http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Volume 7, Nomor 1, Mei 2022 Hal. 41-51 DOI: https://doi.org/10.22219/jch.v7i1.20492
P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui peran pemerintah kota Palu dalam penanganan
gelandangan dan pengemis dan mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat
pemerintah Kota-Palu dalam penanganan gelandangan dan pengemis. Pelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Adapun pihak-pihak sebagai
subyek penelitian adalah Wali kota Palu, Kepala dinsos Kota Palu serta gepeng yang ada di
Kota Palu. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: Peran pemkot dalam
penanganan_gepeng telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Palu Tahun 2018 tentang
Penanganan Gelandangan dan Pengemis. dinsos berperan dalam upaya rehabilitasi sosial.
Pasal 5 Perda Kota Palu tahun 2018 dimana upaya atau tindakan penanganan gelandangan
dan pengemis dilakukan dengan empat cara yaitu upaya preventif, upaya represif, upaya
rehabilitasi sosial, dan upaya reintegrasi sosial. Faktor yang pendukung upaya Pemerintah
Kota Palu dalam melakukan penanganan gepeng yaitu ditunjukkan dengan adanya Perda
tahun 2018 serta adanya dukungan dari pemerintah pusat, keberadaan pihak organisasi
non pemerintah (LSM) dan dukungan dari masyarakat. Faktor penghambat yaitu meliputi
mengenai budaya malas gelandangan dan pengemis dan adanya budaya cash on money.
Kata Kunci: Peran Pemerintah; Penanganan Gelandangan dan Pengemis
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the role of the Palu city government in
handling the homeless and beggars and to find out the supporting and inhibiting factors of the
Palu City government in handling the homeless and beggars. This research is a qualitative
research using a descriptive approach. The parties as research subjects are the Mayor of Palu,
the Head of the Palu City Social Service and the homeless and beggars in Palu City. Based on
the results of data analysis, it can be concluded that: The role of the Palu City government in
handling the homeless and beggars has been regulated in the Palu City Regional Regulation
of 2018 concerning Handling of Homeless and Beggars. Social Services plays a role in social
rehabilitation efforts. Article 5 Palu City Regulation No. 3 of 2018 where efforts or actions
to deal with homeless people and beggars are carried out in four ways, namely preventive
efforts, repressive efforts, social rehabilitation efforts, and social reintegration efforts. Factors
that support the efforts of the Palu City Government in handling homeless and beggars are
shown by the existence of Regional Regulation of 2018 and the support from the central
government, the existence of non-governmental organizations (NGOs) and support from the
community. The inhibiting factors include the lazy culture of vagrants and beggars and the
existence of a cash on money culture.
Keywords: Government Role; Handling Homeless and Beggars
41
42
Nadya Alief Urbaningrum, Mohamad Syahri, Agus Tinus, Peran Pemerintah Kota Palu dalam Penanganan
Gelandangan dan Pengemis
44
karena akar masalah ini adalah persoalan suatu objek yang ingin di teliti. Penelitian
kemiskinan. Persoalan terkait pelaksanaan ini merupakan lawan dari cara penelitian
kebijakan penanganan gepeng di Kota yang di lakukan secara eksperimen. Dalam
Palu ini perlu ditinjau secara mendalam melakukan penelitian penulis bertindak
untuk memahami bagaimana kebijakan sebagai kunci dalam mengambil sampel data
ini ditujukan untuk mencapai tujuan yang yang cara pengambilannya menggunakan
ingin dicapai (Arif Kurnia Ardi Pradana, metode Purposivep (Sugiyono, 2011),
2017). Faktor-faktor penyebab munculnya (Ruslan, 2003), (Effnuz Al-Anba, 2020),
gelandangan serta pengemis menunjukkan (Iskandar, 2009).
