Anda di halaman 1dari 156

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia dengan lingkungan hidup mempunyai

hubungan yang sangat erat. Hubungan ini sangat tergantung dan

dipengaruhi oleh pandangan manusia terhadap lingkungan hidup.

Permasalahan pemulung merupakan fenomena sosial yang tidak dapat

dihindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat di Indonesia,

terutama di Daerah perkotaan. Sulit dan terbatasnya pengetahuan serta

keterampilan menyebabkan banyak diantara mereka sulit mencari nafkah

untuk mempertahankan hidup. Salah satu faktor dominan yang

mempengaruhi perkembangan masalah pemulung adalah kemiskinan.

Kemiskinan berasal dari kata miskin berarti tidak berharta benda

(serba kekurangan dan berpenghasilan sangat rendah). Suparlan secara

singkat mengungkapkan kemiskinan sebagai suatu standar yang rendah,

yaitu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang

dibandingkan dengan standar kehidupan umum berlaku dalam

masyarakat yang bersangkutan (Wildana Waragdinata, 2011). Miskin yaitu

masalah sosial yang belum dapat dioptimalisasikan oleh setiap

pemerintah (Restu Achmaliadi, 2010). Adapun garis kemiskinan atau tolak

ukur kemiskinan dilihat dari tingkat minimum pendapatan yang dianggap

perlu untuk dipenuhi dalam memperoleh standar hidup yang mencukupi,

Soerjono Soekanto mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu keadaan di

mana
2

seseorang tidak dapat serta tidak sanggup untuk memelihara dirinya

sendiri dengan suatu taraf kehidupan kelompok.

fenomena kemiskinan dan pemulung yang tidak bisa dihindari

keberadaannya dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di

Daerah perkotaan (Kota-Kota besar). Salah satu faktor dominan yang

mempengaruhi perkembangan masalah pemulung adalah kemiskinan,

dimana kemiskinan ini berdampak negatif terhadap meningkatnya arus

urbanisasi dari Daerah pedesaan ke kota-kota besar, sehingga terjadi

kepadatan penduduk dan Daerah kumuh menjadi pemukiman para urban

tersebut. Disamping itu, banyak diantaranya mencari nafkah dengan

terpaksa menjadi pemulung.

Badan Pusat Statistik merilis jumlah penduduk miskin di Kota

Makassar Desember 2021. Tahun 2021 Jumlah penduduk miskin sebesar

74,69 ribu jiwa meningkat dibandingkan tahun 2020 sebesar 69,98 ribu

jiwa. Persentase penduduk miskin sebesar 4,82% persen naik

dibandingkan tahun 2020 sebesar 4,54 persen, naik sebesar 0,28 poin

dari Desember 2020. Dan pada tahun 2021 untuk garis kemiskinan pada

tahun 2021 sebesar Rp 475.444/kapita/bulan naik dibandingkan tahun

2020 rp. 442.513/kapita/bulan (BPS, 2022)

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang adalah salah satu realita

kehidupan yang tidak banyak orang menengok kedalamnya. Tempat

pembuangan sampah Kota Makassar ini menjadi titik akhir dari semua truk
3

pengangkut sampah yang ada dipusat kerumunan kota sehingga,TPA

Antang menjadi pusat timbunan sampah yang mungkin menghabiskan

bertahun-tahun untuk mengelola semua sampah yang terkumpul. TPA

Antang selain sebagai lahan menampung sampah juga merupakan lahan

untuk mengais rezeki untuk mereka yang bermukim didalamnya. Tidak

sedikit orang yang bergantung pada profesi sebagai pengumpul sampah,

mulai dari kepala keluarga sampai anak dan istri mereka.

Masalah sampah berkaitan erat dengan kebersihan, keindahan dan

Kesehatan lingkungan. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu

wujud nyata dari program pembangunan Daerah. Pemasalahan sampah di

Kota Makassar senantiasa semakin kompleks dan beragam dari tahun ke

tahun. Peningkatan permasalahan sampah ini ada kaitannya dengan

jumlah penduduk di Kota Makassar yang terus bertambah. Makassar kini

tlah menjadi pusat perbelanjaan, dan aktivitas lainnya, semakin

meningkatnya berbagai aktivitas ekonomi di Kota Makassar sehingga

menyerap tenaga kerja dari luar Kota Makassar. Jumlah penduduk

dengan berbagai aktivitas yang sangat banyak tersebut mengakibatkan

timbunan sampah yang terus meningkat. Sementara itu, pengelolaan

sampah yang koordinasikan oleh Dinas kebesihan Kota masih belum

optimal.

Permasalahan sampah di kota Makassar semakin rumit, karena

sampah belum dianggap sebagai sumber daya yang bernilai ekonomis.

Pandangan masyarakat terhadap sampah hanya merupakan barang yang

tidak berguna menjijikan dan harus dibuang. Disinilahan keberadaan


4

pemulung mempunyai potensi peran serta aktivitasnya dapat membantu

pengelolaan sampah. Pemulung merupakan bagian dari anggota

masyarakat lainnya yang berusaha bekerja mencari pendapatan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap hari dari pagi sampai siang

mereka mencari barang-barang bekas dari tempat-tempat pengumpulan

sampah, memilah-milah botol-botol dan besi-besi yang akan dijual kepada

penampung untuk mendapatkan sejumlah uang guna mememenuhi

kebutuhan hidupnya.

Pekerjaan sebagai pemulung mereka dianggap berbeda dengan

anggota masyarakat lainnya, masyarakat pun sering meremehkan

keberadaan pemulung ini, hanya sedikit masyarakat yang menerima.

Keberadaan pemulung di masyarakat cenderung dikucilkan,

padahal keberadaan pemulung ini sangat menguntugkan, mereka

mengumpulkan barang-barang bekas yang sudah tidak di pakai lagi

kemudian mereka memilah-milah kertas, plastik dipilih dan dijual di

penampungan, kemudian dijual ke pihak yang mengelola barang-barang

bekas sehingga dapat digunakan lagi untuk menghasilkan produk baru.

Pemulung bagi setiap masyarakat dikesankan dengan keadaan

“kotor”, bau. Miskin dan rawan penyakit”. Stigma itu mungkin benar

adanya tetapi sesungguhnya pemulung mempunyai peranan yang sangat

penting dalam proses pengumpulan, pemilahan dan proses daur ulang

sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Dilihat dari aspek kesejahtraan

sosial kondisi kehidupan sehari-hari pemulung sangat memprihatinkan.

Pola
5

kehidupan mereka diwilayah perkotaan cenderung kumuh dan

mengelompok dikantong-kantong kemiskinan. Mereka banyak tinggal di

tempat beresiko tinggi seperti kolong jembatan, pinggir kali, lokasi

pembuangan sampah, atau bahkan ada yang tidur di gerobak sampah

bersama anak dan istrinya. Hidupnya menggelandang keberbagai tempat

dengan penghasilan tidak menentu. Tingkat pendidikan rendah, dan

keterampilan (Skills) kurang memadai serta minim pengalaman kerja

menyebabkan mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan lebih

memilih untuk menjadi pemulung dengan penghasilan tidak menentu

(Azizi, 2013).

Secara alamiah masyarakat berinteraksi dengan lingkungannya yang

bersifat timbal balik. Masyarakat sebagai suatu sistem, dimana

masyarakat sebagai agen perubahan yang menggerakkan masyarakat

mencapai kemajuan. Hal yang sama juga terjadi dalam komunitas

pemulung di TPA Antang Kota Makassar, yang mana masyarakat yang

bekerja sebagai pemulung saling berhubungan dan berinteraksi antar

sesama pemulung dalam mengelola lingkungannya, baik lingkungan

sosial maupun lingkungan alam. Masyarakat yang hidup di TPA Antang ini

berada di Kecamatan Manggala. TPA Antang yang memiliki luas lahan

19,1 hektare, disebut masih sangat terbatas ditengah tingginya produksi

sampah di Kota Makassar. Saat ini produksi sampah harian di Kota

Makassar rata-rata

1.000 ton/hari hal ini masih menjadi permasalahan lantaran TPA sudah
6

sesak. Lahan yang sudah terbatas di TPA membuat pemerintah kota

memikirkan agar sampah yang masuk dalam TPA bisa bernilai ekonomis.

Pada dasarnya masyarakat menginginkan suatu kehidupan yang

mampu memenuhi segala kebutuhan jasmani, rohani serta sosial baik

moral maupun material. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, setiap orang

melakukan berbagai upaya untuk memperoleh penghasilan yang layak.

Manusia memiliki tridaya (daya penyesuaian, daya penguasaan, dan daya

cipta) terhadap lingkungan untuk kepentingan manusia tersebut. Salah

satu bentuk hubungan timbal balik yang dinamis antara manusia dan

lingkungan alam tercermin dalam mata pencaharian masyarakat.

Sedangkan hubungan manusia dengan sesama tercermin dalam kegiatan

kerja atau tradisi yang ada di dalam masyarakat. Manusia hidup

bermasyarakat dengan saling berhubungan atau berinteraksi bertujuan

untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Faktor penting dalam strategi bertahan hidup adalah modal yang

digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan memenuhi kebutuhan

masyarakat. Dalam strategi bertahan hidup yang digunakan masyarakat

ada beberapa jenis modal, seperti modal fisik, modal alam, modal

finansial, modal manusia dan modal sosial. Seluruh modal tersebut

mempunyai peranan penting dalam kelangsungan dan kemajuan hidup

masyarakat. Modal sosial adalah salah satu modal atau sumber yang

dapat dimanfaatkan dalam masyarakat sebagai startegi bertahan hidup.

Hasbullah, (2006) mendefinisikan modal sosial diyakini sebagai salah satu


7

komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide,

kesaling percayaan dan kesaling menguntungkan untuk mencapai

kemajuan bersama.

Modal sosial merupakan modal yang lebih menekankan pada modal

yang dimiliki masyarakat sebagai hasil dari hubungan-hubungan sosial

yang terjalin diantara semua anggota. Modal sosial memberikan landasan

konstruksi tentang makna kepercayaan, kebersamaan, toleransi dan

partisipasi yang erat hubungannya dengan strategi kelangsungan hidup.

Beberapa sumber modal sosial antara lain nilai dan kearifan local yang

mengakomodasi kepentingan bersama, kebiasaan atau tradisi, lembaga

pendidikan, ajaran agama, lembaga adat dan lain-lain. Sementara potensi

modal sosial antara lain ada nilai dan norma yang dapat menjadi wadah

dalam mengatur untuk kepentingan bersama, ada lembaga atau institusi

yang berkontribusi dalam memberi layanan untuk kepentingan bersama,

ada tokoh masyarakat yang terpercaya dan dipercaya warga komunitas.

Kekuatan modal sosial dapat dijelaskan melalui tiga tipologinya yang

meliputi pengikat, perekat (bonding social capital), penyambung,

menjembatani (bridging social capital) dan pengait, koneksi, jaringan

(lingking social capital). Bahkan kekuatan modal sosial dapat menjadi

pelumas yang memperlancar hubungan dan kerjasama, sehingga

harapan- harapan individu dapat tercapai secara efisien dan efektif

(Abdullah, 2013).

Konsep modal sosial menawarkan pentingnya suatu hubungan.

Dengan membangun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya


8

agar terjalin terus, setiap individu dapat bekerjasama untuk memperoleh

hal-hal yang belum tercapai sebelumnya serta meminimalisasikan

kesulitan yang besar. Syamsu Alam dan Muhammad Imam Makruf (2016)

menyatakan bahwa secara faktual selain modal ekonomi (finansial dan

alat- alat produksi), modal sosial seperti kepercayaan, kekerabatan dan

solidaritas adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam kesejahteraan.

Keluarga diandalkan sebagai wahana mencapai tujuan pembangunan.

Modal sosial (social capital) merupakan konsep yang bermakna

multidimensional, setidak-tidaknya terdapat dua aliran dalam memahami

konsep modal social, yaitu modal sosial sebagai sumberdaya yang

digunakan bersama dan modal sosial sebagai beragam cara berinteraksi.

Dalam pemahaman pertama, sumberdaya menjadi bersifat sosial karena

dapat diperoleh dan digunakan melalui adanya hubungan dengan orang

lain. Dalam pemahaman pertama ini modal sosial merupakan atribut

individu. Pemahaman kedua modal sosial dipandang sebagai atribut

masyarakat untuk mengkarakterisasi beragam cara yang digunakan oleh

anggota-anggotanya untuk saling berinteraksi. Sebagai atribut

masyarakat, modal sosial dipandang dapat membangkitkan imbalan

(return) material maupun non-material kepada anggota komunitas.

Misalnya, dalam kaitan dengan masalah kesehatan, derajat kesehatan

yang lebih baik ditemukan pada orang-orang dalam masyarakat dengan

modal sosial yang tinggi dari pada orang-orang dalam masyarakat dengan

modal sosial sebaliknya, Pemanfaatan modal sosial menjadi peletak dasar

dalam mengungkap dan


9

mengembangkan potensi modal yang lain. Potensi modal sosial

mengungkap potensi akses, mengefektifkan peran lembaga dan institusi

yang ada, membangun kerjasama dengan pihak luar, mendorong

kepedulian dan solidaritas bahkan menciptakan human capital (Suparman

Abdullah dkk., 2019)

kekuatan modal sosial sebagai kapasitas yang meningkatkan harkat

dan martabat kemanusiaan melibatkan struktur, kognisi dan spritual.

Sejalan dengan pandangan Uphoff yang membagi modal sosial kedalam

dua kategori yaitu modal sosial bersifat struktural dan modal sosial bersifat

kognitif. Modal sosial yang bersifat struktural merangkum berbagai bentuk

organisasi, persatuan, prosedure, peraturan, peranan dan berbagai jenis

jaringan (networking) dalam masyarakat. Modal sosial kognitif merangkum

aspek tingkah laku, nilai, norma, kepercayaan dan perkongsian

(kerjasama) antara satu sama lain. Oleh karena itu indikator kekuatan

modal sosial sangat ditentukan oleh sejauh mana modal tersebut

menguatkan harkat dan martabat manusia. Kolaborasi dan sinergi antara

modal sosial dengan modal lainnya berunjung pada peningkatan derajat

kemanusiaan (Suparman Abdullah dkk., 2019)

Penelitian ini penting dilakukan untuk menganalisis dan

menggambarkan bentuk strategi nafkah berkelanjutan dalam hal ini

melihat pendekatan modal sosial yang dilakukan pemulung di tempat

pembuangan sampah akhir (TPA) dari perspektif sosiologis. Bedasarkan

hal tersebut, maka peneliti mengambil fokus strategi nafkah berkelanjutan

dan
10

pendekatan modal sosial sebagai pisau analisis. Oleh karena itu, peneliti

merusmuskan penelitian dengan judul, Strategi Nafkah Bekelanjutan

Melalui Pendekatan Modal Sosial Pada Komunitas Pemulung Di TPA

Antang Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, Adapun rumusan masalah yang

penulis angkat dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk strategi nafkah berkelanjutan pada komunitas

pemulung di TPA Antang Kota Makassar?

2. Bagaimana bentuk modal sosial yang dimiliki oleh komunitas

pemulung di TPA Antang Kota Makassar?

3. Bagaimana kontribusi modal sosial dalam peningkatan kesejahtraan

ekonomi pemulung di TPA Antang Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalis bentuk strategi nafkah berkelanjutan pada komunitas

pemulung di TPA Antang Kota Makassar

2. Menganalisis kontribusi modal sosial dalam peningkatan

kesejahtraan ekonomi pemulung di TPA Antang Kota Makassar

3. Menganalisis bentuk modal sosial yang dimiliki oleh komunitas

pemulung di TPA Antang Kota Makassar


11

D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis penelitian ini antara lain:

1. Memperkaya kajian ilmu sosiologi pada umumnya dan kajian

tentang strategi nafkah berkelanjutan melalui pendekatan modal

sosial pada komunitas pemulung di TPA Antang Kota Makassar

2. Memperkaya kajian mengenai kontribusi modal sosial terhadap

kesejahtraan ekonomi pada komunitas pemulung di TPA

Tamangapa Antang

Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi komunitas pemulung. Penelitian ini dapat berkontribusi

dalam melihat strategi nafkah berkelanjutan melalui pendekatan

modal sosial pada komunitas pemulung di TPA Antang dalam

kehidupan sehari-hari

2. Bagi mahasiswa sosiologi, penelitian ini dapat berkontribusi

dalam mengidentifikasi dampak sosial ekonomi pemulung di TPA

Tamangapa Antang

3. Bagi pemangku kebijakan kota Makassar maupun provinsi

Sulawesi Selatan. baik bagi kementerian sosial maupun Lembaga

sosial lainnya yang terkait, penelitian ini dapat menjadi saran

dalam membuat kebijakan terkait penanganan


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Strategi Nafkah (Livelihood)

1. Pengertian strategi nafkah (Livelihood)

Livelihood secara sederhana didefinisikan sebagai cara dimana

orang memenuhi kebeutuhan mereka atau peningkatan hidup

(Chamber et al dalam Dharmawan 2011). Dalam pandangan yang

sangat sederhana livelihood terlihat sebagai aliran pendapatan berupa

uang atau sumber daya yang dapat digunakan oleh seseorang untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Definisi lain dinyatakan

oleh Ellis (2000) bahwa livelihood mencakup pendapatan berupa cash

(berupa uang) dan in end (pembayaran dengan barang hasil bumi)

maupun dalam bentuk lainnya seperti insitusi (saudara, kerabat,

tetangga, desa) relasi gender dan hak milik dibutuhkan untuk

mendukung dan untuk keberlangsungan standar hidup yang sudah

ada (Bogor Agrocurtural Univirsity, 2020)

Konsep livelihood pertama kali dikembangkan di Inggris pada

akhir decade 90-an, namun di design sedemikian rupa sehingga

relevan untuk kawasan yang sedang berkembang. Pendekatan

pembangunan yang sustanaible livelihood adalah pendekatan

pembangunan kontemporer yang berusaha mengoreksi pendekatan

pembangunan berorientasi modernisasi yang dikenal sangat tidak

12
13

akrab terhadap lingkungan. Pendekatan nafkah berkelanjutan

berusaha mencapai derajat pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi,

dan ekologi secara adil dan seimbang. Pencapaian derajat

kesejahtraan sosial didekati melalui kombinasi aktivitas dan utilitas

modal-modal yang ada dalam tata nafkah (Ellis, 2006 dalam Van

Dillen, 2003)

Dharamawan (2006) menjelaskan dalam sosiologi bahwa

livelihood memiliki pengertian yang lebih halus daripada sekedar

means of living yang bermakna sempit mata pencaharian titik dalam

sosiologi naskah, pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada

pengertian livelihood strategy (strategi cara hidup). Pengertian

livelihood strategy yang disamakan pengertiannya menjadi strategi

mencari nafkah (dalam Bahasa Indonesia) sesungguhnya dimaknai

lebih besar daripada sekedar “aktivitas mencari nafkah” belaka.

Sebagai strategi membangun system penghidupan, maka strategi

nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi

individual maupun kolektif. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang

dibangun oleh individu maupun kelompok dalam rangka

mempertahankan eksistensi infrastruktur sosial dan system nilai

budaya yang berlaku. (Bogor Agrocurtural Univirsity, 2020).

Menurut Masithoh (2005) dalam Fridayanti dan Dharmawan

(2013), Sumber nafkah adalah berbagai sumber daya yang dapat

digunakan oleh individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga


14

petani untuk melaksanakan strategi nafkah guna mempertahankan

keberlangsungan hidupnya paling tidak untuk memenuhi kebutuhan

sistem maupun dalam rangka meningkatkan kualitas hidup suatu

rumah tangga petani.

Dalam konteks usaha pemulung, pendapatan tidak dapat

diprediksi semudah bidang usaha lain, karena kegiatan memulung

tidak ada kepastian (Wahyono, et al, 2001). Ismail (2004)

mengemukakan bahwa setidaknya ada 5 variabel yang berpengaruh

terhadap pendapatan pemulung yaitu kondisi sampah, kondisi

lingkungan, Pendidikan terakhir pemulung, umur dan pengalaman

memulung.

Berdasarkan pemahaman tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa strategi nafkah adalah cara bagaimana seseorang memenuhi

kebutuhan mereka atau mempertahankan kelangsungan hidup

mereka.

2. Klasifikasi Strategi Nafkah (Livelihood)

Dharmawan (2001) menyebutkan bahwa secara umum strategi

nafkah dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu strategi nafkah

normative dan strategi nafkah yang illegal. Strategi nafkah normatif

berbasiskan pada kegiatan sosial ekonomi yang tergolong kedalam

kegiatan positif, seperti kegiatan produksi, system pertukaran, migrasi,

maupun strategi sosial dengan pembangunan jaringan sosial. Strategi

ini disebut paceful ways atau sah dalam melaksanakan strategi

nafkah, sedangkan strategi nafkah illegal didalamnya termaksud

tindakan
15

sosial ekonomi melanggar hukum dan illegal seperti penipuan,

pencurian, perampokan, pelacuran, dan sebagainya. Kategori ini

disebut sebagai kategori non pacefull, karena cara yang ditempuh

biasanya menggunakan cara kekerasan atau criminal (Bogor

Agricurtural Univirsity, 2020)

Ellis (2000:29) mengumukakan tiga klasifikasi sumber nafkah

(income source) yaitu:

1. Sector farm income, sector ini mengacu pada pendapatan

yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang

diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa

menyewa atau bagi hasil.

2. Sector off-farm income, sector ini mengacu pada pendapatan

diluar pertanian, yang dapat berarti penghasilan diperolah

berasal dari kontrak upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain

namun masih dalam lingkup sector pertanian

3. Sector non-farm income, sector ini mengacu pada pendapatan

yang bukan berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau

gaji pension, pendapatan dari usaha pribadi, dan sebagainya.

Pilihan dari strategi nafkah ditentukan oleh kesediaan akan

sumber daya dan kemampuan mengakses sumber-sumber nafkah

rumah tangga yang sangat beragam (multiple source of livelihood),

karena jika rumah tangga tergantung hanya pada satu pekerjaan dan

satu sumber nafkah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumah

tangga secara konseptual


16

Menurut Scooners (1998 dalam Fridayanti, 2013: 29), ada tiga

starategi mencari nafkah (livelihood strategy) yang dapat diterapkan

oleh rumah tangga pemulung, yaitu:

1. Rekayasa sumber nafkah (pemulung), yang dilakukan dengan

memafaatkan sector pembuangan sampah akhir (TPA) secara

efektif dan efisien, baik melalui penambahan input eksternal seperti

teknologi atau tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan

memperluas lahan budidaya atau garapan (ekstensifikasi)

2. Pola nafkah ganda (diversifikasi) yaitu dilakukan dengan

menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari

pekerjaan lain selain meulung untuk menambah pendapatan, atau

mengarahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu atau anak) untuk

ikut bekerja selain memulung dan memperoleh pendapatan

3. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan

dengan melakukan mobilitas ke daerah lain diluar desanya, baik

secara permanen maupu nomadenn untuk memperoleh

pendapatan.

B. Konsep Keluarga Pemulung

Keluarga pemulung adalah beberapa orang yang memulung

dan mencari nafkah dengan cara memungut, serta memanfaatkan

beberapa sampah seperti bungkus rokok, plastic, kertas, kardus bekas


17

dan sebagainya, untuk mencukupi kebutuhan kehidupan mereka

(Lukman, 2000). Secara konseptual keluarga pemulung adalah

lapisan ekonomi dan budaya yang berada paling bawah dalam strategi

masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena keluarga pemulung tidak

memiliki rumah yang memadai, penghasilan yang cukup, penghasilan

mereka sangatlah rendah. Keluarga pemulung sering melakukan

beberapa hal yang kurang terpuji dan kurang disukai oleh masyarakat,

karena mereka sering melakukan kegiatan seperti mencuri dalam

kehidupan ini (Wardosarjoeno, 2002 ).

Keluarga pemulung merupakan sekelompok manusia yang

mengalami kekurangan dalam sumber daya sehingga kemampuan

social ekonomi keluarga pemulung dalam membiayai pendidikan

anak- anaknya sangatlah rendah.Hal ini mengakibatkan beberapa

anak dari keluarga pemulung tidak dapat bersekolah. Hidup menjadi

pemulung memang bukanlah pilihan yang menyenangkan karena

mereka berada dalam kondisi yang tidak memiliki masa depan yang

cerah, terkadang keberadaan mereka sering menjadi masalah di

lingkungan sekitar tempat tinggal mereka (Amalia, 2009).

