Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANCAMAN INTEGRASI NASIONAL

DI BIDANG SOSIAL BUDAYA

Oleh:
AMIN SUPRIATMA, S.P.
NURUL HUDA, S.E.
RYAN ANDRYAN PUTRA, S.T.
EKA LISMARNI, S.Pd.SD
OKI OKTAVIANDI, S.E.
ISRA PARMAN, S.T.
dr. LENY MUTIA MARTA
RICO JANDERSON, S.Pd.SD
SUBHI SAWAB, S.H.
KHAIRUNISSA SIREGAR, S.MIK.

KELOMPOK 3
ANGKATAN 39
PELATIHAN DASAR CPNS 2021
PPSDM KEMENDAGRI
REGIONAL BUKIT TINGGI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan

rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ancaman Nasional di Bidang

Sosial Budaya ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada

junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya

hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan

syafaatnya.

Setelah kami melakukan pencarian data untuk dapat tercapainya

penyelesaian makalah ini, kami dapat memahami ancaman nasional yang terjadi

di bidang sosial budaya dan juga kami mengharapkan agar makalah ini dapat

berguna sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkan nantinya.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini.

Kami mengharapkan jika nantinya ada kritik dan saran yang diberikan agar

makalah ini menjadi lebih baik lagi dan juga menjadi pelajaran bagi kami di

kemudian hari.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................…….1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Sosial Budaya di Indonesia Saat Ini.............................................2

B. Ancaman yang Timbul Akibat Kondisi Sosial Budaya Saat Ini................3

C. Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya Nasional.........................8

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ancaman terhadap suatu negara tidak selalu berupa ancaman militer.
Ancaman terhadapat suatu negara juga bisa berupa ancaman non militer
seperti contohnya ancaman dalam bidang sosial budaya. Di era globalisasi ini,
tidak bisa kita pungkiri bahwa kita harus siap menghadapi namanya ancaman
sosial budaya ini. Terlebih lagi dengan perkembangan teknologi yang sangat,
tidak menutup kemungkinan bahwa budaya yang berasal dari luar akan masuk
ke budaya bangsa kita yaitu Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia
merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena
kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola
budaya-budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah
yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan
menghasilkan karakter atau manusia-manusia yang berbeda pula sehingga
dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari
dalam dan dari luar. Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut
menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti premanisme,
separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia. Isu
tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan
patriotisme.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi sosial budaya Indonesia saat ini?
2. Ancaman apa yang timbul akibat kondisi sosial budaya Indonesia saat ini?

1
2

3. Bagaimana upaya dalam mewujudkan ketahanan budaya nasional?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Sosial Budaya di Indonesia Saat Ini


Dewasa ini, diketahui bahwa Indonesia mengalami perkembangan sosial
budaya yang sangat pesat. Hal ini diakibatkan dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan juga teknologi. Tidak bisa dipungkiri, dengan berkembangnya
teknologi maka kebudayaan yang berasal dari luar tentu akan mudah masuk ke
dalam bangsa Indonesia ini. Terlebih lagi karena pandemi covid-19 saat ini,
pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah membuat masyarakat lebih banyak
berada di rumah dan tentu saja ini meningkatkan penggunaan internet untuk tetap
berbagi informasi dan juga saling berinteraksi satu sama lainnya. Hal ini tidak
terlepas dari namanya modernisasi.
Modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara
baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan bentuk
perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan sosial (social planning)
dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang
mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada
pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat
berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern. Di
Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek
kehidupan masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan,
maupun sosial budayanya.
Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian proses yang
panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang berwujud pada
kehidupan masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan istilah modernisasi
banyak disalahartikan sehingga sisi moralnya terlupakan. Banyak orang yang
menganggap modernisasi hanya sebatas pada suatu kebebasan yang bersifat
keduniawian. Tidak mengherankan juga bila banyak anggota masyarakat yang
salah melangkah dalam menyikapi atau memahami tentang konsep modernisasi.
Kondisi masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Terutama dilihat dari
aspek perilaku dan moralnya. Banyak kita dapatkan masyarakat yang tidak begitu
peduli dengan perilaku keseharian mereka. Hal ini tentu sangat berbahaya,
terlebih apabila ada anak kecil yang melihatnya, bisa saja anak kecil yang belum

3
4

mengetahui mana yang benar dan mana yang salah akan terpengaruh mengikuti
perilaku maupun moral yang kurang baik dari masyarakat saat ini.
Apa yang disebutkan kebudayaan bangsa dalam penjelasan UUD 1945
dirumuskan sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah si seluruh
Indonesia. Perkataan puncak-puncak kebudayaan itu artinya adalah kebudayaan
yang diterima dan dijunjung tinggi oleh sebagian besar suku-suku bangsa di
Indonesia dan memiliki persebaran di sebagian besar wilayah Indonesia.

B. Ancaman yang Timbul Akibat Kondisi Sosial Budaya Saat Ini


Dilansir dari buku Pendidikan Kewarganegaraan, Dr. Damri, M.Pd dan
Fauzi Eka Putra, M.I.Kom. (2020:250), ancaman sosial budaya bisa datang baik
dari dalam maupun luar negeri. Adapun berbagai ancaman sosial budaya yang
perlu dihalau seluruh bangsa Indonesia:
A. Ancaman dari dalam negeri:
1. Kemiskinan
Dalam artikel jurnal Penyelenggaraan Pengukuran Kemiskinan di
Badan Pusat Statistik (2018) karya Ahmadriswan Nasution, dijelaskan
mengenai definisi kemiskinan menurut BPS. Kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar
yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan. Penduduk
miskin adalah penduduk yang berada di bawah suatu batas atau
disebut sebagai garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan nilai
rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
baik kebutuhan hidup minimum makanan maupun kebutuhan hidup
minimum non-makanan.
Dilansir dari buku Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang
Miskin (2015) karya Ali Khomsan dan kawan-kawan, dijelaskan
beberapa jenis kemiskinan, yaitu:
 Kemiskinan absolut merupakan jenis kemiskinan di mana
orang-orang miskin mempunyai tingkat pendapatan di bawah
garis kemiskinan atau jumlah pendapatannya tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup, seperti pangan,
pakaian, dan tempat tinggal
 Kemiskinan relatif merupakan jenis kemiskinan yang terjadi
karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum
menjangkau seluruh masyarakat. Sehingga mengakibatkan
terjadinya ketimpangan pada pendapatan atau bisa dikatakan
bahwa seseorang sebenarnya telah hidup di atas garis
kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya.
5

 Kemiskinan kultural merupakan jenis kemiskinan yang


disebabkan oleh faktor budaya, seperti malas, tidak ada usaha
untuk memperbaiki tingkat kehidupan, pemboros, dan lain-
lain.
 Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang dialami
oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial
masyarakat tersebut memungkinkan golongan masyarakat
tidak ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang
sebenarnya tersedia bagi mereka.

2. Rendahnya kualitas SDM


Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan
yang  berjalan selama ini kurang didukung oleh produktipitas tenaga
kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang
selama 32 tahun yang dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-
rata 7 % selama orde baru hanya berasal dari pemamfaatan sumber
dalam intensif ( hutan dan hasil tambang), arus modal asing berupa
pinjaman luar negeri dan pinjaman langsung.
Dengan demikian bukan berasal dari kemampuan manejerial dan
produkpitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi  nasional
merupakan kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas
SDM dalam menghadapi persaingan global.
Tingkat SDM Indonesia terutama produktipitas kerjanya memang
masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara Asean
sekalipun.
Labor forces Indonesia 131 juta dan sekitara 50 juta di antaranya
dengan pendidikan hampir 50 % adalah lulusan Sekolah Dasar saja.
Sebanyak 12 % atau 13 % lulusan Universitas, dan 37 % pendidikan
Sekolah Menengah dan persentasi yang paling banyak dari kelompok
ini adalah SMP.
Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen penting
dalam setiap gerak pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia
yang berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar apabila tidak diikuti dengan kualitas
yang memadai, hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas
penduduk adalah keadaan penduduk baik secara perorangan maupun
kelompok berdasarkan tingkat kemajuan yang telah dicapai.

3. Keterbelakangan Pendidikan Rakyat


Sebagai sebuah realitas yang tidak dapat ditawar-tawar
Pendidikan memiliki peran yang teramat urgen bagi perkembangan
pribadi manusia. Pendidikan berakar dari kata didik yang berarti
mengarahkan ataupun membimbing. segala upaya yang diarahkan
untuk mendidik ataupun membimbing seseorang merupakan bahagian
dari upaya pendidikan. Senafas dengan itu Pendidikan tidak lepas dari
6

beberapa komponen yang satu sama lain saling bertautan, jika satu
dari mereka tidak ada maka proses pendidikan tidak akan mungkin
terjadi. Komponen tersebut adalah :
Pendidik dan peserta didik, komponen tersebut merupakan bagian
yang paling fundamen dari sebuah proses pendidikan. Seorang
pendidik bertugas mengarahkan dan mentransformasi pengetahuan
yang dimilikinya kepada peserta didiknya, guna mengarahkannya
mencapai sesuatu yang bermakna. Dalam kaitan itu seorang pendidik
dituntut untuk memiliki kualifikasi dan kompetensi akademis yang
memadai, dalam Permendiknas Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dalam pasal 28 disebutkan bahwa, Pendidik
harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki tujuan
pendidikan. Lebih lanjut dalam pasal 30 dijelaskan, seorang pendidik
harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran, kompetensi
tersebut meliputi, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi propfesional dan kompetensi sosial (UU NO 20 tahun
2003).
Selaras dengan itu seorang Pendidik juga memiliki
tanggungjawab yang cukup besar untuk mengetahui sejauh mana anak
didiknya bersikap dan ber-afiliasi dengan teman – teman nya yang
lain, dalam hal ini aspek Afektif menjadi harga mati dari sebuah
proses pendidikan. walapun tetap harus memperhatikan ranah
Kognitif dan Psikomotoriknya. Walaupun dalam prakteknya sering
terjaid antithesis dalam wilayah Afektif dan Kognitif, yang terjadi
adalah Pendidik seolah – olah menjadi orang yang paling berkuasa
dikelasnya, komunikasi timbal balik tidak berjalan sebagaimana
mestinya, penekanan aspek verbal menjadi tuntutan pendidik.
Sehingga pencapaian Asessment hanya dilihat dari aspek skor dan
nilai dari peserta didik.
Hal tersebut secara tidak langsung akan mematikan kreatifitas
Peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Perlu
untuk di garis bawahi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi
alamiah yang berbeda-beda yang jika dipaksakan -terhadap sesuatu
hal akan menganggu kejiwaannya. Artinya adalah memberikan
mereka kebebasan untuk berkreatifitas dan menunjukan kemampuan
terbaiknya merupakan uregensi seorang Pendidik.
Sejatinya, seorang pendidik mengarahkan peserta didik untuk
lebih mengeksplorasi aspek afektifnya. Pembinaan mental dan sikap
merupakan peran utama seoang pendidik yang harus benar-benar
berfungsi dengan baik. Sehingga peserta didik akan tumbuh menjadi
manusia yang sadar nilai dan mampu menempatkan dirinya sebagai
makhluk Tuhan yang Agung yang tidak berbuat sesuka hati dan
menempatkan nilai dan moral diatas segalanya.
7

Sarana dan Prasana Pendidikan, tidak berbeda dengan


komponen yang telah disebutkan di atas komponen ini juga teramat
urgen dalam upaya mengembangkan proses pendidikan. Hal tersebut
menyangkut dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik
(UU No.20 tahun 2003).

4. Ketidakadilan
Ketidakadilan adalah suatu kondisi saat suatu kelompok atau
individu diperlakukan berbeda dan dipinggirkan di masyarakat.

5. Munculnya Guncangan Kebudayaan (Cultural Shock)


Guncangan budaya umumnya dialami oleh golongan tua yang
terkejut karena melihat adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh
para generasi muda. Cultural Shock dapat diartikan sebagai
ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda sehingga
menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat
yang bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya sering kali
ditanggapi oleh masyarakat dengan beragam. Bagi masyarakat yang
belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka akan
timbul guncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan budayanya yang
mengakibatkan seorang individu menjadi tertinggal atau frustrasi.
Kondisi demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu
keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan.
Contoh: di era globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola
pergaulan hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif sudah
menjadi pola pergaulan dan gaya hidup para remaja kita. Bagi individu
atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan pada pola
pergaulan tersebut, mereka akan menarik diri dari pergaulan atau
bahkan ada yang frustrasi sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri
atau perilaku penyimpangan yang lain.

6. Munculnya Ketimpangan Kebudayaan (Cultural Lag)


kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak
berkembang secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan
8

berkembang sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami


ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah
ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan
teknologi, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini
diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin
tinggi.
Contohnya, akibat kenaikan harga BBM pemerintah
mengonversi bahan bakar minyak menjadi gas dengan cara
mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat. Namun berhubung
sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan
keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebanyakan
menolak konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya
ketertinggalan budaya (cultural lag) oleh sebagian masyarakat
terhadap perubahan budaya dan perkembangan kemajuan teknologi.