kuatnya tradisi/norma yang kurang tepat Bidang penelitian sosial yang
dijadikan sebagai pedoman hidup sebab dilakukan dalam setting naturalistik dan
dikhawatirkan akan menyebabkan masalah menghasilkan data sebagian besar melalui
pada kehidupan masyarakat. Perilaku serta observasi dan wawancara (Humairoh,
norma inilah yang dinamakan sebagai 2021). Menurut Bailey (Mukhtar, 2013: 11)
kultur sumbangsih atas meningkatnya penelitian deskriptif ialah sebuah penelitian
kemiskinan yang terdapat pada rakyat. selain mendiskusikan berbagai kasus
Kemiskinan kultural yang membentuk yang bersifat umum yang menjelaskan
suatu realitas akan menyusahkan berbagai fenomena sosial yang ditemukan oleh
pihak dalam melakukan penanggulangan penulis, juga mendiskusikan hal-hal yang
kemiskinan, terutama penanggulangan bersifat spesifik pada suatu realitas yang
persoalan gepeng (Fadri, 2019). terjadi (ReviraMaryolinda, 2021).
Menggelandang dan mengemis Adapun pihak-pihak yang akan
merupakan upaya mereka untuk bertahan Penulis jadikan sebagai subyek penelitian
hidup, akan tetapi tentu saja cara adalah Kepala dinsos Kota Palu, gepeng,
mereka tidak bisa dibenarkan. Karena serta masyarakat yang ada di Kota Palu.
cara mereka hidup tidak sesuai dengan Teknik pengumpulan data yang digunakan
norma kehidupan masyarakat, maka dalam penelitian ini yaitu observasi,
dibutuhkan tindakan preventif, represif, wawancara, dan dokumentasi (Jaya, 2019).
rehabilitasi sosial, dan reintegrasi sosial
oleh pemerintah daerah untuk menangani HASIL DAN PEMBAHASAN
permasalahan gelandangan dan pengemis. Peran Pemerintah Kota Palu Dalam
Mantan Menteri Sosial yaitu Bapak Agus Penanganan Gelandangan dan Pengemis
Gumiwang mendesak pemerintah daerah Gelandangan berasal dari istilah
(pemda) ataupun pemerintah provinsi kata gelandang yang memliki sebuah
(pemrov) untuk menangani permasalahan arti berkeliaran atau sering disebut tidak
gelandangan dan pengemis karena bertempat tinggal tetap (Suparlan, 1993).
menurutnya permasalahan dasar dari Kaum urban dari pedesaan yang mencoba
keberadaan gelandangan dan pengemis mengadu nasib di kota tetapi tidak dibarengi
adalah kemiskinan (Ayu Lestari, 2021). atau tidak di dukung dengan keahlian
di karena kan pendidikan yang minim,
METODE sehingga mereka memilih bekerja sebagai
Pendeketan yang di gunakan oleh seorangan gelandangan dan pengemis.
peneliti dalam penelitian ini adalah metode Intinya bahwa gelandangan yang berarti
penelitian kualitatif yang berbasiskan pada selalu mengembara, atau berkelana. Ali
filsafat neopositivisme. Penelitian yang Marpuji beropini bahwa gelandangan
kebenaran berlandaskan pada suatu objek ialah lapisan sosial, ekonomi dan budaya
yang alami sesuai dengan hakikat dari paling bawah pada stratifikasi warga kota
Nadya Alief Urbaningrum, Mohamad Syahri, Agus Tinus, Peran Pemerintah Kota Palu dalam Penanganan
Gelandangan dan Pengemis
46
uang tanpa haris bekerja keras (Rohman, oleh dinas sosial dalam penanganan para
2010). Faktor-faktor yang melatarbelakangi gelandangan dan pengemis yaitu dengan
adanya gepeng atau gelandangan dan keberadaan rumah singgah, melalui
pengemis ialah sebagai berikut (Fadri, fasilitas tersebut diharapkan gelandangan
2019): Pertama masalah kemiskinan, dan pengemis dapat memiliki niat untuk
kedua masalah pendidikan, ketiga masalah merubah cara hidup dan cara mendapatkan
keterampilan kerja, keempat masalah penghasilan yang sesuai dengan norma
sosial budaya, kelima masalah harga yang berlaku di dalam masyarakat. Selain
diri, keenam masalah sikap pasrah pada itu keberadannya dapat dengan mudah
nasib, ketujuh kebebasan dan kesenangan dijangkau dan mau mengikuti program
hidup menggelandang. (Rahmi Ayunda, pelayanan dan rehabilitas sosial sehingga
2020). Berikutnya, menurut Dimas Dwi mampu menjalankan fungsi dan peran
Irawan (2013) terdapat beberapa faktor sosialnya di masyarakat secara wajar.