Prekonomian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kesejahtraan masyarakat. Setiap orang akan berusaha dan bekerja

keras untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan

kesejahtraan hidup mereka. Usaha ini dipengaruhi oleh ketersediaan


18

sumber nafkah dan kemampuan sumber daya manusia serta

keterampilan untuk dapat mengelola sumber daya tersebut.

Eko Endamarko (2006: 425) menjelaskan nafkah secara

Bahasa berarti belanja untuk hidup; pendapatan (suami kepada

istrinya); atau bekal hidup sehari-hari, bayaran, gaji, pendapatan,

penghasilan, perolehan, penghidupan, sambungan hidup, rezeki.

Ellis (1998) (dalam Subair, 2018:30) menyatakan secara

konseptual, coping strategies menunjuk pada proses pengkostruksian

gagasan/ide dari beragam kegiatan dan dukungan sosial, dalam

rangka bertahan dan untuk meningkatkan taraf kesejahtraan sosial

dan ekonominya. Livelihood atau pola mata pencaharian adalah

bagaimana seseorang memenuhi kebetuhannya atau mencari nafkah.

Pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood

strategy (strategi penghidupan) dari pada means of living strategy

(strategi bertahan hidup), dimana strategi penghidupan

meggambarkan upaya yang dilakukan masyarakat dalam mencapai

penghidupan yang sudah cukup, sedangkan strategi bertahan hidup

merupakan cara mempertahankan agar manusia bisa tetap

melangsungkan hidupnya. Strategi bertahan hidup juga disebut

dengan survival berasal dari kata survive yang artinya

mempertahankan hidup, strategi bertahan hidup merupakan rencana

tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk bertahan hidup dalam

situasi apapun. Sebuah strategi dapat digambarkan sebagai rencana

yang diprioritaskan untuk mencapai


19

suatu tujuan. Strategi mencari nafkah adalah cara dan tindakan yang

dirancang oleh individu atau kelompok untuk mempertahankan mata

pencaharian mereka,sadar akan keberadaan infrastruktur sosial,

strukutur sosial, dan nilai-nilai budaya yang dominan.

Strategi bertahan hidup atau coping stragle menurut Suharto

(dalam Subair, 2018 : 33) didefinisikan sebagai kemampuan

seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi

agar berbagai permasalahan termaksud kehidupannya. Sebagaimana

pada usaha dan kemampuan para pemulung dalam mencari nafkah

untuk bertahan hidup, pemulung tersebut menjalankan berbagai

strategi untuk bertahan hidup, misalnya bekerja atau berjualan sambil

mengasuh anak serta tetap melakukan pekerjaan domestic.

strategi yang dilakukan oleh pemulung bisa menambah

penghasilan lewat pemamfaatan sumber-sumber yang lain ataupun

mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas

barang atau jasa. Selain itu, strategi bertahan hidup mengadopsi pola

pendapatan ganda yang merupakan bagian dari strategi ekonomi.

Agar dapat meningkatkan taraf hidup dengan menambahkan jenis

pekerjaan dan merubah pola mata pencaharian, pola nafkah ganda

yang dilakukan pemulung tersebut bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi keluarga. Maka dengan pola tersebut mereka

dapat bertahan hidup bersama keluarga dalam memenuhi kebutuhan

primer maupun sekunder. Strategi bertahan hidup pemulung bukan

saja pada sector


20

ekonomi, akan tetapi juga berorientasi pada sector sosial yaitu mereka

mengikuti Lembaga kesejahtraan misalnya arisan. Sedangkan strategi

sosial dengan berbagai cara seperti, arisan untuk menghimpun dana

tak terduga untuk menjadi simpanan dan bantuan Ketika

membutuhkan dana, modal sosial meliputi pembentukan jejaring

sosial informal.

C. Konsep Komunitas dalam Sosiologi

Dalam perspektif sosiologi, konsep komunitas dan masyarakat

memiliki arti yang berbeda. Komunitas lebih bersifat kecil, homogen,

kultural, partisipatif-efektif, serta relatif otonom. Sedangkan masyarakat

lebih bersifat besar, heterogen, struktural, produktivitas-efisiensi, serta

dependen.

Kata komunitas berasal dari bahasa latin communier yang berarti

“kesamaan”, maksud dari kesamaan yaitu sebuah bentuk komunitas yang

terdiri dari berbagai sifat, sikap, dan kebiasaan semua orang yang

memiliki ketertarikan atau kesukaan yang sama untuk memecahkan suatu

masalah. Komunitas dalam pengertian Kertajaya Hermawan adalah

sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain, dimana dalam

sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota

komunitas tersebut karena adanya sebuah bentuk kesamaan. Didalam

sebuah komunitas pada intinya memiliki visi dan misi yang sama, dapat

disimpulkan bahwasanya komunitas terdiri dari banyak orang yang

memiliki tujuan yang sama,

Secara etimologi komunitas adalah suatu identifikasi dan interaksi

sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional,


21

dengan didirikannya sebuah komunitas pasti mempunyai maksud dan

tujuan tertentu dimana setiap individu berkumpul menjadi satu untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa komunitas soial adalah suatu kelompok

yang memiliki pemikiran, ide dan kesukaan yang sama dan saling

membina hubungan para anggotanya dengan menggunakan sarana-

sarana yang sudah di siapkan untuk mencapai sebuah tujuan bersama

yaitu membantu masyarakat dan makhluk hidup lainnya baik itu di

lingkungan sekitar maupun di daerah lain.

Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama adalah kepentingan

bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang

biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi,

sosial- ekonomi. Di samping itu secara fisik suatu komunitas biasanya

diikat oleh batas lokasi atau geografis. Masing-masing komunitas,

karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda dalam

menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapinya serta

mengembangkan kemampuan kelompoknya.

D. Modal

Suatu kelompok masyarakat tidak cukup hanya mengandalkan

bantuan dari luar untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Tetapi mereka

sendiri juga harus secara bersama-sama memikirkan dan melakukan

langkah- langkah terbaik guna mengatasi masalah tersebut dengan

mengarahkan setiap potensi dan sumberdaya yang dimiliki. Dengan

demikian modal
22

sosial menekankan pelakunya kemandirian dalam mengatasi masalah

sosial dan ekonomi, sementara bantuan dari luar dianggap sebagai

pelengkap guna memicu inisiatif dan produktivitas yang muncul dari dalam

masyarakat sendiri. Ada 5 jenis modal sebagai konstribusi didalam

pendefinisian strategi nafkah yaitu:

1. Modal Sumber Daya Alam (natural capital)

Modal ini juga bisa disebut lingkungan yang merupakan bagian dari

berbagai faktor biotik dan antibiotic disekitar manusia. Modal ini berupa

sumber daya yang bisa diperbaharui atau tidak dapat diperbaharui.

Contoh dari modal sumber daya alam adalah, air, pohon tanah, stok

pohon dari kebun dan hutan, stok ikan diperairan, dan sumber daya

mineral, seperti minyak, emas, dan batu bara.

2. Modal financial (financial capital and subtitutes)

Modal ini berupa uang yang digunakan oleh suatu rumah tangga.

Modal ini dapat berupa uang tunai, tabungan, ataupun akses dan

pinjaman

3. Modal sosial (sosial capital)

Modal ini merupakan gabungan dari komunitas yang dapat

memberikan mamfaat bagi individu atau rumah tangga yang mereka

miliki. Contoh modal sosial adalah jaringan kerja (networking) yang

merupakan hubungan vertical dan horizontal menghubungkan dan

mendukung akses yang lebih besar terhadap kegiatan ekonomi.


23

4. Modal fisik (physical capital)

Modal fisik adalah modal berupa infrastruktur dasar seperti saluran

irigasi, jalan dan bangunan

5. Modal Manusia (human capital)

Modal ini merupakan modal utama apalagi bagi masyarakat yang

dikategorikan “miskin” modal ini merupakan tenaga kerja yang tersedia

dalam rumah tangga yang dipengaruhi oleh Pendidikan, keterampilan,

Kesehatan, untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Salah satu karakteristik strategi mencari nafkah pada rumah tangga

di Negara berkembang saat ini adalah kemampuan beradaptasi agar

mampu bertahan hidup. Aset-aset yang telah diuraikan sebelumnya

dapat dibangun, tererosi, atau secara tiba-tiba dapat hilang (sebagai

contoh karena banjir), akses terhadap sumber daya dan peluang-

peluang pada setiap hak individu rumah tangga.

E. Modal Sosial Sebagai Strategi Bertahan Hidup

1. Hubungan/ Interaksi Sosial

Hubungan/interakasi sosial yang terjadi didalam kehidupan

masyarakat dapat dilihat dari adanya jaringan sosial. Jaringan

sosial merupakan hubungan sosial yang terjalin secara teratur,

konsisten dan berlangsung lama, hubungan tersebut bukan hanya

melibatkan individu malainkan banyak individu. Kemampuan

sekelompok orang melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan

sosial, melalui
24

berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan

dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaan, kesamaan, kebebasan

dan keadaban.

Hubungan/interaksi sosial yang terjadi antar anggota masyarakat

dengan adanya jaringan sosial dapat menumbuhkan persudaraan,

kekeluargaan dan kekerabatan. hubungan ini menimbulkan adanya

rasa senang bagi anggota masyarakat, rasa senang itu terlihat saat

masyarakat berkumpul dalam musyawarah maupun acara-acara

lainnya seperti pernikahan, khitanan, hubungan persaudaraan dan

kekeluargaan ini merupakan hubungan yang terjalin karena adanya

rasa bahwa semua warga masyarakat adalah keluarga (Prasetyo,

2010).

2. Solidaritas Sosial

Kepercayaan yang tumbuh diantara masyarakat menjadikan rasa

solidaritas didalam masyarakat menjadi lebih kuat. Solidaritas

sosial adalah suatu keadaan hubungan antara individu atau

kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan

yang dianut bersama. Solidaritas sosial adalah suatu keadaan

hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada

perasaan yang sama untuk memperbaiki keadaan yang ada di

masyarakat dengan cara saling membantu satu sama lain.

Solidaritas yang terjadi dalam suatu masyarakat juga terjadi

karena ikatan culture atau budaya yang saling membutuhkan satu


25

sama lain. Solidaritas sosial sangat diperlukan dalam masyarakat,

salah satu sumber solidaritas sosial adalah kegiatan gotong royong

yang merupakan kegiatan saling menolong atau saling membantu

dalam kegiatan masyarakat.

3. Kepercayaan Masyarakat

Kepercayaan adalah sesuatu yang terbangun dari hubungan-

hubungan sosial dimana terdapat peraturan yang dirundingkan,

artinya terdapat ruang terbuka dari peraturan tersebut untuk

mencapai harapan yang akan dicapai. Unsur terpenting dalam

modal sosial adalah Trust (kepercayaan) yang merupakan perekat

bagi langgengnya Kerjasama dalam kelompok masyarakat.

Kepercayaan (Trust) orang-orang akan bisa bekerjasama secara

lebih efektif. Hal ini terbukti bahwa masyarakat melakukan kegiatan

pinjam meminjam uang kesesama anggota masyarakat.

Selain itu dengan kepercayaan, masyarakat bisa melakukan

resiprositas seperti melakukan pertukaran makanan dengan

tetangga, gotong royong dalam membuat rumah. Aktivitas

resiprositas yang terjadi dalam masyarakat baik antar individu

maupun kelompok berlangsung lama dan dalam pertukaran

masing- masing pihak percaya bahwa barang dan jasa yang

diberikan akan dibalas entah kapan waktunya.

4. Tradisi yang ada di masyarakat


26

Peran modal sosial yang ada di masyarakat adalah melestarikan

tradisi yang ada didalam masyarakat. Tradisi atau budaya yang ada

ada didalam masyarakat merupakan warisan yang sudah

mengakar secara turun temurun sebagai tata nilai, tata nilai ini

terus dipertahankan sebagai kearifan local.

5. Norma dan nilai yang di masyarakat

Norma merupakan aturan yang melekat dalam suatu hubungan

sosial yang berfungsi sebagai suatu control dari suatu aktivitas.

Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh

masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Aturan ini biasanya

terinstitusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu

pola tingkah laku yang baik dalan konteks hubungan sosial

sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar

(Manihuruk, 2013).

F. Peran Masyarakat dalam Mengembangkan Modal Sosial

1. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan

Partisipasi dalam suatu jaringan nampak pada keterlibatan

masyarakat dalam organisasi-organisasi masyarakat seperti

organisasi kepemudaan, kelompok seni budaya. Kebersamaan

solidaritas, toleransi, semangat bekerjasama, kemampuan

berempati, merupakan modal sosial yang melekat dalam

kehidupan bermasyarakat. Hilangnya modal sosial tersebut dapat

dipastikan kesatuan masyarakat akan terancam., atau paling tidak

masalah-masalah kolektif akan sulit untuk


27

diselesaikan. Kebersamaan dapat meringankan beban, berbagai

pemikiran, sehingga dapat dipastikan semakin kuat modal sosial,

semakin tinggi daya tahan daya juang dan kualitas kehidupan

suatu masyarakat. Tanpa adanya modal sosial masyarakat sangat

mudah diintervensi bahkan dihancurkan oleh pihak luar.

2. Sikap dan perilaku masyarakat terhadap perubahan

Sikap masyarakat dalam mengembangkan modal sosial sangat

terbuka. Masyarakat terbuka akan perubahan yang masuk. Namun

dalam hal ini masyarakat lebih bersikap selektif dalam menerima

budaya dari luar yang masuk. Budaya baru yang masuk namun

bertentangan dengan aturan yang ada di masyarakat, maka

masyarakat tidak mengadopsi budaya tersebut (Jones, 2010).

G. Teori Yang Relevan

1. Teori Modal sosial

Menurut Piere Bourdieu, definisi modal sosial adalah jumlah

sumber daya, actual atau maya, yang berkumpul pada seorang

individul atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa

hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan sedikit banyak

terinstusionalisasikan (Field. 2011:23). James Coleman

mendefinisikan sosial capital yaitu kemampuan masyarakat untuk

bekerja bersama-sama mencapai tujuan-tujuan bersama didalam


28

berbagai kelompok dan organisasi (dalam Fukuyama, 2007:12).

Robert D. Putnam, mendefinisikan modal sosial adalah bagian dari

kehidupan sosial seperti jaringan, norma, dan kepercayaan yang

mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk

mencapai tujuan bersama. Putnam (1993) mendefinisikan modal

sosial adalah suatu kumpulan dari asosiasi-asosiasi yang bersifat

horisontal di antara orang-orang yang mempunyai pengaruh

terhadap produktivitas dari masyarakat setempat. Asosiasi-asosiasi

yang dimaksud, termasuk jejaring dari pertalian warga masyarakat

(civic engagement) dan norma-norma sosial. Asumsi yang

mendasari konsep Putnam adalah: (1) jejaring dan norma-norma

yang secara empiris saling terkait; dan (2) jejaring dan norma-

norma dimaksud mempunyai konsekuensi-konsekuensi ekonomi

yang penting. Oleh sebab itu, ciri kunci dari modal sosial

sebagaimana definisi Putnam adalah modal sosial memfasilitasi

koordinasi dan kerja sama bagi keuntungan bersama (timbal balik)

dari para anggota suatu asosiasi.

Dari pandangan beberapa ahli tentang konsepsi modal sosial di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa modal sosial adalah : (1)

sekumpulan sumberdaya aktual dan potensial; (2) entitasnya terdiri-

dari atas beberapa aspek dari struktur sosial, dan entitasentitas

tersebut memfasilitasi tindakan individu-individu yang ada dalam

struktur tersebut; (3) asosiasi-asosiasi yang bersifat horisontal; (3)

kemampuan
29

aktor untuk menjamin manfaat; (4) informasi; (5) norma-norma; (6) nilai-

nilai; (7) resiprositas; (8) kerjasama; (9) jejaring.

Tiga bentuk modal sosial yang ada dalam masyarakat yaitu:

1. Ideologi dan tradisi local mengacu pada paham tertentu dalam

menyikapi hidup dan menentukan tatanan sosial. Hal ini dapat

berupa kepercayaan setempat yang merupakan basis bagi

legitimasi tindakan sosial ajaran yang menjadi system acuan dalam

tingkah laku yang berwujud. Etika sosial mengatur hubungan antar

manusia dengan manusia atau lingkungan etos kerja, nilai, tradisi,

dan norma merupakan perangkat aturan tingkah laku.

2. Hubungan dan jaringan sosial merupakan pola-pola hubungan

antara orang dan ikatan sosial dalam suatu masyarakat seperti

kerabat atau ikatan ketengtanggan

3. Jaringan terdapat dalam masyarakat, menjangkau institusi local

yang berfungsi bagi kepentingan kelompok dan masyarakat.

Kelembagaan adat atau pranata sosial yang berperan secara

langsung atau tidak langsung.

Ketiga modal sosial dapat disimpulkan bahwa bentuk modal

sosial berjalan bersama dan saling melengkapi. Konsep modal sosial

merujuk pada hubungan sosial, insitusi, norma sosial dan saling

percaya antara orang atau kelompok lain serta mempunyai dampak

positif terhadap peningkatan kehidupan dalam komunitas. Oleh

karenya modal
30

sosial salah satu faktor peran penting dalam relasi antar pemulung di

TPA Antang dan mempengaruhi kelancaran kegiatan ekonomi. Modal

sosial yang terjadi antar pemulung dimaksudkan diatas adalah

kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial. Dengan adanya modal

sosial memungkinkan terjalinnya Kerjasama dan membentuk

kerukunan antar pemulung.

Modal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dapat

dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru

dalam masyarakat. Oleh karena itu modal sosial diyakini sebagai salah

satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas

ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai

kemajuan bersama, khususnya pembangunan. Fukuyama (1999)

menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang sangat

penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat

modern. Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi

pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan

stabilitas demokrasi. Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang

terjadi di berbagai negara determinan utamanya adalah kerdilnya

modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat.

Modal Sosial yang tinggi, menurut Putnam (2002) membawa

dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam berbagai

bentuknya. Akibat positif yang dihasilkan adalah pemerintah akan

memilki akuntabilitas yang lebih kuat (Hasbullah, 2006). Tingginya


31

modal sosial akan mendorong efektifitas pemerintahan, beragam

determinan memungkinkan negara berfungsi secara lebih efektif dan

memiliki legitimasi. Modal sosial tinggi yang dimiliki masyarakat lebih

dapat memfasilitasi hubungan antara negara dan rakyat. Hubungan

yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan menjamin stabilitas

politik negara. Di tingkat lokal, modal sosial dapat menjembatani

hubungan pemerintah daerah dan masyarakat dalam menyebarkan

informasi dan mengimplementasikan program-program pembangunan.

Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, keterbukaan pemerintah

pada masyarakat, adanya komitmen dan keinginan yang kuat antara

pemerintah daerah dan masyarakat untuk membangun, serta adanya

partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan akan mendorong

terciptanya pembangunan sistem pemerintahan yang baik dimana

akuntabilitas dan transparansi pemerintahan berimbang dengan akses

dan kontrol masyarakat terhadap pemerintahan. Hal ini juga dapat

mendorong demokrasi tumbuh dari bawah dan memungkinkan

pembangunan politik tidak hanya pada aras pusat tapi juga aras lokal.

Modal sosial menurut Hasbullah adalah segala hal yang

berkaitan dengan kerjasama dalam masyarakat untuk mencapai

kualitas hidup yang lebih baik, dan ditopang oleh nilai-nilai dan norma

yang menjadi unsur utamanya, seperti kepercayaan, ketimbal-balikan,

aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat dan sejenisnya.

Terdapat enam unsur pokok modal sosial menurut Hasbullah, yaitu


32

partisipasi dalam suatu jaringan, Timbal Balik (reciprocity),

kepercayaan (trust), norma sosial, nilai-nilai, serta tindakan yang

proaktif (proactivity). (Hasbullah:2006:3)

a. Partisipasi dalam suatu jaringan

Adanya modal sosial tidak hanya dibangun oleh suatu individu,

akan tetapi terbangun dari adanya interaksi yang terjadi antar

individu dalam suatu kelompok/ jaringan sosial. Interaksi tersebut

akan berhasil jika individu yang ada di kelompok mau melibatkan

diri dan bersosialisasi dengan individu lainnya. Jaringan sosial

tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusional yang

memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk

oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan

tersebut (Hasbullah:2006:9). Konsep partisipasi menurut Mikkelsen

dapat diartikan sebagai alat untuk mengembangkan diri sekaligus

tujuan akhir.(sinaga:2012) Kedua hal tersebut merupakan satu

kesatuan meskipun status, strategi yang digunakan serta

pendekatan metodologinya berbeda. Partisipasi seseorang di

dalam jaringan akan menimbulkan perasaan harga diri bahwa

dirinya mampu melibatkan diri pada suatu jaringan hubungan

sosial.

Terdapat beberapa karakteristik dan orientasi pada jaringan

sosial yaitu secara modern dan tradisional. Jaringan sosial yang

terbentuk secara tradisional yaitu atas dasar kesamaan garis

keturunan (lineage), pengalaman sosial turun-temurun (repeated


33

social experience), dan kesamaan kepercayaan pada dimensi

ketuhanan (religious beliefs). Sedangkan jaringan sosial yang

terbentuk secara modern berdasarkan kesamaan orientasi dan

tujuan serta memiliki pengelolaan organisasi yang lebih modern.

(Hasbullah:2006:9)

b. Timbal balik (Reciprocity)

Partisispasi individu di jejaring sosial akan menghasilkan

suatu bentuk kecenderungan. Kecenderungan tersebut merupakan

suatu tindakan untuk saling tukar manfaat antar individu di jejaring

sosial. Dalam hal ini, individu akan senantiasa membantu individu

lainnya tanpa memikirkan keuntungan yang diperoleh seketika

layaknya pada proses jual beli. Hasbullah mengatakan bahwa

imbalan dari adanya proses reciprocity ini tidak diharapkan seketika

dan tanpa batas waktu tertentu. (Hasbullah:2006:10) Dalam

kaitannya dengan resiprioritas di dalam jaringan sosial, Pretty dan

Wars mengemukakan bahwa adanya hubunganhubungan yang

dilandasi oleh prinsip resiproritas dan pertukaran akan

menumbuhkan kepercayaan karena setiap pertukaran akan dibayar

kembali (repaid and balanced). (Wirawan:2012)

Soetomo menambahkan bahwa reciprocity, dalam hal ini

dapat dijumpai dalam bentuk memberi, saling menerima dan saling

membantu yang dapat muncul dari interaksi sosial.(Ibid) Tindakan-

tindakan reciprocity ini akan muncul sebagai interaksi sosial yang


34

terjadi antar individu di jejaring sosial. Pada teori pilihan rasional

meyakini bahwa semua perilaku individu dalam mengejar

kepentingan mereka (Hasbullah Loc.cit), maka interaksi sosial yang

terjadi merupakan suatu pertukaran dari individu dengan individu

lainnya.

c. Kepercayaan (trust)

Fukuyama berpendapat, unsur terpenting dalam modal sosial

adalah kepercayaan (trust) yang merupakan perekat bagi

langgengnya kerjasama dalam kelompok masyarakat. Dengan

kepercayaan (trust) orang-orang akan bisa bekerja sama secara

lebih efektif. Modal sosial di negaranegara yang kehidupan sosial

dan ekonominya sudah modern dan kompleks. Elemen modal

sosial adalah kepercayaan (trust) karena menurutnya sangat erat

kaitannya antara modal sosial dengan kepercayaan.

(Fukuyama:1995:86) Fukuyama menambahkan kepercayaan (trust)

adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang

berperilaku normal, jujur dan kooperatif berdasarkan norma-norma

yang dimiliki bersama, demi kepentingan anggota yang lain dari

komunitas itu. Ada tiga jenis perilaku dalam komunitas yang

mendukung kepercayaan ini, yaitu perilaku normal, jujur dan

kooperatif. (Ibid)
35

Sukses ekonomi masyarakat negara yang menjadi sampelnya

tersebut disebabkan oleh etika kerja yang mendorong perilaku

ekonomi kooperatif. Kita tidak bisa lagi memisahkan antara

kehidupan ekonomi dengan kehidupan budaya. Sekarang ini faktor

modal sosial sudah sama pentingnya dengan modal fisik, hanya

masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan sosial yang tinggi

yang akan mampu menciptakan organisasi-organisasi bisnis

fleksibel berskala besar yang mampu bersaing dalam ekonomi

global. Solidaritas adalah salah satu faktor perekat dalam gerakan

modal sosial. Karena rasa solidaritas masyarakat bisa menyatukan

persepsinya tentang hal yang ingin mereka perjuangkan. Fukuyama

berpendapat bahwa jenis solidaritas yang umum didapati dalam

modal sosial dewasa ini adalah solidaritas organis, karena

karakteristik masyarakat sekarang ini cenderung sudah kompleks.

