal itu mengingat bahwa realita yang ada Indonesia mempunyai beragam agama
dan budaya. Setiap orang atau kelompok masyarakat mempunyai agama ataupun kebudayaan
yang berbeda-beda. Begitu pula mereka tidak bisa dipaksa dan tidak bisa di samakan mengenai
hal itu.

2. KUATNYA PAHAM ETNOSENTRISME


Beberapa orang ataupun masyarakat di suatu daerah masih memegang teguh paham
etnosentrisme. Paham ini menganggap bahwa etnis tertentu jauh lebih baik dan dominan dari
yang lainnya. Hal ini biasanya terjadi dalammasyarakat pedalaman atau tradisional yang sulit
pula dirubah cara pandang dan berpikirnya. Hal itu kemudian menyebabkan sulitnya terjadi
integrasi nasional.
Oleh karena itu, paham nasionalisme perlu ditingkatkan dan disebarluaskan di seluruh lapisan
masyarakat di Indonesia. Paham nasionalisme bukan hanya diberikan melalui pendidikan atau
pengajaran saja, namun juga dalam bentuk prakteknya khususnya untuk yang masih dasar.

3. KETIMPANGAN PEMBANGUNAN
Pembangunan dalam suatu negara belum tentu mengalami kemerataan. Ada beberapa daerah
atau wilayah yang masih sangat jauh dari kata sejahtera atau makmur. Demikianlah yang disebut
dengan ketimpangan pembangunan dan hal itu menjadi penghambat terciptanya integrasi
nasional.
Masyarakat yang berada di wilayah yang cukup tertinggal akibat ketimpangan pembangunan,
cenderung acuh dengan rasa persatuan nasional. Bahkan bisa membuat masyarakat tersebut
menentang pemerintah. Hal itu kemudian bisa menimbulkan perpecahan antara pemerintah
dengan masyarakat tertentu.
Agar hal itu tidak terjadi, sebaiknya pemerintah berusaha memeratakan pembangunan yang ada,
khususnya untuk daerah yang tertinggal dan terluar. Tujuannya bukan hanya untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk, namun juga untuk mempersatukan dan mempererat
hubungan antara pemerintah dengan masyarakat.

Sumber: https://thegorbalsla.com/integrasi-nasional/
Akulturasi
Merupakan suatu proses yang mana seseorang atau kelompok dari satu budaya datang
untuk mengadopsi praktik dan nilai-nilai budaya lain, sementara masih tetap mempertahankan
budaya mereka sendiri yang berbeda. Proses ini paling sering terjadi dalam hal budaya minoritas
yang mengadopsi unsur-unsur budaya mayoritas, seperti biasanya terjadi pada kelompok imigran
yang secara kultural atau etnis berbeda dari mayoritas di tempat mereka berimigrasi.
Namun, akulturasi adalah proses dua arah, sehingga mereka yang berada di dalam budaya
mayoritas sering mengadopsi unsur-unsur budaya minoritas yang bersentuhan dengannya, dan
prosesnya perpaduan tersebut terjadi di antara kelompok-kelompok di mana tidak ada yang
mayoritas atau minoritas. Hal ini dapat terjadi pada tingkat kelompok dan individu dan dapat
terjadi sebagai akibat dari kontak atau kontak orang dalam melalui seni, sastra, atau media.

Pengertian Akulturasi adalah sebuah proses yang muncul pada suatu kelompok yang
memiliki sebuah kebudayaan tertentu dalam menghadapi adanya budaya asing yang masuk ke
dalam kelompok tersebut. Berikut akan dikaji lebih dalam mengenai pengertian akulturasi
menurut beberapa tokoh yang ahli di bidangnya.

Proses Akulturasi:

Proses akulturasi dalam kebudayaan atau budaya di suatu daerah, negara, masyarakat ataupun
individu, terdiri atas berbagai bentuk hubungan atau kontak sehingga proses akulturasi dapat
terjadi. Bentuk-bentuk kontak kebudayaan tersebut menimbulkan proses akulturasi yang
dijelaskan lebih rinci oleh Saebani (2012: 190-19) adalah sebagai berikut..

 Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat, atau bagian dari masyarakat, dan
semata-mata antara individu dari dua kelompok. Namun perlu diketahui, bahwa
terdapat unsur-unsur asing yang saling bergantung disetiap jenis-jenis kelompok sosial,
begitu juga dengan status individu bertemu.
 Kontak dapat diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan yang
bermusuhan. Banyak kejadian, kontak antara bnagsa dan juga suku, mulanya bersifat
permusuhan.
 Kontak timbul antara masyarakat dikuasai, baik secara politik maupun secara ekonomi.
Pada negara jajahan bentuk kontak misalnya ini dalam suasana penindaasan yang dapat
menimbulkan gerakan kontra akulturasi. Yaitu masyarakat yang dijajah berusaha
memberikan penilaian yang lebih tinggi kepada kebudayaan sendiri dan bergerak secara
agresif mengembangkan kembali cara hidup yang memiliki sifat mengagunkan dan
dengan jalan apapun untuk melawan penjajah.
 Kontak kebudayaan terjadi antara masyarakat yang besarnya dan berbeda besarnya.
 Kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek material dan non materil dalam
kebudayaan sederhana dengan kebudayaan kompleks antara kebudayaan yang
kompleks dengan kompleks pula.
Bentuk Akulturasi:

Menurut para antropolog, bahwa percampuran yang terjadi terdiri atas berbagai bentuk sebagai
berikut..
1. Substitusi
Substitusi merupakan penggantian unsur yang lama diganti dengan unsur yang baru dengan
memberikan nilai lebih bagi para penggunanya. Contohnya, para petani mengganti alat pembajak
sawah oleh mesin pembajak misalnya traktor.

2. Sinkretisme
Unsur budaya yang lama bersama-sama dengan unsur budaya baru membentuk suatu sistem
baru. Perpaduan demikian terjadi dalam sistem keagamaan.

3. Penambahan (Addition)
Addition merupakan unsur budaya lama yang ditambahkan dengan unsur budaya baru sehingga
memberikan suatu nilai lebih.

4. Penggantian (Deculturation)
Unsur budaya yang lama hilang diganti dengan unsur budaya baru. Contohnya delman, atau
andong yang diganti dengan angkot atau angkutan bermotor.

5. Originasi
Masuknya suatu unsur budaya baru yang tidak dikenal menimbulkan perubahan besar dalam
kehidupan masyarakat. Contohnya protek listrik masuk desa.

6. Penolakan (Rejection)
Akibat terjadinya proses perubaha sosial budaya yang sangat cepat, membawa suatu dampak
negatif yang terjadinya sebuah penilakan dari sebagian anggota masyarakat yang tidak siap dan
tidak setuju terhadap adanya proses pencampuran tersebut. Contohnya sebagian orang masih ada
yang percaya dukun.

Faktor yang mempegaruhi akulturasi:

Penyebab yang melatar belakangi akulturasi dapat terjadi dengan berbagai cara. Proses pengaruh
yang diterima Akulturasi juga ikut memberikan peran besar dalam percepatan akulturasi.
Begitupula sebaliknya, terdapat juga faktor-faktor yang ikut menghambat akulturasi. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi akulturasi adalah sebagai berikut…

1. Faktor Internal
Terdapat faktor-faktor internal yang mempengaruhi lahirnya, proses dan berhasilnya akulturasi.
Adapun bentuk faktor-faktor internal tersebut adalah sebagai berikut..
Bertambahnya dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian dan migrasi)
Adanya penemuan baru
Discovery – penemuan ide ataupun alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
Invention atau penyempurnaan penemuan baru
Innovation atau pembaruan ataupun penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarkat
sehingga dapat menambah, melengkapi ataupun mengganti yang telah ada. Penemuan demikian
mendorong kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau
anggota masyarakat.
Konflik yang terjadi dalam masyarakat
Pemberontakan ataupun revolusi

2. Faktor Ekternal
Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang juga memiliki peranan besar dalam
mempengaruhi akulturasi. Berikut faktor-faktor eksternal tersebut..
Perubahan alam
Peperangan
Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antara
budaya yang masih terlihat dengan sifat-sifat khasnya masing-masing), asimilasi (pembauran
antara budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak
lagi).

