Anda di halaman 1dari 19

ANCAMAN INTEGRASI NASIONAL

DI BIDANG SOSIAL BUDAYA

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ancaman Integrasi Nasional di
Bidang Sosial Budaya ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya
hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan
syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya
makalah tentang Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai
salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan
serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan,
baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan.
Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu,
kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya......................... 2
A. Kondisi Sosial Budaya di Indonesia Saat Ini......................................... 3
B. Ancaman yang Timbul Akibat Kondisi Sosial Budaya Saat Ini............ 5
C. Ancaman Gaya Hidup Konsumtif......................................................... 8
D. Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya Nasional..................... 10
E. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Sosial Budaya........................ 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 14
B. Saran...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-
perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan
keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan
bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu
sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya-
budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah
yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan
menghasilkan karakter atau manusia-manusia yang berbeda pula sehingga
dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari
dalam dan dari luar. Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut
menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti premanisme,
separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia. Isu
tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan
patriotisme.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk ancaman integrasi nasional di bidang sosial budaya?
2. Bagaimana kondisi sosial budaya di Indonesia saat ini?
3. Ancaman apa yang timbul akibat kondisi sosial budaya saat ini?
4. Apa yang dimaksud dengan ancaman gaya hidup konsumtif?
5. Bagaimana upaya dalam mewujudkan ketahanan budaya nasional?

1
2

6. Bagaimana strategi mengatasi ancaman integrasi nasional di bidang sosial


budaya?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Sosial Budaya


Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai upaya
mempertahankan kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan
yang muncul dari lingkungannya untuk kemudian mewujudkan kehidupan
yang lebih baik. Karena itulah dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan
wujud tanggapan aktif manusia terhadap tantangan yang datang dari
lingkungan. Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia,
lingkungan alam, lingkungan psikologis, dan lingkungan sejarah. Dalam
setiap kebudayaan daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi
oleh budaya asing (local genuis). Local genuis itulah pangkal segala
kemampuan budaya daerah untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kebudayaan nasional merupakan hasil (resultante) interaksi dari
budaya-budaya suku bangsa (daerah) atau budaya asing (luar) yang kemudian
diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Interaksi budaya harus berjalan
secara wajar dan alamiah tanpa unsur paksaan dan dominasi budaya terhadap
budaya lainnya.
Aspek sosial biasanya mengacu pada masalah struktur sosial dan pola
hubungan sosial yang ada di dalamnya, sedangkan kalau kita bicara aspek
budaya, mengacu pada kondisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat yang
bersangkutan. Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang
bersifat unik. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan
berdasarkan perbedaan suku-bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan.
Secara vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh perbedaan-
perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Pluralitas masyarakat Indonesia yang bersifat multi dimensional telah
menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi
secara horizontal, sementara stratifikasi sosial sebagaimana terwujud pada
masyarakat Indonesia akan memberi bentuk pada integrasi. Oleh karena itulah
maka timbul persoalan yang timbul dari struktur masyarakat Indonesia yang

3
4

demikian adalah bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada tingkat


nasional sehingga menunjang penciptaan ketahanan nasional yang mantap.
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan
sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang maha esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam
kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta kemampuan
menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.

B. Kondisi Sosial Budaya di Indonesia Saat Ini


Lapisan sosial yang berbeda membawa perbedaan perilaku kebudayaan
yang diwujudkan dalam keadaan tertentu seperti bahasa yang digunakan,
kebiasaan berpakaian, kebiasaan konsumsi makanan dan sebagainya. Semua
itu menambah keanekaragaman tampilan budaya masyarakat Indonesia.
Modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke
cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas
hidup masyarakat. Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi
biasanya merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana.
Perencanaan sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi
masyarakat atau negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu
perencanaan sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang mendalam
tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf yang lebih
rendah ke taraf yang lebih maju atau modern. Di Indonesia, bentuk-bentuk
modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek kehidupan masyarakatnya,
baik dari segi pertanian, industri, perdagangan, maupun sosial budayanya.
Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian
proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang
berwujud pada kehidupan masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan istilah
modernisasi banyak disalahartikan sehingga sisi moralnya terlupakan. Banyak
orang yang menganggap modernisasi hanya sebatas pada suatu kebebasan
5