yang menyebabkan seseorang melakukan Upaya yang dilakukan oleh dinas sosial
kegiatan menggelandang dan mengemis, tersebut merupakan bentuk nyata dari
diantaranya merantau dengan modal nekat, pemerintah Daerah Kota Palu dalam
malas berusaha, disabilitas fisik/cacat fisik, memberikan penanganan atas keberadaan
tidak adanya lapangan kerja, mengemis gelandangan dan pengemis.
dari pada menganggur, mahalnya harga Kondisi ekonomi keluarga yang
kebutuhan pokok, kemiskinan dan terlilit kurang mendukung sehingga mejadikan
masalah ekonomi yang akut, ikut-ikutan seseorang untuk memilih hidup di jalan.
saja, disuruh orang tua, dan menjadi korban Selain itu adanya kondisi lingkungan
penipuan (Mutaqin, 2021). atau teman yang ada disekitranya juga
Keberadaan Peraturan Daerah Kota menjadikan seseorang memilih untuk
Palu No. 3 Tahun 2018 tentang Penanganan menjalankan hidupnya dijalan. Penanganan
Gelandangan dan Pengemis menyebutkan gelandangan dan pengemis melalui empat
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf e, f, g, dan tahap yaitu upaya preventif, upaya represif,
h yang merupakan tugas dan fungsi upaya rehabilitasi sosial, dan upaya
dari dinas sosial dalam upaya preventif. reintegrasi sosial. Upaya preventif apabila
Tindakan preventif dalam hal ini adalah di definisikan sebagai sebuah kegiatan
upaya pencegahan yang dapat dilakukan ialah meliputi pelatihan softskill atau
sehingga permsalahan atas keberadaan keterampilan kepada yang dibina, pelatihan
para gelandangan dan pengemis dapat magang dan perluasan kerja, peningkatan
diantisipasi sehingga tidak mengggangu kesehatan, pemberian sosialisasi dan
aktivitas yang diakukan oleh masyarakat. edukasi kepada masyarakat, penyebaran
Tindakan preventif yang dilakukan oleh informasi melalui berbagai media massa,
dinas sosial Kota Palu yaitu dengan bimbingan sosial, serta pemberian bantuan
memberikan penanganan kepada para sosial (Khairunnisa, 2020). Dalam hal ini
gelandangan dan pengemis yaitu dengan komunikasi serta kerjasama yang baik
memberikan bimbingan, penyuluhan sangat diperlukan dalam pelaksanaan
dan bantuan kepada para gelandangan pembinaan gelandangan dan pengemis
dan pengemis sehingga melalui kegiatan sehingga berjalan sesuai dengan tujuan
tersebut dapat memberika wawasan kepada awal. Bentuk bentuk dari upaya preventif
para gelandangan dan pengemis agar sebagai berikut:
tindakan atau perilaku yang dilakukan tidak 1. Pemberian pelatihan sofskill
sesuai dengan peraturan atau norma yang (keterampilan), magang dan perluasan
berlaku. Berbagai fasilitas juga diberikan jaringan kerja, kegiatan mengenai
pelatihan keterampilan dan perluasan Pada kawasan ini pola pikir atau perilaku
kerja dalam pemberdayaan gepeng mental gepeng digodok serta diubah, dan