Proses Akulturasi yang terjadi di Indonesia:

Hasil akulturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap budaya tersebut. Semakin kuat dari
suatu bdaya maka kecepatan penyebarannya juga akan semakin intens. Indonesia, dengan jumlah
suku, budaya dan bahasa yang tersebar di seluruh pelosok wilayah Indonesia, secara alami akan
terjadi pertemuan budaya atau lebih. Proses akulturasi, dimana seluruh perbedaan akan berjalan
bersamaan dengan unsur persamaan yang mereka punyai hingga pada akhirnya budaya yang
memiliki pengaruh lebih kuat dan berperan besar dalam proses akulturasi. Ada tiga periode
akulturasi yang terjadi di Indonesia.

1. Periode Awal (Abad 5-11 Masehi)


Pada periode ini, unsur Hindu-Budha sangat kuat dan lebih terasa menonjol sedangkan pada
unsur/ciri kebudayaan Indonesia sendiri menjadi terdesak. Tebukti dengan ditemukannya
berbagai macam patung dewa, seperti Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha yang tersebar di
kerajaan misalnya Mataram Kuno, Tarumanegara dan Kutai.

2. Periode Pertengahan (Abad 11-16 Masehi)


Periode pertengahan ini, terdapat unsur Hindu-Budha dan Indonesia yang telah mulai berimbang.
Hal demikian disebabkan dari unsur Hindu-Budha mulai melemah sedangkan dari unsur budaya
Indonesia kini kembali menonjol sehingga menyebabkan munculnya sebuah sinkretisme
(perpaduan antara dua atau lebih aliran budaya).
Hal demikian dapat dilihat peningalan zaman kerajaan di Jawa Timur misalnya Kediri,
Majapahit, dan Singasari. Di Jawa timur telah lahir aliran Tantrayana atau suatu aliran religi
yang perpaduan antara kepercayaan ndonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
3. Periode Akhir (Abad 16 hingga sekarang)
Periode ini, unsur budaya Indonesia lebih kuat dibandingkan periode sebelumnya, sedangkan
untuk unsur budaya Hindu-Budha semakin berkurang karena adanya perkembangan politik dan
ekonomi yang terdapat di India yang tidak stabil.

Sumber: https://www.artikelsiana.com/2017/09/pengertian-akulturasi-contoh-proses-bentuk.html#
Pluralisme
Penjelasan tentang Pluralisme:

Bangsa Indonesia memiliki keberagaman. Mulai dari agama, suku, budaya, bahasa, etnis, yang
kesemuanya memiliki keunikan tersendiri. Maka dari itu Indonesia dikenal oleh dunia luar
dengan istilah negara yang plural. Pengertian plural secara etimologi artinya banyak atau
majemuk. Pengertian ini di dalam kehidupan sosial menunjukkan adanya kemajemukan dalam
suatu bangsa atau negara.

Menurut Prof. Amin Abdullah, Prof. Amin memasukkan konsep plural dalam kategori
social change. Dalam kategori itu Prof. Amin membagi dalam dua kategori, pertama community
egoism (masyarakat egoistik) yang dibagi lagi menjadi dua yakni radicalist dan gradualist.
Kedua community pluralis (masyarakat pluralis) yang dibagi lagi menjadi dua yakni toleran dan
altruist.

Di sini hanya akan menguraikan pengertian dari kategori yang kedua. Telah disebutkan di
atas bahwa masyarakat pluralis terdiri dari toleran dan altruist. Pengertian dari toleran ialah kita
menerima kehadiran orang atau kelompok lain, namun kita masih menganggap kelompok kita
yang paling benar.

Sedangkan pengertian dari altruist ialah kita menerima kehadiran orang lain tanpa ada anggapan
bahwa kelompok kita yang paling benar. Pengertian altruist sama seperti kemauan Gus Dur, Gus
Dur pernah mengatakan kemajemukan harus diterima tanpa ada perbedaan.

Dalam konteks Indonesia sendiri sejak dulu sudah memiliki konsep yang diuraikan di
atas yakni konsep bhinneka tunggal ika. Pengertian bhinneka secara etimologi adalah berbeda-
beda. Artinya dalam kehidupan sosial Indonesia memiliki banyak perbedaan, baik dari segi
agama, suku, budaya, bahasa, adat, dll. Sedangkan pengertian dari tunggal ika mengacu pada
kesatuan dari perbedaan tersebut tanpa memandang perbedaan itu sendiri. (lihat Prof. Dr. Kaelan
: Filsafat Pancasila). Kedua pengertian antara pluralis dan bhinneka tunggal ika mempunyai
hakikat yang sama. Hakikat ini terletak pada perasaan setiap orang atau kelompok majemuk
dalam suatu bangsa atau negara yang harus memandang kemajemukan tanpa harus ada klaim
kebeneran.