yang bersifat keduniawian. Tidak mengherankan juga bila banyak anggota


masyarakat yang salah melangkah dalam menyikapi atau memahami tentang
konsep modernisasi.
Kebudayaan baru yang lebih penting daripada kebudayaan-kebudayaan
lain dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa adalah kebudayaan
nasional atau kebudayaan Indonesia. Kebudayaan ini tidak sama dengan
kebudayaan daerah tertentu tidak sama artinya dengan penjumlahan budaya-
budaya daerah di kepulauan Indonesia.
Pada era modern ini harus diakui bahwa peradaban manusia telah
memasuki tahapan baru, yaitu dengan adanya revolusi komunikasi. Dengan
cepat, teknik dan jasa telekomunikasi yang memanfaatkan spektrum frekuensi
radio dan satelit ini telah berkembang menjadi jaringan yang sangat luas dan
menjadi vital dalam berbagai aspek kehidupan dan keselamatan bangsa-
bangsa di dunia. Pemanfaatan jasa satelit tidak semata-mata untuk usaha
hiburan, namun berkembang secara meluas dan digunakan dalam teknologi
pertelevisian, komunikasi, komputer, analisis cuaca, hingga penggunaan untuk
survei sumber daya alam.
Kondisi masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Terutama dilihat
dari aspek perilaku dan moralnya. Banyak kita dapatkan masyarakat yang
tidak begitu peduli dengan perilaku keseharian mereka. Hal ini tentu sangat
berbahaya, terlebih apabila ada anak kecil yang melihatnya, bisa saja anak
kecil yang belum mengetahui mana yang benar dan mana yang salah akan
terpengaruh mengikuti perilaku maupun moral yang kurang baik dari
masyarakat saat ini.
Apa yang disebutkan kebudayaan bangsa dalam penjelasan UUD 1945
dirumuskan sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah si seluruh
Indonesia. Perkataan puncak-puncak kebudayaan itu artinya adalah
kebudayaan yang diterima dan dijunjung tinggi oleh sebagian besar suku-suku
bangsa di Indonesia dan memiliki persebaran di sebagian besar wilayah
Indonesia.
6

C. Ancaman yang Timbul Akibat Kondisi Sosial Budaya Saat Ini


Berdasarkan dengan kondisi sosial tersebut, terdapat kemungkinan
ancaman yang timbul, baik ancaman dari pihak luar maupun dari dalam.
Adapun ancaman-ancaman tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Ancaman dari Dalam
Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik
pangkal timbulnya permasalahan, seperti separatisme, terorisme,
kekerasan yang melekat-berurat berakar, dan bencana akibat perbuatan
manusia. Isu tersebut lama kelamaan menjadi “kuman penyakit” yang
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan patriotisme.
Watak kekerasan yang melekat dan berurat berakar berkembang, seperti
api dalam sekam di kalangan masyarakat yang menjadi pendorong
konflik-konflik antar masyarakat atau konflik vertikal antara pemerintah
pusat, dan daerah.
Konflik horizontal yang berdimensi suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) pada dasarnya timbul akibat watak kekerasan yang
sudah melekat. Watak kekerasan itu pula yang mendorong tindakan
kejahatan termasuk perusakan lingkungan dan bencana buatan manusia.
Faktor-faktor tersebut berproses secara meluas serta menghasilkan efek
domino sehingga dapat melemahkan kualitas bangsa Indonesia.
Pertumbuhan penduduk yang terus berlangsung telah mengakibatkan daya
dukung dan kondisi lingkungan hidup yang terus menurun. Bersamaan
dengan itu merebaknya wabah penyakit pandemi, seperti flu burung,
demam berdarah, HIV/AIDS, dan malaria merupakan tantangan serius
yang dihadapi di masa datang. Selain itu terdapat ancaman lain, sebagai
berikut.
a. Munculnya Guncangan Kebudayaan (Cultural Shock)
Guncangan budaya umumnya dialami oleh golongan tua yang
terkejut karena melihat adanya perubahan budaya yang dilakukan oleh
para generasi muda. Cultural Shock dapat diartikan sebagai
ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling berbeda sehingga
7