(Ibid)

d. Norma Sosial (Social Norms)

Norma atau kaidah adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi

pedoman dan panduan dalam bertingkah laku di kehidupan

masyarakat. Norma berisi anjuran untuk berbuat baik dan larangan

untuk berbuat buruk dalam bertindak sehingga kehidupan ini

menjadi lebih baik. Norma adalah kaidah, ketentuan, aturan,

kriteria, atau syarat yang mengandung nilai tertentu yang harus

dipatuhi oleh
36

warga masyarakat di dalam berbuat, dan bertingkah laku sehingga

terbentuk masyarakat yang tertib, teratur dan aman.

Inayah berpendapat norma sosial merupakan sekumpulan

aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat dalam

suatu entitas sosial tertentu.Aturan-aturan ini biasanya

terinstitusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu

pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan sosial

sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma

sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena

merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi

perkembangan masyarakat. Oleh karenanya norma sosial disebut

sebagai salah satu modal social. (Inayah:2012)

Putnam menjelaskan bahwa norma adalah sekumpulan

aturan yang diharapkan dipatuhi oleh anggota masyarakat pada

suatu etnis tertentu. Biasanya norma sosial akan dapat secara

signifikan berperan dalam mengontrol setiap perilaku dalam

masyarakat. Norma yang tercipta diharapkan dipatuhi dan diikuti

oleh individu pada suatu entitas sosial tertentu. Aturanaturan

tersebut biasanya tidak tertulis, namun demikian dipahami oleh

setiap individu dalam konteks hubungan sosial-ekonomi.

(Lawang:2005)
37

Norma sosial tidak bisa dipisahkan dari jaringan kerja sosial,

karena dengan terbentuknya jaringan kerja sosial maka

terbangunlah norma sosial. Ada tiga (3) hal penting yag

menyangkut norma social.(Ibid) Pertama, norma itu muncul dari

pertukaran yang saling menguntungkan. Kedua, norma bersifat

resiprokal, dimana isi norma menyangkut hak dan kewajiban para

pihak yang dapat menjamin keuntungan yang diperoleh dari suatu

kegiatan tertentu. Ketiga, jaringan yang terbina lama dan menjamin

keuntungan para pihak secara merata, akan memunculkan norma

keadilan.

e. Nilai-Nilai

Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, dibanggakan,

dijunjung tinggi dan ingin diperoleh manusia dalam hidupnya

yang dapat berkembang sewaktu-waktu). Nilai memiliki peran

penting dalam kehidupan manusia, artinya ketika individu yang

berada di suatu kelompok senantiasa memberi nilai yang tinggi

terhadap aspek-aspek kompetensi, kejujuran, serta pencapaian,

maka kelompok tersebut cenderung jauh lebih cepat

berkembang. (Hasbullah:2006:50)

Putnam mengatakan bahwa jaringan sosial memiliki nilai

yang merupakan gagasan inti dari teori modal social. (Ibid:51)

Dalam kaitannya modal sosial, adanya nilai yang timbul di

jejaring sosial akan dapat menjelaskan bagaimana

perkembangan jaringan sosial tersebut. Hal ini dapat dijumpai

dengan perilaku individu


38

yang memberikan nilainilai terhadap individu lain di jaringan

sosial tersebut.

f. Tindakan Proaktif (Proactivity)

Tindakan proaktif (proactivity) pada jaringan sosial

merupakan suatu perilaku dimana individu berkemauan untuk

berpartisipasi aktif serta senantiasa memberikan ideide baru

atas keterlibatannya pada suatu jaringan sosial. Bourdieau

dalam Field menjelaskan bahwa agar modal sosial di suatu

komunitas tersebut harus mengupakayakannya. (Ibid:15)

Tindakan proaktif (proactivity) pada jaringan sosial

merupakan suatu perilaku dimana individu berkemauan untuk

berpartisipasi aktif serta senantiasa memberikan ideide baru

atas keterlibatannya pada suatu jaringan sosial. Bourdieau

dalam Field menjelaskan bahwa agar modal sosial di suatu

komunitas tersebut harus mengupakayakannya. (Ibid:15).

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi hal yang sangat memperkaya

kajian keilmuan dan sebagai perbandingan dalam penelitian.

Berikut penelitian terdahulu dibawah ini:

Penelitian Subair Afrizal Nasution (2014) dengan judul

Strategi nafkah pemulung di tempat pembuangan sampah akhir

Toisapu Ambon tentang strategi penghidupan masyarakat

pemulung di TPA Toisapu di Ambon. Ada dua isu yang menjadi


39

fokus pembahasan penelitian, yaitu bagaimana strategi

penghidupan pemulung dan bagaimana tinjauan sosiologi

terhadapnya strategi penghidupan pemulung di TPA Toisapu

Ambon. Metode yang digunakan adalah deskriptif penelitian

kualitatif. Subyek penelitian adalah kegiatan pemulung yang ada di

wilayah penelitian. Sumber data terdiri dari informan ahli yang

terdiri dari kepala dinas pertamanan dan kebersihan kota Ambon

dan pengelola TPA Ambon Toisapu, serta informan kunci

pemulung yang mewakili masyarakat. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa strategi penghidupan yang dilakukan

pemulung di TPA Toisapu terdiri dari dua kategori: strategi

ekonomi dan strategi sosial. Strategi ekonomi berkaitan dengan

aktivitas sebagai pemulung untuk memenuhi kebutuhan dari

kehidupan sehari-hari. Strategi sosial terkait membentuk strategi

yang tidak terkait dengan ekonomi aspek atau kas secara

langsung dalam bentuk jaringan, kepercayaan dan resiprokal.

Penelitian Bedriati Ibrahim (2021) dengan judul STRATEGI

BERTAHAN HIDUP KELUARGA PEMULUNG DI DESA SALO

KABUPATEN KAMPAR Strategi nafkah yang akan dilakukan oleh

suatu rumah tangga berkaitan dengan kualitas sumber daya

manusia. Bagi keluarga pemulung pada umumnya kualitas sumber

daya manusia rendah cenderung mereka berada pada strategi

survival, karena mereka pada umumnya terlibat pada pekerjaan

kasar dan
40

sektor informal sehingga penghasilannya hanya sekedar dapat

memenuhi kebutuhan hidup yanga paling mendasar.

Ketidakmampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan minimal

akan meletakkan mereka pada posisi yang sulit dalam masyarakat.

Tidak mampu bersaing dengan yang lain dalam memanfaatkan

peluang yang ada karena keterbatasan pendidikan, keterampilan dan

rendahnya motivasi yang pada akhirnya lebih memperburuk kondisi

mereka serta menyebabkan mereka akan terpinggirkan baik secara

sosial maupun secara ekonomi. Ternyata cara pemulung

mempertahankan hidup dengan menghemat konsumsi sebesar 54%

. hal ini disebabkan karena menurut responden inilah salah satu cara

yang paling aman baik dari segi sosial maupun dari segi psikhis.

Sedangkan cara pemulung bertahan hidup dengan meminjam

kepada tetangga sebesar 225% adalah dengan alasan karena

hubungan sosial yang dekat dan mudah Disamping pemulung

meminjam kepada tetangga mereka juga meminjam kepada induk

semang karena mereka dapat menjajikan untuk membayar pinjaman

dengan hasil dari memulung. Cara lain yang ditempuh oleh

pemulung untuk bertahan hidup dengan ikut julo-julo sebesar 14%

hal ini diputuskan oleh pemulung karena tidak selamanya uang hasil

dari memulung berlebih untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Berdasarkan modus strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh

responden tersebut, sebagian besar masih berkisar pada strategi

yang sifatnya “tutup lubang


41

menggali lubang”, sehingga secara berantai justeru akan

menciptakan lingkaran setan.

Penelitian Yanto SRW (2020) berjudul strategi survive

pemulung (studi kasus komunitas pemulung dipinggiran sungai sail

Pekanbaru) Komunitas Pemulung yang berdomisili di pinggiran

sungai Sail telah menggeluti profesi sebagai pemulung paling lama

selama 20 tahun dan yang baru sebagai pemulung selama 8 bulan.

Komunitas Pemulung memiliki suku dan agama yang sama

sehingga semakin memperkuat kekeluargaan diantara mereka.

sehingga mereka mampu bertahan hidup dengan menggeluti

profesi sebagai pemulung. Pekerjaan sampingan pemulung adalah

didominasi sebagai tukang bangunan dan pembantu rumah tangga,

disamping sebagai buruh bangunan. Hampir keseluruhan

pemulung melibatkan anggota keluarganya dalam kegiatan

memulung. Penghematan Pengeluaran Kebutuhan Keluarga

Pemulung pemulung diperoleh melalui penghematan biaya belanja

dapur, pendidikan gratis, sewa rumah yang sangat murah, tidak

meminjam uang/ kredit.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dijelaskan diatas,

terlihat bahwa beberapa penelitian membahas strategi nafkah

berkelanjutan yang dilakukan oleh komunitas pemulung.

Sedangkan kebaharuan dari judul penelitian yang saya angkat

melihat tentang bagaimana strategi nafkah berkelanjutan melalui

pendekatan modal sosial pada komunitas pemulung di TPA Antang

Kota Makassar.
42

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Tahun Metode

Penelitian

1. Subair Nafkah Strategi penghidupan yang 2014 Kualitatif

Afrizal Pemulung Di dilakukan pemulung di TPA

Nasution Tempat Toisapu terdiri dari dua kategori:

Pembuangan strategi ekonomi dan strategi

Sampah Akhir sosial. Strategi ekonomi berkaitan

Toisapu Ambon dengan aktivitas sebagai

pemulung untuk memenuhi

kebutuhan dari kehidupan sehari-

hari. Strategi sosial terkait

membentuk strategi yang tidak

terkait dengan ekonomi aspek atau

kas secara langsung dalam

bentuk jaringan,

kepercayaan dan resiprokal.


2 Bedriati Strategi Bertahan Berdasarkan modus strategi 2021 Kuantitatif

Ibrahim Hidup Keluarga bertahan hidup yang dilakukan

Pemulung Di oleh responden tersebut, sebagian

Desa Salo besar masih berkisar pada strategi

yang sifatnya “tutup lubang


43

Kabupaten menggali lubang”, sehingga secara

Kampar berantai justeru akan menciptakan

lingkaran setan kemiskinan.

3 Yanto Strategi Survive Komunitas Pemulung memiliki 2022 Kualitatif

SRW Pemulung (Studi suku dan agama yang sama

Kasus Komunitas sehingga semakin memperkuat

Pemulung kekeluargaan diantara mereka.

Dipinggiran sehingga mereka mampu

Sungai Sail bertahan hidup dengan menggeluti

Pekanbaru) profesi sebagai pemulung.

Pekerjaan sampingan pemulung

adalah didominasi sebagai tukang

bangunan dan pembantu rumah

tangga, disamping sebagai buruh

Bangunan

I. Kerangka Pikir

Penelitian ini akan melihat bagaimana bentuk strategi nafkah

berkelanjutan melalui pendekatan modal sosial pada komunitas

pemulung di TPA Antang Kota Makassar. Sebagaimana dibahas

dalam poin-poin sebelumnya untuk memudahkan sudut pandang,

jalannya analisa, hingga gambaran umum dalam sebuah skema

penelitian.
44

Kerangka ini dijadikan sebagai peta konsep atau alur berpikir yang

digunakan pada saat proses penelitian di lapangan.

Alur berpikir ini juga menunjukkan secara keseluruhan arah dari

penelitian. Melalui strategi ini seseorang bisa berusaha untuk

menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber- sumber lain

ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan

kualitas barang atau jasa. Cara-cara individu menyusun strategi

dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam struktur

masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih,

termasuk keahlian dalam memobilitasi sumber daya yang ada, tingkat

keterampilan, kepemilikan aset, jenis pekerjaan, status gender dan

motivasi pribadi. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan

memobilisasi sumber daya yang ada termasuk didalamnya

mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam

menyusun strategi bertahan hidup.

Dalam menyusun strategi, individu tidak hanya menjalankan

satu jenis strategi saja, sehingga kemudian muncul istilah multiple

survival strategies atau strategi bertahan jamak. Selanjutnya Snel dan

Starring mengartikan hal ini sebagai kecenderungan pelaku-pelaku

atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari berbagai sumber

daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak

memadai untuk menyokong kebutuhan hidupnya. Strategi yang

berbeda-beda ini dijalankan secara bersamaan dan akan saling

membantu ketika ada


45

strategi yang tidak bisa berjalan dengan baik. faktor yang mendorong

pemulung melakukan strategi bertahan sebagaimana pendapat yang

dikemukakan Baiquni yang menyatakan bahwa rumah tangga

pemulung yang menerapkan strategi survival pada umumnya berada

pada garis kemiskinan yang dicirikan oleh kepemilikan asset sumber

daya yang terbatas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa strategi bertahan hidup pemulung adalah suatu tindakan atau

cara pemulung yang tergolong miskin untuk tetap bisa bertahan hidup

di tengah keterbatasan yang mereka miliki.


46

2.2 Kerangka Pikir

Strategi Nafkah Bekelanjutan Melalui


Pendekatan Modal Sosial Pada
Komunitas Pemulung Di TPA Antang
Kota Makassar

Bentuk strategi nafkah bentuk modal sosial yang Kontribusi modal sosial dalam
berkelanjutan pada komunitas dimiliki oleh komunitas peningkatan kesejahtraan
pemulung di TPA Antang Kota pemulung di TPA Antang Kota ekonomi pemulung di TPA
Makassar. Makassar. Antang Kota Makassar.

Strategi Nafkah Berkelanjutan: Teori Modal Sosial:


a. Rekayasa sumber nafkah a. Partisipasi dalam suatu jaringan
b. Pola nafkah ganda
b. Timbal balik (reciprocity)
(Diversifikasi)
c. Rekayasa spasial (migrasi) c. Kepercayaan (Trust)
d.Norma social
e.Nilai-Nilai
f. Tindakan yang proaktif (Proacitivity)

Peningkatan taraf kesejahteraan hidup pemulung.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini secara teknis menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. McMillan dan Schumacher (Ali, Siyoto, Sandu, & Sodiq, 2015).

Mendefinisikan metode kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasanya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam

peristilahannya. Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian

yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam

terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian

generalisasi. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

bagaimana bentuk strategi nafkah berkelanjutan melalui pendekatan

modal social pada komunitas pemulung TPA Antang Kota Makassar.

Kemudian jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Studi

Kasus. Sementara menurut Patton (Raco, 2010, hal. 49) studi kasus

adalah studi tentang kekhususan dan kompleksitas suatu kasus tunggal

yang berusaha untuk mengerti kasus tersebut dalam konteks, situasi dan

waktu tertentu. Dengan metode ini peneliti diharapkan menangkap

kompleksitas kasus tersebut serta kasus itu harus tunggal dan khusus.

Lalu studi kasus ini dilakukan karena kasus tersebut begitu unik, penting,

bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya. Tentunya

dengan memahami
47
48

kasus itu secara mendalam maka peneliti akan menangkap arti penting

bagi kepentingan masyarakat, organisasi atau komunitas tertentu. Dengan

menggunakan jenis penelitian ini, diharap mampu untuk bisa melihat

fakta- fakta yang terjadi di lapangan yang kemudian di analisis berkaitan

dengan bentuk strtegi nafkah berkelanjutan melalui pendekatan modal

social pada komunitas pemulung di TPA Antang Kota Makassar.

B. Pengelola Peran Sebagai Peneliti

Penelitian Kualitatif merupakan penelitian interpretatif, yang di

dalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan

terus- menerus dengan para partisipan. Selain itu, peran peneliti kualitatif

juga berperan sebagai entri dalam lokasi penelitian dan masalah –

masalah etis yang bisa saja muncul tiba-tiba (John W, 2015, hal. 264-

265). Dengan adanya keterlibatan peneliti, diharapkan mampu untuk

mengungkap hal-hal apa saja yang terjadi berkaitan dengan strtegi nafkah

berkelanjutan melalui pendekatan modal sosial pada komunitas pemulung

di TPA Antang Kota Makassar.

C. Informan Penelitian

Pemilihan informan dalam penelitian menjadi penting untuk menggali

data dan informasi serta pengetahuan untuk mengumpulkan kasus-kasus,

aksi atau kejadian yang nyata dan spesifik (Neuman, 2015,hal. 369).

Informan penelitian adalah adalah orang yang menjadi sumber data dalam
49

penelitian kualitatif yang dinilai dapat menyediakan informasi yang

diperlukan dalam tujuan penelitian.

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

didasarkan atas pertimbangan tertentu. Pertimbangannya adalah orang

yang menguasai informasi dari obyek yang diteliti (Sugiyono, 2017, hal.

24). Mengikuti prosedur purposive, yakni menentukan terlebih dahulu

kelompok peserta yang akan dijadikan informan, tentu dengan memenuhi

kriteria- kriteria yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian (Sayidah,

2018).

1. Teknik Penentuan Informan

Jumlah informan dalam penulisan ini tergantung data yang dibutuhkan

sudah terpenuhi Setelah informan telah memberikan data sehingga

sampel sumber data sudah mencukupi, dan tidak perlu menambah sampel

yang baru (Sugiyono, 2013:221). Dalam menentukan informan penulisan

ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Yusuf

(2017:369) purposive sampling adalah mekanisme penentuan informan

secara sengaja. Sengaja yang dimaksud adalah sebelum melakukan

penulisan, penulis menetapkan kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh

orang yang dijadikan sumber informasi. Penggunaan teknik ini senantiasa

berdasarkan pada pengetahuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah didapat

dari populasi sebelumnya.

Informan harus memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan

yaitu:
50

a. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu

kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau

perhatian penulisan dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan

memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang

ditanyakan.

b. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan

dan kegiatan yang menjadi sasaran atau penulisan.

c. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk

dimintai informasi.

Dalam hal ini penulis mengambil informan berdasarkan pengamatan

di lapangan pada komunitas pemulung di TPA Antang Kota Makassar,

informan yang digunakan dalam penulisan ini adalah masyarakat yang

bekerja sebagai pemulung di TPA Antang Kota Makassar. Adapun kriteria

informan pada penelitian ini yaitu:

1. Pemulung yang bertempat tinggal disekitar TPA Antang Kota

Makassar

2. Bekerja sebagai pemulung di TPA Antang Kota Makassar

paling sedikit selama 5 Tahun.

3. Telah menikah dan memiliki keluarga serta tanggungan

biaya keluarga yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan

serta keperluan lainnya.

4. Umur pemulung (25 Tahun – 60 Tahun).


51

5. Terdaftar dalam komunitas pemulung di TPA Antang Kota

Makassar.

6. Bekerja selama 8 jam dalam sehari.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan

menurut cara memperolehnya adalah data primer dan data sekunder.

Maka menurut (Fernandes, 2016, hal. 230). Membagi jenis-jenis data

sebagai berikut :

1. Data Primer

Data Primer, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya. Teknik yang dapat digunakan

peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi,

wawancara, dan diskusi terfokus. Data primer dalam penelitian ini adalah

observasi dan wawancara mendalam.

2. Data Sekunder

Data Sekunder, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti

dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data

sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti data daerah dalam

angka yang disusun oleh biro pusat statistik, buku, jurnal, laporan dan lain-

lain.
52

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

1. Observasi

Berkaitan dengan observasi dinyatakan oleh Nazir bahwa observasi

merupakan pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada

pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Adapun kriteria

pengamatan observasi (Nazir, 2014, hal. 154) sebagai berikut:

a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan

dengan sistematis

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang

direncanakan.

c. Pengamatan dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan

proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang

menarik perhatian saja.

d. Pengamatan dapat di cek dan di kontrol atas validitas dan

reliabilitasnya

2. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang

dinamakan panduan wawancara (Siregar , 2017, hal. 18). Jenis

wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (Indept


53

Interview) yaitu proses memperoleh keterangan dengan tujuan penelitian

dan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan

informan dengan atau tanpa pedoman wawancara (Noor, 2013, hal.

139).

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (Gunawan, 2015, hal. 210-211) mengemukakan

bawah ada tiga tahapan dalam menganalisis data kualitatif, yaitu:

1.Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal

pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting dan mencari tema

dan polanya (Sugiyono, 2007) . Data yang telah direduksi dapat

memberikan gambaran lebih jelas dalam melakukan pengumpulan

data (Gunawan, 2015, hal. 211).

Proses reduksi data ini tidak dilakukan di waktu akhir penelitian

saja, tetapi dilakukan terus-menerus proses pengumpulan data

tersebut, karena reduksi data itu bukanlah suatu hal yang terpisah

dari proses analisis itu sendiri. Reduksi data pada penelitian ini

difokuskan pada bentuk strategi nafkah berkelanjutan melalui

pendekatan modal sosial/jaringan sosial pada komunitas pemulung

di TPA Antang.

2. Paparan data (Data Display)

Miles dan Huberman (Gunawan, 2015, hal. 211) Paparan data

adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan


54

tindakan. Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan

pemahaman kasus dan sebagai acuan dalam mengambil tindakan

berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.

Penyajian data dari penelitian kualitatif disajikan dalam bentuk

teks. Biasanya sebagai pelengkap ditambahkan juga data dalam

bentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. Akan tetapi kali ini peneliti

menyajikan display data yang telah didapatkan selama penelitian

dalam bentuk narasi-narasi informasi yang dimasukkan di dalam

bab pembahasan dan bentuk lainnya.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion

drawing/verifying)

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang

menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.

Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif dengan pedoman pada

kajian penelitian (Gunawan, 2015, hal. 212). Pengambilan

kesimpulan diarahkan kepada hal-hal yang umum untuk

mengetahui jawaban dari permasalahan yang diteliti.

Permasalahan penelitian ini berkaitan dengan bentuk strategi

nafkah berkelanjutan melalui pendekatan modal sosial pada

komunitas pemulung di TPA Antang.


55

4. Tahap-tahap Penelitian dan Jadwalnya

Dalam metode penelitian yang menataati metode ilmiah tahap-

tahap penelitian harus sistematis dan prosedurnya terencana dengan

matang, berikut prosedurnya :

Tahun 2023 Tahun 2024

September

November

Desember

Februari
Agustus

Oktober

Januari
No Aktivitas Penelitan

Maret
Juni

Juli

1 Pengajuan Judul
2 Konsultasi Proposal Tesis
3 seminar Proposal
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6 konsultasi Hasil Penelitian
7 Seminar Hasil
8 Ujian Tutup
56

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Kota Makassar

Kota Makassar merupakan Kota terbesar se Indonesia Timur.

Kota ini memiliki luas wilayah 175, 79 km2. Kota ini secara

geografis terletak di pesisir pantai barat selatan Sulawesi Selatan

pada koordinat 119°18'27,97" 119°32'31,03" Bujur Timur dan

5°00'30,18"

- 5°14'6,49" Lintang Selatan. Kota Makassar berbatasan langsung

dengan batas utara Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, batas

selatan yaitu Kabupaten Gowa, batas Timur Kabupaten Maros dan

barat Selat Makassar.

Kota Makassar berada pada ketinggian antara 0 – 25 Meter di

atas permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C sampai 32°

C. Kota Makassar diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Tallo yang

bermuara di sebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara

pada bagian selatan kota.

Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki

wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota

Makassar. Pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang

sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau sangkarang,

atau disebut juga pulaupulau pabbiring, atau lebih dikenal dengan

nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau


57

Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-Lumu, Pulau

Bonetambung, Pulau Kodingareng Lompo, Pulau Barrang Lompo,

Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona,

Pulau Lae-Lae, Pulau Lae-Lae Kecil (gusung) dan Pulau Kayangan

(terdekat). (Cipta Karya, nd)

Kota Makassar adalah salah satu kota yang berada pada

bagian timur Indonesia. Kota ini ditetapkan menjadi ibu kota

Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan aturan yang ditetapkan

pada Undang- Undang Nomor 13 tahun 1965 (Lembaran Negara

Tahun 1965 Nomor 94). Tak berselang lama, berdasarkan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja

Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah

nama menjadi Ujung Pandang, wilayahnya dimekarkan dari 21 km2

menjadi 175,77 km2 dengan mengadopsi sebagian wilayah

kabupaten lain yaitu Gowa, Maros, dan Pangkajene Kepulauan, hal

ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971

tentang Perubahan batas-batas daerah Kota madya Makassar dan

Kabupaten Gowa, Maros, Serta Pangkajene dan Kepulauan,

lingkup daerah Provinsi Sulawesi Selatan.