Namun pada kenyataannya sekarang hakikat itu sulit untuk diwujudkan, karena dalam
masyarakat negeri ini masih ada yang mengedepankan ego. Akibatnya masih banyak klaim-
klaim kebenaran suatu kelompok terhadap kelompok lain. Seperti masalah agama khususnya
agama Islam.

Di negeri ini ada sekelompok orang yang beragama Islam dengan mudahnya mengatakan kafir
terhadap orang lain dan menganggap agamanya paling benar. Khutbah atau ceramah-ceramah di
mana-mana masih terus menyuarakan orang selain Islam adalah kafir. Hal ini yang membuat
masyarakat enggan untuk berinteraksi dengan orang-orang non-Islam yang setiap harinya mereka
temui.
Kasus mengenai suku juga sangat sensitif di negeri ini. Perang sampit misalnya antara
suku Madura dengan suku Dayak masih membekas diingatan publik. Jika mengingat tragedi
sampit, penulis ingat betul ketika bertanya-tanya tentang pengalaman seseorang dari Jawa yang
sedang berada di sana.

Orang yang penulis temui pada saat itu sedang berjualan di pelabuhan di mana orang Madura
mendarat di Kalimantan. Ketika dia berada di sana tidak merasa takut sama sekali atas keganasan
kedua kubu. Karena orang-orang Dayak sudah mengetahui bau dari orang Madura dan begitu
sebaliknya. Menurut orang itu juga orang-orang Madura yang berada di daerah Dayak dibunuh
semua sampai-sampai kepala mereka dipamerkan di muka umum. Kasus-kasus di atas adalah
segelintir yang terjadi di negeri ini. Meskipun dunia mengakui kemajemukan Indonesia namun
pada kenyataannya masih terjadi pertempuran di sana-sini. Hal ini yang akan mencoreng nama
Indonesia di mata dunia yang mana sudah dikenal dengan kemajemukannya. Lantas kemankah
makna bhinneka tunggal ika dan plural di negeri ini?

Jika dianalisis dengan konsep pluralis dan bhinneka tunggal ika di atas. Bisa dikatakan
bahwa masyarakat Indonesia masih pada tahap mampu mentolerir atau menerima orang atau
kelompok lain disekitarnya. Namun mereka belum mampu menerima tanpa memandang
perbedaan antara satu sama lain. Jadi dalam konsep pluralis mereka masih pada tahap toleran dan
dalam konsep bhinneka mereka masih pada tahap bhinneka, dan masyarakat Indonesia masih
berjalan menuju apa yang dinamakan altruist dan tunggal ika untuk mewujudkan kemajemukan
tanpa ada perbedaan satu sama lain.

Sumber: https://www.qureta.com/post/masyarakat-pluralis-dan-bhinneka-tunggal-ika
Asimilasi
Pengertian Asimilasi:

Pengertian asimilasi adalah proses perpaduan dua kebudayaan atau lebih yang terjadi di
dalam kehidupan masyakat, hingga membentuk kebuayaan baru yang bisa diterima dan
diakomoadasi oleh berbagai pihak. Oleh karena itulah proses terbentuknya asimilasi dalam
masyarakat ini dapat terjadi apabila ada hal-hal seperti:

 Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda


 Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama;
 kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masingmasing berubah sifatnya yang
khas, dan juga unsurunsurnya berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan
campuran.

Ciri-ciri Asimilasi:

Karakteristik atau ciri asimilasi, menurut Gillin dan Gillin sebagai seorang ahli yang sering
memberikan teori sosiologi dan tokohnya ini. Memberikan penjelasan bahwa suatu proses sosial
dikategorikan pada asimilasi apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut;

 Berkurangnya perbedaan karena adanya usaha-usaha untuk mengurangi dan


menghilangkan perbedaan antarindividu atau kelompok.
 Mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dan memperhatikan kepentingan
serta tujuan bersama.
 Setiap individu sebagai kelompok melakukan interaksi secara langsung dan intensif
secara terus-menerus.
 Tindakan seseorang untuk memberikan peninjauan terhadap kebudayaan lainnya demi
terwujudunya kepentingan umum. Artinya dalam peninjauan yang dilakukan ini dianggap
akan mampu mengakomodasi keinginan-keiningan bersama dalam kehudupan
bermasyarakat.