menghasilkan suatu pola yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat


yang bersangkutan. Perubahan unsur-unsur budaya sering kali
ditanggapi oleh masyarakat dengan beragam. Bagi masyarakat yang
belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka akan
timbul guncangan (shock) dalam kehidupan sosial dan budayanya yang
mengakibatkan seorang individu menjadi tertinggal atau frustrasi.
Kondisi demikian dapat menyebabkan timbulnya suatu
keadaan yang tidak seimbang dan tidak serasi dalam kehidupan.
Contoh: di era globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola
pergaulan hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif sudah
menjadi pola pergaulan dan gaya hidup para remaja kita. Bagi individu
atau remaja yang tidak siap dan tidak dapat menyesuaikan pada pola
pergaulan tersebut, mereka akan menarik diri dari pergaulan atau
bahkan ada yang frustrasi sehingga menimbulkan tindakan bunuh diri
atau perilaku penyimpangan yang lain.
b. Munculnya Ketimpangan Kebudayaan (Cultural Lag)
kondisi ini terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak
berkembang secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan
berkembang sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami
ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah
ketertinggalan alam pikiran dibandingkan pesatnya perkembangan
teknologi, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan ini
diperlukan penerapan sistem dan pola pendidikan yang berdisiplin
tinggi.
Contohnya, akibat kenaikan harga BBM pemerintah
mengonversi bahan bakar minyak menjadi gas dengan cara
mensosialisasikan tabung gas ke masyarakat. Namun berhubung
sebagian masyarakat belum siap, terkait dengan kenyamanan dan
keamanan penggunaan tabung gas maka masyarakat kebanyakan
menolak konversi tersebut. Kondisi demikian menunjukkan adanya
8

ketertinggalan budaya (cultural lag) oleh sebagian masyarakat


terhadap perubahan budaya dan perkembangan kemajuan teknologi.

2. Ancaman dari Luar


Ancaman dari luar timbul bersamaan dengan dinamika yang terjadi
dalam format globalisasi dengan penetrasi nilai-nilai budaya dari luar
negeri sulit dibendung yang mempengaruhi nilai-nilai di Indonesia.
Kemajuan teknologi informasi mengakibatkan dunia menjadi kampung
global yang interaksi antarmasyarakat berlangsung dalam waktu yang
aktual. Yang terjadi tidak hanya transfer informasi, tetapi juga
transformasi dan sublimasi nilai-nilai luar secara serta merta dan sulit
dikontrol. Sebagai akibatnya, terjadi benturan peradaban, lambat-laun
nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa semakin terdesak oleh nilai-nilai
individualisme.
Fenomena lain yang juga terjadi adalah konflik berdimensi vertikal
antara pemerintah pusat dan daerah, di samping konflik horizontal yang
berdimensi etnoreligius masih menunjukkan potensi yang patut
diperhitungkan. Bentuk-bentuk ancaman sosial budaya tersebut apabila
tidak dapat ditangani secara tepat dapat membahayakan sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Selain itu terdapat ancaman lain,
sebagai berikut.
a. Beberapa waktu yang lalu kembali terdengar mengenai pengklaiman
beberapa kebudayaan asli Indonesia oleh Malaysia di antaranya adalah
Batik Tulis, Wayang Kulit, lagu Rasa Sayange, Angklung, Reog
Ponorogo, hingga makanan khas minang dari salah satu wilayah
Indonesia yaitu rendang di klaim berasal dari Malaysia. Sungguh
mengherankan bukan, dari mulai wilayah hingga menu makanan khas
Indonesia diklaim sebagai kebudayaan Malaysia.
b. Kasus Reog Ponorogo, yang waktu itu mengakibatkan terjadinya
berbagai demonstrasi di Indonesia. Salah satunya yaitu demonstrasi
yang dilakukan di depan kedubes malaysia oleh para “warok” dan para
budayawan reog ponorogo yang tidak terima dengan pengklaiman
9