58

B. Sejarah Tempat Pembuangan Sampah (TPA)

Gambar 1.1 TPA Tamangapa Antang


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Makassar yang terletak

di lokasi Tamangapa di dirikan pada tangal 1 Januari 1992 yang

dikelola oleh Dinas Keindahan Kota Makassar. Adapun luas lokasi

adalah ± 14.3 Ha dengan mempunyai batas-batas wilayah sebagai

berikut :

Batas Wilayah TPA Tamangapa Antang Kecamatan Manggala

No Bagian Berbatasan

1 Utara Kelurahan Bangkala

2 Timur RT 02 Kelurahan Bangkala

3 Selatan RW 05 Kelurahan Bangkala

4 Barat RT 03 Kelurahan Bangkala

Sumber: Kelurahan Tamangapa (Tabel 2.2)


59

Berdasarkan Catatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Makassar, tempat sampah ini mulai beroperasi sejak tahun

1993 silam, dengan luas wilayah 14,3 hektare saat itu. Saat ini, luas

TPA Tamangapa sudah menjadi hingga 16 hektare. TPA

Tamangapa bertempat di wilayah tamangapa, Kecamatan

Manggala, sekitar 15 km dari pusat Kota Makassar. TPA

Tamangapa merupakan satu-satunya TPA di Kota Makassar.

Sebagian besar sampah perkotaan yang diolah di TPA berasal dari

sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah perkantoran, dan

sampah pusat perbelanjaan. Secara administratif, TPA ini berada di

wilayah tamangapa dan kecamatan manggala lahan TPA berlokasi

sangat dekat dengan daerah perumahan, seperti perumahan

antang, perumahan tni angkatan laut, perumahan graha janah,

perumahan griya tamangapa, dan perumahan taman asri indah

yang lokasinya berdekatan dengan TPA Tamangapa.

Sebelum Tamangapa dibangun sebagai lahan TPA, pada

tahun 1979, sampah padat perkotaan dibuang di Panampu,

Kecamatan Ujung Tanah. karena keterbatasan wilayah dan

lokasinya yang dekat dengan laut, tempat pembuangan sampahpun

dipindahkan ke kantin sang, kecamatan biringkanaya pada tahun

1980, karena telah menurunkan kualitas air. Pada tahun 1984,

Pemerintah Kota Makassar membangun TPA baru di Tanjung

Bunga, Kecamatan Tamalate. Dengan penambahan area

tambahan
60

ini, luas lahan TPA akan bertambah menjadi sekitar 18 hektar pada

tahun 2007.

C. Lokasi Penelitian

Tamangapa merupakan salah satu wilayah kelurahan dalam

wilayah Kecamatan Manggala yang letaknya berada pada bagian

timur kota Kecamatan. Kelurahan Tamangapa merupakan wilayah

kelurahan terluas di Kecamatan Manggala, dan terdiri dari 7 (tujuh)

RW, dan 34 RT. Tamangapa merupakan desa dataran yang

letaknya kurang lebih 500 M dari permukaan laut, Tamangapa

memiiki luas

7.62 km2 atau sama dengan 31.56% dari luas keseluruhan wilayah

Kecamatan Manggala.

Jarak kelurahan ke ibu kota kecamatan adalah 1,5 km atau

sekitar 5 sampai 10 menit waktu tempuh untuk dapat sampai di

pusat pemerintahan Kecamatan Manggala. Jarak antara kelurahan

dengan pusat pembelanjaan (pasar umum) yang ada di Kelurahan

Manggala, juga sangat dekat sehingga sangat mempermudah bagi

masyarakaat Tamangapa untuk mengakses wilayah tersebut.

Terlebih lagi, infrastruktur jalan Tamangapa ke tempat

pembelanjaan yang ada di Kelurahan Manggala sudah sangat

bagus. Jarak Kelurahan Tamangapa dengan Ibu Kota Makassar 12

km atau sekitar 20 menit untuk mengaksesnya sehingga

mempermudah
61

masyarakaat untuk mengakses pusat perbelanjaan yang ada Dikota

Makassar.

D. Kondisi Demografi Kelurahan Tamangapa

Kondisi demografi kelurahan Tamangapa adalah suatu

keadaan kelurahan Tamangapa berdasarkan komposisi penduduk

yang meliputi ukuran, maupun distribusi penduduk yang mendiami

wilayah tersebut.

a. Keadaan Penduduk

Data kependudukan kelurahan Tamangapa tahun 2019-2022,

tercatat bahwa terdapat sebanyak 11.038 jiwa yang rata-rata

jumlah anggota keluarganya dalam satu (1) rumah tangga adalah

sebesar 5 orang perkepala rumah tangga. Jumlah rumah tangga

yang ada di kelurahan Tamangapa sebanyak 2.457. Berikut tabel

jumlah penduduk kelurahan Tamangapa berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Kelurahan Tamangapa Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 5.439

2. Perempuan 5.559

Total 11.038

Sumber: Profil Kelurahan Tamangapa, 29 September 2019-2022


62

b. Tingkat Pendidikan
Kemampuan membaca dan menulis merupakan suatu hal yang

sangat penting bagi setiap orang. Untuk meningkatkan kemampuan

membaca dan menulis masyarakat maka harus di tunjang dengan

sarana dan prasarana pendidikan yang juga memadai, seperti

adanya sekolah dan juga sarana dan prasarana sekolah yang cukup

nyaman serta tenaga pengajar yang profesional.

Secara keseluruhan jumlah sarana pendidikan yang ada

dikecamatan Manggala tercatat sebanyak 92 sarana pendidikan

yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan Manggala yang meliputi

39 taman kanak-kanak, 30 sekolah dasar (SD), 11 sekolah

menengah pertama (SMP), dan sebanyak 9 Sekolah menengah atas

(SMA). Berdasarkan data profil sederhana kelurahan Tamangapa,

bahwa sarana pendidikan yang ada di kelurahan Tamangapa seperti

pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.4 Sarana Pendidikan Di Kelurahan Tamangapa

No Sarana Pendidikan Jumlah

1. PAUD 1

2. TK 3

3. SD 5

4. SMP SWASTA 1

5. SMP NEGERI 2
63

6. SMA SWASTA 1

7. SMA NEGERI 2

TOTAL 15

Sumber: Profil Kelurahan Tamangapa, 30 September 2019-2022

Pendidikan adalah masalah yang penting dalam kehidupan

masyarakat, karena pendidikan dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan dengan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap

manusia sehingga kehidupan masyarakat lebih baik. Pentingnya

peran pendidikan bagi masyarakat khususnya bagi pemulung

adalah memiliki peran untuk memberikan kontribusi yang penting

bagi setiap permasalahan-permasalahan yang di hadapai oleh

masyarakat khususnya bagi pemulung baik dalam bentuk ide

maupun gagasan-gagasan.

c. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakaat merupakan salah satu indikator

yang menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan dan juga

menjadi faktor penentu dalam menentukan tingkat kesejahtraan

hidup masyarakaat dalam suatu wilayah/daerah. 6 Berikut dibawah

ini tabel mata pencaharian masyarakat kelurahan tamangapa:


64

Tabel 2.5 Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Tamangapa

No Mata Pencaharian Jumlah % (PERSEN)

1. Tidak/Belum Bekerja 8.581 77,74%

2. Pertanian,perkebunan 228 2,06%

3. Perikanan 11 0,10%

4. Pertambangan/ galia 3 0,02%

5. Industri/pabrik 60 0,54%

6. Konstruksi/bangunan 527 4,77%

7. Perdagangan/jasa 1.288 11,66%

(guru,tenaga kerja,dll)

8. Pegawai pemerintah 340 3,08%

Total 11.038 100%

Sumber: Profil Kelurahan Tamangapa, 30 September 2019-2022

Berdasarkan tabel mata pencaharian masyarakat kelurahan

Tamangapa bahwa persentase masyarakat tertinggi yang tidak

bekerja atau yang belum bekerja mencapai hingga 77,74% dari

keseluruhan masyarakat kelurahan Tamangapa. Sementara

persentase mata pencaharian masyarakat kelurahan Tamangapa

yang paling rendah adalah di sektor pertambangan atau galian

yang hanya sebanyak 3 orang atau hanya sebesar 0,02% dari

keseluruhan masyarakat kelurahan Tamangapa. Jumlah pemulung

di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).


65

Tamangapa Antang Terdapat 422 kepala keluarga (KK)

pemulung secara rinci dapat dijelaskan bahwa jumlah pemulung

keseluruhan 1.003 orang; pemulung laki-laki berjumlah 379 orang

dan perempuan 401 orang. Dalam klasifikasi usia, komunitas

pemulung dibagi menjadi: pemulung remaja yang berusia 19 – 33

tahun berjumlah 199 orang. Kelompok umur 6-18 tahun berjumlah

514 orang. Sementara kelompok umur 5 tahun ke bawah berjumlah

290 orang.

E. Kondisi Pengelolaan Sampah

Ditinjau dari ketersediaan sarana dan perasarana

persampahan baik bak sampah yang terdapat di tiap KK maupun

mobil sampah yang bersumber dari pemda, pada umum wilayah

kelurahan Tamangapa pengelolaan sampah belum memadai.

Berdasarkan data profil kelurahan Tamangapa diperoleh sebesar

68% sampah domestik rumah tangga di kawasan pemukiman

terangkut ke TPS/TPA 2 kali seminggu. Akan tetapi masih terdapat

dan terlihat adanya kebiasaan/pola hidup yang sering membuat

sampah di sembarang tempat, baik di jalan, selokan, dan lahan

kosong sehingga di wilayah ini terlihat adanya tumpukan sampah

yang berserakan yang dinilai menjadi lokasi-lokasi yang mengarah

pada kekumuhan.

Pengelolaan sampah di kelurahan Tamangapa khususnya di

wilayah RW 4 masih banyak warga yang bekerja sebagai pemulung


66

dan pengepul sampah bekas yang tidak mengelolahnya dengan

baik, hal ini terlihat dari banyaknya sampah-sampah hasil pulungan

yang masih berserakan di pinggiran jalan yang tidak hanya

menimbulkan bau yang kurang sedap saat melintasi wilayah

tersebut tetapi juga membuat keindahan kota menjadi kotor.

F. Forum Masyarakat Terpinggirkan (FORMAT) TPA Tamangapa

Kota Makassar

Forum masyarakat terpinggirkan kelurahan tamangapa

merupakan suatu komunitas yang memperhatikan nasib para

pemulung yang mempunyai peran sangat penting bagi masyarakat

pemulung TPA. Komunitas ini memudahkan dan memperlancar

sirkulasi dalam pengelolaan barang-barang bekas yang

dikumpulkan para pemulung dari tumpukan sampah. Peran

FORMAT ini para pemulung di berikan pemahaman cara mengelola

sampah agar nilai barang yang mereka jual dapat naik. Salah satu

caranya yaitu dengan memisahkan sesuai dengan jenisnya.

Pemulung mengepulkan barang bekas mereka sudah tahu mana

nilai barang yang sangat tinggi di jual karena selama ini pemulung

tahunya mengepulkan dan jual saja.

Pemulung mengepulkan dan memilah barang sebanyak-

banyaknya,para pemulung menggunakan alat Tradisional yang di

bantu oleh Forum masyarakat terpinggirkan (FORMAT). Alat

tersebut berupa:
67

a. Gerobak dua roda, alat ini sangat berfungsi dalam

mengais barang yang berguna karena dengan gerobak

ini dapat mengumpulkan barang bekas sebanyak-

banyaknya.

b. Karung, alat digunakan agar lebih praktis memilah-milah

sampah yang sesuai dengan jenisya dari hasil

memulung.

Tabel peran masing-masing status social dalam komunitas

pemulung

Tabel 2.6 Kelurahan TPA Tamangapa

Lapisan Sosial Peran

FORMAT a. Sebagai instruktur atau


motivator
b. Sebagai pemimpin dalam
komunitas pemulung
c. Sebagai pengepul barang-
barang bekas
PEMULUNG a. Sebagai pekerja pencari
barang bekas
b. Terpenuhi kebutuhan hidup
c. Peningkatan pendapatan
Keberadaan FORMAT menjadi juru selamat para pemulung.

Bagaimana tidak komunitas ini memberikan masukan para pemulung

dalam meningkakant prekonomian dan membantu pemulung dalam

menyediakan peralatan. Format membantu pemulung dalam melakukan

pekerjaaan mereka serta memberikan pemahaman dalam memilah

sampah yang bernilai ekonomis untuk kelangsungan hidup pemulung,


68

dengan tidak meninggalkan sama sekali hubungan-hubungan lain yang

lebih beriontasi pada kepentingan ekonomi.

Model pemberdayaan pemulung di TPA Tamangapa untuk

meningkatkan kesejahtraan ekonomi adalah berbasis sumber daya atau

partisipasi masyarakat yang secara konseptual disebut Community Based

Development (CBD). Adapun yang dimaksud Community Based

Development di lokasi TPA Tamangapa adalah sebuah komunitas

pemulung yang membentuk organisasi yang bernama “Forum Masyarakat

Terpinggirkan (Format)”.

Beberapa dasar sehingga kelompok Format dibentuk dengan

fungsi utamanya adalah untuk memberdayakan warga pemulung di TPA

Tamangapa, antara lain diuraikan sebagai berikut:

1. Pembinaan SDM pemulung

beberapa dasar sehingga kelompok Format dibentuk dengan

fungsi utamanya adalah untuk memberdayakan warga pemulung di

TPA Tamangapa, permasalahan lingkungan dan kapasitas SDM

pemulung yang kurang berpendidikan serta tergolong masyarakat

miskin, maka beberapa relawan berinisiatif melakukan pengabdian

kepada masyarakat dengan membentuk suatu kelompok yang

diberi nama “Format” (Forum Masyarakat Terpinggirkan). Selain

sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib para pemulung di TPA

Tamangapa, Format didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan


69

kapasitas SDM pemulung itu sendiri, yakni memberikan

pengetahuan tentang metode pengelolaan sampah yang mereka

kumpulkan menjadi bernilai ekonomis.

2. Pengembangan ekonomi/pelatihan

pengembangan ekonomi / pelatihan dimana memiliki suatu

upaya untuk melakukan perubahan pada pemulung dalam proses

peningkatan pendapatan ekonomi yang dapat menguntungkan

pemulung demi memperbaiki kualitas pemulung itu sendiri. aspek

pengembangan ekonomi melalui pengolahan limbah antara lain:

a. Pengelolaan sampah organic

Sampah organik untuk pakan ternak. Sampah organik,

khususnya sisa makanan, dapat diolah lebih lanjut menjadi

pakan ternak. Sampah yang telah dipilah, kemudian dijadikan

pakan ternak sapi. Dari sampah organik yang kebanyakan

merupakan sisa makanan merupakan pakan ternak sapi.

b. Pengolahan sampah anorganik

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan

sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,

pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan

produk/material bekas pakai. Upaya pengolahan sampah

tersebut bertujuan untuk memanfaatkan material yang masih

berguna untuk digunakan kembali, dan secara tidak

langsung dapat memperpanjang umur pakai TPA.


70

Diketahui bahwa pemulung tidak hanya memulung

sampah, akan tetapi mengolah sampah-sampah untuk

mengurangi volume sampah sekaligus merubah bentuk

menjadi lebih bermanfaat atau bernilai. Sampah yang telah

terkumpul diolah lebih lanjut, baik di lokasi sumber sampah

maupun setelah sampai di TPA Tamangapa. Tujuannya agar

sampah dapat dimanfaatkan kembali, sehingga dapat

mengurangi tumpukan sampah serta memperoleh nilai

ekonomi dari sampah.


71

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dalam rangka menjelaskan dan

menggambarkan strategi nafkah berkelanjutan melalui pendekatan

modal sosial pada komunitas pemulung di TPA Antang Kota Makassar.

Penelitian ini merupakan penelitian dekskriptif (deskriptif research),

yakni sebuah penelitian yang memberikan gambaran lebih mendalam

tentang gejala-gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu

pada masyarakat yang diteliti.

Dalam Bab ini, penulis akan menguraikan hasil penelitian

penulis sebagai sebuah jawaban atas rumusan masalah yang telah

dirumuskan dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga akan

membahas mengenai karakteristik informan yang merupakan bagian

dari komunitas pemulung. Bab ini juga akan dibahas dan disajikan

data-data hasil penelitian dalam bentuk pendekatan modal sosial.

Selain itu, peneliti juga akan membahas mengenai karakteristik

informan yang dipilih secara purposive sampling.

A. Karakteristik Informan

a. RD

RD adalah informan berjenis kelamin laki-laki yang berusia 50

Tahun. Adapun pedidikan terakhir RD adalah SMP. RD telah bekerja

sebagai pemulung selama 20 Tahun. Selain bekerja sebagai

pemulung
72

RD juga bekerja sebagai kuli bangunan dan mempunyai 5 orang anak

yang masih sekolah. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari selain

memulung RD juga bekerja sampingan sebagai kuli bangunan serta

dibantu anak dan isteri yang juga ikut memulung.

b. DI

DI adalah informan berjenis kelamin perempuan yang berusia 45

Tahun Adapun Pendidikan terakhir DI adalah SD. DI telah bekerja

sebagai pemulung selama 20 Tahun. Selain bekerja sebagai pemulung

DI juga bekerja sebagai buruh cuci dan mempunyai 7 orang anak 4

masih bersekolah dan 3 sudah putus sekolah dan lebih memilih ikut

memulung. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari DI juga bekerja

sampingan sebagai buruh cuci dibantu oleh suami dan anak-anaknya

yang juga memulung.

c. AP

AP adalah informan berjenis kelamin laki-laki yang berusia 52

Tahun adapun Pendidikan terakhir AP adalah SMA. AP bekerja sebagai

kepala UPT Tamangapa Antang selama 10 Tahun. selain bekerja

sebagai kepala UPT Tamangapa Antang AP juga bekerja sebagai

pengepul sampah selama 30 Tahun dan mempunyai 5 orang anak.

Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari AP dibantu oleh isteri yang

juga bekerja sebagai pedagang kue disekitaran TPA Tamangapa

Antang.
73

d. AS

AS adalah informan berjenis kelamin laki-laki yang berusia 49

Tahun, Adapun Pendidikan terakhir AS adalah SMP. AS bekerja

sebagai pemulung selama 15 Tahun. Selain bekerja sebagai pemulung

AS juga bekerja sebagai tukang parkir dan mempunyai anak 4 orang

anak. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari AP dibantu oleh isteri

yang juga bekerja sebagai pedagang kue disekitaran TPA Tamangapa

Antang.

e. AH

AH adalah informan berjenis kelamin laki-laki berusia 50

Tahun adapun Pendidikan terakhir AH adalah SMA. AH bekerja

sebagai pemulung selama 10 Tahun. AH adalah pendiri komunitas

FORMAT (Forum Mahasiswa terpinggirkan) dan mempunyai 3

orang anak. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari AH dibantu

oleh isteri yang juga bekerja sebagai pedagang kaki lima

disekitaran TPA Tamangapa Antang.

f. SW

SW adalah informan berjenis kelamin laki-laki berusia 39

Tahun adapun Pendidikan terakhir SW adalah SMA. SW bekerja

sebagai pemulung selama 11 Tahun. SW juga bekerja sebagai

guru mengaji di TPA Antang dan mempunyai 3 orang anak. Dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari SW membagi waktunya.


Tabel
Karakteristik Informan

Lama
No Nama Jenis Kelamin Usia memulung Jumlah anak Pekerjaan

sampingn

1. RD Laki-laki 50 Thn 20 Tahun 5 Kuli Bangunan

2. DI Perempuan 45 Thn 20 Tahun 7 Buruh cuci

3. AP Laki-laki 52 Thn 10 Tahun 5 Kepala UPT

4. AS Laki-laki 49 Thn 15 Tahun 4 Tukang Parkir

5. AH Laki-laki 50 Thn 10 Tahun 3 Ketua FORMAT

6. SW Perempuan 39 Thn 11 Tahun 3 Guru Mengaji

Sumber : Data Diolah


No Pembahasan Informan metode

1 Bentuk strategi nafkah RD, DI, AP, Semua informan melakukan strategi
berkelanjutan pada AS, AH, SW diversifikasi atau startegi nafkah
komunitas pemulung di ganda dengan mencari pekerjaan
TPA Antang Kota sampingan seperti menjadi kuli
Makassar bangunan, buruh cuci, tukang parkir
dan guru mengaji agar mampu
memenuhi kebetuhan hidup
keluarganya. Berdasarkan hasil
penelitian strategi nafkah yang
dilakukan pemulung di TPA adalah
bentuk strategi nafkah ganda
(diversifikasi) dikarenakan pemulung
tidak hanya menggantungkan
hidupnya pada aktifitas memulung
tetapi juga mencari pekerjaan lain.
2 Bentuk modal sosial RD, DI, AP, Menurut informan bentuk modal
yang dimiliki komunitas AS, AH, SW sosial yang dimiliki pemulung di TPA
pemulung di TPA Antang adalah kepercayaan yang terbangun
Kota Makassar antar sesama pemulung, mengikuti
norma-norma yang berlaku hingga
membentuk sebuah jaringan sosial
yag mampu meningkatkan kehidupan
pemulung yang ada di TPA Antang
Kota Makassar. Modal sosial dapat
dijelaskan sebagai produk relasi
pemulung. Adapun bentuk modal
sosial yang ada di TPA Antang Kota
Makassar adalah jaringan
(networking), norma (norms), dan
kepercayaan (Trust). Bersandar pada
norma-norma dan nilai bersama,
asosiasi antar pemulung
menghasilkan kepercayaan untuk
keberlangsungan hidup pemulung.
Modal sosial merupakan kekuatan
yang membentuk suatu jaringan
sosial sesame pemulung untuk bahu
membahu saling tolong menolong
dalam memamfaatkan solidaritas
sosial.
3 Kontribusi modal sosial RD, DI, AP, Berdasarkan penelitian yang telah
dalam peningkatan AS, AH, SW dilakukan dan menurut informan
kesejahtraan ekonomi diketahui bahwa modal sosial sangat
pemulung di TPA Antang berperan penting dalam penongkatan
Kota Makassar kesejahtraan hidup pemulung yang
ada di TPA Antang Kota Makassar
dalam hal ini tindakan bersama dapat
berupa usaha produktif untuk
meningkatkan pendpatan. Eksistensi
modal sosial memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan kesejahtraan
hidup pemulung dengan kata lain
Trust dapat memelihara hubungan
secara terus menerus. Jaringan
sosial dapat membangun jaringan
kerja yang lebih luas dan norma hal
ini menunjukan bahwa modal sosial
memberi mamfaat ekonomi bagi
rumah tangga pemulung.
77

B. Hasil Penelitian
1. Bentuk strategi nafkah berkelanjutan pada komunitas pemulung

di TPA Antang Kota Makassar

Seorang pemulung memiliki pekerjaan sebagai pencari barang

yang sudah tidak layak pakai, karena orang yang bekerja sebagai

pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengais sampah.

Sebagian pemulung yang berada di sekitar tempat pembuangan akhir

sampah (TPA) hanya tinggal di gubuk-gubuk kecil yang hanya

beralaskan tikar. Bagi sebagian pemulung, memulung barang bekas

adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk

mendapatkan sesuap nasi, agar dapat bertahan hidup. Para pemulung

menjauhkan gengsi mereka untuk rela mencari botol-botol bekas,

plastik, dan barang-barang bekas lainnya didalam TPA walaupun

baunya sangat menyengat,dan hasilnya pun hanya sedikit.

Secara sosial masyarakat yang berprofesi sebagai pemulung

merupakan masyarakat yang berasal dari golongan yang sangat

memperihatinkan dengan kondisi ekonomi yang sangat lemah

sehingga memaksa mereka untuk berprofesi sebagai pemulung yang

setiap harinya harus berada di lokasi tempat pembuangan akhir untuk

mengumpulkan barang-barang bekas yang dapat mereka jadikan

sebagai rupiah untuk menyambung hidup mereka. Masyarakat

pemulung yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Antang tidak

hanya merupakan masyarakat asli wilayah tersebut tetapi juga


78

terdapat masyarakat yang yang berasal dari daerah lain seperti,

kabupaten Sinjai,Jeneponto, Takalar bahkan juga berasal dari pulau

jawa yang kemudian tinggal di wilayah tersebut dan berprofesi

sebagai pemulung di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Tamangapa

Antang, para pemulung ini tidak hanya mengandalkan hasil memulung

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti yang di utarakan

oleh AH yang juga bekerja sebagai kuli bangunan mengatakan:

“Disini itu dek yang pemulung banyak juga yang berasal dari
daerah lain seperti takalar, jeneponto, bulukumba, dan sinjai,
bahkan ada juga yang berasal dari pulau jawa. Saya sendiri
dari bulukumba. Karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa di
kerja jadi pergiki memulung dari hasil memulung belumpi
bisa memenuhi kebutuhan keluarga dengan jumlah anak 5
dan masih bersekolah. Selain memulung saya juga bekerja
sebagai kuli bangunan kalau ada yang panggil dibantu istri
dan anak ikut memulung”. (Wawancara 1 Agustus 2023)

Penuturan tersebut bahwa pemulung yang berada di sekitaran

TPA Antang tidak hanya berasal dari kelurahan Tamangapa Antang

namun juga berasal dari luar Daerah.yang datang untuk mencari

pekerjaan. Namun minimnya pengalaman dan tingkat Pendidikan

mereka memaksakan untuk menjadi pemulung disisi lain hasil

memulung tidak menentu dengan jumlah anggota keluarga yang

banyak mengharuskan mereka untuk mencari pekerjaan sampingan

untuk memulung agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka

seperti yang di utarakan oleh DI umur 45 Tahun dengan jumlah anak 7

Orang.
79

“Saya berasal dari Jeneponto kesini bersama suami di


panggil keluarga ikut memulung. Awalnya hanya suami
yang memulung tapi merasa tidak cukup untuk sehari-hari
jadi saya dan anak-anak ikut memulung disamping itu saya
juga bekerja sebagai tukang cuci, kalau sudahma cucikan
bajunya orang ikutma siangnya memulung sama suamiku.
Anak anakku pulang tongpi dari sekolah ikut memulung
sampai malam”. ( Wawancara 1 Agustus 2023)

Menurut Scooners (1988 dalam Fridayanti, 2013:29), ada tiga

strategi mencarai nafkah (livelihood strategy) yang dapat

diterapkan oleh rumah tangga pemulung, yaitu:

1. Rekayasa sumber nafkah pemulung yang dilakukan

dengan memamfaatkan sector pembuangan sampah akhir

(TPA) secara efektif dan efesien, baik melalui

penambahan input eksternal seperti teknologi atau tenaga

kerja (intensifikasi), ataupun dengan memperluas lahan

budidaya atau garapan (ekstesifikasi)

2. Pola nafkah ganda (diversifikasi) yaitu dilakukan dengan

menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara

mencari pekerjaan lain selain memulung untuk menambah

pendapatan atau mengarahkan tenaga kerja keluarga

(ayah, ibu atau anak) untuk ikut bekerja selain memulung

dan memperoleh pendapatan.

3. Rekayasa spasial (migrasi) merupakan usaha yang


80

dilakukan dengan melakukan mobilitas ke Daerah lain

diluar desanya, baik secara permanen maupun nomaden

untuk memperoleh pendapatan,

Strategi yang akan dilakukan oleh suatu rumah tangga

berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Bagi keluarga

pemulung pada umumnya kualitas sumber daya manusia rendah

cenderung mereka berada pada strategi diversifikasi, karena

mereka pada umumnya terlibat pada pekerjaan kasar dan sektor

informal sehingga penghasilannya hanya sekedar dapat

memenuhi kebutuhan hidup yanga paling mendasar.

Ketidakmampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan minimal

akan meletakkan mereka pada posisi yang sulit dalam

masyarakat. Tidak mampu bersaing dengan yang lain dalam

memanfaatkan peluang yang ada karena keterbatasan

pendidikan, keterampilan dan rendahnya motivasi yang pada

akhirnya lebih memperburuk kondisi mereka serta menyebabkan

mereka akan terpinggirkan baik secara sosial maupun secara

ekonomi.

Kelompok pemulung merupakan kelompok manusia yang

mengalami kekurangan dalam sumber daya sehingga

kemampuan secara ekonomi keluarga pemulung dalam

membiayai Pendidikan anak-anaknya sangatlah rendah. Hal


81

tersebut sesuai yang dikatakan oleh SW :

“kalau penghasilan dari memulung saja tidak bisa membiayai


kebutuhan saya dan keluarga apalagi anak-anak juga masih
sekolah. Jadi saya memilih membantu suami ikut memulung
dan mengajar mengaji kalau sore dengan penghasilan Rp.
500.000 dari hasil mengajar mengaji” (Wawancara 13 Agustus
2023).
Hal tersebut juga sesuai yang dikatakan oleh Pak AS

mengatakan :

“kalau hanya mengadalkan dari hasil memulung tidak cukup


untuk biaya rumah tangga dan uang anak sekolah. Jadi kalu
pagi saya jadi tukang parkir dipasar dekat TPA dengan
penghasilan Rp. 200.00 perharinya setelah itu siangnya baru
saya pergi memulung sampai malam”. (Wawancara 10 Agustus
2023)

Prekonomian merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

Kesejahtraan masyarakat terutama bagi pemulung. Setiap orang

akan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dan

meningkatakan kesejahtraan hidup mereka. Komunitas pemulung

yang ada di TPA Antang Kota Makassar mereka berada pada pola

nafkah ganda disersifikasi yaitu dengan cara mencari mencari

pekerjaan lain selain memulung untuk menambah pendapatan

mereka agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Realita kemiskinan tersebut kemudian dapat diamati pada

tempat pembuangan akhir sampah antang, Kota Makassar.

Kemiskinan yang terjadi di TPA Antang adalah bentuk pembuangan

yang memusatkan kesejahtraan masyarakatnya di daerah


82

pertengahan Kota Makassar seperti Kec. Panakkukang dan

menjadikan daerah pinggiran seperti Kec. Biringkanaya, Kec.

Tamalanrea dan Kec. Manggala sebagai penopang dari kesejahtraan

masyarakat yang hidup di daerah pertengahan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,

bentuk startegi nafkah yang dilakukan oleh pemulung di TPA Antang

Kota Makassar dalam termionologi Scooners adalah bentuk startegi

nafkah ganda (diversivikasi) dikarekanakan pemulung tidak hanya

menggantungkan hidupnya pada aktivitas memulung sampah tetapi

juga mencari pekerjaan lain seperti menjadi buruh bangunan,

menjadi tukang cuci pakaian, dan tukang parkir. Seperti yang

dikatakan bapak RD mengatakan:

“Pekerjaan utama saya disini sebagai pemulung karna


penghasilan memulung tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidup keluarga, saya juga kadang-kadang menjadi kuli
bangunan kalau ada yang panggil. Bekerja jadi kuli dimulai dari
pagi hsampai sore jadi saya memulung malam hari pas semua
truk masuk ke TPA Antang tinggal kita bagaimana disini
mengatur atur pekerjaan karna kalau hasil dari memulung saja
tidak mampu memenuhi biaya sehari hari apalagi anak saya
ada 5 orang” (Wawancara 13 Agustus)

Bentuk strategi nafkah diversifikasi juga terlihat dari keluarga

yang menjadi pemulung kemudian mengarahkan keluarganya untuk

berprofesi sebagai pemulung dan pekerjaan lainnya. Bentuk startegi

nafkah diversifikasi yang dilakukan dikalangan pemulung di TPA

Antang Kota Makassar secara klasifikasi dirumuskan oleh Ellis


83

berada pada klasifikasi sector non-farm income. Strategi nafkah

diversifikasi yang digunakan oleh pemulung di TPA Antang Kota

Makassar menjadi salah satu terciptanya lingkaran setan kemiskinan

pemulung (the vicious cycle of scavenging poverty scavenger). Hal

ini dikarenakan startegi nafkah diversifikasi hanya memfokuskan

pemulung untuk bertahan hidup dengan mencari pekerjaan primer

dan sekunder yang penggunaan skillnya rendah. Stretegi nafkah

diversifikasi yang dilakukan oleh pemulung tidak mementingkan

dimensi Pendidikan sebagai sarana peningkatan taraf hidup. Hal ini

dapat dilihat dari tingkat Pendidikan anggota keluarga dari pemulung

yang berkisar pada tingkat SD dan SLTP.

Strategi nafkah diversifikasi yang dilakukan oleh pemulung

menafikkan aspek Pendidikan memberikan dampak kurangnya

pengetahuang pemulung terhadap kesadaran lingkungan, padahal

kesadaran lingkungan merupakan prinsip dasar hadirnya strategi

nafkah berkelanjutan. Kurangnya kesadaran akan lingkungan terlihat

dari pemukiman pemulung yang berada dilingkungan TPA Antang

Kota Makassar. Bahkan sampah dari pemulung bercampur baur

didalam rumah pemulung. Lebih lanjut pandangan Widodo, strategi

nafkah dapat dipetakan dalam dua bagian yaitu startegi ekonomi dan

strategi ekonomi dan strategi social. Startegi nafkah diversifikasi

masuk dalam bagian strategi ekonomi yang dilakukan oleh pemulung


84

adalah dengan berjejaring dengan membentuk suatu komunitas yang

bernama FORMAT sesuai yang dikatakan bapak AH selaku ketua

FORMAT mengatakan:

“Tujuan dari pembentukan komunitas FORMAT ini adalah agar


pemulung dapat berjejaring dengan pihak luar, dan mengikuti
setiap pelatihan yang dilakukan tujuan pelatihan itu sendiri
agara pemulung dapat mengelolah sampah dengan baik agar
dapat bernilai ekonomis” (Wawancara 13 Agustus 2023)”

Sebagaimana yang tlah disebutkan sebelumnya, strategi nafkah

ganda atau diversifikasi digunakan untuk meretas kemiskinan

pemulung. Menurut teori strategi nafkah, kemiskinan digambarkan

sebagai pengaruh budaya yang terdapat dalam kebiasaan sehari-hari

masyarakat tertentu dan atau tatanan dlam system nilai budaya yang

menghambat produktivitas ekonomi (involusi). Pandangan mengenai

kemiskinan tersebut menempatkan kemiskinan pada posisi kultural

padahal hasil yang diperoleh penulis dari peneltian ini justru bukan

dikarenakan persoalan kultural saja seperti kurangnya skill dan

mental berhutang, tetapi juga dikarenakan persoalan structural

seperti rendahnya pendapatan, rendahnya tingkat Pendidikan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu DI mengatakan:

“saya hanya tamatan SD tidak ada pilihan lain selain memulung,


pengahasilan memulung hanya Rp. 400.000/bulan dan tidak
mampu memenuhi kebutuhan keluarga dengan jumlah anak 7
orang. Jadi saya bekerja sampingan sebagai buruhh cuci
dirumah orang dimulai dari jam 7 pagi sampai jam 9 pagi
setelah baru ikut memulung bersama anak dan suami sampai
magrib. Pengahasilan dari menjadi tukang cuci hanya Rp.
85

500.000/bulan nah itu dipakai untuk menutupi kebutuhan


keluarga dan kebutuhan sekolah anak-anak di bantu dengan
penghasilan suami yang juga bekarja sebagai pemulung”
(Wawancara 1 Agustus 2023)

Kondisi ekonomi keluarga pemulung di TPA Antang Kota

Makassar menekati kondisi rill keluarga miskin, sementara pekerjaan

utama yang dimiliki oleh kepala keluarga sebagai pemulung. Kondisi

tersebut menggambarka bahwa jenis pekerjaan yang dimiliki kepala

keluaraga merupakan jenis pekerjaan yang tidak mempunyai

penghasilan tetap setiap bulannya. Kondisi social ekonomi keluarga

pemulung di TPA Antang Kota Makatssar sebagian besar keluarga

miskin mempunyai rata-rata pengeluaran Rp. 600.000 – 900.000.

apabila dibandingkan antara anggota keluarga yang istri dan anak

ikut memulung dibandingkan dengan anggota keluarga yang lebih

memilih untuk dirumah rata pengeluaran setiap bulannya lebih

rendah.

Strategi nafkah diversifikasi yang dilakukan oleh pemulung

menafikkan aspek Pendidikan memberikan dampak kurangnya

pengetahuan pemulung terhadap kesadaran lingkungan, padahal

kesadaran lingkungan merupakan prinsip dasar hadirnya strategi

nafkah berkelanjutan. Kurangnya kesadaran akan lingkungan terlihat

dari pemukiman pemulung yang berada dilingkungan TPA Antang

Kota Makassar. Sampah rumah tangga pemulung pun bercampur


86

baur dalam rumah tangga pemulung.

Posisi tersebut lingkaran setan kemiskinan pemulung menempati

dua posisi atau dua jenis yaitu kemiskinan strukturl sekaligus

kemiskinan kultural. Bentuk atau upaya untuk menghapus

kemiskinan harus berbebntuk structural atau kebijakan pemerintah

dan kultural melalui apparatus ideologis yang mereformasi pola pikir

dan kebiasaan-kebiasaan pemulung. Data menunjukkan bahwa

kehidupan pemulung di TPA Antang Kota Makassar dalam hal

prekonomian atau taraf hidup yang kurang baik atau masih

dikategorikan miskin yang indikatornya dilihat dari pemukiman yang

tidak layak hun, belum terpenuhinya, papan, pangan Pendidikan

anak-anak belum memadai. Pemulung maasih mengandalkan

pengetahuan berdasarkan tradisi turun-temurun dan pengalaman

sehari-hari. Walaupun peran keluarga terutama tenaga Wanita turut

dalam kegiatan usaha dalam pemasaran hasil, namun hasil yang

diperoleh relative tidak mengalami peningkatan.

Hal tersebut sesuai yang dikatakan SW mengatakan:

“jika hanya mengandalkan dari hasil memulung tidak akan cukup


memenuhi kebeutuhan hidup keluarga jadi saya bekerja lain
dengan menhadi guru mengaji disore hari setelah memulung.
Hasil mengajar mengaji dibayar seikhlasnya oleh orangtua
kadang juga tidak dibayar. Kalau sudah dalam keadaan
mendesak dan tidak ada sekalimi uang saya meminjam uang
dari tetangga” (Wawancara 13 Agustus 2023)

Hal tersebut sesuai dengan perkataan AH mengatakan:


87

“jika hanya mengandalkan dari hasil memulung tidak akan cukup


jadi pemulung disini kadang saling pinjam meminjamkan uang
dengan modal kepercayaan karena tetangga, untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya apalagi yang punya banyak anak
pasti banyak kebutuhannya” (Wawancara 13 Agustus 2023)

Pemulung di TPA Antang Kota Makassar paling banyak dengan

jumlah anggota keluarga 4-6 orang. Menunjukkan kecendrungan

bahwa semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar

pengeluaran keluarga. Pendapatan keluarga tetap penambahan

jumlah anggota keluarga akan menyebabkan lebih besarnya

pengeluaran keluarga dibandingkan dengan pendapatannya untuk

meningkatkan pendapatan keluarga bukan hal yang mudah bila hanya

mengandalkan penghasilan dari mata pencaharian sehari-hari. Seperti

yang telah diuraikan sebelumnya, kecendrungan jenis pekerjaan yang

menghasilkan pendapatan secara tidak tetap. Alih alih meningkatkan

pendepatan untuk memperoleh kepastian bahwa bulan tersebut

keluaraga pemulung yang ada di TPA Antang Kota Makassar

mempunyai penghasilan saja sulit di prediksiskan maka dari itu

pemulung yang ada di TPA melakukan pekerjaan lain atau

diversifikasi agar dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

2. Bentuk Modal sosial yang dimiliki komunitas pemulung di TPA

Antang Kota Makassar

Modal sosial termanifestasikan melalui hubungan-hubungan

dan jaringan hubungan-hubungan yang merupakan sumber daya yang


88

berguna dalam penentuan dan reproduksi kedudukan- kedudukan

sosial. Modal sosial atau jaringan sosial ini dimiliki pelaku dalam

hubungannya dengan pihak lain yang memiliki kuasa. Adapun untuk

melihat modal sosial pada komunitas pemulung di TPA Antang Kota

Makassar dapat diamati pada enam unsur pokok modal sosial

menurut Hasbullah yang kemudian penulis jadikan sebagai indikator

yaitu partisipasi dalam suatu jaringan, timbal balik (reciprocity),

kepercayaan (trust), norma sosial, nilai-nilai, serta tindakan yang

proaktif (proactivity).

Putnam (1993) “dalam buku tafsir ekonomi” mendefenisikan

bahwa modal sosial adalah fitur organisasi sosial seperti kepercayaan,

norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efesiensi masyarakat

dengan memfasilitasi tindakan yang terkoordinasi. Putnam

menetapkan ada 4 elemen penting yang menjadi unsur pokok modal

social, keempatnya adalah norma (nilai-nilai dan norma yang berlaku)

kepercayaan adalah sesuatu yang terbangun dari hubungan-

hubungan sosial dimana terdapat peraturan yang dirundingkan, artinya

dapat ruang terbuka dari peraturan tersebut untuk mencapai harapan

yang akan dicapai. Unsur tepenting dalam modal sosial adalah Trust

(kepercayaan) yang merupakan perekat bagi langgengnya Kerjasama

dalam kelompok masyarakat. Kepercayaan (Trust) pemulung yang

mampu bekerjasama secara lebih efektif. Hak ini terbukti bahwa


89

pemulung melakukan kegiatan pinjam memimjam uang kesama

anggota masyarakat. Kepercayaan bisa melakukan resiprositas

seperti melakukan pertukaran makanan dengan tetangga, gotong

royong dalam membuat rumah


90

nilai), network (jaringan), reciprocity (hubungan timbal balik),

serta trust (kepercayaan).

Pada bidang ekonomi, komunitas pemulung juga

mengalami perubahan positif. Perilaku yang dulunya masih

menjual semua hasil memulung kini sudah memilah-milah sampah

seperti yang dikatakan AS mengatakan bahwa :

“Bagusnya disini pemulungnya sudah bisa pilah harga sampah


yang dijual, jadi mereka sudah tau mana sampah yang bisa
dijual dengan harga tinggi dan yang bisa didaur ulang oleh ibu-
ibu disini”. (Wawancara 10 Agustus 2023)

Organisasi-organisasi sosial pun kini mulai berkembang

pada bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, telah tumbuh

dalam komunitas pemulung, ekonomi, pola hubungan antar

individu dan seperti; kelompok pengajian, kelompok arisan,

organisasi masyarakat. pengurus mesjid, remaja masjid.

Kontribusi modal sosial dalam peningkatan kesejahtraan

pemulung di TPA Antang Kota Makassar. Terbangunnya

hubungan dengan sesama pemulung termasuk dalam hubungan

kekeluargaan, dan rasa kekeluargaan itu mendorong mereka

untuk saling tolong- menolong satu sama lain dan tukar menukar

kebaikan. Modal sosial mendorong peningkatan kesejahtraan

dengan adanya pihak luaryang ikut membantu keberlangsungan


91

usaha mereka melalui penyebaran informasi yang sangat

berharga bagi komunitas pemulung guna memperluas jaringan

sosial. Seperti yang dikatakan SW mengatakan bahwa:

“Disini ibu-ibunya aktif ikut kegiatan kalau ada mahasiswa


datang terus buat kegiatan, kadang juga ada orang masuk
untuk menawarkan pekerjaan kita disini senang sekali kalau
ada mahasiswa atau komunitas yang masuk selain kasih
ilmu mereka kadang kasih informasi pekerjaan untuk kami”.
(Wawancara 13 Agustus)

Dari pernyataan diatas, sesuai dengan temuan dilapangan

bahwa terdapat hubungan timbal balik yang dapat

menguntungkan dua belah pihak berupa saling bekerjasama dan

membantu satu sama lain untuk menghadapi masalah. Hal

tersebut dilatar belakangi karena mereka saling menjaga

hubungan baik antar sesama pemulung dengan mentaati nilai dan

norma yang mereka junjung tinggi dalam berhubungan satu sama

lain. Keyakinan mereka ialah dengan membina hubungan baik

maka mempermudah mereka untuk mendapatkan kenalan. hingga

terbentuk jaringan baru. Hubungan baik yang dibangun pemulung

dengan komunitas, bermanfaat guna mengembangkan pola

jaringan komunitas.Pemulung di TPA Antang Kota Makassar

dimana ketika para pemulung menjalin hubungan baik dengan

jaringan baru, Penyebaran informasi kepada teman atau saudara

sangat menguntungkan para pemulung untuk mendapatkan


92

informasi baik cara pemilahan sampah ataupun informasi

pekerjaan sampingan guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

a. Partisipasi dalam suatu jaringan

Partisipasi dalam suatu jaringan nampak pada keterlibatan

masyarakat dalam organisasi-organisasi masyarakat seperti

organisasi kepemudaan, kelompok seni budaya. Kebersamaan

solidaritas, toleransi, semangat bekerjasama, kemampuan

berempati, merupakan modal sosial yang melekat dalam

kehidupan bermasyarakat. Hilangnya modal sosial tersebut dapat

dipastikan kesatuan masyarakat akan terancam., atau paling tidak

masalah- masalah kolektif akan sulit untuk diselesaikan.

Kebersamaan dapat meringankan beban, berbagai pemikiran,

sehingga dapat dipastikan semakin kuat modal sosial, semakin

tinggi daya tahan daya juang dan kualitas kehidupan suatu

masyarakat. Tanpa adanya modal sosial masyarakat sangat

mudah diintervensi bahkan dihancurkan oleh pihak luar.


93

Partisipasi dalam suatu jaringan pada komunitas pemulung di TPA

Antang dapat dilihat dari pernyataan yang diuraikan AH

mengatakan:

“Kalau organisasi resmi disini tidak ada hanya semacam


komunitas sja seperti FORMAT dan Ibu-ibu pengajian setiap
buat kegiatan pemulung disini baik ibu-ibu bapak selaluji aktif”.
(Wawancara 13 Agustus)
Hal Tesebut juga sesuai denga perkataan AP mengatakan bahwa

“Apalagi kalau ada mahasiswa buat kegiatan anak-anak dsini


semangat sekali ikut”. (Wawancara 13 Agustus)
Penuturan dari AH dan AP memberikan gambaran bahwa

modal sosial memberikan kontribusi pada komunitas pemulung

untuk berpartisipasi dalam suatu jaringan atau komunitas kemudian

mengalami transformasi menjadi aktivitas.

b. Timbal balik (Reciprocity)

Partisispasi individu di jejaring sosial akan menghasilkan suatu

bentuk kecenderungan. Kecenderungan tersebut merupakan suatu

tindakan untuk saling tukar manfaat antar individu di jejaring sosial.

Dalam hal ini, individu akan senantiasa membantu individu lainnya

tanpa memikirkan keuntungan yang diperoleh seketika layaknya

pada proses jual beli. Hasbullah (2006:10) mengatakan bahwa

imbalan dari adanya proses reciprocity ini tidak diharapkan seketika

dan tanpa batas waktu tertentu.

Proses reciprocity pada komunitas pemulung dapat dilihat

dari pernyataan yang diutarakan oleh AP :


94

“Biasa kalau sedikit sekali hasil memulung yang didapat biasa


para pemulung saling tolong menolong untuk bagi- bagi hasil
memulungnya supaya ini temannya ada juga uang dia bawa
pulang” (Wawancara 13 Agustus)
Seperti yang juga dikatakan AS :

“Saya pernah ka pinjam uang sama teman sama-sama


pemulung, pas mau ka bayar, menolak ini temanku untuk
terima. Makanya sadar diri saja untuk saya belikan kopi sama
makanan” (Wawancara 13 Agustus)
c. Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan adalah sesuatu yang terbangun dari hubungan-

hubungan sosial dimana terdapat peraturan yang dirundingkan,

artinya terdapat ruang terbuka dari peraturan tersebut untuk

mencapai harapan yang akan dicapai. Unsur terpenting dalam

modal sosial adalah kepercayaan (Trust) yang merupakan perekat

bagi langgengnya Kerjasama dalam kelompok masyarakat.

Kepercayaan (trust) orang-orang akan bisa bekerjasama secara

lebih efektif. Hal ini terbukti bahwa masyarakat melakukan kegiatan

pinjam meminjam uang kesesama anggota masyarakat.

Kepercayaan pada komunitas pemulung dapat dilihat dari

pernyataan RD mengatakan :

“Disini kita sesama pemulung biasa ganti-gantian pinjam


uang, kita sudah percaya untuk pinjami uang karena sehari-
hari ji ketemu” (Wawawncara 15 Agustus)
95

d. Norma Sosial

Norma merupakan aturan yang melekat dalam suatu

hubungan sosial yang berfungsi sebagai suatu kontrol dari suatu

aktivitas. Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti

oleh masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Aturan ini

biasanya terinstitusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai

penentu pola tingkah laku yang baik dalan konteks hubungan sosial

sehingga ada sanksi sosial yang diberikan jika melanggar.

Norma sosial pada komunitas pemulung dapat dilihat dari

pernyataan yang diutarakan oleh informan AH:

“Kalau aturan tertulis disini tidak adaji, tapi disini kita tidak
boleh ambil hasil memulungnya orang tanpa minta izin,
jadi orang-orang disini tidak berani untuk ambil punyanya
orang-orang disini karena kalau didapatki pasti disidang
sama orang-orang sini” (Wawancara 13 Agustus)

e. Nilai-Nilai

merupakan sesuatu yang dihargai, dibanggakan, dijunjung

tinggi dan ingin diperoleh manusia dalam hidupnya yang dapat

berkembang sewaktu-waktu. Nilai memiliki peran penting dalam

kehidupan manusia, artinya ketika individu yang berada di suatu

kelompok senantiasa memberi nilai yang tinggi terhadap aspek-

aspek kompetensi, kejujuran, serta pencapaian, maka kelompok

tersebut cenderung jauh lebih cepat berkembang.


96

Nilai pada pemulung dapat dilihat dari pernyataan yang

diutarakan oleh informan AP.

“Nilai yang penting dibawa kalau kerja orang disini adalah


kejujuran dan saling menghormati” (wawancara 13
Agustus 2023)
f. Tindakan proaktif (proactivity)

Tindakan proaktif (proactivity) pada jaringan sosial yang

merupakan suatu perilaku dimana individu berkemauan untuk

berpartisipasi aktif serta senantiasa memberikan ide-ide baru

atas keterlibatannya pada suatu jaringan sosial. Tindakan

proaktif pada jaringan sosial merupakan suatu perilaku dimana

individu berkemauan untuk berpartisipasi aktif serta senantiasa

memberikan ide-ide baru atas keterlibatannya pada suatu

jaringan sosial.

Tindakan proaktif pada pemulung dapat dilihat dari

pernyataan yang diutarakan oleh informan AH mengatakan:

“Menurutku penting bersikap aktif dan inisiatif kalau dalam


pekerjaan. Tidak bisa semau-mau ta, tidak bisa dituruti
terus mood ta. Sebenarnya dilema ka juga untuk mau aktif
kalau kerja karena jangan sampai nanti ke saya semua
kerjaan. Tapi kalau saya tidak aktif atau cuek-cuek ka ji,
pasti ada juga orang yang butuh bantuan tapi tidak bisa
dia kerja dan malu untuk minta tolong yang tidak selesai
kerjaannya. Jadi saya pilih-pilih juga kapan harus proaktif”
97

(Wawancara 13 Agustus)
Semakin tingginya ketergantungan pemulung terhadap

sampah menyebabkan kemampuan mobilitas sosial mereka

menjadi rendah yang secara langsung juga menyebabkan

kurangnya investasi rumah tangga pemulung pada sector diluar

memulung. Modal sosial bagi pemulung di TPA Antang Kota

Makassar adalah senjata satu-satunya untuk bertahan hidup.

Pola jaringan keamana sosial berbasis keluarga, pertemanan,

kekerabatan maupun pertetanggan menggambarkan mekanisme

bonding social capital. Pemulung yang tidak mempunyai sama

sekali sekali tidak mampu untuk membayar utang pada tagihan

tertentu, dengan jaminan kepercyaan (Trust). Modal sosial

memainkan peran berupa kepercayaan antara pemulung

sehingga lifelihood tidak hanya semata-mata bertujuan

mengembangkan asset. Kepentingan sosial yang diperoleh akan

terus ditingktkan dalam rangka mengokohkan kepercyaan

(Trust) yang sudah diperolehnya selama ini.

Aspek statis dari modal sosial dipahami dalam arti bahwa

jaringan, kepercayaan, nilai dan norma merupakan capital yag

diperlukan dalam suatu struktur hubungan sosial, investasi

terjadi jika actor memiliki sumber tersebut. Jaringan adalah

hubungan antar pemulung yang memiliki makna subyektif


98

berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul dan

ikatan maka pemulung memiliki capital yang mampu

dimanifestasikan dalam suatu struktus manifestasi sosial. Dalam

artian bahw semakin banyak mengenal pemulung dan semakin

banyak kesamaan cara pandang dengan pemulung tersebut

maka semakin banyak modal sosial pemulung. Jika ingin

membantu sesame pemulung mereka perlu senang

melakukannya yang berarti mereka perlu memiliki kesamaan

nilai. Pemulung lebih cenderung bekerja sama untuk mrcapai

tujuan bersama, da.n seperangkat nilai bersama menjadi inti dari

konsep modal sosial.

Modal sosial adalah modal dasar yang dibutuhkan agar

ekonomi pemulung dapat tumbuh secrara berkelanjutan. Modal

tersebut dapat dibangun melalui tiga unsur yaitu kepercyaan

(Trust) jejaring (networking) dan norm (norma) hal tersbut sesuai

yang dikatakan AP mengatakan:

“Pemulung disini sudah saling menjaga kepercayaan satu


sama lain semisal ada pemulung yang kekuarangan
mereka pasti saling membantu bisa saling pinjam uang
atau kalau ada yang sakit kayak kemarin saya langsung
hubungi pihak puskesmas untuk datang kerumah warga
yang sakit karena kebetulan sudah kenalma sama
pegawai puskesmas disini” (Wawancara 1 Agustus 2023)
Hal senada juga sesuai yang dikatakan RD
99

“kami disini saling bantu membantu dengan sesama


pemulung yang disini, semisal ada pemulung hasil
memulungnya sedikit kami berusaha untuk bantu tunggu
mobil pengangkut sampah yang akan datang supaya dia
juga banyak na dapat karena kalau kita baik sama orang,
orang juga pasti akan baik sama kita” (Wawancara 13
Agustus 2023)
Salah satu contoh peran penting modal sosial dalam

masyarakat nilai-nilai kepercayaan terhadap modal sosial

dominan sebagai landasan pemulung sebagai landasan

peningkatan fugsi lain, seperti peningkatan rasa hormat dan

saling menguntungkan. Permasalahan dalam masalah

optimalisasi masyarakat menyangkut sifat modal sosial, masalah

sumber daya manusia dan masalah menejemen yang ada di

TPA Antang Kota Makassar. Permasalahan pertama untuk

mengoptimalkan peran modal sosial merupakan memerlukan

dukungan dari pemangku kepentinganS, dan adanya tuntutan

masyarakat akan pentingnya program pendampingan untuk

meningkatkan kompetensi masyarakat melalui peningkatan

keterampilan mengelolah sampah dan meningkatkan

diversifikasi. Selain itu perlu adanya dukungan kepemimpinan

transformasional untuk meningkatkan optimalisasi peran modal

sosial.

Modal sosial memfasilitasi pemulung menerima mamfaat

dari keanggotaannya itu sendiri dalam kelompok sosial


10
0

pemulung memperoleh banyak keuntungan dari anggota lain

dalam meningkatkan penghasilan. Norma dan aturan yang

diperkasai oleh tokoh masyarakat cenderung menarik pemulung

untuk bergabung. Hal ini menunjukka bahwa modal sosial

memberi mamfaat ekonomi bagi rumah tangga pemulung yang

berpartisipasi dalam kelompok sosial. Modal sosial dapat tumbuh

dengan subur dan bertahan dalam durasi waktu yang lama

apabila memperoleh dukungan actor, dirajut dengan ikatan sosial

yang jelas, dan dikembangkan melalui institusi sosial yang ada

didalamnya terhadap relasi-relasi multi dimensi sebaliknya modal

sosial menjadi lemah dan tidak bisa bertahan lama Ketika tidak

ada komitmen para actor, basis ikatan sosial yang kabur dan

dielihara melalui institusi sosial dengan relasi-relasi yang mono

dimensi.

Pandangan Fukuyama (2002), Trust adalah sikap saling

mempercayai masyarakat yang memungkinkan masyarakat

tersebut saling Bersatu dengan yang lain dan memberikan

kontribusi pada peningkatan modal sosial. Dengan demikian

trust menjadi penting dalam mendukung kegiatan pemulung

yang bertujuan untuk bekerjasama antar pumulung. Trust

ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan Kerjasama

berdasarkan norma-norma yang dianut bersama (Fukuyama,


10
1

2002). Suatu komunitas dengan tingkat jaringan sosial yang

kuat, akan lebih mudah terbentuk rasa memiliki dan kohesi

sosial. Jaringan sosial berfungsi sebagai pelumnas bagi tindakan

kolektif ditunjukan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi

(Haryanto, 2011). Norma adalah sekumpulan aturan yang

diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada

suatu entitas sosial tertentu. Apabila manusia memahami norma

yang mengatur kehidupan bersamanya, maka akan timbul

kecendrungan untuk menataati norma tersebu (Fukuyama, 2022)

sebagaimana yang diungkapkan SW

“tidak adaji aturan yang mengikat disini cuman disini


pemulung saling bantu-bantu dan saling bersikap baik.
Kalau ada yang kesusahan pasti langsung dibantu atau
langsung melapor ke kepala UPT biar langsung
ditangani” (Wawancara 13 Agustus)
Demikian yang dikatakan informan modal sosial dapat

dijelaskan sebagai produk relasi pemulung satu sama lain,

khususnya relasi yang intim dan konsisten antar pemulung.

Modal sosial menunjukkan pada jaringan, norma dan

kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas pemulung.

Bersandar pada norma-norma dan nilai bersama, asosiasi antar

pemulung menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya

memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur (Fukuyama,

2002). Terkait dengan ini, ada tiga parameter modal yang


10
2

berperan penting dalam kehidupan pemulung di TPA Antang

Kota Makassar, yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms)

dan jaringan (networking). Konsep modal sosial ini banyak

digunakan oleh pemulung yang ada di TPA Antang Kota

Makassar untuk keberlangsungan hidup pemulung. Sebagai

contoh ketika pemulung mempercayai dan dapat dipercaya, dan

memelihara hubungan secara terus menerus, kegiatan akan

lebih mudah dan bebas tekanan dilakukan. Lebih lanjut Putnam

(1993) menambahkan bahwa jaringan sosial juga sebagai

penyalur informasi yang berguna bagi tujuan individual maupun

kelompok. Pada umumnya pemulung yang memiliki jaringan

sosial yang bagus, akan memperoleh informasi lebih dahulu

dibandingkan dengan pemulung yang tidak memiliki jaringan

sosial sebagaimana yang diungkapkan AH

“kalau ada informasi dari luar mengenai bantuan atau


panggilan kerja saya paling pertama sampaikan sama
pemulung yang sering ikut dikegiatannya FORMAT karena
itumi juga pemulung paling dekat dan bisa diercaya”
(Wawancara 1 Agustus 2023)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui

bahwa modal sosial memiliki dampak positif terhadap kehidupan

dan kelangsungan hidup pemulung yang ada di TPA Antang

Kota Makassar. Jaringan sosial yang dimiliki oleh pemulung

sebagai pelindung dari masalah kehidupan (Helpern, 2005).


10
3

Modal sosial dapat memelihara norma-norma sosial dalam suatu

komunitas dan mengurangi kecendrungan perilaku egois

diantara anggota kelompok. Pemulung yang memiliki hubungan

yang dengan komunitasnya dan memiliki hubungan saling

mempercayai, pada umumnya memiliki perilaku yang dapat

diterima oleh kelompoknya (Lembaga penelitian UNPAD, 2008).

Modal sosial lebih menekankan kepada kebersamaan dan

energi sosial dalam suatu masyarakat. Modal sosial merupakan

kekuatan yang membentuk suatu jaringan sosial sesama

pemulung untuk bahu membahu saling menolong dengan

memamfaatkan solidaritas sosial untuk mengatasi keterbatasan

modal material. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Chambers bahwa salah dimensi kemiskinan adalah dimensi

hubungan sosial, dalam hubungan sosial terkandung modal

sosial. Alternative pengurangan kemiskinan salah satunya dapat

diatasi dengan memamfaatkan modal sosial pada kelompok

miskin sebagai energi atau kapasitas melalui peningkatan dan

pemamfaatn jajaring (networs) untuk membentu kelompok usaha

bersama yang produktif guna meningkatkan penghasilan

pemulung yang pada akhirnya kesejahtraan akan terwujud.

Hasil penelitian ini selaras dengan temuan Grootaert

(1999) bahwa rumah tangga yang memiliki modal sosial yang


10
4

tinggi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam hal

mengumpulkan asset fisik, menabung, dan mengakses kredit

guna meningkatkan kesejahtraannya. Modal sosial dalam arti

luas memiliki kedudukan yang setara dengan modal lainnya

dalam pembangunan nasional. Kelompok dengan anggotanya

yang memiliki kredibilitas saling percaya akan mampu

mengerjakan lebih banyak dari pada kelompok sebanding yang

tidal memiliki kredibilitas dan kepercayaan tersebut (Coleman,

1994) Putnam dalam (Yustika, 2013) mendefinisikan modal

sosial sebagai fitur yang dimiliki oleh pemulung yang ada di TPA

Antang Kota Makassar sikap saling percaya, norma dan jaringan

yang mampu memperbaiki efesiensi masyarakat melalui fasilitasi

berbagai tindakan terkoordinasi. Dengan demikian modal sosial

menjadi penting sebagai pendukung kelangsungan hidup

pemulung, trust menjadi penting dalam mendukung kegiatan

pemulung trust ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur

dan Kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama

(Fukuyama, 2002). Dalam suatu komumitas dengan tingkat

jaringan sosial yang kuat, akan lebih mudah terbentuk rasa

memiliki dan kohesi sosial. Jaringan sosial berfungsi sebagai

pelumas bagi tindakan kolektif yang ditunjukan untuk

pemenuhan kebutuhan ekonomi (Haryanto, 2011). Norma adalah


10
5

sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi diikuti oleh anggota

masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Apabila pemulung

memahami norma yang mengatue kehidupan bersamanya, maka

akan timbul kecendrugan untul menataati norma tersebut

(Fukuyama 2002).

3. Kontribusi modal sosial dalam peningkatan kesejahtraan ekonomi


pemulung di TPA Antang Kota Makassar
Hasbullah (2006) modal social dapat ditinjau berdasarkan karakter

social budaya masyarakat yang terdiri dari dua jenis, yaitu modal social

terikat dan modal social yang menjembatani. Perbedaan keduanya

dapat ditemui melalui penggambaran karakter-karakter social budaya di

masyarakat yang terkait dengan karakter setiap modal social.

Berdasarkah hasil analisis terhadap komunitas pemulung di TPA

Antang Kota M

akassar dapat disimpulkan bahwa pemulung memiliki tipologi modal

social terikat beserta penyebabnya menyiratkan perlunya kebijakan

dalam rangka meningkatkan modal social pada komunitas pemulung.

Kebijakan yang dimaksud adalah perbaikan struktur social yang terkait

dengan kehidupan ekonomi pemulung. Penelitian menjelaskan

gambaran tentang identifikasi dan analisis modal social dalam

kesejahtraan kehidupan pemulung.

Pada hasil penelitian mengenai bentuk modal sosial Pemulung di


10
6

TPA Antang, penulis menemukan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh

pemulung di TPA Antang memiliki enam bentuk yaitu: partisipasi dalam

jaringan, nilai, norma, tindakan proaktif, hubungan timbal balik, dan

kepercayaan. Keenam bentuk modal sosial ini kemudian menghasilkan

komunitas yang bernama FORMAT.

Forum Masyarakat Terpinggirkan (FORMAT) didirikan pada


tahun 2017. Tujuan pembentukan FORMAT adalah sebagai komunitas
yang memberikan pelatihan dan edukasi yang berkaitan dengan
pengelolaan sampah dan peningkatan taraf hidup pemulung yang
tergabung dalam komunitas FORMAT. Hal ini sebagaimana
pernyataan AH selaku ketua FORMAT (Forum Masyarakat
Terpiggirkan).

“Kami membentuk komunitas FORMAT dengan tujuan


masyarakat mendapatkan informasi mengenai
pekerjaan sampingan atau memberikan pemahaman
kepada pemulung mengenai sampah yang dapat dijual
dengan harga tinggi. Ataupun melakukan pelatihan
kepada ibu-ibu tentang sampah yang bisa di daur ulang
kemudian dijual Kembali”. (Wawancara 7 Agustus)

Pasca berdirinya FORMAT, kesejahteraan ekonomi pemulung di

TPA Antang tidak mengalami perubahan sebagaimana yang

diharapkan. Pemulung di TPA Antang dapat dikatakan tidak

mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dari FORMAT. Kondisi

kehidupan pemulung tetap sama dengan kehidupan di tahun 2016

sebelum adanya FORMAT. Realita lapangan memperlihatkan

pemulung tetap menjadikan pekerjaan memulung sampah sebagai

pekerjaan utama dalam strategy survivalnya. Pelatihan yang dilakukan


10
7

oleh FORMAT kemudian hanya menjadi sekedar pelatihan rutinitas

tahunan. Bagi pemulung yang tergabung dalam FORMAT, tidak

dapatnya pengaplikasian pengetahun yang diperoleh pada saat

pelatihan dikarenakan kurangnya alat. Hal ini sebagaimana yang

dinyatakan oleh informan SW:

“Disini ibu-ibunya aktif ikut kegiatan pelatihan yang


masuk selain kasih ilmu mereka kadang kasih informasi
pekerjaan untuk kami tapi kalau untuk dipraktekan saya
kesusahan karena belum terlalu banyak alat untuk daur
ulangnya”. (Wawancara 13 Agustus)

Tidak adanya peningkatan kesejahteraan pada pemulung di TPA

Antang pasca terbentuknya FORMAT dapat pula dilihat dari tidak

adanya mobilitas sosial vertikal antargenerasi. TPA Antang kemudian

hanya menjadi arena reproduksi pemulung. Arena reproduksi pemulung

yang dimaksud oleh penulis adalah lokasi atau lingkungan yang

menghasilkan secara terus menerus manusia yang akan dan menjadi

pemulung. Penulis menemukan fakta bahwa orang tua yang berprofesi

menjadi pemulung di TPA Antang kemudian membiarkan anaknya

untuk terlibat dalam profesi pemulung walaupun itu bukanlah pekerjaan

primer dari anaknya. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh

informan AS :

“Saya sekeluarga itu kerjanya sebagai pemulung”


(Wawancara 13 Agustus)
Program pelatihan yang dilakukan oleh FORMAT tidak hanya
10
8

didasari atas dasar kebutuhan anggota FORMAT tetapi juga

merupakan program yang dikolaborasikan dengan pemerintah atau

Lembaga non-pemerintah. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh

informan AH Mengatakan:

“Program-program pelatihan yang kami adakan ada yang


berdasarkan permintaan anggota, ada juga yang berdasarkan
program pemerintah” (Wawancara 13 Agustus)

Adanya intervensi dari pihak eksternal ternyata tidak mampu

mengeluarkan pemulung dari yang penulis sebut dengan Lingkaran Setan

Kemiskinan Pemulung (the vicious cycle of scavenging poverty

scavenger). Lingkaran Setan Kemiskinan Pemulung ini tercipta karena

rendahnya pendapatan, kurangnya skill, rendahnya tingkat pendidikan,

adanya hutang, dan rendahnya produktivitas. Penulis memaparkan bahwa

karakter modal social komunitas pemulung diketahui melalui pendekatan

terhadap factor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

kebudayaan masyarakat (Jamasy, 2006). Faktor internal mencakup:

a. Pola organisasi social dalam suatu komunitas yang mencakup

kepercayaan local

b. Norma dan nilai-nilai yang melekat dalam komunitas

Modal sosial lebih menekankan kepada kebersamaan dan energi

sosial dalam suatu masyarakat. Modal sosial merupakan kekuatan

yang membentuk suatu jaringan sosial sesama kaum miskin untuk

bahumembahu mengentaskan kemiskinan dengan memanfaatkan


10
9

solidaritas sosial untuk mengatasi keterbatasan modal material.

Sebagaimana yang telah dikemukakan Chambers bahwa salah satu

dimensi kemiskinan adalah dimensi hubungan sosial, dalam

hubungan sosial terkandung modal sosial sehingga memunculkan

lingkaran setan bagi pemulung itu sendiri.

rendahnya
tingkat kurangnya
pendidikan skill

rendahnya rendahnya
produktivitas pendapatan

adanya
Gambar 5.1 hutang

Posisi lingkaran setan kemiskinan pemulung menempati dua posisi atau

dua jenis yaitu kemiskinan structural sekaligus kemiskinan kultural. Bentuk atau

upaya untuk menghapus kemiskinan harus berbentuk structural atau kebijakan

pemerintah dan kultural melalui apparatus ideologis yang mereformasi pola pikir

dan kebiasaan-kebiasaan pemulung. Kehidupan pemulung di TPA Antang Kota

Makassar dalam hal prekonomian atau taraf hidup kurang baik atau masih

dikategorikan miskin yang indikatornya dapat dilihat dari pemukiman tidak layak

huni, kemudian AS mengafirmasi kebiasaan gali lubang tutup lubang yang


11
0

sering dilakukakan keluarganya :

“biasa kalau tidak ada sekalimi uang pinjam mamiki sama tetangga
dengan modal kenal lama karena sudah tetangga” (Wawancara 13
Agustus 2023)

Konsep modal social mengenai kepercayaan (Trust) antar individu,

kontribusi modal social dalam peningkatan kesejahtraan ekonomi pemulung.

Interaksi social terjadi karena adanya saling membantu antar pemulung, antar

komunitas, antar kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jejaring social

(network), norma (norm) dan nilai-nilai (velues) yang dapat membantu

meningkatkan kesejahtraan ekonomi pemulung di TPA Antang Kota

Makassar. Jejaring social adalah relasi antar pemulung yang saling mengenal

sebagai keluarga, teman, tetangga atau tetangga pada suatu kelompok.

Demikian DI mengafirmasi bagaimana mendapatkan pekerjaan sampingan:

“saya bekerja sampingan selain memulung dari siang


sampai pagi saya juga dipanggil untuk mencuci baju
dirumahnya orang. Awalnya dikasih kenal sama teman
alhamdulillah dipanggil ma untuk mencuci dirumahnya”
(Wawancara 10 Agustus 2023)

Modal social memiliki keterkaitan yang nyata dalam meningkatkan

kesejahtraan ekonomi pemulung. Berpengaruh positif terhadap

produktivitas menemukan bahwa partisipasi pemulung dalam komunitas

(sebagai proksi modal social) secara positif berpengaruh terhadap

peningkatan ekonomi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa modal

social dinyatakan sebagai modal yang terdiri dari rasa percaya (Trust),

kepatuhan terhadap norma yang berlaku (norma) kemampuan membangun


11
1

jejaring social (Jejaring social). Partisipasi dalam kelompok social, serta

partisipasi dalam kepentingan umum (gotong royong), sebagaimana yang

dikatakan SW selaku guru mengaji:

“Alhamdulillah setiap ada kegiatan disini, masyarakatnya


selalu Kerjasama dan kompak. Semisal juga kalau ada
pengajian atau bersih-bersih masjid alhamdulillah
masyarakat disini selalu ikut bantu-bantu” (Wawancara 10
Agustus 2023)

Partisipasi dalam kelompok social merupakan partisipasi mengikuti

kegiatan social yang merupakan partisipasi kegiatan bersama untu

membantu warga untuk kepentingan umum warga. Modal social

menekankan kepada kebersamaan dan energi social dalam suatu

masyarakat. Modal social merupakan kekuatan yang membentuk suatu

jaringan social sesama pemulung untuk bahu membahu dengan

memafaatkan solidaritas social untuk mengatasi keterbatasan modal social,

sebagaimana yang diungkapkan AS:

“saya hanya tamatan SD dan tidak kemampuan apa-apa,


alhamdulillah saya diajak untuk jadi tukang parkir sama
teman kalau pagi sampai jam 10 setelah itu baru saya ikut
memulung. (Wawancara 10 Agustus 2023)

Informan tersebut telah menyinggung modal social lebih menekankan

kepada modal manusia (human capital) dapat dilihat dari kapasitas dan

diukur dari pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai oleh seseorang.

Modal social hanya dapat dirasakan dari kapabilitas yang muncul dari relasi

diantara orang-orang. Kelompok dengan anggota yang memiliki kredibilitas


11
2

saling percaya akan mampu mengerjakan lebih banyak daripada kelompok

sebanding yang tidak memiliki kredibilitas dan kepercayaan tersebut

(Coleman, 1994).

Ragam masyarakat atau individu yang menjadi kelompok di TPA

Antang diidentifikasi bagi pemulung umumnya homogen, misalnya seluruh

anggota kelompok berasal dari suku atau pemeluk yang sama. Perhatian

tefokus pada upaya menjaga nilai-nilai yang turun-temurun diakui dan

dijalankan sebagai tata perilaku moral atau entitas social. Konservatif dan

lebih mengutamakan solidarity making untuk membangun diri dan

kelompok sesuai dengan tuntutan nilai dan normaa masyarakat yang lebih

terbuka. Nilai dan norma yang sesungguhnya dapat mendukung sisi

kelestarian TPA, modal social memiliki beberapa elemen yang merupakan

sumber daya energi bagi pemulung dalam suatu komunitas. Beberapa

elemen modal social antara lain kepercayaan (Trust), nilai dan norma timbal

balik serta jaringan. Kekuatan modal social dipahami dalam tiga tipologinya

yaitu modal social sebagi perekat warga komunitas, sebagai

penyambung/menjembatani dan sebagai koneksi atau akses sebagaimana

yang diungkakan AH:

“kalau ada panggilan untuk kerja kerja diluar saya selalu


sampaikan kepada teman-teman yang lain sebagai
pekerjaan tambahan. Karena sudah terkoneksi sama pihak
luar semisal mereka lagi butuh tukang sapu jalan
secepatnya saya langsungmi tanya oran-orang disini”
(Wawancara 10 Agustus)
11
3

Modal social sebagai modal dasar bagi komunitas dapat

mengefektifkan modal dan potensi lainnya, namun elemen yang melekat

tersebut memberi mamfaat dan dapat diakses oleh semua warga komunitas

serta tidak bertentangan dengan standar nilai yang berlaku secara survival.

Sementara itu, bila ditinjau dari segi Pendidikan sebagian besar kepala

keluarga hanya tamatan SD atau sederajat. Kondisi tersebut menunjukkan

bahwaa bukan hanya kondisi ekonomi yang rendah saja dihadapi keluarga

pemulung namun juga rendahnya tingkat Pendidikan. Hal ini menunjukkan

bahwa kemiskinan merupakan masalah yang multidimensional dan

program-program untuk mengentaskannya bukan hanya memperbaiki

kondisi ekonomi namun juga Pendidikan maupun kapasitas social.

Keterbatasan kemampuan ekonomi yang dimiliki keluarga pemulung di TPA

Antang Kota Makassar telah menyebabkan keterbatasannya daya untuk

memperoleh Pendidikan, pangan maupun sarana kesehatan. Sehingga bila

pengentasan kemiskinan tidak dilakukan melalui program yang dilakukan

oleh FORMAT maka kesejahtraan dan kapasitas keluarga pemulung di TPA

Antang Kota Makassar tidak meningkat secara menyeluruh. Sebagaimana

yang dikatakan AH selaku ketua Forum Masyarakat Terpinggirkan

(FORMAT) :

“Program kerja kami memberikan pelatihan kepada


pemulung cara mengurai sampah dengan baik dan dapat
bernilai tinggi. Tapi sayangnya masih kurang alat”
(Wawancara 13 Agustus)
11
4

Demikian DI mengafirmasi hasil program kerja Forum Masyarakat

Terpinggirkan (FORMAT) :

“Alhamdulillah karena sering ikut kegiatan FORMAT saya


punya langganan mencuci sendiri jadi adami untuk biaya
sekolah anak sedikit” (Wawancara 13 Agustus 2023)

Informan telah menerangkan bagaimana kontribusi modal social

dalam peningkatan ekonomi pemulung di TPA Antang Kota Makassar

apabila dianalisis dengan konsep Shaffer dan Summers (Christenson dan

Robinson Jr.1989) bahwa lokalitas pembangunan menjadi unsur penting

dalam pembangunan ekonomi. Forum Masyarakat Terpinggirkan

(FORMAT) memberikan edukasi kepada pemulung mengenai pengelolaan

sampah bersifat ekonomis dan memberikan informasi kepada pemulung

mengenai pekerjaan tambahan sehingga dapat menghasilkan penghasilan

tambahan. Keberhasilan program kerja yang dilakukan FORMAT dengan

sasaran pemulung di TPA Antang Kota Makassar tidak hanya ditentukan

oleh kemampuan pemulung mengelolah sampah sehingga mampu bernilai

ekonomis namun juga menekankan program kerja yang dilakukan oleh

FORMAT mampu meningkatkan pendapatan keluarga pemulung di TPA

Antang Kota Makassar. Hal inilah yang menentukan apakah program kerja

yang dilakukan oleh FORMAT dapat dikatakan berhasil atau tidak.

Penelitian ini meunjukkan bahwa sebagian besar keluarga pemulung

di TPA Antang Kota Makassar mengakui bahwa kondisi ekonomi mereka

sedikit lebih setelah mengikuti program kerja yang dilakukan oleh FORMAT.
11
5

Piere Bordieu (1968) mendefinisikan modal social sebagai sumber daya

actual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang yang berasal dari jaringan

social berlembaga dan berlangsung secara terus menerus dalam bentuk

pengakuan dan perkenalan timbal balik yang diberikan kepada anggotanya.

Istilah modal social yang lebih luas dari individu dan rumah tangga yang

dapat digambarkan berdasarkan keterlibatan kelompok social berdasarkan

drajat dari inklusifitas didalam komunitas secara luas. Berbagai definisi

dapat disimpulkan bahwa modal social merupakan investasi social yang

meliputi sember daya social seperti jaringan, kepercayaan, nilai, dan norma

serta kegiatan menggerkan, dalam struktur hubungan social untuk

mencapai tujuan individual atau kelompok.

Kontribusi modal sosial dalam peningkatan ekonomi pemulung saling

membantu antara pemulug, antar komunitas, dan antar kelompok untuk

mencapai tujuan bersama. Modal sosial telah terjadi konvergensi menuju

pada jejaring sosial (network), norma (norm) dan nilai-nilai (values) yang

memfasilitasi Kerjasama (Collective action) (Healy & Hampshire). Jejaring

sosial adalah relasi-relasi individu yang saling kenal sebagai keluarga,

teman atau sebagai tetatangga paa suatu kelompok (Coleman, 1988).

Komunikasi dan interaksi antar individu sangat dipengaruhi oleh aturan-

aturan tertentu dan norma-norma sosial dimasyarakat setempat. Interaksi

antar individu dalam kelompok menunjukkan sikap saling pecaya (Trust)

(Grootaret & Narayan, 2004). Sikap saling percaya dapat diciptakan dan
11
6

dikembangkan melalui Pendidikan dan interaksi individu-individu yang

relative beragam (Uslaner, 2004).

Kontribusi modal sosial dalam peningkatan kesejahtraan hidup

pemulung di TPA Antang Kota Makassar melalui tiga jenis eksternalitas

(Collier, 2002). Pertama, modal sosial memfasilitasi transmisi pengetahuan

tentang perilaku orang lain, mengurangi masalah oportunisme melalui

interaksi yang berulang, dan membangun rasa saling percaya antar

anggota. Kedua, modal sosial mefasilitasi transmisi pengetahuan tentang

teknologi dan pasar, mengulangi kegagalan informasi (asimentri informasi).

Transmisi pengetahuan dapat terjadi dengan mengumpulkan informasi

dalam konteks jejaring sosial, baik interaksi satu arah maupun interaksi

timbal balik. Kedua eksternalitas ini dapat mengurangi oportunisme, yang

dicapai melalui transaksi secara berulang. Transaksi berulang memiliki efek

mencegah masuknya orang lain (free rider) yang cenderung merugikan

Adapun reputasi akan memperbesar keuntungan dari transaksi secara

berulang. Transaksi berulang menghasilkan rasa percaya dalam hubungan

timbal balik, sedangkan reputasi memungkinkan pemulung mendapat

kepercayaan untuk meningkatkan akses terhadap transaksi atau sumber

daya ekonomi. Sebagaimana yang diungkapkan AP :

“Disini pemulung juga memilih tempat untuk tempat dia


timbang sampahnya. Mereka memilih pengepul yang
dia
percaya atau sudah lama dikenal karena biasa dikasih
tambah sedikit uangnya” (Wawancara 13 Agustus
11
7

2023)
Demikian RD mengafirmasi kepercayaan yang dia dapatkan :

“Disini kita tidak sembarang menjual hasil memulung


hanya kepada pengepul yang lama sudah dikenal
atau yang sudah lama dipercaya (Wawancara 13
Agustus)

Modal sosial dinyatakan sebagai modal yang terdiri dari rasa percaya

(Trust), kepatuhan terhadap norma yang berlaku (norms) kemampuan

membagi jejaring sosial (jaringan sosial). Modal sosial lebih menekankan

kepada kebersamaan dan energi sosial dalam suatu masyarakat. Modal

sosial merupakan kekuatan yang membentuk suatu jaringan sosial sesama

pemulung. Bahu-membahu untuk mengentaskan kemiskinan agar dengan

memamfaatkan solidaritas sosial untuk mengatasi keterbatasan modal

material. Sebagaimana yang telah dikemukakan Chambers bahwa salah

satu dimensi kemiskinan adalah dimensi hubungan sosial, dalam hubungan

sosial terkandung modal sosial. Alternative dalam peningkatan

kesejahtraan hidup pemulung salah satunya dapat diatasi dengan

memafaatkan modal sosial pada kelompok pemulung sebagai energi atau

kapasitas melalui peningkatan dan pemamfaatn jejaring (networks) untuk

membentuk kelompok usaha bersama yang produktif guna meningkatkan

penghasilan pemulung yang pada akhirnya kesejahtraan akan terwujud.

Masyarakat memiliki modal sosial perbedaannya terletak pada besar

kecilnya dan variasi kandungannya. Perbedaan lain juga terletak pada

identifikasiya, ada pemulung yang modal sosialnya sudah banyak


11
8

terindentifikasi dan dimamfaatkan, sementara pemulung lain masih banyak

yang belum dioptimalkan. Realitas kehidupan, pemamfaatan modal sosial

guna penanganan sosial (kemiskinan) oleh masyarakat yang dapat dilihat

dari beberapa bentuk yang dapat dijumpai adalah dalam bentuk Tindakan

bersama untuk meningkatkan kualitas hidup (Soetomo, 2010: 268).

Pemberian jaminan sosial kepada pemulung dan minimalisasi penyelesaian

konflik. Bentuk yang lain terutama dilihat dari upaya mengantisipasi

masalah sosial, modal sosial yang berupa solidaritas sosial, rasa saling

percaya dan asas timbal balik dapat mendorong berbagai bentuk Tindakan

yang merupakan cerminan kepedulian sosial.

Berdasarkan penelitian yang telah ditemukan dapat diketahui bahwa

modal sosial sangat berperan penting dalam peningkatan kesejahtraan

hidup pemulung yang ada di TPA Antang Kota Makassar. Dalam hal ini

Tindakan bersama dapat berupa berbagai usaha produktif untuk

meningkatkan pendapatan. Eksistensi modal sosial memberikan pengaruh

terhadap pertumbuhan kesejahtraan hidup pemulung dengan kata lain trust

dapat memlihara hubungan secara terus-menerus, jaringan sosial

membangun jaringan kerja yang lebih luas serta kegiatan partisipasi yang

lebih otonom. Kapasitas modal sosial yang tersedia dalam masyarakat,

suatu komunitas dengan tingkat jaringan sosial yang kuat akan lebih mudah

membentuk rasa memiliki dan saling percaya. Adapun modal sosial yang

berperan penting dalam peningkatan kesejahtraan hidup pemulung dapat


11
9

dilihat dari unsur kepercayaan (Trust), jejarig (networking), dan norma

(norms) hal ini menunjukkan bahwa modal sosial memberi mamfaat

ekonomi bagi rumah tangga pemulung dalam peningkatan kualitas hidup.


12
0

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian strategi nafkah berkelanjutan di

TPA Antang kota Makassar menggungkap beberapa kesimpulan

sebagai berikut bentuk strategi nafkah yang dilakukan oleh

pemulung di TPA Antang adalah strategi survival yang tidak

berfokus pada satu pekerjaan saja tetapi pemulung memiliki lebih

dari satu pekerjaan. Pemulung di TPA Antang tidak

menggantungkan hidupnya pada memulung sampah semata tetapi

juga memiliki pekerjaan lain seperti menjadi buruh bangunan,

menjadi tukang cuci pakaian dan tukang parkir. Selain itu, bentuk

strategi nafkah diversifikasi juga terlihat dari keluarga pemulung

yang mengarahkan keluarganya untuk berprofesi sebagai

pemulung dan pekerjaan lainnya.

Strategi nafkah diversifikasi yang dilakukan pemulung

sebagai strategi nafkah berkelanjutan agar mampu memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya. Strategi yang dilakukan oleh

pemulung di TPA Antang bisa menambah penghasilan lewat

pemamfaatan sumber-sumber yang lain. Strategi bertahan hidup

mengadopsi pola pendapatan ganda yang merupakan bagian dari

strategi ekonomi, agar dapat meningkatkan taraf hidup dengan

menambah jenis pekerjaan dan merubah pola mata pencaharian.


12
1

Pola nafkah ganda yang dilakukan pemulung tersebut bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Modal sosial bagi pemulung di TPA Antang Kota Makassar

adalah senjata satu-satunya untuk bertahan hidup, pola jaringan

keamanan sosial berbasis keluarga, pertemanan, kekerabatan

memainkan peran berupa kepercayaan antara pemulung sehingga

lifelihood tidak hanya semata-mata bertujuan mengembangkan

asset, melainkan juga memainkan peran untuk kepentingan

sosialnya. Kepentingan sosial yang telah diperoleh akan terus

ditingkatkan dalam rangka mengokohkan kepercayaan (Trust) yang

sudah diperolehnya selama ini, jejaring (network) dan norma (norm)

salah satu bentuk modal sosial yang ada di TPA Antang, dimensi

rasa percaya merupakan gabungan dari rasa percaya sesama

pemulung tokoh masyarakat ataupun tetangga.

Peningkatan kesejahtraan ekonomi pemulung dapat diatasi

dengan memafaatkan modal sosial atau kapasita melalui

peningkatan dan pemamfaatan jejaring (network) kemampuan

untuk berasosiasi dengan orang lain bersandar pada nilai dan

norma sehingga menghasilkan kepercayaan (Trust) dimana tingkat

kesejahtraan menentukan bentuk kontribusi modal sosial dengan

demikian kontribusi modal sosial dalam peningkatan kesejahtraan

ekonomi pemulung dengan memamfaatkan modal sosial

pemamfaatan jejaring (network) kepercayaan (Trust) dan norma


12
2

(norms) untuk meningkatkan penghasilan pemulung yang pada

akhirnya kesejahtraan akan terwujud. Implementasi modal sosial

dipahami dalam tiga tipologinya yaitu modal sosial sebagai perekat,

sebagai penyambung atau menjembatani dan sebagai koneksi atau

akses. Modal sosial sebagai modal dasar bagi pemulung dapat

mengefektifkan modal dan potensi lainnya, namun elemen yang

melekat tersebut memberi mamfaat dan dapat diakses oleh semua

pemulung di TPA Antang serta tidak bertentangan dengan standar

nilai yang berlaku secara universal.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan

sehubungan dari hasil analisis dan pembahasan serta kesimpulan

yaitu sebagai berikut:

a. Pemerintah Kota Makassar.

 Pemerintah Kota Makassar memperbanyak pengadaan alat-

alat yang dapat digunakan oleh pemulung untuk mengubah

sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.

 Pemerintah Kota Makassar memperkuat sistem dan jaringan

bank-bank sampah hingga ke tingkat Lorong.

 Pemerintah Kota Makassar memperbanyak pelatihan

peningkatan soft skill kepada pemulung.

 Memutus rantai utang dengan cara meningkatkan pendapatan

para pemulung.
12
3

b. Pemulung di TPA Antang, Kota Makassar.

 Memperkuat jaringan FORMAT demi keberadaan pemulung di

TPA Antang.

 Setiap pelatihan yang diikuti wajib diaplikasikan demi peningkatan

taraf hidup.
12
4

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. (2013). Potensi dan Kekuatan Modal Sosial dalam Suatu


Komunitas. SOCIUS : Jurnal Sosiologi, 12(1), 15–20.
Achmaliadi, Restu dan Mohamad Shohibuddi (2010). Memahami
Dimensi- dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat. AMAN: Jakarta
Amalia. (2009). Hubungan antara pendidikan & perilaku hidup sehat
dalam keluarga pemulung
Ali, M., Siyoto, Sandu, & Sodiq, (2015). Dasar Metodologi penelitian,
Yogyakarta: Literasi Media
Agustyanto, Ruddy, 2014. Jaringan Sosial dalam Organisasi (Edisi
Revisi).
Jakarta Rajawali Pers
Alfiasari. 2008. Analisis Modal Sosial dalam Pemberdayaan Ekonomi
Keluarga Miskin Kedung Jaya, Kacamatan Tanah Sareal, Kota
Bogor, Volume 1 No. 1
Andreas, Enni Savitri. 2016. Peran Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir dan Modal Sosial (dalam Meningkatkan Kesejahtraan di
Kabupaten Meranti dan Rokan Hilir)
Anwar, Sakaria J. Strategi Nafkah (Livelihood) Masyarakat Pesisir
Berbasis Modal Sosial. Socius 3 (2013): 23.
Azizi, Versia Nabela, 2013. Modal Sosial Sebagai Strategi Kelangsungan
Hidup Tukang Sampah di TPS Nologaten Sleman Yogyakarta.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Ariyanti, Fiki. (2015). Jumlah orang miskin diprediksi naik hingga 15 juta
pada 2015 ini. http://bisnis.liputan6.com/ read/2321940/jumlah-
orang-miskindiprediksi-naik-hingga-15-juta-pada2015-ini
Berry, Brian. 1967. Geogrphy Of Market. –
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif
dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga Univirsity Press.
Badan Pusat Statistik (2022). Makassar Dalam Angka 2021.
BPS:Makassar
Baliamoune-Lutz, M. (2011) ‘Trust-based social capital, institutions,
and development’, Journal of Socio-Economics. Elsevier Inc.,
40(4), pp. 335–346. doi: 10.1016/j.socec.2010.12.004.
Barnes, J. G. (2003) Secrets of Customer Relationship Management
(Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan). Yogyakarta: Andi.
Brooks, Benjamin. 2008. The natural selection of organizational and safety
culture within a small to medium sized enterprise (SME). Journal of
Safety Research, volume 39, pp: 73-85.
Chambers, Robert dan Gordon Conway. 1991. Sustanaible Rural
Livelihoods: Practical Concepts For the 21 Century. IDS Discussion
Paper 296.
12
5

Cvetanović, S. (2015) ‘The Concept of Social Capital in Economic


Theory’, Ekohomhka, 61(1), pp. 73–84.
Chambers, R. (1987) Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang.
Jakarta: LP3ES.
Coleman, James S. 1988. Social Capital in the Creation of Human Capital.
The American Journal of Sociology, Vol.94, Supplement:
Organizations and Institution: Sociological and Economic
Approaches to the Analysis of Social Structure, pp. S95-S120.
Dharmawan, Arya Hadi. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan:
Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat
dan Mazhab Bogor. Solidality: Jurnal Sosiologi Pedesaan 1, no. 2 (5
Agustus 2007)
Dharmawan, Arya Hadi dan Manig. 2000. Livelihood Strategies and Rural
Changes in Indonesia: Studies on Small Farm Communities.
Session: Assesment of Poverty and Livelihood Stratigies. Insitut Of
Rural Development the Univirsuty Of Germany.
Daharmawan, Arya Hadi, Tulak, Paulina P, dkk. Struktur Nafkah Rumah
Tangga Petani Transmigran: Studi Sosio-Ekonomi di Tiga Kampung
di Distrik Masno Kabupaten Monokowari. Jurnal Sosiologi,
Komunikasi, dan Ekologi Manusia. ISSN: 1978-4333. Vol. 03 No.02
Ellis, Frank. 2000. Rural Livelihoods and Diversity Devoloping. Oxford
Univirsity Press: New York
Eko Endarmarko. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Terpencil.
Jakarta: Rineka Cipta. 2007
Field, John. 2016. Social Capital (Modal Sosial). Bantul: Kreasi Wacana
Field, John. (2014). Modal Sosial. Bantul : Kreasi Wacana Offset.
Fathy, R (2019). Modal Sosial: Konsep, Inklusivitas dan pemberdayaan
Masyarakat. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 1 (60). 1-17
Fernandes, S. (2016). Metodologi Penelitian Pemerintahan. Bandung:
Alfabeta
Farhan, Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora
Utama Press, 2022. Trust: The Sosial Virtue and The Creation of
Property, New York Free Press, 1995.
Fukuyama Francis, Trust The Sosial Virtue and The Creation of Properity,
New York free Press, 1995.
Fukuyama, F. (2002) Trust; Kebijakan Sosial dan Penciptaan
Kemakmuran. Yogyakarta: Qalam.
Gunawan, I, (2015). Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Gunawan, (2012). STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEMULUNG (Studi: Di
Tempat PembuanganAkhir Sampah Ganet Tanjungpinang).
Tanjungpinang: Universitas Maritime Raja Ali Haji.
Grootaert, C. (1999) ‘SocialCapital, Household welfare and Poverty in
Indonesia’, Local Level Institutions Working Paper. Washington DC:
The Word Bank.
Hasbullah, Jousairi. 2006. Social Capital Menuju Keunggulan Budaya
Manusia Indonesia. Jakarta: MR- United Press
12
6

Inayah, F. Prinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungn. Jakarta:


Ghalia Indonesia, 1986.
Imai, K. S., Gaiha, R. and Garbero, A. (2017) ‘Poverty reduction
during the rural – urban transformation : Rural development is still
more important than urbanisation ଝ’, Journal of Policy Modeling.
The Society for Policy Modeling, 39 (6), pp. 963–982. doi:
10.1016/j.jpolmod.2017.10.002.
John W, C. (2015). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jones, Pip. 2010. Pengantar Teori-Teori Sosial (Dari Teori Fungsional
Hingga Post-Modernisme). Jakarta: Obor Indonesia.
Kelana, Irwan. (2015). Tantangan Kemiskinan pada 2015.
http://www.republika.co.id/ berita/koran/pareto/15/01/02/nhjny6-
tantangan-kemiskinan-pada-2015
Khan, Nisar A and Saghir Ahmad Ansari. 2008. Application of New
Institutional Economics to the Problems of Development: A Survey,
Abstracts Journal of Social and Economic Developmen Vol 10 No 1,
pp. 1-32.
Lawang. Sosiologi Terapan. Bogor: Pidato Ilmiah Purna Bhakti Guru
Besar IPB, 23 September, 1991.
Lukman, M. (2000). Evaluasi pendidikan dan seminar pendidikan nasional.
Lembaga Ilmu Pendidikan. Bogor. Lembaga Penelitian Universitas
Padjadjaran & Bappeda Propinsi Jawa Barat. (2008). Pemetaan dan
Pemanfaatan Modal Sosial dalam Penanggulangan Kemiskinan di
Jawa Barat. http:www// jurnal modal sosial pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/ uploads/2010/06/pemetaan_dan_ pemanfaatan_modal_sosial.
Pdf
Levien, M. (2015) ‘Social capital as obstacle to development: Brokering
land, norms, and trust in rural India’, World Development. Elsevier
Ltd, 74, pp. 77–92. doi: 10.1016/j.worlddev.2015.04.012.
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghelia Indonesia.
Mukaila, Ijaiya, Sakariyau, Dauda, Paiko, Zubairu. (2012). Social Capital
and Poverty Reduction in Nigeria: A Case Study of Minna Metropolis.
International Journal of Business and Social Science. Vol. 3 No. 12
[Specia] Issue June 2012, 229). http://ijbssnet.
com/journals/Vol_3_No_12_Special_ Issue_June_2012/23. Pdf
Mit Witjaksono. 2010. Modal Sosial Dalam Dinamika Perkembangan
Sentra Industri Logam Waru Sidoarjo. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 11, No. 2, hlm.266-291
Neuman, W. (2015). Metode Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: PT. Indeks.
Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah, Jakarta: Kencana.
Usmam, Sunyoto. (2010). Esai-Esai Sosiologi Perubahan Sosial.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Prasetyo, Suyanto. (2010). Peranan Modal Sosial Untuk Strategi
Kelangsungan Hidup Ekonomi Rumah Tangga Kaum Difabel Dalam
12
7

Self Help Group Solo (SHG Solo). Surakarta:UNS.


Pujiharto, S. (2018) Analisis Modal Sosial Dalam Pengentasan
Kemiskinan di Desa Tempuran Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang. Malang: Universitas Brawijaya Malang.
Putri, I. F. and Hidayat, H. (2011) ‘Analisis Persepsi Modal Sosial dan
Hubungannya Dengan Eksistensi Kelompok Tani: Kasus
pada Kelompok Tani Wanita “ Sri Sejati 2 ”,’ Wacana, 14(1), pp. 11–
17.
Tantoro, Swis. (2014). Pembasmian Kemiskinan Perspektif Sosiologi
Antropologi.Issue June 2012, 229).
http://ijbssnet. Jurnal antropologi com/journals/Vol_3_No_12_Special_
Issue_June_2012/23. Pdf
The World Bank. (2011). Social Capital in Poverty Reduction and
Economic Sosial And Development Sosial
http://web.worldbank. Sosial and org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/
EXTSOCIALDEVELOPMENT/EX
TTSOCIALCAPITAL/0,,contentM DK:20186616~menuPK:418214~pa
gePK:148956~piPK:216618~theSite PK:401015,00. html
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman (2011). Teori Sosiologi: Dari
Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern. Kreasi Wacana: Yogyakarta.
Suparman Abdullah, M. Ramli AT, Buchari Mengge, Arsyad Genda, &
Mansyur Radjab. (2019). Kontribusi Modal Sosial dalam
Mengefektifkan Modal Lingkungan (Kasus Komunitas Kampung
Nelayan Untia Makassar). Talenta Conference Series: Local Wisdom,
Social, and Arts (LWSA), 2(1), 1–7.
Soejono, Soekanto (2017). Sosiologi Suatu Pengantar. PT. RajaGrafindo
Persada: Jakarta.
Sinaga, D., Pengolahan Sampah. (Surabaya: Akademik Penilik
Kesehatan.
Surabaya. 1985).
Siregar, S (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Suharto, Edi. (2013). Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia
Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan.
Bandung: Alfabeta.
Santini Isabela and Anna De Pascale. Social Capital and Household
Poverty: The Case of European Union, Working Paper 109, Universita
degli Studi di Roma (La Sapienza). (n.d). Strong link’ between social
capital and poverty PSE TEAM http://www.poverty. ac.uk/report-
poverty-measurementeurope/%E2%80%98stronglink%E2%80%99-
between-socialcapital-and-poverty
Soesilo, Y. H., Suman, A. and Kaluge, D. (2007) ‘Penyebab
12
8

Kemiskinan Masyarakat Tani’, Journal of Indonesian Applied


Economics, 1 (No. 1), pp. 57–67.
Wargadinata,Wildana. (2011). Islam dan Pengentasan Kemiskinan
(1). Malang: UIN Maliki Press.
Wardoesoejono. (2002). Pendidikan perilaku sosial dalam
keluarga pemulung. Jakarta
Wirawan. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan. Surakarta: UNS,
2010.
Yamin, S. and Dartanto, T. (2016) ‘Pengentasan Orang Miskin
di Indonesia : Peran Modal Sosial yang Terlupakan’, Jurnal Ekonomi
dan Pembangunan Indonesia, 17, pp. 88–102.
12
9

Transkrip Wawancara

Nama : RD
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 50 Tahun
Lama Memulung : 20 Tahun
Jumlah Anak : 5 Orang
Pekerjaan : Pemulung
Pekerjaan Sampingan : Kuli Bangunan
a. Partisipasipasi dalam suatu jaringan

1. Apakah dilingkup TPA Antang ini terdapat Lembaga atau organisasi

yang dikelolah oleh masyarakat?

Jawab :

Iye, ada kegiatan FORMAT (Forum masyarakat terpinggirkan)

yang didirikan oleh pemuda-pemuda disini.

2. Apakah FORMAT ini mempunyai jaringan pada pihak luar?

Jawab :

Jaringannya FORMAT koneksi pada pihak-pihak luar entah

itu pada masyarakat yang diluar TPA ataupun Lembaga-

lembaga kedinasan Kota Makassar.

3. Apakah FORMAT ikut berperan dalam peningkatan taraf ekonomi

anda?

Jawab :

FORMAT tidak ikut berperan penting dalam peningkatan

kehidupan keluarga saya, karna saya bekerja sebagai

pemulung sudah sangat lama. Sebelum adanya kegiatan


13
0

pengelolaan sampah bersifat ekonomis sebelumnya saya

sudah tau cara membedakannya.

4. Bagaimana relasi FORMAT pada pihak pemerintah?

Jawab : kalau relasi pada pihak pemerintah pasti ada, FORMAT

memberikan informasi pada pihak kedinasan mengenai

pemulung yang sangat membutuhkan bantuan yang ada

disekitaran sini.

b. Hubungan Timbal Balik

5. Bagaimana hubungan timbal balik antara pemulung yang ada disini?

Jawab:

Hubungan masyarakat disini saling terbangun antar satu

sama lain, kami disini saling membantu antar satu sama lain

jika mereka butuh untuk dibantu.

6. Apakah ada bantuan dari pemerintah yang ada disekitar sini?

Jawab :

Kalau bantuan pemerintah sering ada, bantuan berupa

makanan pokok ataupun alat-alat sekolah untuk anak-anak

disini.

c. Kepercyaan (Trust)

7. bagaimana bentuk rasa percaya antar sesama pemulung yang ada

disini?

Jawab :

Pemulung disini saling percaya antar satu sama lain, jika ada
13
1

pemulung yang menitipkan hasil dari memulungnya kami

saling jaga dengan baik. Kami juga sering baku pinjam uang

dengan alasan sudah saling kenal lama jadi tidak mungkin

tidak diganti.

d. Norma

1. Apa saja aturan jika ada pihak luar datang kesini?

Jawab : aturannya itu paling melapor saja dengan pak RT dan

kalau mau memulung melapor pada pihak UPT agar

Namanya bisa terdaftar pada daftar pemulung yang ada

di TPA.

2. Jika ada aturan yang dilanggar oleh pemulung disini apa saja

sangsi yang diberikan?

Jawab: aturan paling kerasnya pemulung disini kita tidak boleh

ambil hasil dari memulungnya orang lain. Jika ada yang

didapat mencuri langsug lapor pak RT atau tidak boleh

datang lagi memulung disini.

e. Nilai

7. Apakah anda mengetahui tujuan didirikannya oleh FORMAT?

Jawab : FORMAT didirikan untuk membantu masyarakat cara

pengelolaan sampah dan membedakan sampah yang

bisa dijual dengan harga tinggi.

8. Apakah selama anda bekerja sebagai pemulung ada

peningkatan ekonomi pada keluarga anda?


13
2

Jawab :

Penghasilan dari memulung tidak menentu, kadang

banyak kadang juga sedikit palig banyak saya dapat

1.000.000 perbulan dan tidak cukup untuk saya dan

keluarga saya jadi saya juga kerja sampingan sebagai

kuli bangunan kalau ada lagi yang panggil.

f. Tindakan Yang Proaktif

9. Bagaimana partisipasi masyarakat pada kegiatan FORMAT?

Jawab:

masyarakat disini aktif mengikuti kegiatan yang dilakukan

oleh FORMAT seperti kegiatan pengelolaan sampah,

pengenalan sampah yang bersifat ekonomis. Serta

kegiatan ibu-obu seperti pengajian dan arisan yang

dilakukan oleh ibu-ibu.

10. Apakah sebelum didirikan FORMAT masyarakat belum tau

cara mengelolah sampah yang bersifat ekonomis dengan

bukan sampah ekonomis?

Jawab:

Kalau saya sudah tau cara pengolalan sampah yang

bersifat ekonomis saya hanya mengikuti kegiatan

FORMAT untuk tambah tambah ilmu saja.


13
3

Transkrip Wawancara

Nama : DI
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 45 Tahun
Lama Memulung : 20 Tahun
Jumlah Anak : 7 Orang
Pekerjaan : Pemulung
Pekerjaan Sampingan : Buruh Cuci
a. Partisipasi dalam suatu jaringan

1. Apakah dilingkup TPA Antang ini terdapat Lembaga atau organisasi

yang dikelolah oleh masyarakat?

Jawab : Iye, ada organisasi yang didirikan anak muda disini

Namanya FORMAT (Forum Masyarakat Terpinggirkan)

2. Apakah FORMAT ini mempunyai jaringan pada pihak luar?

Jawab : Saya kurang tau soal itu, tapi FORMAT sering

bekerjasama mahasiswa dan melakukan pembelajaran

bersama anak anak mahasiswa untuk ibu-ibu dan anak

anak seperti belajar mengaji.

3. Apakah FORMAT ikut berperan dalam peningkatan taraf ekonomi

anda?

Jawab :kalau FORMAT tidak berperan dalam peningkatan ekonomi

keluarga saya karena saya hanya aktif dalam kegiatan

FORMAT untuk belajar mengaji saja.

4. Bagaimana relasi FORMAT pada pihak pemerintah?

Jawab : Kalau jaringan pada pihak pemerintah FORMAT sering


13
4

ikut bekerjasama pihak pemerintah untuk membagikan

sumbangan pada masyarakat atau kalau ada

penyampaian dari luar pasti perwakilan dari FORMAT dulu

yang ditanya untuk informasinya.

b. Hubungan Timbal Balik

5. Bagaimana hubungan timbal balik antara pemulung yang ada

disini?

Jawab :

Kalau hubungan timbal antar sesama dsisini alhamdulillah

baik-baikji, semisal ada acara syukuran atau pengantin

pasti ibu-ibu dan masyarakat yang lain ikut membantu.

6. Apakah ada bantuan dari pemerintah yang ada disekitar sini?

Jawab :

Kalau bantuan pemerintah sering ada, bantuan berupa

makanan pokok ataupun alat-alat sekolah untuk anak-anak

disini.

c. Kepercayaan (Trust)

7. bagaimana bentuk rasa percaya antar sesama pemulung yang ada

disini?

Jawab : kalau kami disini saling percaya saja, tapi alhamdulillah

pemulung disini baik pengepul sudah saling percaya antar

satu sama lain.

d. Norma
13
5

8. Apakah selama anda bekerja sebagai pemulung ada peningkatan

ekonomi pada keluarga anda?

Jawab :

Penghasilan memulung saya tidak menentu kadang

Rp.300.00 sampai Rp.500.00 itupun tidak mencukupi untuk

kehidupan saya dengan keluarga saya makanya saya kerja

sampingan sebagai buruh cuci di rumah orang dengan

penghasilan 700.00 perbulannya.

e. Tindakan Proaktif

9. Bagaimana partisipasi masyarakat pada kegiatan FORMAT?

Jawab :

Untuk kegiatan yang dilakukan oleh FORMAT masyarakat

disini pasti ikut apalagi ibu-ibu disini mereka semua aktif

ikut dalam kegiatan yang dilakukan oleh FORMAT seperti

pengajian arisan atau pelatihan ibu PKK.

10. Apakah sebelum didirikan FORMAT masyarakat belum tau cara

mengelolah sampah yang bersifat ekonomis dengan bukan sampah

ekonomis?

Jawab :

Kalau saya sendiri sudah tau bedakan mana sampah yang

bisa dijual dan mana sampah yang hanya bisa diolah jadi

pupuk.
13
6

Transkrip Wawancara

Nama : AP
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 52 Tahun
Lama Memulung : 10 Tahun
Jumlah Anak : 5 Orang
Pekerjaan : Pemulung
Pekerjaan Sampingan : Kepala UPT
a. Partisipasi Dalam Suatu Jaringan

1. Apakah dilingkup TPA Antang ini terdapat Lembaga atau

organisasi yang dikelolah oleh masyarakat?

Jawab : Ada oraganisasi yang didirikan oleh anak anak disini yang

bernama FORMAT yang bertujuan memberikan

pembelajaran kepada masyarakat mengenai cara

pengelolaan sampah dan pengajian kepada ibu-ibu

dsisini.

2. Apakah FORMAT ini mempunyai jaringan pada pihak luar?

Jawab :

FORMAT kadang memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai pekerjaan atau informasi dari

pemerintah yang ingin disampaikan kepada pemulung

disini.
13
7

3. Apakah FORMAT ikut berperan dalam peningkatan taraf ekonomi

anda?

Jawab:

Kalau saya sendiri tidak, karena pekerjaan sampingan saya

memantau sampah yang ada disini.

4. Bagaimana relasi FORMAT pada pihak pemerintah?

Jawab :

Kalau koneksi pada pihak luar sebatas hanya

penyampaian saja yang diwakili oleh anggota FORMAT

sehingga masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan

informasi.

b. Hubungan Timbal Balik

5. Bagaimana Hubungan timbal balik antara pemulung yang ada

disini?

Jawab :

Kalau kami disini saling bahu membahu menolong dan

baku jaga antar sesama pemulung kalau ada hasil

memulung yang dititipi. Membangun kepercayaan kepada

pengepul dalam hal penjualan hasil sampah yang tlah

ditimbang.

6. Apakah ada bantuan dari pemerintah yang ada disini?

Jawab :

Kalau bantuan pemerintah sering ada, bantuan berupa


13
8

makanan pokok ataupun alat-alat sekolah untuk anak-anak

disini.

c. Kepercayaan (Trust)

7. Bagaimana bentuk rasa percaya antar sesama pemulung yang

ada disini?

Jawab :

Disini pemulung sudah saling percaya antar sesama

pumulung alhamdulillah belum pernah didengar ada

barang hilang disini.

d. Norma

8. Apakah selama anda menjadi pemulung ada peningkatan taraf

ekonomi pada keluarga anda?

Jawab :

Kalau meningkat tidak terlalu meningkatji tapi

alhamdulillah hasil dari memulung untuk saya lumaya

dengan penghasilan Rp. 700.00 perbulan dan sudah bisa

cicil untuk beli motor baru.

e. Tindakan Proaktif

9. Bagaimana Partisipasi masyarakat pada kegiatan FORMAT

Jawab :

Masyarakat disini selalu antusias setiap ada kegiatan yang

diadakan oleh FORMAT nah disitumi masyarakatnya dapat

informasi kalau ada bantuan yang diberikan oleh


13
9

pemerintah.

10. Apakah sebelum adanya FORMAT masyarakat belum tau cara

mengelolah sampah yang bersifat ekonomis dengan bukan

ekonomis?

Jawab :

Kalau saya sendiri sebelum berdirinya FORMAT saya sudah

tau cara membedakan sampah yang mempunyai nilai jual

tinggi cuman saya bersyukur dengan adanya FORMAT

anak saya bisa belajar mengaji gratis.


14
0

Transkrip Wawancara

Nama : AS
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 49 Tahun
Lama Memulung : 15 Tahun
Jumlah Anak : 4 Orang
Pekerjaan : Pemulung
Pekerjaan Sampingan : Tukang Parkir
a. Partisipasi Dalam Sauatu Jaringan

1. Apakah dilingkup TPA Antang ini terdapat Lembaga atau

organisasi yang dikelolah oleh masyarakat?

Jawab :
Iye ada organisasi FORMAT yang pengurusnya itu anak

anak muda disini

2. Apakah FORMAT ini mempunyai jaringan pada pihak luar?

Jawab:

Jaringan pengurus FORMAT disini sudah terbangun dimana

mereka sudah bisa bekerjasama pada pihak pemerintah.


14
1

3. Apakah FORMAT ikut berperan dalam peningkatan taraf

ekonomi anda?

Jawab :

Tidak berpengaruh ji iya dek karna kagiatan karena

FORMAT hanya sebagai motivator untuk pemulung

disini.

4. Bagaimana relasi FORMAT pada pihak pemerintah?

Jawab :

Pihak pemerintah dengan FORMAT sudah terjalin

dengan baik, dimana pemerintah pernah mengadakan

pengelolan sampah dan pemnuatan tong sampah

organic dan non-organic.

b. Hubungan Timbal Balik

5. Bagaimana hubungan timbal balik antara pemulung yang ada

disini?

Jawab :

Hubungan masyarakat disini terbangun dengan baik

kami sudah saling percaya baik itu soal pinjam uang

antar sesame pumulung.

6. Apakah ada bantuan dari pemerintah yang ada disekitar sini?

Jawab :

Kalau bantuan pemerintah sering ada, bantuan berupa

makanan pokok ataupun alat-alat sekolah untuk anak-


14
2

anak disini.

c. Kepercayaan (Trust)

7. Bagaimana bentuk rasa percaya antar pemulung yang ada

disini?

Jawab :

Kami disini sudah saling percaya antar satu sama lain

salig tolong menolong dan bantu-bantu.

d. Norma

8. Apakah selama anda menjadi pemulung ada peningkatan taraf

ekonomi pada keluarga anda?

Jawab :

Sama sekali tidak, penghasilan dari memulung hanya

Rp. 400.00 jadi saya mengambil sampingan sebagai

tukang parkir di pasar dekat indomaret kalau pagi

dengan penghasilan Rp. 200.00 perharinya siangnya

baru saya memulung sampai malam.

e. Tindakan Proaktif

9. Bagaimana partisipasi masyarakat pada kegiatan FORMAT

Jawab :

Kegiatan yang diadakan FORMAT apalagi pengelolaan

sampah pemulung disini selalu ikut berpartisipasi aktif.


14
3

10. Apakah sebelum adanya FORMAT masyarakat belum tau cara

mengelolah sampah yang bersifat ekonomis dengan bukan

ekonomis?

Jawab :

Kalau saya sendiri sebelum berdirinya FORMAT saya

sudah tau cara membedakan sampah yang

mempunyai nilai jual tinggi karna sudah lama sekali

menjadi pemulung

Transkrip Wawancara

Nama : AH
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 50 Tahun
Lama Memulung : 10 Tahun
Jumlah Anak : 3 Orang
Pekerjaan : Pemulung
Pekerjaan Sampingan : KETUA FORMAT (Pengepul)

a. Partisipasi Dalam Suatu Jarigan

1. Apakah dilingkup TPA Antang ini terdapat Lembaga atau organisasi

yang dikelolah oleh masyarakat?

Jawab :

Iye ada, FORMAT didirikan pada Tahun 2017 diketuai oleh

saya sendiri dan pengurusnya adalah pemuda-pemuda

disini. FORMAT ini bertujuan sebagai instruktur atau

motivator, sebagai pemimpin dalam komunitas pemulung


14
4

dan sebagai pengepul barang-barang bekas.

2. Apakah FORMAT mempunyai jaringan pada pihak luar?

Jawab :

FORMAT membangun jaringan dengan pihak luar dengan

baik, dengan membangun Kerjasama bersama

mahasiswa yang melakukan kegiatan perkuliahan

lapangan disekitar TPA, dan melakukan pelatihan

mengenai pengelolaan sampah bersama instansi

pemerintahan seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas

Kebersihan dll.

3. Apakah FORMAT ikut berperan dalam peningkatan taraf ekonomi

anda?

Jawab :

Kagiatan yang dilakukan oleh FORMAT belum maksimal

karena keterbatasan alat dan tenaga ahli sehingga

pemahaman yang didapatkan oleh masyarakat masih

dasar tentang pengelolaan sampah dasar yang

sebenarnya pemulung disini sudah tau.

4. Bagaiamana relasi FORMAT pada pihak pemerintah?

Jawab :

FORMAT menjadi perwakilan pemerintah untuk penyaluran

sumbangan kepada pemulung disini, dengan kata lain

relasi dengan pihak pemerintah sudah terbangun erat


14
5

disini.

b. Hubungan Timbal Balik

5. Bagaimana hubungan timbal balik antara pemulung yang ada

disini?

Jawab :

Hubungan masyarakat disini saling terbangun antar satu

sama lain, kami disini saling membantu antar satu sama lain

jika mereka butuh untuk dibantu. Masyarakat sudah sangat

percaya mengenai informasi yang disampaikan oleh

FORMAT.

6. Apakah ada bantuan dari pemerintah yang diberikan?

Jawab :

Kalau bantuan pemerintah sering ada, bantuan berupa

makanan pokok ataupun alat-alat sekolah untuk anak-

anak disini.

c. Kepercayaan (Trust)

7. Bagaimana bentuk rasa percaya antar sesama pemulung yang ada

disini?

Jawab :

Pemulung disini sudah saling percaya antar satu sama lain,

jika ada pemulung yang menitipkan hasil dari memulungnya

kami saling jaga dengan baik. Kami juga sering baku pinjam

uang dengan alasan sudah saling kenal lama jadi tidak


14
6

mungkin tidak diganti.

d. Norma

8. Apakah selama anda menjadi pemulung ada peningkatan taraf

ekonomi pada keluarga anda?

Jawab :

Sama sekali tidak, saya memulung juga sebagai pengepul

dengan penghasilan Rp. 500.00 perbulannya.

e. Tindakan Proaktif

9. Bagaimana partisipasi masyarakat pada kegiatan FORMAT?

Jawab :

masyarakat disini aktif mengikuti kegiatan yang dilakukan

oleh FORMAT seperti kegiatan pengelolaan sampah,

pengenalan sampah yang bersifat ekonomis. Serta

kegiatan ibu-obu seperti pengajian dan arisan yang

dilakukan oleh ibu-ibu.

10. Apakah sebelum adanya FORMAT masyarakat belum tau cara

mengelolah sampah yang bersifat ekonomis dengan bukan

ekonomis?

Jawab :

Kagiatan yang dilakukan oleh FORMAT belum maksimal

karena keterbatasan alat dan tenaga ahli sehingga

pemahaman yang didapatkan oleh masyarakat masih

dasar tentang pengelolaan sampah dasar yang


14
7

sebenarnya pemulung disini sudah tau.

Transkrip Wawancara

Nama : SW
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 39 Tahun
Lama Memulung : 11 Tahun
Jumlah Anak : 3 Orang
Pekerjaan : Pemulung
Pekerjaan Sampingan : Guru Mengaji

a. Partisipasi Dalam Suatu Jaringan

1. Apakah dilingkup TPA Antang ini terdapat Lembaga atau organisasi

yang dikelolah oleh masyarakat?

Jawab :

Iye, ada organisasi yang didirikan anak muda disini

Namanya FORMAT (Forum Masyarakat Terpinggirkan)

2. Apakah FORMAT ini mempunyai jaringan pada pihak luar?

Jawab : Saya kurang tau soal itu, tapi FORMAT sering


14
8

bekerjasama mahasiswa dan melakukan pembelajaran

bersama anak anak mahasiswa untuk ibu-ibu dan anak

anak seperti belajar mengaji.

11. Apakah FORMAT ikut berperan dalam peningkatan taraf ekonomi

anda?

Jawab :kalau FORMAT tidak berperan dalam peningkatan ekonomi

keluarga saya karena saya hanya aktif dalam kegiatan

FORMAT untuk belajar mengaji saja.

12. Bagaimana relasi FORMAT pada pihak pemerintah?

Jawab : Kalau jaringan pada pihak pemerintah FORMAT sering

ikut bekerjasama pihak pemerintah untuk membagikan

sumbangan pada masyarakat atau kalau ada

penyampaian dari luar pasti perwakilan dari FORMAT

dulu yang ditanya untuk informasinya.

f. Hubungan Timbal Balik

13. Bagaimana hubungan timbal balik antara pemulung yang ada

disini?

Jawab :

Kalau hubungan timbal antar sesama dsisini alhamdulillah

baik-baikji, semisal ada acara syukuran atau pengantin

pasti ibu-ibu dan masyarakat yang lain ikut membantu.

14. Apakah ada bantuan dari pemerintah yang ada disekitar sini?

Jawab :
14
9

Kalau bantuan pemerintah sering ada, bantuan berupa

makanan pokok ataupun alat-alat sekolah untuk anak-anak

disini.

g. Kepercayaan (Trust)

15. bagaimana bentuk rasa percaya antar sesama pemulung yang ada

disini?

Jawab : kalau kami disini saling percaya saja, tapi alhamdulillah

pemulung disini baik pengepul sudah saling percaya antar

satu sama lain.

h. Norma

16. Apakah selama anda bekerja sebagai pemulung ada peningkatan

ekonomi pada keluarga anda?

Jawab :

Penghasilan memulung saya tidak menentu kadang

Rp.300.00 sampai Rp.500.00 itupun tidak mencukupi untuk

kehidupan saya dengan keluarga saya makanya saya kerja

sampingan sebagai guru mengaji dengan penghasilan Rp.

500.00 perbulannya.

i. Tindakan Proaktif

17. Bagaimana partisipasi masyarakat pada kegiatan FORMAT?

Jawab :
15
0

Untuk kegiatan yang dilakukan oleh FORMAT masyarakat

disini pasti ikut apalagi ibu-ibu disini mereka semua aktif

ikut dalam kegiatan yang dilakukan oleh FORMAT seperti

pengajian arisan atau pelatihan ibu PKK.

18. Apakah sebelum didirikan FORMAT masyarakat belum tau cara

mengelolah sampah yang bersifat ekonomis dengan bukan sampah

ekonomis?

Jawab :

Kalau saya sendiri sudah tau bedakan mana sampah

yang bisa dijual dan mana sampah yang hanya bisa

diolah jadi pupuk.

LAMPIRAN
15
1

DOKUMENTASI
15
2
15
3
15
4
15
5

Anda mungkin juga menyukai