di Kota Palu seperti pengembangan diberikan pembekalan keterampilan serta
kreatifitas serta mengasah kemampuan donasi alat-alat kerja buat pemberdayan
yang sudah ada. diri gepeng. Menggunakan itu diharapakan
2. Peningkatan kesehatan, dalam tingkat kesejahteraan mereka terangkat
peningkatan kesehatan disini dan fungsionalisasi kehidupannya di
maksudnya ialah peningkatan masyarakat kembali normal, sehingga
kebugaran atau kesehatan melalui aktivitas menggelandang dan mengemis
olahraga. itu mereka tinggalkan. (Harun, 2018)
3. Fasilitas tempat tinggal, para gepeng Upaya yang terakhir yaitu mengenai
yang terjaring razia oleh Satpol upaya reintegrasi sosial. Upaya Reintegrasi
PP akan ditampung di panti yang Sosial merupakan proses penyesuaian
disediakan. Selama di dalam panti kembali unsur-unsur yang tidak sama
para gelandangan dan pengemis akan pada kehidupan bermasyrakat sebagai
mendapatkan fasilitas tempat tinggal akibatnya menjadi satu kesatuan. Upaya
berupa kamar tidur, kasur, makan, ini bertujuan menjadi proses pembentukan
dan ruang isolasi, seluruh ruangan kembali tata cara atau norma dan nilai-
ini data digunakan selama masa nilai baru buat beradaptasi gepeng
rehabilitasi berlangsung. pada lingkungan bermasyarakat. Upaya
4. Penyuluhan edukasi masyarakat/ media Reintegrasi Sosial mencakup bimbingan
massa. Penyuluhan atau pemberian resosialisasi, koordinasi dengan
edukasi kepada masyarakat mengenai pemerintah Kabupaten/Kota, pemulangan,
gelandangan dan pengemis ini sangat pelatihan lanjutan. Hasil penelitian yang
penting guna untuk memutus rantai dilakukan, dimana peran dari dinsos telah
agar pengemis dan gelandangan tidak melakukan beberapa program pelatihan,
mencari nafkah dari belas kasihan tetapi dalam pelaksanaanya mendapat
orang lain. kendala antara lain terbatasnya pegawai
Upaya represif yang dilakukan dinsos, peserta pelatihan yang dalam hal
yaitu menggunakan melakukan razia ini para gelandangan dan pengemis yang
atas eksistensi para gelandangan dan kurang semangat, dan minimnya dana dari
pengemis. Tindak lanjut asal aktivitas razia pemerintah. Penulis melakukan penelitian
ialah menangkap gepeng yang sementara dengan melakukan wawancara baik di
melancarkan aksinya pada wilayah- Dinas Sosial maupun Rumah Singgah yang
wilayah awam yang dirazia. Gepeng yang didalamnya terdapat gelandangan dan
tertangkap pada razia tadi dibawa dan pengemis yang terjaring razia gabungan
dibawa di kawasan penampungan sementara Satuan Polisi Pamong Praja dan Dinas
milik dinsos. Pada wilayah penampungan Sosial Kota Palu dengan maksud ingin
sementara dilakukan pendataan atau mengetahui apakah ada peran Pemerintah
identifikasi pada gepeng tadi. Selanjutnya Kota Palu dalam hal ini Dinas Sosial
diberikan pembinaan sosial dan mental, terhadap gelandangan dan pengemis.