B. Ancaman dari luar negeri:


1. Gaya hidup konsumtif yang merupakan perilaku membeli banyak
barang yang diinginkan, padahal sebenarnya tidak dibutuhkan,
melainkan hanya demi memuaskan hasrat akan pengakuan orang-orang
sekitar.
2. Sifat hedonisme yang memandang materi adalah segalanya dan
merupakan ukuran yang menentukan kesuksesan di dalam kehidupan.
Sifat ini membuat manusia memaksakan diri untuk membeli barang
yang di luar kemampuannya. Sifat ini bisa membuat seseorang jatuh
miskin. Di dalam beberapa kasus, hal ini bahkan bisa menyebabkan
utang yang tak kunjung dilunasi.
3. Sikap individualisme yang semakin mengikis perilaku gotong-royong
dan kepedulian antar masyarakat.
4. Lunturnya nilai keagamaan yang memungkinkan terjadinya berbagai
tindakan asusila.

Semua hal di atas dapat menyebabkan berbagai konflik, seperti: kekerasan,


separatisme, terorisme, dan berbagai bencana lainnya yang disebabkan oleh
manusia.
9

C. Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya Nasional


Upaya-upaya yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan ketahanan
budaya nasional ini yaitu:
 Mengembangkan Bela Negara
Bela negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga
negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara.
Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi
UUD NKRI 1945, yakni: Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan
bahwa semua warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat (1)
yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Nilai-nilai dasar bela negara adalah:
1. Cinta Tanah Air;
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. Memiliki kemampuan awal bela negara.
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil
dan makmur
Dengan adanya pemahaman yang kuat terhadap indikator nilai-nilai
dasar bela negara ini, maka akan terwujudlah suatu bangsa yang memiliki
ketahanan sosial budaya yang tinggi dikarenakan sudah tertanamnya
nilai-nilai dasar bela negara tersebut yang merupakan nilai-nilai dari
Pancasila sendiri pada setiap individu yang menjadi warga negara
Indonesia. Sehingga ketika kita menerima budaya yang berasal dari luar
maupun budaya dari dalam yang tidak sesuai dengan nilai tersebut maka
10

kita dapat memfilternya dan mengantisipasinya sehingga generasi kita


selanjutnya tidak ternodai dengan nilai nilai sosial budaya yang buruk.

 Langkah-langkah Bela Negara


Selain hal-hal yang perlu dikembangkan di atas, langkah yang
dapat diambil sebagai wujud bela negara adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan nilai nilai dasar bela negara tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Mengapresiasi karya anak bangsa baik di tingkat nasional maupun
internasional.
c. Mampu memfilter setiap budaya yang masuk dari luar. Tentu saja
indikator yang digunakan adalah Pancasila karena merupakan ideologi
negara.
d. Memperkuat dan mempertahankan jati diri bangsa agar tidak luntur.
e. Tidak mencampuradukkan kebudayaan sendiri dengan kebudayaan
bangsa asing.
f. Memperkuat dan mempertahankan rasa cinta terhadap budaya sendiri.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ketahanan nasional dalam bidang sosial budaya merupakan suatu
keharusan. Hal ini dikarenakan bidang sosial budaya merupakan jati diri
bangsa. Apabila jati diri bangsa sudah hilang, maka akan mudah tersusupi
oleh budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang
berkembang di Indonesia. Hal ini tentu saja sangat memprihatikan mengingat
Indonesia merupakan bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai macam
suku dan budaya. Oleh karena itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk
mempertahankan nilai-nilai sosial budaya ini adalah dengan mengembangkan
bela negara. Bela negara tentu merupakan solusi yang sangat tepat untuk
bangsa ini karena dalam bela negara terdapat nilai-nilai dasar yang
mencerminkan Pancasila sebagai ideologi negara. Dengan terwujudnya bela
negara ini, maka bangsa Indonesia akan tetap menjadi bangsa yang kuat
sekalipun digempur dengan budaya asing yang masuk dengan sangat cepatnya
melalui teknologi dan juga dapat mengatasi masalah internal kebangsaan yang
menjadi PR setiap warga negara Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ferrijana, Sammy. Bambang Suhartono, dan Sandra Erawanto. 2019. Kesiapsiagaan Bela
Negara Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III.
Jakarta: LAN.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/24/172143169/kemiskinan-definisi-
jenis-dan-faktor-penyebabnya?page=all

https://utira-ibek.ac.id/kelemahan-kualitas-sdm-indonesia/

https://clemensbudip.wordpress.com/2011/11/23/kelaparan-kemiskinan-dan-
keterbelakangan/

https://pahamify.com/blog/sosiologi-masalah-sosial-di-masyarakatf/

https://kumparan.com/berita-update/ancaman-di-bidang-sosial-budaya-dan-
tipsmengatasinya-1veLcWNZLYM/1

https://doc.lalacomputer.com/makalah-ancaman-integrasi-nasional-di-bidang-sosial-
budaya/

Anda mungkin juga menyukai