Malaysia atas Reog Ponorogo dengan nama Barongan. Kasus ini


cukup menarik perhatian dari berbagai pihak dan masyarakat,
khususnya dari pemerintah kabupaten Ponorogo yang tidak terima
dengan pengklaiman tersebut. Karena pemerintah kabupaten Ponorogo
sebenarnya telah mendaftarkan tarian reog ponorogo sebagai hak cipta
milik Kabupaten Ponorogo yang tercatac dengan nomor 026377
tertanggal 11 Februari 2004 dan disaksikan langsung oleh Menteri
Hukum dan HAM RI.
c. Konon awal mulanya isu ini, kesenian Reog Ponorogo dibawa oleh
TKI yang bekerja di Malaysia yang sering mengadakan pertunjukan
tarian Reog Ponorogo untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia
tetapi polisi Malaysia memberikan syarat jika reog tetap ingin
dimainkan maka namanya harus diubah menjadi “Singa Barongan
UMNO”.
d. Diklaimnya Batik Tulis kita sebagai karya seni yang berasal dari
Malaysia. Seni batik ini sudah diwariskan oleh nenek moyang kita dari
mulai kerajaan Majapahit dan hingga di gunakan sebagai pakaian
untuk para Raja di dalam kerajaan. Dan Malaysia pun mungkin iri dan
ingin memiliki batik indonesia untuk diperkenalkan kepada dunia
bahwa Batik merupakan karya seni yang berasal dari Malaysia. Hingga
pada akhirnya pemerintah indonesia menetapkan tanggal 02 Oktober
sebagai hari Batik Indonesia.

D. Ancaman Gaya Hidup Konsumtif


Di tengah era globalisasi sekarang ini dan makin meningkatnya biaya
hidup yang tinggi dan tidak stabilnya harga komoditas bahan pokok. Maka
diperlukan pengendalian pengeluaran uang secara bijak. Hal ini dilakukan
untuk menghindari perilaku konsumtif.
Kini sifat konsumerisme telah menjadi gaya hidup yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat kita. Gaya hidup yang menonjolkan kemewahan,
kesenangan, dan berfoya-foya menghamburkan uang karena pengaruh
wesrtenisasi budaya (berperilaku kebarat-baratan). Adapun pengaruh
10

globalisasi telah mencakup di berbagai bidang kehidupan seperti politik,


ekonomi, sosial, budaya. Hal ini juga cenderung mempengaruhi nilai
nasionalisme bangsa.
Seiring dengan majunya pengetahuan di bidang IPTEK mau tidak mau
kita pun harus mengikuti perkembangannya. Pola pikir individu pun harus
siap dengan tantangan global dengan adanya budaya-budaya baru yang masuk
ke Indonesia. Maka diperlukan filter kita untuk beradaptasi dengan hal
tersebut. Dalam hal ini, globalisasi juga membawa pengaruh dalam gaya hidup
masyarakat seperti pola hidup konsumtif, dunia gemerlap (dugem), penjualan
narkoba dan senjata api, seks bebas, dan human trafficking (perdagangan
manusia).
Pola hidup konsumtif merupakan keinginan untuk mengonsumsi
barang-barang yang kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencari
sisi kepuasan. Sesungguhnya perilaku konsumtif memiliki banyak dampak
negatif dibandingkan positifnya, dalam psikologi dikenal dengan sebutan
compusive buying disorder (penyakit kecanduan belanja) sulit membedakan
antara keinginan dan kebutuhan dan terjebak dalam dunia konsumeristik yang
dibawa pasar kapitalisme.
Perilaku konsumtif seharusnya bisa dikontrol oleh diri sendiri. Perilaku
ini, sudah mempengaruhi pada remaja kita. Pasalnya, produsen melihat usia
remaja adalah pasar potensial mereka. Mereka paham pada usia remaja, sangat
mudah tergiur dengan iklan yang menarik dan membuat remaja ingin
memilikinya. Juga mereka belum memiliki filter dan kontrol untuk memenuhi
keinginan-keinginan yang tidak penting. Mereka hanya ingin dipandang dan
dianggap eksis oleh lingkungannya yang disebut peer group (ada keinginan
untuk diterima di dalam kelompok pergaulannya), karena itu mereka harus
menyesuaikan diri dengan kelompoknya dalam segi penampilan dan gaya
hidup.
Menurut Assuari (1987) perilaku konsumtif terjadi karena ingin tampak
berbeda dengan ikut-ikutan hal tersebut yang menjadi dasar mengapa remaja
berperilaku konsumtif. Maka dibutuhkan peran aktif orang tua agar remaja
tidak menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang kurang penting,
11

Perilaku konsumtif menjadi sangat kompleks di tengah kebutuhan hidup


yang melonjak dan yang diingat hanya bagaimana cara memuaskan hasrat
berbelanja. Masyarakat dengan status sosial yang tinggi atau sering disebut
kaum Sosialita cenderung berpola konsumsi tinggi yaitu mengonsumsi produk
tanpa melihat segi manfaatnya. Akibatnya berpola hidup boros, tidak
memikirkan kehidupan yang akan datang. Maka kita harus mampu memilih
secara selektif mana yang baik untuk kita dan sekitar kita.

E. Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya Nasional


Gerakan revitalisasi budaya lokal adalah salah satu alternatif jawaban
untuk menahan laju degradasi identitas bangsa dalam rangka bela negara.
Meski terkesan reaktif, paling tidak wacana ini mampu menyedot perhatian
segenap bangsa untuk sekedar kembali menengok budaya adiluhung warisan
nenek moyang. Aksi penolakan atas klaim reog oleh Malaysia salah satu
contohnya. Apresiasi yang tinggi kita ucapkan atas gerakan tersebut. Namun
sekali lagi patut digarisbawahi, gerakan ini jangan hanya berhenti pada titik
gerakan reaktif yang tak jelas follow up-nya. Kekuatan yang terhimpun sekian
besarnya sangatlah mubazir jika tak memberikan dampak secara luas dan
sistemik terhadap ranah budaya kita.
Patut kiranya segenap komponen bangsa memikirkan bagaimana
memaknai budaya secara kontekstual dan bukan hanya sebagai aset yang
layak untuk dijual. Seperangkat komponen statis yang perlu dimuseumkan dan
dijaga. Karena budaya adalah sesuatu yang dinamis dan kontekstual dengan
jamannya. Perlu diketahui bahwa perubahan sosial budaya di antaranya
disebabkan oleh faktor yang datangnya dari luar dan dari dalam, dan faktor
dari luar biasanya jauh lebih dominan. Oleh karena itu, faktor dari luar perlu
mendapat perhatian khusus.
1. Mengembangkan Bela Negara
Untuk itu hal-hal yang perlu dikembangkan sebagai wujud bela
negara dalam wujud kebudayaan sebagai upaya membentuk ketahanan
budaya nusantara adalah sebagai berikut:
12

a. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat


menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
norma-norma kehidupan bangsa Indonesia.
b. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui
pemahaman dan penghayatan (bukan sekedar penghafalan nilai-nilai
kebudayaan bangsa).
c. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam
nasional termasuk kekayaan budaya nasional Indonesia.
d. Meningkatkan peran pemerintah dalam melindungi kebudayaan
nusantara dengan cara membuat perlindungan hukum terhadap hasil-
hasil kebudayaan Indonesia dengan mendaftarkan hak paten untuk
setiap hasil budaya nusantara agar tidak diklaim oleh bangsa lain.
e. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta
menanamkan semangat juang untuk membela negara, bangsa dan tanah
air serta mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara dan UUD
1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara.
f. Memberi apresiasi kepada masyarakat yang berusaha mengembangkan
kebudayaan asli masyarakatnya.
2. Langkah-langkah Bela Negara
Selain hal-hal yang perlu dikembangkan di atas, langkah yang
dapat diambil sebagai wujud bela negara adalah sebagai berikut:
a. Mendorong berkembangnya potensi budaya dalam masyarakat.
b. Seharusnya pemerintah memberi perhatian yang sama terhadap
pengembangan budaya daerah.
c. Bersikap bijaksana dalam perkembangan arus globalisasi
d. Membangkitkan lagi semangat kebudayaan nasional melalui berbagai
media, misalnya melalui jaringan internet.
e. Memberi apresiasi kepada kalangan yang mengusahakan
perkembangan budaya.
f. Mendorong kesadaran masyarakat untuk merespons arus budaya asing
yang baik.
g. Memperkuat dan mempertahankan jati diri bangsa agar tidak luntur.
13

h. Bersikap bijaksana dalam menerima segala macam perubahan.