Oleh karena itulah asimilasi ini seringkali juga di definisiskan sebagai proses sosial pada tahap
lanjut atau tahap penyempurnaan. Artinya, asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerja sama dan
akomodasi
Syarat Asimilasi:

Syarat terbentuk asimilasi yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain adalah
sebagai berikut;

 Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.


 Terjadi interkasi sosial yang terjadi antara inividu dan kelompok sosial, secara terus
menerus, dan intensif.
 Kebudayaan yang ada di setiap contoh kelompok sosial di masyarakat berubah-ubah
dalam upaya penyesuaikan diri dengan perkembangan, termasuk penyesuaian dengan
kondisi globalisasi yang terjadi.

Faktor pendorong dan penghambat Asimilasi:

Faktor Pendorong Asimilasi

 Sikap toleransi
 Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.
 Sikap menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaannya.
 Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
 Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal.
 Perkawinan campuran antarkelompok yang berbeda budaya.
 Adanya musuh bersama dari luar.

Adapun untuk faktor-faktor penghambat asimilasi di dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain
adalah sebagai berikut;

Faktor Penghambat Asimilasi

 Pengambat asimilasi adalah adanya kebudayaan dalam masyarakat yang terisolasinya


dari perkembangan zaman, atau bahkan dalam hal ini kebudayaan yang tersebut memilih
untuk menutup diri dan tetap kekeh dengan pendiriannya. Contohnya, dalam kasus ini
adalah kehidupan suku pedalaman Baduy, Provinsi Banten dan Suku Pedalaman di
Padang, Sumatra Barat.
 Minimnya wawasan dan pengetahuan tentang beragam kemajuan yang ada.
 Terdapatnya prasangka negatif dalam masyarakat terhadap kelompok baru tang datang di
lingkuangnnya.
 Perbedaan mencolok pada ciri-ciri fisik, yang akhirnya membuat masyarakat
berprasangka beda dan malah menimbulkan masalah-masalah sosial.
 Adanya kekuasaan yang di dapatkan oleh golongan mayoritas yang memperosal adanya
budaya baru dalam masyarakat, gangguan ini dapat bentuk aturan yang ketat atau dalam
bentuk penindasan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sumber: http://dosensosiologi.com/pengertian-asimilasi-ciri-syarat-faktor-dan-contohnya-lengkap/
Kesimpulan
Menurut saya dari ketiga point diatas, dapat disimpulkan bahwa yang paling cocok untuk
hidup bermasyarakat di negara Indonesia adalah Akulturasi, karena Merupakan suatu proses yang
mana seseorang atau kelompok dari satu budaya datang untuk mengadopsi praktik dan nilai-nilai
budaya lain, sementara masih tetap mempertahankan budaya mereka sendiri yang berbeda.
Proses ini paling sering terjadi dalam hal budaya minoritas yang mengadopsi unsur-unsur budaya
mayoritas, seperti biasanya terjadi pada kelompok imigran yang secara kultural atau etnis
berbeda dari mayoritas di tempat mereka berimigrasi. Namun, akulturasi adalah proses dua arah,
sehingga mereka yang berada di dalam budaya mayoritas sering mengadopsi unsur-unsur budaya
minoritas yang bersentuhan dengannya, dan prosesnya perpaduan tersebut terjadi di antara
kelompok-kelompok di mana tidak ada yang mayoritas atau minoritas. Hal ini dapat terjadi pada
tingkat kelompok dan individu dan dapat terjadi sebagai akibat dari kontak atau kontak orang
dalam melalui seni, sastra, atau media

Jadi hasil akulturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap budaya tersebut.
Semakin kuat dari suatu bdaya maka kecepatan penyebarannya juga akan semakin intens.
Indonesia, dengan jumlah suku, budaya dan bahasa yang tersebar di seluruh pelosok wilayah
Indonesia, secara alami akan terjadi pertemuan budaya atau lebih. Proses akulturasi, dimana
seluruh perbedaan akan berjalan bersamaan dengan unsur persamaan yang mereka punyai hingga
pada akhirnya budaya yang memiliki pengaruh lebih kuat dan berperan besar dalam proses
akulturasi

Anda mungkin juga menyukai