serta dilakukan shock terapy. Selanjutnya Faktor-faktor pendukung dan penghambat
tentang upaya rehabilitasi sosial. Tempat pemerintah Kota Palu dalam penanganan
rehab sosial atau panti sosial artinya gelandangan dan pengemis di Kota Palu
daerah yang krusial buat pelatihan atau Permsalahan secara umum terkait
bimbingan lanjutan bagi gepeng yg telah dengan keberadaan gelandangan dan
menerima pelatihan di tempat sementara. pengemis yaitu mengenai perkara ketertiban
Nadya Alief Urbaningrum, Mohamad Syahri, Agus Tinus, Peran Pemerintah Kota Palu dalam Penanganan
Gelandangan dan Pengemis
48
motivasi untuk bekerja dengan lebih baik sudah sebagai modal pada pelaksanaan
yang menyebabkan upaya peningkatan hidup sehari-hari menyebabkan suatu
kualitas hidup tidak dimiliki. bentuk pergeseran nilai sosial terutama
Faktor yang pendukung upaya pada bidang etos kerja. Gepeng yang
Pemerintah Kota Palu dalam melakukan berasal urban yang tak mendapatkan
penanganan gelandangan dan pengemis lapangan kerja lebih menentukan sebagai
yaitu mengenai kebijakan Pemerintah pengemis menggunakan jaminan uang
Daerah Kota Palu ditunjukkan dengan tunai perhari tanpa mempunyai suatu
adanya Perda tahun 2018 serta adanya keahlian spesifik. Malasan serta tak mau
dukungan dari pemerintah pusat dalam berusaha mengakibatkan gepeng nyaman
upaya penanganan keberadaan gelandangan hidup pada rutinitas yag terus terjadi
dan pengemis. Keberadaan Perda tersebut (Fadri, 2019). Faktor selanjutnya yaitu
sesuai dengan UUD 1945 Pasal 34 mengenai budaya cash on money yang
ayat 1 dan 2 UUD 1945, UU Nomor 11 menjadikan gelandangan dan pengemis tidak
Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan dapat mengembangkan diri menjadikan
Pokok Kesejahteraan Sosial, Peraturan penghambat atas program yang telah
Pemerintah Republik Indonesia Nomor ditetapkan dan hal tersebut menjadikan
31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan hasil yang didapatkan secara langsung
Gelandangan, Anak jalanan, dan Pengemis, mempengaruhi perilaku yang dimiliki
dan lain-lain. Faktor berikutnya yaitu sehingga menjadikan upaya yang dilakukan
mengenai keberadaan pihak organisasi non oleh dinas sosial Kota Palu tidak dapat
pemerintah (LSM), dimana keberadaan berjalan sesuai dengan ketentuan. Selain
LSM dapat digunakan sebagai pihak budaya malas, budaya cash on money yang
yang memberikan pengawasan terhadap terdapat di diri gepeng mengakibatkan
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah mereka tak memikirkan buat menerima
sehingga permsalahan gelandangan dan pekerjaan yang layak. Kehidupan setiap
pengemis dapat diselesaikan sesuai dengan hari dijalani dengan meminta-minta dan
ketentuan. Faktor terakhir yaitu dari tak menghiraukan harga diri serta tata
pihak masyarakat peran dari masyarakat cara yang ada, sebagai akibatnya para
sangat dibutuhkan sebagai upaya dalam gepeng mengumpulkan uang secara instan,
memberikan penanganan keberadaan sehingga penghasilan yang mereka dapat
gelandangan dan pengemis, dimana bisa dipergunakan ketika saat itu juga.
masalah tersebut terjadi karena berasal
dari unsur masyarat. Masyarakat memiliki SIMPULAN
posisi yang penting dalam pelaksanaan 1. Peran pemerintah Kota Palu dalam
peraturan yang ditetapkan dan menjadi menangani gepeng yang diatur dalam
nilai terhadap keputusan yang diambil Peraturan Daerah Kota Palu No. 3
dalam penanggulangan gepeng. Tahun 2018 tentang Penanganan
Adapun faktor penghambat yang Gelandangan dan Pengemis. Pada
menjadikan upaya penanganan gelandangan perda ini, peran Dinas Sosial sangat
dan pengemis tidak dapat berjalan sesuai penting, dimana dinsos berperan
dengan ketentuan yaitu meliputi mengenai dalam upaya rehabilitasi sosial.
budaya malas, hal tersebut juga terjadi Pasal 5 Perda Kota Palu tahun
karena kondisi yang dirasakan oleh 2018 dimana upaya atau tindakan
gelandangan dan pengemis yaitu tidak penanganan gelandangan dan
adanya motivasi untuk hidup secara lebih pengemis dilakukan dengan empat
baik. Budaya serta norma malas yang cara yaitu upaya preventif, upaya
Nadya Alief Urbaningrum, Mohamad Syahri, Agus Tinus, Peran Pemerintah Kota Palu dalam Penanganan
Gelandangan dan Pengemis
50
Nadya Alief Urbaningrum, Mohamad Syahri, Agus Tinus, Peran Pemerintah Kota Palu dalam Penanganan
Gelandangan dan Pengemis