i. Tidak mencampuradukkan kebudayaan sendiri dengan kebudayaan
bangsa asing.
j. Memperkuat dan mempertahankan rasa cinta terhadap budaya sendiri.
Langkah nyata yang harus segera dilakukan dan mungkin
dilakukan adalah membentuk aturan perundang-undangan dalam negeri
yang menyediakan kebutuhan pengelolaan keragaman budaya nasional.
Perlindungan secara hukum perundang-undangan terhadap keragaman
budaya nasional, selanjutnya dapat dijadikan pijakan dasar untuk menjaga
kedaulatan bangsa sehingga bisa diakui di dunia internasional. Lebih jauh,
harus ada sebuah kesadaran dan pengakuan oleh dunia internasional bahwa
perundang-undangan akan kepemilikan Negara terhadap ekspresi budaya,
sangat diperlukan oleh Indonesia guna menjaga ketahanan nasional dan
kedaulatan negaranya. Hal ini tentunya bisa dijadikan momentum bersama
bangsa Indonesia dalam memaknai Kebangkitan Nasional yang baru, yang
diwujudkan dalam tindakan nyata dalam menegakkan kedaulatan bangsa
melalui Konsep Pertahanan Budaya.
Sudah saatnya kini bangsa Indonesia membuat suatu perlindungan
hukum semisal Paten Negara atau yang lebih jauh Pengakuan
Internasional bagi Ekspresi Budaya Bangsa Indonesia. Usaha ini tentu
harus pula dibarengi dengan upaya mendorong kesadaran masyarakat
untuk merespons arus budaya asing dengan baik. Budaya yang baik dapat
diterima dan yang tidak baik dibuang.

F. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Sosial Budaya


Kehidupan sosial budaya di negara-negara berkembang, perlu
memperhatikan gejala perubahan yang terjadi, terutama mengenai sebab-
sebabnya. Banyak faktor yang mungkin menimbulkan perubahan sosial, di
antaranya yang memegang peranan penting ialah faktor teknologi dan
kebudayaan. Faktor-faktor itu berasal dari dalam maupun dari luar. Biasanya,
yang berasal dari luar lebih banyak menimbulkan perubahan. Agar dapat
14

memahami perubahan sosial yang terjadi, perlu dipelajari bagaimana proses


perubahan itu terjadi dan bagaimana perubahan itu diterima masyarakat.
Pengaruh dari luar yang perlu diperhatikan adalah hal-hal yang tidak
menguntungkan serta dapat membahayakan kelangsungan hidup kebudayaan
nasional. Bangsa Indonesia harus selalu waspada akan kemungkinan adanya
kesengajaan pihak luar untuk memecah kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Dalam menghadapi pengaruh dari luar yang dapat membahayakan


kelangsungan hidup sosial budaya, bangsa Indonesia berusaha memelihara
keseimbangan dan keselarasan fundamental, yaitu keseimbangan antara
manusia dan lingkungan, manusia dengan alam semesta, manusia dengan
masyarakat, manusia dengan Tuhan, keseimbangan kemajuan lahir dan
kesejahteraan batin. Kesadaran akan perlunya keseimbangan dan keserasian
melahirkan toleransi yang tinggi sehingga dapat menjadi bangsa yang
berbhinneka dan bertekad untuk selalu hidup bersatu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan
sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang maha esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam
kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta kemampuan
menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
Pola hidup konsumtif merupakan keinginan untuk mengonsumsi
barang-barang yang kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencari
sisi kepuasan. Sesungguhnya perilaku konsumtif memiliki banyak dampak
negatif dibandingkan positifnya, dalam psikologi dikenal dengan sebutan
compusive buying disorder (penyakit kecanduan belanja) sulit membedakan
antara keinginan dan kebutuhan dan terjebak dalam dunia konsumeristik yang
dibawa pasar kapitalisme.

B. Saran
Jika kebiasaan kredit konsumtif sudah mulai melebihi batas. Tentunya
harus mulai menyadari bahwa telah terjerumus dalam pola hidup tidak sehat
atau gaya hidup konsumtif. Dan harus mengambil tindakan agar kebiasaan ini
tidak menjadi beban. Jangan biarkan menjadi terlarut dalam pola hidup
konsumtif. Maka banyaklah berpikir untuk masa depan.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/rickoricardo/makalah-globalisasi-dan-ancaman-
terhadap-kebudayaan_568fad91e8afbda609b8569b

https://dokumen.tips/documents/ketahanan-nasional-di-bidang-sosial-budaya.html

http://pusatinformasi212.blogspot.co.id/2017/03/strategi-mengatasi-ancaman-di-
bidang-sosial-budaya-integrasi-nasional.html

http://www.firde7.xyz/2017/01/pkn-ancaman-di-bidang-sosial-budaya.html

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2017/09/pengertian-gaya-hidup-konsumtif-
serta-pengaruhnya.html

http://polahidupuntuk.blogspot.co.id/2013/06/gaya-hidup-konsumtif-
masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai